Berbekal Ultrasonic, Soaclean Bisa Bersihkan Makanan Hingga Pakaian

Perjalanan bisnis selama tiga sampai empat malam kadang memberikan kita pilihan sulit: apakah cukup hanya membawa satu tas dengan resiko kehabisan pakaian, atau perlukah menyiapkan koper tambahan yang berpeluang membuat perjalanan jadi lebih merepotkan? Banyak hotel menyediakan jasa binatu, tapi kadang kebersihan dan ketepatan waktunya tak seperti yang kita harapkan.

Skenario seperti inilah yang mendorong sejumlah developer mengembangkan gadget portable untuk mencuci pakaian. Tiga tahun silam, Anda mungkin pernah mendengar soal Dolfie. Memanfaatkan dasar teknologi serupa, satu tim inventor menciptakan Soaclean, yaitu perangkat pembersih berbasis ultrasonic yang dapat dibawa kemana-mana. Hal paling menarik dari Soaclean adalah, ia tak cuma bisa membersihkan pakaian saja.

Soaclean mempunyai penampilan seperti tablet raksasa dengan bobot 250-gram, dan ia perlu tersambung ke colokan listrik agar bisa bekerja. Saat diaktifkan, Soaclean akan mengeluarkan suara ultrasonic sembari memutar bagian tengahnya untuk menghasilkan arus buat mendorong noda dan kotoran keluar dari serat kain atau benda apapun yang Anda coba bersihkan.

Soaclean.

Selain baju, Soaclean bisa digunakan untuk membersihkan sayur dan buah, peralatan makan bayi, perhiasan, perabotan perak, kacamata, sepatu, mainan, hingga jam tangan (pastikan saja arloji Anda anti-air). Yang perlu kita lakukan adalah menyiapkan air dalam wadah (misalnya wastafel di kamar mandi), memasukkan baju kotor, mencolokkan kabel, kemudian memasukkan Soaclean ke dalam air.

Soaclean 3

Waktu yang dibutuhkan Soaclean untuk membersihkan benda berbeda-beda. Buat kain, durasi optimalnya ialah setengah jam, sedangkan buah dan sayuran dapat dibersihkan total dalam waktu cuma lima menit. Perangkat ini juga dibekali dengan sistem otomatis, akan menonaktifkan dirinya setelah menyala selama 30 menit – jadi Anda tak perlu cemas jika harus meninggalkannya.

Soaclean 4

Pertanyaan yang mungkin masih tersisa ialah, seberapa efektif Soaclean dalam menghapus noda di kain? Sistem ultrasonic di sana kabarnya mampu menembakkan energi suara dalam air sehingga tercipta ledakan gelembung-gelembung udara super-mungil (berukuran micrometer). Masing-masing gelembung menyimpan temperatur hingga seribu kali atmosfer, dan bekerja buat merontokkan kotoran. Noda warna dapat terlepas dalam waktu tiga menit dari saat baju dimasukkan ke air.

Bisa dimanfaatkan di rumah sehari-hari, oleh pelajar, hingga oleh para pebisnis, Soaclean rencananya akan dibanderol di harga retail US$ 160. Namun jika Anda memesannya sekarang juga di situs crowdfunding  Indie Gogo, produk dapat dibeli cukup dengan mengeluarkan uang sebesar mulai dari US$ 80 saja.

Samsung SmartThings Wifi Adalah Mesh Router Sekaligus Smart Home Hub

Samsung mengawali debutnya di segmen router Wi-Fi berteknologi mesh networking pada bulan Maret tahun lalu lewat sebuah produk bernama Samsung Connect Home. Lompat satu setengah tahun, Samsung telah menyiapkan mesh router generasi keduanya yang diklaim lebih mumpuni.

Kini dijuluki SmartThings Wifi, letak keunggulannya ada pada teknologi jaringan yang dipinjam dari startup bernama Plume. Plume pada dasarnya memanfaatkan AI untuk memonitor penggunaan internet dan mengalokasikan bandwith secara optimal ke masing-masing perangkat yang membutuhkan.

