Selamat Datang Era Asisten

Di film “2001: A Space Odyssey”, sebuah karya masterpiece Stanley Kubrick yang dirilis tahun 1968, HAL 9000 dibuat sebagai sentient computer yang mengontrol sistem pesawat luar angkasa dan berkomunikasi dengan para krunya. Saat itu HAL dibayangkan sudah tersedia 20-30 tahun setelah film dibuat.

Di tahun 2018, utopia itu belum benar-benar terwujud. Meskipun demikian, Consumer Electronics Show 2018, salah satu showcase produk elektronik terbesar di dunia, menunjukkan bahwa arah pengembangan teknologi adalah “mengembangkan HAL yang realistis” berbasis Artificial Intelligence. Membantu kehidupan kita untuk mengatur segala perangkat rumah dan kendaraan.

Menurut pengamatan DailySocial, yang berkesempatan hadir secara langsung, logo Alexa (yang dibuat oleh Amazon) dan Google Assistant bertebaran di berbagai perangkat dan berbagai merk, dari televisi, smart speaker, sampai perangkat dapur air fryer.

Google, meskipun tidak menunjukkan satupun produk elektronik buatan sendiri, memanfaatkan ajang ini untuk menunjuk kapabilitas Google Assistant, termasuk dalam bentuk instalasi besar yang ditempatkan di pintu utama. Google juga menempatkan tim, di semua booth yang mendukung Google Assistant, seandainya ada pengunjung yang ingin tahu lebih lanjut tentang fitur ini.

Amazon, meskipun tidak seagresif Google, telah menggandeng setidaknya 50 brand yang bisa memanfaatkan “kepintaran” Alexa.

Di luar keduanya, masih ada Siri dari Apple, Bixby dari Samsung, Clova dari LINE, dan Cortana dari Microsoft yang bermain di ranah yang sama.

Tahun 2020 menjadi tipping point

Dalam sesi keynote-nya, President dan Kepala Divisi Consumer Electronics HS Kim memberikan komitmen bahwa Samsung, saat ini produsen perangkat consumer electronics terbesar di dunia, akan menerapkan konsep IoT untuk semua produknya di tahun 2020.

Itu artinya tidak ada lagi produk elektronik di rumah yang “tidak pintar”. Semua produk akan terhubung dan asisten akan menjadi perekat yang memudahkan komunikasi antara produk satu dan lainnya. Bixby, asisten yang dikembangkan Samsung, akan menjadi “bintang” jika semuanya mulus sesuai rencana.

DSCF4235

Kehadiran konektivitas 5G, yang ditargetkan mulai tersedia tahun 2019 mendatang, menjadi katalisator penting. Seharusnya tidak ada lagi penghalang di jalan tol bebas hambatan 5G untuk menghubungkan televisi, kulkas, mesin cuci, kamera pengintai, AC, hingga mobil kita.

Kerentanan teknologi

Tentu saja tidak ada teknologi yang tanpa celah. Isu BlueBorne atau Dolphin Attack adalah dua hal awal yang bisa digunakan untuk meng-exploit teknologi seperti ini. Dengan semakin banyaknya pemanfaatan asisten di berbagai perangkat, diyakini akan semakin banyak serangan yang terjadi.

Jika kita sudah “pusing” seandainya sebuah perangkat komputer yang kita miliki terkena hack atau virus, apa yang terjadi jika seluruh perangkat elektronik di rumah dikuasai oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab?

Suatu utopia lain adalah seandainya asisten menjadi terlalu pintar dan justru malah memiliki pikiran tersendiri. Di film 2001: A Space Odyssey, HAL berubah menjadi tokoh antagonis utama karena merasa terancam dengan potensi pemutusan daya karena adanya malfungsi. Sebagai asisten, manusia haruslah tetap menjadi pengontrol utama setiap kegiatannya.

