OPPO Find X2 Siap Menjadi Game Changer Berkat Inovasi Layarnya

24 sampai 27 Februari mendatang, perhatian industri teknologi bakal tertuju pada event Mobile World Congress (MWC). Seperti di tahun-tahun sebelumnya, sejumlah pabrikan bakal menyingkap smartphone flagship-nya di ajang tahunan yang selalu dihelat di kota Barcelona tersebut.

Tidak terkecuali OPPO, yang tengah bersiap meluncurkan salah satu flagship-nya untuk tahun ini, Find X2. Melalui Twitter, Brian Shen selaku Vice President OPPO menyebut bahwa Find X2 bakal menjadi “game changer“, terutama berkat inovasi pada layarnya.

Inovasi layar sendiri memang banyak diprediksi bakal menjadi salah satu tren utama di industri smartphone tahun ini di samping konektivitas 5G. Indikasinya sebenarnya sudah bisa kita lihat sejak tahun lalu; beberapa smartphone, macam OPPO Reno Ace, hadir mengusung layar dengan refresh rate 90 Hz.

Find X2 siap membawa tren tersebut ke level yang lebih tinggi lagi. Brian bilang bahwa Find X2 bakal mengusung layar dengan resolusi 2K dan refresh rate 120 Hz. Angka refresh rate sendiri mengacu pada berapa kali tampilan layar berkedip setiap detiknya, dan ini berarti layar Find X2 sanggup berkedip dua kali lebih banyak daripada layar ponsel pada umumnya.

Ilustrasi Perangkat OPPO
Ilustrasi Perangkat OPPO

Lantas apa manfaatnya buat konsumen? Refresh rate setinggi ini bakal membuat tampilan layar kelihatan lebih mulus, terutama saat sedang menggulirkan teks atau timeline di media sosial. Lebih lanjut, dampaknya bakal semakin terasa ketika perangkat sedang dipakai untuk menonton video maupun bermain game dengan frame rate yang tinggi.

Selain layar 120 Hz, OPPO Find X2 juga akan mengunggulkan teknologi fast charging SuperVOOC 65 watt, yang dirancang untuk mengisi penuh baterai milik perangkat dalam waktu 30 menit saja. Ini penting mengingat layar dengan refresh rate tinggi cenderung boros konsumsi dayanya, namun OPPO memastikan ini bukan masalah mengingat Find X2 turut dibekali ColorOS versi terbaru yang manajemen pengaturan dayanya lebih baik dari sebelumnya.

Disclosure: Artikel ini adalah advertorial yang didukung oleh OPPO.

10 Fitur Revolusioner iPad Selama 10 Tahun Usianya

Tepat tanggal 27 Januari kemarin, iPad merayakan ulang tahunnya yang kesepuluh. Total ada 19 jenis iPad yang pernah dirilis dalam satu dekade ini, mencakup iPad Mini, iPad Air maupun iPad Pro (jujur saya pusing melihat penamaannya dari generasi ke generasi).

Sebagai tablet terpopuler sekaligus terlaris sejagat, iPad tentunya punya banyak keunggulan yang membuatnya bisa bertahan selama ini. Berikut adalah 10 fitur revolusioner iPad selama 10 tahun usianya.

1. Layar multi-touch

iPad 1st generation

Dunia mengenal iPhone sebagai perangkat consumer pertama dengan layar multi-touch, akan tetapi sejarah mencatat yang berbeda. Steve Jobs sendiri mengaku ide mengenai iPad datang lebih dulu ketimbang iPhone. Usai melihat prototipe iPad yang mengemas layar multi-touch, barulah ia sadar bahwa teknologi tersebut juga dapat diterapkan di ponsel.

Dari situ proyek pengembangan iPad pun ditunda, dan Apple memutuskan untuk merealisasikan iPhone terlebih dulu. Cerita ini terdengar semakin lucu setelah mengetahui reaksi publik yang menilai iPad generasi pertama tidak lebih dari sebatas iPhone versi besar.

2. Layar tanpa orientasi native

Apple iPad

Jauh sebelum iPad generasi pertama dirilis, iPhone sudah lebih dulu mengemas layar yang dapat berubah orientasinya sesuai cara pengguna menggenggamnya. Kendati demikian, iPad tetap lebih unik karena layarnya tak punya orientasi native.

