Username Kini Tak Lagi Termasuk dalam Batasan 140 Karakter di Tweet Balasan

Sejak pertengahan tahun lalu, Twitter perlahan mulai mengubah fitur-fitur mendasarnya demi menyesuaikan dengan perkembangan zaman. Yang paling signifikan adalah keputusan Twitter untuk tidak lagi mengikutkan link maupun lampiran media ke dalam batasan 140 karakter sebuah Tweet.

Perubahan ini terus disempurnakan oleh Twitter secara berkala. Bahkan mulai hari ini, username tidak lagi termasuk dalam batasan karakter ketika Anda membuat Tweet balasan alias Reply. Ini jelas sangat bermanfaat ketika Anda membalas lebih dari satu orang sekaligus.

Sebagai gantinya, nama setiap akun yang Anda balas akan muncul di bagian atas, tidak lagi di dalam Tweet itu sendiri. Dari situ Anda bisa melihat daftar lengkapnya, lalu Anda juga bisa mengatur siapa saja yang bakal menerima balasan tersebut.

Menurut Twitter, perubahan ini tidak hanya memberikan kebebasan berekspresi yang lebih, tetapi juga dapat membuat kita lebih berfokus pada konten yang dibicarakan – tidak lagi teralihkan perhatiannya oleh deretan username yang muncul di awal Tweet.

Periscope Analytics akan menyajikan beragam metrik yang komprehensif buat para kreator / Twitter
Periscope Analytics akan menyajikan beragam metrik yang komprehensif buat para kreator / Twitter

Di sisi lain, live video yang berasal dari Periscope kini bisa ditonton langsung di dalam Twitter Moments. Sebelumnya, Moments hanya terbatas untuk Tweet, link dan GIF, namun kehadiran live video pastinya akan membuat kisah-kisah yang diangkat makin komprehensif.

Masih seputar Periscope, Twitter juga menghadirkan fitur Analytics dan Activity Tab buat para kreator. Analytics yang bisa diakses lewat situs Periscope ini akan memberikan beragam metrik yang bisa dimanfaatkan untuk optimalisasi konten pada channel masing-masing kreator, sedangkan Activity Tab akan menyajikan deretan notifikasi mirip seperti yang kita jumpai selama ini di Twitter.

Sumber: Twitter dan VentureBeat.

Facebook Uji Fitur Komentar Bergambar Dalam Format GIF

Facebook tampaknya belum mau berhenti berinovasi dan melakukan ujicoba fitur baru demi memperkaya layanannya. Setelah meresmikan fitur Mentions dan Reactions di Messenger, jejaring sosial terbesar tersebut dikabarkan sedang menguji tombol baru yang memungkinkan pengguna meninggalkan komentar gambar GIF dari layanan Giphy atau Tenor.

Menurut juru bicara Facebook kepada Techcrunch, “bahwa semua orang menyukai GIF yang unik dan kami tahu orang-orang ingin bisa menggunakannya di kolom komentar. Jadi, kami berencana untuk memulai fase uji coba yang memungkinkan pengguna menambahkan gambar GIF ke dalam komentar. Tapi sekali lagi,ini baru akan diuji.”

facebook-gif-button

Menurut sumber yang sama, dikatakan lebih lanjut bahwa tombol komentar berformat GIF hanya akan tersedia untuk sekelompok kecil pengguna Facebookdan akan digulirkan ke pengguna apabila ternyata disambut dengan baik. Tombol ini disebut mempunyai fungsi yang sama dengan Facebook Messenger, memberikan opsi kepada pengguna untuk menjelajah gambar GIF populer dan sedang tren yang dianggap mewakili status yang dikomentari.

Facebook terus melakukan polesan demi menjaga ketertarikan pengguna terhadap portofolio-nya. Sebelum ini, mereka juga menggulirkan Mentions dan Reactions yang membuat Messenger semakin mirip dengan layanan utama Facebook. Selain itu, Facebook juga terbilang rajin menghadirkan fitur yang diadopsi dari rivalnya, Snapchat. Termasuk ke aplikasi Instagram dan juga WhatsApp.

Sumber berita Techcrunch dan gambar header Pixabay.

Cegah Aksi Hacker, Instagram Hadirkan Fitur Two-Factor Authentication

Instagram terus membuktikan komitmennya untuk menciptakan komunitas yang lebih aman sekaligus damai. Terakhir diberitakan, Instagram menghadirkan fitur untuk mematikan komentar, menjauhkan pengguna dari akun spam sekaligus bully.

