Pengguna Berbayar Tembus 83 Juta, Spotify Kian Jauh dari Kejaran Apple Music

Spotify baru saja merilis laporan keuangan kedua pasca menjadi perusahaan publik. Dalam laporan tersebut Spotify mengungkapkan beberapa informasi penting salah satunya tentang mengenai jumlah pelanggan berbayarnya yang merangkak naik sehingga sepertinya kian sulit dikejar oleh Apple Music.

Sebagai layanan streaming musik, tentu Spotify mengandalkan pelanggan berbayar untuk terus membukukan profit. Nah, laporan terbaru menyebutkan bahwa kini pelanggan berbayar Spotify telah tembus angka 83 juta, naik dari 75 juta orang di kuartal sebelumnya. Angka ini tidak hanya menandai dominasinya di industri streaming musik, tapi juga sekali lagi menjauhkan diri dari kejaran Apple.

Spotify menyoroti pertumbuhan jumlah pelanggan berbayar yang paling signifikan disumbangkan oleh pasar negara berkembang, terutama Amerika Latin dan Asia Tenggara, di mana paket keluarga paling banyak dipilih. Sementara dari pertumbuhan tahun ke tahun, basis pelanggan berbayar Spotify meningkat sebesar 40 persen dari kuartal yang sama di tahun 2017.

table-1

Di periode laporan yang sama, Spotify memiliki 180 juta pengguna aktif bulanan termasuk pengguna yang masih bertahan di layanan gratis. Meskipun membukukan pertumbuhan yang cepat di seluruh dunia, neraca profit Spotify per kuartal belum bisa dibanggakan dikarenakan sampai saat ini perusahaan tampaknya masih fokus pada perluasan platform.

Kerugian operasional untuk kuartal ini tercatat sebesar EUR 90 juta ($105 juta), di mana dua pertiga di antaranya dikeluarkan untuk meloloskan diri ke lantai bursa di New York Stock Exchange awal tahun ini.

Sementara itu, Apple Music yang merupakan rival terbesar Spotify dilaporkan telah mengantongi 50 juta pengguna per bulan Mei 2018. Pengamat memperkirakan jumlah tersebut masih harus dibagi atas dua tier, masing-masing 8 juta untuk pengguna free trial, dan jumlah pelanggan berbayar sebanyak 42 juta.

Sumber berita Businesswire.

Dukungan AirPlay 2 Akhirnya Tersedia di Sejumlah Speaker Sonos

Seperti yang sudah diberitakan sebelumnya, fitur unggulan yang dibawa oleh iOS 11.4 adalah AirPlay 2. Dukungan atas protokol wireless baru ini akhirnya sudah mendarat di lini produk Sonos, dan secara langsung menghadirkan kapabilitas baru pada deretan speaker multi-room tersebut.

Yang paling utama, speaker Sonos sekarang dapat memutar audio dari berbagai aplikasi di perangkat iOS, dengan catatan aplikasinya turut mendukung AirPlay. Selama bertahun-tahun, Sonos hanya bisa memutar audio dari aplikasi pendampingnya sendiri, dan kasusnya tak lagi demikian dengan kehadiran AirPlay 2.

Audio yang berasal dari aplikasi streaming video seperti YouTube dan Netflix pun juga dapat diteruskan ke Sonos via AirPlay. Dari kacamata sederhana, cara kerja speaker Sonos sekarang jadi lebih mirip seperti speaker Bluetooth biasa berkat AirPlay 2, meski batasannya masih tergantung pada kompatibilitas aplikasi.

Sonos AirPlay 2

Selanjutnya, bagi pelanggan layanan Apple Music, Anda sekarang dapat meminta bantuan Siri untuk mengontrol jalannya musik di speaker Sonos. Perlu dicatat, Anda masih harus berbicara dengan Siri via perangkat iOS, bukan lewat speaker Sonos secara langsung.

Yang bisa langsung adalah dengan Alexa, sebab asisten virtual besutan Amazon ini telah terintegrasi ke sejumlah speaker besutan Sonos. Yang menarik, Siri dan Alexa bisa diajak berinteraksi secara bergantian. Jadi misalnya, Anda bisa meminta tolong Siri untuk memutar playlist favorit di Apple Music, lalu ganti memanggil Alexa untuk menyesuaikan volumenya pada Sonos.

