Facebook Uji Plugin Chat Messenger untuk Layanan Pelanggan di Situs Bisnis

Messenger mungkin lebih lekat dengan pengguna perorangan, walaupun sejumlah fan page berbasis bisnis sudah mulai memanfaatkan platform Messenger untuk memberikan support kepada pelanggannya. Tapi, Facebook tampaknya ingin meningkatkan keterlibatan Messenger ke sektor bisnis, dengan memulai tahap pengujian plugin baru bernama Customer Chat yang memungkinkan pengguna bisnis menyematkan Messenger sebagai portal layanan pelanggan di situs mereka.

Manuver ini sejatinya bukan benar-benar baru, sebab sebelumnya Facebook sudah menawarkan tombol Message US dan plugin Send to Messenger yang juga bisa disematkan di situs. Tapi, Customer Chat membawa intensitas percakapan antara pelanggan dan bisnis ke tahapan yang lebih intens dan real-time. Facebook juga menambahkan dukungan bot sebagai alternatif pengganti di jam-jam tertentu.

fb_bodeaz

Sebagaimana terlihat di dalam screenshot di atas, opsi baru ini memungkinkan pengguna bisnis untuk menambahkan chat via Messenger ke situs mereka dengan ikon khas Messenger. Setiap percakapan bisa diteruskan atau ditangani dari aplikasi Messenger di desktop ataupun mobile baik di sisi pelaku bisnis ataupun konsumen. Pengguna bisnis juga dapat mengintegrasikan plugin Customer Chat untuk divisi penjualan, layanan pelanggan, teknisi atau divisi lainnya yang dibutuhkan. Tak sebatas percakapan, plugin juga mendukung fitur pembayaran, NLP dan media.

mermaid_pillow_ex

Plugin Customer Chat saat ini masih dalam tahap closed beta. Beberapa brand digandeng oleh Facebook untuk memuluskan fase pengujiannya, antara lain Air France, Argos, Bodeaz, KLM, Mermaid Pillow, Volaris dan Zalando. Tapi pelaku bisnis yang tertarik untuk mencoba plugin lebih dahulu, bisa mendaftarkan diri dalam daftar tunggu melalui tautan ini.

Sumber berita Techcrunch.

Batasan 280 Karakter di Twitter Kini Bisa Dinikmati Semua Pengguna

Bulan September kemarin, Twitter mengejutkan dunia dengan menguji batasan karakter baru dalam sebuah tweet menjadi 280 karakter. Sifat dasar manusia yang takut akan perubahan langsung kumat, dan keputusan ini pun menuai kontroversi secara global.

Mereka yang tidak setuju merasa takut timeline-nya akan diisi oleh cuitan-cuitan yang lebih panjang. Sebaliknya, tidak sedikit juga yang merasa senang dengan keputusan ini, sebab mereka jadi lebih mudah berekspresi. Ini merupakan perubahan terbesar yang Twitter terapkan sejak mereka memutuskan untuk tidak lagi menghitung lampiran media sebagai karakter.

Kini, batasan 280 karakter ini sudah bisa dinikmati oleh semua pengguna Twitter tanpa terkecuali. Anda yang merasa takut karena alasan yang sama seperti di atas tidak perlu khawatir, sebab hasil observasi Twitter menunjukkan bahwa hanya ada 5% tweet yang mengemas lebih dari 140 karakter, dan hanya 2% yang melampaui 190 karakter.

Jadi secara garis besar timeline pengguna tidak akan berubah terlalu drastis. Kalaupun ada perubahan, hal itu dikarenakan orang-orang sedang asyik mencoba fitur baru ini, dan seiring berjalannya waktu semua diyakini bakal kembali normal.

Twitter more characters

Apa yang ingin Twitter capai sejatinya adalah mempermudah pengguna dalam berekspresi. Jadi ketika mereka benar-benar membutuhkan lebih dari 140 karakter, mereka bisa tetap lanjut menulis dengan leluasa dan tidak harus menghabiskan waktu lama untuk mengedit tweet yang kepanjangan.

