Sasar Kalangan Gamer, Spotify Kini Terintegrasi dengan Aplikasi Chatting Discord

Mungkin tidak banyak pengguna yang tahu, akan tetapi Spotify mempunyai koleksi soundtrack video game yang cukup lengkap – Cuphead dan The Sims lawas adalah favorit saya. Maka dari itu, cukup masuk akal apabila Spotify memutuskan untuk menggandeng brand yang cukup dikenal di kalangan gamer, yakni platform chatting Discord.

Kemitraan ini membuahkan integrasi Spotify di aplikasi Discord. Pengguna Discord yang juga merupakan pelanggan Spotify Premium dapat menyambungkan akunnya, lalu menikmati alunan musik bersama rekan-rekannya selagi mendiskusikan sesi gaming mereka – dengan catatan semua yang terlibat sudah berlangganan Spotify Premium.

Informasi lagu yang sedang diputar akan muncul di profil sekaligus profil mini masing-masing pengguna. Dari situ pengguna lain juga dapat memutar lagu yang sama dengan satu klik, atau mengundangnya untuk mendengarkan bersama-sama.

Integrasi Spotify pada Discord

Product Director Spotify, Mikael Ericsson, mengatakan bahwa, “Ini merupakan langkah alami untuk menyoroti pentingnya musik sebagai bagian integral dari pengalaman gaming.” Musik dan game memang memiliki keterikatan yang cukup kuat, sama seperti bagaimana musik dapat memberikan karakter tersendiri pada suatu film.

Bagi Spotify, kerja sama ini bisa dilihat sebagai salah satu upaya mereka untuk mempromosikan layanannya ke kalangan gamer. Kontennya mereka sudah punya, tinggal bagaimana caranya mereka bisa menarik lebih banyak audiens, dan Discord adalah medium yang tepat seiring dengan bertambah populernya layanan tersebut.

Sumber: Spotify.

Spotify Uji Aplikasi Baru Bernama Stations

Ketika Anda memiliki sepuluh baju pesta, memilih mana yang harus dikenakan jelas jauh lebih sulit ketimbang ketika Anda hanya memiliki satu baju saja. Analogi ini saya pakai untuk menggambarkan problem yang dialami oleh konsumen layanan streaming musik: memilih lagu yang hendak diputar di tengah-tengah puluhan juta lagu lainnya telah menjadi tantangan tersendiri.

Sebagai pelanggan Spotify Premium, saya pribadi lebih sering memutar playlist terkurasi ketimbang melakukan pencarian lagu-lagu yang spesifik. Saya yakin tidak sedikit orang-orang yang kebiasaannya sama seperti saya, dan sepertinya ini yang menjadi alasan di balik kemunculan aplikasi baru dari Spotify bernama Stations.

Stations adalah aplikasi gratis untuk memutar deretan playlist terkurasi yang disediakan Spotify. Berbeda dari aplikasi utamanya, Anda tidak bisa melakukan pencarian di Stations; cukup scroll daftar playlist-nya, lalu putar salah satu yang diinginkan. Seiring penggunaan, aplikasi akan menerapkan personalisasi yang lebih mendalam.

Stations by Spotify

Cara kerjanya mirip seperti salah satu layanan streaming terpopuler di Amerika Serikat, yaitu Pandora. Pengguna Stations juga dapat memilih playlist mana saja yang muncul di aplikasi sekaligus menyembunyikan yang mereka tidak suka. Juga menarik adalah fitur instant playback, di mana lagu akan langsung diputar sesaat setelah aplikasi dibuka.

Yang cukup istimewa, Anda tidak harus menjadi pelanggan Spotify Premium untuk bisa mengakses seluruh konten yang tersedia di Stations, atau dengan kata lain, 100% gratis. Spotify benar-benar mendedikasikannya untuk semua orang tanpa terkecuali – meski sejauh ini aplikasinya baru tersedia di Android, dan baru kompatibel dengan sejumlah perangkat saja.

Aplikasi ini merupakan salah satu eksperimen yang tengah dilakukan Spotify. Hingga kini belum ada informasi apakah Spotify juga berencana merilisnya di iOS.

Sumber: Variety.

