Fokus Nalayan.id Hadirkan Platform Jual Beli Hasil Laut secara Online

Saat ini sektor perikanan masih dikenal dengan pilihan harga yang selangit namun tidak memiliki kualitas yang prima. Rantai supply yang panjang dengan banyaknya middle man, dirasakan cukup meresahkan para nelayan. Dari sisi konsumen juga menurunkan minat untuk mengkonsumsi ikan dan produk laut lainnya, karena tingginya harga pasar.

Melihat persoalan tersebut, Bintang Bimaputra dan rekannya Isnan Fazri memutuskan mendirikan layanan Nalayan.id yang fokus ke penyediaan jual beli hasil laut.

“Hal yang melandasi pemikiran kami dalam memilih sektor perikanan ialah sektor ini merupakan sektor yang paling nyata dan sangat dekat kaitannya dengan kehidupan masyarakat Indonesia. Apalagi 22% dari penduduk Indonesia bermata pencaharian sebagai nelayan. Kami mencari solusi nyata untuk setidaknya dapat mengatasi sedikit masalah di bidang kelautan,” kata Bintang kepada DailySocial.

Alasan lain peluncuran platform ini adalah makin banyaknya platform agriculture dan aquaculture yang memudahkan petani mendistribusikan dan menjual hasil taninya secara langsung dan memotong cara konvensional yang ada. Hal tersebut membuat konsumen lebih terbiasa melakukan transaksi jual beli secara online.

“Dengan semakin menjamurnya platform e-commerce bahan pangan, Nalayan.id memiliki keunikan sendiri, di mana Nalayan.id merupakan satu–satunya platform e-commerce di sektor perikanan yang sangat ‘ramah’ terhadap konsumen,” kata Bintang.

Terintegrasi secara online dan offline

Saat ini Nalayan.id baru bisa diakses di situs, fungsinya pun lebih kepada sistem yang terintegrasi antara online dan offline dengan memaksimalkan teknologi dalam mendukung kemudahan konsumen dalam menemukan platform Nalayan.id.

“Untuk penjualan, selain platform berupa di situs dan selanjutnya aplikasi mobile, kami membuka sistem mitra usaha sehingga konsumen dapat menjumpai kami secara online-to-offline (O2O). Sejauh ini kami bekerja sama dengan 4 reseller yang masing–masing berlokasi di wilayah kota Bandung,” kata Bintang.

Nalayan.id fokus kepada tiga hal, yaitu kesegaran produk, harga yang terjangkau, dan kemudahan dalam memesan bahan pangan hasil laut baik secara online maupun offline.

“Dalam hal rantai distribusi, kami distribusikan [langsung] kepada konsumen sehingga dapat memotong beberapa tahap supply chain konvensional di sektor perikanan. Pada akhirnya harga lebih murah dan kualitas produk tetap terjaga,” kata Bintang.

Masih menggunakan tim logistik internal, Nalayan.id yang menjalankan bisnis secara bootstrap memiliki rencana untuk menjalin kemitraan dengan logistik pihak ketiga. Meskipun masih terbilang baru, Nelayan.id ingin menjadi platform yang menyeluruh bagi nelayan dan konsumen.

“Ke depannya kami mengadakan kegiatan kampanye atau event serta membuka tempat untuk olahan makanan laut dan juga membuka marine supply store center yang berfungsi untuk penjualan juga tempat penyimpanan produk,” tutup Bintang.

Mengenal Atnic dan JALA sebagai Evolusi Blumbangreksa

Atnic baru-baru ini menggema di beberapa kompetisi startup, salah satunya menjuarai Creative Business Cup 2017 Indonesia yang digelar Ciputra Entrepreneurship Center. Namanya terdengar baru, namun sebenarnya debut startup asal Yogyakarta ini tidak lagi baru. Atnic merupakan nama perusahaan pengembang Blumbangreksa, sebuah solusi berbasis IoT untuk sektor budidaya produk perikanan.

Dalam perkembangannya, Blumbangreksa yang menjadi produk inisial Atnic juga sudah berganti dengan brand baru bernama JALA. Produk tersebut tengah dalam proses finalisasi dan uji lapangan di beberapa wilayah. JALA sendiri dikembangkan sebagai asisten untuk bertambak udang. Sistem tersebut membantu petambak udang untuk memantau kualitas air dan mengelola tambak udang melalui aplikasi.

