SteelSeries Arctis 7+ dan Arctis 7P+ Unggulkan Baterai yang Lebih Awet dan USB-C

SteelSeries meluncurkan versi baru dari salah satu headset gaming wireless paling populernya, Arctis 7. Versi anyar ini hadir dalam dua model yang berbeda, yakni Arctis 7+ dan Arctis 7P+.

Perbedaan di antara keduanya tidak banyak. Yang paling utama, 7P+ datang membawa dukungan penuh atas teknologi Tempest 3D Audio milik PlayStation 5. Ia juga tersedia dalam pilihan warna hitam atau putih, sementara 7+ cuma warna hitam saja.

Selebihnya, keduanya merupakan perangkat yang identik, dengan pembaruan yang sama pula. Baik Arctis 7+ maupun Arctis 7P+ sama-sama datang bersama dongle USB-C sebagai pemancar sinyal wireless-nya. Alhasil, keduanya pun kompatibel dengan lebih banyak perangkat; mulai dari PC, PlayStation, Mac, Nintendo Switch, perangkat Android, iPad yang dibekali port USB-C, sampai VR headset Oculus Quest 2.

SteelSeries bilang dongle USB-C ini adalah yang pertama di pasar headset gaming, tapi kita tahu Razer sebelumnya sudah menerapkan hal serupa pada Barracuda X. Meski begitu, daftar perangkat yang kompatibel memang lebih panjang milik duo Arctis 7+ ini.

Selain pada dongle-nya, USB-C juga bisa kita temui pada headset-nya itu sendiri, menggantikan port Micro USB yang sudah termakan zaman. Tak hanya lebih praktis, USB-C turut mendatangkan fitur fast charging ke kedua headset ini; charging selama 15 menit saja sudah cukup untuk menenagai keduanya selama 3 jam pemakaian.

Kalau dalam posisi terisi penuh, baterai milik Arctis 7+ dan 7P+ diyakini mampu bertahan sampai 30 jam nonstop, lebih lama sekitar enam jam dari yang ditawarkan oleh masing-masing pendahulunya.

Di luar baterai dan colokan, kedua headset ini tidak jauh berbeda dari pendahulunya. Desainnya pun tampak identik, dengan karet suspensi pada headband dan mikrofon yang dapat didorong masuk ke dalam ketika sedang tidak diperlukan. SteelSeries sama sekali tidak menyinggung soal kinerja audionya, jadi bisa diasumsikan kualitas suara yang dihasilkan oleh driver 40 mm miliknya sama seperti di generasi sebelumnya.

Di Amerika Serikat, SteelSeries Arctis 7+ dan Arctis 7P+ saat ini telah dipasarkan seharga $170, atau kurang lebih sekitar 2,4 jutaan rupiah.

Sumber: The Verge.

Inilah Juara dari TikTok | FIGHT Campus Legend 2021

Gelaran acara ‘TikTok | FIGHT Campus Legend’ untuk season pertama telah resmi berakhir hari Jumat kemarin. Setelah perjalanan panjang yang diikuti 320 peserta terdaftar, akhirnya berhasil melahirkan juara 1, 2 dan 3.

Sebelum babak final, penyisihan grup diikuti oleh 31 tim yang lolos seleksi. Mereka telah berhasil menyisihkan peserta lain dati total 293 kampus terdaftar. PErtaruang sengit yang berjalan akhirnya menyisakan 4 tim di babak final untuk memperebutkan juara 1, 2 dan 3.

Dalam perebuatan juara, akhirnya tim yang berasal dari Universitas Gunadarma yaitu Gunadarma Tinfor berhasil mengalahkan 3 tim lain dan merebut juara 1 dari turnamen TikTok | FIGHT Campus Legend. Sedangkan Gunadarma Flame berhasil menempati posisi juara 2. Untuk juara 3, perebutan antara UGM Romusha dan Binus ASH akhirnya dimenangkan oleh ASH dari Binus sebagai juara 3.

Babak semi-final atau play off menghadirkan 4 tim yang bertanding, yaitu UGM Romusha vs Gunadarma Tinfor dan Gunadarma Flame vs Binus ASH. Masing-masing pertarungan memakai sistem BO3 (Best of Three) untuk masuk ke babak Grand Final.

Babak Grand Final sendiri akhirnya menampilkan derby Gunadarma, Tinfor vs Flame. Sementara Binus ASH vs UGM Romusha untuk bronze match dimenangkan oleh Binus ASH. Sedangkan untuk perebutan juara 1 dan 2 diperebutkan oleh Gunadarma Tinfor dengan skor 3-0 karena menggunakan sistem Best of 5.

Kemenangan Gunadarma Flame bisa dibilang tidak terduga karena tim ini memperoleh point terendah diantara tim yang lolos group stage. Tapi mereka bisa membuktikan dengan menang telak melawan Binus ASH dengan score 2 – 0 di semi-final.

Sebagai informasi, juara pertama mendapatkan hadiah total 15 juta rupiah, juara kedua 12 juta rupiah dan juara ketiga 10 juta rupiah.

Vita Paulina, Operations and Marketing Management Forest Interactive memberikan komentar atas turnamen ini, “Akhirnya FCL season pertama berakhir dengan baik. Sebagai penyelenggara kami turut bangga dengan antusiasme dan sportifitas seluruh peserta dan penonton yang terlibat menyukseskan kegiatan ini. Tentunya kami bersyukur bahwa FIGHT Esports bisa menjadi medium bagi talenta baru dunia esports tanah air.”

Salah satu peserta, Voker, dari tim Gunadarma Tinfor juga mengatakan bahwa pertandingan antar tim di turnamen ini meneganggkan, “Kesulitan terbesar mungkin lokasi dan kondisi kami. Kami berlatih dan bertanding semuanya secara online dari rumah masing-masing, demi menekan penyebaran covid-19 dan menjaga kesehatan pemain kami. Kesulitan juga kami alami untuk masalah sinyal, terkadang beberapa dari kami kehilangan sinyal ketika sedang berlatih maupun bertanding.”

Sedangkan, Angga Anugrah Putra, Head of Operations, TikTok Indonesia, mengatakan bahwa, “Kami turut senang telah mendukung suksesnya penyelenggaraan ‘TikTok | FIGHT Campus Legend’ 2021. Kompetisi yang disiarkan secara live di TikTok ini juga telah membantu menumbuhkan komunitas gamers dan pecinta e-sport di TikTok, salah satunya melalui interaksi pemain dan penggemar pada periode kompetisi ini. Kami berharap TikTok dapat menjadi platform yang membantu pecinta e-sport menjangkau audiens yang lebih luas, menemukan bakat baru serta tetap terhibur.”

Disclosure: Hybrid.co.id adalah media partner acara ini. 

10 Game Terbaru yang Dirilis pada November 2021

Bulan November biasanya menjadi bulan terbaik bagi para gamer karena judul-judul besar biasanya menjadikan bulan ini sebagai bulan perilisan sebelum masa liburan datang. Namun November tahun ini mungkin bukan menjadi bulan terbaik, yang bahkan terasa lebih sepi ketimbang bulan Oktober lalu. Tapi bukan berarti bulan ini tidak memiliki game-game yang wajib dinantikan.