Application Information Will Show Up Here

Deezer Luncurkan SongCatcher, Fitur untuk Mengidentifikasi Lagu ala Shazam

Pekan lalu, Apple mengumumkan rencananya untuk mengakuisisi aplikasi penebak judul lagu, Shazam, yang diyakini bakal menjadi pendamping ideal untuk Apple Music. Sebelum peleburan keduanya terwujudkan, tampaknya ada layanan streaming musik lain yang ingin mencuri start.

Layanan yang saya maksud adalah Deezer, yang baru saja mengumumkan fitur bernama SongCatcher. Memanfaatkan teknologi besutan ACRCloud, fitur ini fungsinya sama persis seperti Shazam, yakni mengidentifikasi lagu yang sedang diputar di sekitar pengguna.

Tentu saja tidak semua lagu dapat dikenali, melainkan 44 juta lebih yang terdapat dalam katalog Deezer saat ini. Menariknya, kalau Shazam hanya berperan menyambungkan pengguna ke layanan streaming yang memiliki lagu yang diidentifikasi, SongCatcher memungkinkan pengguna untuk menambahkan lagu langsung ke playlist Deezer-nya.

Tidak hanya itu, pengguna bahkan bisa memutar semua lagu yang diidentifikasi langsung dari SongCatcher. Fitur ini nantinya akan terintegrasi langsung ke dalam aplikasi Deezer, tepatnya di bawah tab “Search”, seperti yang bisa Anda simak dalam video demonstrasinya.

Saat ini SongCatcher masih berstatus beta, tapi Deezer berencana merilis versi finalnya dalam beberapa bulan ke depan untuk para pelanggan Deezer Premium+. Yang bakal kebagian jatah lebih dulu adalah pengguna perangkat Android, sedangkan versi iOS-nya bakal menyusul tahun depan.

Application Information Will Show Up Here

Sumber: Deezer.

Makin Mirip Spotify, Aplikasi SoundCloud Kini Kedepankan Aspek Discovery

Bersaing di industri streaming musik bukanlah pekerjaan mudah, bahkan ketika layanan Anda spesifik menarget kalangan pencinta musik indie selagi yang lain membidik kalangan mainstream. Ya, saya berbicara mengenai SoundCloud, layanan asal Jerman yang sudah sejak lama menjadi platform berbagi andalan para musisi indie.

Juli lalu, karena pendapatan yang dihasilkan tidak bisa menutupi pengeluaran besarnya, SoundCloud memutuskan untuk memecat 173 karyawannya. Namun SoundCloud masih bersikukuh untuk bertahan. Sebulan setelah pemecatan massal itu, SoundCloud menerima pendanaan baru dari investor yang disebut sebagai yang terbesar, plus merekrut mantan CEO Vimeo, Kerry Trainor, sebagai CEO barunya.

Di bawah kepemimpinan baru dan berkat suntikan dana segar itu, SoundCloud sudah siap menerapkan berbagai upaya supaya bisa tetap relevan. Langkah yang pertama adalah merilis versi baru aplikasi dengan tampilan home screen yang dirombak, yang kini lebih mengedepankan aspek discovery.

Tampilan home screen versi terbaru SoundCloud

Jadi sesaat setelah membuka aplikasi, pengguna bakal langsung disambut oleh deretan playlist terkurasi di bagian teratas. Fitur The Upload yang dirilis beberapa bulan lalu kini juga ditempatkan di home screen, memudahkan pengguna untuk menemukan lagu-lagu yang sesuai dengan seleranya sekaligus yang baru saja dirilis.

Versi baru ini sejatinya membuat aplikasi SoundCloud jadi semakin mirip dengan Spotify, yang juga menambatkan banyak elemen discovery pada halaman utama aplikasinya sekaligus banyak mengandalkan algoritma machine learning dalam menyuguhkan rekomendasi. SoundCloud sendiri sebenarnya sudah sejak tahun lalu mengadopsi metode yang sama.

Keputusan untuk mengedepankan aspek discover bisa dibilang merupakan langkah yang tepat. SoundCloud bilang bahwa koleksi mereka sejauh ini sudah mencakup lebih dari 170 juta lagu. Apalah arti kuantitas tanpa ada cara mudah bagi pengguna untuk menemukan dan menikmatinya?

Sumber: SoundCloud. Gambar header: Pixabay.

