Instapaper Kembali Menjadi Perusahaan Independen Setelah Dua Tahun di Bawah Naungan Pinterest

Tidak selamanya kisah akuisisi berujung manis di industri teknologi. Baru beberapa pekan lalu, Facebook mengumumkan rencananya untuk memensiunkan Moves dan tbh, dua aplikasi yang mereka akuisisi di tahun 2014 dan 2017, dengan alasan jumlah penggunanya sedikit.

Meski begitu, ada juga beberapa kisah akuisisi dengan happy ending, seperti salah satunya yang dialami Instapaper baru-baru ini. Seperti yang kita tahu, layanan read later tersebut diakuisisi oleh Pinterest hampir dua tahun silam. Sekarang, Instapaper kembali ke akarnya sebagai perusahaan independen.

Diumumkan lewat sebuah blog post, Instapaper bakal berpindah tangan secara resmi dari Pinterest ke sebuah perusahaan baru bernama Instant Paper Inc. Pendiri sekaligus karyawan perusahaan tersebut merupakan orang-orang yang sama yang mengerjakan Instapaper sejak layanan tersebut dibeli oleh Betaworks di tahun 2013.

Proses perpindahan tangannya bakal selesai dalam waktu tiga minggu, dengan tujuan untuk menginformasikan para penggunanya terkait pergantian pemilik ini. Setidaknya dalam waktu dekat ini, pengguna Instapaper tak perlu khawatir karena tim pengembangnya memastikan tidak akan ada yang berubah.

Instapaper sendiri sebenarnya tidak terlalu banyak berubah selama dua tahun di bawah naungan Pinterest. Fitur pencariannya sempat disempurnakan, akan tetapi perubahan terbesarnya adalah layanan Instapaper Premium yang digratiskan, di mana sebelumnya layanan itu mematok tarif $3 per bulan.

Sumber: TechCrunch dan Instapaper.

Perangi Kejahatan Internet, Twitter Caplok Smyte

Secara historis, baik Facebook ataupun Twitter mempunyai catatan yang buruk dalam melindungi penggunanya dari penyalahgunaan, ancaman privasi dan cyber-bully. Tetapi Twitter tak ingin tinggal diam. Dalam rangka meredam pelecehan yang mengancam penggunanya, Twitter baru saja mengambil keputusan besar untuk membeli Smyte, sebuah startup berbasis di San Francisco yang bertujuan untuk membantu perusahaan memberantas spam, penipuan, penyalahgunaan online dan menjaga interaksi di layanannya tetap sehat.

Dalam blog resminya, Twitter berkata akan melakukan kombinasi alat dan proses peninjauan Smyte dengan teknologinya sendiri, membantu meningkatkan kualitas percakapan di layanan miliknya. Dengan begitu, maka tanggung jawab Smyte dalam menjaga keselamatan dan keamanan di beberapa perusahaan teknologi besar, dalam waktu dekat akan diimplementasikan ke Twitter.

screenshot-www.smyte.com-2018-06-22-11-04-04

Sebagai informasi. Didirikan pada tahun 2014 oleh mantan teknisi Instagram dan Google, Smyte dirancang untuk mengidentifikasi dan mencegah pelecehan, spam, skema phising dan bentuk penyalahgunaan digital lainnya. Menurut versi yang diarsipkan dari situs web-nya bulan lalu, Smyte membual beberapa klien TaskRabbit, Musically, Meetup, GoFundMe, dan Quora.

Platform Smyte pada dasarnya membantu perusahaan mengklasifikasikan tindakan secara real-time di aplikasinya. Ia kemudian meninjaunya secara manual dan mesin pembelajar lalu mengambil tindakan massal terhadap mereka. Smyte mempunyai rekam jejak menggunakan REST API dan kemampuan untuk membuat sendiri menggunakan IPython, scikit-learn dan TensorFlow.

Sebagai bagian dari akuisisi, Smyte akan menghentikan bisnis utamanya, efektif segera setelah akuisisi dinyatakan rampung.

Sumber berita Twitter.