JALA adalah perangkat IoT yang mampu memonitor kualitas air pada tambak udang. Perangkat ini didesain untuk dapat mengatasi masalah budidaya udang dengan mengukur, menganalisis dan memberikan semua rekomendasi berdasarkan kondisi kualitas air tambak. JALA dikembangkan untuk membantu petambak udang dan meningkatkan respons petambak dalam menjaga kualitas air dan mengurasi kesalahan penanganan dalam bertambak udang.

“Di Atnic saat ini ada beberapa riset produk hardware tidak hanya dibidang agrikultur dan akuakultur, namun saat ini kita fokus pada tahap finalisasi produk JALA. Kami juga sedang mengembangkan beberapa produk lain untuk tambak udang dan bisnis akuakultur lain, namun saat ini tim terfokus untuk finalisasi produk JALA,” ujar Co-Founder & VP Product Atnic Syauqy Nurul Aziz.

Sistem JALA sendiri terdiri dari tiga bagian, pertama ialah sebuah perangkat yang dilengkapi sensor untuk memahami kadar oksigen terlarut, suhu, pH, salinitas, dan TDS (Total Dissolved Solid). Kemudian hasil pantauan dari sensor tersebut akan diproses dan dikirimkan hasilnya melalui aplikasi web dan SMS. Dibanding mobile app, SMS tampaknya memang lebih efisien untuk petani udang di lapangan. Dalam laporannya, JALA memberikan informasi dan rekomendasi untuk membantu petambak dalam mengambil tindakan yang tepat berdasarkan kondisi kualitas air tambak udang yang telah diukur.

Purwarupa terakhir JALA kini sedang dalam proses uji lapangan dan sudah dipasangkan di 53 kolam di Subang, Brebes, Tegal, Purworejo, dan Sleman. Untuk proses akselerasi, Syauqy juga memaparkan bahwa saat ini Atnic sedang dalam proses pembicaraan dengan beberapa investor dan pemodal ventura untuk investasi dukungan produksi masal JALA tahap pertama. Di lain agenda, Atnic juga sedang dalam masa ramp-up program salah satu accelerator hardware dan IoT di Hong Kong.

“Industri tambak udang di Indonesia saat ini sedang mengalami banyak tantangan. Kualitas air yang tidak terpantau merupakan tantangan terberat petambak udang yang menyebabkan produktivitas menurun tiap tahunnya. Tantangan ini sekaligus menjadi peluang untuk meningkatkan hasil petambak udang dengan JALA,” pungkas Syauqy memaparkan kondisi sektor budidaya yang ada saat ini.

eFishery Segera Hadirkan Teknologi IoT Smart Feeder untuk Tambak Udang

Produk Internet of Things (IoT) untuk penjadwalan pakan ikan eFishery saat ini tengah mempersiapkan platform baru untuk tambak udang. Kepada DailySocial, CEO eFishery Gibran Huzaifah mengatakan rencananya teknologi Shrimp Smart Feeder akan diluncurkan akhir tahun 2017 mendatang.

Mekanisme dan fungsi Shrimp Smart Feeder eFishery tidak jauh berbeda dengan smart feeder yang diterapkan kepada ikan, yaitu memberi pakan secara otomatis, dapat diatur dengan smartphone, mencatat data pakan, dan terhubung ke internet.

Perbedaan lebih kepada desain mesinnya yang kini memiliki pelontar dengan radius lontaran 360 derajat (sebelumnya 90 derajat). Lontaran ini sesuai dengan kebutuhan tambak udang yang luasnya ratusan meter persegi. Dengan pelontar ini pakan tersebar lebih merata ke seluruh sisi kolam.

Feeder ini merupakan feeder yang kita modifikasi untuk bisa sesuai dengan model budidaya udang yang punya beberapa perbedaan dibandingkan budidaya ikan yang kita target sebelumnya. Perbedaannya terletak di modifikasi mesin dan aplikasi yang mengatur feeder,” kata Gibran.