Deezer Luncurkan Aplikasi Desktop, Suguhkan Format Lossless dan Konten Video Eksklusif

Layanan streaming musik asal Perancis, Deezer, baru saja meluncurkan versi beta dari aplikasi desktop-nya (Windows dan macOS). Kehadiran aplikasi native pastinya dapat menawarkan pengalaman yang lebih baik ketimbang web app, akan tetapi aplikasi desktop Deezer rupanya masih menyimpan kejutan lain.

Kejutan yang dimaksud adalah konten berformat lossless (FLAC) 16-bit, macam yang ditawarkan oleh Tidal, yang menjanjikan kualitas lebih baik ketimbang hasil kompresi ke MP3. Deezer sendiri sebenarnya sudah mulai menawarkan paket berlangganan khusus format lossless (Deezer HiFi) ini sejak tahun lalu seharga Rp 100 ribu per bulan.

Namun yang menarik, dengan menggunakan aplikasi desktop ini, streaming dalam format lossless ini bisa Anda lakukan meskipun Anda hanya berlangganan Deezer Premium+, yang dibanderol seharga Rp 50 ribu per bulan. Anggap saja ini sebagai uji coba gratis layanan Deezer HiFi, dengan batas waktu sampai akhir tahun.

Di samping itu, aplikasi desktop Deezer juga akan menyuguhkan sejumlah video eksklusif yang meliputi konser maupun wawancara dengan musisi dari berbagai negara. Deezer bilang bahwa katalognya kini sudah mencakup lebih dari 43 juta lagu, dan mereka juga punya fitur ala Spotify Daily Mix bernama Flow.

Versi beta aplikasi desktop Deezer saat ini sudah bisa diunduh dari situs resminya. Buat pengguna Spotify, sepertinya Anda masih harus menunggu mereka selesai menguji layanan berkualitas lossless-nya sendiri (juga dinamai Spotify Hi-Fi), yang sempat beredar rumornya bulan Maret lalu.

Sumber: Deezer.

Apple Music Kini Terintegrasi ke Facebook Messenger

Pengguna Facebook Messenger yang juga merupakan pelanggan Apple Music, Anda sekarang bisa saling berbagi lagu-lagu kesukaan dari layanan streaming tersebut tanpa perlu berpindah-pindah aplikasi. Facebook baru saja merilis chatbot Apple Music yang terintegrasi dengan platform Messenger. Sebelumnya, Spotify sudah lebih dulu hadir dengan integrasi serupa.

Kalau bot Spotify menawarkan kemudahan meracik playlist secara berkelompok, bot Apple Music lebih berfokus pada kemudahan menikmati konten yang dibagikan tanpa harus meninggalkan Messenger sama sekali. Ya, asalkan Anda sudah menjadi pelanggan Apple Music dan menggunakan perangkat iOS, lagu yang dibagikan bisa didengarkan sampai habis langsung dari Messenger.

Bagi non-pelanggan maupun yang menggunakan perangkat Android – Apple Music juga tersedia di Android – mereka tetap bisa mendengarkan preview berdurasi 30 detik. Bot Apple Music ini bisa dipakai dalam percakapan satu lawan satu maupun percakapan grup. Anda bahkan bisa berinteraksi dengannya melalui browser di perangkat desktop.

Apple Music chatbot in Messenger

Fitur lain yang tidak kalah menarik adalah mencari playlist menggunakan emoji. Semisal saya mengetikkan emoji orang bersepeda, bot Apple Music bakal menangkapnya dan langsung menyuguhkan deretan playlist untuk berolahraga.

Contoh lain: emoji pasangan laki-laki dan perempuan akan diterjemahkan menjadi playlist bertema romansa, sedangkan emoji kue ulang tahun akan memicu bot untuk menyajikan playlist untuk memeriahkan acara pesta. Sejauh yang saya coba, fitur ini berfungsi cukup baik.

Sumber: Facebook.

Spotify Codes Permudah Sharing Lagu Tanpa Perlu Copy-Paste Link

Sebagai layanan streaming musik nomor satu, prosedur sharing konten di Spotify selama ini tergolong kurang efisien. Saat hendak membagikan sebuah lagu misalnya, Anda harus menyalin link-nya terlebih dulu, baru kemudian di-paste ke aplikasi pesan instan untuk dikirim ke teman Anda.