Singkat cerita, tidak ada istilah kita menggenggam iPad secara terbalik. Entah posisi tombol Home-nya di bawah, di atas, di kiri ataupun di kanan, orientasi layarnya bakal menyesuaikan sendiri (selama tidak dikunci). iPhone tidak demikian; Anda tak bisa menggunakannya dalam posisi tombol Home-nya di atas.

3. Aplikasi sama tapi lebih fungsional

iPad Pro

Saat pertama dirilis, iPad mengemas hampir semua aplikasi yang sama seperti iPhone. Meski sama, versi iPad-nya lebih fungsional karena tampilannya sudah dioptimalkan untuk layar besar (bukan sekadar dimelarkan begitu saja).

Seiring berjalannya waktu, ekosistem aplikasi iPad terus bertumbuh, dan sekarang bahkan jumlah aplikasi eksklusifnya semakin banyak, Adobe Photoshop contohnya.

4. Baterai tahan lama

iPad Mini

Salah satu kekurangan iPhone selama ini (terkecuali varian Plus atau Max) adalah baterainya boros. iPad tidak demikian. Sejak generasi pertamanya, iPad selalu konsisten menyajikan daya tahan baterai setara 10 jam pemakaian. Cukup mengesankan mengingat layarnya begitu besar dan performanya juga selalu jempolan.

5. Performa superior

iPad Pro

Bicara soal performa, iPad sangatlah mumpuni sampai-sampai banyak yang menyayangkan sistem operasinya bukan Windows (atau macOS). Ya, tidak sedikit yang berargumen potensi asli iPad terhambat oleh OS-nya yang kelewat simpel. Di sisi lain, Apple memang tidak pernah berniat menggantikan lini Mac-nya dengan iPad.

6. Serba tipis

iPad Pro

iPad Pro generasi ketiga yang tak lagi mengemas tombol Home memegang titel iPad paling tipis (5,9 mm) sejauh ini, padahal performanya adalah yang paling mengesankan. Begitu tipisnya, tonjolan kameranya sampai kelihatan berlebihan.

Selain bodi yang tipis, bezel iPad juga telah menipis drastis semenjak iPad Mini yang pertama. Menariknya, Apple turut mengoptimalkan software-nya supaya layar tidak tertekan secara tak sengaja oleh sebagian jempol pengguna yang beristirahat di sisi layar.

7. Apple Pencil

Apple Pencil

Saat memperkenalkan iPhone maupun iPad, Steve Jobs bersikeras konsumen tidak memerlukan stylus untuk mengoperasikannya. Namun saat iPad Pro generasi pertama dirilis, publik terkejut melihat salah satu fitur unggulannya adalah sebuah stylus yang harus dibeli secara terpisah.

Untungnya Apple Pencil bukan sembarang stylus, melainkan yang dilengkapi fitur pressure sensitivity dan angle detection sehingga penggunaannya terkesan begitu alami. Generasi kedua Apple Pencil malah semakin menyempurnakan desain sekaligus kinerjanya.

8. Palm rejection

iPad Pro and Apple Pencil

Satu hal yang membuat kombinasi iPad Pro dan Apple Pencil menarik adalah fitur palm rejection. Sederhananya, saat kita menulis atau menggambar menggunakan Pencil, tangan kita tidak perlu melayang di atas layar, sebab iPad cukup cerdik mengabaikan sentuhan yang tidak disengaja.

9. ProMotion Display

iPad Pro

Generasi kedua iPad Pro hadir dengan layar yang cukup istimewa. Istimewa karena layar yang disebut dengan istilah ProMotion Display ini mengemas refresh rate maksimum 120 Hz, dua kali lipat layar perangkat mobile pada umumnya.

Istimewanya, refresh rate-nya bisa berubah-ubah sendiri tergantung jenis konten yang sedang ditampilkan – kalau cuma gambar statis, refresh rate-nya akan turun demi menghemat konsumsi baterai. Seperti yang kita tahu, layar dengan refresh rate tinggi belakangan menjadi salah satu aspek yang dilombakan di segmen smartphone flagship.

