Realme Pamerkan Tiga Terobosan Baru yang Diusung oleh Realme GT 2 Pro

Menjelang pergantian tahun, Realme mulai membeberkan lebih banyak detail mengenai smartphone flagship-nya untuk tahun 2022, yakni Realme GT 2 Pro. Kita sudah tahu bahwa ponsel tersebut bakal menggunakan chipset Qualcomm Snapdragon 8 Gen 1, dan kini, melalui sebuah acara virtual, Realme menyingkap tiga terobosan baru lain yang bakal dihadirkan oleh GT 2 Pro.

Yang pertama berkaitan dengan desainnya. Dirancang oleh desainer Jepang terkemuka, Naoto Fukasawa, Realme GT 2 Pro hadir membawa rancangan minimalis dan berfokus pada keberlanjutan yang terinspirasi dari kertas. Istilah kerennya “Paper Tech Master Design”, dan Realme pun tidak segan mengklaim GT 2 Pro sebagai smartphone pertama di dunia yang didesain dengan bahan dasar bio.

Klaim tersebut merujuk pada penutup belakang Realme GT 2 Pro yang terbuat dari bahan bio-polimer, yang merupakan alternatif lebih ramah lingkungan dibanding bahan baku fosil yang berdampak terhadap pemanasan global. Menurut Realme, bahan berbasis bio SABIC ini telah lulus uji International Carbon and Sustainability Certification (ISCC), serta berbagai standar peraturan lingkungan lain seperti REACH, RoHS, dan EPEAT. Lebih lanjut, Realme juga mengimplementasikan desain kemasan baru dengan rasio plastik keseluruhan yang turun drastis dari 21,7% menjadi 0,3% saja.

Terobosan yang kedua adalah kamera ultra-wide dengan sudut pandang seluas 150°. Ini jauh lebih luas daripada milik kebanyakan smartphone, yang umumnya berada di kisaran 120°. Kalau dibandingkan dengan kamera utamanya, kamera ultra-wide ini bisa memperluas bidang pandang hingga sebesar 278%. Daripada pusing menghitung, Anda bisa mengamati gambar di atas yang diambil menggunakan kamera ultra-wide milik Realme GT 2 Pro.

Dari sisi software, Realme GT 2 Pro juga akan dilengkapi dengan mode pemotretan fisheye. Ketimbang mode ultra-wide biasa, mode fisheye bisa menghasilkan bidang pandang yang lebih luas lagi, lengkap dengan efek visual yang memikat.

Terakhir, Realme GT 2 Pro turut mengunggulkan terobosan di bidang komunikasi berkat penerapan tiga teknologi berikut: teknologi switching antena pita ultra lebar (HyperSmart), Wi-Fi Enhancer, dan teknologi komunikasi jarak dekat (NFC) 360°.

Pada praktiknya, teknologi HyperSmart melibatkan 12 antena melingkar yang menutupi semua sisi smartphone dan mendukung pita arus utama di hampir semua arah, seluruhnya dengan kekuatan sinyal yang sama. Ini memungkinkan Realme GT 2 Pro untuk secara cerdas mengevaluasi kekuatan sinyal seluruh antena, dan secara otomatis memilih antena dengan sinyal terbaik.

Lalu ketika terhubung ke jaringan Wi-Fi, antena Wi-Fi milik GT 2 Pro dirancang secara simetris guna memastikan kekuatan sinyal yang lebih seimbang di sekitar smartphone. Berdasarkan pengujian internal yang dilakukan Realme, desain semacam ini terbukti mampu meningkatkan stabilitas sinyal hingga sebesar 20% jika dibandingkan dengan desain antena Wi-Fi yang tidak simetris.

Perihal NFC, Realme telah mengintegrasikan dua antena seluler teratas dengan fungsi transceiver sinyal NFC, meningkatkan area penginderaan sebesar 500%, sekaligus jarak penginderaan sebesar 20%. Seluruh bagian atas GT 2 Pro sanggup mendeteksi sinyal NFC di kedua arah, memfasilitasi penggunaan NFC untuk penggesekan kartu atau smartphone.

vivo Y32 Menjadi Smartphone Pertama dengan Chipset 4G Terbaru Snapdragon 680

vivo telah memperkenalkan smartphone seri Y terbarunya yang diberi nama vivo Y32. Yang menarik, ia diklaim sebagai smartphone pertama yang ditenagai oleh chipset 4G terbaru dari Qualcomm yang dirilis pada bulan Oktober lalu yakni Snapdragon 680.

SoC ini dibuat pada teknologi proses 6nm, dengan CPU octa-core yang lebih baru yakni Kryo 265 yang berjalan hingga 2,4 GHz dan GPU Adreno 610. vivo memadukannya dengan RAM 8GB yang bisa ditambah secara virtual sebanyak 4GB yang diambil dari ruang penyimpanan internalnya yang berkapasitas 128GB.

Untuk meningkatkan pengalaman bermain game, vivo melengkapinya dengan Game Box 10.0 dan teknologi multi-turbo 5.5 untuk meningkatkan kinerja sistem. Baterai 5.000 mAh-nya didukung teknologi fast charging 18W melalui port USB-C.

Dengan baterai jumbo, vivo Y32 diklaim dapat menyediakan waktu bermain game atau menonton video hingga 13 jam. 143 jam pemutaran musik dan 27 hari waktu siaga dalam sekali pengisian daya.

