Anak Perusahaan Alphabet Ciptakan Smartwatch Khusus untuk Penelitian di Bidang Kesehatan

Saat konsep smartwatch pertama kali diwacanakan, mungkin yang tebersit di pikiran kita adalah semacam alat komunikasi seperti yang kita jumpai dalam Star Trek maupun film bertema sci-fi lainnya. Namun seiring perkembangannya, industri beserta konsumen sama-sama setuju kalau smartwatch dan perangkat wearable lainnya punya peranan besar di bidang kesehatan.

Heart-rate monitor sekarang sudah termasuk fitur standar pada smartwatch, begitu juga dengan kemampuan untuk mengukur VO2max pada sejumlah perangkat. Singkat cerita, smartwatch dan activity tracker sangat bermanfaat dalam memonitor kesehatan, dan tentunya mereka juga bisa dijadikan alat bantu dalam studi kesehatan.

Kira-kira seperti itu pendekatan yang diambil Verily. Anak perusahaan Alphabet Inc. yang berfokus di bidang sains dan kesehatan ini baru saja memperkenalkan sebuah smartwatch yang ditujukan untuk membantu para peneliti di bidang kesehatan.

Dijuluki Study Watch, perangkat sepintas kelihatan seperti jam tangan biasa, dengan layar mirip seperti milik Pebble yang selalu menyala. Verily telah membenamkan sederet sensor fisiologis dan environmental guna mengukur sinyal-sinyal yang relevan dalam studi di bidang kardiovaskular, kelainan pergerakan dan lain sebagainya.

Sensor-sensor yang dimaksud meliputi electrocardiogram (ECG), aktivitas elektrodermal, pergerakan inersial, dan tentu saja heart-rate monitor. Data yang dikumpulkan disimpan dan dienkripsi dalam perangkat, lalu diproses oleh jaringan cloud.

Verily mengklaim pengguna Study Watch tidak perlu direpotkan dengan rutinitas sinkronisasi karena perangkat sudah dilengkapi dengan storage internal yang sanggup menyimpan data yang dikumpulkan selama seminggu penuh, sesuai dengan estimasi daya tahan baterainya. Hal ini penting guna mendorong pengguna untuk terus mengenakan perangkat, sehingga pada akhirnya pengumpulan data bisa maksimal.

Sebagai perangkat yang murni ditujukan untuk kebutuhan penelitian, Study Watch sama sekali tidak mengemas fitur notifikasi atau semacamnya. Verily pun juga tidak berniat memasarkan perangkat ini ke konsumen, akan tetapi setidaknya kita bisa melihat ke mana arah perkembangan industri perangkat wearable nantinya.

Sumber: The Verge dan Verily.

Garmin Perkenalkan Vivosmart 3, Activity Tracker Berfitur Lengkap Seharga $140

Baru saja memperkenalkan Fenix 5 untuk pasar Indonesia, Garmin sudah tancap gas dan mengungkap activity tracker baru, yakni Vivosmart 3. Dibanding Vivosmart HR+ yang dirilis tahun lalu, Vivosmart 3 lebih terjangkau selagi mengusung fitur yang cukup komplet, terkecuali GPS.

Desainnya sendiri tidak jauh-jauh dari lini Garmin Vivo sebelum-sebelumnya, dengan bodi yang lebih tipis dan material yang tetap elastis, yang secara keseluruhan tahan air hingga kedalaman 50 meter. Unik untuk Vivosmart 3 adalah yang Garmin sebut dengan istilah “hidden display“, dimana layarnya hanya akan menyala saat diaktifkan via gesture atau ketika ada notifikasi masuk.

Seperti halnya mayoritas activity tracker di pasaran, Garmin Vivosmart 3 siap memonitor jumlah langkah kaki, kalori yang terbakar, jarak tempuh dan pola tidur pengguna. Vivosmart 3 kini juga telah mengemas sensor laju jantung, dan semua penghitungan ini akan berjalan secara otomatis tanpa perlu Anda aktifkan secara manual.