Dukungan AirPlay 2 sudah bisa dinikmati oleh konsumen Sonos melalui software update gratisan. Pun begitu, yang kompatibel hanyalah Sonos One, Sonos Playbase, Sonos Play:5 generasi kedua, dan yang paling baru, soundbar mini Sonos Beam.

Sumber: Sonos.

Bertambah 2 Juta Dalam Sebulan, Pelanggan Berbayar Apple Music Tembus 40 Juta

Sejak diluncurkan tahun 2015 silam, Apple Music telah mengalami banyak perubahan baik dari sisi fitur, interface sampai dengan intergrasi layanan. Kendati bukan layanan cuma-cuma seperti halnya Spotify atau Joox, Apple Music terbukti sukses memperkaya jumlah penggunanya dari waktu ke waktu.

Dalam cuitan terbaru Steven Huon, kepala bagian konten Apple TV dan Apple Music terungkap statistik baru bahwa angka pengguna layanan musik Apple tersebut sudah menyentuh 40 juta atau naik dua kali lipat dari raihan bulan Desember 2016 lalu. Semuanya merupakan pengguna berbayar mengingat seperti yang sudah disebutkan di awal, Apple Music tidak menawarkan layanan gratis seperti Spotify. Apple hanya menawarkan free trial yang ada masa kadaluarsanya.

Capaian baru ini juga menunjukkan betapa sehatnya pertumbuhan bisnis Apple Music. Bulan lalu, salah satu petinggi Apple Eddy Cue membeberkan statistik Apple Music yang menyentuh angka 38 juta. Artinya, hanya dalam waktu satu bulan saja, Apple Music ketambahan pengguna baru kurang lebih sebanyak 2 juta orang.

Cue dalam pernyataannya bulan lalu juga mengatakan bahwa ada 8 juga penggguna Apple Music yang memanfaatkan fasilitas trial. Sayangnya Cue tidak membeberkan berapa persen dari mereka yang upgrade ke paket berbayar. Akan tetapi, jika melihat besaran pertumbuhan yang dibukukan, tampaknya hampir sebagian besar pengguna free trial memutuskan untuk membayar.

Dengan pencapaian baru ini, maka Apple Music hanya membutuhkan tambahan 71 juta pengguna baru untuk menyamai Spotify yang saat ini mengantongi 71 juta pelanggan berbayar. Dengan asumsi ada peningkatan sebesar 2 juta pengguna baru setiap bulannya, maka di bulan April tahun 2019, jumlah itu bisa tercapai. Sedangkan Spotify sendiri optimis untuk mencapai angka 96 juta sebelum akhir tahun 2018.

Sumber berita AppleInsider dan gambar header Apple.

Paket Khusus Pelajar Apple Music Kini Sudah Tersedia di Indonesia

Sejak diluncurkan di pertengahan tahun 2015, Apple Music sudah berhasil menggaet sekitar 36 juta pelanggan berdasarkan laporan dari Wall Street Journal. Jumlahnya memang baru separuh pelanggan Spotify (70 juta), namun tetap terdengar impresif kalau melihat umur Apple Music yang belum tiga tahun.

Dalam laporan yang sama, WSJ juga bilang bahwa pertumbuhan pengguna Apple Music lebih cepat dibanding Spotify (5% vs 2% per bulan), setidaknya di Amerika Serikat. Secara global, kemungkinan pertumbuhannya bisa kian cepat lagi dengan hadirnya paket berlangganan khusus pelajar (perguruan tinggi).

Paket khusus mahasiswa dan mahasiswi ini sebenarnya sudah ada sejak pertengahan 2016, tapi kala itu baru di beberapa negara saja. Belum lama ini, chief editor iMore, Rene Ritchie, melaporkan via Twitter bahwa paket pelajar tersebut sudah merambah 79 negara baru, plus tiga lagi di akhir Februari nanti. Kabar ini juga telah dikonfirmasi oleh perwakilan Apple kepada Engadget.

