Samsung Siap Pasok Kaca Foldable Milik Galaxy Z Flip ke Produsen Smartphone Lain

Salah satu inovasi terbesar yang disajikan Samsung Galaxy Z Flip adalah layar tekuk yang terbuat dari kaca, bukan dari bahan polimer fleksibel seperti pada Galaxy Fold. Sepintas memang sulit dipercaya, akan tetapi Samsung berhasil ‘mematahkan’ hukum fisika dengan menciptakan kaca yang amat tipis.

Begitu tipisnya kaca ini – cuma 30 μm – Samsung tidak segan menjulukinya Ultra-Thin Glass (UTG), dan mereka pun sekarang sudah siap memasok komponen ini ke pabrikan lain yang tertarik untuk memakainya di ponsel foldable bikinannya masing-masing. Samsung, seperti yang kita tahu, selama ini memang rutin menyuplai komponen display ke produsen smartphone lain, termasuk halnya Apple.

Tagline yang Samsung gunakan untuk mempromosikan UTG adalah “Tough, yet Tender”. Berhubung kaca, ia semestinya lebih tangguh ketimbang bahan polimer fleksibel. Tentu saja ketangguhannya kalah jika dibandingkan dengan kaca biasa atau malah Gorilla Glass, tapi kaca-kaca tersebut juga tidak bisa ditekuk atau bahkan dilipat seperti UTG.

Samsung Galaxy Z Flip

Tren foldable phone memang baru berjalan selama satu tahun, akan tetapi inovasi di segmen ini sudah berkembang begitu pesat. Saya tidak akan terkejut seandainya tahun depan kita bakal melihat Samsung UTG 2 yang lebih perkasa lagi ketimbang sebelumnya.

Ini penting mengingat belakangan ini jagat internet ramai membicarakan soal ketangguhan Samsung UTG. Pemicunya adalah video pengujian ekstrem dari channel YouTube JerryRigEverything, yang menunjukkan kalau kaca Samsung UTG di Galaxy Z Flip sebenarnya masih cukup mudah baret.

Lebih tepatnya, yang mudah tergores adalah lapisan protektif di atas kaca UTG, seperti yang dibuktikan pada video lanjutannya. Lapisan ini bukanlah screen protector biasa, melainkan yang berfungsi sama seperti di Galaxy Fold, alias haram untuk dicabut begitu saja.

Sumber: Samsung.

LG Sematkan Kamera 48 Megapixel pada Smartphone Kelas Menengahnya

LG mengumumkan trio smartphone baru dari lineup kelas menengah mereka, K Series. Ketiganya adalah K61, K51S, dan K41S, dan tema yang hendak diangkat adalah fitur kamera premium pada rentang harga yang kompetitif.

LG K61 adalah pentolannya, dengan kamera selfie 16 megapixel dan konfigurasi empat kamera belakang yang terdiri dari: 48 megapixel, 8 megapixel ultra-wide, 2 megapixel macro, dan 5 megapixel depth sensor. 48 megapixel memang tidak lagi terkesan luar biasa tinggi di tahun 2020 ini, tapi tetap saja ini merupakan kamera beresolusi tertinggi yang pernah LG sematkan ke ponsel bikinannya.

LG K51S / LG
LG K51S / LG

Di bawahnya, ada LG K51S yang mengusung kamera selfie 13 megapixel dan empat kamera belakang berspesifikasi lebih rendah: 32 megapixel, 5 megapixel ultra-wide, 2 megapixel macro, dan 2 megapixel depth sensor. Di bawahnya lagi, LG K41S datang dengan empat kamera belakang yang identik (terkecuali kamera utamanya yang cuma 13 megapixel), serta kamera depan 8 megapixel.

K41S juga merupakan satu-satunya model yang masih dilengkapi notch di saat kedua kakaknya sudah mengandalkan model hole-punch. Terkait layarnya, meski ketiganya sama-sama mengemas panel 6,5 inci, hanya K61 yang panelnya beresolusi 1080p, sedangkan sisanya cuma 720p.