Lebih lanjut, perangkat yang menjalankan sistem operasi OriginOS 1.0 berbasis Android 11 ini mengusung layar LCD 6,51 inci ditopang resolusi sebatas HD+ dan refresh rate standar 60Hz. Ia juga masih menggunakan notch bergaya waterdrop yang menegaskan kelasnya sebagai smartphone entry-level.

Dari segi desain, vivo Y32 tampil dengan elemen kekinian termasuk bingkai flat, desain dual tone step pada kamera belakangnya, dan dibalut warna menarik. Sensor sidik jarinya terletak di samping bodi dan masih terdapat jack audio 3,5mm untuk mendengarkan musik dengan headset kabel favorit.

Terakhir untuk kamera, total hanya ada tiga kamera yang meletak pada vivo Y32. Satu kamera depan 8MP dan dua kamera belakang dengan kamera utama 13MP dan 2MP untuk macro. Dengan semua fitur dan spesifikasi di atas, vivo Y32 dibanderol CNY 1.399 atau sekitar Rp3,1 jutaan di pasar Tiongkok. Belum ada informasi terkait ketersediannya di Indonesia, kita tunggu saja.

Sumber: GSMArena

5 Game Keluaran Tahun 2021 dengan Jumlah Pemain/Unduhan Terbanyak

Sudah bukan rahasia apabila game free-to-play (F2P) selalu juara dalam hal banyak-banyakan pemain. Namun pada kenyataannya, game premium pun juga bisa memiliki jumlah pemain yang masif, terutama jika dibarengi dengan strategi pemasaran yang apik, seperti misalnya mengikutkan game-nya ke dalam sebuah layanan subscription.

Di artikel ini, saya telah merangkum 5 game keluaran tahun 2021 dengan jumlah pemain/unduhan terbanyak. Berhubung yang masuk hitungan hanyalah game yang dirilis di tahun 2021, Anda jelas tidak akan menemukan game-game yang sudah lama eksis dan masih sangat populer seperti Fortnite atau Apex Legends di sini. Namun seperti yang saya bilang, game yang tercantum tidak semuanya F2P.

Pokémon Unite – 50 juta unduhan

Diluncurkan lebih dulu di Nintendo Switch pada bulan Juli 2021, Pokémon Unite merupakan salah satu fenomena industri video game tahun ini. Per Desember 2021 ini, game tersebut sudah diunduh sebanyak 50 juta kali. Cukup mengesankan mengingat versi Android dan iOS-nya baru dirilis pada bulan September.

Selain sangat populer, Pokémon Unite juga berhasil menyabet gelar prestisius game Android terbaik 2021 versi Google Play. Demam MOBA memang masih belum menunjukkan tanda-tanda bakal mereda, dan game ini hanya semakin memopulerkan tren tersebut, sekaligus menginspirasi franchise besar lain untuk ikut berpartisipasi.

PUBG: New State – 45 juta unduhan

Game anyar lain yang luar biasa populer tahun ini adalah PUBG: New State. Hanya sekitar satu bulan lebih sejak peluncurannya di tanggal 11 November 2021, game ini rupanya telah menerima lebih dari 45 juta unduhan. Hype seputar game ini memang sudah dibangun sejak pertengahan tahun, jadi tidak heran apabila popularitasnya langsung meledak dalam waktu yang singkat.

Menjelang pergantian tahun, PUBG: New State juga baru kedatangan update besar pertamanya. Salah satu fitur baru yang paling menarik adalah Merit Point System, yang dirancang untuk mengurangi kebiasaan toxic para pemain.

Forza Horizon 5 – 10 juta pemain

Seperti yang saya bilang di awal, menawarkan game premium via layanan subscription merupakan cara yang sangat efektif dalam membangun userbase yang besar, dan Forza Horizon 5 adalah contoh terbaiknya. Game ini dirilis pada tanggal 9 November 2021 lalu di PC, Xbox Series X/S, Xbox One, dan layanan subscription Xbox Game Pass sekaligus. Dalam kurun waktu hanya 10 hari, game ini rupanya berhasil menggaet lebih dari 10 juta pemain.

Forza Horizon 5 merupakan sukses besar bagi Xbox Game Studios. Di ajang The Game Awards 2021, game ini membawa pulang tiga penghargaan sekaligus: Best Sports/Racing Game, Best Audio Design, dan Innovation in Accessibility. Menariknya, seri game balap yang amat sukses ini sebenarnya berawal dari sebuah spin-off.

Back 4 Blood – 6 juta pemain

Contoh lain game premium dengan userbase yang besar berkat keterlibatan layanan subscription adalah Back 4 Blood. Seperti Forza, penerus tak resmi seri Left 4 Dead ini juga dirilis di Xbox Game Pass di hari pertama peluncurannya pada 12 Oktober 2021 kemarin. Sekitar dua minggu kemudian, Back 4 Blood dikabarkan telah dimainkan oleh lebih dari 6 juta pemain.

Kesuksesan Forza Horizon 5 dan Back 4 Blood ini semestinya bisa memicu ketertarikan developer dan publisher lain untuk mempertimbangkan layanan subscription dalam strategi pemasarannya, khususnya buat game-game premium yang memiliki elemen multiplayer. Pasalnya, seperti yang kita tahu, userbase yang besar memang merupakan salah satu kunci keberhasilan dari suatu game multiplayer.

FIFA 22 – 9,1 juta pemain

2021 punya dua game sepak bola baru, yakni FIFA 22 dan eFootball 2022, akan tetapi yang bernasib mujur cuma satu. Di saat eFootball 2022 banyak dianggap sebagai salah satu game tergagal tahun ini, FIFA 22 justru bisa dibilang cukup berhasil. Dalam kurun waktu cuma seminggu sejak dirilis pada 1 Oktober kemarin, FIFA 22 diklaim sudah memiliki 9,1 juta pemain.