Di Amerika Serikat, reputasi Plume ini terbilang mengesankan. Salah satu penyedia jaringan internet terbesar di sana, Comcast, juga meminjam teknologi berbasis AI besutan Plume untuk digunakan pada produk-produknya sendiri, sekaligus menjadi salah satu investornya.

Keunggulan lain teknologi garapan Plume adalah soal manajemen, baik untuk parental control maupun akses para tamu. Untuk akses tamu misalnya, pengguna dapat menentukan perangkat-perangkat terkoneksi apa saja yang bisa diakses oleh para tamu, sangat cocok bagi mereka yang sering menyewakan kediamannya via platform seperti Airbnb.

Samsung SmartThings Wifi

Paket penjualan SmartThings Wifi terdiri dari tiga unit router. Masing-masing unit memiliki jangkauan seluas 140 m², yang berarti kombinasi tiga unit bisa meng-cover rumah besar sekalipun. Seperti halnya mesh router lain, konsumen tentu bisa menambahkan unit ekstra untuk semakin memperluas jangkauan jaringannya.

Sama seperti pendahulunya, SmartThings Wifi juga berfungsi sebagai smart home hub untuk berbagai perangkat yang kompatibel dengan ekosistem SmartThings. Itulah mengapa router ini telah dibekali spesifikasi yang mumpuni macam prosesor quad-core bikinan Qualcomm, RAM 512 GB serta penyimpanan sebesar 8 GB. Semua dikemas dalam dimensi 12 x 12 x 3 cm saja.

Samsung saat ini telah memasarkan SmartThings Wifi di pasar AS seharga $280 untuk bundel isi tiga unit, sedangkan satu unitnya dihargai $120 jika dibeli secara terpisah.

Sumber: SlashGear dan VentureBeat.

Panasonic Shoe Deodorizer Siap Hilangkan Aroma Tak Sedap pada Sepatu

Zaman masih sekolah di awal tahun 2000-an, saya rela bersepatu ke sekolah tanpa kaus kaki demi tampil lebih keren, meskipun itu berarti saya harus sembunyi-sembunyi dari para guru. Bukan cuma itu, masih ada satu konsekuensi lain yang harus saya hadapi: sepatu saya jadi lebih cepat bau, dan Anda semua tahu betapa busuknya bau kaki yang menempel di dalaman sepatu.

Banyak teknik saya terapkan untuk menghilangkan baunya, termasuk salah satu yang paling saya suka adalah memasukkan bubuk kopi dan mendiamkannya semalaman. Namun belasan tahun telah berlalu, dan teknologi kini mencoba mengambil alih teknik-teknik kuno yang kurang efisien itu.

Gambar yang Anda lihat di atas itu adalah Panasonic Shoe Deodorizer (MS-DS100). Bagian bawahnya itu bisa Anda buka sampai kelihatan sepasang kaki kecil, lalu jejalkan ke dalam sepatu dan diamkan selama lima sampai tujuh jam untuk menghilangkan aroma tidak sedap pada sepatu (bahkan high heels milik kaum hawa pun juga bisa ditangani).

Panasonic Shoe Deodorizer (MS-DS100)

Apakah alat ini menyemprotkan bubuk kopi ke dalam sepatu? Tentu saja tidak. Panasonic lagi-lagi menggunakan teknologi partikel ion “nanoe”, yang bertugas menembus material sepatu lalu menguraikan bau dengan bantuan radikal hidroksil (OH). Teknologi ini sebenarnya juga sudah cukup umum digunakan pada AC mobil-mobil baru.

Yang sedikit berbeda di sini adalah penggunaan versi yang telah disempurnakan, yakni “nanoe X”, yang diklaim bisa menghasilkan 10 kali lebih banyak radikal hidroksil, sehingga kinerjanya menghilangkan bau bisa lebih efektif. Sebelum ini, Panasonic telah menerapkan teknologi yang sama pada Deodorizing Hanger yang dirilis tahun lalu.