LG K41S / LG
LG K41S / LG

Urusan performa, trio smartphone ini mengandalkan prosesor octa-core. LG tidak menyebutkan detailnya, tapi kemungkinan besar bikinan MediaTek. K61 lagi-lagi unggul sendiri dengan RAM 4 GB, sedangkan K51S dan K41S cuma 3 GB. Ketiganya sama-sama dibekali baterai 4.000 mAh, dan konstruksi perangkatnya diklaim telah memenuhi standar militer (MIL-STD-810G).

Sangat disayangkan LG belum menyingkap harga jual masing-masing model K Series edisi 2020 ini. Mereka cuma bilang banderolnya bakal sangat kompetitif, dan pemasarannya dijadwalkan berlangsung mulai kuartal kedua mendatang.

Sumber: LG.

Bukan Foldable, Konsep Smartphone Buatan TCL Ini Punya Layar yang Bisa Digeser

Dari sejumlah ponsel foldable yang sudah dirilis, kita sudah bisa menyimpulkan dua manfaat yang ditawarkan kategori tersebut: 1) menyulap smartphone jadi sebesar tablet, atau 2) menciutkan ukuran smartphone saat sedang tidak digunakan, seperti yang ditunjukkan Samsung Galaxy Z Flip baru-baru ini.

Pertanyaannya, apakah semua itu hanya bisa dicapai dengan desain foldable? Apakah tidak ada alternatif lain? Well, bocoran gambar konsep smartphone bikinan TCL menunjukkan kalau foldable tidak selamanya harus menjadi pilihan. Sebagai gantinya, konsep ini mengandalkan layar yang bisa digeser ke samping menjadi lebih lebar layaknya sebuah meja extendable.

TCL slide-out phone

Persisnya bagaimana cara kerjanya masih belum diketahui. Menurut CNET selaku yang pertama menerima bocoran gambar, prototipe perangkat ini sebenarnya akan didemonstrasikan pada ajang Mobile World Congress. Namun seperti yang kita tahu, event tersebut terpaksa dibatalkan tahun ini di tengah maraknya kasus coronavirus.

Jujur agak sulit membayangkan mekanisme rancangan semacam ini. Kemungkinan besar display-nya masih melibatkan panel yang fleksibel, hanya saja bagian tengahnya tidak ditekuk seperti ponsel foldable yang sudah ada sekarang.

TCL slide-out phone

Sebelum ini, TCL sebenarnya sempat memamerkan prototipe ponsel foldable di event CES. Yang kita lihat di sini benar-benar berbeda dari perangkat tersebut. TCL, bagi yang tidak tahu, punya anak perusahaan bernama China Star Optoelectronics Technology (CSOT) yang berpengalaman memproduksi panel layar, dan ini pada dasarnya menjelaskan obsesi mereka bereksperimen di segmen foldable.

2020 juga bakal menjadi tahun yang besar bagi TCL mengingat mereka bakal memasarkan smartphone di bawah namanya sendiri setelah selama ini memakai branding Alcatel dan BlackBerry. Tidak tanggung-tanggung, tiga ponsel sekaligus sudah mereka siapkan, yaitu TCL 10 Pro, TCL 10L, dan TCL 10 5G.

Sumber: CNET.

Aplikasi Office All-in-One dari Microsoft Sudah Resmi Tersedia di Play Store

November lalu, Microsoft meluncurkan versi preview dari aplikasi Office baru untuk perangkat mobile. Tidak seperti sebelumnya, versi baru Office ini menyatukan tiga komponen pokok Office selama ini, yakni Word, Excel, dan PowerPoint.

Sukses menjalani masa pengujian, aplikasi tersebut akhirnya resmi dilepas ke Play Store. Tanpa bantuan aplikasi tambahan lain, dokumen Word, Excel, dan slide PowerPoint bisa kita buka dan edit langsung di aplikasi Office baru ini. Sinkronisasi file via layanan OneDrive tentu tersedia, tapi menariknya “third-party cloud storage” juga disebutkan di deskripsi aplikasinya.

Memang tidak disebutkan apa saja layanannya, tapi saya yakin layanan populer seperti Dropbox atau Google Drive sudah tercakup, sebab di aplikasi Outlook demikian. Satu tema yang bisa saya simpulkan dari aplikasi-aplikasi mobile bikinan Microsoft dalam beberapa tahun terakhir ini adalah kemudahan integrasi berbagai layanan tanpa terbatas platform.