Apple Music student discount

Beruntung Indonesia juga kebagian. Dengan paket pelajar ini, pelanggan hanya perlu membayar tarif Rp 29 ribu per bulannya selama 48 bulan ke depan – lebih murah Rp 20 ribu dari paket standarnya. Spotify di saat yang sama juga menawarkan paket khusus pelajar seharga Rp 25 ribu.

Bagaimana cara Apple tahu bahwa Anda benar-benar sedang kuliah di suatu perguruan tinggi? Apple memanfaatkan layanan bernama UNiDAYS untuk melakukan validasi. Dari pantauan saya, sudah ada cukup banyak perguruan tinggi tanah air yang terdaftar di UNiDAYS (calon pelanggan cukup memilih salah satu saat mendaftar), dan sistem akan memverifikasinya secara otomatis.

Berhubung saya sudah lulus, saya tidak berkesempatan mencobanya. Terlepas dari itu, kehadiran paket pelajar ini semakin melengkapi fitur yang ditawarkan Apple Music di Indonesia. Yang masih belum ada sampai saat ini adalah paket tahunan yang tarifnya setara tarif standar selama 10 bulan.

Sumber: Engadget.

Apple Siap Pasarkan Smart Speaker-nya, HomePod, Mulai 9 Februari

Salah satu smart speaker yang paling dinanti-nanti, khususnya oleh pengguna produk-produk Apple, adalah HomePod. Diperkenalkan di event WWDC pada pertengahan tahun kemarin, HomePod sebenarnya dijadwalkan masuk ke pasaran pada bulan Desember lalu. Namun karena merasa produknya belum benar-benar matang, Apple memutuskan untuk menunda perilisannya.

Kini, melalui sebuah siaran pers resmi, Apple mengumumkan bahwa mereka bakal mulai menjual HomePod pada tanggal 9 Februari mendatang. Harganya tetap $349 seperti saat diumumkan pertama kali, dan negara-negara yang menjadi tujuan awalnya adalah Amerika Serikat, Inggris Raya dan Australia.

Seperti halnya produk Apple lain, HomePod bakal terdengar sangat menarik apabila Anda sudah ‘terjerumus’ ke dalam ekosistem milik Apple. Siri yang mengotaki HomePod dirancang untuk menjadi semacam ‘DJ’ (disc jockey) ahli atas koleksi musik yang ada di layanan streaming Apple Music.

Apple HomePod

Ya, potensi HomePod tidak akan bisa maksimal apabila Anda bukan pelanggan Apple Music. Namun bagi yang sudah berlangganan, mereka bisa melakukan pencarian yang cukup kompleks dari katalog Apple Music di HomePod, atau sekadar menanyakan informasi-informasi seperti tahun dirilisnya suatu lagu kepada Siri.

Kombinasi HomePod dan Siri juga dimaksudkan untuk menjadi semacam asisten pribadi di kediaman pengguna. Yang cukup menarik, selain terintegrasi dengan platform smart home Apple HomeKit, HomePod juga mendukung sejumlah aplikasi pihak ketiga, sehingga pengguna bisa meminta tolong Siri untuk, misalnya, mengirim pesan melalui WhatsApp atau membuat reminder di Evernote.

Apple HomePod

Spesifikasi HomePod sendiri bisa Anda baca pada artikel pengumumannya, namun yang pasti Apple menjanjikan kualitas suara premium lewat sejumlah komponen hasil rancangannya sendiri. Tidak hanya itu, proses setup awalnya juga diklaim semudah dan sepraktis AirPods.

Ke depannya, Apple juga berencana menghadirkan kapabilitas multi-room pada HomePod melalui software update gratisan. Namun semua itu bakal sia-sia apabila pertanyaan berikut tidak terjawab: apakah HomePod nantinya juga akan masuk ke Indonesia?

Menurut perbincangan saya dengan seorang teman yang bekerja di Erafone – yang saat ini merupakan distributor tunggal atas beragam produk Apple di Indonesia – HomePod dipastikan masuk ke tanah air, hanya saja belum bisa dipastikan kapan. Di Perancis dan Jerman, HomePod baru akan tersedia mulai musim semi, jadi ini mungkin bisa menjadi indikasi bagi konsumen untuk sedikit bersabar.

Sumber: Apple.