Durasi lima sampai tujuh jam tadi merujuk pada mode pengoperasiannya, apakah “Normal” atau “Long”. Panasonic bilang bahwa perangkat juga dapat menerima suplai daya dari power bank apabila tidak ada colokan listrik di sekitar pengguna. Saat sedang tidak dipakai, sepasang kakinya tadi bisa dicopot untuk dibilas dengan air.

Panasonic berencana menjual produk ini mulai 20 September mendatang, tapi khusus untuk pasar Jepang dan dengan kuota produksi 1.000 unit per bulan. Sayang banderol harganya belum diungkap. Sepertinya saya masih harus betah dengan teknik bubuk kopi untuk sementara waktu.

Sumber: Panasonic dan The Verge.

June Adalah Oven Pintar Bertenaga AI dan Jeroan ala Smartphone

Sekitar dua tahun yang lalu, sebuah oven pintar bernama June hadir dengan ide yang tak lazim: memanfaatkan artificial intelligence (AI) untuk memasak berbagai bahan makanan dengan tingkat kematangan yang sempurna, tanpa campur tangan terlalu banyak dari manusia. Nyaris semua klaim pengembangnya dapat June lakukan dengan baik, tapi masalah utamanya cuma satu: harganya nyaris $1.500.

Harga itu jelas kelewat mahal, dan dalam kurun waktu dua tahun ini, pengembangnya sudah banyak belajar. Mereka pun memperkenalkan June Oven generasi kedua. Kelebihannya, hampir semua yang bisa dilakukan pendahulunya tersedia di sini, namun konsumen hanya perlu menebus sebesar $600 ‘saja’.

2nd generation June Oven

Ya, $600 memang masih termasuk mahal untuk sebuah oven, namun pada kenyataannya memang belum ada oven lain yang secanggih June. Sistem kecerdasan buatan masih menjadi salah satu fitur unggulan di generasi keduanya ini, demikian pula jeroan ala smartphone, spesifiknya chip Nvidia Tegra K1 dengan prosesor quad-core 2,3 GHz.

Tidak, oven ini tidak bisa Anda pakai bermain Clash of Clans selagi menunggu masakan di dalamnya matang meskipun ia mengemas layar sentuh 5 inci. Layar sentuh itu berguna untuk mengoperasikan oven, dan pada generasi keduanya ini sudah tidak ada lagi kenop stainless steel di bawah layar demi menekan ongkos produksi sekaligus harga jualnya.

Juga absen adalah kemampuan menimbang June generasi pertama. Menurut penjelasan CEO-nya, Matt Van Horn, fitur ini rupanya tidak banyak dipakai oleh konsumen June. Menghapuskannya sekali lagi membantu June untuk semakin menekan harga jual oven pintar generasi keduanya ini.

2nd generation June Oven

Selebihnya, June generasi kedua masih mirip seperti sebelumnya. Di samping chip Nvidia itu tadi, kamera HD yang terdapat di biliknya juga masih ada, yang tetap berfungsi sebagai ‘mata’ buat June. Biliknya sendiri yang berkapasitas 28 liter dan dibuat dari bahan stainless steel kini diklaim lebih mudah dibersihkan.

Kemampuan memasaknya pun tidak berubah, masih mengandalkan elemen pemanas serat karbon yang bisa naik suhunya lebih cepat, sehingga tahap pre-heating sama sekali tidak diperlukan. Selama memasak, pengguna bisa menanyakan sisa waktu yang June perlukan kepada Alexa via smart speaker Amazon Echo. Jumlah preset memasaknya pun telah bertambah dari yang sebelumnya cuma 25 menjadi 100 jenis masakan. June rupanya banyak belajar dari masukan konsumen selama dua tahun ini.