Akuisisi Weebly, Square Rogoh Kocek $365 Juta

Square yang fokus pada layanan keuangan, agregator merchant dan juga pembayaran mobile perlahan mulai melakukan ekspansi lebih dalam di industri online dengan mengumumkan akuisisi berani terhadap Weebly, layanan hosting web, alat perancangan web dan toko online. Untuk mendapatkan tanda tangan para petinggi Weebly, Square harus merogoh kocek sebesar $365 juta dalam bentuk tunai dan saham. Kesepakatan ini menjadi yang kedua bagi Square setelah sekitar sepekan sebelumnya perusahaan yang dinahkodai oleh co-founder Twitter, Jack Dorsey itu juga membeli perusahaan platform katering, Zesty.

Dalam keterangan resminya, Square mengatakan bahwa pembelian Weebly merupakan salah satu upaya mereka untuk memfasilitasi pelaku bisnis kecil dan menengah untuk memperoleh dukungan penjualan baik secara online maupun offline.

Weebly memiliki jutaan pelanggan dengan lebih dari 625.000 pelanggan membayar paket premium yang mereka tawarkan. Hampir 40 persennya berada di luar AS. Kesepakatan disebut akan menyatukan seluruh layanan Weebly, termasuk hosting web gratis, desain dan hosting situs web berbayar, toko online, dan alat pemasaran, dengan layanan pembayaran Square. Memuluskan rencana mereka untuk ekspansi secara global.

Sedangkan Square sukses menjalani transformasi sebagai perusahaan pembayaran mobile ke perusahaan layanan bisnis kecil. Dalam hitungan tahun, Square sukses memperluas portfolionya, beberapa di antaranya merambah bisnis katering korporasi dan pembiayaan, dan juga mengembangkan tool untuk pemasaran email dan manajemen pelanggan.

Pasca kesepakatan ini, sebagian besar tim di Weebly akan bergabung ke Square dan bersama-sama membangun rencana jangka panjang.

Sumber berita BusinessWire via Techcrunch dan gambar header americannewsgroup.

Makin Serius di Bidang Fintech, Razer Akuisisi MOL

Razer belum lama ini memulai debutnya di ranah e-commerce dengan membuka toko game digitalnya sendiri. Selain bertujuan untuk mendongkrak bisnis utama Razer di bidang penjualan hardware, Razer Game Store pada dasarnya juga menjadi medium yang pas untuk sistem pembayaran digital Razer yang bernama zVault.

Razer tampaknya melihat bidang payment ini sebagai industri yang berprospek cerah. Pasalnya, mereka baru-baru ini mengumumkan rencananya untuk mengakuisisi MOL. MOL, bagi yang tidak tahu, adalah salah satu perusahaan fintech terbesar di Asia Tenggara – meski beberapa orang mungkin lebih mengenalnya sebagai perusahaan yang mengakuisisi Friendster.

Sebelum ini, Razer sebenarnya sudah mengucurkan dana nyaris $20 juta untuk menjadi salah satu investor MOL, tepatnya pada bulan Juni tahun lalu ketika MOL ditunjuk menjadi distributor utama zGold (mata uang dalam sistem zVault). Kerja sama tersebut berujung pada penggantian branding MOLPoints menjadi zGold-MOLPoints.

Kalau semuanya berjalan sesuai rencana, Razer berniat untuk menyatukan platform pembayaran digital MOL dengan zVault, yang semestinya berarti MOLPoints akan digantikan sepenuhnya oleh zGold. Ini merupakan berita baik bagi Razer yang memang tengah mencoba peruntungannya di industri e-commerce dan payment di Asia Tenggara, seperti bisa dilihat dari keputusannya menggandeng Lazada sebagai channel resmi toko game digitalnya tidak lama setelah meresmikan Razer Game Store.

CEO Razer, Min-Liang Tan juga bilang bahwa akuisisi ini dapat membantu memuluskan realisasi sistem pembayaran RazerPay untuk negara Singapura yang sempat ia cetuskan tahun lalu. Dengan mengakuisisi MOL, Razer tak hanya bisa membuktikan skala besarnya, tapi juga meyakinkan regulator bahwa mereka memang punya teknologi yang tepat.

Sumber: TechCrunch.

