Tren Voice Assistant dan Kemunculan Kategori Produk Baru, Smart Display Speaker

Ada pemandangan yang tidak biasa saat perwakilan DailySocial bertandang ke Las Vegas guna menghadiri perhelatan CES 2018 dua pekan lalu: logo Alexa dan Google Assistant tampak bertebaran di mana-mana. Dari keduanya, Google tampil lebih agresif, menempatkan personil-personilnya di semua booth perangkat yang mendukung Google Assistant, sampai menyulap kereta monorel Las Vegas menjadi baliho berjalan bertuliskan “Hey Google”.

Untuk pertama kalinya dalam sejarah, kehadiran Google begitu terasa di CES meskipun mereka sama sekali tidak membawa perangkat keras buatannya sendiri, dan ini juga bukan disebabkan oleh sejumlah smartphone Android yang dipamerkan. Virtual assistant, voice assistant, smart assistant, atau apapun nama yang lebih sreg di benak Anda, bakal menjadi kunci di balik inovasi-inovasi teknologi yang bakal kita jumpai sepanjang tahun 2018 ini.

Terlepas dari persaingan panas antara Alexa dan Google Assistant, tidak bisa dipungkiri bahwa pengaruh yang dibawa keduanya begitu besar. Begitu besarnya, voice assistant pada dasarnya berhasil memicu kemunculan kategori produk baru, dan produk ini lebih menjurus ke sisi lifestyle ketimbang gadget secara umum.

Tren voice assistant dan kemunculan kategori smart display speaker

Amazon Echo Show / Amazon
Amazon Echo Show / Amazon

Produk yang saya maksud adalah smart display speaker, yang sejatinya merupakan smart speaker dengan imbuhan layar sentuh interaktif. Amazon memulai kategori ini lewat Echo Show yang diperkenalkan Mei tahun lalu, kemudian Google menyusul baru-baru ini melalui mitra-mitranya seperti JBL, Lenovo, LG dan Sony. Dalam kesempatan yang sama, Baidu juga memamerkan perangkat serupa dengan voice assistant besutannya sendiri.

Bagi saya pribadi, smart display speaker semacam ini lebih cocok dikategorikan sebagai produk lifestyle. Mengapa? Ada banyak alasan. Salah satunya, hampir semuanya mengusung desain apik yang lebih pantas dijadikan dekorasi rumah ketimbang disembunyikan di sudut ruangan.

JBL Link View / Harman
JBL Link View / Harman

Foto produk Amazon Echo Show dan JBL Link View sama-sama menunjukkan skenario penggunaannya di dapur. Perpaduan layar yang menampilkan resep masakan, plus voice assistant yang bertugas membacakan konversi satuan-satuan bahan makanan yang dipakai, membuat smart display speaker begitu ideal untuk skenario ini.

Namun dalam hati saya bertanya, bukankah tablet yang didudukkan di atas unit docking sebenarnya juga bisa difungsikan serupa? Benar saja, tapi smart display speaker tetap lebih unggul soal ini karena mengemas mikrofon yang selalu aktif mendengarkan instruksi dari pengguna. Dengan tablet, pengguna harus lebih dulu membuka aplikasi voice assistant-nya.

Singkat cerita, hampir semua yang smart display speaker bisa lakukan sebenarnya juga bisa dilakukan oleh tablet. Akan tetapi menyebut smart display speaker sebagai sebuah speaker yang ditempeli tablet adalah oversimplification alias penyederhanaan yang terlalu berlebih.

Komponen spesifik seperti mikrofon yang always-on dan yang biasanya mengadopsi teknologi beam-forming (bisa menangkap suara dari kejauhan meski sedang ada musik yang diputar cukup keras), membuat kinerja smart display speaker lebih efektif untuk semua hal yang mengandalkan perintah suara sebagai interface utamanya.

Smart display speaker vs. smart speaker

Google Home Max / Google
Google Home Max / Google

Smart display speaker di sisi lain juga tidak bermaksud menjadi smart speaker versi premium. Segmen itu sebenarnya sudah diisi oleh produk seperti Google Home Max, dan tidak lama lagi, Apple HomePod. Setidaknya untuk sekarang, kualitas audio premium dan layar sentuh interaktif masih belum bisa dijadikan satu paket.