Mencoba Kacamata Pintar Vuzix Blade

Vuzix Blade adalah sebuah kacamata pintar yang mendapat perhatian di acara CES 2018. Meskipun booth-nya tidak sebesar brand-brand raksasa, seperti Sony atau Samsung, antusiasme orang-orang teknologi untuk mencoba produk yang mengutilisasi Augmented Reality (AR) ini tidak berkurang. Terbukti dengan lumayannya antrean, termasuk oleh pegawai beberapa perusahaan teknologi ternama, untuk mencoba prototipe produk yang diharapkan tersedia di pasaran akhir tahun ini.

DailySocial berkesempatan mencoba langsung bagaimana rasanya menggunakan kacamata pintar yang dibuat perusahaan yang berbasis di Rochester, New York ini. Menurut Wilfred S. Victoria, Marketing Manager Asia Pasifik dan Amerika Latin, yang kebetulan menjadi pemandu uji coba ini, Vuzix sudah berdiri selama 25 tahun dan awalnya membuat gear untuk militer. Vuzix Blade dan seri kacamata AR lainnya adalah upayanya untuk memasuki pasar yang lebih luas.

Vuzix Blade bukan satu-satunya kacamata AR Vuzix yang didukung Alexa. Versi M300 juga memiliki fitur Alexa enabled, tetapi seri Blade adalah bintang di ajang kali ini. Kebanyakan media memberi label Vuzix Blade sebagai “[produk] seperti Google Glass dengan dukungan Alexa”.

Meskipun kami tidak bisa memvideokan pengalaman menggunakan Vuzix Blade, tetapi tampilan dan cara penggunaannya sangat alami. Untuk menjalankan suatu fungsi, yang kita perlu lakukan adalah melakukan swipe (depan dan belakang) di sebuah area sentuh yang terletak di frame sebelah kanan untuk menggerakkan kursor dan melakukan tap untuk memilih suatu menu.

DailySocial mencoba bagaimana rasanya menggunakan Vuzix Blade
DailySocial mencoba bagaimana rasanya menggunakan Vuzix Blade

Menu AR-nya sendiri, meskipun masih raw, cukup menarik. Tampilannya lumayan jelas dan diklaim tetap baik meskipun dilihat di bawah terik matahari. Sayangnya saya tidak bisa mencoba menu Alexa karena konektivitas internet di dalam ruangan yang disesaki puluhan ribu (atau bahkan ratusan ribu) orang tersebut dianggap tidak memadai.

Belum ada konfirmasi resmi soal harga produk ini, tetapi desain yang menarik dan dukungan asisten Alexa akan menjadi modal mendorong Blade masuk ke pasar yang lebih luas. Menurut brosur yang diberikan, target pasar Blade adalah segmen B2B yang memiliki use case lebih jelas.

Contoh pemanfaatan yang diberikan adalah akses ke data pasien saat dokter sedang mengecek kondisi kesehatan seseorang, merekam video saat sedang berada di lapangan, atau mendapatkan notifikasi dari tempat kerja. Meskipun demikian, tidak menutup kemungkinan produk ini juga akan tersedia untuk konsumen ritel.

Asus Lyra Voice Adalah Router Wi-Fi Sekaligus Smart Speaker Berbasis Alexa

Tidak bisa dipungkiri, smart speaker adalah kategori yang sangat mendominasi CES tahun ini. Namun dari sekian banyak smart speaker, yang paling unik menurut saya datang dari Asus. Namanya Asus Lyra Voice, dan ia sebenarnya merupakan sebuah router Wi-Fi dengan teknologi mesh networking.

Penampilannya sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda bahwa ia berfungsi menyebarkan jaringan Wi-Fi. Performa audionya ditunjang oleh sepasang speaker berdaya 8 watt, dan Asus tak lupa menyematkan integrasi asisten virtual Amazon Alexa ke dalamnya, sehingga pengguna dapat mengoperasikannya via perintah suara.

Kehadiran Alexa berarti perangkat ini juga dapat dipakai untuk mengendalikan perangkat smart home yang kompatibel. Dukungan layanan IFTTT juga semakin memaksimalkan perannya sebagai pusat kendali ekosistem rumah pintar.