Apple Music Kini Terintegrasi ke Facebook Messenger

Pengguna Facebook Messenger yang juga merupakan pelanggan Apple Music, Anda sekarang bisa saling berbagi lagu-lagu kesukaan dari layanan streaming tersebut tanpa perlu berpindah-pindah aplikasi. Facebook baru saja merilis chatbot Apple Music yang terintegrasi dengan platform Messenger. Sebelumnya, Spotify sudah lebih dulu hadir dengan integrasi serupa.

Kalau bot Spotify menawarkan kemudahan meracik playlist secara berkelompok, bot Apple Music lebih berfokus pada kemudahan menikmati konten yang dibagikan tanpa harus meninggalkan Messenger sama sekali. Ya, asalkan Anda sudah menjadi pelanggan Apple Music dan menggunakan perangkat iOS, lagu yang dibagikan bisa didengarkan sampai habis langsung dari Messenger.

Bagi non-pelanggan maupun yang menggunakan perangkat Android – Apple Music juga tersedia di Android – mereka tetap bisa mendengarkan preview berdurasi 30 detik. Bot Apple Music ini bisa dipakai dalam percakapan satu lawan satu maupun percakapan grup. Anda bahkan bisa berinteraksi dengannya melalui browser di perangkat desktop.

Apple Music chatbot in Messenger

Fitur lain yang tidak kalah menarik adalah mencari playlist menggunakan emoji. Semisal saya mengetikkan emoji orang bersepeda, bot Apple Music bakal menangkapnya dan langsung menyuguhkan deretan playlist untuk berolahraga.

Contoh lain: emoji pasangan laki-laki dan perempuan akan diterjemahkan menjadi playlist bertema romansa, sedangkan emoji kue ulang tahun akan memicu bot untuk menyajikan playlist untuk memeriahkan acara pesta. Sejauh yang saya coba, fitur ini berfungsi cukup baik.

Sumber: Facebook.

Apple Music Jadi Layanan Favorit Gen Z dan Millennial

Sebuah studi yang diterbitkan oleh perusahaan konsultan Fluent menunjukkan bahwa generasi Z dan Millenial di AS lebih memilih layanan streaming musik Apple Music dibandingkan layanan serupa lainnya. Sebagai catatan, Gen Z adalah sebutan untuk kategori pengguna berusia 18 sampai dengan 24 tahun. Sedangkan Millenial adalah mereka yang berusia antara 25 dan 34 tahun.

Popularitas Apple Music di pengguna Millenial adalah yang paling dominan dengan persentase 19%, sedangkan di kalangan Gen Z sebesar 14%. Spotify paling mendekati dengan persentase masing-masing 17% dan 9%. Sedangkan layanan streaming musik lain seperti Pandora, YouTube Red, Google Play Music dan iHeartradio mengantongi persentase di bawah 10% untuk masing-masing kategori.

favorite-paid-music-consumption-channel

Content marketing Fluent, Mary Lister memberikan catatan bahwa Karena Apple adalah merek perangkat pilihan untuk generasi Milenium dan Generasi Z, sehingga ada kecenderungan untuk tetap berada dalam ekosistem iOS. Sejalan dengan ini, Generasi Z jauh lebih cenderung memilih untuk berlangganan Apple Music daripada rekan mereka yang lebih tua.

Dengan hanya 25% penduduk Amerika yang membayar untuk layanan musik, maka cukup beralasan mengapa beberapa orang berpendapat bahwa model bisnis musik freemium berdampak buruk untuk artis di manapun. Namun jika melihat manuver yang dilakukan oleh Spotify yang menawarkan paket berbayar dan juga satu level gratisan, tampaknya label freemium memang dibutuhkan di satu titik tertentu.

Apple tentu bisa saja dengan mudah mengumpulkan puluhan juta pengguna jika saja mau mengadopsi strategi tersebut. Tetapi, mempertimbangkan kekuatan layanan di masa sekarang, rasanya Apple sudah berada di jalur yang benar.

Apple sendiri sedang berupaya membangun level baru dengan secara bertahap menambahkan layanan TV dan konten-konten film. Ini disebut sebagai salah satu upaya untuk merangkul pengguna dewasa berusia 35 tahun ke atas.