Perhatian utama untuk untuk bulan ini ada pada pertarungan dua game first person shooter terbesar yaitu Battlefield 2042 melawan Call of Duty: Vanguard. Keduanya membawa tema yang berbeda dengan keunggulannya masing-masing. Selain itu ada seri terbaru dari Forza Horizon 5 yang membawa kita ke Meksiko dan nuansa nostalgia dengan 3 game GTA:The Trilogy. Berikut daftar lengkapnya:

Call Of Duty: Vanguard

5 November 2021 – PC, PS4, PS5, Xbox One, Xbox Series X|S

November ini dibuka dengan Activision yang membawa para pemain kembali ke masa lalu lewat Call of Duty: Vanguard. Dikembangkan oleh Sledgehammer Games, game ini memberikan pengalaman klasik dari seri Call of Duty terutama pada campaign berlatar Perang Dunianya yang kini dihadirkan dengan twist di dalamnya. Selain itu, game ini juga membawa mode multiplayer dan juga zombie yang dicintai oleh para fans.

Forza Horizon 5

9 November 2021 – PC, Xbox Series X|S, Xbox One

Salah satu game dengan hype tertinggi tahun ini nyatanya didapatkan oleh game balap milik Playground Games. Membawa pemain menjelajah ke alam Meksiko yang eksotis, Forza Horizon 5 menyediakan map terbesar yang pernah ada dalam serinya sekaligus ratusan pilihan mobil yang bisa dikendarai. Pemain juga akan disibukkan dengan berbagai aktivitas mulai dari balapan hingga mengeksplorasi reruntuhan kuno yang tersembunyi.

Jurassic World Evolution 2

9 November 2021 – PC, PS4, PS5, Xbox One, Xbox Series X|S

Siapa gamer yang tidak ingin menjadi pemilik dari sebuah taman bermain yang berisi dinosaurus? Dan bila Anda menjadi salah satu yang telah menunggu lama sekuel dari game SimPark bertema dinosaurus maka bulan ini menjadi bulan yang menyenangkan karena developer Frontier akhirnya akan merilis sekuel Jurassic World Evolution. Dengan campaign baru, berbagai kostumisasi, dan juga ‘Chaos Theory’, game ini akan menguji kehandalan pemain menghadapi skenario tidak terduga.

The Elder Scrolls: Skyrim Anniversary Edition

11 November 2021 – PC, PS4, PS5, Xbox One, Xbox Series X|S

Terlepas dari teriakan para fans yang telah lelah dengan TES: Skyrim, nyatanya Bethesda masih melihat potensi besar atas salah satu mahakaryanya ini. Dan dalam ulang tahunnya yang kesepuluh, Skyrim kini mendapatkan edisi Anniversary yang sejatinya adalah Spesial Edition yang telah dirilis pada 2016 lalu dengan tambahan berbagai konten dari Creation Club dan juga fitur-fitur baru seperti mini-game memancing.

Grand Theft Auto: The Trilogy – The Definitive Edition

11 November 2021 – PC, PS4, PS5, Xbox One, Xbox Series X|S

Impian para fans Grand Theft Auto agar trilogi game 3D universe mendapatkan remaster kini menjadi kenyataan. Meskipun pada akhirnya para fans memiliki reaksi yang beragam terhadap trailer perdana yang dirilis. Rockstar membawa GTA III, Vice City, dan San Andreas dengan tampilan modern sekaligus masih mempertahankan style originalnya.

Shin Megami Tensei V

12 November 2021 – Nintendo Switch

Meneruskan serinya yang sudah berjalan lama, instalasi terbaru dari Shin Megami Tensei ini akan siap dimainkan oleh para pemilik Nintendo Switch. Ia akan kembali mengajak pemain ke Tokyo di dimensi lain untuk membasmi para iblis. Seperti seri-seri sebelumnya, pemain akan melakukan negosiasi dan fusion dengan iblis lain untuk mendapatkan kekuatan khusus dalam pertarungan bergaya press-turn yang ikonik dari serinya.

Sherlock Holmes: Chapter One

16 November 2021 – PC, PS5, Xbox Series X|S

Bagi para pecinta detektif legendaris, game Sherlock Holmes: Chapter One akan menjadi game yang tidak boleh dilewatkan. Developer Frogware mengambil langkah baru dengan membawa pemain ke masa muda Holmes dalam menginvestigasi rumah masa kecilnya. Game ini memiliki variasi gameplay mulai dari pemecahan misteri hingga aksi pertarungan yang seru.

Battlefield 2042

19 November 2021 – PC, PS4, PS5, Xbox One, Xbox Series X|S

Saingan dari Call of Duty ini memang datang lebih belakangan, namun kelihatannya hal tersebut tidak membuat EA dan DICE takut. Karena, Battlefield 2042 menjadi game Battlefield paling ambisius yang tidak hanya membawa serinya ke akar aslinya sebagai game multiplayer, tapi juga membawa map-map klasiknya menjadi satu tanpa embel-embel remaster atau remake.

Pokemon Brilliant Diamond and Shining Pearl

19 November 2021 – Nintendo Switch

Nintendo kelihatannya tidak ingin ketinggalan tren remake dan remastered yang dilakukan game-game PC dan konsol lainnya. Maka tidak mengejutkan bila Nintendo kini akhirnya menghadirkan game Pokemon mereka dari masa Nintendo DS ke Nintendo Switch. Para pemain akan diajak kembali berpetualang ke Region Sinnoh dengan grafis yang telah dirombak total menjadi lebih modern dan indah namun tetap mempertahankan gameplay original klasiknya.

Final Fantasy XIV: Endwalker

23 November 2021 – PC, Mac, PS4, PS5

Untuk yang terakhir ini mungkin memang game baru, namun Endwalker merupakan ekspansi terbesar yang didapatkan oleh Final Fantasy XIV. Dalam ekspansi ini, akan ada banyak konten termasuk kelas baru yaitu Sage dan Reaper yang akan membuat para pemain sibuk, sekaligus memberikan konklusi akhir ke dalam cerita panjang yang telah dibawa oleh game-nya. Namun Square Enix juga memastikan kepada para fans bahwa hal tersebut bukan menjadi pertanda bahwa Final Fantasy XIV juga akan berakhir.

Penutup

Itu tadi adalah game-game menarik yang akan dirilis pada bulan November 2021 ini. Duel antara Call of Duty Vanguard dan Battlefield 2042 mungkin akan menjadi perhatian utama, ditambah dengan aksi balapan di jalanan Meksiko lewat Forza Horizon 5. Anda juga bisa bernostalgia dengan deretan remastered dan remake dari game-game klasik seperti GTA, Skyrim, dan juga Pokemon Brilliant Diamond and Shining Pearl.

Genshin Impact Perlihatkan Kemampuan Thoma Lewat Trailer

Genshin Impact akhirnya merilis detail dan cerita latar mengenai Thoma, karakter Pyro bintang 4 terbaru mereka. Ia memiliki gameplay yang cukup solid dan penampilan yang menarik.

Thoma dideskripsikan sebagai karakter support yang dapat menyerang dan melindungi di waktu yang sama. Ia memiliki mekanik shield, yang mampu melindungi pemain dari serangan. Elemental Burst-nya akan mengeluarkan serangan Pyro area, setiap kali karakter aktif melakukan serangan.

Sekilas, tidak ada yang menarik dari shield milik Thoma, namun ternyata ada mekanik baru mengenai shield tersebut. Berbeda dengan shielder lain, seperti Zhongli, Xinyan, maupun Diona, yang akan me-reset shield mereka setiap kali memasang shield yang baru, Thoma mampu menumpuk kekuatan (stacking) Shield-nya secara terus menerus.

Dengan demikian, dalam urusan shield, maka Thoma memiliki potensi untuk menyamai ketebalan shield Zhongli, yang memegang predikat shield terkuat, dengan beberapa persyaratan dan rotasi yang perlu diperhatikan tentunya. Shield yang ia hasilkan dapat menahan damage Pyro 250% lebih efektif.