Sama seperti sebelumnya, pengguna yang berbahasa Jepang, Korea atau Tionghoa masih dibatasi dengan 140 karakter saja. Hal ini dikarenakan batasan karakter bukanlah masalah besar bagi mereka mengingat satu abjadnya bisa mengemas dua atau bahkan tiga alfabet biasa.

Sumber: Twitter. Gambar header: Pixabay.

Inilah Emoji yang Paling Populer Menurut Apple

Emoji sering digunakan banyak orang ketika chatting sebagai cara untuk menampilkan perasaan atau emosi yang lebih kuat dalam suatu pesan yang ingin disampaikan. Bisa dikatakan, emoji telah menjadi bahasa universal yang telah kita gunakan dalam komunikasi sehari-hari.

OS mobile versi terbaru, seperti Android 8.0 Oreo dan iOS 11 sendiri membawa dukungan Unicode 10 dan menyuguhkan lebih banyak emoji baru. Anda mungkin penasaran, dari sekian banyaknya emoji yang bisa Anda pakai, emoji apa sih yang paling populer?

ranking-emoji

Jawabannya datang dari Apple, setidaknya data emoji populer di platform mereka dan untuk wilayah tertentu. Menurut data dan analisis pengguna anonim yang telah mereka kumpulkan dari pengguna iOS dan MacOS, ternyata emoji paling populer ialah “face with tears of joy” alias wajah dengan tangis bahagia. Menurut Apple yang dikutip dari PhoneArena, emoji tears of joy ini paling banyak digunakan oleh para pengguna iOS dan MacOS di Amerika Serikat (pengguna berbahasa Inggris).

Tujuan Apple mengumpulkan data dan analisis dari pengguna anonim di iOS dan MacOS sendiri adalah untuk meningkatkan layanannya, guna membantu Apple memberikan rekomendasi emoji yang lebih sesuai ke depannya.

Selain itu, situs pelacak emoji EmojiTracker yang memonitor secara real-time penggunaan emoji di Twitter juga mengungkapkan hal serupa, emoji tangis bahagia sebagai emoji yang terpopuler.

Ya, emoji yang menggabungkan ekspresi tertawa dan menangis ini memang cocok untuk mengungkapkan apa saja. Bagaimana dengan Anda? Apakah sering menggunakan emoji dengan air mata kegembiraan ini?

Sumber: PhoneArena

Facebook Stories Segera Mendarat ke Fan Page

Facebook dikabarkan sedang mencari cara lain untuk mendorong penggunaan Facebook Stories di layanan utamanya. Dikonfirmasi oleh Techcrunch, Facebook bakal menghadirkan fitur Stories ke Fan Page dalam rangka menggaet lebih banyak pengguna. Ini merupakan upaya lanjutan yang coba mereka lakukan setelah sebelumnya mengaitkan Instagram Stories ke Facebook dan menggulirkan dukungan untuk desktop.

“Kami mendengarkan suara dari komunitas dan berupaya membuatnya lebih cepat, menyenangkan dan mudah bagi pengguna dan juga Page untuk menciptakan Stories di Facebook. Dalam beberapa bulan ke depan, Page akan dapat membuat Stories untuk kemudian dibagikan ke para pengikutnya.” Kata Amy Sun selaku Product Manager Facebook kepada Techcrunch.

Situasi yang dihadapi Facebook cukup unik. Entah bagaimana, Stories justru jauh lebih populer di dua portofolio lainnya, Instagram dan WhatsApp dengan angka pengguna aktif mencapai 250 juta. Angka ini bahkan mampu mengalahkan Snapchat ang notabene sebagai pihak yang pertama kali menginisiasi fitur Stories dengan angka pengguna aktif hanya sebanyak 170 juta.