Namun yang baru dari Vivosmart 3 adalah kemampuan untuk mengestimasikan konsumsi oksigen selama latihan, atau yang lebih dikenal dengan istilah VO2 max. Buat yang gemar latihan otot, Vivosmart 3 juga sudah bisa merekam dan menghitung gerakan repetitif.

Saat pengguna tidak sedang beraktivitas, Vivosmart 3 akan memonitor variabilitas laju jantung guna mengalkulasi kadar stresnya. Kalau ternyata kadar stresnya cukup tinggi, perangkat bakal menganjurkan pengguna untuk melakukan latihan pernafasan supaya ia bisa lebih rileks.

Selebihnya, selain bisa dipakai untuk meneruskan notifikasi, Vivosmart 3 juga dapat digunakan untuk mengontrol jalannya musik pada ponsel atau bahkan mengendalikan action cam Garmin Virb. Perangkat ini sekarang sudah dipasarkan seharga $140, dan tersedia dalam warna hitam atau ungu.

Sumber: Business Wire.

Misfit Flare Adalah Fitness Tracker Minimalis Seharga 800 Ribuan

Selain Fitbit, Misfit adalah nama lain yang tergolong senior di ranah perangkat wearable. Setelah memperkenalkan smartwatch Android Wear pertamanya, Misfit kini kembali ke akar spesialisasinya lewat sebuah fitness tracker minimalis bernama Flare.

Flare secara spesifik didesain untuk pengguna yang benar-benar cuma membutuhkan activity tracking, tanpa embel-embel notifikasi maupun fitur-fitur bersifat gimmicky yang kerap ditawarkan perangkat lain. Dengan Flare, Misfit sengaja menarget konsumen yang baru ingin mencicipi activity tracking tanpa harus menyiapkan modal besar.

Secara fisik Flare sangatlah simpel sekaligus minimalis. Bodinya terbuat dari aluminium plus tahan air hingga kedalaman 50 meter. Di wajahnya hanya terdapat LED tunggal yang berperan sebagai indikator progress ketika pengguna mengetuknya sebanyak dua kali; satu kedipan berarti progress sudah berjalan 25%, 2 kedipan 50%, 3 kedipan 75%, dan saat target telah tercapai akan tampak animasi yang menyenangkan.

Wajah Misfit Flare dihuni oleh panel sentuh kapasitif dan indikator LED tunggal / Misfit
Wajah Misfit Flare dihuni oleh panel sentuh kapasitif dan indikator LED tunggal / Misfit

Soal tracking, Flare akan memonitor jumlah langkah kaki, kalori yang terbakar dan jarak tempuh secara otomatis. Flare bahkan bisa dipakai untuk memonitor aktivitas berenang, dengan catatan Anda bersedia membeli in-app upgrade sebesar $10. Saat Flare Anda pakai selagi tidur, ia juga akan memonitor pola tidur Anda dengan sendirinya.

Sebagai bonus, Flare rupanya juga kompatibel dengan aplikasi Misfit Link, dimana pengguna bisa mengetuk wajahnya sebanyak tiga kali untuk mengaktifkan beragam fungsi: mengaktifkan tombol shutter kamera pada smartphone, mengendalikan slide presentasi atau mengontrol perangkat smart home.

Misfit Flare saat ini telah dipasarkan seharga Rp 857.400, seperti yang tertera pada situs resminya, dengan satu pilihan warna saja. Flare menggunakan baterai kancing yang biasa ada pada jam tangan, dengan daya tahan sekitar 4 bulan.

Sumber: Misfit.

Tangguh dan Canggih, Garmin Fenix 5 Siap Penuhi Kebutuhan Penggemar Olahraga di Indonesia

Dengan mengadopsi kemahiran mereka di bidang GPS ke perangkat wearable olahraga, Garmin punya keunggulan yang tak dimiliki brand-brand smartwatch mainstream: keakuratan dalam melacak posisi serta pemindaian data biometrik tubuh. Produk-produk racikan Garmin adalah salah satu pilihan favorit para pecinta olahraga hingga atlet profesional.