10. USB-C

iPad Pro USB-C

iPad Pro generasi ketiga mengemas satu komponen yang tidak akan kita temukan di iPhone: port USB-C. Kehadiran satu port ini langsung meningkatkan fungsionalitasnya secara drastis; pengguna jadi bisa menyambungkan iPad Pro dan kamera secara langsung, memindahkan foto-foto yang diambil dan langsung menyuntingnya di iPad Pro.

Menyambungkan iPad Pro ke layar eksternal juga jauh lebih mudah dan tak lagi membutuhkan adaptor. Saat darurat, iPad Pro bahkan juga dapat dijadikan power bank dadakan berkat port USB-C ini.

OnePlus Janjikan Kapabilitas Videografi yang Lebih Baik pada Ponsel Barunya Nanti

2020 baru berjalan hampir satu bulan, namun OnePlus rupanya sudah menggarap banyak pekerjaan rumahnya. Belum lama berselang sejak pengumuman mendetailnya terkait layar 120 Hz yang bakal diusung OnePlus 8, mereka kini membeberkan rencananya untuk menyempurnakan performa kamera ponsel bikinannya, spesifiknya kapabilitas videonya.

Lewat sebuah workshop yang diadakan di kota New York, OnePlus mengundang komunitas videografer guna menampung berbagai masukan dari mereka. Rangkuman sesi tanya-jawabnya OnePlus sampaikan melalui sejumlah poin secara cukup merinci di forumnya, dan saya akan coba soroti beberapa yang paling penting.

Yang pertama adalah terkait konsistensi. Semua ponsel sekarang punya lebih dari satu kamera belakang, namun sering kali karakteristik exposure maupun white balance-nya tidak sama. OnePlus bilang bahwa prioritas mereka adalah memastikan semua ini bisa konsisten di seluruh modul kamera milik ponsel baru mereka ke depannya.

Selanjutnya, OnePlus berencana menerapkan sejenis fitur super stabilization yang bisa diaktifkan saat merekam video 4K, demikian pula mode HDR dan fitur Night Mode untuk video, yang keduanya juga sedang mereka kerjakan. Lebih lanjut, OnePlus juga akan menyediakan tool untuk mengedit video yang lebih lengkap pada aplikasi Gallery bawaan.

Masukan lain yang cukup menarik adalah seputar pengoperasian menggunakan satu tangan. OnePlus sepertinya bakal merombak tampilan aplikasi kamera bawaan ponselnya supaya deretan fiturnya tidak terkumpul semua di bagian atas. Zooming misalnya, semestinya bisa dilakukan dengan satu tangan saja, dan itu juga bakal diusahakan oleh OnePlus.

Hal lain yang layak disoroti lebih dalam adalah komitmen OnePlus untuk berfokus pada aspek yang esensial saja. Fitur-fitur pemanis yang terkesan gimmicky macam AR emoji, light painting maupun reverse recording tidak akan mereka jadikan prioritas. Semuanya demi menghadirkan peningkatan kualitas video yang signifikan.

Sumber: OnePlus via Android Central.

Motorola Dikabarkan Sedang Menyiapkan Razr Versi 5G

Sulit menyangkal anggapan bahwa Motorola Razr merupakan ponsel foldable berpenampilan paling menarik sejauh ini. Reinkarnasi ponsel lipat legendaris ini juga menunjukkan manfaat lain dari tren foldable, yakni untuk mengecilkan ukuran ponsel secara drastis saat sedang tidak dipakai.

Ini justru berbanding terbalik dari premis yang diusung foldable lain, utamanya Samsung Galaxy Fold dan Huawei Mate X, yang keduanya justru diciptakan untuk dipakai layaknya sebuah tablet saat diperlukan. Juga berbeda cukup signifikan adalah spesifikasinya; baik Galaxy Fold maupun Mate X sama-sama mengusung komponen flagship, sedangkan Razr hanyalah perangkat kelas menengah.

Benar saja, Razr hanya dibekali oleh chipset Qualcomm Snapdragon 710 yang performanya jauh di bawah Snapdragon 855. Chipset ini juga tak lagi bisa dibilang baru saat Razr sudah mulai dipasarkan nanti, yang dijadwalkan baru akan dimulai di tahun 2020 ini.