Flickr Resmi Diakuisisi oleh SmugMug

Di titik ini, sebagian besar dari kita mungkin sudah lupa dengan eksistensi Flickr. Penyebabnya sedikit banyak adalah pihak yang mengelolanya. Seperti yang kita tahu, Flickr yang didirikan di tahun 2004 sempat diakuisisi oleh Yahoo pada tahun 2005, sebelum akhirnya berpindah tangan lagi ke Verizon, yang mengakuisisi Yahoo di tahun 2017.

Baik Yahoo dan Verizon sama-sama merupakan korporasi besar, dan bisa dibilang bukan tipe yang bisa memahami permintaan komunitas fotografi dengan baik. Contohnya, saat mengumumkan penghapusan paket Flickr Pro, Marissa Mayer yang menjabat sebagai CEO Yahoo saat itu beralasan istilah fotografer profesional sudah tak lagi relevan. Sontak banyak yang merasa tersinggung, dan Marissa pun pada akhirnya minta maaf.

Kabar baiknya, Flickr tidak harus selamanya bernasib seperti itu. Mereka baru saja diakuisisi oleh SmugMug. Bagi yang tidak tahu, SmugMug merupakan penyedia layanan photo sharing yang usianya bahkan lebih tua lagi daripada Flickr, dan mereka bisa bertahan selama ini berkat model bisnis subscription-based yang ‘sehat’.

Nilai akuisisinya tidak diberitakan, tapi yang pasti Flickr dan SmugMug bakal tetap beroperasi sendiri-sendiri. Sejauh ini SmugMug belum mengungkapkan rencana mendetailnya mengenai masa depan Flickr, akan tetapi konsumen loyal Flickr setidaknya bisa sedikit lega melihat SmugMug sebagai pemilik barunya, yang track record-nya sudah terbukti bagus di industri fotografi.

Nasib Flickr ini kurang lebih sama seperti salah satu rivalnya, 500px, yang diakuisisi oleh Visual China Group (VCG) sekitar dua bulan lalu. Perbedaannya, VCG merupakan agensi besar yang kerap disebut sebagai “Getty Images-nya Tiongkok”, sedangkan SmugMug mempersilakan pengguna layanannya untuk menjual karya-karyanya langsung ke konsumen tanpa tarif perantara.

Sumber: PetaPixel dan SmugMug.

Google Dirumorkan Bakal Mengakuisisi Pionir Teknologi Light Field, Lytro

Google dirumorkan sedang dalam proses mengakuisisi Lytro. Kabar ini memang belum mendapat konfirmasi resmi, akan tetapi TechCrunch melaporkannya berdasarkan informasi dari beberapa sumber terpercaya.

Lytro, bagi yang tidak tahu, adalah salah satu pionir di bidang fotografi light field. Mereka sempat menjadi buah bibir di tahun 2012 lewat sebuah kamera berteknologi light field, yang memungkinkan pengguna untuk mengatur fokus pasca pemotretan.

Lalu di tahun 2014, pamornya kian naik berkat Lytro Illum, yang menawarkan teknologi serupa namun dalam kemasan ala kamera mirrorless. Kendati demikian, dua produk ini rupanya belum bisa menjadi fondasi bisnis yang menguntungkan.

Lytro Immerge / Lytro
Lytro Immerge / Lytro

Dari situ Lytro mulai memikirkan untuk pivot, dan menjelang akhir tahun 2015, mereka mulai mencoba mengimplementasikan teknologi light field pada ranah VR lewat sebuah kamera 360 derajat bernama Lytro Immerge. Sayangnya, perkembangan industri VR pun tidak sepesat yang mereka bayangkan.

Itulah yang pada akhirnya menjadi latar belakang atas berita akuisisi ini. Menurut salah satu sumber TechCrunch, deal-nya ini lebih pantas disebut sebagai penjualan aset, dengan mahar tidak lebih dari $40 juta, meski Lytro sendiri memiliki valuasi sekitar $360 juta di tahun 2017.

Aset yang dimaksud kemungkinan besar merujuk pada 59 hak paten seputar teknologi light field yang dipegang oleh Lytro. Pertanyaannya, mengapa Google tiba-tiba menginginkannya?