Garmin Fenix 5 7

Setelah memeriahkan CES 2017 Las Vegas dengan pengenalan pewaris Fenix 3, minggu ini akhirnya Garmin membawa Fenix 5 ke Indonesia. Fenix 5 terdiri dari tiga opsi desain dengan lima pilihan spesifikasi, sengaja disiapkan bagi mereka yang antusias terhadap berbagai macam kegiatan olah fisik. Berbeda dari smartwatch standar, Fenix 5 memiliki daya tahan dan ketangguhan yang sangat tinggi.

Garmin Fenix 5 11

Fenix 5 juga dihadirkan demi memberikan lebih banyak pilihan desain dan ukuran. Garmin mengakui, kekurangan terbesar produk tracker mereka terletak pada kompatibilitas, terutama buat pergelangan tangan orang Asia yang cenderung kecil. Lewat Fenix 5, buat pertama kalinya Garmin menyediakan lebih banyak ukuran. Keluarga Fenix 5 terdiri dari Fenix 5S, Fenix 5 standar, dan model jumbo Fenix 5X.

Garmin Fenix 5 4

Ketika Forerunner diramu khusus untuk para pelari, cakupan genre olahraga Fenix 5 lebih luas. Selain berlari, ia siap mendukung kegiatan berenang, memanjat tebing, golf, sampai ber-ski. Tentu saja ada banyak upgrade dibanding pendahulunya: UI-nya diperbaiki, ada gyroscope, sudah di-pre-load dengan Maps, serta mengusung QuickFit – strap dapat mudah dilepas dan dipasang, bisa Anda lakukan tanpa perlu melihat.

Garmin Fenix 5 20

Garmin Fenix 5 3

Komponen layarnya juga memperoleh upgrade. Display bundar seluas 1,1-/1,2-inci di sana sekarang menyuguhkan resolusi 240x240p (di varian Fenix 5 dan 5X, dahulu 214x214p). User casual mungkin menganggap warna di layar smartwatch Garmin tidak secerah dan sejelas Android Wear, tapi ada alasan produsen memilih teknologi Chroma Display.

Garmin Fenix 5 12

Garmin Fenix 5 17

Berbincang-bincang bersama Ivan Lai selaku Product Regional Manager South Asia & India, ia menjelaskan bahwa meskipun AMOLED mampu menampilkan konten lebih indah, layar jenis ini sangat haus terhadap tenaga. Ketika digunakan di bawah teriknya sinar matahari, satu-satunya cara supaya UI bisa tetap terlihat adalah dengan meningkatkan kecerahan. Cara kerja Chroma Display berbeda dari AMOLED. Cahaya matahari tidak mengurangi visibilitas layar, membuatnya cocok dipakai di ruang terbuka.

Garmin Fenix 5 10

Garmin Fenix 5 14

Perbedaan paling mencolok antara Fenix 5S, 5 dan 5X terletak pada wujudnya. Fenix 5S memiliki diameter 42mm berlayar 1,1-inci, Fenix 5 berukuran 47mm dengan layar 1,2-inci, lalu Fenix 5X mempunyai diameter 51mm – sama seperti Fenix 3 HR. Mereka semua dirancang sebagai perangkat unisex, namun mungkin Fenix 5S-lah yang digemarin wanita karena dimensinya paling kecil; dan strap bisa diganti agar kombinasi warnanya lebih feminin.

Garmin Fenix 5 2

Garmin Fenix 5 13

Meski demikian, tak menutup kemungkinan Fenix 5S dipakai pengguna pria, khususnya mereka yang memiliki pergelangan tangan kecil. Dan sebaliknya, Fenix 5 standar tidak akan terlihat aneh saat dikenakan altet wanita.