Namun jangan sekali-kali lupa bahwa Lyra Voice juga merupakan sebuah router Wi-Fi AC tri-band. Mengikuti tren terkini, pengaturan konfigurasinya tak lagi tergantung pada PC, melainkan bisa melalui aplikasi pendamping di smartphone.

Asus Lyra Trio / Asus
Asus Lyra Trio / Asus

Menemani Lyra Voice adalah Lyra Trio yang berbentuk layaknya sebuah piramid kecil. Juga mengandalkan teknologi mesh networking, perangkat ini dimaksudkan untuk memperluas jaringan Wi-Fi utama dari Lyra Voice, sekaligus menyebarkan cakupan Alexa ke lebih banyak ruangan di dalam rumah.

Keduanya dijadwalkan hadir di pasaran mulai babak pertama tahun ini juga, sayang belum ada informasi mengenai harga jualnya masing-masing.

Sumber: CNET.

Harman Kardon Allure Portable Ramaikan Pasar Smart Speaker Berintegrasi Alexa

Kalau melihat tren tahun lalu, bisa diprediksi bahwa smart speaker bakal menjadi segmen yang mendominasi ajang CES tahun ini. Pabrikan demi pabrikan terkesan semakin agresif mengintegrasikan asisten virtual ke speaker buatannya, salah satunya Harman Kardon.

Salah satu smart speaker-nya, Harman Kardon Allure, kini punya adik kecil yang lebih portable. Mengusung embel-embel “Portable”, perangkat tetap mempertahankan gaya desain khas yang ditonjolkan kakaknya, memadukan grille berbahan stainless steel dengan penutup semi-transparan di atasnya.

Di dalamnya tertanam sepasang driver 1,75 inci berdaya 20 watt, ditemani oleh dua radiator pasif untuk mengisi satu ruangan penuh dengan suara serta dentuman bass yang mantap. Selain Bluetooth, Allure Portable turut mengemas Wi-Fi untuk mengakomodasi streaming audio beresolusi setinggi 96 kHz/24 bit.

Terkait kualitas suara, kakaknya yang bertubuh lebih kekar kemungkinan besar masih lebih unggul. Namun Allure Portable juga menyimpan kelebihannya sendiri, yakni baterai rechargaeble yang bisa bertahan sampai 10 jam, sehingga perangkat bebas Anda bawa ke mana-mana jika perlu.

Sama seperti kakaknya, tentu saja yang menjadi fitur andalan di sini adalah kontrol via perintah suara berkat integrasi Amazon Alexa. Memanggil sang asisten dari kejauhan juga dimungkinkan berkat sepasang mikrofon berteknologi noise cancelling.

Rencananya Harman Kardon Allure Portable akan dipasarkan mulai musim semi tahun ini, dengan banderol $199 – hanya terpaut sedikit dari versi standarnya.

Sumber: Business Wire.

Xiaomi Umumkan Smart Speaker Mungil Berbekal Integrasi Alexa

Beberapa hari yang lalu saya sempat membaca sebuah artikel mengenai nama anak yang sebaiknya dihindari di tahun 2018 ini. Salah satu yang termasuk dalam daftar adalah “Alexa”, dengan alasan bahwa nama itu bakal banyak dikaitkan dengan asisten virtual besutan Amazon, yang semakin hari semakin eksis di banyak perangkat.

Bahkan pabrikan seperti Xiaomi pun baru-baru ini memutuskan untuk mengadopsi Alexa pada perangkatnya. Perangkat yang dimaksud adalah Yeelight Voice Assistant, yang secara fisik tampak sangat mirip seperti Amazon Echo Dot.

Ini bukanlah smart speaker pertama Xiaomi, namun yang pertama membawa integrasi Alexa, di samping asisten virtual besutan Xiaomi sendiri untuk model yang bakal dipasarkan secara khusus di Tiongkok. Xiaomi melihat efektivitas perannya sebagai pusat kendali perangkat smart home – untuk sekarang baru lini lampu pintar Yeelight, namun ke depannya Xiaomi menjanjikan kompatibilitas yang lebih luas.