Saat tautan tersebut diklik oleh teman Anda, ia kemudian akan dibawa ke browser sebelum akhirnya ‘dilontarkan’ ke aplikasi Spotify dengan sebuah lagu yang siap diputar. Ribet? Sangat, tapi untung Spotify sudah menyiapkan cara baru lewat fitur bernama Spotify Codes.

Spotify Codes pada dasarnya merupakan sejenis barcode yang muncul di setiap gambar cover sebuah lagu, album, artis maupun playlist. Cukup scan gambar tersebut dengan mengklik icon baru berlambang kamera yang ada di search bar Spotify, maka konten terkait akan langsung diputar tanpa basa-basi.

Spotify Codes akan muncul pada lagu, album, artis maupun playlist / TechCrunch
Spotify Codes akan muncul pada lagu, album, artis maupun playlist / TechCrunch

Cara ini jauh lebih efektif sekaligus efisien ketimbang cara sebelumnya. Sekarang, kalau Anda penasaran dengan lagu yang sedang diputar oleh teman di sebelah Anda, Anda tinggal memintanya untuk menampilkan Spotify Codes, lalu memindainya dan langsung memutar lagu yang sama di smartphone Anda.

Kalau Anda merasa fitur ini tidak asing, itu karena Snapchat sudah lebih dulu memopulerkannya lewat fitur Snapcode yang kerap muncul di profil foto akun Twitter maupun di media sosial lainnya. Intinya adalah memudahkan aspek discovery, dan dengan puluhan juta konten yang dimiliki Spotify, fitur semacam ini tergolong cukup esensial.

Sumber: TechCrunch.

Waze Hadirkan Integrasi Spotify, Demikian Pula Sebaliknya

Macet ataupun tidak, musik hampir selalu menemani kita di jalanan. Tradisi ini malah semakin diperkuat dengan adanya inisiatif-inisiatif dari layanan streaming, seperti misalnya Spotify yang menyuguhkan playlist yang diracik untuk mendampingi pengguna di tengah kemacetan.

Selain memutar musik, kita biasanya juga membuka aplikasi navigasi. Yang paling ideal dalam kasus ini mungkin adalah Waze, dimana yang kita cari bukannya rute pulang (yang sejatinya sudah sangat kita hafal), melainkan informasi spesifik macam titik macet akibat kecelakaan, kegiatan konstruksi dan lain sebagainya.

Dari sini bisa kita simpulkan bahwa Spotify dan Waze adalah aplikasi yang aktif menemani kita di perjalanan, dan ini juga berarti kita kerap bolak-balik membuka Spotify dan Waze selagi mengemudi. Tidakkah jauh lebih nyaman seandainya kita bisa mengakses keduanya dari satu aplikasi yang sama? Tentu saja, dan ini bukan merupakan angan-angan semata.

Waze baru-baru ini mengumumkan bahwa mereka telah bekerja sama dengan Spotify untuk mengintegrasikan layanan streaming musik tersebut. Asalkan aplikasi Spotify telah ter-install di perangkat, Anda dapat memutar playlist favorit Anda di Spotify tanpa harus keluar dari aplikasi Waze.

Caranya tinggal sentuh icon Spotify yang muncul di atas kanan aplikasi Waze, dan lagu terakhir yang Anda dengarkan akan otomatis diputar. Tentu saja Anda dapat berpindah ke Spotify dengan satu tap ekstra, tapi hanya ketika mobil Anda benar-benar sedang berhenti.

Integrasi Waze di dalam Spotify / Waze
Integrasi Waze di dalam Spotify / Waze

Yang lebih menarik lagi, integrasi ini ternyata juga berlaku sebaliknya: Anda juga dapat memulai fungsi navigasi Waze dari dalam aplikasi Spotify selagi musik tetap dijalankan, sekali lagi dengan syarat aplikasi Waze sudah ter-install di perangkat Anda.

Integrasi Spotify di dalam Waze dan Waze di dalam Spotify ini akan tersedia untuk pengguna Android mulai hari ini, sedangkan pengguna iOS masih harus bersabar menunggu.

Sumber: Waze.

Spotify Tembus 50 Juta Pelanggan Berbayar

Lewat sebuah Tweet, Spotify mengumumkan bahwa mereka secara resmi sudah memiliki 50 juta pelanggan berbayar. Pencapaian ini semakin memantapkan posisi Spotify sebagai pemimpin di industri streaming musik, meski perlu diingat bahwa perusahaan asal Swedia tersebut masih merugi secara finansial per bulan Juni 2016.