Untuk aspek offensive-nya, setiap kali ia menggunakan Elemental Burst, Thoma akan memberikan sebuah gelombang Pyro, di depan karakter aktif, setiap kali karakter tersebut menyerang. Gelombang tersebut bersifat area dan dapat dipicu setiap satu detik sekali.

sumber: Genshin Impact

Berikut ini cerita latar Thoma:

“Thoma merupakan salah satu penjaga di Klan Kamisato. Jabatan resminya adalah “Pengurus Rumah Tangga”, dan dia bertanggung jawab mengurus kebersihan dan memasak. Namun, Thoma sebetulnya jarang berada di Komisi Yashiro. Dia lebih sering berada di luar, diam-diam mengurus perkara yang sifatnya lebih spesifik.”

Thoma merupakan karakter Pyro bersenjata polearm bintang 4 terbaru, yang akan mengisi jajaran karakter bintang 4 yang telah ada di Genshin Impact. Kehadirannya nanti akan mengubah komposisi tim yang sudah ada.

Dengan demikian, bagi pemain yang menginginkan karakter support yang memberikan shield, dan belum memiliki Zhongli atau Diona, Thoma merupakan karakter yang tepat.

Ia akan dirilis pada 2 November mendatang, bersama dengan Hu Tao, salah satu karakter yang ditunggu-tunggu rerun-nya di Genshin Impact.

VALORANT Kedatangan Agent Baru Berdarah Perancis, “Chamber”

Sekitar 4 bulan setelah KA/YO datang ke VALORANT, kini akhirnya ada pendatang baru yang akan ikut bergabung di game FPS besutan Riot Games itu. Ia bernama “Chamber“, seorang perancang senjata handal berdarah Perancis.

Image Credit: Riot Games

Chamber merupakan seorang “gentlemen assassin” dengan pakaian super rapi serta senjata-senjata yang mematikan. Kabarnya, ia akan mengambil role Sentinel di VALORANT menemani Killjoy, Cypher, dan Sage. Jika dibandingkan dengan agent sebelumnya, salah satu skill yang dimiliki Chamber cukup mirip dengan Killjoy.

Pasalnya, Chamber dapat meletakkan sebuah jebakan untuk mengetahui posisi musuh layaknya Alarmbot milik Killjoy. Menarik bukan? Mari kita bahas lebih lanjut tentang skill-skill yang dimiliki si om-om klimis ini.

Skill pertama milik Chamber bernama Trademark. Saat diakitfkan, pemain dapat menaruh sebuah jebakan yang akan memindai musuh. Saat ada musuh yang mendekati jebakan tersebut, ia akan menghitung mundur lalu membuat medan di sekitar tidak stabil yang disebut dengan lingering field. Hal ini membuat musuh yang terperangkap di medan tersebut menjadi lambat. Hmm… Mirip Alarmbot Killjoy campur Slow Orb dari Sage ya…

Lanjut ke skill berikutnya, ada HeadhunterSkill satu ini membuat Chamber mendapatkan sebuah heavy pistol. Pistol yang digunakan saat mengaktifkan Headhunter ini identik dengan Sheriff. Bedanya, saat klik kanan, heavy pistol tersebut memiliki aim down sight (ADS) yang bisa digunakan.

Skill signature dari Chamber bernama Rendezvous memungkinkannya menaruh dua anchor teleportasi. Saat berdiri di tanah dan dalam jangkauan anchor tersebut, Chamber dapat berteleportasi dengan cepat ke anchor lainnya. Anchor ini dapat diambil kembali untuk ditaruh ulang.

Image Credit: Riot Games

Nah, kini saatnya membahas Ultimate dari Chamber bernama Tour De Force yang mungkin akan membuat pengguna sniper kegirangan. Pasalnya, saat diaktifkan, Chamber akan mendapatkan sniper custom berwarna emas. Layaknya Operator, sniper emas ini dapat membunuh musuh dalam satu tembakan (kecuali ke kaki). Saat membunuh musuh dengan sniper emas, akan muncul lingering field di sekitar mayat dan memperlambat jalan pemain yang terperangkap di dalamnya.

Wah… Sebagai user Sentinel yang sangat gemar bermain Operator, agent baru ini sangat menarik bagi saya. Chamber akan rilis di patch 3.10 pada tanggal 16 November mendatang, dua minggu setelah debut Episode 3: Act 3 di VALORANT.

Bagi Anda yang mungkin tertarik untuk mulai bermain VALORANT, Anda dapat membaca cara mengunduh serta membuat akun VALORANT di sini dan sini. Kami juga memiliki guide yang akan membantu Anda top-up VALORANT dengan murah, aman, nyaman, damai, tentram, eh…

Feat image credit: Riot Games

Trash-Talk di Esports: Dampak Positif dan Negatif dari Menurut Riset

Bagi organisasi esports, menjaga reputasi tidak kalah penting dengan memenangkan kompetisi. Pasalnya, sponsorship masih menjadi sumber pemasukan utama organisasi esports. Ketika sebuah brand mendukung organisasi esports, mau tidak mau, image brand juga akan terpengaruh oleh reputasi organisasi esports. Dan saya yakin, tidak ada brand yang mau melekatkan nama atau logonya pada organisasi esports yang punya reputasi buruk.

Masalahnya, bagaimana jika strategi untuk menang punya potensi untuk merusak reputasi tim? Kali ini, “strategi” yang saya maksud adalah trash-talking atau taunting. Di satu sisi, tak bisa dipungkiri, trash-talking memang sering dianggap negatif. Di sisi lain, ada banyak atlet esports dan olahraga yang melakukan trash-talking. Sebagian atlet olahraga bahkan juga dikenal berkat kemampuannya untuk melontarkan trash-talk, seperti Richard Sherman dan Mike Tyson.

Tak hanya di lingkup olahraga, trash-talk juga merupakan fenomena yang biasa terjadi di dunia politik. Dan asal Anda tahu, trash-talk ini tidak hanya terjadi di lingkup politik kelas kecamatan. Politikus selevel Donald Trump, yang pernah menjabat sebagai Presiden Amerika Serikat, pun kerap melakukan trash-talk saat melakukan kampanye.

Karena itu, kali ini, saya akan membahas tentang trash-talk, mulai dari alasan seseorang melakukan trash-talk, dampak yang mungkin timbul pada target trash-talk, sampai apakah melakukan trash-talk etis dilakukan.

Pengertian dan Contoh Trash-Talk

Sebelum membahas lebih lanjut tentang trash-talk, mari samakan persepsi tentang definisi dari trash-talk itu sendiri. Menurut Jeremy A. Yip, trash-talk adalah komentar yang membanggakan diri sendiri atau komentar merendahkan lawan. Yip adalah Assistant Professor, Georgetown University’s McDonough School of Business, yang pernah membuat studi tentang trash-talking.

Trash-talking hadir dalam beragam rupa. Secara sederhana, trash-talking berupa makian langsung pada lawan. Terkadang, trash-talk juga muncul dalam bentuk sarkasme atau hiperbola. Dan sesekali, seseorang memberikan trash-talk dalam bentuk pantun atau puisi. Terlepas dari bagaimana trash-talking disampaikan, ada beberapa topik yang menjadi bahan dari trash-talking. menurut studi Trash-Talking and Trolling, topik yang paling sering digunakan sebagai bahan trash-talking adalah performa lawan. Misalnya, ketika seseorang memanggil lawannya “noob” atau “feeder” di Dota 2. Contoh lainnya adalah komentar “ez game” dari Team Spirit untuk tim OG di The International 10.

