Memahami Pelanggan untuk Menjaga Loyalitas Melalui Pendekatan Data

Industri ritel mengalami banyak perubahan di era digital. Salah satu di antaranya adalah loyalitas pelanggan. Jika dulu loyalitas banyak dijaga dan dipertahankan dengan cara-cara lama seperti diskon dan kupon, di era sekarang dua cara itu harus lebih disempurnakan dan dilengkapi data-data.

Loyalitas ini menjadi bagian penting dalam industri ritel. Seperti peran fanbase pada sebuah musik atau artis-artis lain, loyalitas pelanggan ini memegang peran penting untuk turut menyumbang pendapatan dan pertumbuhan. Program-program seperti diskon dan kupon harus mulai berevolusi untuk tetap relevan dengan pelanggan. Untuk itu bagian penting dari menjaga loyalitas pelanggan adalah memahami kebutuhan pelanggan. Data.

Sangat penting untuk mengetahui dengan pasti data pelanggan, secara menyeluruh. Membangun loyalitas pelanggan membutuhkan peningkatan pengalaman pengguna yang lebih baik. Itu artinya butuh memahami, butuh mengenal lebih jauh dan butuh data. Salah satu pengalaman pengguna yang ditingkatkan di era sekarang adalah personalisasi. Brand dan hampir semua industri memanfaatkan personalisasi pelanggan sebagai salah satu cara baru memperlakukan pelanggan. Berbeda dan dengan harapan bisa lebih baik.

Personalisasi sering dijadikan menjadi acuan untuk menawarkan produk kepada pelanggan. Bagi industri ritel salah satu cara paling mudah untuk bisa meningkatkan loyalitas pelanggan adalah masuk ke dalam dunia online, menghadirkan layanan e-commerce. Ini menjadi langkah utama sebelum memahami dan menggali lebih jauh mengenai pelanggan.

Menggali data-data pelanggan ini bisa datang dari banyak sumber, misalnya e-mail, riwayat pembelian, media sosial, nomor telepon, dan lain sebaiknya. Selain itu data-data pelanggan ini juga bisa didapatkan dari sumber-sumber pihak ketiga. Biasanya untuk yang satu ini bersifat umum. Misalnya dari survei atau analisis yang sedang ramai di media sosial secara keseluruhan.

Kepekaan industri ritel terhadap perubahan kebutuhan pelanggan menjadi penting. Sama pentingnya dengan kepekaan terhadap kebutuhan teknologi untuk membangun sistemnya. Pengusaha ritel yang bisa membaca perubahan dan bisa menyesuaikannya lah yang bisa menuai hasilnya. Menyesuaikan arus tren pelanggan untuk tetap menjaga loyalitas mereka.

Disclosure: DailySocial bekerja sama dengan Bigdata-madesimple.com untuk seri penulisan artikel tentang big data.

Peran Penting Teknologi dalam Industri Kesehatan

Teknologi kesehatan mulai banyak didiskusikan. Terutama untuk penerapan teknologi big data dan analisisnya. Teknologi big data dan analisis membuat sektor kesehatan memasuki tahapan baru, secara signifikan penerapan teknologi ini mengubah model baru perawatan pasien yang berpegang pada data pasien, tepatnya berfokus pada pasien. Hal ini menjadi hal baru, sekaligus membawa tantangan dalam industri kesahatan, utamanya dalam berbagi dan pengelolaan data.

Klinik, tempat praktek, hingga rumah sakit mulai menggunakan teknologi untuk membantu pasien untuk mendapatkan pelayanan prima. Contoh teknologi yang terlibat adalah teknologi sederhana pencatatan digital hingga pengolahan data rekam medis lengkap dengan integrasi dan analisisnya.

Sama halnya dengan bisnis yang mulai menempatkan data sebagai aset penting, data pasien kini memasuki masa-masa krusial. Di era integrasi dan analisis menjadi penting, data pasien posisinya semakin krusial. Terutama untuk masalah kebocoran data atau privasi. Sesuatu yang menjadi hal paling mengancam untuk perkembangan teknologi di sektor kesehatan.

Titik rawan kebocoran tentu ada pada tahap integrasi. Integrasi ini perlu direncanakan dengan baik untuk menghindari data-data bocor. Terlebih jika menggunakan layanan cloud yang berarti harus memperhatikan dan mempertimbangkan layanan cloud yang tepercaya.