Dari sisi aplikasi, pengaturan untuk pemberian pakan juga disesuaikan dengan kebutuhan petambak udang. eFishery memperkenalkan metode continuous feeding/frequent feeding ke tambak udang yang bisa meningkatkan pertumbuhan udang lebih cepat serta lebih efektif dalam penggunaan pakan. Metode ini adalah dengan menggunakan feeder untuk memberikan pakan belasan hingga puluhan kali dalam sehari atau bahkan 24 jam yang membuat udang makan lebih banyak tetapi pakan tidak boros.

“Metode ini tidak mungkin dilakukan sebelumnya karena keterbatasan petambak yang sulit untuk mengelilingi kolam puluhan kali setiap hari untuk memberi makan. Dengan feeder cukup di-setting dengan smartphone dan pakan akan diberikan secara otomatis,” kata Gibran.

Target eFishery hingga akhir tahun 2017

Sejak mendapatkan pendanaan Pra-Seri A dengan jumlah yang tidak disebutkan dari Aqua-Spark Belanda dan Ideosource pada tahun 2015 lalu, hingga kini eFishery belum mengumumkan penggalangan dana baru. Disinggung tentang adanya rencana fundraising  tahun 2017 ini, Gibran enggan memberikan informasinya. Namun demikian hingga akhir tahun 2017 masih banyak rencana dan target yang ingin diwujudkan eFishery.

“Di 2017 ini target kami memantapkan pasar kami di perikanan air tawar terutama di wilayah Jawa dan Lampung yang merupakan wilayah sentra ikan tawar Indonesia dengan komoditas seperti nila, lele, patin, gurame, dan ikan mas. Selain itu kami juga memiliki target untuk menguasai pasar tambak udang di wilayah Jawa, terutama Jawa Barat dan Jawa Timur,” tutup Gibran.

Application Information Will Show Up Here

LIPI Dorong Penggiat Startup Berkontribusi di Sektor Perikanan

Masih minimnya jumlah startup berbasis teknologi yang menyasar sektor perikanan menjadi alasan utama mengapa pada akhirnya Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengajak lebih banyak lagi penggiat startup untuk memberikan kontribusi untuk meningkatkan persoalan kekurangan benih ikan yang saat ini masih menjadi keluhan dari para petani ikan, khususnya di kawasan Samosir, Sumatera Utara.

“Kenapa startup berbasis teknologi yang ingin kita munculkan, karena ini relatif mudah bertahan dalam segala situasi. Technopark akan menjadi sentra pelatihan alih teknologi yang bisa diandalkan di Samosir untuk peningkatan ekonomi masyarakat,” kata Kepala LIPI Iskandar Zulkarnain kepada Antara.

Technopark Samosir, yang akan berubah menjadi Pusat Diseminasi Iptek, diharapkan bisa menjadi sentra masyarakat melakukan pelatihan dan alih teknologi yang sudah dikembangkan sekaligus memperkenalkan pembenihan ikan. Dalam hal ini LIPI bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Samosir membangun Technopark Samosir.

Technopark sendiri adalah salah satu program nasional, dengan bantuan LIPI ternyata mampu memberikan solusi dalam persoalan produksi benih ikan yang sebelumnya merupakan Balai Benih Ikan (BBI). Dengan adanya diseminasi yang dilakukan, diharapkan bisa memberikan manfaat langsung kepada masyarakat melalui transfer teknologi. BBI sebelumnya sudah berjalan enam tahun namun hanya mampu menghasilkan 10.000 benih ikan nila per tahunnya.

Untuk mendukung rencana yang ada, sejumlah fasilitas dan infrastruktur telah dikembangkan di Technopark Samosir, di antaranya adalah teknologi kubah yang menstabilkan suhu air, panel surya untuk memasok sendiri energi ke technopark, sensor “real time” memantau suhu air dalam kubah dan di luar kubah, pagar tembok mengelilingi technopark, laboratorium pembuatan pangan untuk larva, laboratorium untuk pengembangan pakan, dan teknologi pengolah pakan sendiri.

Di Indonesia sendiri sudah ada beberapa startup yang menyasar segmen akukultur, misalnya eFishery dan Blumbang Reksa.

“Kami akan terus memberikan ilmu kami agar masyarakat mendapatkan hasil. Jika technopark ini terus dapat berkembang, harapan kami sebenarnya munculnya ‘startup’ baru bermunculan,” kata Iskandar.

