Layanan Subscription Apple Fitness+ Hadir di Indonesia Mulai 4 November 2021

Kabar baik bagi pengguna Apple Watch yang gemar berolahraga, layanan subscription Apple Fitness+ bakal segera hadir di tanah air secara resmi pada tanggal 4 November 2021. Sebelumnya cuma tersedia di 6 negara saja, Fitness+ kini telah berekspansi ke total 21 negara.

Sekadar mengingatkan, Fitness+ merupakan sebuah layanan berlangganan yang menawarkan beragam panduan latihan fisik sekaligus meditasi. Layanan ini sepenuhnya terintegrasi ke Apple Watch, sehingga pelanggan bisa menerima rekomendasi berdasarkan metrik dan preferensi yang direkam oleh Apple Watch-nya masing-masing.

Apple mengklaim program-program dalam Fitness+ dapat diikuti oleh konsumen dari semua kalangan, dari yang baru memulai sampai yang sudah masuk kategori fitness enthusiast. Tiap sesinya bisa diikuti via iPhone, iPad, atau Apple TV, dan akan dipandu oleh instruktur profesional dengan variasi durasi antara 5-45 menit (dapat ditentukan sendiri).

Pelanggan bisa memilih program dari kategori-kategori seperti High-Intensity Interval Training (HIIT), Strength, Yoga, Dance, Core, Cycling, Pilates, Meditation, Treadmill, Rowing, dan Mindful Cooldown. Beberapa program yang lebih spesifik, macam Workouts for Pregnancy, Workouts for Older Adults, Workouts for Beginners, maupun Meditations for Beginners, juga tersedia.

Fitness+ juga sepenuhnya terintegrasi dengan Apple Music, dan Anda tak harus jadi pelanggan layanan streaming musik tersebut untuk bisa menikmati integrasinya. Jadi tiap kali hendak memulai sesi latihan atau meditasi, pelanggan Fitness+ bisa memilih tipe musik yang bakal mengiringi. Buat pelanggan Apple Music, bedanya cuma mereka bisa menyimpan lagu-lagu yang diputar ke playlist pribadi mereka.

Fitness+ juga kompatibel dengan fitur SharePlay di iOS 15.1. Pelanggan bisa mengajak hingga 32 orang (yang juga merupakan pelanggan Fitness+) untuk mengikuti sesi latihan atau meditasi bersama yang tersinkronisasi via FaceTime. Kabar baiknya, Fitness+ mendukung fitur family sharing hingga enam anggota keluarga.

Apple Fitness+ menawarkan subtitle dari berbagai bahasa, tapi sejauh ini bahasa Indonesia masih belum termasuk / Apple

Perlu dicatat, Fitness+ memerlukan minimal Apple Watch Series 3 dengan sistem operasi watchOS 7.2 yang terhubung ke iPhone 6s atau yang lebih baru.

Untuk tarif berlangganannya, Fitness+ di Indonesia dihargai Rp69.000 per bulan, atau Rp399.000 per tahun. Alternatifnya, Fitness+ juga bisa didapatkan dengan berlangganan Apple One Premier (yang mencakup Apple Music, Apple TV+, Apple Arcade, dan iCloud+) seharga Rp275.000 per bulan. Apple One Premier ini pun juga bisa digunakan bersama di antara enam anggota keluarga.

Sumber: Apple.

[Komparasi] Chip Apple M1, M1 Pro, dan M1 Max, Seberapa Besar Peningkatannya?

Apple telah resmi mengumumkan MacBook Pro baru model 14 inci dan 16 inci. Beberapa fitur andalannya meliputi layar Liquid Retina XDR dengan teknologi ProMotion 120Hz, 1080p FaceTime HD camera baru, port yang lebih canggih dan lebih beragam termasuk tiga port Thunderbolt 4 dan port MagSafe 3 yang dapat mengisi daya 50% dalam 30 menit.

Tentu saja, pembaruan paling utama pada MacBook Pro baru terletak pada chip Apple M1 Pro dan M1 Max yang menjadi chip paling mumpuni yang pernah dibuat oleh Apple. Mereka menghadirkan lompatan besar dalam hal kinerja CPU dan GPU dengan efisiensi daya yang lebih baik. Berikut perbandingan antara M1, M1 Pro, dan M1 Max.

Chip Apple M1 vs M1 Pro dan M1 Max

Apple M1

Apple pertama kali memperkenalkan chip M1 pada bulan November tahun lalu dan dibenamkan pada MacBook Air, MacBook Pro 13 inci, dan Mac mini. Lalu, tiba di iMac 24 inci dan iPad Pro terbaru pada bulan April 2021. Kini Apple telah mengumumkan system-on-a-chip (SoC) generasi berikutnya dari M1, yakni M1 Pro dan M1 Max pada MacBook Pro 14 inci dan 16 inci yang baru.

Kedua SoC berbasis ARM tersebut masih dibangun di atas teknologi proses 5nm sama seperti M1, namun dengan rangkaian pembaruan seperti memori terpadu yang lebih cepat, peningkatan memori bandwidth, serta punya kinerja per watt dan efisiensi daya lebih baik.

Apple M1 Pro

Mari mulai dari Apple M1, chip ini memiliki CPU 8 core yang terdiri dari 4 core performance untuk menangani tugas berat dan 4 core efficiency untuk memperpanjang masa pakai baterai. GPU-nya hingga 8 core, dan Neural Engine 16 core.

Lalu, untuk chip M1 Pro hadir dengan CPU hingga 10 core yang terdiri dari 8 core performance dan 2 core efficiency. GPU hingga 16 core dan Neural Engine 16 core.

