Layanan Belanja GrabFresh Mulai Beroperasi

Grab mulai merilis fitur teranyarnya, layanan belanja kebutuhan sehari-hari (grocery) GrabFresh, hasil kolaborasi dengan HappyFresh ke sebagian penggunanya di Indonesia. Fitur ini tersedia di menu bagian Groceries.

Menurut pengamatan DailySocial, tampilan UI/UX yang disajikan hampir menyerupai aplikasi HappyFresh. Pengguna bisa memesan kebutuhan sehari-hari yang biasa ditemukan di supermarket berdasarkan kategori yang disajikan, seperti produk organik, buah & sayuran segar, daging & seafood, snack, dengan minimal pembelian senilai Rp100 ribu.

Dikutip dari situs Grab, metode pemesanan GrabFresh tidak jauh berbeda dengan order GrabExpress. Pengguna akan diarahkan ke supermarket terdekat dari lokasi mereka. Metode pembayaran yang diakomodasi saat ini adalah secara tunai dan kartu kredit. Pembayaran menggunakan OVO, yang kini menjadi metode cashless utama di Grab, diharapkan segera menyusul.

Diklaim harga barang yang dibeli via GrabFresh adalah sama jika pengguna datang langsung ke supermarket, namun untuk beberapa supermarket ada sedikit tambahan biaya.

Selain GrabFresh/HappyFresh, pesaing mereka di Indonesia adalah Go-Mart dan Go-Shop dari Go-Jek dan Honestbee.

Sebelumnya, CEO Grab Anthony Tan menuturkan GrabFresh merupakan salah satu usaha Grab untuk mencapai kondisi “aplikasi super”. Tersedia lebih dari 100 ribu produk di 50 unit jaringan supermarket dari hasil kemitraan tersebut.

Secara skala bisnis, HappyFresh merupakan layanan online grocery yang cukup kuat eksistensinya di Indonesia. Mereka hadir di Jakarta, Bandung, dan Surabaya. Di skala regional, HappyFresh juga beroperasi di Thailand dan Malaysia.

Application Information Will Show Up Here

Online Grocery Service “GrabFresh” is Starting to be Available in Indonesia This Month

Grab Introduces GrabFresh, an online grocery service, partners with HappyFresh. GrabFresh will begin its operation in Indonesia within this month, followed by Thailand and Malaysia by the end of the year. GrabFresh is an attempt to turn Grab into “super app”.

In contrary with its closest competitor, Grab is considered slow in service diversification. Go-Jek already have had Go-Mart and Go-Shop to help consumers with groceries.

There will be more than 100 thousand products in 50 supermarkets as the result of this partnership.

Guillem Segarra, HappyFresh’s CEO, said that consumers usually demand the availability of some groceries (in constant period) and to get them immediately when needed. He expects to add numbers and time to deliver groceries for
Grab customers.

As an online grocery service, HappyFresh is quite solid, especially in Jakarta and Surabaya, considering their trained buyer in picking out groceries. Consumer’s high demand is not followed by the increasing logistics availability. Grab as the logistics partner may be the answer to both problems.

“We are confident by offering more localized services daily. There will be more customers and engagement within our base,” Anthony Tan, Grab’s CEO, said to Reuters.

Furthermore, Grab also introduces GrabPlatform to make Grab’s API open for the third party. Later, Grab’s partners can access the logistics technology, payment, messaging, and consumer’s insight.

“Is it food, groceries, we need to make sure those are well funded, technologically or financially,” as Anthony Tan said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Layanan “Online Grocery” GrabFresh Mulai Tersedia di Indonesia Bulan Ini

Layanan on-demand Grab mengumumkan kehadiran GrabFresh, sebuah layanan online grocery, yang menggandeng HappyFresh. GrabFresh akan mulai hadir di Indonesia bulan ini, diikuti di Thailand dan Malaysia hingga akhir tahun. GrabFresh merupakan salah satu usaha Grab untuk mencapai kondisi “super app”.

Dibanding pesaing terdekatnya, Grab termasuk cukup lambat dalam mendiversifikasi layanan. Go-Jek telah memiliki Go-Mart dan Go-Shop untuk membantu konsumen membeli kebutuhan sehari-hari.

Akan tersedia lebih dari 100 ribu produk di 50 buah jaringan pasar swalayan sebagai hasil kemitraan ini.