Motorola Razr

Terlepas dari itu, Razr tetap saja menarik meski harganya mencapai $1.500. Akan lebih menarik lagi seandainya perangkat ini bisa lebih future-proof, terutama dari segi konektivitas. Ya, yang saya maksud adalah dukungan terhadap jaringan 5G, yang ternyata absen pada Razr.

Kabar baiknya, Motorola dilaporkan sedang menyiapkan Razr versi 5G. Versi ini tentu akan mengemas chipset yang berbeda, kemungkinan besar antara Snapdragon 765G atau MediaTek Dimensity 1000L, chipset yang sama yang menenagai OPPO Reno3 Pro dan Reno3 yang duduk di segmen menengah.

Tidak menutup kemungkinan juga adalah Exynos 980, chipset bikinan Samsung pertama yang mengemas modem 5G terintegrasi, sebab ini bukan pertama kalinya Motorola menggunakan chipset buatan Samsung.

Sumber: GSM Arena.

OnePlus 8 Bakal Dibekali Layar dengan Refresh Rate 120 Hz

Salah satu tren yang sedang naik daun di industri smartphone adalah layar dengan refresh rate tinggi. Satu per satu pabrikan mulai mengimplementasikan fitur yang tadinya banyak dianggap gaming-oriented, tidak terkecuali OnePlus, yang menyematkan layar 90 Hz pada ponsel flagship-nya tahun kemarin.

Belum lama berselang sejak perilisan OnePlus 7T Pro, OnePlus rupanya sudah tidak sabar membeberkan salah satu fitur yang akan menjadi andalan flagship mereka berikutnya. Apalagi kalau bukan layar dengan refresh rate yang lebih tinggi lagi; dari 90 Hz naik lagi menjadi 120 Hz.

OnePlus 8 – anggap saja begitu namanya untuk sekarang – bukanlah smartphone pertama yang mengemas layar 120 Hz. Sebelumnya, Razer Phone 2 dan Asus ROG Phone II sudah lebih dulu mengemas layar dengan refresh rate setinggi ini. Kendati demikian, OnePlus mengklaim layar 120 Hz mereka punya kinerja yang lebih baik dalam konteks respon klik, respon scroll maupun akurasi.

OnePlus 120Hz display

Klaim ini didasari oleh penerapan optimasi pada layar yang disebut mampu meningkatkan kecepatan rendering frame individual sebesar 7%, tidak ketinggalan pula angka touch sampling rate setinggi 240 Hz. Dengan kata lain, panel AMOLED-nya mungkin sama-sama buatan Samsung, akan tetapi optimasi dari masing-masing pabrikan pada akhirnya dapat memberikan hasil yang berbeda.

OnePlus juga menyinggung soal teknologi MEMC (Motion Estimation/Motion Compensation) yang bakal mereka terapkan supaya video 24 fps atau 30 fps dapat diputar dan dinikmati layaknya video 60 fps atau bahkan 120 fps. Jujur saya pribadi kurang suka dengan hal ini, sebab MEMC pada dasarnya hanya istilah lain dari teknik motion smoothing.

Motion smoothing memang membuat video kelihatan jauh lebih mulus, tapi di saat yang sama kesan sinematiknya pun sirna (jadi kelihatan seperti sinetron). Semoga saja OnePlus menjadikan fitur MEMC ini opsional, sebab sejumlah pabrikan TV sendiri siap melakukannya mulai tahun ini.

Teknologi MEMC pada OnePlus 8 mengandalkan chip tersendiri supaya maksimal / OnePlus
Teknologi MEMC pada OnePlus 8 mengandalkan chip tersendiri supaya maksimal / OnePlus

Di samping refresh rate 120 Hz, layar milik OnePlus 8 ini juga disebut sangat akurat perihal reproduksi warna. Secara teknis, panel yang dipakai adalah panel 10-bit yang bisa menampilkan 1.024 variasi warna dasar, atau total 1,07 miliar warna yang berbeda. Tingkat kecerahan maksimumnya sendiri mencapai 1.000 nit, sesuai dengan standar HDR.

Meski terdengar menjanjikan, OnePlus masih punya satu pekerjaan rumah terkait layar dengan refresh rate tinggi ini: konsumsi baterai. Ya, layar 90 atau 120 Hz sudah pasti lebih boros daya ketimbang layar 60 Hz, dan itulah mengapa pabrikan turut menyematkan fitur adaptif supaya layarnya tidak terus-menerus berjalan di 90 Hz atau 120 Hz, tapi bisa turun dengan sendirinya saat tidak diperlukan (saat sedang menampilkan gambar statis misalnya).