Ketersediaannya di beberapa platform sekaligus tentu menjadi salah satu alasan di balik kesuksesannya — FIFA 22 bahkan juga tersedia di layanan cloud gaming Google Stadia. Namun menariknya, FIFA 22 sebenarnya mempunyai perbedaan yang cukup drastis antara versi konsol last-gen dan next-gen, utamanya terkait pergerakan dan animasi pemain, yang terkesan lebih realistis di konsol next-gen berkat pemanfaatan teknologi Hypermotion.

Neymar Jr. Tanda Tangani Kontrak dengan Facebook Gaming, Game Indie Indonesia Masuk Nintendo Indie World Showcase

Tencent baru saja mengakuisisi Turtle Rock, developer dari Left 4 Dead pada minggu lalu. Selain itu, Aniplex juga membeli studio di balik Fate/Grand Order, yang merupakan bagian dari DelightWorks. Sementara Nintendo memamerkan sejumlah game indie yang akan diluncurkan di Switch melalui Nintendo Indie World Showcase. Salah satu game indie yang dipamerkan di sana merupakan game buatan developer Indonesia. Terakhir, Neymar Jr. telah menandatangani kontrak dengan Facebook Gaming. Dengan begitu, dia resmi menjadi kreator konten game di platform tersebut.

Tencent Akuisisi Turtle Rock, Developer dari Left 4 Dead

Minggu lalu, Tencent mengakuisisi Slamfire Inc, perusahaan induk dari Turtle Rock, developer dari Evolve dan Left 4 Dead. Sayangnya, tidak diketahui berapa nilai akuisisi tersebut. Tencent mengungkap, Turtle Rock akan tetap beroperasi secara mandiri di bawah kepemimpinan dari Phil Robb dan Chris Ashton, dua pendiri dari studio tersebut. Sebelum ini, Turtle Rock menggandeng Warner Bros. untuk merilis Back 4 Blood di PC dan konsol pada Oktober 2021. Game tersebut juga tersedia di Xbox Game Pass.

“Kami senang karena kami akan menjadi bagian dari keluarga Tencent,” kata President dan General Manager, Turtle Rock, Steve Goldstein, seperti dikutip dari GamesIndustry. “Tencent memiliki rekan-rekan yang hebat, jaringan yang luas, dan pengetahuan akan gaming yang dalam. Dukungan dari mereka akan membantu kami untuk membuat game ambisius yang selalu kami impikan. Pada saat yang sama, kami tetap menjadi perusahaan mandiri.”

Neymar Jr. Jadi Kreator Konten Game di Facebook Gaming

Neymar Jr., salah satu pemain sepak bola terpopuler yang juga merupakan gaming enthusiast, baru saja menandatangani kontrak eksklusif dengan Facebook Gaming. Siaran debutnya diadakan pada 17 Desember 2021. Ketika itu, dia memainkan Counter-Strike: Global Offensive dan Crab Game. Neymar memang merupakan salah satu atlet dengan pengikut paling banyak di media sosial. Di Facebook, dia punya 88 juta followers. Sementara di Instagram, dia punya 166 juta pengikut, dan di Twitter, jumlah pengikutnya mencapai 55,4 juta orang.

Neymar mengaku senang karena mendapatkan kontrak eksklusif dengan Facebook Gaming. Di halaman Facebook-nya, dia berkata, “Bermain game merupakan salah satu hobi favorit saya. Saya tidak sabar untuk berbagi kesenangan bermain saya di halaman Facebook saya,” katanya, menurut laporan dari Dot Esports.

Aniplex Akusisi Tim Developer dari Fate/Grand Order

Aniplex, perusahaan pembuat anime, telah mengakuisisi divisi game development dari DelightWorks, yang merupakan kreator dari mobile game Fate/Grand Order. Melalui akuisisi tersebut, divisi pengembangan game itu akan melakukan rebranding dan menjadi bagian dari Aniplex. Sementara DelightWorks akan terus beroperasi mandiri. Aniplex sendiri merupakan perusahaan anak dari Sony Music Entertainment Japan. Mereka juga merupakan publisher dari Fate/Grand Order sejak game itu dirilis pada Juli 2015.

Studio pembuat Fate/Grand Order diakuisisi oleh Aniplex.

“Kami yakin, akuisisi ini akan memberikan kami lebih banyak kesempatan untuk membuat game baru di masa depan,” kata President dan CEO DelightWorks, Yoshinori Ono, menurut laporan GamesIndustry. “Dan hal ini membuat kami sangat senang.”

Nintendo Indie World Showcase Pamerkan 2 Game Indie Asal Asia Tenggara

Nintendo Indie World Showcase terbaru memamerkan sejumlah game indie yang akan bisa diluncurkan di Switch. Beberapa game yang Nintendo pamerkan antara lain Omori, Sea of Stars, Chicory, dan Don’t Starve Together. Selain itu, ada dua game indie buatan developer Asia Tenggara yang masuk dalam Indie World Showcase. Kedua game itu adalah Timelie dari Urnique Studio asal Thailand serta Afterlove EP dari Pikselnnesia asal Indonesia.