Integrasi data pasien menjadi hal penting yang coba dibangun industri kesehatan untuk bisa memastikan bagaimana pasien bisa mendapatkan pelayanan dengan data yang sama di mana pun mereka berobat atau berkonsultasi. Integrasi ini yang coba diperjuangkan tetapi juga harus tetap dalam perhitungan keamanan yang matang.

Di sisi lain, selain memutuskan untuk menempatkan strategi keamanan yang tepat untuk memastikan integrasi dan penggunaan teknologi di bidang kesehatan berjalan sesuai dengan yang diharapkan adalah dengan menempatkan orang-orang IT berkualitas yang paham, atau setidaknya mengenal industri kesehatan.

Para pegawai IT ini setidaknya bisa membantu proses pengelolaan teknologi seperti penyimpanan berbasis cloud, manajemen database, analisis sistem, data science, dan informasi kesehatan. Selain itu pegawai administrasi juga harus dilatih agar terampil dalam membaca, memahami data, dan mempresentasikan dari hasil analisis kepada dokter atau tenaga medis yang membutuhkan. Sebuah revolusi yang diharapkan mampu mengubah tatanan industri kesehatan ke arah yang lebih baik.


Disclosure: DailySocial bekerja sama dengan Bigdata-madesimple.com untuk seri penulisan artikel tentang big data.

Memperlakukan Data sebagai Aset Perusahaan

Naluri mengamankan barang berharga jelas dimiliki oleh setiap individu. Tak terkecuali barang berharga dalam bisnis. Setiap bisnis pasti punya cara masing-masing untuk mengamankan setiap aset yang dimilikinya. Seiring berkembangnya teknologi, banyak bisnis atau perusahaan yang menempatkan data sebagai aset. Untuk itu jelas banyak bisnis atau perusahaan yang berusaha mengamankan data mereka. Data memang sudah semestinya dijadikan bisnis sebagai aset penting dalam perusahaan.

Data menjadi penting ketika analisis data menjadi salah satu sandaran ketika hendak menentukan sebuah keputusan strategis. Investasi bisnis untuk mengumpulkan data dan mengolah data seperti menghadirkan perangkat lunak CRM (Customer Relationship Management) dan lain sebagainya tidak akan terbayar jika data tidak dikelola dengan baik. Dalam hal ini kaitannya dengan keamanan dan kualitas data.

Untuk keamanan jelas menjadi tindakan wajib. Perusahaan harusnya tidak membiarkan aset berharganya tidak terlindungi. Terlebih data merupakan sebuah aset yang begitu rentan terhadap kebocoran. Entah itu kebocoran dari dalam sistem maupun dari luar sistem. Dari manusia yang lalai atau pun dari aturan yang tidak sesuai.

Selain menjaga keamanan memperlakukan data sebagai aset penting juga termasuk menjaga kualitas data. Hal-hal seperti mengurangi duplikasi, memvalidasi dan membersihkan data menggunakan tools untuk meningkatkan kualitas data penting adanya. Hal-hal tersebut bisa dilakukan untuk merapikan data. Setelah semua selesai pengelolaan data dapat dilakukan dengan data yang berkualitas. Menjaga kualitas data memang bukan pekerjaan instan, butuh tahapan, butuh proses.

Biasanya untuk bisnis ada tiga jenis teknik untuk memelihara kualitas data. Yang pertama adalah menjaga kualitas integrasi antara aplikasi atau sistem sehingga tidak terjadi banyak polusi data. Yang kedua adalah menggunakan perangkat business automation yang bisa menghemat keterlibatan manusia dan yang terakhir adalah ongoing validasi. Sebuah proses untuk peningkatan kualitas dan perbaikan data untuk mencegah penumpukan data-data yang salah atau yang tidak terpakai.

Disclosure: DailySocial bekerja sama dengan Bigdata-madesimple.com untuk seri penulisan artikel tentang big data.