Singkat cerita, peningkatan kualitas layar ini harus dibayar dengan daya tahan baterai yang lebih singkat. Suatu pengorbanan yang cukup krusial seandainya tidak ada peningkatan di sektor efisiensi.

Sumber: OnePlus.

Samsung Galaxy XCover Pro Buktikan Bahwa Smartphone Enterprise Tak Harus Buruk Rupa

Smartphone untuk kalangan pebisnis atau enterprise umumnya jauh dari kata menarik, akan tetapi Samsung baru-baru ini membuktikan sebaliknya. Perangkat bernama Samsung Galaxy XCover Pro berikut ini bisa menjadi salah satu contoh smartphone enterprise yang dieksekusi dengan baik.

Secara fisik, XCover Pro sengaja dirancang tahan banting agar siap dioperasikan di lapangan. Sasis ekstranya memastikan XCover Pro bisa selamat meski terjatuh dari ketinggian 1,5 meter, tidak ketinggalan pula ‘serbuan’ cuaca ekstrem. Sertifikasi MIL-STD 810G maupun IP68 yang diusungnya merupakan indikasi akan ketangguhannya secara menyeluruh.

Layar model hole-punch miliknya mempunyai bentang diagonal 6,3 inci dan resolusi 1080p. Yang istimewa, layar sentuh ini tetap dapat dioperasikan meski dalam kondisi basah, atau ketika pengguna sedang mengenakan sarung tangan. Lebih lanjut, XCover Pro turut mengemas sepasang tombol fisik yang dapat diprogram sesuai kebutuhan, semisal untuk mengaktifkan fitur walkie talkie pada aplikasi Microsoft Teams.

Juga menarik adalah kemampuan XCover Pro untuk menjadi mesin point-of-sale (POS). Ini berarti pemilik usaha dapat memanfaatkannya untuk menerima pembayaran dari konsumen yang menggunakan kartu kredit, ponsel maupun smartwatch berbasis NFC. Urusan keamanan data, Samsung memastikan semuanya terjaga dengan baik berkat platform Knox rancangan mereka sendiri.

Secara teknis, XCover Pro mengemas spesifikasi macam ponsel kelas menengah: chipset octa-core Exynos 9611, RAM 4 GB, storage internal 64 GB (plus slot microSD), dan baterai 4.050 mAh yang bisa dilepas-pasang. Dua kamera belakangnya mengemas resolusi 25 megapixel dan 8 megapixel, sedangkan kamera depannya dengan sensor 13 megapixel.

Samsung berencana melepas Galaxy XCover Pro ke pasaran seharga $499 pada babak pertama tahun ini. Namun belum ada kepastian terkait negara mana saja yang bakal kebagian jatahnya.

Sumber: Samsung dan Engadget.

5 Tips Singkat untuk Memulai Live Streaming Game dari Smartphone

Tren live streaming video game yang ada sekarang sudah jauh berbeda dibanding sepuluh tahun yang lalu. Pada kenyataannya, Twitch yang notabene merupakan pelopor di bidang ini baru berdiri pada pertengahan tahun 2011, yang berarti umat manusia belum mengenal profesi streamer video game satu dekade silam.

Sekarang, pilihan platform-nya bukan cuma Twitch atau YouTube saja. Kita bahkan tidak harus memiliki laptop atau PC untuk bisa menyiarkan sesi gaming kita secara langsung ke hadapan dunia. Ya, smartphone saja sebenarnya sudah cukup untuk memulai karir sebagai seorang streamer video game.

Bagi yang belum punya gambaran sama sekali terkait live streaming video game, berikut adalah lima tips singkat yang bisa Anda ikuti untuk memulai.

Siapkan peralatan ‘perangnya’

Samsung Galaxy A30s dan A50s / Samsung
Samsung Galaxy A30s dan A50s / Samsung

Dua yang paling utama tentunya adalah koneksi internet yang stabil sekaligus cepat, serta smartphone berspesifikasi mumpuni yang sanggup menjalankan game secara mulus selagi menyiarkan rekamannya secara langsung. Sejumlah fitur spesifik, macam AI Game Booster seperti yang terdapat pada ponsel Samsung Galaxy A30s dan A50s, pastinya bakal sangat membantu memuluskan semuanya.