Afterlove EP merupakan game terbaru buatan Mohammad Fahmi, kreator dari Coffee Talk. Game yang menggabungkan elemen rhythm game dengan visual novel itu dibuat oleh Pikselnesia dan akan dirilis oleh Fellow Traveller. Cerita dari Afterlove EP bercerita tentang musisi bernama Rama yang sedang bersedih karena kehilangan kekasihnya.

Sementara Timelie adalah isometric puzzle-game. Dalam game ini, pemain akan bermain sebagai perempuan muda yang ditemani seekor kucing dalam dunia yang dipenuhi dengan robot berbahaya. Di sini, pemain akan bisa mengendalikan waktu, seperti menghentikan waktu sesaat atau bahkan melakukan rewind.

Square Enix Hentikan Penjualan Final Fantasy XIV untuk Sementara

Belum lama ini, Square Enix meluncurkan expansion untuk Final Fantasy XIV, Endwalker. Expansion tersebut juga merupakan expansion terbesar dari FFXIV. Jadi, tidak heran jika ada banyak orang yang ingin memainkan expansion itu. Server Final Fantasy XIV kebanjiran begitu banyak pemain sehingga Square Enix terpaksa harus menghentikan penjualan dari game itu, baik secara offline maupun online.

“Para pemain harus menunggu waktu lama untuk bisa berrmain karena tingginya durasi bermain para gamers, melewati kapasitas server kami, khususnya pada peak time. Jadi, kami memutuskan untuk memberhentikan penjualan Final Fantasy XIV Starter Edition dan Complete Edition,” kata Producer FFXIV, Naoki Yoshida, dikutip dari Kotaku. Tentu saja, hal ini hanya berlaku sementara.  Yoshida mengatakan, pemberhentian penjualan itu hanya berlaku selama beberapa hari.

Sumber header: Wikipedia

Nvidia Luncurkan GPU Laptop RTX 2050, Lebih Terjangkau Lagi dari RTX 3050

Krisis yang terus berkelanjutan di industri semikonduktor memaksa Nvidia untuk mengambil langkah-langkah yang tidak umum, salah satunya adalah meluncurkan varian baru dari kartu grafis yang sudah berusia hampir tiga tahun, yakni RTX 2060 12 GB. Yang terbaru, Nvidia mengumumkan GPU laptop bernama RTX 2050.

Ya, 2050, padahal kita tahu RTX 3050 sudah eksis cukup lama dan bisa kita temukan di sejumlah laptop gaming dengan harga 15 jutaan. Lebih aneh lagi, RTX 2050 ini menggunakan arsitektur Ampere milik RTX 30 Series, bukan arsitektur Turing seperti yang dipakai oleh semua GPU lain dari keluarga RTX 20 Series. Kenapa begitu? Bisa jadi karena Nvidia enggan menamainya RTX 3040.

Secara teknis, RTX 2050 memiliki 2.048 CUDA core, sama persis seperti jumlah yang tertanam di RTX 3050. Yang berbeda adalah clockspeed-nya; RTX 2050 punya rentang clockspeed 1.155-1.477 MHz, sementara RTX 3050 punya rentang 1.057-1.740 MHz. Kecepatan yang lebih rendah ini wajar mengingat RTX 2050 memang memiliki konsumsi daya yang lebih rendah, cuma 30-45 W.

Juga ikut dipangkas adalah memory bus width-nya, dari 128-bit menjadi 64-bit saja, sehingga total memory bandwith-nya pun cuma separuh milik RTX 3050. Kapasitas VRAM-nya sendiri sama, yakni 4 GB. Meski terkesan low-end, RTX 2050 tetap dibekali tensor core dan ray tracing (RT) core, dua komponen yang memang menjadi unggulan seri kartu grafis Nvidia RTX.

Kalau semuanya berjalan sesuai rencana, deretan laptop yang ditenagai RTX 2050 bakal meluncur di musim semi 2022 (antara Maret-Juni). Buat yang merasa 15 juta masih kelewat mahal untuk sebuah laptop gaming dengan RTX 3050, mungkin Anda bisa bersabar menanti kedatangan laptop gaming dengan RTX 2050, yang semestinya bakal dijual di harga yang lebih terjangkau lagi.

Dalam kesempatan yang sama, Nvidia turut memperkenalkan dua GPU baru lain dari seri MX, yakni MX550 dan MX570. MX550 adalah penerus langsung dari MX450. Arsitektur yang digunakan masih Turing, akan tetapi jumlah CUDA core-nya diperbanyak, demikian pula memory clockspeed-nya.

MX570 di sisi lain mengadopsi arsitektur Ampere, menjadikannya pantas disebut sebagai adik kecil RTX 2050 tadi. Kedua GPU MX baru ini juga bakal bisa kita jumpai di beberapa laptop anyar mulai musim semi 2022.

Sumber: AnandTech dan Nvidia.

Laptop Sultan ACER Predator Helios 500 Resmi Hadir di Indonesia: Mampu Streaming 36 Jam Non Stop

Di penghujung tahun 2021, ACER kembali meluncurkan sebuah laptop gaming premium mereka. Kali ini, sasaran penjualannya adalah gamer sultan yang membutuhkan kinerja tinggi dan dijual dengan harga yang tinggi pula. ACER memperkenalkan Predator Helios 500 yang saat ini memiliki spesifikasi yang sangat tinggi untuk sebuah laptop gaming.

ACER meluncurkan laptop yang satu ini pada tanggal 17 Desember 2021 secara online melalui kanal Youtube resminya. Acara peluncurannya juga dibarengi dengan sebuah perhelatan di mana ACER akan menggunakan Predator Helios 500 untuk streaming secara non stop selama 36 jam. Hal ini tentu saja untuk membuktikan kualitas dari laptop gaming itu sendiri.