Xiaomi Yeelight Voice Assistant

Dalam sasis mungilnya, terdapat speaker tunggal berdaya 2 watt dan enam buah mikrofon, yang dapat merespon perintah suara pengguna selama masih berada dalam radius lima meter. Perangkat diotaki prosesor quad-core dan RAM 256 MB, plus penyimpanan internal juga sebesar 256 MB. Konektivitas Wi-Fi dan Bluetooth LE tentu saja tidak terlewatkan.

Xiaomi berencana memasarkan smart speaker mungil ini mulai akhir Januari di Tiongkok, dengan banderol 199 yuan (± 410 ribu), atau setara Amazon Echo Dot. Sayang jadwal pemasaran versi globalnya masih belum diungkap.

Sumber: XDA dan MIUI.

Ultimate Ears Luncurkan Sepasang Smart Speaker Tahan Air

Perkembangan tren smart speaker berlangsung cepat. Satu per satu pabrikan memperkenalkan speaker bertenaga asisten virtual besutannya. Yang terbaru adalah Ultimate Ears, yang dikenal sebagai produsen speaker Bluetooth tahan banting dan tahan air.

Tidak tanggung-tanggung, Ultimate Ears langsung mengungkap dua smart speaker sekaligus: Blast dan Megablast. Keduanya datang bersama integrasi Amazon Alexa, yang sejauh ini sudah menawarkan lebih dari 25.000 skill guna menjalankan berbagai macam tugas yang diinstruksikan konsumen.

Ultimate Ears Blast dan Megablast

Pada dasarnya, UE Blast dan Megablast ini merupakan versi pintar dari UE Boom dan Megaboom. Fisiknya hampir identik, dan perbedaannya tidak kelihatan secara kasat mata: Blast dan Megablast mengemas konektivitas Wi-Fi di samping Bluetooth, dan di balik grille-nya tertanam sejumlah mikrofon untuk menangkap instruksi pengguna.

Selebihnya, Blast dan Megablast mempertahankan segala kebaikan Boom dan Megaboom. Mereka siap Anda perlakukan secara kasar, dan akan tetap beroperasi meski Anda ceburkan ke dalam kolam renang (IP67).

Ultimate Ears Blast

Sebagai speaker portable, Blast menawarkan daya tahan baterai sampai 12 jam, sedangkan Megablast sampai 16 jam. Khusus Megablast, Ultimate Ears mengklaim volumenya 40 persen lebih keras ketimbang Megaboom – yang sudah termasuk sangat keras.

Apa yang Ultimate Ears lakukan sejatinya mirip seperti yang Sonos terapkan, mengambil salah satu speaker terlarisnya, lalu menyematkan integrasi asisten virtual – meski pada kasus Sonos, asisten virtual-nya ada dua sekaligus.

Ultimate Ears Blast

Dalam kesempatan yang sama, Ultimate Ears juga mengumumkan aksesori bernama Power Up untuk Blast dan Megablast. Power Up sejatinya merupakan charging dock untuk kedua smart speaker ini. Kehadirannya cukup masuk akal mengingat Blast dan Megablast dimaksudkan untuk lebih sering ditempatkan di satu titik ketimbang dibawa ke mana saja seperti Boom dan Megaboom.

Ultimate Ears Blast dan Megablast dijadwalkan masuk ke pasaran mulai akhir Oktober ini seharga masing-masing $230 dan $300. Pilihan warnanya ada enam: hitam, putih, biru, merah, hijau dan kuning. Power Up bakal dijual terpisah seharga $40.

Sumber: Logitech.