RTI Internasional Terapkan Big Data untuk E-Goverment di Sragen dan Serdang Bedaga

Lembaga penelitian nirlaba RTI Internasional baru-baru ini mengumumkan kerja sama pengembangan solusi analisis data di bidang e-government. Bertajuk Penerapan Revolusi Data untuk Pembangunan kerja sama ini diawali bersama pemerintah Kabupaten Sragen (Jawa Tengah) dan Serdang Bedaga (Sumatera Utara). Penggunaan big data di pemerintahan dinilai dapat mampu membuka kesempatan yang lebih besar untuk mewujudkan pengambilan kebijakan berbasis data secara lebih baik. Perkembangan teknologi ini juga dapat melahirkan inovasi-inovasi yang memperkuat kinerja pemerintahan.

Kolaborasi ini merupakan langkah awal dari komitmen kedua pihak dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi, sosial, pendidikan, serta kualitas hidup masyarakat Indonesia. Sebagai perwujudan dari kerja sama tersebut di bidang pendidikan, RTI akan mengembangkan prototipe sistem yang memanfaatkan berbagai bentuk data dari beragam sumber secara terpadu untuk memberikan keluaran berupa analisis strategis yang bermanfaat.

RTI International juga berkomitmen memainkan peranannya sebagai penasihat teknis dalam mengimplementasi konsep DRD ini di bidang pendidikan sebagai bentuk dukungan terhadap pemerataan pendidikan di seluruh wilayah Indonesia yang dimulai dari 2 kabupaten terpilih.

Chief Technical Officer International Development Grou RTI International Luis Crouch dalam sambutannya mengatakan:

“Kami merasa bangga dapat bekerja sama dengan para Bupati serta Pemerintah Kabupaten Sragen dan Serdang Bedagai dalam program ini. Kami percaya dan optimis Bupati Yuni, Bupati Soekirman dan Yanuar Nugroho akan terus melanjutkan komitmen untuk meningkatkan pelayanan publik melalui pengambilan keputusan yang berbasis analisis data terutama saat ini untuk sektor pendidikan.”

Mengapa big data dan e-goverment menjadi salah satu kolaborasi yang harus segera dimatangkan. Ujung-ujungnya adalah terletak pada transparansi dan efisiensi, bagaimana pemerintah mengelola dan memutar sumber daya untuk memajukan daerah masing-masing. Big data memiliki kekuatan analisis andal, sedangkan lembaga pemerintahan harusnya memiliki sumber data yang lengkap dan akurat. Namun kadang tantangannya justru di bentukan data tersebut, yang biasanya masih dalam berbentuk kertas.

Selain itu, sebagai pihak yang harus memutuskan berbagai kebijakan yang terkadang perlu dilakukan secara cepat, PR rekanan penyedia layanan pengolah data ialah menyediakan sistem real-time berupa ulasan dari data tersebut yang mudah dipahami dan diartikan. Keterbatasan sumber daya (dalam hal ini pengoperasi sistem) turut menjadi salah satu hal yang harus disiasati dengan baik untuk optimalnya pemanfaatan big data di sektor e-goverment.

Integrasi Data dari Banyak Sumber Bisa Bantu Tim Pemasar Kenali Pelanggan Lebih Jauh

Diakui atau tidak, di era digital channel pemasaran meningkat dengan pesat. Mulai dari memanfaatkan laman resmi, aplikasi mobile, iklan digital, media sosial, dan banyak lainnya. Dengan semakin banyaknya channel pemasaran ini jalur konversi pelanggan pun semakin banyak, terlebih juga semakin banyak perangkat yang mereka gunakan. Misalnya kegiatan komparasi harga dan melihat barang melalui perangkat laptop atau komputer kemudian membayarnya menggunakan perangkat smartphone. Tentu harus dibutuhkan sebuah analisis yang cukup mendalam untuk mendapatkan data secara pasti dari mana seorang pembeli akhirnya memutuskan untuk membayar sebuah produk. Wawasan mendetil soal ini nantinya sangat diperlukan untuk melakukan pengukuran channel mana yang efektif dan mana yang tidak. Di sinilah letak pentingnya integrasi data.