Guilem Segarra, CEO HappyFresh, kepada CNN Indonesia mengatakan bahwa pengguna kerap menginginkan ketersediaan barang belanjaan yang sama (dalam periode yang teratur) dan ingin memperolehnya saat diperlukan. Ia berharap bisa menambahkan jumlah dan waktu pengiriman barang kebutuhan sehari-sehari bagi pengguna Grab.

HappyFresh sendiri sesungguhnya cukup solid sebagai sebuah layanan online grocery, terutama di Jakarta dan Surabaya, mengingat mereka memiliki buyer terlatih dalam memilih barang kebutuhan masyarakat. Membludaknya minat konsumen tidak diimbangi dengan peningkatan ketersediaan logistik. Kehadiran Grab sebagai mitra logistik bisa menjadi jawaban atas dua masalah ini.

“Kami percaya bahwa kami menawarkan lebih banyak layanan yang dilokalkan setiap harinya. Bakal lebih banyak pengguna dan engagement di basis pengguna kami,” ujar Anthony Tan, CEO Grab, kepada Reuters.

Selain GrabFresh, Grab juga memperkenalkan GrabPlatform untuk membuka API Grab ke pihak ketiga. Nantinya mitra Grab bisa mengakses teknologi logistik, pembayaran, messaging, dan insight konsumen.

“Apakah itu makanan, bahan sehari-hari, kita perlu memastikan bahwa semuanya didanai dengan baik, secara teknologi maupun finansial,” ungkap Anthony.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Grab Ventures Is Now Official, Ready for Startup Acceleration in Southeast Asia

Grab announces Grab Ventures as an investment unit with an objective to find and build regional innovation. Some vertical industries targeted include online payments, finance, shopping, logistics, and food delivery. Previously, Grab has made some investments (and few acquisitions) in startups, one of those is Kudo in Indonesia.

One of the reasons for the developmental urgency of Grab Ventures is for O2O (Online-to-Offline) platform acceleration as Grab’s business model. By partnering with related tech startups, it’s considered more effective to support the business demand that keeps shifting dynamically. In the near future, Grab Ventures will start a Velocity program, it’s a startup accelerator in Southeast Asia.

The accelerator program is targeting at least 10 startups to be trained in the next 24 months, includes funding and opportunity for synergy. The registration is currently open on the official site ventures.grab.com.

“Grab will play an active role to grow and develop the startup ecosystem in Southeast Asia. It’s about empowerment and we invite the developing startups wanted to grow in the region to partners with Grab Ventures,” Anthony Tan, Group CEO & Co-Founder Grab, said as quoted by e27.

One of the succession strategies, Grab Ventures will partner with several strategic institutions, both government and private. It started off as the debut in Singapore, where Grab Ventures has partnered with Info Communications Media Development Authority (IMDA). The same strategy will also be applied in other operational areas, including Indonesia, Philippines, Malaysia, Thailand, Vietnam, Myanmar, and Cambodia.

Anthony Tan, in another session with CNBC, said that one thing being offered to the startups [to be trained] is an opportunity to use Grab’s capabilities, include technology, network, experts, and financial support. It includes GrabPay (electronic payment platform) that currently operating in many countries. The platform is expected to be able to support operations for the startup’s developing app.

He emphasized the key criteria for the selected startup is in growth-stage and willing to make the regional expansion. In terms of ownership, it will be flexible, he said. Some might be fully acquired, some will take minority ownership or others. With the current Grab valuation, Anthony Tan is confident that this will be a strategic step to help partners, customers, and startups to grow.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Grab Ventures Diresmikan, Siap Akselerasi Startup di Asia Tenggara

Grab mengumumkan pembentukan Grab Ventures sebagai sebuah unit investasi yang bertujuan untuk menemukan dan menumbuhkan inovasi di wilayah regional. Beberapa vertikal industri yang disasar meliputi online payments, finance, shopping, logistic, dan food delivery. Sebelumnya Grab memang sudah banyak berinvestasi (dan melakukan akuisisi) startup, salah satunya Kudo di Indonesia.