New Office mobile

Seperti yang sudah pernah saya bahas saat peluncuran versi preview-nya, aplikasi Office all-in-one ini dibekali segudang fitur yang dirancang untuk memudahkan sesi produktivitas dalam konteks mobile. Yang disayangkan adalah tidak adanya tampilan khusus untuk tablet (aplikasinya bahkan tidak bisa digunakan dalam orientasi landscape.

Semoga saja ini hanya masalah waktu, dan Microsoft bakal membuatnya optimal untuk tablet Android dalam waktu dekat. Ini penting mengingat aplikasi Word, Excel, dan PowerPoint sebelumnya benar-benar optimal untuk tablet maupun Chromebook.

Untuk versi iOS-nya, sayang sekali versi finalnya masih belum dirilis sejauh ini. Semoga saat diluncurkan nanti Microsoft tidak mengulangi kesalahannya ini dan melupakan eksistensi iPad.

Sumber: Android Police.

Samsung Jelaskan Mengapa Kamera 108 Megapixel Milik Galaxy S20 Ultra Bukan Sebatas Gimmick

Samsung belum lama ini resmi memperkenalkan trio Galaxy S20, dan kamera menjadi salah satu fitur yang diunggulkannya, terutama pada model S20 Ultra. Seperti yang kita tahu, S20 Ultra merupakan model yang paling mahal, sekaligus satu-satunya yang dilengkapi kamera utama beresolusi 108 megapixel.

Sepintas, resolusi setinggi itu mungkin terdengar agak gimmicky, apalagi mengingat ukuran penampang fisik sensornya masih tergolong kecil (1/1,33 inci) jika dibandingkan dengan sensor milik kamera tradisional. Namun Samsung ingin meyakinkan bahwa sensor bernama lengkap Samsung ISOCELL Bright HM1 ini bukan sebatas gimmick.

Rahasianya terletak pada teknologi Nonacell yang terdapat pada sensor ini. Nonacell pada dasarnya merupakan kelanjutan dari Tetracell, teknologi pixel-binning yang bekerja dengan cara menyatukan empat pixel menjadi satu pixel berukuran lebih besar, sehingga pada akhirnya dapat menyerap lebih banyak cahaya.

Nonacell membawa teknik tersebut ke level yang lebih tinggi lagi. Yang disatukan bukan lagi cuma empat pixel (2×2), melainkan sembilan pixel (3×3). Ukuran pixel individual yang tadinya cuma 0,8 μm bisa disulap menjadi. 2,4 μm berkat teknologi Nonacell. Alhasil, Samsung mengklaim cahaya yang diserap bahkan dua kali lebih banyak ketimbang Tetracell.

Samsung ISOCELL Bright HM1 Nonacell

Nonacell ini juga yang menjadi pembeda utama antara sensor milik S20 Ultra (Bright HM1) dan milik Xiaomi Mi Note 10 (Bright HMX). Kedua sensor itu memang sama-sama beresolusi 108 megapixel, akan tetapi yang sudah dibekali teknologi Nonacell hanyalah Bright HM1, sedangkan Bright HMX masih mengandalkan teknologi Tetracell.

Hal lain yang istimewa adalah klaim Samsung bahwa beragam fitur canggih yang diterapkan sensor ini diproses oleh image processor terpisah, bukan prosesor utama milik smartphone itu sendiri (Snapdragon 865 atau Exynos 990, tergantung kawasan). Hardware terpisah khusus untuk mengatasi keperluan fotografi merupakan salah satu resep untuk menciptakan kamera ponsel yang hebat, dan itu sudah dibuktikan Google sejak 2017.

Keuntungan lain resolusi setinggi ini adalah untuk keperluan zooming. Kita tahu bahwa S20 Ultra menawarkan kapabilitas zooming yang ekstrem, tapi itu dapat terealisasi berkat lensa kompleksnya. Menggunakan lensa biasa pun, sensor ini sudah bisa menghasilkan gambar dengan tingkat zoom 3x pada resolusi 12 megapixel tanpa penurunan kualitas.