Para pemasar tentu setuju bahwa data-data seperti bagaimana perjalanan seorang pembeli sampai melakukan pembayaran itu penting. Sekarang tantangannya adalah proses yang sekarang bisa dilakukan terpisah dan multi device membutuhkan proses dan teknologi yang tidak mudah. Kebanyakan data-data tersebut disimpan di sistem yang beber seperti sistem untuk email, pembayaran, service, dan website engagement. Selain melakukan pengumpulan data tantangan selanjutnya berkaitan dengan kualitas data, seperti halnya elemen-elemen yang hilang, tidak benar dan kadaluwarsa, atau mengandung duplikasi dari pelanggan yang sama. Data-data inilah yang harus dikonsolidasikan sehingga menghasilkan sebuah bahan bakar analisis yang berguna.

Integrasi adalah salah satu hal yang harus digarisbawahi. Semua data dalam sistem harus disiapkan dan dikelola sedemikian rupa untuk bisa tetap mendapatkan data yang berkualitas. Setiap jalur pelanggan memiliki keunikan dan tantangan tersendiri, untuk itu satu hal yang juga harus disiapkan adalah pengelolaan dan monitoring alur bagaimana pelanggan hingga memutuskan untuk melakukan pembayaran. Memantau semua channel yang ada. Termasuk dari media sosial, blog, iklan online, email, email, newsletter, dan lain sebagainya.

Penting untuk melakukan rancangan agar tingkat konversi tinggi. Pemasar harusnya bisa membuat berbagai macam skenario untuk mengakomodir keperluan masing-masing pelanggan mereka. Beberapa teknologi pun harus disiapkan seperti aplikasi mobile, marketing analytics, social publishing tools, dan predictive Intelligence.


Disclosure: DailySocial bekerja sama dengan Bigdata-madesimple.com untuk seri penulisan artikel tentang big data.

Tantangan yang Dihadapi dalam Transformasi Digital

Hampir semua sektor di Indonesia mulai melirik ke adopsi teknologi. Mulai dari bisnis skala kecil sampai menengah, bisnis perusahaan kelas korporasi hingga pemerintahan menjadikan teknologi sebagai salah satu perubahan yang akan dilakukan organisasi mereka. Di pemerintahan jelas teknologi memegang peranan dalam memangkas birokrasi yang berbelit dan semakin mendekatkan akses ke masyarakat. Untuk bisnis, teknologi berperan lebih penting lagi. Teknologi seolah menjadi dasar paling fundamental dalam inovasi, terlebih lagi bisnis-bisnis digital. Namun layaknya sebuah transformasi, proses adopsi teknologi atau sering disebut dengan transformasi digital menghadapi beberapa tantangan. Berikut beberapa tantangan yang dijumpai dalam proses transformasi digital.

Kultur

Kultur atau budaya adalah tantangan yang mau tidak mau menjadi hambatan pertama dalam proses transformasi digital. Kultur atau budaya di sini juga sering disebut dengan kebiasaan. Ada kebiasaan yang harus dipaksakan berubah ketika memutuskan untuk melakukan transformasi ke arah digital. Yang dapat diartikan pula ada kenyamanan yang terusik dengan transformasi ini. Tantangannya sendiri hadir pada ketakutan mengubah kebiasaan cara lama. Beberapa pemikiran negatif seperti bagaimana nantinya kalau transformasi gagal atau transformasi digital bukan memudahkan tetapi malah menyulitkan akan sering muncul sebagai bentuk ketakutan akan perubahan.

Biasanya kondisi semacam ini akan muncul di organisasi yang memang sudah nyaman dengan cara konvensional. Dan biasanya sering dijumpai pada organisasi yang sebagian anggotanya tidak bisa dengan cepat mempelajari sebuah teknologi. Salah satu yang harus dilakukan untuk mengantisipasi masalah yang dihadapi untuk permasalahan kebiasaan atau kultur ini adalah komunikasi. Pemimpin atau orang yang bertanggung jawab dalam proses transformasi digital harus mengkomunikasikan dengan tim yang lain secara terbuka, termasuk menawari untuk melakukan pelatihan dan peningkatan kemampuan SDM.

Kurangnya dukungan dari pemimpin

Hal ini sebenarnya ada kaitan erat dengan kebudayaan. Yang membedakan mungkin tantangan kali ini hadir dari para pimpin. Beberapa perusahaan atau organisasi sekarang sudah mulai akrab dengan kegiatan browsing, email, chatting, atau bentuk lain dari teknologi yang digunakan sehari-hari, ini akan tidak mungkin terjadi jika pimpinannya sendiri menolak untuk menerapkan. Misal karena dianggap memakan biaya anggaran terlalu besar atau efeknya dirasa tidak sebesar dengan pengerjaan konvensional. Masalah ini mau tidak mau solusinya ada di pimpinan. Orang-orang yang membawa gagasan transformasi digital harus bisa meyakinkan pimpinan mengenai pentingnya transformasi digital.