Apple M1 Max

Sementara, chip M1 Max yang menenagai MacBook Pro model 16 inci varian tertinggi mengusung konfigurasi CPU 10 core yang sama kuatnya dengan M1 Pro dan Neural Engine 16 core. Bedanya jumlah core pada GPU-nya digandakan menjadi 32 core.

Singkatnya kalau dibandingkan dengan chip M1, Apple mengklaim performa CPU pada M1 Pro dan M1 Max meningkat hingga 70% lebih cepat. Sedangkan pemrosesan GPU pada M1 Pro 2x lebih cepat dan hingga 4x lebih cepat pada M1 Max.

Lebih lanjut, chip M1 Pro didukung bandwidth memori hingga 200GB/s dan dukungan memori terpadu hingga 32GB. Sementara, M1 Max mendukung bandwidth memori hingga 400GB/s yang berarti 2x lipat dari M1 Pro dan hampir 6x lipat dari M1 dan memori terpadunya hingga 64GB.

Aspek perbedaan lain terletak pada jumlah transistor, chip M1 memiliki 16 miliar transistor. Kemudian M1 Pro memiliki 33,7 miliar transistor atau 2x lebih banyak dari M1. Sedangkan M1 Max memiliki 57 miliar transistor yang mana 70% lebih banyak dari M1 Pro dan 3,5x lebih banyak dari M1 – M1 Max pun menjadi chip terbesar yang pernah dibuat Apple.

Selain itu, Apple juga menambahkan sebuah ProRes accelerator khusus pada media engine di M1 Pro dan dua ProRes accelerator di M1 Max yang mempercepat pemrosesan video sekaligus memaksimalkan masa pakai baterai.

Dengan M1 Max, MacBook Pro baru dapat melakukan rendering timeline yang kompleks 13x lebih cepat di Final Cut Pro dibandingkan dengan MacBook Pro 13 inci generasi sebelumnya. Lalu dengan M1 Max, dapat mentranskode video ProRes dalam Compressor hingga 10x lebih cepat daripada MacBook Pro 16 inci generasi sebelumnya.

Sumber: Apple

Apple MacBook Pro 14 & 16 Inci Baru Mengemas Layar Liquid Retina XDR 120Hz dengan Chip M1 Pro dan M1 Max

Pada acara Apple tanggal 18 Oktober atau semalam, perusahaan asal Cupertino itu secara resmi memperkenalkan pembaruan MacBook Pro model 14 inci dan 16 inci dengan chip baru Apple M1 Pro dan M1 Max. Chip tersebut menghadirkan peningkatan performa pemrosesan CPU, grafik, dan machine learning (ML) yang signifikan, namun tetap dengan efisiensi daya yang tinggi.

Chip Apple M1 Pro memiliki CPU hingga 10 core yang terdiri dari 8 core high-performance dan 2 core high-efficiency. Bersama dengan GPU hingga 16 core, bandwidth memori hingga 200GB/s, dan RAM hingga 32GB. Kalau dibandingkan M1, M1 Pro membawa peningkatan performa CPU hingga 70 persen, performa GPU 2x lipat, dan bandwidth memori hampir 3x lipat lebih cepat.

Beralih ke Apple M1 Max, chip yang paling powerful yang menenagai MacBook Pro 16 inci varian tertinggi. Ia memiliki CPU 10 core yang sama kuatnya dengan M1 Pro, namun Apple menggandakan jumlah core pada GPU menjadi 32 core yang mana menyuguhkan performa GPU 4x lipat lebih cepat daripada M1, dan dukungan RAM hingga 64GB.

Apple menekankan bahwa MacBook Pro baru dapat menyuguhkan performa optimal yang sama baiknya, baik saat dicolokkan atau saat menggunakan baterai. Sebagai gambaran untuk masa pakai baterainya, model 14 inci diklaim dapat memutar video hingga 17 jam dan hingga 21 jam pada model 16 inci.

Layar Liquid Retina XDR

Untuk pertama kalinya, MacBook Pro baru mengemas layar Liquid Retina XDR (Extreme Dynamic Range) menggunakan teknologi mini-LED seperti iPad Pro. Dengan kecerahan layar penuh yang berkelanjutan hingga 1000 nit, peak brightness 1600 nit, dan rasio kontras di angka 1.000.000:1.

MacBook Pro model 14,2 inci ditopang resolusi 3024×1964 piksel dan 3456×2234 piksel untuk model 16,2 inci. Keduanya sama-sama menawarkan kerapatan layar 254 ppi dan punya notch untuk menyisipkan 1080p FaceTime HD camera baru yang dilengkapi image signal processor (ISP) untuk computational video.

Selain itu, layar Liquid Retina XDR pada MacBook Pro mendukung 1 miliar warna dan color gamut lebar (P3). Serta, dilengkapi teknologi True Tone dan ProMotion yang membawa fitur adaptive refresh rate hingga 120Hz.

Agar panggilan video dan konferensi video berjalan lancar, MacBook Pro baru dilengkapi mikrofon berkualitas studio dengan tingkat noise yang rendah. Serta, sound system enam speaker dengan dua tweeter untuk soundstage yang lebih jernih dan empat woofer force-cancelling yang menghasilkan bass 80 persen lebih banyak.