Sumber: Samsung.

Apple Dilaporkan Bakal Merancang Antena 5G-nya Sendiri untuk iPhone

Kalau melihat perkembangan terkini di industri smartphone, Apple semestinya bakal merilis iPhone pertamanya yang mengemas konektivitas 5G tahun ini. Sejumlah smartphone kelas menengah sudah mendukung 5G, jadi jelas mengecewakan apabila iPhone terbaru yang dirilis tahun ini masih belum juga mendukungnya.

Beruntung Apple sudah berbaikan dengan Qualcomm, yang berarti mereka dapat menggunakan modem Snapdragon X55 pada iPhone terbarunya demi mendukung 5G. Selain modem, 5G juga membutuhkan antena khusus. Dalam konteks Qualcomm, modul antena 5G terbaru mereka adalah QTM525.

Masalahnya, kalau menurut laporan dari Fast Company, adalah Apple menilai ukuran fisik antena ini terlalu besar untuk iPhone 12 (atau apapun namanya nanti). Jadi seandainya Apple tetap memilih menggunakan antena 5G pasokan dari Qualcomm, berarti mereka harus merancang iPhone 12 sedikit lebih tebal ketimbang rencana aslinya.

Opsi lain yang dimiliki Apple adalah merancang antenanya sendiri. Namun sejarah mencatatkan bahwa Apple kurang berbakat dalam merancang antena, seperti dibuktikan oleh kasus “Antennagate” yang melanda iPhone 4. Singkat cerita, jangan sampai kasus ini terulang kembali hanya karena Apple terobsesi menciptakan iPhone yang lebih tipis daripada yang bisa diwujudkan seandainya mereka menggunakan antena 5G buatan Qualcomm.

Selain perihal ukuran, faktor lain yang membuat Apple enggan bergantung pada Qualcomm adalah perkara uang. Narasumber Fast Company bilang bahwa Apple merasa mereka membayar royalti yang kelewat mahal kepada Qualcomm. Alasan ini juga yang menjadi salah satu alasan mengapa Apple mengakuisisi bisnis modem smartphone Intel tahun lalu.

Namun Apple masih butuh waktu untuk mengembangkan modem 5G-nya sendiri, dan setidaknya untuk tahun ini, mereka masih harus bergantung pada modem bikinan Qualcomm. Pertanyaannya hanya tinggal: “Akankah Apple nekat mendesain antena 5G-nya sendiri untuk digunakan pada iPhone 12?”

Sumber: Fast Company.

Xiaomi Mi 10 dan Mi 10 Pro Jagokan Performa dan Kamera Kelas Sultan

Xiaomi baru saja menyingkap smartphone flagship-nya untuk tahun 2020, yakni Mi 10 dan Mi 10 Pro. Kedua ponsel 5G ini tentu punya banyak kesamaan, akan tetapi sejumlah perbedaannya juga sangat signifikan, terutama di sektor kamera.

Kita mulai dari layarnya terlebih dulu. Baik Mi 10 dan Mi 10 Pro sama-sama mengemas panel AMOLED 6,67 inci beresolusi 2340 x 1080 pixel. Mengikuti tren terkini, layar tersebut punya refresh rate 90 Hz dan touch sampling rate 180 Hz. Yang berbeda di sini adalah tingkat kecerahan maksimumnya: 800 nit pada Mi 10, 1.200 nit pada Mi 10 Pro.

Dapur pacunya sama-sama dihuni oleh Snapdragon 865, kapasitas RAM LPDDR5 maksimum 12 GB, dan storage tipe UFS 3.0 (maksimum 256 GB pada Mi 10, 512 GB pada Mi 10 Pro). Untuk baterainya, Mi 10 punya kapasitas yang sedikit lebih besar (4.780 mAh) dibanding Mi 10 Pro (4.500 mAh). Meski begitu, baterai Mi 10 Pro mendukung charging yang lebih cepat (50W) ketimbang Mi 10 (30W).

Xiaomi Mi 10

Namun seperti yang saya bilang, perbedaan yang paling kentara terdapat pada kameranya. Meski sama-sama mengemas empat kamera belakang dan kamera selfie model hole-punch, spesifikasinya berbeda cukup drastis.

