Startup Katering Bayi “Grouu” Umumkan Putaran Baru Dipimpin Teja Ventures

Startup katering makanan bayi Grouu mengumumkan perolehan dana segar yang dipimpin oleh Teja Ventures dengan partisipasi dari Arkana Venture dan Javas Capital. Tidak disebutkan dana yang diraih dalam putaran ini.

Grouu akan memanfaatkan dana tersebut untuk perluas lini produk, saluran distribusi dengan membuka fasilitas produksi di Surabaya, dan mulai penetrasi ke jaringan ritel, baik online maupun offline.

Sebelumnya, pada akhir Januari ini, perusahaan mengantongi pendanaan tahap awal senilai $400 ribu dari Selera Kapital, lengan investasi dari Sour Sally Group. Diikuti sejumlah angel investor, seperti Wesley Harjono (Managing Director Plug and Play Indonesia) dan Rama Notowidigdo (Co-founder Sayurbox dan AwanTunai).

Masuknya Grouu ke dalam portofolio Teja Ventures mengukuhkan komitmen VC asal Singapura tersebut sebagai investasi lensa gender (gender lens investing). Teja Ventures melihat besarnya dampak yang diberikan Grouu pada konsumer yang mayoritas adalah perempuan, didukung pula oleh potensi pasar ibu dan anak di Indonesia.

Dalam keterangan resmi, Kepala Investasi untuk Teja Ventures di Indonesia David Soukhasing menyampaikan, pihaknya sudah menjalin hubungan baik dengan para founder Grouu sejak lama. Konsistensi mereka dalam menyajikan makanan berkualitas bagi anak Indonesia sangat selaras dengan misi Teja dalam mendukung perusahaan yang berdampak positif pada pemberdayaan perempuan.

“Serta, mengedepankan visi untuk menekan angka stunting atau gizi buruk di Indonesia. Sehingga, suatu kebanggaan untuk kami bisa mendukung Grouu dalam mengembangkan model bisnis yang juga masuk pada kategori The Future of Food yang kami junjung,” kata Soukhasing, Selasa (13/9).

Co-founder dan CEO Grouu Jessica Marthin mengatakan, perusahaan menerima animo positif sejak berdiri pada dua tahun lalu hingga kini. Pada bulan pertama beroperasi, permintaan setiap hari berada di kisaran belasan hingga puluhan porsi. Tapi di Agustus 2022 lalu, angkanya tembus mencapai ribuan porsi.

“Hal ini tentu menjadi motivasi kami untuk terus memberikan yang terbaik bagi para orang tuan yang mempercayakan pemenuhan gizi buah hati mereka kepada Grouu. Itu sebabnya kami juga melibatkan nutritionist, food scientist, chef, dan dokter spesialis anak dalam proses pengembangan produk dan menu Grouu,” ujarnya.

Potensi pasar Grouu

Jessica melanjutkan, pada tahun kedua ini, dia menyebutkan Grouu telah mencapai product-market-fit. Berkat itu, pihaknya akan merilis produk katering untuk anak usia satu tahun ke atas bernama Mini Meals yang dijual melalui situs e-commerce. Menu baru tersebut merupakan salah satu upaya perusahaan untuk memperpanjang nilai umur pelanggan (customer life time).

“Kami akan terus mengembangkan kinerja website sebagai salah satu platform yang mempermudah pelanggan untuk berlangganan, serta dapat diintegrasi dengan layanan lainnya di masa mendatang.”

Awalnya, Grouu menempatkan diri sebagai penyedia makanan pendamping asi (MPASI) untuk bayi usia enam bulan ke atas dengan pemilihan bahan baku berkualitas, memiliki cita rasa, dan kandungan gizi yang lengkap di tiap hidangannya. Di tengah aktivitas yang padat dalam mengurus anak usia dini, kehadiran menu makanan yang praktis, sehat dan bergizi menjadi salah satu hal yang sangat dibutuhkan oleh para orang tua masa kini.

Adapun, permasalahan gizi dan kesehatan anak masih menjadi pekerjaan rumah pemerintah Indonesia. Data Kementerian Kesehatan Indonesia tahun 2020 menyebutkan bahwa prevalensi stunting (pendek) pada balita Indonesia tercatat sebesar 27,7%, atau 28 dari 100 balita mengalami stunting. Padahal, 1.000 hari pertama kehidupan bayi merupakan usia emas bagi tumbuh kembang anak. Sayangnya, anak-anak yang seharusnya menjadi harapan masa depan bangsa masih banyak yang mengalami masalah gizi di usia dini.

Menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN), angka kelahiran di Indonesia mencapai 4,8 juta pada 2021 dan diprediksi akan melampaui 5 juta pada 2022 ini. Pertumbuhan populasi ini menjadi salah satu faktor utama kepercayaan para investor akan potensi pasar kebutuhan ibu dan anak, serta visi Grouu dalam menghadirkan solusi terintegrasi untuk para orang tua milenial di Indonesia.

ARIA Kembali Peroleh Pendanaan 74 Miliar Rupiah Dipimpin East Ventures

Startup agritech ARIA mengumumkan perolehan pendanaan sebesar $5 juta (lebih dari 74 miliar Rupiah) yang dipimpin oleh East Ventures, investor sebelumnya yang berpartisipasi dalam putaran pra-awal pada Maret 2022. Triputra Group dan GK-Plug & Play kembali berpartisipasi dalam putaran ini, bersama dengan investor strategis lainnya, seperti Michael Sampoerna dan Arkana Ventures.