“Seiring dengan perkembangan tren ekosistem gaming dan terus bertambahnya pilihan perangkat gaming di pasar Indonesia, Predator secara aktif mendukung para gamer dan streamers untuk  mengembangkan kreativitasnya melalui jajaran produk termutakhir. Acara Predator Showtime 36H ini sengaja kami hadirkan untuk membuktikan bahwa produk laptop Predator tidak hanya dipersenjatai spesifikasi dan fitur terbaik tapi juga durabilitas yang dapat diandalkan,” kata Fransisca Maya, Head Marketing of Acer Indonesia.

“Melalui Predator Showtime 36H, kami ingin membuktikan bahwa Predator Helios 500 mampu memenuhi standar laptop gaming powerful melalui spesifikasi seperti prosesor baru dari Intel, yakni Intel Core i9 Generasi ke-11 dan kartu grafis NVIDIA GeForce terbaru, RTX 3080, layar 4K dengan teknologi Quantum Dot, serta sistem pendingin yang mampu menghasilkan pendinginan optimal, yakni Vortex Flow dan Predator Power Gem. Tak hanya itu, Predator Helios 500 ini akan digunakan secara terus menerus hingga 36 jam  untuk membuktikan performa yang stabil dengan suhu tetap sejuk,” ujar Andreas Lesmana, Gaming Product Manager Acer Indonesia

Predator Helios 500 (PH517-52) adalah laptop premium yang hadir dengan prosesor  Intel Core i Generasi ke-11 Core i9-11980HK serta  GPU NVIDIA GeForce RTX 3080. Prosesor Intel Core i9-11980HK 3,3 GHz dengan Turbo 5 GHz menggunakan konfigurasi 8 core, 16 thread dan memiliki cache sebesar 24MB. Prosesor ini  juga dapat dioverclock secara mudah untuk meningkatkan performanya hanya dengan menekan tombol turbo. CPU pada laptop ini juga telah memiliki jalur PCIe gen 4 yang bisa digunakan pula untuk NVMe SSD Gen 4.

Laptop ini memiliki layar 17,3 inci dengan teknologi Mini LED dan Quantum Dots serta memiliki resolusi UHD, serta refresh rate 120Hz yang telah mendukung G-Sync dari NVIDIA. Layar Predator Helios 500 telah tersertifikasi VESA HDR1000 dengan dukungan 512 Zona LED. Tak ketinggalan, layar laptop ini juga mampu menampilkan lebih banyak warna dengan dukungan color gamut 100% DCI-P3.

Predator Helios 500 (PH517-52) tersedia untuk dibeli mulai Desember 2021 dengan harga Rp72.999.999. Dengan harga tersebut, pengguna juga sudah mendapatkan Windows 11 Home dan aplikasi Office Home and Student 2019. Untuk seri Predator, ACER memberikan garansi dengan total 3 tahun untuk servis.

Mengapa Helios 500 dipilih untuk jalan selama 36 jam?

Pada acara peluncurannya, ACER juga mengadakan perhelatan untuk membuktikan bahwa Helios 500 mampu dipakai selama 36 jam non stop. Walaupun begitu, sebuah komputer dan laptoptentu saja bisa digunakan selama lebih dari itu secara non-stop. Lalu apakah alasan dari ACER untuk menjalankan Helios 500 selama 36 jam?

Ibu Fransisca mengatakan bahwa ACER sangat percaya diri bahwa produk ini bisa bertahan selama itu. Bahkan, Fransisca juga mengatakan bahwa dia percaya Helios 500 bisa berjalan jauh lebih lama dari pada acara yang mereka gelar kali ini. ACER ingin memberikan fakta kepada para konsumen sekalian melihat langsung dan menghibur bahwa laptop terbarunya ini memang memiliki durabilitas yang tinggi.

Bapak Andreas juga menambahkan bahwa Helios 500 merupakan sebuah desktop replacement. Dengan desain yang compact, kinerjanya juga sudah mampu menyaingi sebuah desktop gaming yang ada saat ini. Jadi saat ini konsumen di Indonesia sudah bisa mendapatkan sebuah laptop dengan performa sekelas PC gaming dengan bentuk yang lebih kecil pada Helios 500.

[Tekno] Shopify Mudahkan Brand dan Kreator Berjualan NFT Langsung Lewat Situs Masing-Masing

Berdasarkan observasi pribadi, salah satu alasan populer yang banyak dilontarkan oleh mereka yang enggan menelusuri lebih jauh perihal NFT adalah keterkaitannya dengan cryptocurrency. Buat sebagian orang, crypto dinilai menambah kompleksitas, dan semuanya akan lebih mudah seandainya mereka dapat menggunakan metode pembayaran yang sama seperti yang mereka gunakan saat berbelanja online seperti biasanya.

Berhubung NFT masih baru, wajar kalau prosesnya masih tergolong rumit. Kalau kita ingat, belanja online pun dulunya tidak semudah sekarang. Namun berkat bantuan platform e-commerce seperti Shopify, berbelanja online di jutaan situs di seluruh dunia kini terasa jauh lebih simpel, baik bagi pihak pembeli maupun penjual. Nah, premis yang sama itu rupanya juga ingin Shopify hadirkan untuk tren NFT.

