Urbanears Jakan Adalah Earphone Bluetooth Super-Ringkas dengan Ketahanan Baterai Hingga 12 Jam

Belum lama ini Urbanears memperkenalkan speaker wireless terbaru sekaligus terkecilnya, Lotsen. Sekarang, pabrikan asal Swedia itu kembali menyentuh segmen earphone Bluetooth lewat perangkat baru bernama Urbanears Jakan.

Jakan memang bukan true wireless earphone, tapi desainnya yang ringkas sekaligus simpel setidaknya masih bisa menarik perhatian konsumen. Jakan pada dasarnya merupakan alternatif dari earphone Bluetooth bergaya neckband yang mereka luncurkan tahun lalu, yakni Stadion.

Berhubung tidak mengadopsi gaya neckband, Jakan lebih cocok dipakai untuk kegiatan sehari-hari, bukan selagi berolahraga seperti Stadion. Tidak ada bagian yang menggantung di belakang leher kecuali kabel tipis yang menyambungkan kedua earpiece. Saat sedang tidak digunakan, cukup lekatkan kedua earpiece magnetiknya, dan pakai Jakan layaknya sebuah kalung.

Urbanears Jakan

Tidak ketinggalan adalah remote control dan mikrofon yang menggantung di sisi kanan. Secara keseluruhan, bobot Jakan cuma 19 gram, akan tetapi daya tahan baterainya bisa mencapai 12 jam nonstop dalam satu kali pengisian. Versi Bluetooth yang digunakan sendiri adalah Bluetooth 4.2.

Soal harga, Jakan rupanya juga lebih terjangkau ketimbang Stadion. Urbanears mematok harga $79, sedangkan pilihan warna yang tersedia ada lima: hitam, abu-abu, biru, merah dan hijau.

Sumber: Urbanears.

TicPods Free Coba Benahi Kekurangan EarPods dalam Hal Ergonomi dan Pengoperasian

Meniru karya seseorang itu memang terkesan buruk, tapi saya kira semua bisa memaklumi seandainya sang peniru bisa memperbaiki kekurangan garapan yang ditiru. Kira-kira demikian kesan yang muncul di benak saya saat mendengar mengenai true wireless earphone besutan Mobvoi yang bernama TicPods Free berikut ini.

Kalau Anda merasa tidak asing dengan nama Mobvoi, itu karena Anda pernah membaca mengenai smartwatch TicWatch. Sejak generasi pertamanya, TicWatch menawarkan pengoperasian berbasis gesture yang inovatif, dan filosofi ini masih terus dipertahankan dalam proses pengembangan TicPods.

TicPods Free

Desainnya memang banyak meniru Apple EarPods, akan tetapi saya bisa memakluminya karena Mobvoi telah membubuhkan fungsionalitas ekstra pada sejenis tangkainya yang memanjang itu. Tangkainya tersebut merupakan panel sentuh yang dapat membaca sejumlah gesture guna mengoperasikan perangkat.

Mulai dari yang sederhana seperti double tap untuk menerima dan mengakhiri panggilan telepon, sampai yang kompleks seperti mengusap ke atas atau bawah untuk menyesuaikan volume, tidak semua gesture ini bisa Anda dapatkan pada EarPods. Lebih lanjut, gesture sentuh dan tahan dapat dipakai untuk memanggil asisten virtual, baik Siri, Alexa maupun Google Assistant.

TicPods Free

Kekurangan lain EarPods yang coba dibenahi TicPods ada di bagian eartip. Di sini TicPods memakai eartip silikon yang bisa dilepas dan diganti dengan ukuran lain. Hasilnya, selain lebih tidak gampang terlepas, TicPods juga bisa mengisolasi suara dari luar dengan lebih baik.