Ponselnya tidak harus flagship. Dua contoh tadi berada di kisaran 3 – 5 jutaan rupiah, dan lagi kapasitas baterai yang cukup besar pada keduanya (4.000 mAh) juga akan membantu mewujudkan sesi streaming yang lebih panjang.

Unduh aplikasi untuk streaming-nya

Game.ly and Nimo TV Logo

Buat yang baru memulai, dua alternatif yang bisa diandalkan adalah Game.ly dan Nimo TV. Keduanya cocok untuk para pemula mengingat kita bisa langsung memulai sesi live streaming dari smartphone, tanpa sedikit pun mengandalkan bantuan laptop atau PC. Itulah mengapa dibutuhkan perangkat dengan spesifikasi yang cukup mumpuni.

Untuk yang lebih advanced, pilihan yang paling mainstream tentu adalah Twitch, YouTube dan Facebook. Kategori advanced ini membutuhkan persiapan yang lebih banyak sekaligus langkah-langkah yang cukup kompleks, jadi lebih baik dibahas di poin yang berbeda.

Mulai streaming

Langkah-langkah live streaming menggunakan Game.ly

Kelebihan dari aplikasi streaming seperti Game.ly atau Nimo TV adalah kemudahan yang ditawarkannya. Di Game.ly misalnya, selesai mengunduh aplikasi dan membuat akun, kita bisa langsung memulai streaming dengan mengklik icon bergambar kamera di tengah, lalu memilih opsi “Go Live”.

Langkah-langkah live streaming menggunakan Game.ly

Setelahnya, klik tombol Home, maka kita bakal melihat notifikasi “Game.ly is running” yang menandakan bahwa live streaming telah dimulai. Dari situ kita bisa langsung membuka game yang hendak dimainkan selagi menyiarkan seluruh sesinya.

Persiapaan streaming kategori advanced

Ilustrasi perlengkapan streaming profesional versi Razer / Razer
Ilustrasi perlengkapan streaming profesional versi Razer / Razer

Di kategori ini, komponen esensialnya bertambah tiga, yakni laptop atau PC berspesifikasi cukup tinggi, software untuk live streaming, serta software untuk memunculkan tampilan ponsel di komputer macam SCRCPYUntuk software live streaming-nya, contoh populer yang gratis adalah Open Broadcaster Software (OBS), sedangkan yang berbayar adalah XSplit Broadcaster atau vMix.

Selebihnya, streamer dengan jam terbang yang tinggi umumnya juga menggunakan perlengkapan ekstra seperti mikrofon, headphone maupun sistem lighting profesional, namun ini masih bisa dikategorikan opsional.

Mulai streaming layaknya seorang profesional

Langkah-langkah memunculkan Developer Options di perangkat Samsung / Samsung
Langkah-langkah memunculkan Developer Options di perangkat Samsung / Samsung

Langkah pertama yang perlu dilakukan, terutama jika Anda menggunakan ponsel Samsung, adalah mengaktifkan fitur USB Debugging melalui menu Developer Options di dalam Settings.

Tidak menemukan menu Developer Options? Masuk dulu ke menu About Phone di Settings, klik Software Information, lalu scroll ke bawah dan klik opsi Build Number sebanyak tujuh kali. Setelahnya, menu Developer Options akan muncul di bawah About Phone.

Langkah berikutnya adalah memastikan bahwa output video yang disiarkan cuma tampilan smartphone saja. Di sinilah software screen mirroring seperti SCRCPY itu tadi berfungsi; usai membuka OBS dan memilih opsi Window Capture, kita dapat langsung memilih SCRCPY sebagai source-nya.

Kalau tampilan di OBS sudah seperti ini, sesi live streaming sudah siap dimulai
Kalau tampilan di OBS sudah seperti ini, sesi live streaming sudah siap dimulai

Video sudah, saatnya mengurus audio. Usai menyambungkan kabel aux dari ponsel ke komputer (di port mic), buka Volume Mixer di Windows dengan mengklik kanan icon speaker di taskbar dan memilih opsinya.