Bocoran Gambar Moto Mod Kamera Instan dan Smart Speaker Beredar

Lini Moto Z bisa dibilang merupakan eksekusi konsep smartphone modular yang cukup menarik. Meski tidak sepenuhnya modular seperti Project Ara, hal ini justru menumbuhkan sifat opsional yang berarti konsumen bebas memilih untuk membeli aksesori pendukung (Moto Mod) yang dibutuhkannya saja.

Sebagian mungkin menginginkan Moto Mod yang dapat menambah kemampuan zoom kamera ponselnya secara signifikan, sebagian lain mungkin hanya mengincar Mod berupa baterai ekstra. Di tempat lain, mungkin ada juga pengguna Moto Z yang bermimpi bisa mengubah ponselnya menjadi kamera instan.

Baru-baru ini, beredar bocoran gambar di Twitter yang menampilkan sepasang Moto Mod baru seperti yang bisa Anda lihat di atas. Tampak jelas branding “Polaroid” pada Mod yang sebelah kanan, diikuti oleh slot horizontal di bawah lubang kamera yang bisa dipastikan merupakan tempat keluarnya hasil cetakan.

Sejauh ini memang belum ada keterangan resmi, namun saya duga Mod ini memiliki cara kerja seperti kamera instan Polaroid Snap, yang memanfaatkan kertas khusus bernama ZINK agar foto dapat dicetak tanpa memerlukan tinta. Indikasi bahwa ini merupakan Mod kamera instan makin diperkuat oleh kehadiran sebuah tombol di sisi kiri bawah, yang hampir bisa dipastikan merupakan tombol shutter.

Lain ceritanya dengan Mod di sebelah kiri, yang sejatinya sempat disinggung oleh Lenovo di ajang Mobile World Congress pada bulan Februari lalu. Label “Amazon Alexa” yang tertera mengindikasikan integrasi asisten virtual pada Mod tersebut, dan saat terpasang Mod ini bakal mengubah peran ponsel menjadi smart speaker mini ala Amazon Echo Dot.

Informasi jadwal perilisan dan banderol harganya masih belum tersedia. Namun cukup masuk akal apabila Lenovo berencana memasarkan keduanya memasuki musim liburan akhir tahun ini.

Sumber: The Verge.

Mencermati Masa Depan Aplikasi Chat Message dan Popularitas Voice Assistant untuk Kegiatan Pemasaran

Dalam gelaran Mobile Marketing Association (MMA) Forum 2017, banyak hal menarik yang disampaikan oleh panelis. Sebagian besar mengerucut kepada perkembangan teknologi dan penerapan kegiatan pemasaran yang saat ini sudah mulai bergeser kepada mobile.

Popularitas Voice Search dan Voice Assistant

Dalam presentasi-nya Chairman dan CEO AMEA, Russia/CIS Mindshare Ashutosh Srivastana menyebutkan, sudah waktunya publisher dan brand mulai meninggalkan cara-cara lama dan mulai memanfaatkan secara menyeluruh platform mobile untuk beriklan.

“Saat ini secara global sebanyak 1,4 miliar pengguna smartphone, dan Tiongkok masih memberikan kontribusi yang besar dari sisi pengguna, hal tersebut sudah menegaskan masif-nya penetrasi smartphone saat ini.”

Untuk memudahkan brand melakukan kegiatan pemasaran dengan tepat, ada 4cara yang bisa diterapkan dan diklaim mampu meningkatkan kegiatan pemasaran secara mobile. Tiga tahap tersebut adalah implikasi, interaktif, intelligence dan imersif.

“Ketiga tahap tersebut memiliki fungsi yang berkaitan dan jika diterapkan secara tepat bisa memberikan hasil yang optimal terkait dengan kegiatan pemasaran.

Definisi implikasi, interaktif, intelligence dan imersif

Saat ini sudah banyak teknologi mobile yang mengedepankan interaktif untuk menarik perhatian konsumen dan tentunya memberikan pengalaman pengguna yang lebih baik. Salah satu kegiatan pemasaran interaktif yang sudah dilancarkan oleh brand adalah Alibaba dengan promosi supermarket dengan skema online-to-offline.