Garmin Fenix 5 24

Layaknya arloji klasik, Garmin Fenix 5 dirancang agar tahan terhadap benturan dan air, memanfaatkan material stainless steel tanggih dengan housingfiber-reinforced polymer‘. Managing Director Garmin Indonesia Engelhard Sundoro bilang, pengguna tak perlu memberikan perhatian khusus pada device. Garmin malah merekomendasikan Anda buat menggunakannya di tiap kesempatan karena Fenix 5 memonitor tubuh secara real-time – termasuk sewaktu tidur.

Ketika ingin membersihkannya, Anda bisa membawanya mandi. Fenix 5 siap menemani Anda menyelam, tahan air hingga kedalaman 100 meter.

Garmin Fenix 5 15

Garmin Fenix 5 16

Di dalam, Fenix 5 menyimpan sensor altimeter, barometer, kompas, dan sensor optik detak jantung (dengan output lampu berwarna hijau buat menghitung denyut nadi). Ia dapat menghitung jumlah langkah, jarak tempuh, mutu tidur, menakar lactate threshold, hingga membantu kita memperoleh data rinci mengenai aktivitas berlari serta bersepeda.  Lalu, baterainya bisa bertahan sampai dua minggu.

Garmin Fenix 5 22

Garmin Fenix 5 18

Perangkat wearable ini juga andal dalam membantu navigasi dan menentukan rute. Fenix 5 dibekali Sight ‘N Go (arahkan device ke point of interest, seperti landmark atau bangunan, secara otomatis Anda akan di arahkan ke sana), TracBack untuk memudahkan kita menemukan kembali tempat memulai aktivitas, Road Trip Ride/Round Trip Run, Around Me, sampai Future Elevation Plot.

Garmin Fenix 5 19

Garmin Fenix 5 21

Smartwatch multi-sport ini kompatibel ke perangkat iOS, Android, serta Windows. Fenix 5 dapat menampilkan notifikasi di display, misalnya panggilan masuk, pesan singkat, email, sosial media, sampai notifikasi aplikasi third-party seperti Go-Jek. Di dalam store Connect IQ, Anda juga bisa mendapatkan app-app unik seperti Uber, Garmin Muslim (petunjuk kiblat) sampai watch face Data Field.

Garmin Fenix 5 8

Garmin Fenix 5 1

Garmin Fenix 5 akan mulai dipasarkan di Indonesia pada tanggal 5 Mei 2017 nanti. Berikut adalah daftar harganya:

  • Fenix 5X (non-kaca safir), strap putih – Rp 9,9 juta
  • Fenix 5S (kaca safir), strap hitam – Rp 10,85 juta
  • Fenix 5 (non-kaca safir), body abu-abu, strap hitam – Rp 9,9 juta
  • Fenix 5 (kaca safir), body hitam, strap hitam – Rp 10,85 juta
  • Fenix 5X (kaca safir), body abu-abu, strap hitam – Rp 12 juta
  • Strap QuickFit – Rp 830 ribu

Garmin Fenix 5 5

Xiaomi Luncurkan Sepatu Pintar dengan Kemampuan Fitness Tracking

Seperti yang sudah pernah kita bahas, gadget buatan Xiaomi tidak cuma terbatas pada kategori smartphone saja. Pabrikan asal Tiongkok itu pada dasarnya banyak berinvestasi ke startupstartup kecil, memodali mereka guna mengembangkan perangkat inovatif dari bermacam kategori, seperti salah satunya sepatu pintar.

Sepatu pintar itu diberi nama 90 Minutes Ultra Smart Sports Footwear, cukup panjang mengingat ini merupakan terjemahan dari nama aslinya dalam bahasa Tionghoa. Namun jika Anda mengesampingkan namanya, sepatu ini bukan sembarang sepatu olahraga seperti yang biasa Anda beli di toko-toko.