Dari situ klik System Sounds, pilih tab Recording dan klik opsi Microphone. Pindah ke tab Listen, lalu centang opsi “Listen to this device“.

Di titik ini, kita sudah bisa memulai sesi live streaming menggunakan setup yang advanced ini. Satu hal penting yang perlu diperhatikan adalah, jangan lupa menyalin streaming key dari platform yang digunakan (misalnya YouTube), lalu cantumkan kode tersebut pada menu pengaturan OBS agar dapat tersambung.

Disclosure: Artikel ini adalah advertorial yang didukung oleh Samsung.

Gambar header: Screenpost via Unsplash.

Reno2 Year of the Mouse Limited Edition Tampil Spesial Sebagai Penutup Kerja Sama OPPO Indonesia dan Disney

Perayaan Imlek tahun ini jatuh pada tanggal 25 Januari 2020, dan berdasarkan penanggalan Tionghoa, tahun 2020 merupakan tahun Tikus Logam. Guna menyambut perayaannya, OPPO Indonesia merilis varian khusus Reno2 Year of the Mouse Limited Edition.

Sesuai temanya, edisi spesial ini mengangkat karakter tikus yang paling terkenal di seantero dunia. Siapa lagi kalau bukan Mickey Mouse, maskot Disney yang pertama kali muncul di tahun 1928, sekaligus karakter kartun pertama yang namanya terpampang di Hollywood Walk of Fame.

Sebagai edisi terbatas, Reno2 Year of the Mouse Limited Edition tampil spesial dengan grafir bergambar Mickey Mouse pada lapisan kaca belakangnya. OPPO bilang bahwa proses grafirnya tidaklah mudah dan membutuhkan waktu yang cukup lama. Di samping ukiran yang presisi, OPPO turut memastikan tampilannya tetap stylish selagi mempertahankan elegansinya.

Perangkat ini merupakan hasil kolaborasi yang ketiga sekaligus terakhir antara OPPO Indonesia dan Disney. Sebelum ini, OPPO sudah lebih dulu meluncurkan Reno2 F Disney Special Bundling menjelang akhir tahun lalu, diikuti oleh A9 2020 Disney Special Bundling pada 9 Januari kemarin.

A9 2020 Disney Special Bundling

Keduanya sama-sama menyertakan merchandise eksklusif OPPO dan Disney pada paket pembeliannya; Reno2 F Disney Special Bundling dengan Tote Bag dan Tumblr, sedangkan A9 2020 dengan Disney’s Mickey Mouse Phone Case dan Drawstring Bag.

Bisa kita lihat bahwa OPPO menerapkan strategi yang berbeda pada proyek kerja sama terakhirnya bersama Disney. Upaya ekstra yang mereka lakukan pada akhirnya menghasilkan perangkat edisi spesial yang unik sekaligus sulit untuk dikembari.

Untuk Reno2 Year of the Mouse Limited Edition, OPPO berencana menerima pemesanannya mulai tanggal 17 Januari mendatang. Harga jualnya masih belum disebutkan, demikian pula rincian paket lengkap yang akan didapat oleh para pembelinya.

Disclosure: Artikel ini adalah advertorial yang didukung oleh OPPO.

Terinspirasi Supercar McLaren, OnePlus Concept One Punya Kamera yang Bisa ‘Menghilang’

OnePlus mengawali tahun 2020 dengan menyingkap sebuah konsep smartphone yang sangat menarik. Dinamai OnePlus Concept One, perangkat yang sedang dipamerkan di ajang CES 2020 ini dirancang untuk mendemonstrasikan satu fitur yang istimewa, yakni kamera belakang yang bisa ‘menghilang’.

Maksud kata menghilang di sini adalah tidak tampak sedikit pun, kecuali jika kita melihatnya dari sudut tertentu. Rahasianya terletak pada kaca electrochromic di depan modul kamera yang dapat menjadi buram ketika dialiri listrik. Barulah ketika kamera hendak digunakan, kacanya berubah menjadi transparan dan kita bisa melihat tiga lensa beserta LED flash-nya. Proses pergantiannya sendiri memakan waktu sekitar 0,7 detik.