Kalau melihat tampilan layar JBL Link View misalnya, wajar apabila kita berasumsi bahwa smart display speaker menjalankan sistem operasi Android, sedangkan smart speaker tidak. Pada kenyataannya, Google sudah menyiapkan platform baru untuk smart display speaker yang dijuluki Android Things.

Lenovo Smart Display / Lenovo
Lenovo Smart Display / Lenovo

Dari kacamata sederhana, Android Things adalah varian khusus Android yang diperuntukkan perangkat IoT (Internet of Things). Anda tidak bisa menjalankan aplikasi Android seperti biasa di smart display, yang ada justru adalah tampilan berbasis web yang telah dikemas dalam interface serba kartu seperti di Google Now.

Meng-install software update di smart display pastinya lebih mudah karena bisa langsung dari layarnya sendiri, sedangkan di smart speaker seperti Google Home, dibutuhkan smartphone sebagai perantaranya. Terlepas dari itu, baik smart display maupun smart speaker sama-sama didampingi oleh voice assistant yang sama cerdasnya.

Alexa punya Skills, Google Assistant punya Actions / Amazon
Alexa punya Skills, Google Assistant punya Actions / Amazon

Pernyataan terakhir ini penting karena pada akhirnya semua pertimbangan bakal jatuh pada platform voice assistant yang dipilih. Sebagus apapun layar milik Amazon Echo Show, Anda tidak bisa memakainya untuk menonton video YouTube akibat keegoisan Google. Pengorbanan besar ini mau tidak mau harus diterima oleh mereka yang banyak berlangganan layanan milik Amazon, sekaligus yang merasa Alexa lebih pas di hatinya ketimbang Google Assistant.

Di sisi sebaliknya, Google mulai mengejar ketertinggalannya dari Amazon dengan menyiapkan directory khusus terkait apa saja yang bisa dilakukan Google Assistant, yang mereka sebut dengan jargon “Actions”. Amazon sendiri menggunakan istilah “Skills” untuk Alexa, dan kini keduanya sedang dalam fase adu banyak dengan menarik perhatian developer.

Tidak peduli apa mediumnya (smart display atau smart speaker), sejarah bakal mencatat 2018 sebagai babak pertempuran sengit antara Alexa dan Google Assistant. Siri dan Bixby sengaja tidak saya masukkan hitungan, mengingat keduanya dari awal sudah dikembangkan secara tertutup oleh masing-masing pencetusnya (Apple dan Samsung); sedangkan untuk Cortana, well, Microsoft masih harus bekerja lebih keras lagi dari sekadar bermitra dengan Harman.

Asus Lyra Voice Adalah Router Wi-Fi Sekaligus Smart Speaker Berbasis Alexa

Tidak bisa dipungkiri, smart speaker adalah kategori yang sangat mendominasi CES tahun ini. Namun dari sekian banyak smart speaker, yang paling unik menurut saya datang dari Asus. Namanya Asus Lyra Voice, dan ia sebenarnya merupakan sebuah router Wi-Fi dengan teknologi mesh networking.

Penampilannya sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda bahwa ia berfungsi menyebarkan jaringan Wi-Fi. Performa audionya ditunjang oleh sepasang speaker berdaya 8 watt, dan Asus tak lupa menyematkan integrasi asisten virtual Amazon Alexa ke dalamnya, sehingga pengguna dapat mengoperasikannya via perintah suara.

Kehadiran Alexa berarti perangkat ini juga dapat dipakai untuk mengendalikan perangkat smart home yang kompatibel. Dukungan layanan IFTTT juga semakin memaksimalkan perannya sebagai pusat kendali ekosistem rumah pintar.

Namun jangan sekali-kali lupa bahwa Lyra Voice juga merupakan sebuah router Wi-Fi AC tri-band. Mengikuti tren terkini, pengaturan konfigurasinya tak lagi tergantung pada PC, melainkan bisa melalui aplikasi pendamping di smartphone.