Port yang menempel pada MacBook Pro juga lebih beragam, di sebelah kanan bodi terdapat port HDMI, satu port Thunderbolt 4 (USB-C), dan SDXC card slot. Sementara, di sebelah kirinya ada port MagSafe 3 dengan desain baru yang dapat mengisi daya hingga 50% hanya dalam 30 menit, lalu ada dua port Thunderbolt 4 (USB-C), dan headphone jack 3.5 mm. Jadi, totalnya ada tiga port Thunderbolt 4 yang mendukung charging, DisplayPort, dan bandwidth berkecepatan tinggi 40 Gbps. Berikut daftar harganya:

MacBook Pro 14 Inci

  • Chip M1 Pro dengan CPU 8 core, GPU 14 core, dan penyimpanan SSD 512GB $1999
  • Chip M1 Pro dengan CPU 10 core, GPU 16 core dan penyimpanan SSD 1TB $2499

MacBook Pro 16 Inci

  • Chip M1 Pro dengan CPU 10 core, GPU 16 core, dan penyimpanan SSD 512GB $2499
  • Chip M1 Pro dengan CPU 10 core, GPU 16 core, dan penyimpanan SSD 1TB $2499
  • Chip M1 Max dengan CPU 10 core, GPU 32 core, dan penyimpanan SSD 1TB $3499

Sumber: Apple Newsroom

Apple, Google, dan Samsung Bersiap Meluncurkan Perangkat Baru Pada 18-20 Oktober 2021

Apple, Google, dan Samsung – tiga raksasa perusahaan teknologi itu tengah bersiap-siap mengadakan acara peluncuran produk terbaru mereka. Menariknya acara akan berlangsung secara berurutan, masing-masing mulai dari tanggal 18, 19, dan 20 Oktober 2021 nanti.

Apple 18 Oktober

 

Mulai dari yang paling dekat, Apple akan menggelar acara spesial pada 18 Oktober dan disiarkan langsung pada Apple.com pada jam 1PM atau jam 12AM WIB (tengah malam). Dalam video undangannya, Apple menggoda dengan kata “Unleashed“.

Bila menurut rumor yang beredar, kabarnya Apple akan merilis model MacBook Pro 14 dan 16 inci, serta Mac Mini dengan chip Apple M1X. Chip ini memiliki CPU 10 core dengan prosesor grafis 16 atau 32 core, sebagai pembanding chip M1 punya CPU 8 core dengan prosesor grafis 7 atau 8 core dan itu sudah sangat powerful.

Selain itu, Apple juga mungkin akan mengumumkan sepasang AirPod baru yang didesain ulang. Ia diharapkan mengadopsi desain yang mirip dengan AirPod Pro dengan ukuran lebih pendek dan charging case baru.

Google 19 Oktober

Hari berikutnya, kejutan besar bakal datang dari Google yang akan mengungkap secara resmi detail dari smartphone flagship yang sangat dinantikan yakni Pixel 6, Pixel 6 Pro, dan Pixel 5A sebagai tambahan. Acara Google juga akan berlangsung pada jam 1PM ET atau jam 12AM WIB (tengah malam).

Salah satu hal yang bakal berbeda dari Pixel 6 series ialah mereka akan menggunakan chipset buatan Google sendiri bernama Tensor. SoC tersebut dibangun di atas arsitektur ARM 8 core dengan fabrikasi 5 nm dan akan dibekali dengan Tensor Processing Unit (TPU) untuk tugas pemrosesan AI dan ML yang lebih efisien.

Rumor terkait smartphone Pixel dengan layar lipat juga akan terjawab di acara tersebut. Lalu, juga diharapkan Google akan mengumumkan jadwal rilis Android 12.

Samsung 20 Oktober

Untuk menonton acara Samsung Unpacked Part 2 pada 20 Oktober mendatang, untungnya kita tidak perlu bergadang – acaranya dimulai pukul 10AM ET atau jam 9PM WIB. Dalam undangannya Samsung menyebutkan “membuka pengalaman baru untuk ekspresi diri melalui teknologi”.

Kalau menurut rumor yang ada, kemungkinan besar Samsung akan mengumumkan mengenai peluncuran versi stabil One UI berbasis Android 12. Katanya juga bakal hadir opsi warna baru untuk Galaxy Z Flip3 atau mungkin Galaxy S21 FE akan memulai debutnya.

Sumber: TheVerge 1, 2, 3

Apple Umumkan iPhone 13, Spesifikasinya Menyedihkan?

Setelah beberapa bulan dirumorkan, akhirnya Apple secara resmi memperkenalkan generasi terbaru dari smartphone andalannya. Lewat acara peluncuran yang dilaksanakan secara virtual, Apple akhirnya memperkenalkan generasi ke-13 dari iPhone yang muncul dengan bebeberapa pilihan.

Apple membawa 4 buah pilihan yang terdiri dari iPhone 13, iPhone 13 Mini, iPhone 13 Pro dan iPhone 13 Pro Max. Sesuai namanya, keempat jenis iPhone ini memiliki kelebihannya masing-masing. Seperti seri mini yang akan lebih mungil dengan ukuran layar 5,4 inci.

Diikuti dengan iPhone 13 dan iPhone 13 Pro yang menggunakan layar OLED 6,1 inci. Di posisi paling atas ada iPhone 13 Pro Max yang menggunakan layar OLED 6,7 inci. Khusus untuk iPhone 13 Pro maupun Pro Max akan menggunakan layar dengan refresh rate 120Hz.

iPhone 13. Credit: Apple

Soal desain, iPhone 13 membawa bentuk yang sangat mirip dari generasi sebelumnya. Bahkan notch di bagian atas juga masih ada meskipun kini ukurannya berkurang 20%. Apple kelihatannya sudah nyaman dengan bentuk iPhone sekarang hingga tidak ada perubahan signifikan yang dilakukan.

Berbeda dengan bagian luar, bagian dalam dari iPhone 13 ini kini ditenagai oleh chipset A15 Bionic. Chipset dengan pabrikasi 5 nanometer ini memiliki 6 core (2 core performa tinggi dan 4 core efisiensi tinggi). Chipset ini disebut akan memberikan peningkatan terhadap kinerja CPU sekaligus GPU dan pengelolaan daya yang lebih efisien.