Eksperimen Google dengan teknologi light field / Google
Eksperimen Google dengan teknologi light field / Google

Sebenarnya bukan tiba-tiba, sebab belum lama ini Google sempat bereksperimen dengan teknologi light field, dengan tujuan untuk meningkatkan sensasi realistis yang ditawarkan konten VR. Buah eksperimen mereka adalah aplikasi Welcome to Light Fields, yang kompatibel dengan HTC Vive, Oculus Rift dan Windows Mixed Reality.

Asumsi saya, progress Google dalam bereksperimen dengan teknologi light field terhambat dikarenakan salah satu atau beberapa paten milik Lytro. Demi memuluskan inisiatif mereka, cara termudah adalah membelinya dari Lytro, apalagi kalau memang harganya ‘cuma’ $40 juta.

Di sisi lain, potensi light field sendiri sebenarnya tidak cuma terbatas di ranah VR saja. Google yang berkantong tebal semestinya merupakan pihak yang tepat untuk memaksimalkan potensi light field ketimbang perusahaan kecil yang kesulitan menghasilkan profit.

Sumber: TechCrunch.

L’Oreal Akuisisi ModiFace, Pengembang Teknologi AR untuk Mencoba Kosmetik Secara Online

Augmented reality (AR) semakin memiliki peran besar di dunia teknologi tahun ini. Lihat saja salah satu fitur unggulan Samsung Galaxy S9, yakni AR Emoji, tidak ketinggalan juga fitur makeup virtual yang terintegrasi dalam Bixby.

Fitur yang terakhir itu bukan murni kreasi Samsung, melainkan sebuah perusahaan asal Kanada bernama ModiFace. Sejak didirikan di tahun 2006, ModiFace memang sudah sering dipercayai guna membubuhkan elemen teknologi oleh sejumlah brand kecantikan seperti Sephora dan Estee Lauder.

Pada kenyataannya, beberapa hari lalu L’Oreal mengumumkan bahwa mereka tengah dalam proses untuk mengakuisisi ModiFace. Tujuan yang hendak dicapai pada dasarnya adalah untuk memudahkan konsumen menjajal berbagai produk makeup secara online.

Mencoba lipstick tanpa langsung mengoleskannya langsung ke bibir memang terdengar aneh, tapi di sinilah sebenarnya peran sejati AR. Software yang dikembangkan ModiFace pada dasarnya bakal mengubah ponsel menjadi cermin, memungkinkan konsumen untuk melihat perubahan wajahnya secara real-time ketika dibubuhi eyeshadow maupun blush-on virtual.

Sensasinya jelas tidak bisa menandingi hands-on secara fisik, tapi setidaknya cara ini jauh lebih praktis ketimbang harus mampir ke department store setiap kali hendak membeli lipstick baru. Bagi L’Oreal, ini merupakan salah satu upaya untuk mendongkrak penjualan produk kosmetik mereka secara online.

Sebelum ini, ModiFace sebenarnya sudah pernah berkolaborasi dengan L’Oreal lewat sebuah web app bernama Style My Hair. L’Oreal sendiri juga bukan pertama kalinya bereksperimen dengan teknologi digital; salah satu aplikasinya, Makeup Genius, sudah diunduh lebih dari 20 juta kali menurut informasi yang didapat Bloomberg.

Akuisisi L’Oreal terhadap ModiFace ini pada dasarnya bisa dilihat sebagai langkah mereka untuk mengamankan posisinya di ranah persaingan digital antara brandbrand kecantikan. Di sisi lain, akuisisi ini bisa menjadi bukti lebih lanjut untuk teori saya mengenai prospek AR yang lebih cerah ketimbang VR.

Sumber: Bloomberg.

Grup Emtek Konfirmasi Akuisisi terhadap KapanLagi Network

Grup Emtek, lewat anak usahanya PT Kreatif Media Karya (KMK), mengonfirmasi pihaknya bakal menguasai saham KapanLagi Network (KLN), sekaligus mengumumkan sinergi unit usaha antara keduanya.

KMK akan masuk ke KLN lewat penerbitan saham baru sebanyak 50 persen dan 1 lembar yang sepenuhnya akan diserap KMK. Dalam transaksi ini juga akan ada sinergi unit usaha antara kedua perusahaan. KLN akan memiliki 99,9 persen saham Liputan6.com, media digital di bawah KMK.