OnePlus Concept One

Secara fisik, OnePlus Concept One pada dasarnya merupakan OnePlus 7T Pro yang sisi belakangnya dibalut kulit berwarna oranye khas McLaren. Kebetulan yang menjadi inspirasi dari fitur invisible camera ini juga adalah supercar McLaren 720S, yang sunroof-nya dilengkapi kaca electrochromic guna meminimalkan sorotan matahari.

Fungsinya jelas berbeda di sini. Selain kelihatan keren, kaca electrochromic ini rupanya juga dapat merangkap peran sebagai ND filter dengan berubah menjadi semi-transparan. Dalam fotografi dan videografi, ND filter sangat berguna untuk mencegah sejumlah area pada gambar (highlight) tampak terlalu terang, terutama saat memotret atau merekam video di bawah terik matahari langsung.

OnePlus Concept One

Hal lain yang saya suka dari Concept One adalah tidak adanya tonjolan kamera. Bodinya memang jadi lebih tebal ketimbang OnePlus 7T Pro, namun seandainya lapisan kulit itu diganti dengan lapisan kaca seperti pada umumnya, berarti OnePlus punya ruang ekstra untuk menanamkan baterai yang berkapasitas lebih besar.

Lalu yang menjadi pertanyaan, kapan OnePlus bakal mengimplementasikannya? Mereka sejauh ini masih enggan mengonfirmasi, akan tetapi kalau melihat keberanian mereka mendemonstrasikannya di event sebesar CES, sepertinya tidak lama lagi. OnePlus 8 mungkin?

Sumber: GSM Arena dan OnePlus.

TCL Umumkan Tiga Smartphone di Bawah Namanya Sendiri: TCL 10 Pro, TCL 10L, dan TCL 10 5G

TCL mengawali tahun 2020 ini dengan turun langsung ke industri smartphone menggunakan namanya sendiri setelah selama ini menjadi pemegang brand Alcatel. Tidak tanggung-tanggung, tiga ponsel sekaligus mereka umumkan di ajang CES yang tengah digelar di kota Las Vegas.

Ketiganya adalah TCL 10 Pro, TCL 10 L, dan TCL 10 5G. TCL rupanya masih menyimpan detail lengkap mengenai ketiganya untuk diungkap pada acara peluncuran resminya di MWC 2020 bulan depan, akan tetapi kita sudah bisa mendapat gambaran terkait sejumlah keunggulannya dari foto-foto yang dirilis.

TCL 10L / TCL
TCL 10L / TCL

Ketiganya punya banyak kemiripan, terutama sisi belakang yang dilengkapi oleh kuartet kamera. Spesifikasi lengkap kameranya belum diketahui, namun TCL 10L dan TCL 10 5G dipastikan bakal mengusung kamera utama 48 megapixel, sedangkan TCL 10 Pro berbeda sendiri dengan kamera 64 megapixel.

Secara fisik, TCL 10 Pro juga paling berbeda. Punggungnya bebas dari sensor sidik jari, sebab TCL sudah menanamkannya di balik layar yang memiliki notch kecil di bagian atasnya. TCL 10L dan TCL 10 5G di sisi lain malah mengemas perpaduan sensor sidik jari di belakang beserta layar model hole-punch.

TCL 10 5G / TCL
TCL 10 5G / TCL

Fakta lain yang cukup menarik terkait TCL 10 Pro adalah, panel AMOLED yang digunakan bukanlah buatan Samsung, melainkan bikinan China Star Optoelectronics Technology (CSOT), anak perusahaan TCL yang selama ini memproduksi panel layar untuk deretan TV besutan TCL sendiri.

Karena tidak mengandalkan pasokan komponen dari luar, ongkos produksinya pun bisa ditekan, demikian pula harga jualnya. TCL bilang bahwa banderol TCL 10 Pro tidak akan melebihi $500 untuk konfigurasi terendahnya saat mulai dipasarkan pada kuartal kedua mendatang. Untuk TCL 10L dan TCL 10 5G, harganya sudah pasti bakal lebih terjangkau lagi.

TCL 10 5G sendiri bakal bersaing di kelas yang sama seperti OPPO Reno3 Pro, apalagi mengingat chipset yang digunakan keduanya sama persis, yakni Qualcomm Snapdragon 765G. Lebih lengkapnya kita harus menunggu launching resminya menjelang akhir Februari nanti.



Sumber: PhoneArena dan TCL.