Komentar TORONTOTOKYO dalam pertandingan antara Team Secret dengan OG.

Selain performa lawan, topik lain yang sering dijadikan bahan trash-talking adalah penampilan. Padahal, penampilan seseorang tidak ada kaitannya dengan performanya. Penampilan layaknya skin kosmetik dalam game: membuat seseorang terlihat lebih menarik, tapi tidak memberikan status tambahan. Fakta bahwa penampilan jadi salah satu bahan trash-talking menunjukkan bahwa konteks dari trash-talking tidak kalah penting dengan omongan dalam trash-talking itu sendiri. Karena, menurut sejumlah evolusionis, penampilan yang menarik atau kemampuan atletis yang baik merupakan bukti akan “gen yang superior.”

Berikut contoh trash-talk yang menyasar penampilan seseorang. Trash-talk di bawah dilontarkan oleh juara tinju kelas berat, Muhammad Ali, seperti dikutip dari ABC.

“Sulit untuk merasa rendah hati ketika Anda setampan saya.”

“(Linston) jelek, ya? Dia terlalu jelek untuk jadi juara dunia. Juara dunia seharusnya tampan, seperti saya.”

Ali memang merupakan salah atlet trash-talker paling populer sepanjang sejarah. Tak hanya itu, dia juga dipercaya sebagai orang yang mempopulerkan trash-talk. Pada 1963, dia pernah merilis album rekaman trash-talking yang dikemas dalam bentuk puisi. Sejak saat itu, ada banyak petinju, pegulat, atau atlet olahraga lain yang mengadopsi trash-talk sebagai strategi.

Berikut adalah salah satu trash-talk dari Ali yang hadir dalam bentuk pantun:

“Float like a butterfly, sting like a bee.
George can’t hit what his eyes can’t see.
Now you see me, now you don’t.
He thinks he will, but I know he won’t.
They tell me George is good, but I’m twice as nice.
And I’m gonna stick to his butt like white on rice.”

Ali bukanlah satu-satunya orang menjadikan penampilan lawan sebagai bahan trash-talk. Dalam debat nominasi kandidat presiden dari Partai Republik, Donald Trump juga pernah melontarkan trash-talk yang menyasar penampilan lawannya, yaitu Carly Fiorina. Ketika itu, Trump berkata, “Lihat wajahnya! Apa ada orang yang mau mendukung orang dengan wajah seperti itu? Bayangkan, jika orang dengan wajah seperti itu jadi presiden kita.”

Menurut Trash-Talking and Trolling, laki-laki punya kecenderungan lebih tinggi untuk melakukan trash-talking daripada perempuan. Diduga, hal ini merupakan cerminan intersexual selection, yaitu ketika laki-laki saling berkompetisi dengan satu sama lain untuk menunjukkan dominasinya. Temuan lain dalam studi itu adalah bahwa atlet dari olahraga dengan body contact — seperti gulat, american football, hoki, dan lain sebagainya — juga cenderung melakukan trash-talk. Tren ini memang sesuai dengan fakta bahwa trash-talking merupakan metode komunikasi agresif. Menariknya, penggunaan helm atau penutup muka pada olahraga tidak mempengaruhi frekuensi trash-talk. Artinya, kecenderungan seseorang melakukan trash-talking tidak dipengaruhi oleh anonimitas.

Dalam Trash-talking: Competitive incivility motivates rivalry, performance, and unethical behavior, Yip dan dua rekannya menyebutkan bahwa seseorang bisa melakukan trash-talk di depan atau di belakang lawan. Ketika seseorang melakukan trash-talking di depan lawan, trash-talking punya dua fungsi. Pertama adalah untuk meningkatkan kepercayaan diri pelaku. Kedua adalah untuk menghina lawan. Sementara ketika seseorang melakukan trash-talking di belakang lawan — misalnya, melalui media sosial — maka ada satu tujuan lain yang trash-talker coba capai, yaitu mengubah persepsi audiens.

Dampak Positif dan Negatif Trash-Talk

Untuk mengetahui tentang dampak akan trash-talking, Yip dan kedua rekannya mengundang 178 orang untuk bermain game online. Sebelum bermain, setengah dari peserta mendapatkan pesan yang bersifat netral. Sementara setengah yang lainnya menjadi target dari trash-talking. Dari studi itu, terbukti bahwa trash-talking punya dampak pada targetnya. Menariknya, menjadi target dari trash-talking justru membuat seseorang termotivasi untuk mengalahkan lawan mereka. Hal ini menunjukkan, dalam lingkungan kompetitif, salah satu dampak positif dari trash-talking adalah untuk membakar semangat.

“Temuan ini menarik karena kita biasanya berasumsi, trash-talk adalah cara untuk mengintimidasi lawan dan membuat performa mereka turun,” kata Yip kepada BBC. “Tapi, temuan dari studi kami menunjukkan, jika Anda menjadi target dari trash-talk, Anda justru menjadi termotivasi untuk mengalahkan lawan Anda.”

Sejumlah petinju yang dikenal sebagai trash-talkers. | Sumber: CNN Indonesia

Lebih lanjut, Yip menjelaskan, trash-talk juga bisa menciptakan persaingan ketat dua pihak secara instan, bahkan jika keduanya tidak punya rekam jejak apapun sebelumnya. Hanya saja, trash-talk juga mendorong target untuk melakukan tindakan curang. Studi Yip menunjukkan, orang-orang yang mendapatkan pesan trash-talk tidak hanya mau berjuang lebih keras untuk mengalahkan lawannya, tapi mereka juga lebih bersedia untuk mengeksploitasi kelemahan musuh.

Selain membuat target terdorong untuk berbuat curang demi kemenangan, trash-talk juga punya dampak negatif pada kreativitas seseorang. Orang-orang yang menjadi target dari trash-talk mengalami penurunan kreativitas. Yip mengatakan, hal ini terjadi karena tugas yang melibatkan kreativitas membutuhkan tenaga kognifif yang lebih besar. Pasalnya, ketika seseorang melakukan tugas kreatif — seperti menulis, menggambar, dan lain sebagainya — dia harus memikirkan banyak ide sekaligus. Tak hanya itu, dia juga harus menata ide-ide tersebut untuk menciptakan sesuatu yang sama sekali baru. Padahal, trash-talk bisa membuat konsentrasi seseorang menjadi buyar.

Pertanyaannya, apakah trash-talk efektif di olahraga? Jawaban singkatnya, ya.

Dalam pertandingan olahraga, tujuan seseorang melakukan trash-talk adalah untuk membuat lawan kehilangan fokus dengan membuatnya merasakan emosi yang kuat. Dengan begitu, harapannya, performa lawan akan menurun. Fenomena ini tidak hanya terjadi di esports — yang membutuhkan konsentrasi tinggi — tapi juga olahraga tradisional. Seperti yang disebutkan oleh Karen C.P. McDermott, olahraga tidak hanya mengadu kemampuan fisik seseorang, tapi juga kemampuan atletnya. McDermott belum lama ini membuat disertasi doktor terkait trash-talk di bidang komunikasi.

“Banyak pelatih yang menyarankan para atlet untuk fokus pada pertandingan, karena kekuatan mental dan kemampuan fokus dalam pertandingan punya peran sangat penting, khususnya dalam olahraga yang membutuhkan koordinasi antara mata dan tangan,” kata McDermott, dikutip dari Eurekalert. “Kompetisi olahraga selalu punya elemen mental dan trash-talk adalah salah satu metode serangan yang harus diperhatikan atlet.”