Facebook sendiri belum membeberkan berapa angka tepat pengguna aktif Stories di layanan utamanya. Hal ini di luar kebiasaan Facebook yang terbilang suka “memamerkan” prestasi produk-produknya. Sehingga banyak orang beranggapan Stories melempem di layanan utama Facebook. Tak mengherankan jika kemudian Facebook dibuat pusing dan agresif mencoba berbagai cara untuk mengatasinya.

Kembali ke soal Stories di Fan Page. Nantinya pengikut halaman tersebut bakal menjumpai panel Stories khusus di perangkat mobile dan desktop. Admin halaman bakal mendapatkan tombol baru berlabel “Create Story” di aplikasi mobile. Seperti fitur serupa di semua platform, Stories juga akan menghilang 24 jam setelah dipublikasikan.

Dalam beberapa bulan ke depan untuk semua pengguna termasuk publik fitur, organisasi nirlaba, brand, tokoh dan lain sebagainya.

Twitter Garap Fitur Baru Lagi, Kali Ini Fitur untuk Menyimpan Cuitan

Setelah mengumumkan rencana untuk menambah batasan 140 karakter menjadi 280, Twitter kembali mengumumkan pengujian lain berupa fitur “Save for Later” alias tombol bookmark yang memudahkan pengguna menyimpan cuitan untuk dibaca lagi nanti. Seperti halnya penambahan karakter cuitan, fitur bookmark ini juga sudah lama dinantikan sejak Twitter secara mengejutkan mengganti tombol favorit dengan hati. Hilangnya tombol favorit secara dramatis mengubah cara orang menggunakan Twiter, pasalnya tombol Favorit yang biasa digunakan untuk mengikuti cuitan yang dianggap penting sudah tiada.

Pengujian fitur Save for Later pertama kali dibeberkan oleh Product Head Twitter, Keith Coleman melalui cuitan yang lumayan panjang.

Kemudian dilanjutkan oleh Product Manager, Jesar Shah yang mengatakan bahwa fitur bookmark banyak diminta oleh pengguna terutama di Jepang yang merupakan pasar terbesar kedua setelah Amerika Serikat.

Sebenarnya tanpa fitur Save for Later, pengguna punya banyak cara untuk menyimpan suatu cuitan. Misalnya dengan menekan tombol hati atau retweet. Tetapi, kedua metode tersebut tak bisa berfungsi lebih baik dibandingkan tombol khusus yang memang dirancang untuk itu. Tombol hati memang bisa jadi opsi terbaik, tapi dikhawatirkan justru akan membiaskan makna dan fungsi sebenarnya. Bahwa tombol hati hanya untuk menyatakan ungkapan yang bersifat positif tentang sesuatu dalam cuitan.

Saat ini fitur Save for Later masih dalam tahap penyempurnaan, di mana pengembang di belakang Twitter masih menunggu umpan balik dari pengguna dan melakukan polesan di sana-sini sebelum digulirkan secara global.

Twitter saat ini sedang dalam situasi yang kurang menguntungkan. Kehadiran dua fitur ini ke layanannya belum tentu akan banyak membantu membawa mereka kembali ke jalur yang benar. Karena di sisi lain, Facebook melalui portofolio-nya terus menggempur dengan berbagai inovasi. Tak hanya harus waspada dengan ancaman rival, Twitter juga harus menjaga kepercayaan investor. Di lantai bursa, saham Twitter terus mengalami penurunan meski sempat membaik di periode Juli 2017. Pada perdagangan Senin kemarin, saham Twitter ditutup turun 1.01% di $17.67. Dalam satu tahun terakhir, penurunan ini tercatat sudah menyentuh angka 11%.

saham twitter

Sumber berita AndroidHeadlines dan gambar header Pixabay

Instagram Stories Kini Bisa Dijadikan Medium Polling

Bertambah satu lagi alasan untuk terus menggunakan Instagram Stories. Berkat update terbaru, fitur tersebut kini dapat dipakai sebagai medium polling alias pemungutan suara. Caranya sangat mudah, dan hanya melibatkan satu jenis sticker saja.