Asus Lyra Trio / Asus
Asus Lyra Trio / Asus

Menemani Lyra Voice adalah Lyra Trio yang berbentuk layaknya sebuah piramid kecil. Juga mengandalkan teknologi mesh networking, perangkat ini dimaksudkan untuk memperluas jaringan Wi-Fi utama dari Lyra Voice, sekaligus menyebarkan cakupan Alexa ke lebih banyak ruangan di dalam rumah.

Keduanya dijadwalkan hadir di pasaran mulai babak pertama tahun ini juga, sayang belum ada informasi mengenai harga jualnya masing-masing.

Sumber: CNET.

Harman Kardon Allure Portable Ramaikan Pasar Smart Speaker Berintegrasi Alexa

Kalau melihat tren tahun lalu, bisa diprediksi bahwa smart speaker bakal menjadi segmen yang mendominasi ajang CES tahun ini. Pabrikan demi pabrikan terkesan semakin agresif mengintegrasikan asisten virtual ke speaker buatannya, salah satunya Harman Kardon.

Salah satu smart speaker-nya, Harman Kardon Allure, kini punya adik kecil yang lebih portable. Mengusung embel-embel “Portable”, perangkat tetap mempertahankan gaya desain khas yang ditonjolkan kakaknya, memadukan grille berbahan stainless steel dengan penutup semi-transparan di atasnya.

Di dalamnya tertanam sepasang driver 1,75 inci berdaya 20 watt, ditemani oleh dua radiator pasif untuk mengisi satu ruangan penuh dengan suara serta dentuman bass yang mantap. Selain Bluetooth, Allure Portable turut mengemas Wi-Fi untuk mengakomodasi streaming audio beresolusi setinggi 96 kHz/24 bit.

Terkait kualitas suara, kakaknya yang bertubuh lebih kekar kemungkinan besar masih lebih unggul. Namun Allure Portable juga menyimpan kelebihannya sendiri, yakni baterai rechargaeble yang bisa bertahan sampai 10 jam, sehingga perangkat bebas Anda bawa ke mana-mana jika perlu.

Sama seperti kakaknya, tentu saja yang menjadi fitur andalan di sini adalah kontrol via perintah suara berkat integrasi Amazon Alexa. Memanggil sang asisten dari kejauhan juga dimungkinkan berkat sepasang mikrofon berteknologi noise cancelling.

Rencananya Harman Kardon Allure Portable akan dipasarkan mulai musim semi tahun ini, dengan banderol $199 – hanya terpaut sedikit dari versi standarnya.

Sumber: Business Wire.

Berkat Amazon Alexa, Kacamata Vuzix Blade Bisa Merespon Suara

Belum lama ini Amazon mengumumkan kesiapannya untuk membenamkan teknologi asisten pintar Alexa ke perangkat wearable dan headphone. Jika hal itu terealisasi, Amazon berpeluang mengubah peta persaingan. Tetapi di awal tahun ini Vuzix Corp lah yang tampaknya bakal merebut perhatian publik terutama di ajang CES 2018. Pasalnya, perusahaan yang fokus di industri kacamata pintar itu baru saja mengonfirmasi kehadiran produk kacamata pintar baru yang ditenagai Amazon Alexa bernama Vuzix Blade AR Smart Glasses.

Amazon sendiri selaku pengembang Alexa telah mengonfirmasi kabar tersebut ke Bloomberg, bahwa perangkat buatan Vuzix itu memang akan jadi produk wearable pertama yang mengadopsi asisten virtual pintar miliknya.

Vuzix Blade AR Glasses

Vuzix sendiri bukan perusahaan kemaren sore di industri kacamata pintar. Selama beberapa tahun perusahaan yang bermarkas di Rochester, New York itu konsisten memposisikan diri sebagai spesialis perangkat kacamata pintar. Tetapi perangkat barunya ini sedikit berbeda, karena mengemas asisten pintar Amazon Alexa.

Berkat teknologi tersebut, pengguna Vuzix Blade AR Smart Glasses dapat memperoleh informasi berbasis digital melalui perintah suara di mana respon dan hasilnya akan ditampilkan di kaca. Misalnya, pengguna bisa menanyakan lokasi suatu tempat dan petunjuk arah menuju ke sana. Alexa akan menampilkan peta di layar augmented reality yang hanya dapat dilihat oleh mata pemakainya.