Daftar Startup Indonesia di Bidang Pertanian, Perikanan, dan Peternakan

Petikan lagu dari Koes Plus ini “orang bilang tanah kita tanah surga, tongkat kayu dan batu jadi tanaman” rasanya sudah sangat cukup untuk menggambarkan betapa suburnya lahan di Indonesia. Ribuan hektar hutan dan pertanian menghiasi hijaunya pulau-pulau di Indonesia. Namun alangkah sia-sia jika anugerah tersebut tidak dapat memerikan penghidupan layak bagi bangsanya.

Berbagai pendidikan untuk ilmu pertanian, perikanan, dan peternakan terus diasah oleh putra-putri bangsa guna memastikan aset bangsa tersebut terkelola dengan baik. Tak berhenti di sana, di era modern ini, dengan pendekatan digital, para inovator muda pun tak mau kalah. Dengan berbagai jenis produk teknologi, mereka mencoba memberikan solusi terpadu untuk menguatkan sektor agro tersebut.

Di tengah hype startup teknologi yang umumnya menggarap sektor sosial, perdagangan, permainan dan hiburan, ternyata tak sedikit yang mau memfokuskan diri untuk mengembangkan sistem yang membantu tata kelola pertanian, perikanan dan perindustrian agro lainnya. Kali ini DailySocial mencoba mendaftar beberapa startup Indonesia yang telah sukses meluncurkan produk untuk suksesi di sektor pertanian, perikanan dan peternakan. Berikut ini daftarnya:

8villages

Mengadopsi pendekatan berbasis social platform, startup ini menawarkan sebuah forum interaktif yang menghubungkan antara para petani dengan konsumen. Petani umumnya tinggal di pedesaan, dengan infrastruktur jaringan yang terkadang hanya di batas “pas-pasan”, hal ini disiasati betul oleh 8Villages, karena untuk mengakses layanan tersebut tidak memerlukan konektivitas internet super-cepat, bahkan dapat diakses melalui SMS dan MMS yang tersedia di jaringan 2G/3G atau paket data apa pun.

Beberapa inovasi lain di bidang agrikultur hingga kini terus dilahirkan oleh 8Villages, baik secara mandiri maupun melalu kemitraan strategis yang dikembangkan. Salah satunya pengembangan aplikasi Urban Farming Indonesia, yang diinisiasi bersama East West Seed Indonesia untuk menyiasati menyusutnya lahan pertanian akibat meluasnya wilayah perkotaan. Aplikasi ini didesain untuk melakukan edukasi dan meningkatkan kesadaran masyarakat perkotaan bahwa bercocok tanam dapat dilakukan di mana saja, termasuk di tengah hingar bingarnya kota besar.

Ada juga aplikasi Petani, yang memberikan kemudahan bagi petani untuk berkonsultasi langsung dengan para pakar pertanian. Melalui aplikasi Petani, para penggarap lahan bisa meminta bantuan untuk mengetahui kondisi tanaman atau keluhan hama dengan sangat interaktif dan observatif. Selain itu masih banyak lagi aplikasi yang dapat diunduh dari 8villages, seluruhnya dapat disimak dan diunduh di sini.

Application Information Will Show Up Here

Angon

Angon.id memulai debutnya sejak Oktober 2016. Menggabungkan konsep startup investasi (fintech) sekaligus pertanian (agtech), perusahaan rintisan binaan Indigo ini mencoba memberikan layanan online untuk menghubungkan antara peternak rakyat dengan masyarakat urban.

Angon.id memungkinkan masyarakat umum untuk investasi beternak tanpa harus memiliki kandang. Menggunakan layanan aplikasi Angon.id, pengguna cukup menggelontorkan sejumlah dana sesuai dengan kesepakatan untuk disalurkan kepada peternak yang sudah menjadi mitra bisnis Angon.id. Dari penjelasan tim Angon.id, rata-rata investor mendapatkan return of investment (ROI) sekitar 5-10 persen per tiga bulan.

Application Information Will Show Up Here

Blumbangreksa

BlumbangReksa adalah perangkat IoT (Internet of Things) yang dapat memantau kondisi air di tambak untuk berbagai jenis peternakan (seperti peternakan udang). Perangkat ini dapat memecahkan masalah budidaya udang dengan mengukur, menganalisis dan menyajikan semua rekomendasi berdasarkan kondisi kualitas air. BlumbangReksa dirancang untuk membantu petani atau peternak untuk menjaga kualitas air dan mengurangi kesalahan prosedur yang terjadi akibat kecerobohan manusia.