Urgensi pengembangan Grab Ventures salah satunya untuk mengakselerasi penguatan platform O2O (Online-to-Offline) yang terus dimatangkan sebagai model bisnis Grab. Karena dengan menggandeng startup teknologi di bidang terkait dinilai lebih efektif mendukung kebutuhan bisnis yang terus berubah dinamis. Dalam waktu dekat Grab Ventures akan memulai program Velocity, yakni akselerator untuk startup di Asia Tenggara.

Program akselerator tersebut menargetkan setidaknya 10 startup untuk dibina dalam 24 bulan mendatang, termasuk diberi investasi permodalan dan kesempatan sinergi dengan Grab. Saat ini pendaftaran juga sudah mulai dibuka melalui situs resminya di ventures.grab.com.

“Grab akan memainkan peran aktif untuk menumbuhkan dan mengembangkan ekosistem startup di kawasan Asia Tenggara. Ini tentang pemberdayaan, dan kami mengundang startup di tahap pertumbuhan yang ingin berkembang di wilayah regional untuk bermitra dengan Grab Ventures,” ujar Group CEO & Co-Founder Grab Anthony Tan seperti dikutip e27.

Salah satu strategi suksesi ini, Grab Ventures akan bermitra dengan beberapa institusi strategis, baik di kalangan pemerintahan maupun swasta. Ini sudah dimulai dari debutnya di Singapura, di sana Grab Ventures telah bermitra dengan Info Communications Media Development Authority (IMDA). Termasuk nantinya juga akan dilakukan hal sama di wilayah operasional lain, meliputi Indonesia, Filipina, Malaysia, Thailand, Vietnam, Myanmar, dan Kamboja.

Di sesi lain, Anthony Tan dalam sebuah wawancara bersama CNBC mengungkapkan, salah satu yang ditawarkan kepada para startup yang nanti dibina ialah kesempatan untuk memanfaatkan kapabilitas yang dimiliki Grab, meliputi aset teknologi, jaringan, pakar dan dukungan finansial. Termasuk platform pembayaran elektronik (GrabPay) yang saat ini sudah beroperasi di banyak negara. Harapannya platform pembayaran tersebut dapat menunjang operasional aplikasi yang dikembangkan para startup.

Anthony Tan juga menegaskan, kriteria kunci untuk startup yang dipilih ialah tengah dalam growth-stage dan memiliki kemauan kuat untuk melakukan ekspansi regional. Soal kepemilikan, ia mengatakan akan cukup fleksibel. Beberapa mungkin akan diakuisisi sepenuhnya, beberapa akan diambil kepemilikannya secara minoritas, dan lainnya. Dengan valuasi Grab saat ini, Anthony Tan cukup percaya diri langkah ini akan menjadi strategis untuk membantu mitra, pelanggan, dan startup untuk bertumbuh.

It’s Official, Grab Confirms the Acquisition of Uber’s SEA Business

Grab and Uber officially announce a business merger in Southeast Asia. With this announcement, Uber will take 27,5 percent stake in Grab and Uber’s CEO, Dara Khosrowshahi, will join Grab’s board. The merger will be Grab’s new ammo to compete against Go-Jek in SEA market. Grab will be focused in O2O (online-to-offline) platform, fintech (payment and financial inclusion) platform, and to develop a leading food delivery services in the region.

Bloomberg reported just yesterday that Grab confirmed to acquire Uber business after rumors since last November. Both Grab and Uber are having Japan’s Softbank as lead investor.

Grab’s Group CEO and Co-Founder Anthony Tan said in the release:

“We are proud that the company founded in Southeast Asia has grown as the largest platform in which our services have become inseparable from daily activities of million consumers and provided employment opportunities for over 5 million people. Today’s announcement becomes a milestone of the new era. The merger will deliver new leaders in platform and cost efficiency in Southeast Asia. Along with Uber, we are now in a strategic position to realize our commitment in providing the best service for consumers. Consumer’s trust upon our brand transportation is driving us to move forward as a company: improving people’s lives through food delivery, payment, and financial services.”

Post-merger, Grab will expand GrabFood business across major Southeast Asia countries, including the acquisition of UberEats in the first half of 2018. For transportation, Grab is said to collaborate with government and public transportation to develop an integrated commuter system. Two examples including GrabCycle (bicycle) system and GrabShuttlePlus (on-demand bus) in Singapore.

Later, Grab will improve services in Grab Financial related to mobile payment,
microfinancing, insurance and other banking services, micro-entrepreneur, and SMEs in Southeast Asia. GrabPay’s role as e-wallet will be available in all major countries of Southeast Asia by the end of 2018.