Kolaborasi antar departemen

Kolaborasi adalah bagian penting dalam transformasi digital. Transparansi dan keterbukaan teknologi digital membawa kemudahan dalam kolaborasi. Sayangnya dalam proses transformasi kolaborasi tidak berjalan semulus yang dibayangkan. Pasti ada beberapa permasalahan yang ditimbulkan, seperti perbedaan kewenangan, izin, dan lain sebagainya. Untuk masalah ini jalan terbaik adalah dengan menghadapinya, dengan demikian akan diketahui letak permasalahan dan bisa diselesaikan secara bersama-sama.

Sumber daya manusia

Teknologi terus berkembang dengan laju yang semakin cepat. Jika organisasi kesusahan dalam mengoptimalkan orang-orang dalam tim untuk melakukan transformasi digital tidak ada salahnya untuk mempekerjakan orang-orang dari luar dengan kemampuan dan keterampilan yang dibutuhkan. Toh pada akhirnya itu demi kebutuhan organisasi.

Memahami pelanggan

Transformasi digital saat ini dipengaruhi oleh ekspektasi pelanggan. Perusahaan-perusahaan digital seperti Go-Jek, Uber, Airbnb dan lain-lain telah mengubah cara pandang pelanggan dalam mengharapkan sebuah layanan. Bagi perusahaan yang baru saja melakukan transformasi digital dibebankan standar yang berbeda dan terus ditingkatkan.


Disclosure: DailySocial bekerja sama dengan Bigdata-madesimple.com untuk seri penulisan artikel tentang big data.

Peranan Big Data dalam Dunia Kesehatan

Jika membahas mengenai teknologi maka tak pernah luput untuk membahas di sektor apa saja teknologi tersebut bisa dimanfaatkan. Teknologi yang sedang banyak dibahas dan digandrungi salah satunya big data. Kemampuan mengumpulkan dan menganalisis data menjadi peluang tersendiri untuk berbagai sektor, salah satunya kesehatan. Dampak yang paling diharapkan dari penerapan teknologi di big data adalah meminimalkan malapraktek.

Jika di sektor bisnis big data dimanfaatkan untuk keperluan personalisasi layanan demi meningkatkan pengalaman pengguna, di sektor kesehatan big data memegang peran lebih sentral. Fungsinya untuk membantu tenaga medis, seperti dokter atau perawat untuk mendapatkan data lebih mendalam dari pasien. Seperti rekam medis, daftar obat yang dikonsumsi, hingga daftar obat yang tidak boleh dikonsumsi. Data-data tersebut menjadi penting untuk meminimalkan malapraktek dan mendapatkan data pribadi pasien.

Selain itu big data bisa menjadi tulang punggung untuk teknologi kecerdasan buatan. Kombinasi keduanya bisa menghasilkan analisis yang akurat. Belum lagi jika dikombinasikan dengan teknologi cloud yang memungkinkan data bisa dibagi dengan mudah antar jaringan rumah sakit, sehingga di mana pun pasien berobat atau ditangani data rekam medis pasien sama.

Salah satu jenis malapraktek yang bisa ditekan adalah kesalahan pemberian obat. Para petugas medis bisa memanfaatkan data-data pasien untuk menentukan obat dan dosis yang tepat kepada pasien. Termasuk apakah pasien benar-benar perlu obat atau bahkan hanya perlu istirahat. Ini termasuk juga mengurangi ketergantungan terhadap obat.

Selain disiapkan untuk membantu pasien, big data juga bisa digunakan untuk mengembangkan diagnosa. Dengan dilengkapi teknologi-teknologi pendukung lainnya big data bisa menjadi penunjang utama untuk dunia kesehatan menciptakan sebuah alat diagnosis yang merekam banyak gejala dan jenis penyakit tiap tahunnya. Data ini bisa digunakan untuk mengantisipasi atau mencegah lebih dini sebelum sebuah penyakit mewabah.