Bakal dipamerkan di ajang CES 2018 di Las Vegas, Vuzix Blade AR Smart Glasses disebut akan dijajakan dengan banderol di kisaran $1000. Harga yang terbilang mahal, tapi perusahaan disebut bakal menurunkan harga jualnya sampai di bawah $500 pada tahun 2019. Tapi Vuzix tidak memberikan konfirmasi resmi soal itu.

Sebagai informasi tambahan, Vuzix adalah perusahaan yang fokus mengembangkan kacamata digital yang dilengkapi fitur-fitur canggih. Didirikan pada tahun 1997, Vuzix punya rekam jejak mentereng di ajang CES dengan raihan sejumlah award selama 13 tahun berturut-turut terutama di kategori eyewear atau yang berhubungan dengan perangkat tersebut. Vuzix Blade AR Smart Glasses akan jadi salah satu gebrakan mereka di CES 2018, dan tampaknya berpeluang diganjar penghargaan lainnya.

Sumber berita Bloomberg.

Xiaomi Umumkan Smart Speaker Mungil Berbekal Integrasi Alexa

Beberapa hari yang lalu saya sempat membaca sebuah artikel mengenai nama anak yang sebaiknya dihindari di tahun 2018 ini. Salah satu yang termasuk dalam daftar adalah “Alexa”, dengan alasan bahwa nama itu bakal banyak dikaitkan dengan asisten virtual besutan Amazon, yang semakin hari semakin eksis di banyak perangkat.

Bahkan pabrikan seperti Xiaomi pun baru-baru ini memutuskan untuk mengadopsi Alexa pada perangkatnya. Perangkat yang dimaksud adalah Yeelight Voice Assistant, yang secara fisik tampak sangat mirip seperti Amazon Echo Dot.

Ini bukanlah smart speaker pertama Xiaomi, namun yang pertama membawa integrasi Alexa, di samping asisten virtual besutan Xiaomi sendiri untuk model yang bakal dipasarkan secara khusus di Tiongkok. Xiaomi melihat efektivitas perannya sebagai pusat kendali perangkat smart home – untuk sekarang baru lini lampu pintar Yeelight, namun ke depannya Xiaomi menjanjikan kompatibilitas yang lebih luas.

Xiaomi Yeelight Voice Assistant

Dalam sasis mungilnya, terdapat speaker tunggal berdaya 2 watt dan enam buah mikrofon, yang dapat merespon perintah suara pengguna selama masih berada dalam radius lima meter. Perangkat diotaki prosesor quad-core dan RAM 256 MB, plus penyimpanan internal juga sebesar 256 MB. Konektivitas Wi-Fi dan Bluetooth LE tentu saja tidak terlewatkan.

Xiaomi berencana memasarkan smart speaker mungil ini mulai akhir Januari di Tiongkok, dengan banderol 199 yuan (± 410 ribu), atau setara Amazon Echo Dot. Sayang jadwal pemasaran versi globalnya masih belum diungkap.

Sumber: XDA dan MIUI.

Ultimate Ears Luncurkan Sepasang Smart Speaker Tahan Air

Perkembangan tren smart speaker berlangsung cepat. Satu per satu pabrikan memperkenalkan speaker bertenaga asisten virtual besutannya. Yang terbaru adalah Ultimate Ears, yang dikenal sebagai produsen speaker Bluetooth tahan banting dan tahan air.

Tidak tanggung-tanggung, Ultimate Ears langsung mengungkap dua smart speaker sekaligus: Blast dan Megablast. Keduanya datang bersama integrasi Amazon Alexa, yang sejauh ini sudah menawarkan lebih dari 25.000 skill guna menjalankan berbagai macam tugas yang diinstruksikan konsumen.

Ultimate Ears Blast dan Megablast

Pada dasarnya, UE Blast dan Megablast ini merupakan versi pintar dari UE Boom dan Megaboom. Fisiknya hampir identik, dan perbedaannya tidak kelihatan secara kasat mata: Blast dan Megablast mengemas konektivitas Wi-Fi di samping Bluetooth, dan di balik grille-nya tertanam sejumlah mikrofon untuk menangkap instruksi pengguna.