Uber services in Southeast Asia is said to be available in the next two weeks, while UberEats (focused on food delivery), will be available until May 2018. Both companies will collaborate to facilitate the transition of driver-partner, customers, and merchant.

In Indonesia, Uber has partnered up with Tokopedia and BBM. It has also launched UberDelivery for package delivery.

According to an official release, some employees in Southeast Asia offices will be transferred to Grab.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Resmi, Grab Akuisisi Bisnis Uber di Asia Tenggara

Grab dan Uber resmi mengumumkan merger untuk bisnis di Asia Tenggara. Dengan merger ini, Uber akan memiliki 27,5 persen saham Grab dan CEO Uber Dara Khosrowshahi akan bergabung di dewan direksi Grab. Merger keduanya ini akan menjadi amunisi Grab untuk bersaing dengan Go-Jek di pasar Asia Tenggara. Grab akan fokus ke platform O2O (online-to-offline), platform fintech (pembayaran dan bantuan keuangan), dan ingin mengembangkan layanan food delivery terdepan di kawasan ini.

Bloomberg kemarin melaporkan bahwa Grab setuju mengakuisisi bisnis Uber setelah rumor tentang hal ini berseliweran sejak bulan November lalu. Baik Grab maupun Uber sama-sama mendapat dukungan Softbank Jepang sebagai investor.

Dalam rilis yang kami terima, Anthony Tan, Group CEO dan Co-Founder, Grab mengatakan:

”Kami bangga bahwa perusahaan yang didirikan di Asia Tenggara telah tumbuh menjadi platform terbesar di mana layanan kami telah menjadi bagian tidak terpisahkan dari aktivitas harian jutaan konsumen dan menyediakan kesempatan kerja bagi lebih dari 5 juta orang. Akusisi yang diumumkan hari ini menjadi tonggak dari dimulainya era baru. Penggabungan bisnis ini melahirkan pemimpin dalam platform dan efisiensi biaya di kawasan Asia Tenggara. Bersama Uber, kini kami berada di posisi yang semakin tepat untuk memenuhi komitmen kami untuk memberikan pelayanan terbaik kepada konsumen. Kepercayaan konsumen terhadap brand transportasi kami mendorong kami untuk terus maju sebagai perusahaan: meningkatkan kehidupan masyarakat melalui layanan pengantaran makanan, pembayaran dan keuangan.”

Pasca merger Grab akan mengembangkan bisnis GrabFood di seluruh negara-negara besar Asia Tenggara, termasuk dengan modal akuisisi terhadap UberEats, pada semester pertama 2018. Di sisi transportasi, Grab disebut akan berkolaborasi degan pemerintah dan operator transportasi publik untuk mengembangkan sistem komuter multimoda yang terintegrasi. Contoh pengembangan sistem ini adalah GrabCycle (sepeda) dan GrabShuttlePlus (bus on-demand) di Singapura.

Berikutnya Grab juga meningkatkan rangkaian layanan di Grab Financial yang meliputi pembayaran mobile, micro-financing, asuransi dan layanan keuangan lainnya bagi jutaan konsumen yang memiliki akses terbatas terhadap layanan perbankan, micro-entrepreneur, dan usaha modal kecil di kawasan Asia Tenggara. GrabPay sebagai dompet elektronik akan tersedia di semua negara besar Asia Tenggara paling lambat akhir tahun 2018.

Layanan Uber di Asia Tenggara disebut akan beroperasi hingga dua minggu ke depan, sementara UberEats (yang fokus di pengantaran makanan), akan beroperasi hingga bulan Mei mendatang. Kedua pihak akan bekerja sama untuk menjamin transisi mitra pengemudi, pelanggan, merchant, dan mitra pengantaran UberEats.

Di Indonesia, selain membangun layanan transportasi on-demand, Uber telah bermitra dengan Tokopedia dan BBM, serta mengembangkan sistem pengantaran barang UberDelivery.

Belum ada informasi apakah pegawai Uber di Asia Tenggara akan ditransfer ke Grab, ditransfer ke kantor operasional Uber yang lain, atau dilepaskan.