Yang perlu menjadi perhatian adalah penerapan teknologi di kesehatan tidak bisa disamakan dengan sektor lain. Harus ada desain dan keamanan lebih. Mengingat ini berkaitan dengan data personal dan menyangkut kesehatan. Bisa menjadi hal berbahaya jika sampai bocor.

Disclosure: DailySocial bekerja sama dengan Bigdata-madesimple.com untuk seri penulisan artikel tentang big data.

Sisi Gelap Gelap Big Data dan Analisis Prediktif

Ada garis tipis nyata yang membatasi antara sisi terang dan gelap penggunaan big data. Di sisi terang, big data dan analisisnya menjadi senjata ampuh bagi bisnis maupun pemerintah untuk mendapatkan prediksi yang akurat mengenai banyak hal. Tergantung data yang didapat dan diolah. Di sisi lainnya, big data bisa menjadi sesuatu yang berbahaya. Tidak hanya berkenaan dengan privasi, tetapi juga masalah diskriminasi dan penyalahgunaan lainnya.

Sama seperti teknologi lainnya, big data juga bisa sangat baik jika berada di tangan yang tepat. Namun berlaku sebaliknya. Selama ini kita selalu membaca dan mendengar bahwa personalisasi adalah bentuk dari peningkatan pengalaman pengguna level selanjutnya. Data-data personal ini didapatkan dari bagaimana sistem menganalisis bagaimana kebiasaan pengguna. Kemudian sistem bisa memberikan rekomendasi apa yang cocok dan apa yang mungkin relevan dengan kebiasaan mereka saat ini.

Ini menjadi mengkhawatirkan jika analisis prediktif ini dimanfaatkan untuk hal-hal yang tidak baik. Misalnya analisis prediktif mengenai kegemaran, pola bepergian, penggunaan kartu kredit, transaksi, dan banyak hal dimiliki oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Bukan untuk menghakimi bahwa teknologi berbahaya, hanya mengingatkan ada sisi lain dari teknologi yang ternyata memang membahayakan.

Gedung Putih Mei silam mengeluarkan sebuah dokumen bertajuk “Big Data: A Report on Algorithmic Systems, Opportunity, and Civil Rights”. Dalam dokumen sebanyak 29 halam tersebut dijelaskan banyak hal mengenai peluang dan tantangan yang dihadapi big data. Salah satu tantangan yang menjadi sorotan adalah kemungkinan big data disalahgunakan sebagai alat untuk diskriminasi.

Beberapa contoh kasus yang diambil adalah diskriminasi yang bisa didapatkan masyarakat untuk mendapatkan akses kredit, lowongan pekerjaan, pendidikan dan kejahatan kriminal. Jika big data dan analisis bisa mendapatkan analisis prediktif dari data yang ada menyebutkan orang-orang yang dinyatakan “tidak masuk kualifikasi” maka orang-orang tersebut benar-benar dipinggirkan. Bisa saja seseorang akan ditolak di mana pun karena data riwayatnya ternyata menghasilkan analisis prediktif yang buruk. Padahal belum tentu sumber data akurat, belum lagi analisis dilakukan dengan baik dan benar.

Big data dan analisisnya sama halnya mengkhawatirkan dengan peralatan yang dikendalikan dari jauh bila sama-sama di pegang oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Dalam kasus big data risikonya bisa lebih ditekan dengan memastikan keakuratan data dan menjaga agar informasi personal lebih dulu mendapatkan izin dari pengguna. Selain itu diharapkan juga kebijakan yang lebih baik dari lembaga yang menggunakan analisis prediktif untuk menghindari diskriminasi.

Disclosure: DailySocial bekerja sama dengan Bigdata-madesimple.com untuk seri penulisan artikel tentang big data.

Di Balik Pergantian Identitas Mediatrac Menjadi Dattabot

Ada yang baru dari salah satu perusahaan Big Data Analytics terkemuka di Indonesia, Mediatrac. Per tanggal 30 Agustus 2016 kemarin yang bertepatan dengan festival Data for Life, nama Mediatrac sudah berganti menjadi Dattabot. Identitas baru tersebut menggambarkan nilai tambah perusahaan bagi klien mereka sebagai asisten cerdas yang membantu proses penanganan dan pengolahan data.