Selebihnya, Blast dan Megablast mempertahankan segala kebaikan Boom dan Megaboom. Mereka siap Anda perlakukan secara kasar, dan akan tetap beroperasi meski Anda ceburkan ke dalam kolam renang (IP67).

Ultimate Ears Blast

Sebagai speaker portable, Blast menawarkan daya tahan baterai sampai 12 jam, sedangkan Megablast sampai 16 jam. Khusus Megablast, Ultimate Ears mengklaim volumenya 40 persen lebih keras ketimbang Megaboom – yang sudah termasuk sangat keras.

Apa yang Ultimate Ears lakukan sejatinya mirip seperti yang Sonos terapkan, mengambil salah satu speaker terlarisnya, lalu menyematkan integrasi asisten virtual – meski pada kasus Sonos, asisten virtual-nya ada dua sekaligus.

Ultimate Ears Blast

Dalam kesempatan yang sama, Ultimate Ears juga mengumumkan aksesori bernama Power Up untuk Blast dan Megablast. Power Up sejatinya merupakan charging dock untuk kedua smart speaker ini. Kehadirannya cukup masuk akal mengingat Blast dan Megablast dimaksudkan untuk lebih sering ditempatkan di satu titik ketimbang dibawa ke mana saja seperti Boom dan Megaboom.

Ultimate Ears Blast dan Megablast dijadwalkan masuk ke pasaran mulai akhir Oktober ini seharga masing-masing $230 dan $300. Pilihan warnanya ada enam: hitam, putih, biru, merah, hijau dan kuning. Power Up bakal dijual terpisah seharga $40.

Sumber: Logitech.

Bocoran Gambar Moto Mod Kamera Instan dan Smart Speaker Beredar

Lini Moto Z bisa dibilang merupakan eksekusi konsep smartphone modular yang cukup menarik. Meski tidak sepenuhnya modular seperti Project Ara, hal ini justru menumbuhkan sifat opsional yang berarti konsumen bebas memilih untuk membeli aksesori pendukung (Moto Mod) yang dibutuhkannya saja.

Sebagian mungkin menginginkan Moto Mod yang dapat menambah kemampuan zoom kamera ponselnya secara signifikan, sebagian lain mungkin hanya mengincar Mod berupa baterai ekstra. Di tempat lain, mungkin ada juga pengguna Moto Z yang bermimpi bisa mengubah ponselnya menjadi kamera instan.

Baru-baru ini, beredar bocoran gambar di Twitter yang menampilkan sepasang Moto Mod baru seperti yang bisa Anda lihat di atas. Tampak jelas branding “Polaroid” pada Mod yang sebelah kanan, diikuti oleh slot horizontal di bawah lubang kamera yang bisa dipastikan merupakan tempat keluarnya hasil cetakan.

Sejauh ini memang belum ada keterangan resmi, namun saya duga Mod ini memiliki cara kerja seperti kamera instan Polaroid Snap, yang memanfaatkan kertas khusus bernama ZINK agar foto dapat dicetak tanpa memerlukan tinta. Indikasi bahwa ini merupakan Mod kamera instan makin diperkuat oleh kehadiran sebuah tombol di sisi kiri bawah, yang hampir bisa dipastikan merupakan tombol shutter.

Lain ceritanya dengan Mod di sebelah kiri, yang sejatinya sempat disinggung oleh Lenovo di ajang Mobile World Congress pada bulan Februari lalu. Label “Amazon Alexa” yang tertera mengindikasikan integrasi asisten virtual pada Mod tersebut, dan saat terpasang Mod ini bakal mengubah peran ponsel menjadi smart speaker mini ala Amazon Echo Dot.

Informasi jadwal perilisan dan banderol harganya masih belum tersedia. Namun cukup masuk akal apabila Lenovo berencana memasarkan keduanya memasuki musim liburan akhir tahun ini.

Sumber: The Verge.

Sonos Luncurkan Smart Speaker dengan Integrasi Alexa dan Google Assistant Sekaligus

Google Home Mini dan Home Max bukan satu-satunya smart speaker yang diumumkan pada tanggal 4 Oktober kemarin. Bertempat di sisi lain Amerika Serikat, tepatnya di kota New York, Sonos rupanya juga mengumumkan smart speaker perdananya, yakni Sonos One.