2nd generation June Oven

Via software update, oven pintar ini bisa ditingkatkan fungsionalitasnya, sama seperti mobil Tesla. Contohnya, pada generasi pertamanya, June kerap menjumpai kesulitan memasak bacon, sebab preset yang tersedia untuk bahan ini cuma ada satu saja. Berdasarkan masukan konsumen, June kini memiliki 64 preset yang berbeda hanya untuk bacon saja.

Jumlah preset yang begitu banyak ini diperlukan sebab faktor yang berpengaruh dalam memasak bacon pun juga banyak; semisal jumlah potongannya, menggunakan lapisan aluminium foil atau tidak, dan lain sebagainya. Selanjutnya, demi memudahkan, AI milik June secara proaktif akan memilih preset yang diperlukan berdasarkan preferensi konsumen yang dicantumkan.

Ketika semua kecanggihan itu ditimbang, maka $600 tidak akan terasa terlalu mahal, apalagi mengingat fiturnya bisa terus bertambah seiring berjalannya waktu. CEO June bahkan sempat mengutarakan rencana mereka untuk menambahkan fitur yang mampu mengubah fungsi June menjadi rice cooker.

2nd generation June Oven

Sumber: Engadget.

Oven GoSun Fusion Gunakan Sinar Matahari dan Listrik Buat Memasak

18 tahun berlalu sejak milenium berganti, namun sampai kini, manusia masih mengandalkan sumber daya alam terbatas yang menghasilkan emisi karbon besar dalam kehidupan sehari-hari. Padahal, potensi satu jenis sumber daya terbesar di tata surya kita masih menanti untuk dioptimalkan: matahari. Sayang buat fungsi praktis, matahari baru digunakan sebagai sumber tenaga perangkat-perangkat berskala kecil.

Namun langkah untuk memanfaatkan tenaga matahari secara maksimal tetap perlu diapresiasi. Para inventor telah merealisasikan beragam ide, dari mulai pembangkit listrik yang menyamar jadi jalanan hingga smartwatch bertenaga surya. Dan pada tahun 2015, tim GoSun sempat mengungkap ide radikal. Mereka mencoba menggunakan panasnya matahari buat memasak.

Tiga tahun setelahnya, konsep ‘oven matahari’ mereka semakin matang. Melalui situs crowdfunding yang sama, GoSun memperkenalkan GoSun Fusion sebagai inkarnasi baru dari model Grill. Fusion menjanjikan kapabilitas canggih dengan pemakaian yang sederhana, yaitu kemampuan memanggang bebas kompromi tanpa membawa kekurangan pemanggang tradisional – cepat kotor, susah dipindahkan, dan berbahaya.

Seperti yang diindikasikan oleh namanya, GoSun Fusion memanfaatkan teknologi pemanggang hybrid. Anda bisa memasak langsung berbekal cahaya matahari, atau menyimpan tenaga surya dalam baterai yang diisi via panel solar, memungkinkan kita memasak meski hari sudah malam. GoSun Fusion mengonsumsi daya dengan sangat efisien. Untuk memanggang, ia cuma membutuhkan listrik setara lampu pijar.

Rahasia dari Fusion terletak pada konstruksi internalnya yang sangat efektif dalam memerangkap panas. GoSun berani mengklaim Fusion sebagai kompor elektrik paling efisien di dunia saat ini, mampu menghasilkan panas hingga 232 derajat Celcius bahkan di kondisi berawan. Makanan bisa matang dalam hitungan menit cuma berbekal cahaya matahari, dan karena mengusung struktur vakum, kelembapan tertahan di dalam dan mencegah makanan hangus.

GoSun Fusion mempunyai ruang sebesar 3,2-liter, kira-kira setara lima porsi makanan. Ia memiliki tubuh tabung, ringan tetapi tangguh. Sepasang sayap polikarbonat dengan permukaan glossy di sana bisa mudah digerakkan mengikuti arah matahari. Lalu saat memasak, Anda tetap bisa memindahkannya karena panas tertahan di dalam. Fusion juga dibekali sistem penghangat elektrik, bisa diaktifkan jika makanan mulai dingin.