Jadi setelah mengambil foto atau video untuk diunggah ke Story, pengguna dapat memilih sticker berlabel “Poll” dan menempatkannya di mana saja mereka suka. Dari situ pengguna tinggal menuliskan pertanyaan sekaligus dua pilihan jawabannya – tidak terbatas pada “Yes” atau “No” saja.

Selanjutnya, follower Anda bisa langsung memberikan suaranya dan melihat hasilnya (dalam persentase) secara real-time. Buat Anda sendiri sebagai yang mengunggah, Anda dapat melihat hasil polling dengan mengusap layar ke atas. Di situ hasilnya akan ditampilkan berupa angka, lengkap dengan daftar lengkap para pemilihnya.

Karena diunggah dalam wujud Story, polling ini akan hilang secara otomatis setelah lewat 24 jam. Bersamaan dengan itu, Instagram juga menghadirkan sejumlah tool baru untuk membuat konten Story jadi semakin atraktif.

Instagram Stories eyedropper and alignment tool

Yang pertama adalah color picker. Jadi saat pengguna memilih warna, akan muncul sebuah icon eyedropper yang dapat digunakan untuk memilih warna apapun dari area tertentu pada foto atau video, untuk kemudian dipakai pada teks maupun coretan-coretan lainnya.

Yang kedua adalah alignment tool untuk menempatkan teks dan sticker (khusus iOS). Jadi saat pengguna sedang menempatkan teks atau sticker di atas foto atau videonya, akan muncul sebuah garis biru vertikal untuk membantu mereka menempatkannya persis di tengah.

Sumber: Instagram.

Sedang Diuji, Akun Facebook yang Hilang Bakal Bisa Dipulihkan dengan Wajah

Dari waktu ke waktu, Facebook senantiasa melakukan pembaruan untuk sistem verifikasi akun bagi pengguna yang kehilangan akses atau terblokir karena alasan tertentu. Beberapa cara yang sekarang ini bisa ditempuh adalah dengan mengirimkan identitas asli, melakukan verifikasi teman dan melalui email yang asli. Tapi kini jejaring sosial raksasa tersebut mengonfirmasi sedang menguji prosedur verifikasi baru yang mampu mengenali wajah pengguna asli akun bersangkutan.

Fitur ini pertama kali terlihat dalam sebuah kicauan yang disertai dengan screenshot. Pengujiannya sendiri kemudian dikonfirmasi oleh Facebook ke Techcrunch. Dan seperti di pengujian lainnya, Facebook hanya melibatkan sejumlah kecil pengguna sebelum digulirkan lebih meluas.

facebook face id

Dapat praktiknya, fitur pengenalan wajah ala Facebook ini baru dibenamkan untuk membantu proses pengembalian akun yang terblokir atau diretas, bukan untuk masuk ke akun secara reguler. Namun demikian, di masa depan bukan tidak mungkin Facebook melakukan pengembangan sehingga cakupan penggunaannya termasuk untuk masuk ke dalam akun seperti halnya nama pengguna dan kata sandi.

“Kami sedang menguji sebuah fitur baru untuk pengguna yang ingin memverifikasi kepemilikan akun secara cepat. Fitur opsional ini hanya akan teredia di perangkat yang sudah pernah dipakai untuk masuk ke dalam akun.” Demikian konfirmasi Facebook ke Techcrunch.

Lebih lanjut dikatakan bahwa fitur ini akan menjadi cara alternatif untuk mengembalikan akun yang hilang atau terblokir. Jadi, fitur seperti otentikasi dua langkah tetap akan dipertahankan mengingat penggunaannya yang agak berbeda.

Teknologi pengenal wajah sepertinya bakal menjadi tren terbaru di dunia teknologi mencakup perangkat dan layanan dunia maya. Apple memulai dengan membenamkan teknologi serupa di iPhone X dan dengan cepat menjadi perbincangan di mana-mana. Facebook tampaknya ingin memanfaatkan momentum ini dan berpeluang menjadi layanan online pertama yang mengadopsinya.

Sumber gambar header Pixabay.