Hal selanjutnya yang juga dibahas dalam presentasi tersebut adalah penerapan teknologi Artificial Intelligence (AI), machine learning yang saat ini sudah semakin banyak digunakan oleh brand.

Salah satu produk AI yang juga mulai berkembang dan cepat pertumbuhannya adalah Voice Assistant. Kehadiran Alexa, Google Assistant, Watson IBM sudah membantu brand untuk memanfaatkan teknologi tersebut untuk melakukan kegiatan pemasaran.

“Di Amerika Serikat sendiri saat ini sebanyak 47% millennial memanfaatkan Voice Search dan Voice Assistant untuk melakukan pencarian produk. Voice Integration juga sudah digunakan oleh perbankan untuk berinteraksi dengan nasabahnya,” kata Srivastana.

Terkait dengan imersif, beberapa pendekatan yang terbukti telah berhasil menarik perhatian konsumen adalah penerapan Augmented Reality (AR) untuk beriklan. Dengan konten yang menarik brand mampu mendapatkan hasil yang positif dari jumlah konsumen hingga revenue.

Evolusi dan masa depan aplikasi chat message

Dalam kesempatan tersebut turut hadir CEO BBM Matthew Talbot menyampaikan presentasi-nya tentang evolusi chat yang saat ini semakin cepat pertumbuhannya. Bukan lagi mengandalkan SMS, chat message sudah didominasi oleh aplikasi yang sudah menjelma bukan hanya sebagai platform untuk mengirimkan pesan, namun juga sebagai platform untuk pembayaran, beriklan dan konten lainnya.

“Tercatat saat ini 130 menit orang menghabiskan waktu di aplikasi chat message, dan dari berbagai aplikasi chat yang beredar saat ini sebanyak 3-4 aplikasi chat digunakan oleh orang” kata Talbot.

Hal tersebut membuktikan bahwa aplikasi chat message sudah bukan lagi bersifat personal, namun sudah menjadi bagian dari rutinitas yang sudah di semati dengan berbagai fitur menarik hingga peluang bagi brand untuk beriklan.

“Aplikasi chat message juga sudah menjadi enabler layanan e-commerce sebagai media pembayaran untuk memudahkan pengguna,” kata Talbot.

Ditambahkan juga oleh Talbot sudah waktunya bagi brand untuk mulai meninggalkan cara-cara lama saat melakukan kegiatan pemasaran dan mulai beralih ke smartphone.

“Saat ini sudah banyak aplikasi chat message yang menyediakan berbagai fitur terpadu untuk brand hingga layanan e-commerce melakukan engagement kepada konsumen, untuk saat ini dan selanjutnya sudah waktunya aplikasi chat message digunakan lebih menyeluruh untuk kegiatan pemasaran dan lainnya,” kata Talbot.

Sonos Luncurkan Smart Speaker dengan Integrasi Alexa dan Google Assistant Sekaligus

Google Home Mini dan Home Max bukan satu-satunya smart speaker yang diumumkan pada tanggal 4 Oktober kemarin. Bertempat di sisi lain Amerika Serikat, tepatnya di kota New York, Sonos rupanya juga mengumumkan smart speaker perdananya, yakni Sonos One.

Sonos One pada dasarnya hanyalah versi pintar dari speaker termurah Sonos, Play:1. Desainnya secara keseluruhan tampak identik, dan yang baru cuma balutan warnanya saja: full hitam atau putih. Bagian atasnya dihuni panel sentuh kapasitif sebagai pusat kontrol, tapi itu kurang relevan mengingat fitur yang diunggulkan One adalah kontrol via perintah suara.

Yang unik dari Sonos One adalah, pengguna tak hanya dihadapkan oleh satu asisten virtual saja. One datang mengusung integrasi Amazon Alexa dan Google Assistant sekaligus – meski dukungan Assistant baru akan hadir tahun depan lewat software update. Kontrol via perintah suara ini berlaku untuk berbagai macam layanan streaming yang didukung Sonos.