Update: Menurut rilis resmi Uber, sekitar 500 pegawai Uber di Asia Tenggara juga akan ditransfer untuk bekerja dengan Grab.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Grab Dikabarkan Raih Investasi Baru dari Hyundai Motor

Grab dikabarkan mendapat investasi baru dari perusahaan otomotif asal Korea Selatan, Hyundai Motor Co. dengan nilai yang tidak disebutkan. Investor Grab terdahulu disebutkan turut berpartisipasi dalam putaran kali ini, seperti Didi Chuxing, Soft Bank, dan Toyota Tsusho.

Dalam laporan yang dikutip dari Reuters, Hyundai dan Grab nantinya akan bersama-sama mengembangkan layanan di Asia Tenggara, termasuk mengembangkan mobil elektrik ramah lingkungan seperti IONIQ Electric.

Hyundai sendiri mengaku sedang mempertimbangkan pembuatan pabrik mobil di Asia Tenggara dengan memilih negara seperti Indonesia dan Vietnam sebagai sasarannya.

Sebelumnya pasca perolehan investasi seri G US$2 miliar dari Didi Chuxing dan Softbank di Juli 2017, pihak Grab memang mengungkapkan belum menutup putaran pendanaan dan berharap masih bisa menambah US$500 juta agar putaran kali ini menjadi pendanaan tunggal terbesar di Asia Tenggara.

Diperkirakan masuknya tambahan dana segar dari Hyundai akan melambungkan nilai valuasi Grab dari sebelumnya, di atas US$5 miliar. Bisnis Grab saat ini sudah beroperasi di delapan negara di Asia Tenggara, dengan ekspansi terbarunya di Kamboja.

Di Indonesia sendiri, layanan Grab diklaim telah mencapai 75 kota, tersebar dari Aceh hingga Papua. Saat ini Grab kian aktif menambah inovasi bisnis dengan menggandeng perusahaan lokal. Misalnya dengan Kereta Api Indonesia untuk menempatkan GrabVenue di 49 stasiun wilayah Jabodetabek.

Kemudian, memanfaatkan lisensi e-money dari OVO untuk kembali mengaktifkan GrabPay. Dengan Garuda Indonesia untuk mengintegrasikan program loyalitas agar bisa nasabah dari kedua perusahaan bisa dinikmati secara bersama. Terakhir, bersama PayTren untuk menggaet agen PayTren menjadi mitra pengemudi Grab.

Application Information Will Show Up Here

Cerita Akuisisi Kudo dan Kolaborasinya dengan Grab

Bulan April ini Grab mengumumkan akuisisi terhadap Kudo, startup lokal yang fokus kepada layanan penjualan produk melalui agen. Kabarnya akuisisi ini dikabarkan termasuk melancarkan rencana Grab menjadikan Kudo kendaraan legal GrabPay di Indonesia. Bagaimana cerita Kudo pra dan pasca akuisisi? Di sesi diskusi Tech in Asia Jakarta 2017, CEO Albert Lucius menceritakan kisah perjalanannya.

Proses akuisisi tidak direncanakan

Proses akuisisi yang berjalan sekitar selama tiga bulan disebutkan awalnya tidak pernah direncanakan Albert dan Co-Founder-nya, COO Agung Nugroho. Albert mengungkapkan awal pertemuan dengan Grab diinisiasi investor Kudo East Ventures di Singapura.

“Pertemuan kita ke Singapura awalnya hanya sebatas perkenalan dan mendapatkan informasi perihal teknikal saja. Setelah kami memperkenalkan diri dan menjabarkan apa itu Kudo dan misinya, tidak beberapa lama kemudian Grab membawa tim finance dan investment team untuk melakukan pertemuan dengan kami,” kata Albert.

Adanya kesamaan misi dan visi antara Grab dan Kudo menjadikan proses akuisisi ini berjalan dengan cepat. Meskipun proses akuisisi ini merupakan “prestasi” tersendiri bagi Kudo, namun Albert dan tim sempat ragu untuk menyetujui kesepakatan ini.

“Kekhawatiran tersebut apakah kedua perusahaan ini nantinya bisa melakukan kolaborasi dengan baik, memberikan kontribusi satu dan lainnya. Hal tersebut sempat kami pikirkan, namun demikian akhirnya proses exit ini kami setujui,” kata Albert.