Twitter Mulai Uji Cuitan 280 Karakter

Selain tatap muka dan konsepnya yang minimalis, Twitter juga dikenal dengan cuitan yang dibatasi hanya sebanyak 140 karakter. Bagi sebagian orang, batasan karakter ini dianggap sebagai faktor pembeda yang membuat Twitter justru disukai. Meskipun tak sedikit yang menuntut perubahan agar lebih bebas dalam berekspresi.

Dan rupanya Twitter mendengarkan harapan itu. Pesaing terbesar Facebook itu baru saja mengumumkan manuver berani dengan menguji batasan baru menjadi 280 karakter atau dua kali lipat dari batasan sebelumnya. Batasan baru ini disebutkan bakal diimplementasikan untuk semua bahasa, kecuali bahas Jepang, Tiongkok dan Korea. Selama fase pengujian, Twitter hanya akan melibatkan sejumlah kecil pengguna sebelum nantinya digulirkan secara global.

Aliza Rosen, Product Manager, Twitter dalam rilis pers resminya mengatakan, “Kami ingin setiap orang di seluruh dunia dapat mengekspresikan diri mereka dengan mudah di Twitter. Oleh karena itu, kami melakukan sebuah percobaan baru: memberikan batas karakter lebih panjang (280 karakter) pada bahasa yang dipengaruhi oleh adanya batas karakter sebelumnya — yang mana dialami oleh semua bahasa; kecuali bahasa Jepang, Cina, dan Korea).”

Manuver ini tentu jadi kabar gembira bagi mereka yang masih loyal menggunakan Twitter. Tambahan karakter akan memberi luang yang lebih luas kepada mereka untuk mengekspresikan diri, terutama kalangan jurnalis, politikus, selebritis hingga pemimpin dunia.

Namun secara khusus keputusan untuk berevolusi diambil berdasarkan hasil penelitian yang mereka lakukan. Bahwa hanya 0,4% Tweet yang dikirim dalam bahasa Jepang memiliki 140 karakter. Tapi dalam bahasa Inggris, ada 9% Tweet yang menggunakan 140 karakter.

Kemudian sebagian besar Tweet dalam bahasa Jepang hanya menggunakan 15 karakter, sementara kebanyakan Tweet dalam bahasa Inggris memiliki 34 karakter. Batas karakter adalah penyebab utama orang-orang sedikit frustasi saat akan Tweet dalam bahasa Inggris. Namun demikian, hal ini tidak terjadi pada orang-orang yang menggunakan bahasa Jepang dalam Tweet mereka.

Di semua negara, ketika orang tidak perlu terbatas dengan 140 karakter dan benar-benar memiliki cadangan karakter untuk mencuitkan pemikiran mereka, ada lebih banyak orang berbagi di Twitter.

Jauh sebelum uji coba ini akhirnya ditempuh, Twitter sebenarnya sudah punya niatan ke arah sana kendati tak diketahui mengapa begitu lama mengambil keputusan untuk memulai. Gelombang protes dari sejumlah pengguna tampaknya menjadi alasan mengapa Twitter begitu berhati-hati untuk membuat keputusan. Kita lihat saja, apakah perubahan baru ini juga akan menuai kontroversi atau sebaliknya disambut gembira oleh pengguna setianya.

Sumber berita Twitter.

Facebook Uji Tombol “Diam” Bagi yang Tak Tega Unfriend

Jejaring sosial seperti Facebook sejatinya dirancang untuk mempermudah penggunanya dalam berinteraksi di dunia maya. Tetapi, sekarang jejaring sosial dijejali oleh beragam konten dan informasi yang beberapa di antaranya secara keliru disebar-luaskan. Dalam praktiknya, pandangan politik, suku dan agama adalah tiga topik paling sering diperdebatkan sehingga menimbulkan percikan.

Salah satu solusi bagi pengguna yang tak ingin terlibat dalam debat kusir atau menemukan postingan-postingan berbau ketiga topik tersebut adalah dengan melakukan unfriend. Tapi jika menurut Anda solusi itu terlalu keras, Facebook sedang mempersiapkan alternatifnya untuk Anda.