BlumbangReksa dikembangkan oleh ATNIC yang berisi sekumpulan mahasiswa Teknik Elektro dan Teknologi Informasi Universitas Gadjah Mada dan didukung Indmira sebuah perusahaan berbasis riset dam teknologi di bidang pertanian, lingkungan dan energi terbarukan. Inovasi dari kota Yogyakarta itu menjadi satu-satunya wakil Indonesia dalam kompetisi para inovator teknologi ASME (American Society of Mechanical Engineers) IShow (Innovation Showcase) 2015.

Ci-Agriculture

Melalui pendekatan analisis big data, Ci-Agriculture (anak perusahaan Mediatrac) mengembangkan sebuah sistem manajemen pertanian yang mampu menghasilkan analisis komprehensif didasarkan analisis cuaca, informasi sensor tanah, serta pencitraan satelit dan drone yang dapat meningkatkan produktivitas pertanian. Sistem yang dikembangkan tersebut dirangkai dalam tiga produk, yaitu Crop Accurate, Agritrack dan Crop Insurance.

Crop Accurate memanfaatkan sistem sensor, drone, dan remote sensing untuk mengumpulkan data yang akan digunakan oleh sistem smart farming. Sistem tersebut dapat memandu kegiatan bertani para petani binaan aggregator (komunitas binaan bank, microfinance, produsen makanan atau komunitas mandiri) sehingga kegiatan bertani dapat menjadi lebih efektif dan efisien.

Agritrack merupakan sistem informasi terintegrasi untuk supply chain komoditas pertanian. Sistem tersebut dirancang untuk menjembatani petani, distributor, pasar dan pembeli akhir komoditas dengan memanfaatkan mobile application untuk memasukkan data riil keadaan supply, demand, dan problem di lapangan pada setiap titik jalur supply. Sedangkan Insurance merupakan sebuah produk asuransi pertanian, mirip dengan yang sudah ada di dunia asuransi. Tetapi yang membuat produk ini menjadi berbeda adalah CI-Agriculture mendasarkan semua perhitungan dan skemanya pada teknologi smart farming, sistem sensor dan analisis potensi pertanian.

eFishery

eFishery menggunakan pendekatan IoT untuk memberikan solusi di sektor perikanan dan peternakan. Ini merupakan sebuah alat pemberi pakan ikan otomatis. Alat ini tidak hanya mengotomatisasi pemberian pakan secara terjadwal dengan dosis yang tepat, tetapi juga mencatat setiap pemberian pakan secara real-time. Pengguna dapat mengakses data pemberian pakan kapan pun dan di mana pun. Tidak ada lagi masalah over-feeding, pemberian pakan ikan yang tidak teratur atau pakan yang diselewengkan. Secara spesifik, eFishery berusaha membantu peternak ikan dan udang, karena biasanya pemberian makan ikan menguasai antara 50 hingga 80 persen biaya operasi peternakan ikan.

eFishery juga dikenal sebagai startup yang sering memenangkan berbagai kompetisi startup tingkat global. Model bisnis eFishery adalah menjual alat pemberi pakan pintar kepada peternak dan distributor. Lebih jauh, seperti halnya konsultan, mereka juga mendapatkan penghasilan dari biaya langganan pemakaian piranti lunak untuk memonitor dan menganalisis aktivitas pemberian pakan ikan secara real-time di smartphone atau tablet tiap bulannya. Mereka mengklaim secara rata-rata optimasi yang dilakukan mengurangi jumlah makanan yang digunakan hingga sebesar 21 persen.

Eragano

Eragano merupakan sebuah aplikasi mobile yang didesain untuk membantu petani mendapatkan informasi terkait cara bercocok tanam, membantu petani terkoneksi dengan fasilitas pinjaman mikro, dan membantu menjual produk pertanian tersebut dengan harga terbaik ke restoran dan hotel. Eragano mengklaim pihaknya ingin membantu petani kecil, yang saat ini secara total jumlahnya lebih dari 15% penduduk Indonesia, dengan solusi end-to-end yang bertujuan akhir meningkatkan taraf hidup petani dan kualitas hasil pertanian.