Melalui sebuah cuitan, co-founder sekaligus CEO Shopify, Tobias Lütke, mengumumkan bahwa platform Shopify kini dapat digunakan untuk berjualan NFT. Tidak perlu ke OpenSea atau Rarible, brand atau kreator bisa menjual koleksi NFT-nya langsung lewat situsnya sendiri (yang elemen e-commerce-nya ditenagai oleh platform Shopify).

Mulai dari proses minting sampai pembayarannya, semuanya akan diurus oleh Shopify berkat kemitraannya dengan perusahaan spesialis blockchain bernama GigLabs. Blockchain yang didukung tidak melulu Ethereum, melainkan juga Polygon, Near, dan Flow.

Pembayarannya pun tidak harus menggunakan crypto, tapi bisa juga dengan Shopify Payments, Shop Pay, maupun kartu kredit/debit. Selesai membayar, pembeli bisa langsung mengklaim aset NFT-nya melalui email, dan menambahkannya ke crypto wallet masing-masing. Sekali lagi, tujuannya adalah mempermudah proses transaksi NFT, baik untuk pihak pembeli maupun penjual.

Untuk sekarang, program NFT di Shopify ini sayangnya masih berstatus beta, dan baru bisa diikuti oleh merchant terpilih yang berdomisili di Amerika Serikat saja. Bukan cuma itu, merchant-nya juga wajib menjadi pelanggan Shopify Plus terlebih dulu (yang sendirinya tidak murah, dengan tarif $2.000 per bulan), dan itu pun belum bisa menjamin mereka bakal langsung diberi lampu hijau untuk berjualan NFT, sebab masih ada proses seleksi yang harus dijalani.

Gambar header: Twitter @ethmessages via Unsplash.

Laptop Dell Concept Luna Dorong Penggunaan Ulang Hingga Batas Maksimum

Banyak perusahaan perangkat keras komputer menggunakan material daur ulang yang ramah lingkungan pada komponen tertentu dalam pengembangan produk-produknya. Termasuk Dell, baru-baru ini mereka mengumumkan konsep desain baru untuk laptop yang tahan lama yang disebut Concept Luna untuk mendorong penggunaan ulang hingga batas maksimum.

Concept Luna adalah proof-of-concept yang dikembangkan bersama dengan Intel dan mengeksplorasi ide-ide desain revolusioner untuk membuat berbagai komponen PC yang bisa dengan cepat didapatkan, mudah dibongkar dan diperbaiki, serta digunakan kembali sehingga dapat mengurangi penggunaan sumber daya dan memastikan ada lebih banyak material sirkular yang bisa digunakan.

Konsep ini diciptakan untuk menguji coba material apa yang mungkin dan yang tidak mungkin untuk diproduksi dan dijual. Jika semua ide desain dari Concept Luna bisa direalisasikan, Dell memperkirakan perusahaan bisa mengurangi jejak karbon produk-produk Dell hingga sekitar 50 persen.

Dell design strategist, Drew Tosh, menggambarkan Concept Luna sebagai “front end concept” yang dimaksudkan untuk menyelesaikan beberapa masalah besar yang mereka coba selesaikan di masa depan yakni limbah elektronik dan perubahan iklim. Laptop yang mudah diperbaiki dan ditingkatkan kemungkinannya kecil untuk diganti dengan laptop baru yang membutuhkan lebih banyak energi dan sumber daya dalam proses produksinya.

Inti dari Concept Luna sederhana, beralih dari menggunakan kemudian mendaur ulang ke menggunakan, dengan menggunakan kembali beberapa kali, kemudian mendaur ulang material-material yang tidak bisa lagi digunakan ketika benar-benar harus melakukannya.

Prototipe laptop Concept Luna memiliki sekrup yang jauh lebih sedikit daripada laptop Dell pada umumnya. Tak perlu obeng atau peralut rem untuk mengganti keyboard yang rusak atau layar yang retak, cukup dengan melepas keystone yang menahannya. Hanya dibutuhkan empat baut untuk mengakses komponen internal, yang artinya mengurangi waktu reparasi untuk membongkar, memperbaiki, dan memasang kembali komponen-komponen utama.

Motherboard adalah salah satu komponen yang paling banyak mengkonsumsi energi. Dell telah memperkecil total ukuran motherboard hingga sekitar 75 persen dan mengurangi jumlah komponen dalam motherboard sekitar 20 persen, diperkirakan jejak karbon motherboard dapat dikurangi hingga 50 persen.

Tata letak (layout) semua komponen internal dirancang ulang, yaitu dengan memindahkan motherboard yang sudah diperkecil ke penutup atas membuatnya lebih dekat ke area permukaan yang lebih luas dan terpapar udara sejuk dari luar laptop. Memisahkan motherboard dengan unit pengisian baterai di bagian bawah memungkinkan distribusi panas pasif yang lebih baik, yang bisa sepenuhnya menghilangkan kebutuhan penggunaan kipas.

Semua efisiensi ini bisa secara signifikan mengurangi kebutuhan daya total, membuka jalan untuk penggunaan baterai yang lebih kecil dengan deep-cycle cell yang tetap cukup kuat untuk penggunaan sehari-hari. Baterai deep-cycle cell juga memungkinkan pengisian daya yang panjang sehingga baterai dapat digunakan selama bertahun-tahun.

Konstruksi palm rest sengaja dirancang untuk memudahkan reparasi dan penggunaan kembali. Mekanisme keyboard dirancang agar mudah untuk dibersihkan, dipisahkan dari komponen-komponen lain, dan didaur ulang. Sasis aluminiumnya diproses menggunakan tenaga air dan menggunakan konstruksi stamped aluminium membutuhkan lebih sedikit energi dan lebih sedikit limbah.