Sekarang, Instagram telah menghadirkan fitur two-factor authentication untuk semakin meningkatkan keamanan akun pengguna. Fitur ini dapat diaktifkan lewat menu pengaturan di Instagram versi Android maupun iOS.

Setelah aktif, ke depannya Anda akan diminta memasukkan kode yang dikirim ke nomor ponsel Anda setiap hendak login ke Instagram. Dengan begini, hacker pastinya akan lebih kesulitan menembus akun Anda. Bagi yang belum paham mengenai konsep two-factor authentication, silakan cek Sideways Dictionary.

Instagram telah menyiapkan situs khusus untuk mempelajari fitur-fitur keamanan yang ditawarkannya / Instagram
Instagram telah menyiapkan situs khusus untuk mempelajari fitur-fitur keamanan yang ditawarkannya / Instagram

Selain two-factor authentication, Instagram turut memperkenalkan fitur lain dimana konten yang sifatnya sensitif akan dibuat kabur, namun Anda tetap bisa melihatnya hanya dengan satu tap.

Sistem ‘sensor’ ini akan diterapkan pada konten yang mendapat laporan dari komunitas, dan sudah dikonfirmasi oleh tim internal Instagram bahwa memang sifatnya sensitif. Untuk mempelajari lebih lanjut mengenai fitur-fitur keamanan Instagram, Anda bisa mengunjungi situs instagram-together.com.

Sumber: Instagram.

LinkedIn Perkenalkan Fitur Baru, Trending Storylines

Sebagai jejaring sosialnya para pekerja profesional, LinkedIn banyak diisi dengan diskusi-diskusi menarik dari beragam topik dan sudut pandang. Dan kini ada cara baru yang lebih mudah untuk mengikuti perbincangan-perbincangan tersebut.

Didapuk Trending Storylines, fitur baru ini akan muncul tepat di sebelah tab Feed pada halaman depan aplikasi LinkedIn. Konten yang disajikan akan terus diperbarui setiap harinya, mengandalkan kurasi berbasis algoritma dan tim editorial LinkedIn sendiri.

Yang LinkedIn banggakan dari fitur ini adalah bagaimana konten yang disuguhkan mencakup beragam perspektif, baik dari sosok-sosok berpengaruh dan media publikasi ternama, sampai orang-orang yang ada pada jaringan Anda.

Tampilan fitur Trending Storylines di web / LinkedIn
Tampilan fitur Trending Storylines di web / LinkedIn

Menurut LinkedIn, contohnya seperti ini: anggap Anda bekerja di bidang pelayanan kesehatan, maka Anda akan disuguhi topik terkait perkembangan terkini di ilmu biometrik. Dari situ Anda akan menemui opini para ahli kesehatan, sebuah artikel dari majalah kesehatan ternama dan deretan post yang dibagikan oleh koneksi-koneksi pribadi Anda.

Tiap-tiap topik ini akan hadir bersama dengan hashtag-nya sendiri, sehingga Anda juga bisa berpartisipasi dalam diskusi dengan mudah.

Untuk sementara Trending Storylines baru tersedia buat pengguna di Amerika Serikat saja, namun LinkedIn berjanji untuk menghadirkannya ke negara-negara lain dalam waktu dekat. Selain di perangkat mobile, fitur ini juga dapat diakses lewat web di perangkat desktop.

Sumber: LinkedIn.

Live Streaming ke Facebook Kini Bisa Lewat Laptop atau Komputer

Persaingan Facebook dan Twitter di sektor live video terus berlanjut. Baru kemarin, Twitter memperkenalkan Periscope Producer API, yang pada dasarnya memiliki tujuan akhir supaya pengguna dapat melakukan live streaming ke Periscope dari aplikasi lain. Sekarang, giliran Facebook yang menyerang balik.

Facebook baru saja mengumumkan bahwa semua pengguna tanpa terkecuali kini bisa menyiarkan live video dari laptop maupun komputernya, tidak lagi terbatas pada smartphone saja. Menurut Facebook, setup live streaming yang mengandalkan webcam ini bakal lebih ideal untuk video berjenis tanya-jawab, tutorial maupun vlog.