Eragano disebutkan berusaha melepaskan petani dari jeratan rentenir dan tengkulak yang selama ini menjadi momok. Pasca panen, Eragano melalui EraganoStore, sebuah layanan B2B, membantu menjual hasil panen tersebut ke restoran, hotel, dan katering dengan harga layak.

Application Information Will Show Up Here

Etanee

Etanee memiliki visi untuk memberikan solusi atas permasalahan di sektor pertanian dan peternakan, baik dari sisi produsen sampai konsumen. Bukan hanya menjadi aplikasi digital berupa toko online bagi barang produksi pertanian dan peternakan, tetapi juga sebuah solusi digital menyeluruh yang mencoba menyelesaikan permasalahan industri pertunaian dan peternakan di Indonesia.

Etanee menggabungkan tiga rantai bisnis utama dari industri pertanian dan peternakan, yakni rantai pasokan di hulu meliputi digitalisasi kegiatan produksi peternakan dan pertanian, manajemen logistik selepas panen dan sistem distribusi hingga ke tangan konsumen, atau di bagian hilir. Semua itu diharapkan tidak hanya membantu para pembeli seperti ibu-ibu rumah tangga yang berbelanja tetapi juga menjaga proses produksi dan distribusi.

Application Information Will Show Up Here

iGrow

Gambaran paling mudah dari sistem iGrow adalah permainan Farmville. Ya, iGrow memiliki konsep yang sama dengan permainan tersebut. iGrow memungkinkan penggunanya untuk bercocok tanam secara digital. Pengguna mengelola dan berinvestasi lahan serta tanaman secara digital, mengelola secara digital, namun pertanian tersebut nyata adanya. Dasbor iGrow menjadi perantara antara pengguna dengan penggarap lahan. Konsep yang segar dan cukup menarik.

Konsep baru di sektor pertanian dapat terus digalakkan untuk mengembalikan swasembada di sektor pertanian. Inovasi dinilai akan mampu membuat sektor pertanian terlihat mentereng, terutama memudahkan jalur investasi. Faktanya di lapangan petani membutuhkan banyak sokongan untuk memaksimalkan budidayanya. Kendati tidak terlibat secara langsung di lapangan, antusias dan keikutsertaan masyarakat dengan model yang ditawarkan iGrow mampu memberikan penghidupan layak bagi para petani.

Karsa

Karsa merupakan sebuah aplikasi yang dikembangkan sebagai platform all-in-one untuk semua para stakeholder di sektor pertanian. Karsa memberikan informasi-informasi penting bagi petani meliputi informasi cuaca, harga, berita mengenai pertanian, dan termasuk fitur untuk memesan peralatan untuk pertanian.

Selain untuk petani Karsa juga didesain dan disiapkan untuk berbagai pihak yang terlibat di sektor pertanian, seperti aparat pemerintahan, pemilik produk pertanian, produsen alat pertanian, dan pelaku agrikultur lainnya. Selain dalam bentuk aplikasi mobile Karsa juga disebut bisa diakses menggunakan desktop dalam bentuk aplikasi web.

Application Information Will Show Up Here

Kecipir

Kecipir (atau awalnya bernama LOFMart – Local Organic Fresh Mart) merupakan online marketplace produk sayur, buah, bumbu, ayam organik berkualitas, memotong mata rantai distribusi konvensional di pasar tradisional menjadi lebih ringkas. Melalui marketplace ini, diharapkan semua petani sayuran organik bisa menjual langsung produknya dengan harga yang bersaing dengan sayuran biasa.

Saat ini Kecipir mengklaim telah memiliki 45 host (agen) yang tersebar di wilayah Jabodetabek, sementara jumlah anggota mendekati 1000 pelanggan yang telah melakukan pemesanan. Kecipir juga telah membuka layanan di wilayah Jakarta Barat dengan 5 host dan bulan Mei 2016 melayani Jakarta Utara dan Jakarta Timur dengan 10 host baru.