Ini adalah kali kedua dalam tiga tahun terakhir KLN berpindah kepemilikan. Sebelumnya di bulan April 2015 pihaknya menjual saham mayoritas (52%) ke MediaCorp Singapura. Dikabarkan MediaCorp masih memegang saham minoritas di KLN pasca akuisisi oleh KMK ini.

Dikutip dari Katadata dan CNN Indonesia, dampak sinergi bisnis ini turut mengubah struktur organisasi. Pendiri KLN, Steve Christian, akan menjabat sebagai Chief Operating Officer. Sementara Presiden Direktur KMK Digital Media Group Karaniya Dharmasaputra menjabat sebagai Deputi COO.

“Pengalihan ini sedang diproses sesuai hukum dan ketentuan yang berlaku di Indonesia dan akan efektif setelah mendapat persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham Liputan 6.com dan KLN,” kata CEO KMK Adi Sariaatmadja.

Dia mengatakan perusahaan terus berkomitmen mengembangkan kegiatan lini usaha media dengan menambah beberapa media digital yang berada di bawah KLN. Adapun beberapa media tersebut seperti Kapanlagi.com, Merdeka.com, Bola.net, Vemale.com, Fimela.com, Brilio.net, Famous.id, dan Dream.co.id

Adapun saat ini, Grup Emtek memiliki beberapa media di bawahnya seperti Liputan6.com, Bola.com, Bintang.com, dan media televisi SCTV, Indosiar, dan O Channel.

Pihaknya melihat ada sinergi yang cukup kuat antara TV dan media digital pada masa depan. Untuk itu, diharapkan kemitraan ini membuat KMK akan menjadi grup media digital dengan media vertikal terlengkap dari berbagi segmen pemberitaan. Seiring antisipasi jumlah pengguna internet dari kaum milenial yang terus meningkat.

CEO KLN Steve Christian menambahkan rencana akuisisi ini adalah bentuk antisipasi kedua perusahaan dalam menghadapi persaingan dengan media yang selama ini menyajikan berita palsu dan tidak berimbang.

“Kami menjadi satu untuk menjadi nomor satu dengan menjangkau lebih dari 100 juta pengguna internet di Indonesia. Apalagi dengan tim gabungan dengan jumlah lebih dari 1.000 orang,” katanya.

Dia pun menegaskan kembali, keberhasilan ini akan bergantung pada proses due dilligence yang sebenarnya masih dalam proses kedua belah pihak. Proses ini membicarakan negosiasi berbagai syarat dan kebutuhan transaksi akuisisi.

Sebelum pengumuman ini beredar, kabar Grup Emtek mengakuisisi KLN sudah berhembus sejak Oktober 2017. DailySocial memberitakan media unggulan dari kedua perusahaan seperti KapanLagi dan Merdeka akan menjadi properti independen. Sementara properti yang memiliki irisan dengan Grup Emtek akan digabung.

Impian Akan Pokemon Go Versi MMO Perlahan Mulai Mendekati Kenyataan

Sejak game Pokemon Go dirilis, kita telah melihat internet dibanjiri dengan foto-foto massa (pemain Pokemon Go) yang menyerbu suatu lokasi demi menangkap spesies Pokemon langka. Begitu masifnya jumlah pemain game ini, wajar apabila ada yang mengimpikan Pokemon Go versi MMO (massively multiplayer online) macam World of Warcraft.

Impian ini bukanlah suatu hal yang mustahil, sebab pengembang Pokemon Go, Niantic Labs, baru-baru ini mengakuisisi sebuah startup AR bernama Escher Reality. Teknologi augmented reality yang dikembangkan Escher bukan sembarangan, melainkan yang mengedepankan pengalaman multi-user dan multi-platform.

Artinya, teknologi buatan Escher memungkinkan lebih dari satu pengguna untuk bertemu dan berinteraksi di dalam dunia AR yang bersifat kontinu (peristiwa-peristiwa yang terjadi di dalamnya akan terus berlanjut meski Anda sedang tidak online). Teknologi Escher sanggup mengingat posisi tiap-tiap objek AR di dalam suatu ruangan, lalu membagikan informasi tersebut ke beberapa perangkat sehingga pengalaman semua pengguna bisa sinkron.