Tombol "Live Video" akan muncul di jendela untuk membuat post baru / Facebook
Tombol “Live Video” akan muncul di jendela untuk membuat post baru / Facebook

Untuk memulai live streaming dari perangkat desktop, cukup klik tombol “Live Video” yang muncul saat Anda hendak membuat sebuah post baru.

Namun ini saja rupanya belum membuat Facebook cukup puas. Dalam kesempatan yang sama, mereka juga menghadirkan fitur dimana pengguna dapat menyiarkan live video dari software atau aplikasi pihak ketiga. Sebelumnya, fitur ini cuma tersedia bagi pemilik Facebook Page, atau lewat sejumlah mitra Facebook seperti Blizzard dan Bluestacks.

Gamer dapat memanfaatkan software seperti OBS atau XSplit untuk menyiarkan live video ke Facebook / Facebook
Gamer dapat memanfaatkan software seperti OBS atau XSplit untuk menyiarkan live video ke Facebook / Facebook

Fitur ini pastinya akan terdengar sangat menarik di telinga para gamer, sebab mereka sekarang bisa menyiarkan sesi gaming-nya ke Facebook secara live melalui softwaresoftware seperti OBS (Open Broadcaster Software), XSplit dan Wirecast. Mereka pun juga dapat menambahkan grafik atau efek lainnya langsung di atas video yang tengah disiarkan.

Bagi yang tertarik, Facebook telah menyediakan panduan langkah demi langkah untuk memulai sesi live streaming menggunakan ketiga aplikasi streaming di atas.

Sumber: Facebook.

Tak Lama Lagi, Anda Bisa Live Streaming ke Periscope Tanpa Aplikasi Periscope Maupun Twitter

Oktober lalu, Twitter memperkenalkan Periscope Producer, yang pada dasarnya memungkinkan live streaming berlangsung dari perangkat selain smartphone. Twitter tampaknya ingin membuat aksesnya lebih mudah lagi, maka dari itu diungkaplah Periscope Producer API.

Producer API sejatinya bakal semakin memudahkan integrasi Periscope di berbagai macam perangkat dan aplikasi. Developer aplikasi misalnya, mereka dapat memanfaatkan API ini untuk mengintegrasikan fungsi live streaming di aplikasinya. Dengan kata lain, live streaming ke Periscope jadi tidak harus lewat aplikasi Periscope atau Twitter lagi.

Berkat API ini, aplikasi pihak ketiga nantinya bisa melakukan otentikasi akun Periscope, mengatur konfigurasi live stream, memulai dan menghentikan live streaming, serta memublikasikannya ke Twitter.

API ini membuka kesempatan untuk action cam, drone maupun perangkat Anda lainnya untuk bisa menyiarkan hasil rekamannya langsung ke Periscope. DJI misalnya, mereka bisa memanfaatkan API ini supaya pengguna drone Phantom nantinya dapat menyiarkan hasil rekamannya ke Periscope langsung dari aplikasi DJI Go.

Sayangnya, DJI bukan termasuk mitra Twitter dalam peluncuran Producer API – tapi lambat laun saya yakin DJI bakal mewujudkan skenario di atas. Selama masa beta ini, mitra yang digandeng Twitter adalah Telestream, Switchboard, Teradek, dan lain sebagainya. Lalu untuk hardware ada kamera Mevo buatan Livestream (dulunya bernama Movi) dan Giroptic iO.

Developer yang tertarik bisa mendaftarkan diri untuk mendapat akses beta dari tautan berikut.

Sumber: Twitter.

Jejaring Sosial Milik Microsoft, Socl Tutup Layanan Pada 15 Maret

Microsoft akhirnya mengakui bahwa jejaring sosial bukanlah bisnis untuk semua orang. Meski perlu bertahun-tahun bagi FuseLabs – tim di balik Socl untuk mematangkan konsep Socl, namun pada akhirnya mereka mengibarkan bendera putih tanda menyerah. Per 15 Maret nanti, Socl akan resmi menutup layanannya setelah melalui perjuangan lima tahun mencoba menjadi rival bagi Facebook dan Twitter.