Albert menambahkan di Indonesia persepsi exit, akusisi atau menjual perusahaan, masih diartikan negatif oleh kalangan keluarga, rekan kerja, hingga pegawai. Berbeda dengan Amerika Serikat yang menyambut baik proses exit sebuah startup.

“Setelah perjanjian kami sepakati selama bulan Desember 2016 sampai Januari 2017, kami melakukan pertemuan intesif dengan stakeholder sekaligus pegawai Kudo terkait dengan proses akuisisi ini,” kata Albert.

Rencana Kudo dan Grab selanjutnya

Saat ini Albert masih menjabat sebagai CEO Kudo dan terus menjalankan bisnis Kudo secara independen. Meskipun telah menjadi bagian keluarga besar Grab, Kudo masih terus fokus meneruskan rencana bisnis yang telah disusun sebelumnya.

Implementasi kolaborasi dengan Grab adalah penggunaan agen Kudo, yang saat ini sudah tersebar di seluruh Indonesia, oleh Grab dan pemanfaatan keberadaan Grab yang sudah hadir di 7 negara.

“Hal ini sejalan dengan rencana dari Kudo untuk go global. Selain itu kami juga memanfaatkan tenaga ahli dari Grab untuk memberikan pelatihan kepada engineer Indonesia,” kata Albert.

Saat ini Kudo tengah menghubungkan teknologi dan back-end dengan Grab. Jika sudah siap, Kudo, yang saat ini sudah bermitra dengan perusahaan FMCG, operator telekomunikasi hingga layanan e-commerce di Indonesia, akan menghadirkan pilihan penjualan berbagai produk tersebut di dalam aplikasi Grab.

“Saat ini masih kita kembangkan. Diharapkan nantinya melalui mitra pengemudi Grab kemudahan tersebut bisa dinikmati oleh orang banyak,” kata Albert.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Grab Umumkan Perolehan Dana Baru 26 Triliun Rupiah dari Didi Chuxing dan Softbank

Grab akhirnya memastikan pihaknya mendapatkan dana segar baru senilai 2 miliar dollar (lebih dari 26 triliun Rupiah) dari layanan on-demand Tiongkok Didi Chuxing (DiDi) dan raksasa teknologi Jepang. Grab sendiri belum menutup putaran pendanaan kali ini dan berharap masih bisa menambah $500 juta lagi (lebih dari 6,6 triliun Rupiah) agar putaran kali ini menjadi putaran pendanaan tunggal terbesar di Asia Tenggara.

Tidak disebutkan valuasi perusahaan pasca pendanaan, tapi perusahaan yang baru saja merayakan ulang tahun kelimanya ini diperkirakan kini bervaluasi di atas $5 miliar (65 triliun Rupiah). Nilai ini membuatnya menjadi startup unicorn paling bernilai di Asia Tenggara.

Pendanaan kali ini tidaklah mengherankan karena kesepakatan ini sudah dirumorkan sejak bulan Maret lalu. DiDi, yang memiliki core business serupa dengan Grab, memperkuat kemitraannya untuk memastikan aliansi melawan Uber yang saat ini kehilangan pemimpinnya. Sementara Softbank adalah pendukung Grab sejak lama dan percaya bahwa layanan ini akan mendominasi kawasan ini.

Di Indonesia sendiri Grab telah berkomitmen untuk membangun R&D di Indonesia dengan nilai investasi total $700 juta (mendekati 10 triliun Rupiah), termasuk baru-baru ini mengakuisisi Kudo.

Co-Founder dan CEO Grab Anthony Tan dalam pernyataannya menyebutkan,  “Dengan dukungan mereka [DiDi dan Softbank], Grab akan menjadi pemimpin pasar yang tak terbantahkan di industri ride sharing, dan membangun GrabPay sebagai solusi pembayaran pilihan utama bagi masyarakat Asia Tenggara. Kami berharap untuk melanjutkan kerja sama yang telah terjalin dengan mitra-mitra yang kami hargai di masa depan.”

Sementara Chairman dan CEO Softbank Masayoshi Son berkomentar, “Grab menggunakan teknologi untuk menjawab tantangan transportasi dan pembayaran, yang merupakan tantangan terbesar di Asia Tenggara, dan kami percaya Grab adalah perusahaan yang sangat menarik yang berada di wilayah yang dinamis dan menjanjikan.”

Application Information Will Show Up Here