Richard Sherman, yang dikenal sebagai trash-talker, menjadi investor dari Luminosity Gaming. | Sumber: Esports Insider

Untuk mempelajari tentang dampak trash-talking, McDermott mengamati 200 pria dan perempuan saat mereka bermain game Mario Kart. Sebagian dari peserta aktif melakukan trash-talking dan sebagian yang lain tidak. Berdasarkan observasinya, McDermott menemukan bahwa trash-talking bisa digunakan untuk mengalihkan perhatian lawan, membuat mereka merasa marah dan malu. Selain itu, berbeda dengan hasil studi Yip, McDermott juga menemukan bahwa trash-talking justru menyebabkan target kehilangan motivasi.

“Awalnya, saya merasa, rasa marah dan malu adalah dua emosi yang saling bertolak belakang. Saya berasumsi, seseorang hanya bisa merasakan salah satu dari emosi tersebut. Jika Anda merasa marah, maka Anda akan lebih termotivasi,” ujar McDermott. “Tapi, apa yang saya temukan adalah rasa marah dan malu justru saling terhubung dengan satu sama lain. Orang-orang tidak hanya merasakan salah satunya, tapi merasakan keduanya secara bersamaan. Dalam banyak kasus, seseorang merasa sangat malu sehingga mereka merasa marah. Dan hal ini mempengaruhi performa mereka.”

Apakah Trash-Talk Etis?

Sekilas, trash-talk tidak ada bedanya dengan kata makian. Kepada BBC, McDermott bahkan mengaku, ketika dia mengadakan studi tentang trash-talking, dia harus memilih kata-kata yang digunakan untuk trash-talking dengan hati-hati. Alasannya, tidak sedikit trash-talking yang bersifat seksis atau homophobic, seperti: “You fight like a girl!” Di Indonesia, kata makian yang sepadan mungkin adalah: “Dasar banci!” Karena itu, menurut McDermott, salah satu hal yang membedakan trash-talk dengan makian adalah adanya elemen “playfulness“. Hanya saja, di luar dunia olahraga sekali pun, ada banyak orang yang bersembunyi di balik kata-kata “Ah, cuma bercanda.” untuk menghina seseorang.

Bermain game adalah kegiatan yang membutuhkan konsentrasi, apalagi jika Anda adalah atlet esports yang bertanding di kompetisi profesional. Beban mental yang dipikul atlet esports kelas dunia bahkan sama dengan beban mental yang dihadapi oleh atlet Olimpiade. Dan trash-talk terbukti bisa memecah konsentrasi korban. jadi, trash-talk memang bisa menjadi senjata untuk menurunkan performa lawan.

Masalahnya, trash-talk — yang memang ditujukan untuk membuat pelaku menjadi lebih percaya diri — juga bisa meningkatkan ego pelaku. Dan hal ini justru bisa membuat sang trash-talker melakukan hal-hal yang tidak sportif. Di dunia olahraga, trash-talking bahkan bisa berujung pada kekerasan, seperti yang terjadi pada final Piala Dunia 2006, ketika Zinedine Zidane menanduk Marco Matterazzi.

Salah satu tujuan trash-talk memang untuk meningkatkan kepercayaan diri. Namun, trash-talk juga bisa membuat seseorang menjadi besar kepala. Anak dan remaja punya risiko lebih besar mengalami masalah tersebut. Karena, jika dibandingkan dengan orang dewasa, remaja masih belum matang secara emosional. Selain itu, remaja juga punya pengalaman yang lebih sedikit. Jadi, ketika atlet muda — seperti kebanyakan atlet esports — melakukan trash-talk, mereka punya kesempatan lebih tinggi untuk berulah, menurut Stack.

Industri esports bisa tumbuh berkat bertambahnya jumlah penonton. Dan memang, trash-talk bisa menjadi bumbu untuk membuat pertandingan esports lebih dramatis. Hanya saja, sportivitas tetaplah bagian penting dari kompetisi olahraga, termasuk esports. Dan trash-talk layaknya antitesis dari sportivitas. Jadi, membiarkan seorang atlet melakukan trash-talk tanpa kendali bisa berujung pada hilangnya sportivitas dalam pertandingan. Padahal, pertandingan yang adil juga merupakan salah satu daya tarik kompetisi esports.

Valve terapkan Overwatch di CS:GO. | Sumber: Daily Esports

ESL bahkan menghabiskan sekitar seperlima sampai seperempat dari dana teknologi mereka untuk membuat teknologi anti-cheating. Tak hanya penyelenggara turnamen, publisher game seperti Riot Games dan Valve pun ikut berinvesasi untuk mengembangkan teknologi anti-cheating. Di skena esports, bahkan ada Esports Integrity Commission (ESIC). Sesuai namanya, ESIC bertujuan untuk menjaga integritas ekosistem esports.

Dalam studi berjudul The Intrinsic Wrongness of Trash Talking and How It Diminishes the Practice of Sport, Nicholas Dixon mencoba untuk menjelaskan mengapa trash-talk justru bisa menghilangkan esensi pertandingan olahraga. Salah satu argumen pro trash-talking adalah karena trash-talk bukan dianggap sebagai hinaan. Namun, Dixon menyebutkan, salah satu tujuan trash-talk adalah untuk menurunkan performa lawan dengan membuatnya merasa marah dan terhina.

Argumen pendukung trash-talk lainnya adalah bahwa seorang atlet memang harus siap secara mental menghadapi tekanan mental, termasuk trash-talk. Hanya saja, Dixon mengatakan, kekuatan mental yang diperlukan untuk tidak terpancing trash-talk berbeda dengan ketahanan mental yang harus dimiliki seseorang untuk bisa memenangkan kompetisi olahraga. Menurut Dixon, kemampuan untuk tetap tenang ketika lawan melontarkan trash-talk tidak seharusnya dijadikan sebagai tolok ukur kemampuan seorang atlet.

Terakhir, argumen yang digunakan untuk mendukung trash-talker adalah dalam pertandingan olahraga, hal-hal yang biasanya tidak boleh dilakukan dianggap lumrah. Misalnya, dalam sepak bola, para pemain boleh melakukan tackle. Di luar lapangan, jika Anda mendadak men-tackle orang lain, tentunya Anda akan kena damprat. Meskipun begitu, Dixon berargumen, tetap ada peraturan yang harus dipenuhi oleh para atlet ketika mereka hendak melakukan hal-hal yang biasanya tidak boleh dilakukan. Sebagai contoh, di sepak bola, pemain memang boleh melakukan tackle, tapi dia tidak bisa menanduk pemain lawan begitu saja. Selain itu, ada beberapa tim olahraga yang memang melarang pemainnya melakukan trash-talk.

Di skena esports, ada beberapa game yang melarang para pemain untuk saling memprovokasi satu sama lain. Riot bahkan tidak mengizinkan pemain dari dua tim yang berbeda untuk saling berkomunikasi di chat.

Kesimpulan

Di dunia olahraga, trash-talk sudah menjadi hal biasa. Sebagian atlet olahraga bahkan dikenal karena kemampuannya dalam memberikan trash-talk. Tak terbatas pada dunia olahraga, trash-talk juga bisa dijadikan sebagai senjata oleh politikus. Bahkan di tempat kerja, ada saja orang yang menyasar rekan kerjanya dengan trash-talk.