Socl pertama kali dibentuk pada tahun 2011 oleh sebuah tim kecil bernama FuseLabs yang merupakan bagian dari Microsoft. Lebih dari sekadar tempat bersosialisasi, Socl dipoles sedemikian rupa dengan memanfaatkan kekuatan mesin pencari Bing sekaligus memperkaya diri dengan konten-konten eksternal guna menciptakan komunitas yang unik.

tumblr_inline_om7mtsBzqY1r2d8a6_500

Meski dibatasi hanya untuk para pelajar, Socl tetap dirilis ke publik pada tahun 2012. Sayang Socl tak mendapatkan tempat di hati pengguna, bahkan dikarenakan situasi yang dihadapi FuseLabs tak benar-benar berhasil membawa situs jejaring sosialnya itu keluar dari fase riset ke tingkat yang tahapan yang lebih serius.

Kini sebelum mencapai tempat yang dituju, perjalanan Socl harus dihentikan. Dalam pengumumannya, FuseLabs menyampaikan duka mendalamnya meski tak berniat membeberkan alasan di balik keputusannya itu. Dengan ini, maka Socl memperpanjang daftar jejaring sosial yang tutup setelah gagal mengesankan pengguna internet. Sebelumnya sejumlah nama besar juga sudah lebih dulu lempar handuk, antara lain Friendster, Orkut, MySpace, LiveJournal, Secret dan Vine. Tapi jika spekulasi banyak orang tak meleset, mungkin saja Google Plus segera mengikuti jejak Socl. Setuju?

Sumber berita FuseLabs.

Mirip Facebook, Twitch Pulse Ingin Menjadi Tempat Berbagi Para Gamer di Luar Sesi Live Streaming

Twitch pada dasarnya sudah bisa dianggap sebagai media sosialnya para gamer. Pun demikian, di luar sesi live streaming, para streamer biasanya memilih Twitter atau Facebook untuk memberikan update, membagikan potongan klip, atau sekadar bersenda gurau lewat sederet meme.

Mulai hari ini, mereka tidak lagi perlu meninggalkan Twitch untuk melakukan itu semua. Twitch baru saja memperkenalkan fitur bernama Pulse, yang pada dasarnya merupakan tempat dimana streamer dan penonton bisa saling berbagi dan berinteraksi. Facebook di dalam Twitch, kira-kira begitu penjelasan paling mudahnya.

Tampilannya sendiri memang sangat mirip seperti Facebook. Teks, link, foto, GIF maupun video yang berasal dari YouTube pun bisa dibagikan di sini, dan para streamer sejatinya bisa berinteraksi dengan para follower maupun penonton yang jarang mengunjungi channel mereka mengingat Pulse dapat diakses langsung dari halaman utama Twitch.

Tampilan Twitch Pulse sangat mirip seperti Facebook / Engadget
Tampilan Twitch Pulse sangat mirip seperti Facebook / Engadget

Streamer dapat membuat posting lewat Broadcaster Dashboard maupun Channel Feed. Post yang dikirim lewat Channel Feed ini akan muncul di halaman utama follower mereka. Konten dalam Pulse disajikan secara kronologis, akan tetapi ke depannya mungkin bisa berubah selagi Twitch tengah menggodok metodenya sendiri.

Twitch Pulse sudah bisa diakses mulai hari ini juga oleh semua pengguna Twitch, atau dalam beberapa minggu ke depan bagi yang belum kebagian jatah. Pulse juga akan tersedia melalui aplikasi mobile Twitch – ini penting seandainya Twitch ingin komunitas penggunanya tidak meninggalkan Twitch di luar sesi live streaming.

Sumber: Twitch Blog.

Facebook Mulai Tandai Berita Hoax

Di era serba digital dan terhubung sekarang ini, mudah sekali bagi seseorang untuk membagikan berita yang kemudian menjadi viral di dunia maya, khususnya di jejaring sosial seperti Twitter dan Facebook. Masalahnya, tak sedikit berita yang booming itu ternyata tak didasari dengan bukti yang konkrit sehingga lebih dahulu mengakibatkan kerusakan dan kesalahan informasi sebelum dapat dibuktikan. Masalah ini terjadi hampir di seluruh dunia, dan mencapai klimaks ketika menjadi kambing hitam kekalahan Hillary Clinton dalam pemilihan Presiden AS, sehingga memaksa Facebook berpikir keras menemukan cara untuk memberantasnya.