Dengan sistem marketplace yang diterapkan oleh Kecipir, hal ini seharusnya lebih menguntungkan bagi pihak petani yang bisa memperoleh harga jual lebih tinggi dari cara penjualan sebelumnya. Konsumen sendiri bisa mendapatkan harga yang nilainya bisa 50% lebih rendah dibandingkan dengan harga jual di supermarket atau pasar swalayan pada umumnya.

Application Information Will Show Up Here

LimaKilo

LimaKilo memiliki visi untuk memotong rantai distribusi komoditas pertanian. Solusi ini memungkinkan petani untuk langsung menjual hasil panennya ke konsumen dengan harga yang kompetitif. Dua layanan utama LimaKilo yakni Pasar Petani dan Microfunding. Program Microfunding membuka peluang kepada siapa saja untuk patungan memberikan pinjaman modal kepada petani yang terdaftar dalam mitra LimaKilo dengan nominal 3-5 juta setiap orangnya.

Application Information Will Show Up Here

MyAgro

MyAgro yang didirikan Uray Tiar Fahrozi mempunyai konsep unik dan berbeda dari platform investasi bidang pertanian yang sudah ada sebelumnya, yakni mengedepankan pada konsep investasi syariah dan jaminan minim risiko. Dikonsep sejak awal tahun ini, menurut pemaparan sang Founder, pengembangan MyAgro didasari fakta kurangnya optimalisasi lahan.

Uray menuturkan ada masalah besar yang dialami Indonesia, yakni pengelolaan sumber daya alam yang tidak maksimal. Salah satunya berupa lahan tidur di Indonesia seluas lebih dari 14 juta hektar. Mirisnya lahan di Indonesia sebenarnya adalah lahan subur dan produktif, yang bisa diolah untuk memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri.

Alasan kedua yang disampaikan Uray ialah pemberdayaan petani yang sangat minim seperti subsidi bibit, ketersediaan pupuk, serta harga beli dari tengkulak sangat rendah. Dari kegelisahan itulah, ia dan tim membuat MyAgro menjadi platform yang menghubungkan antara investor, konsumen, dan petani.

Pantau Harga

Sebuah aplikasi yang bisa digunakan untuk tempat tawar menawar, dan melakukan jual beli antara penyedia bahan baku dengan petani, dilengkapi dengan basis data harga yang menjadi acuan aplikasi ini diharapkan untuk memudahkan petani dalam transaksinya. Pantau Harga menargetkan empat pengguna sekaligus, yakni konsumen, petani, Kantor Unit Desa (KUD) dan pemerintah.

target-user

Application Information Will Show Up Here

TaniHub

TaniHub merupakan sebuah kanal e-commerce yang memudahkan peternak dan petani untuk menjual hasil langsung kepada masyarakat. Layanan ini dikembangkan sekaligus untuk memberikan harga jual yang kompetitif kepada konsumen. Strateginya dengan memotong rantai distribusi. Beberapa petani, di Bogor salah satunya, sudah menjadi pemasok barang di TaniHub. Ke depannya TaniHub terus mengupayakan dapat menggandeng banyak lagi petani dan peternak yang ada di Indonesia.

Kanal e-commerce TaniHub menyediakan sedikitnya enam kategori penjualan, yakni sayuran organik, sayuran non-organik, hasil ternak, buah non-organik, dan bahan pangan organik. Dengan menjual langsung kepada konsumen, selain dapat memberikan kualitas produk dan harga yang kompetitif dari sisi konsumen, harapannya petani dan peternak mendapatkan harga jual produk yang lebih wajar dan menguntungkan, sehingga dapat mengembangkan lahan secara signifikan.

Application Information Will Show Up Here

eFishery Umumkan Perolehan Pendanaan Pra-Seri A dari Aqua-Spark dan Ideosource

eFishery sebagai solusi akuakultur memiliki potensi menjadi pemain global / eFishery

Startup Internet of Things (IoT) eFishery mengumumkan perolehan pendanaan Pra-Seri A dengan jumlah yang tidak disebutkan dari Aqua-Spark Belanda dan Ideosource. Pendanaan yang diperoleh akan dimanfaatkan untuk mengembangkan tim, membuat sistem piranti lunak yang lebih baik, dan meningkatkan distribusi ke skala nasional.

Continue reading eFishery Umumkan Perolehan Pendanaan Pra-Seri A dari Aqua-Spark dan Ideosource