TicPods mengandalkan konektivitas Bluetooth 4.2 dan telah mendukung fitur instant pairing, meski Mobvoi tidak menjelaskan prosedurnya seinstan apa. Fitur menarik lain, musik akan otomatis dihentikan ketika TicPods Anda lepas dari telinga, dan kembali diputar ketika Anda mengenakannya kembali.

TicPods Free

Secara keseluruhan, TicPods tahan cipratan air dengan sertifikasi IPX5. Baterainya bisa bertahan selama 4 jam pemakaian, lalu charging case-nya bisa memberikan hingga 14 jam daya tahan ekstra. Proses charging-nya pun diklaim cepat; pengisian selama 15 menit bisa memberikan daya yang cukup untuk pemakaian selama 85 menit.

Saat ini Mobvoi tengah menawarkan TicPods Free lewat Indiegogo seharga $79. Harga retail-nya diperkirakan berkisar $129 saat kampanye crowdfunding-nya sudah selesai nanti. Warna yang tersedia ada tiga: putih, biru dan merah.

Sennheiser Luncurkan Seri Headphone Baru untuk Kreator Konten

Sennheiser belum lama ini memperkenalkan seri headphone dan headset baru: 300 Pro. Lini ini pada dasarnya terlahir berkat terus meningkatnya tren kreator konten sebagai profesi, dan Sennheiser ingin menyediakan solusi audio monitoring yang efektif guna meningkatkan produktivitas.

Salah satu keunggulan seri 300 Pro adalah desainnya yang diklaim sangat nyaman meski dikenakan hingga berjam-jam. Sejumlah detailnya mencakup penggunaan bahan bantalan baru, desain bantalan headband yang terpisah, serta yang Sennheiser sebut dengan istilah “zona nyaman” untuk tangkai kacamata.

Sennheiser HD 300 Pro / Sennheiser
Sennheiser HD 300 Pro / Sennheiser

Sennheiser tidak segan mengategorikan seri 300 Pro ini sebagai yang teratas di lini headphone untuk monitoring mereka. Pasalnya, desain akustikanya dibuat dengan banyak merujuk pada headphone legendaris HD250 Linear, yang menawarkan reproduksi suara yang linear, mendetail sekaligus presisi, sehingga cukup ideal juga bagi para musisi.

Sennheiser tidak lupa membekali sejumlah model dengan teknologi ActiveGard rancangan mereka, yang berfungsi untuk melindungi pendengaran pengguna dari suara keras yang muncul secara tiba-tiba, namun tanpa menginterupsi sinyal audio.

Lineup lengkapnya adalah sebagai berikut:

  • HD 300 Pro
  • HD 300 Protect – seperti HD 300 Pro, tapi dengan ActiveGard
  • HMD 300 Pro – ActiveGard dan mikrofon
  • HMD 300-XQ-2 – seperti HMD 300 Pro, tapi dengan kabel detachable yang mengemas konektor XLR-3 dan jack 6,3 mm
  • HMD 301 Pro – seperti HMD 300 Pro, tapi dengan satu earcup saja
Sennheiser HMD 301 Pro / Sennheiser
Sennheiser HMD 301 Pro / Sennheiser

Pemasarannya bakal dimulai pada bulan Agustus mendatang. Sayang Sennheiser belum buka omongan sama sekali mengenai banderol harganya masing-masing. Namun kalau ternyata harganya bersahabat, menurut saya HD 300 Pro bisa menjadi salah satu alternatif bagi konsumen yang tengah mengincar headphone dengan karakter suara yang flat, meskipun ia sama sekali tidak berminat terjun ke bidang kreasi konten.

Sumber: Sennheiser.

B&O Luncurkan Speaker Portable Berdesain Premium Baru, Beoplay P6

Bang & Olufsen kembali memperkenalkan speaker portable berdesain premium, Beoplay P6. Ia memang tidak semungil Beoplay P2 yang dirilis tahun lalu, tapi masih mudah sekali dibawa-bawa, dan yang pasti menawarkan kualitas suara yang lebih superior berkat dimensinya yang lebih besar.