Terakhir dikabarkan, yakni pada pertengahan September lalu, jumlah pelanggan berbayar Spotify mencapai 40 juta. Ini berarti mereka sukses meminang 10 juta pelanggan baru hanya dalam kurun waktu lima setengah bulan, dan selama itu mereka juga sudah meluncurkan fitur baru yang menarik seperti Daily Mix dan katalog musik hasil remix.

Lalu ke depannya strategi apa lagi yang akan dilancarkan Spotify, terutama untuk memperoleh pemasukan lebih besar? Berdasarkan rumor yang beredar, Spotify sedang menyiapkan paket berlangganan baru yang menawarkan koleksi musik berkualitas lossless, alias setara CD dan dengan bitrate di atas 320 kbps (batas tertinggi yang ditawarkan Spotify saat ini).

Screenshot undangan untuk meng-upgrade ke Spotify Hi-Fi yang diterima sejumlah pengguna / @Semantics (Twitter)
Screenshot undangan untuk meng-upgrade ke Spotify Hi-Fi yang diterima sejumlah pengguna / @Semantics (Twitter)

Paket ini untuk sementara dinamai Spotify Hi-Fi, dan harganya berkisar antara $5 – $10, di luar Spotify Premium. Spotify sepertinya masih bereksperimen dengan skema harga sekaligus fitur-fitur ekstra yang ditawarkan, terbukti dari segelintir pengguna yang tidak bisa mendaftar walaupun mereka telah menerima undangannya di aplikasi Spotify.

Perwakilan Spotify sendiri masih bungkam soal ini. Benar atau tidaknya hingga kini belum ada yang berani memastikan, tapi saya kira kita tinggal menunggu waktu saja. Andai benar, ini bisa jadi berita buruk bagi Tidal yang pelanggannya berpotensi ‘dibajak’.

Sumber: Billboard dan The Verge.

Spotify dan Apple Music Mulai Suguhkan Remix Lagu Tidak Resmi

Selama bertahun-tahun, SoundCloud dicap sebagai layanan streaming musik yang unik karena keberagaman kontennya yang merupakan hasil unggahan tiap-tiap pengguna. Umumnya berupa remix dari karya resmi para musisi, konten semacam ini tidak didistribusikan oleh label musik tertentu seperti Universal. Itulah mengapa Anda tidak bisa menemukannya di layanan lain macam Spotify atau Apple Music.

Namun kondisi tersebut akan berubah tidak lama lagi. Secara perlahan, remix lagu tidak resmi mulai bermunculan di Spotify dan Apple Music, salah satunya garapan DJ Jazzy Jeff yang merupakan hasil remix dari karya Anderson .Paak.

Bagaimana ini bisa terjadi? Well, ceritanya dimulai di bulan Maret ketika Apple menandatangani kerja sama dengan Dubset, sebuah layanan manajemen hak cipta musik yang bermisi untuk mendistribusikan karya-karya remix secara legal. Spotify menyusul di bulan Mei, dan buah kerja samanya sudah bisa kita lihat mulai hari ini.

Kemitraan dengan Dubset ini penting, mengingat merekalah yang akan bertanggung jawab mendistribusikan royalti secara merata, baik kepada DJ yang membuat remix maupun kreator aslinya. Dubset memanfaatkan teknologi yang cukup inovatif dalam mengidentifikasi siapa kreator asli dari sebuah lagu yang di-remix.

Caranya adalah dengan melakukan scanning secara menyeluruh pada sebuah remix, lalu mencocokkan setiap bagiannya dengan potongan-potongan lagu resmi yang terdapat di database mereka berdasarkan data audio fingerprint milik Gracenote. Dengan cara seperti ini, royalti bisa diberikan kepada sang remixer, sang kreator lagu asli dan label yang membawahinya.

Kembali ke SoundCloud, kehadiran remix tidak resmi di Spotify dan Apple Music ini bisa menjadi momok baru buat mereka. Meski variasinya mungkin masih kalah dari SoundCloud, setidaknya kita sekarang sudah bisa menikmati remixremix favorit di Spotify dan Apple Music.

Sumber: TechCrunch. Gambar header: Pixabay.