Kampanye crowdfunding Fusion sukses besar di Kickstarter. Saat artikel ini ditulis, GoSun berhasil mengumpulkan dana delapan kali lipat dari target awal mereka. Di situs tersebut, GoSun Fusion bisa Anda pesan seharga mulai dari US$ 300, belum termasuk unit power bank. Harga retail-nya adalah US$ 500, dan paket lengkapnya dibanderol US$ 650.

Philips Umumkan Cermin Kamar Mandi dengan Bohlam Hue Terintegrasi

Philips belum lama ini mengumumkan deretan produk baru untuk lini bohlam pintar Hue, termasuk satu model tipe Lightstrip untuk di luar ruangan. Model lain yang tak kalah menarik datang dalam wujud sebuah cermin, yang sekarang sudah beredar informasi lebih mendetailnya.

Nama resminya adalah Philips Hue Adore Bathroom, dan ia merupakan sebuah cermin berbentuk bulat yang bagian pinggirnya dikeliling bohlam LED. Bohlam dengan umur sampai 30.000 jam ini tingkat kecerahannya mencapai angka 2.400 lumen, namun Philips telah melengkapinya dengan diffuser sehingga menyalanya tampak soft dan berwarna kekuningan.

Satu hal yang tidak biasa (setidaknya untuk lini Philips Hue) adalah kemampuannya menyala cuma dalam satu warna saja. Namun ini bisa dimaklumi kalau melihat skenario penggunaannya yang ideal untuk ditempatkan di kamar mandi. Itulah mengapa konstruksinya dirancang tahan cipratan air dan telah mengantongi sertifikasi IP44.

Philips Hue Adore Bathroom mirror

Secara fisik Adore Bathroom yang memiliki diameter 22 inci ini terkesan tangguh, terutama berkat bingkai logam yang membuat bobot totalnya jadi mencapai sekitar 5 kilogram. Perangkat datang bersama sebuah remote control yang bisa dipasangkan di tembok layaknya saklar biasa.

Mengingat ini Philips Hue yang kita bicarakan, sudah pasti ia dapat dikendalikan via smart speaker macam Google Home atau Amazon Echo, dengan catatan konsumen memang memiliki unit Hue Bridge di rumahnya. Kabarnya, perangkat ini bakal dipasarkan di dataran Inggris mulai bulan Agustus seharga £230.

Sumber: SlashGear.

Philips Hue Lightstrip Outdoor Mampu Bertahan di Bawah Guyuran Hujan dan Semprotan Pompa

Ajang CES 2018 lalu menandai kedatangan bohlam pintar Philips Hue seri outdoor yang kemudian disusul oleh seri-seri outdoor lainnya beberapa bulan kemudian. Belum berhenti, Philips kembali menelurkan produk baru juga dari jajaran seri outdoor yang kali ini diklaim lebih tangguh karena mampu menahan hujan, tetap hidup di genangan air dan bahkan semprotan pompa air dari segala arah.

Kemunculan Hue Lightstrip Outdoor diendus di toko resmi Philips Belanda yang kemudian jadi alasan mengapa perangkat rumah pintar ini belum bisa dibeli secara global. Namun, beberapa informasi penting terkait produk barunya sudah dengan mudah ditemukan.

Bohlam strip baru ini diproduksi dalam dua ukuran, 2 meter dan 5 meter. Mengenai kualitas warnanya, Philips mengklaim mendukung 16 juta warna dan mengadopsi difus fleksibel yang disebut berfungsi dengan baik di situasi pencahayaan langsung maupun tidak langsung.