Dilaporkan oleh Techcrunch bahwa jejaring sosial raksasa Facebook tengah melakukan pengujian fitur baru yang memungkinkan penggunanya untuk mendiamkan pesan dari Fan Page dan teman tertentu. Tujuannya adalah untuk memangkas postingan-postingan yang mungkin bertentangan dengan pemahaman pengguna bersangkutan. Tetapi fitur ini hanya mendiamkan aktivitas tersebut secara sementara. Ketimbang unfriend, cara ini dianggap lebih ramah dan tidak menimbulkan permusuhan.

facebook-snooze-button

Sayangnya fitur ini belum bisa Anda pergunakan sekarang, namun jika Facebook tak berubah pikiran dan menganggap fitur ini berguna, nantinya Anda akan menemukan tiga buah titik tepat di samping postingan yang tidak diinginkan. Jika diklik akan muncul opsi unfollow atau snooze.

facebook-snooze-24-hours-7-days-30-days

Fitur ini menawarkan beberapa penyesuaian lagi, misalnya mendiamkan notifikasi selama 24 jam, satu minggu atau selama 30 hari penuh. Setelah diaktifkan, maka selama rentang waktu itulah Anda akan terbebas dari postingan-postingan yang membuat hati Anda panas. Tapi sekali lagi, fitur ini masih dalam tahap pengujian, bahkan Facebook belum bersedia buka suara soal kebenarannya. Jadi, mari berharap mereka tak berubah pikiran.

Sumber gambar header Pixabay.

Di Jejaring Sosial Ini, Anda Bisa Menyukai Foto dengan Tersenyum

Simbol hati di Instagram tidak bisa menggambarkan ekspresi sebenarnya dari orang-orang yang melihat foto atau video Anda. Lebih lanjut, Anda juga tidak akan pernah tahu apa yang dirasakan mereka yang hanya melihat dan tidak meninggalkan tanda hati sama sekali. Apakah mereka terkejut atau malah merasa jijik? Cuma mereka sendiri yang tahu.

Di Facebook, situasinya masih lebih baik berkat fitur Reaction. Namun sebuah jejaring sosial baru bernama Polygram ingin memberikan cara yang lebih praktis dalam menunjukkan ekspresi Anda terhadap post dari pengguna lain, yaitu dengan mendeteksi raut muka Anda dan menerjemahkannya menjadi emoji yang sesuai.

Secara mendasar, Polygram sebenarnya lebih mirip Instagram yang hanya berfokus pada konten foto dan video. Bedanya, di sini Anda bisa tahu apa reaksi alami orang-orang ketika melihat selfie duck face Anda, hanya saja Anda tidak bisa tahu siapa orang-orang itu.

Polygram app

Jadi ketimbang menyentuh dan menahan tombol Like untuk memunculkan deretan reaksi, pengguna tinggal tersenyum atau tertawa saja ketika ada post yang menghibur dari seorang teman, dan Polygram akan langsung memunculkan emoji yang tepat. Kemampuan mendeteksi raut wajah yang ditenagai oleh kecerdasan buatan inilah sejatinya nilai jual utama dari Polygram.

Pada bulan November tahun lalu, Facebook sempat mengakuisisi sebuah startup bernama FacioMetrics yang pada dasarnya mengerjakan teknologi serupa, yang memungkinkan pengguna untuk menyukai suatu post hanya dengan tersenyum. Kapan fitur tersebut diimplementasikan di Facebook masih misteri, tapi yang pasti teknologi racikan Polygram sudah bisa dinikmati sekarang juga.

Selain mendeteksi raut muka, Polygram juga punya fitur unik lain untuk mencegah pengguna mengambil screenshot tanpa izin pada pesan pribadi yang diterimanya. Bagi yang tertarik mencoba, Polygram saat ini sudah bisa diunduh di iPhone secara cuma-cuma.

Sumber: TechCrunch.