Meskipun keempat jenis iPhone 13 ini menggunakan chipset yang sama. Namun nyatanya Apple tetap memberikan peningkatan performa untuk seri Pro-nya terutama dalam pengolahan grafisnya. Apple memberikan GPU dengan 5-core untuk seri Pro dan Pro Max, 1 core lebih banyak dari yang ada pada iPhone 13 dan 13 Mini. Hasilnya, kinerja grafis pada seri Pro dan Pro Max diklaim lebih tinggi 20%.

Update terbesar yang diberikan Apple untuk iPhone 13 ini berada di sektor kamera. Untuk iPhone 13 dan 13 Mini kamera utama dan lensa wide dari smartphone ini kini menggunakan lensa beresolusi 12 megapiksel dengan pikel individual lebih besar yaitu 1,7 µm yang diklaim dapat menangkap 50% lebih banyak cahaya. Hal tersebut membuat kameranya punya dynamic range dan kemampuan penangkapan gambar low-light yang lebih baik.

iPhone 13 Pro. Credit: Apple

Sedangkan untuk iPhone 13 Pro dan 13 Pro Max, lagi-lagi Apple juga menyuntikkan fitur yang lebih “Pro”, seperti ukuran piksel individual yang lebih besar 1,9 µm. Kameranya juga memiliki 3x optical zoom dengan Sensor-Shift OIS untuk mendukung stabilitas pengambilan video. Dan seperti generasi sebelumnya, Apple juga melengkapi sistem kamera untuk lini Pro ini dengan sensor LiDAR meskipun tidak menjadi perhatian utama.

Salah satu fitur yang dielu-elukan oleh Apple adalah keberadaan Cinematic Mode yang hadir eksklusif untuk iPhone 13 Pro dan Pro Max. Mode ini memungkinkan perekaman video 4K 30 fps dalam format ProRes yang biasanya digunakan dalam perfilman karena fleksibilitasnya di tahap pasca produksi.

iPhone 13. Credit: Apple

Apple juga memberikan peningkatan untuk penyimpanan yang kini memiliki kapasitas paling kecil 128 GB untuk versi reguler iPhone 13 dan 13 Mini. Bila masih kurang, Apple juga menyediakan pilihan 256 GB dan 512 GB.

Varian iPhone 13 Pro dan Pro Max juga mendapatkan peningkatan serupa, namun dengan satu pilihan kapasitas tambahan yaitu 1 TB.

iPhone 13 Pro. Credit: Apple

Di akhir peluncuran virtual-nya Apple juga merilis harga untuk keempat varian iPhone ini yaitu $829 (Rp11,8 juta) untuk iPhone 13, $729 (Rp10,3 juta) untuk iPhone 13 Mini, $999 (Rp14,2 juta) untuk iPhone 13 Pro, dan $1.099 (Rp 15,6 juta) untuk iPhone 13 Pro Max.

Keempat model ini akan mulai tersedia di pasaran mulai tanggal 24 September mendatang. Untuk wilayah Indonesia, sepertinya kita harus menunggu sedikit lebih lama hingga smartphone-nya nanti masuk secara resmi beberapa bulan lagi.

Apple iPad mini Punya Desain Baru & iPad 10.2 Dilengkapi Fitur Center Stage

Pada Apple Event tahun ini, Apple memperkenalkan iPhone 13, iPhone 13 Pro, iPad 9 dan iPad mini baru, serta Apple Watch Series 7. Tentu saja iPhone 13 menjadi sorotan utama, namun kejutan terbesar di acara tersebut ialah iPad mini yang benar-benar baru.

Sudah sekitar dua setengah tahun sejak Apple merilis iPad mini 5 (2019), akhirnya iPad mini membawa desain baru ‘all‑screen‘ seperti iPad Air dan iPad Pro. Selamat tinggal bezel layar tebal dan tombol home ikonik yang menghiasi bagian bawah layar, iPad mini terbaru memiliki bezel sekeliling layar yang tipis dengan sudut membulat.

Berkat desain all-screen, Apple dapat menjejalkan layar Liquid Retina lebih besar 8,3 inci sambil mempertahankan dimensi bodi ultra-portable yang sama. Layarnya menggunakan panel IPS beresolusi 2266×1488 piksel yang menghasilkan kerapatan 326 ppi dengan reflektifitas rendah. Dilengkapi teknologi True Tone, tingkat kecerahan 500 nit, dan mendukung P3 wide color gamut.

Lokasi sensor Touch ID dipindahkan ke sisi atas sebelah kanan, bersama tombol volume di sisi atas sebelah kiri. Tablet ini juga memiliki dua mikrofon, speaker stereo di sisi atas dan bawah, port USB type-C, dan magnetic connector untuk mengisi daya Apple Pencil generasi ke-2.

Fitur baru Center Stage juga hadir di iPad mini baru bersama kamera depan baru 12MP ultra-wide. Singkatnya lewat fitur ini memungkinkan pengguna tetap berada di posisi tengah saat panggilan video, kamera akan secara otomatis bergerak agar pengguna tetap berada di dalam frame.

Pembaruan penting lainnya ialah chip A15 Bionic baru. Dengan CPU 6-core yang menghadirkan lompatan performa 40 persen lebih cepat, GPU 5-core dengan peningkatan performa grafis 80 persen, dan Neural Engine 16-core yang dapat mengolah tugas machine learning 2x lebih cepat daripada generasi sebelumnya.

iPad 10.2 (2021)

Model paling dasar dari iPad ini masih datang dengan desain dan ukuran layar yang sama seperti pendahulunya. Artinya ia tetap kompatibel dengan berbagai aksesori yang sudah tersedia untuk iPad 10.2 generasi sebelumnya termasuk dukungan Apple Pencil generasi pertama.