Pada Mi 10 Pro, keempat kamera belakang tersebut mencakup: kamera utama 108 megapixel dengan lensa delapan elemen (cuma tujuh pada Mi 10), kamera 12 megapixel f/2.0 dengan 2x optical zoom untuk portrait, kamera telephoto 8 megapixel f/2.0 dengan 10x hybrid zoom, dan kamera ultra-wide 20 megapixel f/2.2.

Pada Mi 10, selain kamera utamanya mengemas lensa yang lebih inferior, kamera ultra-wide-nya juga di-downgrade menjadi 13 megapixel f/2.4. Dua kamera zoom tadi juga absen pada Mi 10, digantikan oleh sepasang kamera 2 megapixel f/2.4 – satu untuk macro, satu untuk depth-sensing.

Xiaomi Mi 10 Pro

Di Tiongkok, Xiaomi Mi 10 dan Mi 10 Pro saat ini telah dipasarkan dengan rincian harga sebagai berikut:

  • Mi 10 8GB/128GB – 3.999 yuan (± Rp 7,85 juta)
  • Mi 10 8GB/256GB – 4.299 yuan (± Rp 8,44 juta)
  • Mi 10 12GB/256GB – 4.699 yuan (± Rp 9,23 juta)
  • Mi 10 Pro 8GB/256GB – 4.999 yuan (± Rp 9,82 juta)
  • Mi 10 Pro 12GB/256GB – 5.499 yuan (± Rp 10,8 juta)
  • Mi 10 Pro 12GB/512GB – 5.999 yuan (± Rp 11,8 juta)

Sumber: GSM Arena.

Deretan Inovasi OPPO Find X2 Tunjukkan Potensi Snapdragon 865 yang Sebenarnya

Sejak Desember lalu, OPPO telah mengumumkan bahwa mereka bakal meluncurkan smartphone flagship dengan chipset Qualcomm Snapdragon 865 di kuartal pertama 2020, dan sekarang kita tahu bahwa perangkat yang dimaksud adalah OPPO Find X2, yang bakal diresmikan pada tanggal 22 Februari mendatang.

Penggunaan Snapdragon 865 sangat krusial mengingat ada banyak fitur yang terealisasikan olehnya. Yang pertama tentu adalah konektivitas 5G. Bukan sembarang 5G, melainkan yang mendukung kecepatan puncak hingga 7,5 Gbps. Selanjutnya, Snapdragon 865 juga mendukung format HDR10 dan HDR10+, serta mampu mengatasi sesi gaming yang berjalan di refresh rate 144 Hz.

Seperti yang kita tahu, salah satu keunggulan utama Find X2 nantinya adalah layar dengan refresh rate 120 Hz. Refresh rate setinggi ini bakal semakin terasa ketika dipakai bermain game, dan lagi-lagi Snapdragon 865 memegang peran penting berkat teknologi Desktop Forward Rendering yang diusungnya, yang mampu menyajikan kualitas grafis kelas desktop berkat efek lighting dan post-processing yang menawan.

Snapdragon 865 juga mengunggulkan ISP Spectra 480 yang sanggup mengolah data hingga sebesar 2 gigapixel per detik. Ini penting mengingat Find X2 diprediksi juga akan mengemas setup kamera yang sangat kapabel. Bocoran render Find X2 di atas setidaknya bisa menjadi indikasi.

Seperti yang bisa kita lihat, kamera yang paling atas berbentuk persegi panjang, dan ini langsung mengingatkan kita pada kamera milik Reno 10x Zoom. Melihat bagian depannya, tampak layar 120 Hz yang dilengkapi kamera depan model hole-punch yang nyaris tidak terlihat karena diameternya begitu kecil.

Perangkat flagship jelas membutuhkan prosesor kelas flagship. Namun di sisi lain, prosesor flagship baru akan terasa potensi sebenarnya ketika disematkan pada perangkat yang berani berinovasi, menetapkan standar baru di industri dengan sejumlah fitur unggulannya.

Disclosure: Artikel ini adalah advertorial yang didukung oleh OPPO.