Kabar baiknya, Facebook sepertinya sudah menemukan formula yang tepat untuk menghentikan wabah tersebut dengan cara menandai postingan hoax dengan label “Disputed”. Ini merupakan bentuk nyata dari janji mereka di bulan Desember tahun lalu, merupakan bagian dari upaya serius Facebook memerangi sebaran berita palsu yang meresahkan. Jadi pada dasarnya label disputed berarti bahwa artikel atau berita yang dibagikan diduga tidak berdasarkan informasi yang akurat atau dapat dipercaya. Label ini juga akan disertai dengan tautan ke situs pemeriksa fakta yang akan melampirkan bukti dan juga penjelasan.

Screenshot label Disputed di berita yang dianggap palsu
Screenshot label Disputed di berita yang dianggap palsu

Solusi ini jelas sebuah kemajuan dalam upaya memerangi penyebaran berita palsu. Tapi, proses yang dibutuhkan ternyata tak sesingkat dan semudah yang dibayangkan, bahkan cenderung lambat sehingga dikhawatirkan gagal mencegah meluasnya penyebaran berita yang sebaliknya berjalan sangat cepat.

Sebelum sebuah postingan ditandai, pengguna harus melaporkan postingan tersebut sebagai berita palsu, atau piranti lunak Facebook mencium gelagat itu. Berikutnya butuh beberapa hari sebelum berita tersebut diverifikasi oleh organisasi pemeriksa fakta yang terdiri dari ABC News, Politifact, FactCheck, Snopes, dan Associated Press. Dan setidaknya dua dari mereka harus satu suara agar label Dispute bisa dipasang.

Masalahnya, di saat yang sama ribuan atau jutaan orang mungkin sudah membagikan berita palsu tersebut. Jadi, yap, Facebook tampaknya membutuhkan sumber daya yang lebih banyak untuk mempercepat proses penandaan tersebut.

Sumber berita Engadget, Recode dan gambar header Pixabay.

Konten Video di Facebook Kini Diputar Otomatis Bersama dengan Audionya

Semakin hari, News Feed di Facebook saya semakin penuh dengan video, dan saya pun otomatis jadi lebih banyak menonton video ketimbang membaca curhatan orang-orang. Belakangan ini Facebook sendiri memang cukup fokus pada konten video, dan mereka baru saja meluncurkan sejumlah pembaruan demi menyempurnakan pengalaman pengguna.

Pembaruan yang pertama adalah autoplay video dengan suara otomatis dijalankan. Sebelum ini, video-video di Facebook memang akan diputar dengan sendirinya, namun audionya dalam posisi mute. Untuk bisa mendengarkan audionya, pengguna harus mengkliknya terlebih dahulu.

Sekarang, audio akan diputar bersamaan dengan videonya, tanpa mengharuskan pengguna untuk mengkliknya terlebih dulu. Pun begitu, Anda yang tidak suka dengan pembaruan ini tak perlu khawatir sebab audio tetap tidak akan terdengar apabila ponsel dalam posisi silent, atau Anda juga bisa mematikan fitur ini secara manual lewat menu pengaturan.

Yang kedua, tampilan preview video vertikal kini jauh lebih optimal di layar ponsel, tidak lagi berbentuk kotak dan terpotong banyak, baik untuk platform Android maupun iOS. Namun untuk bisa menontonnya dalam tampilan penuh, pengguna masih harus mengklik video tersebut.

Tampilan fitur picture-in-picture pada aplikasi ponsel Facebook / Facebook
Tampilan fitur picture-in-picture pada aplikasi ponsel Facebook / Facebook

Yang ketiga dan yang tak kalah menarik adalah semacam fitur picture-in-picture, dimana pengguna dapat memperkecil jendela video dan menempatkannya di bagian ujung manapun supaya mereka tetap bisa melihat-lihat konten lain di News Feed tanpa menutup video tersebut.

Khusus untuk pengguna perangkat Android, mereka bahkan masih bisa menonton video di luar aplikasi Facebook selagi membalas pesan teks atau browsing misalnya. Lalu untuk mematikannya, tinggal geser jendela video kecil tersebut ke simbol “X” yang ada di bagian bawah.

Terakhir, Facebook akan merilis aplikasi khusus untuk sejumlah platform smart TV, yakni Apple TV, Amazon Fire TV dan Samsung Smart TV – platform lainnya akan menyusul. Facebook sepertinya tidak rela pengguna hanya membuka Netflix atau YouTube saja di TV-nya masing-masing.

Sumber: Facebook.