Desain prototipe yang dipamerkan Dell memang terlihat ramping dan berpenampilan modern. Jika Dell berhasil memproduksinya secara secara massal, faktor kunci lain yang menentukan berapa lama laptop akan bertahan lama adalah ketersediaan suku cadang untuk perbaikan terutama komponen utama seperti layar dan baterai sehingga laptop yang dapat di-upgrade tanpa batas waktu.

Sumber: Dell dan TheVerge

Netflix Dikabarkan Tengah Garap Film Live Action Megaman

Portfolio film adaptasi video game yang hadir di Netflix kelihatannya terus bertambah. Yang terbaru, Netflix dikabarkan tengah menggarap film adaptasi dari seri Mega Man. Meskipun proyek ini belum dikonfirmasi secara resmi oleh Netflix, namun rumah produksi Supermarché kedapatan menuliskan proyeknya tersebut di website-nya.

Proyek film adaptasi Mega Man ini bukanlah hal yang baru karena sebenarnya telah dimulai sejak 2015 bersama 20th Century Fox. Namun proyek tersebut berpindah ke Disney pada 2019 setelah akuisisi Fox dan akhirnya diambil alih oleh Netflix pada 2020 lalu.

Image Credit: Capcom

Sayangnya, tidak ada informasi pendukung tentang progres yang telah berjalan terhadap film adaptasi video game ini. Namun melihat fakta bahwa belum ada jajaran pemeran yang diumumkan, kelihatannya proyek Mega Man ini masih dalam tahap awal pengembangan.

Meskipun belum menunjukkan hal apapun, namun para fans mulai khawatir terhadap kelanjutan film adaptasi Mega Man ini, terutama karena film ini akan menjadi film live-action. Faktanya, film adaptasi live-action video game sangat rawan gagal terutama dari sisi penerjemahan visualnya.

Franchise Mega Man telah ada sejak tahun 1987 dan menjadi salah satu seri paling populer milik Capcom yang membuatnya diadaptasi ke dalam komik dan juga serial TV. Sayangnya popularitas Mega Man mulai meredup pada tahun 2000-an yang bahkan menyebabkan serinya berhenti pada Rockman EXE Operate Shooting Star di tahun 2009.

Namun nama tenar Mega Man sebenarnya terus berlanjut, terutama pada senjata ikoniknya yaitu Mega Buster. Senjata ini bahkan sempat muncul dalam video game Capcom lainnya, yaitu Devil May Cry 5 dan bahkan di film bertema video game milik Ryan Reynolds, Free Guy.

Film adaptasi video game memang tengah gencar dilakukan oleh berbagai franchise video game. Terlepas dari sukses atau tidaknya filmnya nanti, namun daftar dari film adaptasi game ini memang terus bertambah seiring waktu.

Hingga sekarang saja sudah tercatat ada beberapa film dan serial yang akan dirilis seperti musim kedua dari The Witcher, sekuel dari film Sonic, film adaptasi Super Mario dengan Chris Prat, Uncharted dengan Tom Holland dan Mark Wahlberg, hingga serial TV Halo yang baru saja diumumkan.

Sumber: IGN, The Verge

Daftar Game Premium Keluaran Tahun 2021 dengan Angka Penjualan Terbesar

Salah satu cara menilai keberhasilan suatu video game adalah dengan melihat performa penjualannya. Game seperti Cyberpunk 2077 boleh saja menerima kritikan pedas, tapi kalau game-nya ternyata laku keras dan terjual lebih dari 13 juta kopi dalam kurun waktu hanya 10 hari, sah-sah saja apabila game-nya dinyatakan berhasil.

2020 punya Cyberpunk, lalu bagaimana dengan 2021? Game Premium (alias yang dijual bukan free to play) apa saja yang dirilis tahun ini yang memiliki angka penjualan terbesar? Well, sayangnya tidak semua publisher memiliki kebijakan transparansi yang sama, sehingga kita tidak bisa mengetahui performa penjualan dari setiap game yang dirilis di tahun 2021.

Meski begitu, ada beberapa publisher yang secara terbuka menyingkap seberapa banyak game besutannya terjual. Berikut adalah daftar game premium keluaran tahun 2021 dengan angka penjualan terbesar, minimal 1 juta kopi.

Valheim – 7,9 juta kopi

Oke, game ini memang tidak bisa dikategorikan sebagai game AAA kalau melihat skala tim pengembangnya (yang cuma beranggotakan lima orang), akan tetapi angka penjualan yang dicatatkan terlalu besar untuk tidak dicantumkan di artikel ini: 7,9 juta kopi per 30 Juni 2021. Padahal, game-nya baru dirilis di bulan Februari 2021, dan itu pun dalam status early access (dan masih berlanjut hingga sekarang).

Tidak bisa dimungkiri, popularitas Valheim terbantu oleh tren genre game survival yang memang sedang naik daun kala itu. Berkat art style-nya yang unik dan musik orisinalnya yang menenangkan, Valheim ibarat angin segar di tengah banyaknya game open-world survival dengan formula yang serupa, belum lagi ditambah mitologi Norse yang menjadi dasar narasinya.

Monster Hunter Rise – 7,5 juta kopi

Monster Hunter: World yang dirilis di tahun 2018 merupakan game terlaris yang pernah Capcom buat, dengan total lebih dari 20 juta kopi terjual dalam kurun waktu tiga tahun lebih. Alhasil, wajar jadinya kalau kita menaruh ekspektasi tinggi terhadap penerusnya, Monster Hunter Rise, dan game ini pun rupanya tidak mau mengecewakan.