Pembaruan kali ini, tablet entry-level Apple generasi ke-9 kebagian fitur True Tone yang dapat menyesuaikan warna dan intensitas layar secara otomatis agar sesuai dengan pencahayaan di sekitar sehingga lebih nyaman saat digunakan. Kamera depan juga ditingkatkan menjadi 12MP Ultra Wide dilengkapi dengan fitur Center Stage sama seperti iPad mini baru.

Selain itu, iPad 10.2 (2021) kini ditenagai chip A13 Bionic dengan Neural Engine yang menghadirkan peningkatan performa 20 persen dari generasi sebelumnya. Apple juga akhirnya meningkatkan kapasitas penyimpanan internal dasar menjadi 64GB.

Harga iPad 10.2 (2021) dimulai dari US$329 (Rp4,6 jutaan) untuk model WiFi only dan mulai dari US$459 (Rp6,5 jutaan) untuk versi seluler. Sementara, untuk iPad mini baru dibanderol mulai dari US$499 (Rp7,1 jutaan) untuk model WiFi only dan mulai dari US$649 (Rp9,2 jutaan) untuk versi 5G.

Apple Watch Series 7

Smartwatch terbaru Apple ini menampilkan retina display 20% lebih besar dalam ukuran yang tak jauh berbeda dan punya mode always-on screen kini 70% lebih terang. Apple meningkatkan rasio layar dengan bezel lebih tipis yakni 1,7mm, border tersebut 40% lebih ramping daripada Apple Watch Series 6.

Apple menyempurnakan desain Watch Series 7 dengan sudut yang lebih lembut dan lebih membulat. Serta, menggunakan cover dari kaca yang lebih tahan terhadap retak. Bodinya mengantongi sertifikasi IP6X sehingga mampu bertahan di lingkungan yang berdebu dan ketahanan air WR50.

Layar yang lebih besar juga dioptimalkan dengan user interface baru, yang menawarkan keterbacaan dan kemudahan pengoperasian yang lebih baik. Notifikasi dapat menampilkan lebih banyak teks dan kini dilengkapi keyboard QWERTY untuk menjawab pesan.

Selain perubahan desain, Watch Series 7 dan Series 6 masih berbagi spesifikasi yang identik, termasuk dari sensor dan prosesor. Jam tangan pintar ini juga menawarkan daya tahan baterai hingga 18 jam, dengan pengisian daya melalui USB tipe-C yang 33 persen lebih cepat. Harga Apple Watch Series 7 akan dibanderol mulai US$399 (Rp5,6 jutaan).

Sumber: Apple Newsroom

Apple Ungkap Seri iPhone 13 dan iPhone 13 Pro, Semuanya Kini dengan Poni Lebih Kecil

Triskaidekafobia. Itulah nama fobia terhadap angka 13, angka yang sering kali dianggap sebagai pembawa sial. Namun tidak untuk Apple. Perusahaan yang bermarkas di California itu justru percaya angka 13 bisa mendatangkan keuntungan besar buat mereka. Apa lagi kalau bukan melalui produk terlarisnya: iPhone.

Lewat sebuah acara virtual, Apple secara resmi memperkenalkan smartphone generasi terbarunya, iPhone 13. Seperti tahun lalu, generasi ini juga terdiri dari empat model, yakni iPhone 13, iPhone 13 Mini, iPhone 13 Pro, dan iPhone 13 Pro Max.

Tanpa perlu berlama-lama, langsung saja kita bahas pembaruan-pembaruan yang dibawa kuartet iPhone 13 ini.

Poni menyusut dan layar 120 Hz pada lini Pro

Secara keseluruhan, desain seri iPhone 13 cukup identik dengan seri iPhone 12. Lini regulernya tetap menggunakan rangka aluminium, sementara lini Pro-nya mengusung rangka stainless steel. Sertifikasi ketahanan air dan debu IP68 pun juga tetap dipertahankan.

iPhone 13 dan iPhone 13 Mini hadir dalam lima pilihan warna: merah, putih, hitam, biru, dan pink. iPhone 13 Pro dan iPhone 13 Pro Max di sisi lain tampil dalam empat opsi warna: graphite, emas, silver, dan biru muda. Pada iPhone 13 dan iPhone 13 Mini, kita bisa melihat bahwa posisi salah satu kamera belakangnya sudah digeser sedikit sehingga membentuk garis diagonal.

Apakah seri iPhone 13 ini muat dalam case yang dibuat untuk seri iPhone 12? Saya kurang tahu, sebab ada perbedaan ketebalan di antara kedua seri: iPhone 12 punya bodi setebal 7,4 mm, sementara iPhone 13 setebal 7,65 mm. Di setiap model, bobotnya pun bertambah dibanding masing-masing pendahulunya.

Pembaruan yang paling signifikan justru bisa kita temukan pada layarnya. Sepintas mungkin tidak terlalu kentara, tapi ukuran poni kuartet iPhone 13 ini ternyata 20 persen lebih kecil ketimbang sebelum-sebelumnya. Meski poninya menyusut, Apple mengklaim ini tidak akan berpengaruh terhadap kinerja fitur Face ID.

Panel OLED-nya sendiri juga telah di-upgrade meski ukuran dan resolusinya sama persis seperti di seri iPhone 12. Pada iPhone 13 dan 13 Mini, layarnya diklaim mampu menyala 28 persen lebih terang daripada sebelumnya, dengan tingkat kecerahan maksimum sebesar 1.200 nit saat menampilkan konten HDR. Pada iPhone 13 Pro dan Pro Max, upgrade-nya malah lebih menggiurkan lagi, yakni refresh rate 120 Hz.