Riset ini sayangnya hanya menyasar pengguna layanan streaming musik Amerika Serikat yang notabene merupakan pasar terbesar Apple. Jadi cukup wajar jika portofolio mereka relatif lebih dipilih ketimbang layanan lain.

Sumber berita Fluent via Cultofmac dan gambar header Pixabay.

Meluncur di Indonesia, Aplikasi musical.ly Siapkan Strategi Monetisasi

Setelah generasi millennial sudah banyak dijadikan target pasar oleh berbagai layanan berbasis teknologi, ternyata masih ada generasi yang memiliki potensi untuk menjadi target pasar yang menguntungkan. Adalah generasi Z atau Gen-Z yang rata-rata lahir pada tahun 1996-2012, mulai dilirik oleh penyedia aplikasi hiburan secara global.

Salah satu aplikasi hiburan yang saat ini mulai mendapat perhatian besar dari sejumlah Gen-Z adalah musical.ly. Aplikasi media sosial yang berasal dari Tiongkok ini, kini meresmikan kehadirannya di Indonesia dan telah memiliki sekitar 200 juta pengguna secara global, dengan sebagian besar digunakan oleh remaja berusia 13 hingga 20 tahun (Gen Z).

Kepada media Country Manager musical.ly Indonesia Teguh Wicaksono mengungkapkan, peresmian tim musical.ly di Indonesia bertujuan untuk memudahkan lokalisasi semua konten sekaligus merangkul lebih banyak talenta muda dalam komunitas musical.ly.

“Sejak 6 bulan terakhir pengguna dari Indonesia mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Bukan hanya memanfaatkan fitur dan filter menarik dari musical.ly, namun juga membangun komunitas yang makin besar jumlahnya,” kata Teguh.

Sekilas aplikasi musical.ly mirip dengan Vine yang sempat popular namun terpaksa tutup sekitar tahun 2016 lalu. Namun demikian untuk memberikan layanan lebih, musical.ly dilengkapi dengan konten musik yang beragam dari label musik lokal hingga Apple Music.

“Setiap hari kami mencatat sebanyak 12 juta video musik diciptakan per harinya, menjadikan musical.ly platform ideal untuk musisi mempromosikan musiknya kepada target pasar Gen-Z,” kata Teguh.

Fitur atau filter yang menjadi andalan dari musical.ly adalah transisi hingga video online untuk membuat, berbagi dan mencari konten sepanjang 60 detik. Untuk memberikan tampilan yang “clean” dan menarik, musical.ly baru saja melakukan pembaruan di halaman depan atau timeline milik pengguna.

“Dengan berbagai kemudahan yang ditawarkan, musical.ly juga memiliki fitur untuk share ke media sosial lainnya, seperti Instagram dan Facebook, sesuai dengan kebutuhan pengguna,” kata Teguh.

Bakal melancarkan strategi monetisasi

Saat ini musical.ly belum melancarkan strategi monetisasi dan masih fokus kepada akuisisi pengguna atau yang lebih dikenal dengan “Muser” yang sebanyak 65% berasal dari kalangan Gen-Z. Sebagai platform yang menyediakan konten dan fitur menarik, musical.ly mengklaim telah berhasil menghasilkan content creator yang unik dan berbakat. Semua muser tersebut bisa diikuti oleh pengguna baru. Semakin banyak jumlah pengikut dari Top Muser tersebut, semakin besar kesempatan mereka untuk mendapatkan penawaran endorse dan lainnya.

“Di berbagai kesempatan para Top Muser tersebut kerap kami hadirkan sebagai perwakilan dari musical.ly. Bukan hanya dari Jakarta pengguna musical.ly juga beredar hingga ke Makassar, Balikpapan dan Bali,” kata Teguh.

Saat ini aplikasi musical.ly sudah bisa diunduh di App store, Google Play Store dan Amazon. Sementara untuk kolaborasi yang telah dilakukan dengan brand lokal di antaranya adalah dengan Ismaya Live, Global TV, Indosat Ooredoo untuk paket data terbaru dan label musik ternama seperti Warner Music Indonesia, Universal Indonesia dan Sony Music Indonesia untuk mempromosikan musisi lokal baru.