Thrash-talk memang bisa meningkatkan motivasi seseorang. Namun, orang tersebut juga menjadi lebih terdorong untuk berbuat curang — sesuatu yang terlarang di kompetisi olahraga, termasuk esports. Dan dalam lingkup kerja, memberikan trash-talk pada rekan satu tim justru bisa membuatnya menjadi tidak bersemangat. Tidak tertutup kemungkinan, target trash-talk justru sengaja menyabotase performa tim.

Wajar bagi tim esports — atau tim/atlet olahraga — untuk ingin menang. Dan tidak bisa dipungkiri, trash-talk merupakan salah satu strategi yang bisa digunakan untuk mengacaukan konsentrasi lawan, memperbesar kemungkinan untuk menang. Namun, apa demi meraih kemenangan, semua cara dihalalkan? Saya rasa, menang dengan berbuat curang tidak artinya.

Dalam dunia competitive gaming, memang tidak semua turnamen/liga esports melarang trash-talk. Meskipun begitu, trash-talk punya konotasi yang negatif. Ketika sponsorship masih menjadi sumber pemasukan utama bagi organisasi esports, apakah rusaknya reputasi tim adalah risiko yang patut diambil?

Sumber header: True Sport

Startup VR Asal Indonesia, SHINTA VR, Dapatkan Pendanaan Pra seri A

Berita terbaru dari pendanaan atas startup asal Indonesia yang bergerak di bidang Virtual Reality atau VR, hadir. SHINTA VR, perusahaan yang berbasis di Jakarta mendapatkan pendanaan pra seri A dari beberapa investor lokal.

Tidak disebutkan nominal angka investasi, tim Hybrid juga telah mencoba mengontak Founder dan Managing Director SHINTA VR, Andes Rizky. Namun memang angkanya tidak diungkap secara umum. Adapun investor yang terlibat pada pendanaan adalah Tigalapan Investama Group dan Investa Syailendra Nuswantara (INSAN) yang memimpin round seri A kali ini.

SHINTA VR sendiri sebelumnya telah mendapatkan investasi dari Telkomsel Innovation Centre (TINC), Renctracks Co Creation, Ltd (Jepang), dan beberapa angel investor.

Anda yang sering mengikuti berita tentang VR dari ranah lokal mungkin akan mengenal beberapa lini produk dari Shinta VR, yaitu Millealab, SpaceCollab atau IP VTuber milik mereka.

Millealab sendiri merpakan unit bisnis dari SHINTA VR yang memiliki beberapa kegiatan antara lain pembelajaran Virtual Relaity ke sekolah-sekolah di 34 provinsi di Indonesia, dengan menggunakan teknologi berbasis 3D dan Virtual Reality. Program ini berhasil mencetak 5200 guru terlatih dan 120 guru sebagai ambassador VR sejak program dijalankan tahun 2019. Millealab menyediakan software platform khusus untuk membuat konten pembelajaran berbasis VR.

Sedangkan SpaceCollab adalah pengembangan sumber daya manusia melalui pelatihan tersinkronisasi berbasis multi-perangkat (VR, komputer, dan smartphone) yang sudah dipakai di beberapa universitas dan perusahaan.

Untuk yang terakhir, Shinta VR memiliki IP VTuber sendiri serta mendirikan agensi Virtual Youtuber bernama Maha5 yang telah bekerja sama dengan GoPlay, Samsung dan berbagai pihak lain.

Dikutip dari rilis, Andes Rizsky, Founder dan Managing Director SHINTA VR, mengatakan bahwa, “Konsistensi kami di bidang Immersive Technology sejak 2016 lalu adalah sebuah perjalanan yang akan membentuk masa depan industri imersif di Indonesia.” Dengan pendanaan ini, SHINTA VR akan memfokuskan diri menjadi perusahaan metaverse paling berdampak di Indonesia.

Sedangkan Presiden Direktur TigaLapan Investama, Titi Khoiriah, mengatakan bahwa SHINTA VR merupakan portofolio pertama mereka di tahun 2021. Memiliki pengalaman di bidang investasi kontruksi, TigaLapan ingin masuk ke industri digital di Indonesia lewat Shinta VR.

Fahmi Bagus Mahessa dari business dan investment aggregator untuk usaha rintisan (start-up) INSAN menyebutkan bahwa, “SHINTA VR telah membuktikan eksistensinya dalam industri imersif dan secara konsisten bertumbuh dengan sangat baik. Kami percaya mereka bisa menjadi sangat besar.”

Investasi kali ini tentunya menarik di tengah semakin luasnya perkembangan metaverse, yang salah satunya menggunakan virtual reality sebagai sarana dalam mengakses konten atau berinteraksi. Tentunya akan menarik untuk melihat produk atau karya apa lagi yang akan dirilis oleh SHINTA VR, di era metaverse yang akan semakin menjadi umum dalam waktu dekat.

Saya kebetulan berteman baik dengan Andes, dan berencana untuk menggali lebih atas rencana SHINTA VR, setelah pendanaan kali ini. Ikuti terus infonya di Hybrid.co.id.

Marci Dota 2, Tukang Pukul Baru yang Lincah di Patch 7.30e

Semenjak diumumkan saat The International 10 berlangsung, akhirnya Marci telah resmi dirilis dan sudah dapat dimainkan. Karakter ini pertama kali muncul melalui Dota: Dragon’s Blood, sebuah serial adaptasi yang ditayangkan di Netflix pada bulan Maret lalu.

sumber: Dota 2

Walaupun Marci berperawakan mungil, ia diperkenalkan sebagai Hero beratribut Strength. Skillset yang dimilikinya unik dan cukup sederhana. Ia mampu melompat dengan jarak yang cukup jauh dan mampu membanting musuh ke belakangnya, menjadikan Marci sebagai Hero yang cocok sebagai inisiator.

Selain itu, ia juga dapat memberikan buff Lifesteal dan bonus damage kepada Hero lain. Jurus Ultimate-nya memampukan Marci untuk melakukan serangan bertubi-tubi dalam waktu yang singkat, lalu menyebabkan sebuah getaran di akhir serangannya. Getaran tersebut akan menghasilkan damage dan akan memperlamban kecepatan serangan dan gerakan Hero lawan.

Bagi Anda yang tidak familiar dengan Marci, atau belum pernah menonton Dota: Dragon’s Blood, Marci merupakan sosok misterius yang selalu mendampingi Mirana. Terhadap temannya, ia merupakan seseorang yang jujur. Namun terhadap musuhnya, Marci akan berusaha mencegah segala bahaya yang akan menimpa orang-orang yang ia anggap sebagai teman.

Marci merupakan Hero pertama yang dimasukkan ke dalam Dota 2, yang karakternya diperkenalkan terlebih dahulu sebelum ada di in-game. Maka dari itu, tidak menutup kemungkinan bahwa bakal ada karakter baru yang akan dimasukkan dari Dota: Dragon’s Blood Season 2, yang akan tayang pada bulan Januari 2022.

Patch 7.30e

Selain Marci, Valve juga merilis patch terbaru untuk Dota 2. Patch ini merupakan patch penyesuaian, dari tren Hero dan Item yang sering dipakai saat The International 10 kemarin. Banyak hero yang menjadi bintang di TI 10 kemarin, tak luput dari nerf.

Hero-hero seperti Magnus dan Ember Spirit contohnya, yang menjadi Hero yang dipakai Team Spirit untuk memenangkan Grand Final TI 10. Keduanya mendapatkan nerf yang cukup terasa.

Horn Toss milik Magnus kini tidak lagi menyebabkan stun, namun hanya akan memberikan efek slow saja. Sedangkan efek Aghanim Ember Spirit, sudah tidak lagi mengurangi manacost dari Fire Remnant-nya. Untuk lebih lengkapnya, Anda bisa cek di sini.