Per Oktober 2021, Monster Hunter Rise telah berhasil terjual sebanyak 7,5 juta kopi, dan itu semua hanya berasal dari platform Nintendo Switch saja. Tahun depan, angka tersebut bisa dipastikan bakal bertambah drastis mengingat versi PC-nya bakal dirilis di bulan Januari, disusul oleh expansion berjudul Sunbreak di pertengahan tahun.

Super Mario 3D World + Bowser’s Fury – 7,45 juta kopi

Anda yang pernah punya Nintendo Wii U pasti tahu bahwa Super Mario 3D World bukanlah game baru, akan tetapi versi Switch-nya baru diluncurkan pada bulan Februari 2021, dan langsung menjadi salah satu judul game Switch terlaris tahun ini.

Per November lalu, Super Mario 3D World + Bowser’s Fury (judul versi Switch-nya) telah terjual sebanyak 7,45 juta kopi secara global, lebih banyak daripada total penjualan versi Wii U-nya selama sekitar tujuh tahun (5,88 juta kopi).

Naraka: Bladepoint – 6 juta kopi

Sifat alami battle royale yang mempertemukan seabrek orang sekaligus membuat game yang masuk kategori ini punya potensi untuk selalu laku keras, tidak terkecuali Naraka: Bladepoint. Battle royale dengan sistem combat yang banyak melibatkan seni bela diri ini telah terjual sebanyak 6 juta kopi per November 2021, hanya tiga bulan setelah peluncuran resminya.

Selain sukses secara finansial, game terbitan NetEase ini juga mendapat respons yang positif dari publik. Belum lama ini, 24 Entertainment selaku pengembangnya sempat menggelar kompetisi global bertajuk Naraka: Bladepoint World Championship (NBWC) dengan total hadiah sebesar $1,5 juta. Turnamennya masih berlangsung saat artikel ini ditayangkan, dan Anda bisa menonton siaran ulangnya di Twitch seandainya tertarik.

Resident Evil Village – 5 juta kopi

Dirilis secara resmi pada Mei 2021, Resident Evil Village berhasil terjual lebih dari 5 juta kopi dalam kurun waktu sekitar lima bulan saja. Pencapaian ini sekaligus membuktikan bahwa penggemar seri Resident Evil sangat menikmati permainan yang disajikan dari sudut pandang orang pertama (first-person view), yang pertama kali diterapkan pada Resident Evil 7 di tahun 2017. Seperti sekuelnya, RE7 juga sukses besar dan telah terjual sebanyak 10 juta kopi per Oktober 2021.

Di acara The Game Awards 2021, RE Village sempat mendapatkan beberapa nominasi, dan salah satu karakter beserta pemerannya berhasil membawa pulang gelar Best Performance, yakni Maggie Robertson yang memerankan karakter Lady Dimitrescu.

It Takes Two – 3 juta kopi

Dibandingkan game-game lain di artikel ini, It Takes Two adalah yang paling unik karena harus dimainkan oleh dua orang setiap saat. Persyaratan itu otomatis membuatnya jadi terkesan agak underrated, tapi itu rupanya tidak mencegahnya bersinar dari segi penjualan. Per Oktober 2021, It Takes Two tercatat sudah terjual sebanyak 3 juta kopi. Menariknya, meski perlu dimainkan oleh dua orang, yang membeli game-nya sebenarnya cukup satu orang saja berkat fitur bernama Friend’s Pass.

Kesuksesannya secara finansial turut dibarengi rekognisi publik. It Takes Two berhasil merebut gelar paling prestisius di The Game Awards 2021, yakni Game of the Year, tidak ketinggalan pula Best Multiplayer Game.

MLB The Show 21 – 2 juta kopi

Dikembangkan oleh San Diego Studio (anak perusahaan PlayStation Studios), MLB The Show 21 adalah game pertama dari franchise MLB The Show yang dirilis di luar ekosistem PlayStation. Game ini resmi diluncurkan pada bulan April 2021 kemarin di PS5, PS4, Xbox Series X/S, dan Xbox One, dan itu berdampak positif pada penjualannya.

Dalam kurun waktu hanya dua bulan, MLB The Show 21 berhasil terjual lebih dari 2 juta kopi di semua platform. Pada bulan pertama peluncurannya, MLB The Show 21 bahkan tercatat sebagai game digital dengan penjualan terbanyak di Amerika Serikat, baik untuk platform PlayStation maupun Xbox, mengalahkan Outriders yang juga dirilis di bulan yang sama.

Ratchet & Clank: Rift Apart – 1,1 juta kopi

Terakhir, ada Ratchet & Clank: Rift Apart yang berhasil terjual lebih dari 1,1 juta kopi dalam sebulan pertama peluncurannya di bulan Juni lalu. Menariknya, angka tersebut berasal dari penjualan di platform PlayStation 5 saja, sebab game-nya memang tidak tersedia di platform last-gen dengan alasan keterbatasan kapabilitas hardware.

Penilaian media terhadap game ini juga positif, dan tidak sedikit yang melihatnya sebagai salah satu cara terbaik untuk mendemonstrasikan kapabilitas hardware PS5. Beberapa bahkan ada yang memuji grafiknya, menyebut kualitasnya sudah mendekati level grafik di film-film bikinan Pixar.

Koreksi: ada pengubahan istilah AAA dalam artikel menjadi game premium.