Philips Hue Lightstrip Outdoor
Philips Hue Lightstrip Outdoor

LightStrip Outdoor dapat ditempelkan ke dinding, langit-langit, atau pagar dengan klip dan sekrup yang disertakan dalam paket penjualan sebagai ganti dari perekat di belakang bohlam seperti tipe indoor yang sudah-sudah. Alternatif pemasangan lainnya, pelanggan dapat meletakkan lampu di tanah dan membentuknya sedemikan rupa untuk memberikan pencahayaan dengan pola yang unik. Misalnya, menerangi jalan setapak di taman atau kebun di belakang rumah.

Lily outdoor spotlight
Lily outdoor spotlight

Aksesoris lain Philips Hue Outdoor termasuk bohlam PAR38, bohlam dinding Inara, Lily outdoor spotlight, Adore spotlight, Adore Mirror, Adore illuminated mirror, Adore ceiling lamp, Devote hanging ceiling light dan Explore pendant ceiling light. Seperti semua produk lain yang kompatibel dengan HomeKit, perangkat Hue LightStrip Outdoor juga dapat ditambahkan ke dalam aplikasi Apple Home sehingga pengguna dapat mengendalikannya dengan HomeKit yang ada dan melakukan otomatisasi tugas menggunakan Siri.

Devote hanging ceiling light
Devote hanging ceiling light

Tentu saja, bagi non-pengguna iOS, bohlam ini juga kompatibel dengan Amazon Alexa atau Google Assistant sebagai opsi kedua. Belum ada informasi harga jual untuk masing-masing produk baru Philips di atas, tapi mengingat kemampuannya yang lebih baik dalam menangkis cuaca, kemungkinan besar harganya akan lebih mahal ketimbang jajaran bohlam Hue yang sudah ada.

Sumber berita Homekitnews dan Meethue.

Tak Mau Kalah dari Tesla, Nissan Juga Luncurkan Solusi Sumber Energi Listrik Rumahan

Dulunya ditertawakan, Tesla kini telah menjadi panutan industri otomotif terkait mobil elektrik. Obsesi Tesla terhadap listrik sebagai sumber energi yang bersih dan efisien juga terus dikembangkan ke bidang rumahan lewat produk seperti Tesla Powerwall dan Tesla Solar Roof, dan ini rupanya turut menginspirasi pabrikan lain untuk menempuh jalur yang sama.

Adalah Nissan yang secara serius mengikuti jejak Tesla tersebut. Mereka belum lama ini memperkenalkan produk bernama Nissan Energy Solar, semacam solusi sumber energi alternatif untuk rumah, disajikan melalui kombinasi panel surya dan baterai berukuran masif bernama xStorage.

Nissan Leaf berpose bersama baterai xStorage / Nissan
Nissan Leaf berpose bersama baterai xStorage / Nissan

Premis dan cara kerjanya sangat mirip dengan yang Tesla tawarkan, di mana energi listrik yang berasal dari panel surya bakal ditampung di baterai untuk kemudian digunakan ketika dibutuhkan. Di negara seperti Amerika Serikat, solusi semacam ini dapat membantu konsumen menghemat biaya listrik, sebab sistemnya telah dirancang agar dapat menyalurkan energi listrik ketika tarif listrik sedang tinggi-tingginya akibat permintaan yang naik.

Sistem ini tidak dimaksudkan untuk menjadi pengganti jaringan listrik rumah secara sepenuhnya. Kapasitas maksimum baterainya cuma 4 kWh, dan ini tidak cukup untuk pemakaian normal sehari-hari. Seperti yang saya bilang, tujuannya adalah untuk membantu konsumen menghemat biaya tagihan hingga 66% dalam jangka panjang.

Secara fisik, panel surya buatan Nissan ini memang tidak sekeren bikinan Tesla yang menyamar sebagai atap rumah. Desainnya lebih konvensional, tapi toh yang lebih penting adalah fungsinya. Tanpa harus terkejut, tentu saja sistem ini juga bisa dipakai untuk mengisi ulang baterai mobil elektrik Nissan Leaf.