Seperti biasa, desain merupakan prioritas utama ketika membahas produk keluaran B&O. Rangkanya terbuat dari aluminium, dengan grille di kedua sisi yang mengindikasikan kesanggupannya mendistribusikan suara secara 360 derajat. Kesan elegan makin diperkuat oleh kehadiran strap berbahan kulit di salah satu sisinya.

Beoplay P6

Menengok ke bagian atasnya, tampak sederet tombol pengoperasian yang menyatu dengan kerangka tubuhnya. Meski begitu, B&O memastikan sensasi taktil yang berkesan ketika tombol ditekan, dan desainnya ini mengambil inspirasi dari receiver legendaris Beomaster 8000.

Tepat di tengah-tengah deretan tombol tersebut bernaung sebuah tombol multi-fungsi, yang bisa dipakai untuk play/pause, menerima panggilan telepon, memanggil Siri atau Google Assistant, maupun mengganti preset equalizer. Semuanya tinggal dikustomisasi melalui aplikasi pendampingnya di ponsel.

Beoplay P6

Dari segi teknis, Beoplay P6 ditenagai oleh tiga amplifier sekaligus: satu Class-D berkapasitas 36 W untuk woofer, dan dua sisanya Class-D 30 W. Digabungkan semuanya, P6 sanggup menghasilkan output berdaya total 215 W, cukup mengesankan kalau melihat dimensinya yang cuma 170 x 130 x 68 mm, dengan bobot 1 kg.

Beoplay P6 dibekali baterai berkapasitas 2.600 mAh, yang diperkirakan bisa bertahan sampai 16 jam penggunaan dalam satu kali charge. Patut diapresiasi juga adalah penggunaan USB-C sebagai konektor charging-nya, dan secara keseluruhan bodi P6 tahan cipratan air maupun debu dengan sertifikasi IP54.

B&O berencana memasarkan Beoplay P6 mulai 23 April seharga $399. Pilihan warna yang tersedia ada dua: hitam dan silver dengan aksen beige.

Sumber: B&O.

Penjualan Vinyl Terus Naik, Kini Industri Musik Bersiap Menyambut Format Baru, HD Vinyl

Tahukah Anda kalau penjualan vinyl (piringan hitam) terus naik dalam 12 tahun terakhir? Di tahun kemarin misalnya, total album vinyl yang terjual mencapai angka 14,32 juta berdasarkan data dari Nielsen. Dari sudut pandang lain, 14 persen album musik fisik yang terjual di tahun 2017 adalah dalam bentuk vinyl.

Singkat cerita, popularitas vinyl terus meningkat meski layanan streaming musik kini tergolong mendominasi. Dari situ sebuah startup asal Austria bernama Rebeat Innovation mencoba memikirkan cara untuk menambah daya tarik vinyl. Buah pemikiran mereka adalah format baru bernama HD vinyl.

Sama seperti di video, label “HD” di sini merupakan singkatan dari “high definition“. Menurut klaim Rebeat, HD vinyl bisa mengemas durasi musik 30 persen lebih panjang, volume 30 persen lebih keras, dan secara keseluruhan menawarkan reproduksi suara yang lebih baik ketimbang vinyl standar.

Sumber gambar: Pixabay.
Sumber gambar: Pixabay.

Rahasianya terletak pada proses pembuatan HD vinyl, di mana pertama-tama file audio bakal dikonversikan secara digital menjadi peta topografi 3D. Hasil konversinya tersebut kemudian akan diukir menggunakan laser pada semacam cetakan (stamper), sebelum akhirnya cetakan tersebut dipakai untuk membuat ‘ukiran’ pada vinyl (groove).