Berkat chipset Intel Curie, sepatu pintar ini dapat mendeteksi apakah pengguna sedang berjalan, berlari atau malah mendaki / Xiaomi
Berkat chipset Intel Curie, sepatu pintar ini dapat mendeteksi apakah pengguna sedang berjalan, berlari atau malah mendaki / Xiaomi

Pasalnya, Xiaomi telah membenamkan chipset Intel Curie di dalamnya. Intel memang secara spesifik merancang chip ini untuk perangkat wearable. Ukurannya hanya sebesar kancing baju, akan tetapi ia sanggup merekam data-data aktivitas fisik secara real-time sekaligus mengemas modul Bluetooth, dan dapat beroperasi selama sekitar 60 hari tanpa perlu di-charge.

Hasilnya, sepatu garapan Xiaomi ini dapat mendeteksi apakah penggunanya sedang berjalan, berlari, atau malah mendaki. Selagi beraktivitas, chip Curie akan terus merekam data-data seperti jumlah kalori yang terbakar, kecepatan, jarak tempuh dan lain sebagainya. Kalau Anda memakai sepatu ini, Anda tidak lagi perlu memakai fitness tracker atau smartwatch, kira-kira begitu premisnya.

Sepatu pintar ini ditawarkan dalam beragam pilihan warna, termasuk edisi khusus yang dilengkapi bagian sol yang bisa menyala / Xiaomi
Sepatu pintar ini ditawarkan dalam beragam pilihan warna, termasuk edisi khusus yang dilengkapi bagian sol yang bisa menyala / Xiaomi

Secara fisik, Xiaomi 90 Minutes Ultra Smart tampak seperti sepatu olahraga kebanyakan. Xiaomi menawarkannya dalam beragam pilihan warna, plus sebuah edisi khusus yang bagian solnya dilengkapi material yang dapat menyala biru di malam hari, memastikan supaya penggunanya tetap terpantau oleh para pengguna jalan.

Sepatu ini sekarang sedang ditawarkan lewat platform crowdfunding Xiaomi sendiri. Harga yang dipatok adalah 299 yuan, atau sekitar Rp 580 ribu, dan pemasarannya akan dimulai pada tanggal 15 April mendatang.

Sumber: GizmoChina.

Fitbit Alta HR Suguhkan Heart-Rate Monitoring dalam Kemasan yang Ramping Sekaligus Stylish

Setahun yang lalu, Fitbit memperkenalkan Alta, activity tracker pertamanya yang dirancang dengan mengedepankan nilai estetika. Kini Fitbit sudah siap untuk merilis suksesornya yang membawa fitur yang sangat ditunggu-tunggu oleh para pengguna Alta selama ini: heart-rate monitoring.

Fitbit Alta HR, demikian nama perangkat baru ini, mengadopsi desain yang sangat identik dengan pendahulunya. Tentu saja satu-satunya hal yang membedakan adalah kehadiran sensor laju jantung di belakangnya, dimana Fitbit mengaku harus mendesain ulang chip yang digunakan supaya bisa masuk ke bodi Alta HR yang sangat ramping.

Perihal kinerja, semua fitur yang ditawarkan Alta ikut hadir di sini, termasuk halnya fitur notifikasi. Pun demikian, Fitbit mengklaim Alta HR dapat memonitor pembakaran kalori secara lebih komprehensif, dimana ia dapat melakukannya ketika pengguna melangsungkan aktivitas yang tak melibatkan langkah kakinya, seperti yoga misalnya.

Fitbit Alta HR dapat memonitor pembakaran kalori pada aktivitas yang tidak melibatkan langkah kaki, seperti yoga misalnya / Fitbit
Fitbit Alta HR dapat memonitor pembakaran kalori pada aktivitas yang tidak melibatkan langkah kaki, seperti yoga misalnya / Fitbit

Bersamaan dengan heart-rate monitoring yang konstan, Fitbit turut memperkenalkan dua fitur sleep tracking baru lewat Alta HR, yaitu Sleep Stages dan Sleep Insights. Sleep Stages menggabungkan data dari accelerometer dan sensor laju jantung untuk mengestimasikan waktu tidur Anda di tiap-tiap fase secara lebih akurat, termasuk dalam fase REM (Rapid Eye Movement).