Spesifikasi, Benchmark, Hingga Harga Prosesor Intel Gen 12 Siap Bantai Tim Merah?

Pada 27 Oktober kemarin, Intel secara resmi mengumumkan processor generasi terbaru mereka dengan arsitektur “Alder Lake”. Mereka mengumumkan bahwa seri processor generasi ke-12 mereka itu akan meluncur ke pasaran pada 4 November mendatang. Namun, di perilisannya nanti, hanya seri unlocked atau biasa dilabelkan dengan huruf K dan KF yang akan terjun ke pasaran. Di sisi lain, seri lainnya akan rilis di tahun depan.

Spesifikasi dan harga dari Intel Alder Lake (Image Credit: Intel)

Ada 6 processor dari Intel yang akan rilis di 4 November, yaitu Core i9 12900K, Core i9 12900KF, Core i7 12700K, Core i7 12700KF, Core i5 12600K, dan Core i5 12600KF. Sekadar informasi, huruf K mengartikan bahwa processor tersebut telah ter-unlocked untuk di-overclock dan huruf F berarti processor tersebut tidak memiliki integrated graphics bawaan.

Untuk harganya, flagship terbaru dari Intel, yaitu Core i9 12900K dibanderol dengan harga US$589 (Rp8,36 juta) dan US$569 (Rp8 juta) untuk seri KF. Intel Core i7 12700K dibanderol dengan harga US$409 (Rp5,8 juta) dan untuk seri KF-nya berada di US$384 (Rp 5,45 juta). Terakhir, ada Intel Core i5 12600K dengan harga US$289 (Rp4,1 juta) dan US$264 (Rp3,75 juta) untuk seri KF. Semua harga yang tertulis di atas merupakan harga MSRP dari Intel.

Line-up processor yang diklaim oleh Intel sebagai “processor gaming terbaik di dunia” ini mengusung chip Intel 7 (10nm) yang dikombinasikan dengan teknologi hybrid terbaru milik Intel. Tidak tanggung-tanggung, arsitektur cache milik processor Intel teranyar ini juga didesain ulang, menghasilkan jumlah cache yang lebih tinggi.

Image Credit: Intel

Teknologi hybrid dari Intel ini memungkinkan processor memiliki dua tipe core yang berbeda, yaitu performance core (P-core) dan efficient core (E-core). Sesuai namanya, kedua core ini memiliki fungsi yang berbeda — P-core diperuntukkan untuk mengejar performa tinggi dan E-core lebih ke efisiensi daya serta dapat membantu meningkatkan performa multi-threadBerkat teknologi hybrid ini, dengan daya hanya 65W, Intel Core i9 12900K dapat memberikan performa yang sama dengan i9 11900K saat full power (250W).

Uniknya, E-core ternyata diambil dari desain core pada Intel Atom. Yak, processor yang biasanya ditemukan pada sejumlah laptop budget friendly, kini dipakai di processor tercanggih Intel. Metode ini bukan hal yang buruk, karena E-core yang terdapat di Intel Core generasi ke-12 ini sudah dirombak total hingga menyaingi performa arsitektur Skylake dari Intel. Jadi, E-core ini tidak hanya efisien daya, performanya juga tidak main-main.

Berbicara tentang daya, Intel kini menjelaskan TDP dari processor mereka secara lebih rinci. Pasalnya, mereka menampilkan dua TDP untuk processor Alder Lake ini — yaitu base power (PL1) serta turbo power maksimum (PL2). Tadinya, mereka hanya menampilkan satu TDP saja di semua spesifikasi processor mereka.

Hal tersebut membuat banyak orang bingung untuk memilih kapasitas power supply yang tepat untuk PC mereka. Sebagai contoh, Intel Core i9 11900K memiliki TDP hanya 125W. Namun, saat pemakaian di dunia nyata, Core i9 11900K ternyata dapat menarik daya hingga 295W.

Image Credit: Intel

Intel juga memperbarui kofigurasi management daya di processor mereka. Dulu, untuk semua K-series, Intel mendesain konfigurasi daya yang dapat naik turun ke PL1 hingga PL2 sesuai kebutuhan. Namun, ternyata hampir semua motherboard mengabaikan konfigurasi tersebut dan membuat konfigurasi daya sendiri — yaitu memberikan daya PL2 (maximum turbo boost) setiap saat. Hal ini membuat pengguna bingung akan konfigurasi mana yang benar.

Untuk mengatasi ambiguitas ini, Intel merombak konfigurasi daya di processor Alder Lake terbaru ini untuk mengikuti konfigurasi yang dipakai oleh motherboard. Jadi, processor Alder Lake sekarang akan jalan di daya maximum turbo power secara bawaan pabrik. Namun, pengguna juga dapat mengganti konfigurasi daya ke sebelumnya secara manual.

Image Credit: Intel

Lanjut ke spesifikasi platform-nya, semua processor generasi ke-12 yang telah diumumkan oleh Intel memiliki 16 jalur PCIe 5.0 dan 4 jalur PCIe 4.0. Lalu, chipset Intel Z690 juga menambahkan 12 jalur PCIe 4.0 serta 16 jalur PCIe 3.0. Jadi, untuk konektivitas ke GPU dan M.2 SSD pastinya sudah lebih baik dari generasi sebelumnya.

Socket yang dipakai oleh Alder Lake juga berbeda dari generasi sebelumnya, yaitu LGA 1700. Jika socket pendahulunya memiliki bentuk yang kotak, LGA 1700 memiliki bentuk seperti persegi panjang.

Untuk overclocking, Intel Alder Lake menyediakan banyak hal yang bisa diotak-atik — seperti rasio P-core dan E-core, frekuensi ring/cache, graphics, memory, hingga base clock. Intel juga membiarkan penggunanya mengatur individual core enable/disable, kontrol voltase, offset AVX, dan banyak lagi. Semua ini dapat dikonfigurasi di software Intel Extreme Tuning Utility versi 7.5 terbaru.

Pilihan DRAM untuk Intel Alder Lake juga bervariasi. Pasalnya, processor ini kompatibel dengan RAM DDR5 maupun DDR4. Namun, pengguna harus memiliki salah satu — karena motherboard untuk support RAM DDR4 dan DDR5 berbeda. Jika memilih RAM DDR5, Intel memiliki teknologi XMP 3.0 baru yang membawa segudang fitur baru. Seperti profile XMP yang bertambah menjadi 5, CRC Checksum, On Module Voltge Control, dan lainnya.

Image Credit: Intel

Kini, saatnya membahas klaim Intel tentang “processor gaming terbaik di dunia”. Menurut pengetesan Intel di 31 game yang berbeda, i9 12900K secara rata-rata lebih unggul 13% dari i9 11900K. Pengetesan tersebut dilakukan dengan resolusi 1080p dan pengaturan grafis high.

Kedua processor tersebut dikombinasikan dengan NVIDIA GeForce RTX 3090. Bedanya, i9 12900K menggunakan RAM DDR5-4400 sedangkan i9 11900K masih menggunakan DDR4. Penggunaan RAM ini patut diperhatikan karena menurut Intel, DDR5 memberikan performa gaming yang lebih unggul dari DDR4.

Intel vs AMD (Image Credit: Intel)

Tidak hanya itu, Intel juga membandingkan i9 12900K dengan pesaingnya, AMD Ryzen 9 5950X. Menurut pengetesan itu, performa i9 12900K kalah 3% di Shadow of the Tomb Raider dan unggul hingga 30% di Troy: A Total War Saga. Namun, angka-angka ini tidak sepenuhnya akurat karena pengetesan dilakukan dengan OS Windows 11 sebelum bug performa AMD diperbaiki.