Rebeat percaya bahwa teknik yang telah mereka patenkan sejak tahun 2016 ini memungkinkan vinyl untuk dibuat secara lebih presisi, sekaligus lebih superior dalam mencegah hilangnya informasi audio selama proses pembuatan berlangsung. Di sisi lain, teknik ini juga mengeliminasi ketergantungan akan senyawa kimia dalam proses produksi vinyl biasanya.

Yang lebih istimewa lagi, HD vinyl tidak memerlukan pemutar khusus. Turntable yang sudah ada sekarang sudah bisa digunakan tanpa modifikasi. Namun kembali lagi, kualitas audionya pasti bakal tetap bergantung pada kelengkapan yang digunakan (turntable, speaker dll), bukan sebatas sumber audionya saja.

Lalu kapan konsumen bisa menikmati HD vinyl? Berkat pendanaan baru sebesar $4,8 juta, Rebeat cukup percaya diri bahwa album-album dalam format HD vinyl bisa beredar mulai 2019, meski sejauh ini mereka masih dalam tahap pengujian akhir.

Sumber: Pitchfork. Gambar header: Pixabay.

Ultimate Ears Ciptakan Custom In-Ear Monitor Seharga $2.200

Jauh sebelum diakuisisi Logitech dan menjadi salah satu pemimpin pasar speaker Bluetooth, Ultimate Ears sudah membangun reputasi sebagai pionir custom in-ear monitor. Dibanding earphone biasa, custom in-ear monitor biasanya jauh lebih nyaman dikenakan dan memiliki kualitas suara yang lebih superior. Harganya pun tidak jarang mencapai empat digit dolar.

Contoh yang paling baru adalah perangkat bernama UE Live berikut ini. Harganya $2.200, dan sesuai namanya, ia ditujukan untuk menemani para musisi selama konser berlangsung. Meski demikian, tidak ada yang bisa melarang Anda untuk membelinya kalau budget-nya memang tersedia.

Lalu mengapa harganya bisa begitu mahal? Itu dikarenakan jumlah unit driver yang tertanam di masing-masing earpiece-nya, yakni delapan: 6 driver balanced armature, 1 driver True Tone Plus dan 1 dynamic driver berdiameter 6 mm. Kombinasinya dipastikan bisa mereproduksi suara yang amat mendetail dan presisi, apalagi mengingat target pasarnya adalah para musisi yang kerap berjiwa perfeksionis.

Secara teknis, rentang frekuensinya berkisar antara 5 – 22.000 Hz. Namun bukan itu saja, UE bahkan juga memperhatikan aspek perkabelannya. Mereka secara spesifik merancang kabel dan sambungannya agar tak hanya tahan banting sekaligus ringan, tapi di saat yang sama juga tahan air dengan sertifikasi IP67, memastikannya bisa bertahan selama tur dari satu lokasi ke yang lainnya berlangsung.

Sekali lagi, ini bukan earphone biasa untuk konsumen umum, melainkan untuk mereka yang telinganya sangat peka dan berkantong tebal. UE berencana memasarkan Live mulai awal Mei mendatang.

Sumber: Digital Trends.

JLab Rewind Adalah Reinkarnasi Modern Headphone Pendamping Walkman

Bagi yang lahir di tahun 80-an seperti saya, hampir pasti Anda semua pernah setidaknya tahu perangkat Walkman buatan Sony. Mereka yang pernah memilikinya besar kemungkinan juga mengenal baik headphone yang mendampinginya, yang belakangan kembali dipopulerkan oleh film Guardians of the Galaxy.

Tiba-tiba kangen dengan headphone tersebut namun barangnya sudah hilang entah ke mana? Jangan khawatir, sebab Anda bisa membeli reinkarnasi modernnya. Adalah JLab Audio yang berjasa menghidupkan kembali headphone legendaris tersebut, dan mereka menamainya JLab Rewind.

JLab Rewind

Desainnya nyaris identik dengan headphone Walkman orisinil, dengan headband tipis tanpa bantalan, sampai ke bantalan telinga berwarna oranyenya. Satu-satunya perbedaan fisik yang begitu kelihatan adalah absennya kabel pada Rewind. Yup, ia merupakan headphone Bluetooth dengan daya tahan baterai sekitar 12 jam.