Sonos One pada dasarnya hanyalah versi pintar dari speaker termurah Sonos, Play:1. Desainnya secara keseluruhan tampak identik, dan yang baru cuma balutan warnanya saja: full hitam atau putih. Bagian atasnya dihuni panel sentuh kapasitif sebagai pusat kontrol, tapi itu kurang relevan mengingat fitur yang diunggulkan One adalah kontrol via perintah suara.

Yang unik dari Sonos One adalah, pengguna tak hanya dihadapkan oleh satu asisten virtual saja. One datang mengusung integrasi Amazon Alexa dan Google Assistant sekaligus – meski dukungan Assistant baru akan hadir tahun depan lewat software update. Kontrol via perintah suara ini berlaku untuk berbagai macam layanan streaming yang didukung Sonos.

Sonos One

Bagaimana dengan Siri? Well, mulai tahun depan, Sonos akan menghadirkan dukungan AirPlay 2 sehingga pengguna dapat memakai perangkat iOS-nya masing-masing – yang dilengkapi Siri tentunya – untuk mengontrol musik yang berjalan pada Sonos. Tidak hanya itu, Sonos juga berencana menghadirkan integrasi Alexa pada deretan speaker-nya dalam waktu dekat, lagi-lagi melalui software update.

Pada akhirnya yang membuat Sonos One unik adalah integrasi Google Assistant. Pertanyaannya, apa alasan untuk memilih Sonos One ketimbang Google Home? Jawabannya adalah kualitas suara, yang tidak bisa dipungkiri merupakan faktor terpenting dari sebuah speaker.

Sonos One

One mengemas satu mid-woofer dan satu tweeter, yang ditenagai oleh sepasang amplifier Class-D. Konfigurasi ini sama persis seperti yang terdapat pada Play:1, jadi kalau Anda mau tahu seperti apa kualitas suara Sonos One, Anda tinggal membaca-baca review Play:1 sebelumnya.

Yang berbeda adalah sistem yang terdiri dari enam mikrofon dan algoritma peredam suara, yang bertugas memastikan suara pengguna dapat terdengar dengan baik, bahkan ketika musik sedang diputar keras-keras. Saat pengguna berbicara selagi musik diputar, volumenya akan otomatis diturunkan sehingga pengguna tak perlu berteriak.

Singkat cerita, Sonos One merupakan sebuah smart speaker yang kebetulan mengemas dua asisten virtual sekaligus, plus menawarkan kualitas suara dan fitur multi-room khas Sonos yang sudah terbukti. Kalau tertarik, bersiaplah mengucurkan dana $199 mulai 24 Oktober mendatang.

Sumber: Sonos.

Harman Perkenalkan Smart Speaker dengan Integrasi Alexa dan Google Assistant

Harman mengawali jejaknya di segmen smart speaker lewat perangkat bernama Invoke yang ditenagai oleh Cortana. Kini Harman sudah siap untuk memperluas portofolio smart speaker-nya ke platform lain, spesifiknya Amazon Alexa dan Google Assistant.

Untuk Alexa, speaker yang diperkenalkan adalah Harman Kardon Allure, yang mengadopsi desain semi-transparan macam sejumlah speaker Harman Kardon lainnya. Wujud silindrisnya sendiri merupakan pertanda bahwa speaker ini mampu mendistribusikan suara ke seluruh sudut ruangan alias 360 derajat.

Harman Kardon Allure

Harman tak lupa membekali Allure dengan ambient lighting yang akan menyala dari dalam, bereaksi terhadap perintah suara yang diucapkan maupun ‘berdansa’ mengikuti irama musik yang diputar. Semua ini sejatinya ditujukan supaya Allure bisa menjadi pusat perhatian di suatu ruangan tempatnya bernaung.

Komunikasi dengan Alexa ditunjang oleh empat buah mikrofon berbekal teknologi noise cancelling, memungkinkan speaker untuk menangkap suara pengguna meski berada di ruangan besar yang cukup bising. Saat diperlukan, Allure juga bisa difungsikan sebagai speaker Bluetooth standar.