Ya, Apple memang sangat terlambat mengadopsi tren ini, tapi tentu lebih baik daripada tidak sama sekali. Apple juga tidak lupa membuat refresh rate layarnya jadi adaptif. Artinya, refresh rate layar iPhone 13 Pro dan Pro Max bisa berubah-ubah antara 10 Hz sampai 120 Hz tergantung jenis konten yang ditampilkan, serta berdasarkan seberapa cepat jari pengguna mengusap layar.

Ada perbedaan performa antara lini reguler dan lini Pro

Keempat model iPhone 13 ini sama-sama ditenagai oleh chipset A15 Bionic. Seperti sebelumnya, A15 masih dibuat dengan proses pabrikasi 5 nanometer, dan juga masih terdiri dari 6-core (2 high-performance core dan 4 high-efficiency core). Bedanya tentu ada di dongkrakan kinerja CPU sekaligus GPU, tidak ketinggalan pula peningkatan dari segi efisiensi daya.

Yang menarik untuk disoroti adalah, meski chipset yang digunakan sama, rupanya ada perbedaan performa di antara lini iPhone 13 reguler dan lini iPhone 13 Pro, tepatnya performa grafis. Jadi pada iPhone 13 dan 13 Mini, chipset-nya mengemas GPU 4-core, sementara pada iPhone 13 Pro dan Pro Max, chipset-nya mengemas GPU 5-core. Perbedaan satu inti GPU ini rupanya dapat diterjemahkan menjadi 20% selisih kinerja grafis.

Ini jelas berbeda dari tahun lalu, sebab semua model iPhone 12 benar-benar memiliki performa CPU dan GPU yang identik, dan yang berbeda hanyalah kapasitas RAM-nya. Pertanyaannya, kenapa kali ini performa GPU-nya harus dibedakan?

Kalau boleh menebak, mungkin karena dua faktor. Yang pertama berkaitan dengan layar 120 Hz milik lini Pro tadi, sedangkan faktor yang kedua menyangkut soal kapabilitas kamera, khususnya terkait kemampuan perekaman video (yang akan saya bahas lebih lanjut nanti).

Baterai lebih besar pada semua model

 

Seperti yang tadi saya singgung, seri iPhone 13 lebih tebal sekaligus lebih berat daripada seri iPhone 12. Bedanya mungkin tidak akan terlalu kentara, tapi yang pasti ini memungkinkan Apple untuk membenamkan baterai berkapasitas lebih besar pada masing-masing model iPhone 13.

Seperti biasa, Apple enggan merincikan kapasitasnya dalam satuan mAh. Mereka lebih memilih membandingkan daya tahan baterai seri iPhone 13 dengan pendahulunya. Untuk iPhone 13, Apple mengklaim ada penambahan daya tahan hingga 2,5 jam dibanding iPhone 12.

Untuk iPhone 13 Mini, penambahannya sekitar 1,5 jam. Kalau yang dimaksud adalah screen-on time, tentu ini merupakan berita yang sangat baik mengingat kelemahan utama iPhone 12 Mini memang adalah baterainya cepat habis. Lalu untuk iPhone 13 Pro dan Pro Max, masing-masing menawarkan daya tahan 1,5 jam dan 2,5 jam lebih lama ketimbang pendahulunya.

Untuk charging-nya, tidak ada yang berubah di sini. Keempat model iPhone 13 ini masih mendukung fast charging 20 W, MagSafe wireless charging 15 W, dan Qi wireless charging 7,5 W. Seperti sebelumnya, semua charger-nya tentu harus konsumen beli sendiri secara terpisah, sebab di dalam boksnya cuma ada kabel Lightning ke USB-C.

Upgrade besar-besaran di sektor kamera

Pembicaraan tentang iPhone baru tidak akan lengkap tanpa membahas mengenai kameranya. Apple tidak sebatas menggeser posisi kamera di iPhone 13 dan 13 Mini. Mereka rupanya juga merombak jeroannya secara drastis.

Meski resolusinya tetap 12 megapiksel, sensor yang digunakan semuanya baru, baik di kamera utama maupun ultra-wide. Sensor kamera utamanya kini memiliki ukuran piksel individual sebesar 1,7 µm. Dipadukan dengan lensa f/1.6, kamera utamanya ini mampu menangkap 47% lebih banyak cahaya.

Apple tidak lupa menyematkan Sensor-Shift OIS, teknologi penstabil gambar yang sebelumnya cuma tersedia di iPhone 12 Pro Max, pada kamera utama iPhone 13 dan 13 Mini. Lalu untuk perekaman video, baik kamera utama maupun kamera ultra-wide-nya sekarang sama-sama bisa dipakai merekam video Dolby Vision dalam resolusi 4K 60 fps. Tersedia pula fitur Cinematic Mode yang memungkinkan pengguna untuk menerapkan teknik rack focusing secara intuitif.

Beralih ke iPhone 13 Pro dan Pro Max, upgrade-nya malah lebih signifikan lagi. Kamera utamanya mengemas sensor 12 megapiksel yang berdimensi lebih besar, dengan ukuran piksel individual 1,9 µm, plus lensa f/1.5. Sensor-Shift OIS pun tentu juga tersedia di sini.

Tidak kalah menarik adalah kamera ultra-wide-nya, yang tak hanya menawarkan peningkatan kualitas gambar, melainkan juga bisa merangkap peran sebagai kamera makro, dengan jarak fokus paling dekat hingga 2 cm.