Elemen modernnya tidak berhenti sampai di situ saja. Menggunakan tombol di earcup sebelah kanan, pengguna bisa memilih satu dari tiga preset equalizer yang tersedia: Signature, Balanced dan Bass Boost. Di samping itu, tombol ini juga berfungsi untuk menyala-matikan perangkat maupun mengontrol jalannya musik.

JLab Rewind

Juga menarik adalah integrasi mikrofon di dalamnya, yang berarti pengguna dapat menerima atau melakukan panggilan telepon tanpa melepasnya. Tak hanya itu, mikrofon ini juga memungkinkan pengguna untuk berinteraksi dengan Siri maupun Google Assistant pada ponselnya masing-masing.

Bagian terbaiknya, JLab hanya menjualnya seharga $20 saja, dan ini mungkin yang menjadi alasan mengapa stoknya langsung ludes meski statusnya masih pre-order. Selain warna hitam, Rewind juga tersedia dalam varian warna putih dan biru.

Sumber: JLab.

Urbanears Kembali Luncurkan Speaker Wireless, Kali Ini Jauh Lebih Kecil dan Terjangkau

Urbanears memperkenalkan speaker perdananya tahun lalu. Tidak tanggung-tanggung, Urbanears kala itu langsung merilis dua speaker wireless sekaligus. Keduanya memiliki desain dan fitur yang identik, hanya saja ukuran dan performanya berbeda.

Tahun ini, pabrikan asal Swedia itu kembali meluncurkan speaker wireless baru bernama Lotsen. Masih tergabung dalam lini Urbanears Connected Speaker, Lotsen adalah yang terkecil dari ketiganya, dengan dimensi 172 x 115 x 193 mm dan bobot 1,86 kilogram, serta gaya desain yang sangat mirip.

Urbanears Lotsen

Meski mungil, Lotsen menawarkan fitur yang sama persis seperti kedua kakaknya. Utamanya adalah konektivitas Wi-Fi di samping Bluetooth 4.2 (dan jack 3,5 mm), sehingga perangkat bisa langsung disambungkan ke Spotify, atau memutar lagu via Chromecast maupun AirPlay. Lotsen pun turut mendukung sistem multi-room, sehingga ia bisa menjadi pelengkap yang ideal untuk kedua kakaknya yang lebih besar.

Wujudnya yang amat ringkas menjadikannya pas untuk ditempatkan di dalam ruangan seperti dapur, namun sayangnya Lotsen bukanlah smart speaker – ia tidak bisa dioperasikan via perintah suara. Sebaliknya, perangkat harus dioperasikan via aplikasi ponsel, atau menggunakan dua kenop di bagian atasnya, yang berfungsi untuk mengganti mode serta mengatur volume.

Lotsen bisa dimasukkan ke dalam setup multi-room bersama kedua kakaknya / Urbanears
Lotsen (biru) bisa disandingkan bersama kedua kakaknya dalam setup multi-room / Urbanears

Soal performa, suaranya jelas kalah lantang jika dibandingkan kedua kakaknya. Kalau Stammen (yang berukuran sedang) mengemas dua tweeter, Lotsen hanya mengusung satu tweeter berdiameter 1 inci saja, plus satu woofer 4 inci. Unit driver tersebut ditenagai oleh dua amplifier Class-D, dengan output maksimum sebesar 20 watt.

Bagian terbaiknya, Urbanears Lotsen adalah yang paling terjangkau di angka $200 – meski ini masih tergolong mahal untuk sebuah speaker wireless kecil yang tidak portable. Konsumen bisa memilih satu dari lima variasi warna yang berbeda.

Sumber: Urbanears.