Application Information Will Show Up Here

Apple Tambahkan PayPal Sebagai Metode Pembayaran App Store dan Layanan Lainnya

Pengguna perangkat iOS pastinya tahu bahwa satu Apple ID bisa digunakan untuk mengakses beragam layanan dari Apple, mulai dari App Store, iTunes Store sampai iCloud maupun Apple Music. Satu akun tersebut juga terikat dengan satu metode pembayaran menggunakan kartu kredit yang bisa dimanfaatkan untuk membeli aplikasi, lagu, film, ebook, serta membayar biaya berlangganan.

Kartu kredit memang sudah menjadi metode pilihan bahkan sejak zaman iPhone belum eksis dan iPod masih merupakan gadget keluaran Apple yang paling populer. Namun di pertengahan tahun 2017 ini, Apple akhirnya menambahkan opsi baru yang juga sudah sangat dikenal oleh konsumen, yaitu PayPal.

Untuk sementara baru tersedia di 12 negara – Amerika Serikat, Kanada, Meksiko, Inggris Raya, Spanyol, Austria, Perancis, Jerman, Itali, Belanda, Israel dan Australia – pengguna perangkat iOS di negara-negara tersebut mulai hari ini sudah bisa melakukan pembayaran atas transaksinya di App Store, iTunes Store, iBooks Store, Apple Music maupun iCloud menggunakan akun PayPal mereka.

PayPal integration in Apple ID

Caranya sederhana sekali: pengguna hanya perlu memilih opsi “PayPal” sebagai metode pembayaran pada pengaturan akun Apple ID-nya masing-masing melalui perangkat iOS maupun aplikasi iTunes di komputer. Setelahnya, semua transaksi yang masih dalam lingkup Apple – termasuk in-app purchase di dalam aplikasi iOS ataupun transaksi yang dilakukan menggunakan Apple TV dan Apple Watch – akan ditagihkan ke akun PayPal-nya secara otomatis.

PayPal tidak lupa mengikutkan fitur One Touch mereka sehingga pengguna tidak perlu mencantumkan kata sandi setiap kali melakukan transaksi, asalkan menggunakan perangkat atau browser yang sama. Sayang sekali sejauh ini masih belum ada informasi kapan integrasi PayPal pada Apple ID ini bakal tersedia di selain 12 negara tadi.

Sumber: PayPal.

Apple Music untuk Android Dirombak Menyerupai Versi iOS

Apple Music untuk Android kembali mendapatkan rombakan besar sebagai bagian dari upaya Apple untuk menyelaraskan platform Android engan apa yang mereka digulirkan ke iOS 10 beberapa waktu lalu. Tampilan baru menjadi hal pertama yang akan dijumpai pengguna Android, di mana kini tatap muka di aplikasi Apple Music Android mempunyai kemiripan dengan versi iOS 10, termasuk fitur lirik dan peningkatan Library.

Apple Music versi 2.0 kini menampilkan header yang lebih besar guna memberikan navigasi di mana pengguna sedang berada saat ini. Meski dengan header lebih besar, Apple melakukan penyederhanaan di beberapa bagian, di antaranya memangkas kategori ke dalam empat kategori utama. Playlist kini digabungkan ke Library, menu New ditempatkan di bawah Browser. Dua lainnya, For You dan Radio ditempatkan di satu panel di mana masing-masing nantinya akan menampilkan sub menu sendiri.

apple music android

Apple memberikan catatan penting di mana pengguna kini dapat dengan mudah menemukan musik yang diunduh untuk didengarkan secara offline. Kemudian jendela Now Playing kini juga mempunyai rupa seperti kartu dengan panel khusus untuk memudahkan membaca lirik lagu. Tapi tenang, karena tombol hamburger masih dipertahankan untuk pintu navigasi utama.

Dengan pembaruan ini, pengguna yang berlangganan di kedua platform akan merasakan pengalaman yang sama tak peduli dari mana mereka memutar lagu. Sejak debut di tahun 2015, Apple Music menjadi satu dari sedikit aplikasi Apple di ranah Android yang punya masa depan cerah.

Sumber berita Theverge dan gambar header Pixabay.

Application Information Will Show Up Here