Ilustrasi teknologi AR multi-platform yang dikembangkan Escher Reality / Escher Reality
Ilustrasi teknologi AR multi-platform yang dikembangkan Escher Reality / Escher Reality

Lebih istimewa lagi, Escher mengandalkan teknologi computer vision dan pemetaan 3D, yang berarti di ruang tempat kita bermain tidak perlu ada penanda-penanda khusus untuk dibaca oleh kamera milik perangkat. Semua informasi ini dikemas dalam jaringan cloud yang kemudian dapat diakses oleh perangkat Android maupun iOS. Multi-user sekaligus multi-platform.

Ketika teknologi semacam ini bisa diimplementasikan di Pokemon Go, maka terwujudlah impian akan Pokemon Go versi MMO tersebut. Pada kenyataannya, ini merupakan visi jangka panjang yang hendak dituju oleh Niantic dan Escher sendiri. Suatu hari nanti, kita dapat berburu Pokemon bersama-sama tanpa harus menyerbu suatu area publik dan membuat pengunjungnya jadi merasa tidak nyaman.

Sumber: Glixel.

GO-JEK Konfirmasi Akuisisi Terhadap Midtrans, Kartuku, dan Mapan

Hari ini GO-JEK memfinalisasi akuisisi tidak hanya satu, tidak juga dua, tetapi tiga startup fintech sekaligus. Mereka adalah Midtrans, Kartuku, dan Mapan dengan nilai yang tak disebutkan. Pasca akuisisi, ketiga perusahaan akan secara independen dikonsolidasi di bawah GO-JEK Group. Setiap CEO perusahaan akan melanjutkan peranannya sekarang, tetapi juga akan memegang posisi manajemen senior di GO-JEK Group. Secara garis besar, langkah ini akan membantu GO-JEK menyediakan ekosistem pembayaran inklusif untuk institusi finansial, korporasi, UKM, dan juga masyarakat yang sudah mengenal jasa perbankan atau belum.

Rumor tentang cerita akuisisi ini telah terdengar setidaknya selama tiga bulan terakhir. Sebelumnya saya berargumen akuisisi untuk Midtrans dan Kartuku bakal membantu GO-PAY, sistem pembayaran GO-JEK, untuk memiliki dukungan kuat dari payment gateway online dan offline. Penambahan Mapan, sebelumnya kita kenal dengan nama Ruma, bakal membantu GO-JEK untuk visi dealnya, mendorong inklusi finansial ke masyarakat yang lebih luas di Indonesia.

Secara bersama-sama, perusahaan-perusahaan ini telah memproses transaksi finansial sebesar 67,5 triliun Rupiah (sekitar $5 miliar) per tahunnya, melalui kartu kredit, debit, maupun dompet elektronik.

“Kini, saatnya GO-JEK melangkah maju memasuki babak baru. Melalui akuisisi ini, GO-JEK akan berkolaborasi dengan tiga perusahaan fintech nasional terdepan di Indonesia yang memiliki visi dan etos kerja yang sama dengan kami. Inisiatif ini merupakan langkah strategis dalam memperkuat pondasi dan langkah kami di industri fintech Indonesia,” ujar Founder dan CEO GOJEK-Group Nadiem Makarim dalam pernyataannya.

Ia melanjutkan, “Kami sangat antusias menyambut Kartuku, Midtrans, dan Mapan ke dalam keluarga besar GO-JEK. Kami sudah bekerjasama dan mengikuti perkembangan mereka selama beberapa tahun terakhir dan sangat menantikan kolaborasi lebih lanjut untuk mewujudkan misi yang sama mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia dan meningkatkan taraf hidup masyarakat melalui semangat inklusi keuangan. Hal ini sejalan dengan aspirasi Pemerintah Republik Indonesia untuk menjadi ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara di tahun 2020.”

CEO Mapan Aldi Haryopratomo akan memegang posisi baru di dalam GO-JEK Group untuk memimpin GO-PAY, CEO Midtrans Ryu Suliawan akan memimpin platform merchant Group, sedangkan CEO Kartuku Thomas Husted akan menjadi Group CFO yang baru.