Ruark Audio MRx Adalah Connected Speaker Pertama dari Sang Produsen Radio DAB Kenamaan

Ikea bukan satu-satunya yang memperkenalkan speaker wireless bertampang stylish hari ini. Ruark Audio, pabrikan asal Inggris yang membangun reputasinya sebagai produsen radio digital (DAB) berwajah estetis, turut mengungkap sebuah speaker yang tak kalah anggun. Kebetulan, speaker bernama MRx itu merupakan connected speaker pertama sang pabrikan.

Istilah “connected” mengindikasikan kemampuannya untuk langsung tersambung ke beragam layanan streaming lewat Wi-Fi atau Ethernet. Yang paling utama tentu saja adalah Spotify, lalu menyusul dalam waktu dekat adalah Amazon Music, Deezer, dan Tidal. Sayang sekali, dua opsi konektivitas yang populer harus absen di sini, yakni Chromecast dan AirPlay.

Tentu saja pengguna masih bisa memanfaatkan koneksi Bluetooth maupun jack 3,5 mm miliknya. Namun yang mungkin lebih menarik adalah fakta bahwa speaker ini juga kompatibel dengan sistem multi-room bikinan Ruark sendiri, dan pengoperasiannya hanya memerlukan satu aplikasi smartphone saja.

Ruark Audio MRx

Di balik bodi kayunya, bernaung sepasang driver berukuran 75 mm yang ditenagai oleh amplifier Class A-B berdaya 20 watt. Volume maupun jenis inputnya dapat diatur lewat satu-satunya kenop yang ada di bagian wajahnya, dan speaker dapat diberdirikan secara vertikal maupun horizontal.

Dilihat dari sudut manapun, Ruark Audio MRx tampak premium. Maka jangan kaget melihat banderol harganya yang mencapai £400 (± Rp 7,8 juta) ketika dipasarkan mulai bulan Mei nanti.

Sumber: Pocket-lint.

Ikea Kini Punya Speaker Bluetooth, Juga Minimalis Seperti Produk Lainnya

Sebelum kita melihat hasil kerja sama Ikea dan Sonos – plus Teenage Engineering – perusahaan asal Swedia itu sudah punya kreasinya sendiri di bidang audio. Namanya Ikea Eneby, dan ia merupakan sebuah speaker Bluetooth yang berdesain stylish.

Tanpa harus terkejut, penampilannya terbilang minimalis, dan Ikea memang merancangnya untuk membaur dengan dekorasi rumah. Tersedia dalam dua ukuran, 8 x 8 atau 12 x 12 inci, Eneby bebas diletakkan di atas meja, baik dengan bantuan dudukan atau tidak, maupun digantung di tembok. Kalau mau, Anda juga bisa menyelipkannya ke dalam salah satu rak Ikea dan ukurannya dijamin pas.

Ikea Eneby

Satu-satunya input pengoperasian Eneby adalah sebuah kenop di bagian depannya, yang dapat digunakan untuk menyala-matikan speaker, atau menyesuaikan volume, bass maupun treble. Khusus varian 8 x 8 inci, ada sebuah handle di bagian atasnya, dan ia bisa dijadikan speaker portable dengan membeli baterai rechargeable secara terpisah yang berdaya tahan sekitar 10 jam.

Selain Bluetooth, Eneby juga mempunyai jack 3,5 mm standar andai diperlukan. Ikea tidak merincikan spesifikasi unit driver yang mereka gunakan, tapi toh yang lebih dicari di sini adalah desainnya yang menyatu dengan interior bergaya minimalis. Andai suaranya lumayan bagus, anggap saja itu sebagai bonus.

Ikea Eneby

Ikea bakal memasarkan Eneby mulai bulan April ini seharga $49 untuk varian yang kecil, dan $89 untuk yang besar. Sayang sejauh ini belum ada kejelasan apakah Ikea juga bakal membawanya ke cabangnya di Indonesia.

Sumber: Engadget.