Untuk kamera telefotonya, baik iPhone 13 Pro dan 13 Pro Max kini sama-sama menawarkan 3x optical zoom. Pengguna sekarang juga bisa menandemkan kamera telefotonya dengan fitur Night Mode. Seperti sebelumnya, Apple tidak lupa melengkapi sistem kamera belakang lini Pro dengan LiDAR.

Dari sisi video, Cinematic Mode bukan satu-satunya pembaruan yang iPhone 13 Pro dan Pro Max tawarkan, sebab keduanya turut mendukung perekaman dalam format ProRes, format yang sudah lama dikenal kalangan videografer profesional berkat fleksibilitasnya di tahap pasca produksi.

ProRes adalah codec rancangan Apple sendiri. Sifatnya compressed, tapi tetap memberikan keleluasaan dalam menyunting. Apple bilang iPhone 13 Pro dan Pro Max bisa merekam dalam format ini di resolusi 4K 30 fps. Lucunya, khusus pada varian yang memiliki storage 128 GB, resolusi video ProRes-nya mentok di 1080p 30 fps. Mungkin karena video ProRes memang punya ukuran file yang cukup besar jika dibandingkan dengan format standar H.264.

Harga sama, penyimpanan lebih besar

 

Di Amerika Serikat, keempat model iPhone 13 ini bakal tersedia di pasaran mulai 24 September mendatang. Apple tetap mematok harga yang sama seperti sebelumnya: mulai $829 untuk iPhone 13, $729 untuk iPhone 13 Mini, $999 untuk iPhone 13 Pro, dan $1.099 untuk iPhone 13 Pro Max.

Kabar baiknya, khusus untuk iPhone 13 dan 13 Mini, harga terendahnya itu adalah untuk varian berkapasitas 128 GB, bukan lagi 64 GB seperti kasusnya pada iPhone 12 dan 12 Mini. Dua varian sisanya adalah 256 GB dan 512 GB.

Untuk iPhone 13 Pro dan 13 Pro Max, Apple menawarkan total empat varian kapasitas: 128 GB, 256 GB, 512 GB, dan 1 TB. Ya, Samsung sekarang bukan satu-satunya yang menawarkan smartphone dengan penyimpanan internal sebesar 1 terabyte.

Sejauh ini belum ada informasi terkait ketersediaannya di Indonesia. Namun seperti biasa, tentu banyak yang menebak bulan Desember kalau melihat riwayat generasi-generasi sebelumnya.

Sumber: Apple 1, 2.

Epic Akhirnya Dinyatakan Menang dalam Gugatannya Melawan Apple

Perseteruan antara Epic melawan Apple menjadi salah satu perseteruan terbesar di dalam industri game. Berawal dari Epic yang tidak terima atas aturan Apple yang melarang para pemain Fortnite melakukan transaksi di luar App Store, berujung dengan tuntutan terhadap Apple karena ditariknya game Fortnite dari Apple App Store.

Setelah kurang lebih satu tahun bergulat di meja hijau, dengan munculnya berbagai informasi yang terkuak dari industri game dan terseretnya berbagai pihak ke dalam persidangan Epic melawan Apple ini, akhirnya hakim mengeluarkan hasil persidangan.

Hakim Yvonne Gonzales Rogres akhirnya mengeluarkan putusan akhir yang menyatakan bahwa Apple tidak bisa lagi melarang para pengembang mengarahkan penggunanya untuk menggunakan pembayaran pihak ketiga. Putusan tersebut merupakan pukulan besar bagi kebijakan pembayaran eksklusif oleh App Store yang berusaha dibela selama setahun ini.

Hal tersebut berarti, dalam kurun waktu paling lambat 90 hari ke depan, Apple harus membebaskan aplikasi-aplikasi yang ada di dalam App Store untuk menggunakan metode pembayarannya masing-masing yang mungkin tidak akan terkena potongan dari Apple. Hasil ini dianggap menjadi kemenangan terhadap industri game khususnya kepada para developer dan publisher game yang mengedarkan aplikasinya lewat App Store.

Namun di sisi lain, Apple juga memenangkan perkara tentang tuduhan Apple sebagai perusahaan yang memonopoli pasar. Hakim menganggap bahwa capaian Apple merupakan sebuah kesuksesan dan hal tersebut tidak ilegal.

Pada akhirnya Epic diwajibkan harus membayar kerugian kepada Apple sebesar $12 juta atau sekitar Rp168 miliar karena Epic Games dianggap telah melanggar kontrak kerja sama dengan App Store dengan memberikan metode pembayaran piihak ketiga.

Usai persidangan panjang tersebut bos dari Epic Games, Tim Sweeney juga mengeluarkan pendapatnya tentang hasil persidangan dengan menyebut bahwa putusan tersebut bukan menjadi kemenangan bagi para developer dan konsumen. Dirinya menyebut bahwa Epic Games memperjuangkan hak miliaran konsumen untuk mendapatkan keadilan untuk urusan metode pembayaran di dalam aplikasi.

Tim juga mengatakan bahwa Fortnite akan kembali ke App Store ketika Epic diperbolehkan memberikan pilihan metode pembayaran milik mereka demi kompetisi yang adil terhadap metode pembayaran yang dibuat oleh Apple. Namun pengadilan memberikan kuasa penuh untuk masalah pengembalian Fortnite ke dalam App Store kepada Apple.

GoPay Kini Tersedia Sebagai Metode Pembayaran di Ekosistem Apple

GoPay meresmikan kehadirannya sebagai metode pembayaran untuk layanan Apple di Indonesia, baik itu App Store, Apple Music, Apple Arcade, Apple TV app, iTunes Store, penyimpanan iCloud, dan lainnya. GoPay menjadi platform e-money lokal kedua yang digandeng Apple setelah DANA sejak awal tahun lalu.