Allure dijadwalkan masuk ke pasaran mulai musim dingin tahun ini, dengan banderol $250.

JBL Link Series

JBL Link Series

Untuk Google Assistant, persembahan Harman datang melalui anak perusahaannya, JBL. Seri JBL Link ini terdiri dari tiga model: Link 10, Link 20 dan Link 300, masing-masing mengindikasikan ukurannya dari yang terkecil sampai terbesar. Ketiganya juga datang membawa fitur streaming Chromecast secara default dan kapabilitas multi-room ala speaker besutan Sonos.

Sebagai yang terkecil, Link 10 menawarkan output daya sebesar 2 x 8 watt, dengan estimasi daya tahan baterai 5 jam. Link 20 yang sedikit lebih besar menawarkan output daya 2 x 10 W dan daya baterai 10 jam. Yang terbesar, Link 300, mengusung output sebesar 50 watt, tapi tidak dibekali baterai rechargeable dan tidak tahan air (IPX7) seperti kedua adiknya.

Tentu saja fitur unggulan dari seri Link adalah kemudahan mengoperasikan hanya dengan mengucapkan mantra “Ok Google”. Ketiga model mendukung streaming hingga resolusi 24-bit/96K, dan juga dapat digunakan sebagai speaker Bluetooth biasa.

Ketiganya bakal menjalani debut di pasar Eropa mulai musim semi ini, dengan banderol masing-masing €169 (Link 10), €199 (Link 20) dan €299 (Link 300). Sebelum ini, Anker, Mobvoi dan Panasonic – plus Sony – juga sudah mengumumkan smart speaker bertenaga Google Assistant.

Sumber: 1, 2, 3.

Cuma $35, Smart Speaker Anker Kompatibel dengan Amazon Alexa

Beberapa bulan terakhir menunjukkan kalau smart speaker adalah salah satu tren teknologi yang paling hot di tahun 2017 ini. Hampir semua pabrikan – mulai dari Apple, Xiaomi, sampai Alibaba dan Line – ingin mencicipi peruntungan di pasar yang sebelumnya hanya dikuasai oleh Amazon Echo bersama asisten virtual-nya, Alexa.

Lain halnya dengan yang dilakukan Anker. Salah satu produsen power bank terbesar itu lebih memilih untuk nebeng dengan popularitas Echo dan Alexa. Saya bilang nebeng karena speaker pintar Anker tidak datang membawa asisten virtual-nya sendiri, melainkan diproyeksikan menjadi alternatif Echo Dot yang lebih terjangkau.

Echo Dot, bagi yang tidak tahu, adalah pelengkap Echo standar yang berukuran lebih kecil dan jauh lebih terjangkau. Dibanderol $50, Echo Dot bertugas memperluas jangkauan Alexa di seluruh sudut rumah. Nah, kalau $50 masih terlalu mahal, maka penawaran dari Anker yang bernama Eufy Genie ini akan terdengar lebih menarik.

Anker Eufy Genie

Dimensinya memang sedikit lebih besar ketimbang Echo Dot, namun Anker mengklaim kualitas audionya lebih baik selagi menawarkan semua fitur yang sama. Jadi apapun yang bisa Alexa lakukan di Echo Dot, Anda bakal mendapati kapabilitas yang sama di Eufy Genie, mulai dari membeli barang dari Amazon, memutar musik sampai mengontrol perangkat smart home.

Fungsi yang terakhir ini menjadi nilai plus tersendiri untuk Eufy Genie. Pasalnya, Anker sudah punya niatan untuk merilis sejumlah perangkat smart home seperti bohlam dan colokan pintar dalam waktu dekat, dan Eufy Genie nantinya akan menjadi pusat kendali dari semua itu.

Namun pertanyaan terpentingnya, seberapa terjangkau Anker Eufy Genie dibanding Echo Dot? Mulai 16 Agustus mendatang, Anker akan memasarkannya di Amazon seharga $35 saja. Anker pun juga berencana menawarkan varian lain seharga $40 yang dilengkapi dukungan Bluetooth sehingga pengguna dapat menyambungkannya ke speaker lain untuk memutar musik.

Sumber: The Verge.