Nissan Energy Solar

Saat ini Nissan Energy Solar baru dipasarkan di dataran Inggris saja. Alasannya, terlepas dari cuacanya yang sering dicap buruk, di Inggris sudah ada hampir satu juta orang yang memakai panel surya di kediamannya. Harganya dipatok $5.200 untuk enam panel surya, atau $10.300 termasuk baterai 4 kWh tadi berikut instalasinya.

Bisa dipastikan Nissan mengincar Amerika Serikat sebagai target selanjutnya, terutama di kawasan yang menyerempet iklim tropis seperti California. Semoga saja Indonesia juga menjadi salah satu incaran Nissan maupun Tesla ke depannya, mengingat kita bisa dibilang lebih kaya soal matahari (lebih panas), dan lagi jaringan listriknya masih sering gangguan.

Sumber: Wired dan Nissan.

EverCam Adalah Kamera Pengawas Wireless dari Anak Perusahaan Anker

Kamera pengawas dengan integrasi AI merupakan salah satu tren yang cukup populer di sepanjang tahun 2017. Kini ada satu lagi alternatif yang mencoba mencuri perhatian Anda. Namanya EverCam, dan ia datang dari pabrikan bernama Eufy, yang tidak lain merupakan anak perusahaan Anker.

Keunggulan utama EverCam adalah, ia merupakan perangkat wireless. Di saat kamera pengawas lain harus dicolokkan ke listrik, EverCam bisa beroperasi hanya dengan mengandalkan suplai energi dari baterai berdaya 13.400 mAh. Istimewanya, ia cuma perlu di-charge setahun sekali.

Hal ini dimungkinkan berkat kemampuan EverCam untuk merekam hanya ketika diperlukan saja; semisal ketika ada gerakan terdeteksi, ada objek bersuhu panas atau ada seseorang dengan wajah yang tak dikenalinya. Tentu saja fitur-fitur ini didukung oleh AI yang terintegrasi pada EverCam.

EverCam

Di luar itu, EverCam bakal beroperasi dalam mode standby yang sangat irit daya. Perlu dicatat, estimasi daya tahan baterainya tentu saja bergantung pada seberapa sibuk lingkungan di sekitar rumah konsumen. Dalam kasus daya tahan hingga setahun itu tadi, Eufy bilang bahwa penggunaannya berdasar pada 10 kali pendeteksian gerakan setiap harinya, dan durasi perekaman selama 30 detik setiap kalinya.

Semua rekamannya akan disimpan ke dalam microSD sebesar 16 GB, yang sekali lagi diyakini bisa menampung rekaman untuk 365 hari. Untuk melihat isinya, konsumen harus terlebih dulu menancapkan microSD-nya ke base station EverCam. Unit base station inilah yang bertanggung jawab atas komunikasi via Wi-Fi dengan kamera, smartphone maupun komputer.

Bagi yang memerlukan monitoring secara real-time, Eufy menyediakan layanan cloud storage dengan tarif berlangganan sebesar $3 per bulan. Hal lain yang perlu dicatat, semua fitur EverCam di luar live monitoring ini bisa dinikmati tanpa harus berlangganan.

EverCam

Secara fisik, EverCam tahan air maupun suhu sangat dingin dengan sertifikasi IP66, sehingga konsumen bebas menempatkannya di dalam atau luar ruangan. Instalasinya juga sangat mudah; cukup tempelkan kamera ke permukaan logam apapun, atau dengan bantuan dudukan magnetik.

Kameranya sendiri mampu merekam dalam resolusi 1080p, dengan sudut pandang seluas 140 derajat. Eufy turut membekalinya dengan night vision yang bisa menjangkau area sejauh 10 meter. Seandainya ada yang mencoba memindahkan kamera maupun base station-nya, masing-masing perangkat bakal membunyikan sirene dengan sangat keras.