Dana segar ini akan dialokasikan ARIA untuk membantu petani membangun sistem pertanian termekanisasi dengan pemberdayaan drone, menjamin pengembangan produk yang baik dan terarah, dan pengembangan IoT. Sistem ini terus dikembangkan dengan target spesifik para petani demi kemajuan agrikultur di Indonesia.

Co-founder & CEO ARIA William Sjaichudin menyampaikan perolehan dana segar ini merupakan bukti kuat dari keyakinan ARIA untuk mengembangkan sektor pertanian Indonesia dengan pemanfaatan solusi digital. “Kami percaya solusi yang kami hadirkan dapat membuka potensi terbesar dari industri agrikultur di Indonesia, serta menciptakan dampak positif dalam perkembangan Indonesia secara keseluruhan,” ucapnya dalam keterangan resmi, Senin (29/8).

Partner East Ventures Melisa Irene turut menyampaikan keputusan di balik East Ventures untuk melipatgandakan investasinya di ARIA. Menurut dia, pihaknya telah melihat perkembangan yang positif yang dihadirkan ARIA dalam menyediakan solusi digital yang lebih baik untuk para petani.

“Dengan besarnya potensi di bidang agrikultur Indonesia, kami percaya ARIA akan menjadi solusi yang tepat dalam mengintegrasikan solusi digital dan agrikultur untuk memberdayakan lebih banyak petani di Indonesia,” kata Melisa.

Pencapaian ARIA

ARIA Drone / ARIA

Bersamaan dengan pengumuman ini, sambungnya, ARIA turut meluncurkan aplikasi pertamanya, “ARIA TANI”. Aplikasi ini adalah solusi menyeluruh bagi B2C untuk memberikan layanan agrikultur yang terintegrasi. ARIA TANI ditenagai dengan teknologi IoT dan konektivitas untuk meningkatkan produktivitas pada perkebunan skala besar di Indonesia.

“Aplikasi ini menawarkan penggunaan drone sebagai layanan utama dan diintegrasikan dengan layanan produk lainnya, seperti pupuk, agrokimia, serta alat-alat pertanian, untuk memastikan para petani dapat menerima layanannya secara tepat waktu.”

Sebagai catatan, ARIA didirikan pada Oktober 2021 oleh William Sjaichudin, Arden Lim (CPO) dan Yosa Rosario (COO). Mereka menyadari bahwa salah satu permasalahan terbesar dalam sektor agrikultur di Indonesia adalah penurunan jumlah petani yang semakin mengkhawatirkan. Kondisi ini membuat proses penyiraman serta proses panen sulit dilakukan karena keterbatasan tenaga kerja, yang berakibat pula pada turunnya kualitas tanaman, tingginya risiko gagal panen dan menimbulkan kerugian pada petani.

ARIA juga mengembangkan solusi IoT untuk pelacakan para pekerja (worker tracker). pengembangan ini memiliki fokus meningkatkan visibilitas para petani di perkebunan skala besar, serta mengatasi konektivitas yang buruk di kondisi lapangan yang sulit. Solusi ini dikombinasikan dengan mekanisasi pemupukan lewat drone sprayer untuk meningkatkan efisiensi waktu kerja dan pengunaan bahan baku di perkebunan pada tahapan penyemprotan, pemupukan, dan hingga proses panen.

“Dengan pengembangan inovasi IoT dalam penerapan agrikultur, ARIA memberikan sebuah solusi untuk meningkatkan visibilitas dalam kondisi lapangan yang sulit dengan worker tracker yang dapat meningkatkan efisiensi waktu kerja, serta dengan drone sprayer yang memberikan layanan pemupukan secara mekanik. Dengan solusi tersebut, para petani memperoleh hasil analisa lahan dan informasi akurat mengenai kebutuhan pupuk di area-area yang telah ditentukan serta meningkatkan efisiensi pemupukan di lapangan,” ungkap Co-Founder dan CPO ARIA Arden Lim.

“Pada tahun 2022, kami berkolaborasi dengan ARIA untuk mendukung Precision Forestry Project di Provinsi Jambi. ARIA dengan cepat beradaptasi dan mencapai lebih dari 95% pencapaian kuantitatif dalam 3 bulan, yang menjadi bukti performa yang memprioritaskan kepuasan konsumen. Kami berharap pencapaian ARIA dapat ditingkatkan lebih jauh melalui kolaborasi yang saat ini berlangsung dan di masa depan,” ujar Koordinator Remote Sensing Sinar Mas Forestry Umar Hadi Sucipto.

Arden menuturkan, perusahaan akan terus mengembangkan jaringan infrastruktur dan secara cepat membentuk titik distribusi pada 17 cabang yang tersebar di seluruh Indonesia. Tujuannya adalah untuk menjangkau pasar potensial, memudahkan pembelian armada drone dalam jumlah besar, serta pengembangan aset kunci IoT berupa teknologi pelacakan, sehingga menghadirkan nilai tambah dan dampak bermakna bagi para pelanggan ARIA.

Dalam beberapa bulan penerapan, ARIA telah mendapatkan hak eksklusif untuk penyemprotan dengan drone di Indonesia dari Bayer Agrochemicals. Pencapaian ini membuktikan kualitas serta dedikasi yang konsisten terhadap layanan yang dimanfaatkan serta didukung oleh 17 cabang layanan ARIA di seluruh nusantara. ARIA juga mengamankan kontrak pemetaan hutan dengan APP untuk 300 ribu Hektar QC Weeding, dengan hasil terbaik di kelasnya dan memperkuat keunggulan dengan kualitas gambar dan penerimaan sebesar 97%, sehingga menjadi standar terbaru dalam kualitas pekerjaan.

Application Information Will Show Up Here