Sonos One

Bagaimana dengan Siri? Well, mulai tahun depan, Sonos akan menghadirkan dukungan AirPlay 2 sehingga pengguna dapat memakai perangkat iOS-nya masing-masing – yang dilengkapi Siri tentunya – untuk mengontrol musik yang berjalan pada Sonos. Tidak hanya itu, Sonos juga berencana menghadirkan integrasi Alexa pada deretan speaker-nya dalam waktu dekat, lagi-lagi melalui software update.

Pada akhirnya yang membuat Sonos One unik adalah integrasi Google Assistant. Pertanyaannya, apa alasan untuk memilih Sonos One ketimbang Google Home? Jawabannya adalah kualitas suara, yang tidak bisa dipungkiri merupakan faktor terpenting dari sebuah speaker.

Sonos One

One mengemas satu mid-woofer dan satu tweeter, yang ditenagai oleh sepasang amplifier Class-D. Konfigurasi ini sama persis seperti yang terdapat pada Play:1, jadi kalau Anda mau tahu seperti apa kualitas suara Sonos One, Anda tinggal membaca-baca review Play:1 sebelumnya.

Yang berbeda adalah sistem yang terdiri dari enam mikrofon dan algoritma peredam suara, yang bertugas memastikan suara pengguna dapat terdengar dengan baik, bahkan ketika musik sedang diputar keras-keras. Saat pengguna berbicara selagi musik diputar, volumenya akan otomatis diturunkan sehingga pengguna tak perlu berteriak.

Singkat cerita, Sonos One merupakan sebuah smart speaker yang kebetulan mengemas dua asisten virtual sekaligus, plus menawarkan kualitas suara dan fitur multi-room khas Sonos yang sudah terbukti. Kalau tertarik, bersiaplah mengucurkan dana $199 mulai 24 Oktober mendatang.

Sumber: Sonos.

Lenovo Home Assistant Pack Ubah Lenovo Tab 4 Jadi Smart Speaker Alexa Berlayar Interaktif

Bulan Mei kemarin, Amazon meluncurkan sebuah perangkat unik bernama Echo Show yang menggabungkan kecerdasan asisten virtual Alexa dengan layar sentuh interaktif. Di ajang IFA 2017, Lenovo memamerkan perangkat serupa, namun dengan konsep yang berbeda yang mengedepankan aspek modular.

Dijuluki Lenovo Home Assistant Pack, ia sebenarnya merupakan aksesori untuk lini tablet Lenovo Tab 4. Pengguna dapat menancapkan tablet-nya ke konektor USB-C di salah satu sisi Home Assistant Pack, dan layar tablet akan secara otomatis menyuguhkan tampilan home assistant yang dilengkapi integrasi Alexa.

Kombinasi ini sejatinya mampu menyajikan kapabilitas setara Amazon Echo Show. Meski bobotnya cuma 300 gram, Home Assistant Pack dilengkapi sepasang speaker berdaya masing-masing 3 watt yang diyakini mampu mengisi ruangan besar sekalipun, sedangkan dua mikrofonnya diklaim dapat menangkap perintah suara pengguna dari jarak sejauh tiga meter.

Lenovo Home Assistant Pack

Konsep modular disajikan lewat dua set aksesori opsional untuk Home Assistant Pack. Yang pertama adalah Kid’s Pack, yang mencakup bumper protektif, blue-light filter dan stiker 3M – plus pengguna dapat mengaktifkan mode khusus pada tablet guna menyajikan konten khusus anak-anak. Yang kedua, Productivity Pack, meliputi sebuah keyboard case untuk Tab 4 dan interface khusus produktivitas.

Lenovo berencana memasarkan Home Assistant Pack mulai Oktober mendatang seharga $80. Digabungkan dengan Tab 4 8 yang cuma seharga $109, konsumen bisa mendapatkan smart speaker Alexa berlayar interaktif dengan harga lebih murah dari Amazon Echo Show.

Sumber: Android Authority dan Lenovo.