Sleep Insights di sisi lain didesain untuk memberikan rekomendasi aktivitas yang disesuaikan dengan kondisi tubuh masing-masing pengguna. Fitur ini pada dasarnya akan membantu pengguna untuk lebih memahami korelasi antara pola tidur, pola makan, olahraga, berat badan dan laju jantung.

Kedua fitur ini dikembangkan bersama sejumlah ahli dari Stanford University, John Hopkins University dan University of Arizona. Sleep Stages nantinya juga akan tersedia untuk Fitbit Blaze dan Charge 2, sedangkan Sleep Insights untuk semua produk Fitbit yang menawarkan fitur sleep tracking.

Fitbit mengaku harus mendesain ulang chip sensor laju jantung yang digunakan supaya bisa masuk ke bodi Alta HR yang ramping / Fitbit
Fitbit mengaku harus mendesain ulang chip sensor laju jantung yang digunakan supaya bisa masuk ke bodi Alta HR yang ramping / Fitbit

Selebihnya, Alta HR merupakan versi lebih komplet dari Alta yang kita kenal selama setahun terakhir ini. Terlepas dari semua fitur baru yang disajikan, Alta HR diklaim malah punya daya tahan baterai yang lebih awet; 7 hari dibandingkan 5 hari yang ditawarkan Alta standar.

Fitbit Alta HR akan dipasarkan mulai April mendatang seharga $150. Fitbit juga akan menawarkan Special Edition Alta HR yang mengemas case rose gold 22 karat seharga $180. Terakhir, strap opsional berbahan silikon, kulit atau stainless steel juga tersedia dngan banderol mulai $30 sampai $100.

Sumber: Business Wire.

TomTom Luncurkan Fitness Tracker Baru, Touch Cardio

Buat sejumlah orang, olahraga merupakan bagian integral dari keseharian mereka. Mereka tidak butuh motivasi tambahan, mereka cuma ingin menjadi lebih fit, dan terkadang mereka juga ingin memahami secara mendalam bagaimana suatu aktivitas fisik bisa mempengaruhi kebugaran tubuhnya.

Itulah mengapa popularitas fitness tracker bisa mencuat seperti sekarang. Meski tidak lagi seramai dua atau tiga tahun lalu, setidaknya pabrikan-pabrikan masih rajin merilis produk baru di segmen ini. TomTom salah satunya, pabrikan asal Belanda ini baru saja mengungkap fitness tracker anyar bernama Touch Cardio.

Touch Cardio adalah fitness tracker kedua dari TomTom. Ia pada dasarnya merupakan versi murah dari TomTom Touch dengan desain dan fitur yang serupa, minus fitur analisis komposisi tubuh. Pun demikian, tidak semua orang merasa perlu memonitor persentase otot dan lemak tubuhnya setiap saat.

Desain Touch Cardio tampak cukup elegan, dengan layar sentuh OLED yang memanjang di sisi depannya. Layar ini dapat menampilkan pesan teks maupun panggilan telepon yang masuk, jadi paling tidak masih ada sejumlah fitur ala smartwatch yang tersedia.

Terkait fungsi utamanya, Touch Cardio siap melakukan tracking selama 24 jam nonstop; mulai dari jumlah langkah kaki, kalori yang terbakar, durasi dan intensitas aktivitas, sampai laju jantung, dengan akurasi yang tak kalah dari smartwatch TomTom Spark. Sleep tracking turut tersedia bagi yang membutuhkan.

TomTom Touch Cardio bakal dipasarkan secara global mulai bulan Maret mendatang seharga £90 atau sekitar Rp 1,5 juta – lebih murah £40 dari TomTom Touch orisinil – dan tersedia dalam empat pilihan warna.

Sumber: Wareable dan TomTom.