WhatsApp Tembus 2 Miliar Pengguna

2 miliar, itulah jumlah total pengguna aktif WhatsApp di seluruh dunia per 12 Februari 2020. Ya, jumlah pengguna WhatsApp sekarang sudah jauh melebihi populasi negara Tiongkok, akan tetapi WhatsApp sebenarnya sudah mencatatkan prestasi ini sejak dua tahun lalu saat mereka mencatatkan jumlah pengguna sebanyak 1,5 miliar orang.

Buat WhatsApp sendiri, pencapaian ini mereka manfaatkan untuk menegaskan kembali komitmen mereka seputar privasi, sekaligus betapa pentingnya peran enkripsi di layanan mereka. Semakin banyak pengguna, semakin banyak pesan yang harus WhatsApp proteksi, kira-kira demikian gambaran sederhananya.

Kepada The Wall Street Journal, Will Cathcart selaku pimpinan WhatsApp juga mengatakan bahwa mereka tidak punya rencana untuk menonaktifkan enkripsi di layanannya. Pernyataan ini penting mengingat di beberapa negara, perusahaan teknologi dihimbau untuk memberikan pemerintah akses ke data terenkripsi dengan alasan bahwa enkripsi menyulitkan mereka untuk melakukan investigasi seputar terorisme dan kasus-kasus lainnya.

Kalau memang konteksnya demikian, WhatsApp bersedia membantu dengan sebatas menyediakan metadata yang diyakini berguna dalam proses investigasi. Meski begitu, enkripsi end-to-end tetap mereka anggap krusial demi menjamin keamanan dan privasi para penggunanya.

Enkripsi pada dasarnya adalah satu faktor penting yang membedakan WhatsApp dari layanan messaging lain milik Facebook, macam Messenger misalnya, yang tidak akan dilengkapi enkripsi end-to-end sampai beberapa tahun ke depan karena kendala teknis yang demikian kompleks.

Sumber: WhatsApp dan The Wall Street Journal.

Samsung Galaxy Z Flip Tunjukkan Berbagai Inovasi Signifikan di Segmen Foldable

Lupakan sejenak Samsung Galaxy Fold, Samsung punya smartphone foldable baru yang sangat berbeda. Dinamai Galaxy Z Flip, layarnya terlipat secara horizontal ketimbang vertikal, sama seperti konsep yang ditawarkan Motorola Razr.

Dalam posisi terlipat, ukuran Z Flip hanya sebesar dompet. Lalu saat ia terbuka lebar, pengguna akan disambut oleh layar AMOLED 6,7 inci beresolusi 2636 x 1080 pixel. Istimewanya, layar ini tidak mengandalkan bahan polimer fleksibel seperti sebelumnya, melainkan kaca amat tipis hasil rancangan Samsung sendiri.

Samsung Galaxy Z Flip

Juga spesial adalah engselnya, yang dirancang supaya layar Z Flip bisa ditekuk secara leluasa, tidak harus terkunci pada sudut-sudut tertentu. Anggap saja Z Flip sebagai sebuah laptop mini, sebab kita memang bisa menggunakannya dalam posisi perangkat membentuk huruf “L”.

Soal spesifikasi, Z Flip menang jauh jika dibandingkan dengan Razr yang hanya mengemas komponen-komponen kelas menengah. Z Flip di sisi lain ditenagai oleh prosesor Snapdragon 855 Plus, RAM 8 GB dan storage internal 256 GB. Kapasitas baterainya pun juga lebih besar di angka 3.300 mAh.

Samsung Galaxy Z Flip

Untuk kameranya, Z Flip mengusung sepasang kamera belakang – 12 megapixel f/1.8 dengan Dual Pixel AF dan OIS + 12 megapixel f/2.2 dengan lensa ultra-wide – dan kamera selfie 10 megapixel model hole-punch. Di sebelah kamera belakangnya, terdapat layar AMOLED kecil berukuran 1,1 inci yang berfungsi untuk menampilkan sejumlah indikator dan notifikasi.

Samsung Galaxy Z Flip akan segera dijual di Amerika Serikat dan Korea mulai tanggal 14 Februari seharga $1.380. Selain warna ungu dan hitam, Z Flip nantinya juga bakal tersedia dalam varian warna emas.

Sumber: Samsung.