Dalam keterangan resmi, CMO GoPay Fibriyani Elastria mengatakan, selama periode pembatasan aktivitas dan bekerja dari rumah, permintaan games dan pilihan-pilihan hiburan di masyarakat turut meningkat. Perusahaan menginginkan agar seluruh pengguna dapat menggunakan GoPay sebagai metode pembayaran yang aman.

“Sebagai layanan pembayaran yang terpercaya dan terkemuka kami sangat senang dapat menghadirkan GoPay sebagai salah satu metode pembayaran untuk layanan Apple,” ucapnya, Senin (6/9).

Kompetitor Apple, yakni Android (Google Play) jauh lebih ekspansif dalam bekerja sama dengan platform e-money lokal. Terhitung, sudah bekerja sama dengan DANA, DOKU, GoPay, dan ShopeePay.

OVO dan LinkAja menjadi dua platform yang belum hadir di kedua sistem operasi tersebut.

Masing-masing platform e-money berlomba meningkatkan utilitasnya dengan hadir di berbagai aplikasi mobile utama agar semakin dekat dengan para pengguna. Terlebih, selama pandemi aktivitas di plaform online cenderung meningkat demi memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Aplikasi seperti hiburan (streaming film, musik, games), belanja sehari-hari, pendidikan, e-commerce, kesehatan, investasi, dan lainnya menjadi ranah empuk buat para platform e-money masuki karena membutuhkan platform pembayaran untuk mengakomodasi seluruh transaksi di dalamnya.

Sebelumnya, GoPay juga telah dapat digunakan untuk membayar biaya berlangganan di Netflix. Perusahaan tersebut menjadi pelopor, sebab selama ini Netflix baru menyediakan opsi pembayaran dengan kartu kredit dan debit.

Bank Indonesia mencatat transaksi dengan uang elektronik mencapai Rp25,4 triliun pada Juli 2021. Jumlah itu meningkat sebesar Rp16 triliun secara YOY. Adapun secara volume transaksi tercatat sebanyak 415,2 juta transaksi.

Kenaikan tren tersebut diprediksi akan terus berlanjut, mengingat pemain e-money tersebut dapat menjadi jembatan untuk mempertemukan masyarakat dengan layanan perbankan.

Infografis transaksi uang elektronik / Katadata

Menurut riset e-Conomy SEA 2019, Indonesia menjadi negara dengan jumlah penduduk unbanked terbesar di ASEAN, yakni sebanyak 92 juta jiwa. Sementara untuk unbanked sebanyak 47 juta jiwa, dan sisanya adalah banked sebanyak 42 juta jiwa.

Laporan yang sama menyebutkan pasar e-commerce di ASEAN diprediksi tumbuh dari $38,2 miliar di 2019 menjadi $153 miliar di 2025. Mayoritas dikontribusikan dari Indonesia yang nilainya diperkirakan naik dari $21 miliar menjadi $82 miliar.

Tahun Depan, Apple Bakal Luncurkan Aplikasi Apple Music Terpisah Khusus Genre Classical

Platform streaming macam Spotify dan Apple Music tidak kekurangan stok musik klasik (classical). Namun selama tiga tahun terakhir, para penggemar sejati genre tersebut punya opsi lain yang lebih menarik bernama Primephonic. Seperti Spotify dan Apple Music, Primephonic juga merupakan layanan berlangganan untuk streaming musik, hanya saja katalognya sepenuhnya berisi musik klasik.

Jumlah penikmat musik klasik di era streaming tidak banyak. Data yang dikumpulkan Statista menunjukkan bahwa tahun lalu, dari semua konten musik yang dikonsumsi via platform streaming di Amerika Serikat, cuma 0,8% yang genre-nya classical. Musik anak-anak bahkan lebih banyak didengar dengan 1,2%.

Namun ternyata hal itu tidak mencegah Apple menaruh perhatian ekstra pada genre classical. Mereka baru saja mengumumkan akuisisinya terhadap Primephonic. Agenda pertama yang bakal dilancarkan dalam waktu dekat adalah mengintegrasikan seluruh playlist Primephonic beserta konten audio eksklusifnya ke katalog Apple Music.

Tampilan antarmuka aplikasi Primephonic / Primephonic

Ke depannya, Apple juga berniat menghadirkan fitur-fitur terbaik yang Primephonic tawarkan selama ini, seperti misalnya fitur browse dan search berdasarkan komposer atau repertoar, serta informasi metadata yang merinci. Tahun depan, Apple bahkan sudah punya rencana untuk merilis aplikasi Apple Music terpisah khusus genre classical yang akan menghadirkan tampilan antarmuka khas Primephonic.

Berhubung sudah diakuisisi, Primephonic bakal menghentikan layanannya mulai 7 September 2021. Para pelanggannya bakal menerima refund, plus akses gratis ke Apple Music selama 6 bulan.

Dalam pesan perpisahan kepada para pelanggan yang dimuat di situsnya, tim Primephonic menjelaskan bahwa langkah ini mereka ambil demi menjangkau lebih banyak penikmat musik klasik, khususnya mereka yang juga banyak mendengarkan genregenre lain.

Kebetulan Apple Music juga punya satu kelebihan yang tak dimiliki Primephonic, yaitu teknologi spatial audio plus dukungan terhadap Dolby Atmos. Kalau mengacu pada cara kerja teknologi spatial audio, pengguna pada dasarnya bisa menikmati pengalaman mendengarkan musik klasik layaknya sedang menonton pertunjukan orkestra.

Sumber: Apple. Gambar header: Brett Jordan via Unsplash.