Memakai teknologi yang baru, pastinya ada beberapa rintangan yang harus dihadapi. Sayangnya, karena teknologi hybrid dari Intel, seri Alder Lake tidak kompatibel dengan Denuvo VRM. Hal ini mengakibatkan sebanyak 91 game tidak dapat dijalankan dan 32 di antaranya sedang diperbaiki.

Image Credit: Intel

Beralih ke produktivitasperforma processor Alder Lake diklaim meningkat signifikan dari pendahulunya. Menurut pengetesan Intel, processor generasi ke-12 mereka lebih unggul sekitar 30% dari generasi ke-11 di sejumlah aplikasi Adobe. Menariknya, benchmark Adobe After Effects Pulse menunjukkan bahwa i9 12900K lebih cepat 100% dari i9 11900K.

Anehnya, Intel tidak membandingkan processor teranyar mereka dengan kompetitornya dalam segi produktivitas. Mereka juga tidak membuat klaim processor tercepat untuk produktivitas layaknya yang mereka lakukan di segi gaming. Apakah ini artinya AMD masih lebih unggul dari Intel dalam produktivitas?

Di sisi lain, Intel juga menyiapkan GPU terbaru mereka bernama Arc. Kartu grafis ini disebut-sebut akan rilis pada awal tahun 2022 mendatang. Hmm… Sepertinya Intel sangat ambisius untuk mengambil kembali pasar PC.

Featured image credit: Tom’s Hardware

Kompilasi Review Guardian of the Galaxy: Petualangan Antar Galaksi yang Ternyata Menyenangkan

Marvel Guardian of the Galaxy menjadi salah satu game terbesar yang dirilis pada Oktober ini. Square Enix dan Eidos-Montreal memang punya tugas besar untuk menjadikan game ini lebih baik dari Marvel Avengers yang sebelumnya mendapatkan kritikan pedas.

Baru saja dirilis beberapa hari yang lalu, Guardian of the Galaxy ternyata mampu memberi kejutan dengan mendapatkan review yang mayoritas positif. Mayoritas media tidak menyangka bahwa Square Enix dapat memberikan sebuah game linear yang berfokus penuh pada cerita. Bahkan Polygon menjadikan game ini sebagai ‘biggest surprise of the year‘.

Cerita para Guardian yang tetap menarik

Image Credit: Square Enix

Meskipun nama Guardian of the Galaxy sudah cukup terkenal setelah mendapatkan dua film adaptasi, namun Square Enix ternyata masih memperlakukan game ini sebagai perkenalan kepada para pemain. Seperti yang dituliskan oleh Game Revolution, kisah dalam game ini menyimpang dari MCU maupun komiknya.

Namun bukan berarti Anda akan sulit menikmati cerita baru ini. Malah, cerita yang diangkat oleh Eidos-Montreal memiliki kedalaman baru yang mungkin tidak ditunjukkan di versi film layar lebarnya. Seperti bagaimana interaksi Peter Quill alias Star Lord kepada ibunya sebelum diculik ke luar angkasa. Sam Loveridge dari GamesRadar+ bahkan memuji narasi game ini sebagai kisah unik yang memorable.

Cerita berbobot tersebut juga didukung dengan para pengisi suara dan juga motion capture berkelas. Kombinasi semuanya nyatanya mampu membuat karakter-karakter dalam game ini seakan benar-benar hidup dengan kepribadian uniknya masing-masing.

Visual dunia luar angkasa Marvel yang menakjubkan mata

Menjadi game yang berfokus pada pengalaman single player tentunya mengharuskan Guardian of the Galaxy memberikan pengalaman visual maksimal di setiap adegannya. Untungnya developer Eidos-Montreal berhasil menghadirkannya di game ini dengan baik.

Gameranx bahkan menyebut bahwa game ini memiliki dunia yang menakjubkan dengan visual yang menarik. Pujian memang pantas diberikan kepada Eidos-Montreal yang tidak menahan diri untuk menghadirkan semesta antariksa yang cukup gila-gilaan untuk dijelajahi.

Apalagi game ini juga menggunakan teknologi ray-tracing yang memang cocok dengan tema fiksi-ilmiah dan futuristis yang diusung. Meskipun sayangnya, Wccftech mengatakan bahwa implementasi ray-tracing dalam game ini kurang optimal sehingga menyebabkan stutter.

Gameplay bervariasi yang tetap berimbang

Image Credit: Square Enix

Berlanjut ke gameplay-nya, Guardian of the Galaxy memiliki gameplay dasar layaknya game single player action adventure pada umumnya. Pemain akan memerankan Star Lord yang akan mengekesplorasi dunia linear sekaligus beraksi dengan kedua pistolnya.

Namun selain formula klasik yang telah digunakan di banyak game single player tersebut, Guardian of the Galaxy juga menyuntikkan beberapa variasi gameplay untuk membuat jalannya cerita dan pertarungan di dalam game-nya lebih menarik. Bahkan Paul Tassi dari Forbes menyebut game ini telah mendorong penyampaian cerita di jalan yang belum pernah ia lihat sebelumnya.

Yang pertama adalah sistem pilihan dialog yang akan mempengaruhi cerita layaknya game telltale. Pilihan dialog ini akan muncul di beberapa momen di dalam game-nya, pemain dapat memilih satu dari dua atau tiga opsi jawaban yang akan memiliki konsekuensi pada kelangsungan cerita ke depannya.

Sistem pertarungan unik penuh strategi

Melanjutkan poin sebelumnya, saya memutuskan memisahkan sistem pertarungan dalam Guardian of the Galaxy ini menjadi penjelasan tersendiri. Hal tersebut dikarenakan keunikan dan keberanian Eidos-Montreal dan Square Enix untuk mengimplementasikan sistem pertarungan yang interaktif dan memberi warna baru pada game single player.

Kami telah menyebutkan sebelumnya bahwa Star Lord beraksi hanya dengan dua pistolnya. Dan, dalam aksinya, bisa dibilang dia adalah karakter dengan damage terkecil daripada karakter Guardian yang lainnya. Namun pemain dapat mengkomando para Guardian lain untuk menyerang musuh sesuai arahan pemain. Sistem ini mirip dengan sistem yang diaplikasikan oleh Square Enix di dalam Final Fantasy VII Remake.

Sistem ini membuat aksi para Guardian lain terasa signifikan tanpa harus dimainkan secara langsung oleh pemain. Meskipun begitu pertarungan dalam game juga akan memacu pemain untuk menyusun strategi yang pada akhirnya disebut oleh Game Informer sebagai pertarungan yang sangat menghibur sekaligus memberikan tantangan yang cukup.

Penutup

Image Credit: Square Enix

Guardian of the Galaxy secara mengejutkan tampil cemerlang dengan kelebihan dan berbagai hal yang disukai oleh para gamer terhadap game single player. Kekuatan utama dari game ini terletak pada narasi sekaligus presentasi yang disajikan oleh Eidos-Montreal yang membuatnya disukai.

Sayangnya game ini juga memiliki kelemahan terutama masalah optimalisasi. Karena beberapa media seperti PC Gamer menyebutkan bahwa Guardian of the Galaxy memiliki bug dan glitch yang dapat mengganggu jalannya game. Namun ketika Square Enix dan Eidos-Montreal telah menyelesaikan masalah ini, maka game ini menyajikan sebuah petualangan di dunia intergalaktik Marvel yang menarik untuk diikuti.