Usai Akuisisi Pebble dan Vector, Fitbit Akan Rilis Smartwatch Baru Berdesain Stylish

Di saat pasar smartwatch dan wearable device secara menyeluruh agak meredup, Fitbit malah berada cukup di atas angin. Dalam kurun waktu Desember – Januari saja, mereka telah mengakuisisi dua perusahaan sekaligus, yakni Pebble dan Vector Watch yang didirikan oleh mantan CEO Timex.

Dua akuisisi tersebut rupanya malah menginspirasi Fitbit untuk mengerahkan upaya maksimalnya guna menciptakan sebuah smartwatch unggulan. Seperti yang kita tahu, selama bertahun-tahun Fitbit telah mendominasi pasar fitness tracker, namun mereka tampaknya sudah siap untuk mencicipi pangsa pasar smartwatch global yang diperkirakan memiliki nilai di atas 10 miliar dolar.

Sejauh ini tidak ada banyak detail mengenai seperti apa sekaligus kapan pastinya smartwatch baru besutan Fitbit ini bakal dirilis, akan tetapi CEO Fitbit, James Park, sempat memberikan sedikit petunjuk melalui sebuah siaran pers. Di situ dijelaskan bahwa Fitbit berniat mengembangkan smartwatch yang berdesain stylish, dengan fokus pada aspek kesehatan dan fitness tracking.

Selain itu, smartwatch anyar Fitbit ini juga sangat mungkin mengemas fitur pembayaran elektroniknya sendiri, mengingat Fitbit juga pernah mengakuisisi perusahaan fintech bernama Coin Inc. di pertengahan tahun kemarin. Lebih lanjut, akuisisi atas Vector Watch sendiri diharapkan bisa membantu Fitbit menciptakan desain smartwatch yang jauh lebih anggun dari penawarannya sekarang.

Bagaimana dengan akuisisi atas Pebble, seperti apa kira-kira pengaruhnya terhadap smartwatch baru Fitbit ini nantinya? Well, satu hal yang bisa dipastikan kalau merujuk pada penuturan James Park sendiri adalah sebuah app store khusus untuk smartwatch, yang rencananya akan diluncurkan tahun ini juga.

Kalau mempertimbangkan ini semua, sepertinya deretan smartwatch Android Wear 2.0 bakal menjumpai penantang tangguh dari nama yang selalu diasosiasikan dengan tren perangkat wearable.

Sumber: Wareable.

Simpan Sensor Biometric dan Driver Audio Hybrid, Hy Ialah Earphone High-Tech All-in-One

Masalah terbesar yang ada pada penyajian headphone atau earphone ialah, dengan mengenakannya, perangkat ini menghalangi proses komunikasi. Umumnya, Anda harus melepas headset atau menghentikan lagu agar bisa berdialog secara normal. Lewat perpaduan dari beberapa teknologi audio dan komunikasi, tim developer dari Birhimgham ini mencoba memberikan jalan keluarnya.

Berkiblat pada prinsip kesederhanaan dalam pemakaian, Third Skin memperkenalkan device bernama Hy, earphone all-in-one yang memungkinkan Anda mendengarkan musik, mengakses fungsi smartphone via suara, melakukan/menjawab panggilan telepon, bahkan perangkat juga dibekali sensor biometric. Produk ini dirancang buat menemani Anda beraktivitas sehari-hari, tersambung tanpa membutuhkan kabel, dan didukung baterai berkapasitas besar.

Hy 1

Hy sengaja didesain agar ia bisa tersembunyi di belakang daun telinga (mirip alat bantu pendengaran). Selain menghidangkan musik, perangkat juga dapat berperan jadi activity tracker, mampu merespons serta memantau kondisi tubuh via gerakan serta temperatur. Dan meskipun sedang seru mendengarkan musik, user tidak akan kehilangan kemampuan mengetahui arah datangnya suara sehingga Anda bisa menikmati koleksi lagu sambil bersepeda atau di tempat umum tanpa perlu merasa was-was.