Inklusi finansial sebagai pendorong

Sistem pembayaran memegang peranan penting bagi perusahaan digital saat ini untuk menambah konsumen baru, apalagi dengan kenyataan bahwa kepemilikan kartu kredit hanya kurang dari 4% dari total populasi. GO-PAY bukanlah satu-satunya pemain di segmen ini, tetapi ia merupakan salah satu metode pembayaran terpopuler di antara konsumen digital karena kemudahan yang ditawarkan untuk pembayaran non-tunai di sarana transportasi, pengantaran makanan, pengantaran paket, dan segmen lainnya di bawah kelolaan GO-JEK.

Presiden GO-JEK Group Andre Soelistyo mengatakan, “Tahun 2018 akan menjadi tahun di mana GO-PAY akan berkembang di luar ekosistem GO-JEK, menyediakan layanan pembayaran yang aman, nyaman, mudah, dan terpercaya baik secara offline maupun online.”

“Akuisisi ini akan mengakselerasi penetrasi dan jangkauan GO-PAY ke ranah pembayaran offline melalui Kartuku, ranah pembayaran online melalui Midtrans, serta meningkatkan inklusi finansial bagi masyarakat unbanked melalui Mapan. Kolaborasi antara perusahaan fintech nasional di dalam GO- JEK Group ini akan mendorong percepatan inklusi finansial untuk jutaan orang Indonesia serta meningkatkan produktivitas ekonomi di seluruh penjuru negeri.”

“Setelah akuisisi ini, tim manajemen dan seluruh karyawan dari masing-masing perusahaan akan beroperasi sebagaimana sebelumnya, namun dapat mengambil manfaat sinergi sebagai bagian dari GO-JEK Group,” ujarnya.

Akhir bulan lalu GO-JEK baru saja meluncurkan GO-BILLS. Konsumen bisa menggunakan GO-PAY untuk membayar tagihan, awalnya untuk tagihan listrik dan BPJS Kesehatan.

Di bulan Agustus, GO-JEK juga telah mengakuisisi Loket, sebuah platform analitik dan manajemen event, yang kini mengelola GO-TIX, platform tiket dan hiburan GO-JEK. Langkah strategis ini membantu Loket berinovasi secara agresif di segmen event.

GO-JEK mengungkapkan saat ini pihaknya melayani 15 juta pengguna aktif mingguan dengan 900 ribu pengemudi di seluruh Indonesia, lebih dari 125 ribu merchant, dan lebih dari 100 juta transaksi yang diproses di dalam platform per bulannya.

GO-JEK disebutkan tahun depan akan berekspansi ke Filipina.

Secara independen mengejar visi

Walaupun sekarang berada di bawah GO-JEK Group, Ryu dan Aldi mengkonfirmasi kepada DailySocial bahwa setiap perusahaan akan terus mengejar visinya secara independen. Go-Pay, menurut mereka, akan membantu mereka untuk melayani konsumennya secara lebih baik dan mengakselerasi setiap misi mereka.

Ryu juga mengatakan bahwa Prism, dan juga produk lain yang berada di bawah kelolaan Midtrans, akan terus melayani pasar e-commerce. “Kami tetap berkomitmen membantu mengakselerasi e-commerce di Indonesia,” ungkapnya.

Aldi menambahkan, Mapan akan terus dikembangkan untuk membantu lebih banyak keluarga Indonesia mendapatkan peluang menikmati layanan finansial berbasis komunitas. Sebagai bagian GO-JEK Group, Mapan dapat mengakselerasi inklusi finansial ke masyarakat unbanked, terutama mereka yang hidup di daerah-daerah pedesaan yang GO-JEK sendiri belum sepenuhnya tersedia.

GO-PAY akan memiliki peranan penting pasca akuisisi, tetapi metode pembayaran lainnya akan tetap didukung oleh Mapan dan Midtrans. Hal ini akan membantu masyarakat untuk tetap memiliki berbagai pilihan pembayaran yang mudah dan nyaman.

“Sebagai negara mobile first, kami percaya pembayaran digital akan semakin banyak masyarakat yang dapat dijangkau, baik di kota maupun yang ada di pelosok desa. Ini adalah upaya GO-JEK Group untuk mendukung dan mengakselerasi program pemerintah terkait inklusi keuangan dan juga ekonomi digital.”

Application Information Will Show Up Here