Eufy saat ini tengah memasarkan EverCam melalui Kickstarter. Selama kampanye crowdfunding-nya berlangsung, harganya dipatok $219, atau $329 untuk bundel 2 unit EverCam. Sayang sekali Eufy sejauh ini belum berencana menawarkannya ke pasar Asia.

Sumber: The Verge.

Robovac Electrolux Pure i9 Membersihkan Rumah Lebih Pintar Berkat Teknologi 3D Vision

Tak cuma di perangkat telekomunikasi, kemampuan pintar dan wireless sudah bisa kita temukan di sejumlah perabotan rumah tangga. Bulan ini, Dyson meluncurkan Cyclone V10 sembari menghentikan produksi vacuum cleaner berkabelnya. Dan sebagai pencipta robovac pertama di dunia, Electrolux menjejalkan teknologi yang lebih canggih lagi di perangkat anyarnya.

Diluncurkan oleh sang perusahaan Stockholm itu di tahun 1996, robotic vacuum cleaner punya konsep pengoperasian yang sederhana: aktifkan dan biarkan ia membersihkan rumah secara otomatis. Dua dekade lebih selepas momen itu, Electrolux mengadopsi sistem penglihatan tiga dimensi agar vacuum cleaner robot baru bernama Pure i9 bisa bekerja lebih efektif. Teknologi ini mereka peroleh sesudah mengakuisisi produsen dapur pintar Anova.

Electrolux Pure i9. 2

Berbeda dari robovac yang biasanya bertubuh bundar, Pure i9 mengusung desain segitiga. Menurut Electrolux, rancangan ini memastikan Pure i9 bisa membersihkan hingga ke pojok-pojok ruangan serta mudah melewati celah-celah sempit. Ia mempunyai lebar 325mm, tinggi 85mm dan bobot 3,3kg; dengan kapasitas penampungan kotoran/debu sebesar 0,7-liter.

Electrolux Pure i9. 1

Hebatnya lagi, vacuum cleaner robot ini tak cuma dapat mendaki permukaan miring, tapi juga bisa memanjat batasan vertikal setinggi satu inci. Kabarnya, ia sanggup membersihkan mayoritas jenis permukaan lantai, dari mulai kayu hingga karpet.

Namun fitur utama Pure i9 terletak pada kehadiran sistem 3D Vision-nya. Kapabilitas ini memungkinkan robovac untuk mengetahui adanya objek yang menghalangi rute jalan dan menghindarinya. Berkatnya, Pure i9 dapat menghidarkan dirinya dari terbelit kabel atapun menabrak benda-benda pecah belah. Ia bisa melihat keadaan lantai, area di atasnya, serta zona pojok ruang.

Electrolux Pure i9. 3

Dengan kesanggupan memetakan ruang secara tiga dimensi, Pure i9 mampu mencegah dirinya jatuh karena melewati batasan tangga, mengetahui zona yang sudah dibersihkan, serta mempersilakan kita menentukan area yang tidak boleh dilewatinya.

Electrolux Pure i9. 4

Ketika sedang berada di luar rumah, Anda bisa mencari tahu apa yang telah dikerjakan oleh Pure i9 via aplikasi mobile. Di sana, Anda dapat mengecek proses pembersihan lantai serta mengatur jadwal. Berbekal baterai internal, Pure i9 bisa beroperasi selama 40 sampai 60 menit (dalam mode Eco), sebelum harus kembali ke docking station.

Electrolux Pure i9 sebetulnya sudah mulai tersedia di kawasan Eropa sejak  bulan September kemarin, dan di penghujung Maret 2018 ini, produk akhirnya tersedia lebih luas. Pure i9 dijajakan seharga US$ 900.

Pure i9 merupakan alternatif lebih murah dari Dyson 360 Eye. Namun saya belum mengetahui tipe mana yang menyimpan kemampuan mapping lebih canggih. 360 Eye sendiri kabarnya dapat mempelajari ruang ‘berbasis formula matematika kompleks, teori probabilitas, geometri serta trigonometri’.

Sumber: Electrolux.