Hy 2

Rahasia dari kemampuan canggih ini adalah pemakaian speaker jenis baru berbasis teknologi bone conduction. Hy menyimpan driver audio hybrid, diposisikan di bagian earbud. Tak seperti earphone biasa yang mengeluarkan output suara standar langsung ke bagian dalam kuping, Hy menyimpan elemen getar ‘piezo‘ berbahan keramik, akan aktif begitu dialiri listrik. Vibrasi tersebut langsung diarahkan ke lubang telinga, dan dipadu sepasang balanced armature driver, Hy mampu menyajikan nada mid dan treble jernih serta bass yang ‘dalam’.

Hy

Selain itu, Third Skin turut memanfaatkan teknologi PurePath, menunjukkan bahwa developer sama sekali tidak mau kompromi soal penyuguhan suara. Berkat PurePath, Hy mampu menangani audio-audio high fidelity, termasuk suara hasil binaural recording. Pengalaman mendengarkan musik juga jadi lebih sempurna dengan kehadiran sistem noise cancellation aktif.

Selain kendali suara, Hy mampu mendeteksi gerakan tangan via sensor inframerah di sana dan mengubahnya jadi input kendali. Lalu unit baterai 260mAh di masing-masing earpiece diklaim mampu menyuguhkan musik 18-jam non-stop. Proses pengisian ulangnya tidak membutuhkan case khusus, baterai dapat di-charge langsung via port micro USB.

Saat ini tim Third Skin sedang melangsungkan kampanye pengumpulan dana di Kickstarter, menargetkan £ 68.000 (hampir US$ 84.000). Di situs crowdfunding tersebut, Hy bisa Anda pesan seharga mulai dari £ 140 (US$ 171,5).

Fitbit Resmi Akuisisi Sebagian Aset Pebble

Menyusul rumor yang berhembus beberapa hari lalu, Fitbit akhirnya mengumumkan secara resmi bahwa mereka telah membeli sejumlah aset milik Pebble. Merujuk pada siaran persnya, aset tersebut mencakup kekayaan intelektual di bidang pengembangan software dan firmware serta sejumlah staf kunci.

Secara spesifik, yang Fitbit incar dari Pebble adalah sistem operasi, aplikasi, layanan berbasis cloud dan software engineer-nya. Fitbit rupanya tidak tertarik dengan divisi hardware Pebble sehingga akhirnya Pebble mau tidak mau harus menutup perusahaannya.

Nilai akuisisi ini dikabarkan tidak lebih dari $40 juta dolar, namun kedua pihak enggan mengonfirmasinya. CEO Pebble sendiri, Eric Migicovsky, dilaporkan akan bergabung dengan inkubator startup ternama Y Combinator.

Lalu apa artinya ini bagi konsumen Pebble? Well, Pebble memastikan bahwa semua produk yang telah mereka pasarkan masih akan berfungsi seperti biasa, namun jangan berharap ada update rutin seperti sebelumnya.

Produk-produk barunya, seperti Pebble Time 2 dan Pebble Core, dengan terpaksa tidak jadi diproduksi dan konsumen yang sudah terlanjur menjadi backer di Kickstarter akan menerima refund secara penuh. Lain ceritanya untuk Pebble 2, distribusi smartwatch tersebut sudah berlangsung sebagian, tetapi mereka yang belum mendapatkan barangnya juga akan menerima refund.

Di titik ini pada dasarnya kita bisa mengucapkan selamat tinggal kepada Pebble. Saya melihat tidak ada tanda-tanda bahwa Fitbit berniat melanjutkan brand Pebble yang bisa dianggap sebagai salah satu pelopor segmen wearable. Bagi Fitbit sendiri, akuisisi aset ini akan semakin memantapkan posisinya sebagai salah satu produsen fitness dan activity tracker terbesar sejagat.

Sumber: Pebble, Fitbit dan Bloomberg.