Dalam dunia bisnis, perubahan adalah hal yang wajar terjadi dan yang paling sering dibicarakan adalah ketika perusahaan memutuskan untuk berganti nama, ataupun logo yang menjadi “wajah” mereka di depan khalayak umum.

Jika Anda mau menelusuri, Anda akan menemukan bahwa merek-merek ternama pun melakukannya. Nokia, Nike, Apple, Facebook, Uber, Microsoft, juga Google sudah melakukannya berkali-kali. Itu semua demi beradaptasi dengan perubahan  keadaaan pasar dan permintaannya yang dinamis.

Hal yang sama pun terjadi di Indonesia dan kali ini perubahan itu dilakukan oleh salah satu perusahaan dalam bidang Big Data Analytics yang dahulu bernama Mediatrac. Kini, nama tersebut sudah berganti menjadi Dattabot untuk lebih merefleksikan bisnis mereka di bidang big data.

[Baca jugaMakna Brand Ambassador Bagi Semangat Baru elevenia]

CEO Dattabot Regi Wahyu kepada DailySocial menyampaikan, “Kami memutuskan mengganti nama menjadi Dattabot untuk lebih merefleksikan bisnis kami saat ini, yaitu sebagai perusahaan Big Data Analytics dan visi kami untuk menghubungkan semua data pada tingkat yang paling kecil (granuler).”

“Mediatrac merupakan brand lama yang merefleksikan bisnis awal kami sebagai perusahaan Media Monitoring pada tahun 2003. Seiring berjalannya waktu, kami mulai mengumpulkan data di luar Media Cetak dan Online/Digital, seperti data geo-demografi, Points of Interests, dan lain – lain. Untuk itu kami perlu membangun kapasitas untuk mengelola dan menganalisis data yang semakin besar, bervariasi, dan bertambah dengan cepat. Teknologi Big Data kemudian menjadi jawaban atas kebutuhan kami.”

“Pada tahun 2010 kami melakukan pivot menjadi perusahaan Consulting yang berbasiskan data dan akhirnya pada 2013 menjadi perusahaan Big Data Analytics,” lanjutnya.

Nama Dattabot sendiri juga mewakili ambisi perusahaan untuk menciptakan sebuah platform yang mempunyai kemampuan untuk membersihkan, memperkaya, dan menggabungkan data secara otomatis. Prosesnya rebranding-nya sendiri, disampaikan Regi, mendapat bantuan dari Thinkingroom.

Hal yang menarik dari nama Dattabot adalah arti yang ada di baliknya. Regi mengungkapkan bahwa nama Dattabot sebenarnya terdiri dari tiga elemen, yaitu Data, Bot, dan huruf “T” dalam penulisan Datta.

[Baca jugaBlibli Hadirkan “NIKE Official Store”]

“Data menggambarkan bisnis kami sebagai perusahaan Data Analytics, Bot yang merupakan kependekan robot menggambarkan kemampuan Artificial Intelligence (AI) kami untuk secara otomatis mengolah data, dan penulisan Datta dengan dua ‘T’ untuk melambangkan tiga founding partner kami, karena Datta dalam mitologi Hindu adalah inkarnasi dari tiga dewa utama [Brahma, Wisnu, dan Shiva],” jelas Regi.

Sebagai informasi, tiga founding partner Mediatrac yang kini bernama Dattabot adalah Imron Zuhri, Regi Wahyu, dan Tom Malik.

Meski telah berganti nama, visi yang dibawa oleh Dattabot tidak berbeda dengan sebelumnya, begitu juga dengan nama resmi (legal) perusahaan yang tetap menggunakan nama PT Mediatrac Sistem Komunikasi.

Satu pernyataan yang tersisa, dengan brand baru ini, apa yang ingin dicapai oleh perusahaan ke depannya?

Regi mengatakan, “Ke depannya kami akan fokus ke model bisnis baru kami sebagai platformasaservice [PaaS] yang menawarkan layanan Data Analytics. Kami ingin platform Dattabot bisa bermanfaat tidak saja untuk berbagai sektor bisnis, tapi juga untuk pemerintah dan masyarakat luas.”

Menggali Potensi Big Data untuk Kehidupan di Konferensi “Data for Life 2016”

Akhir bulan Agustus 2016 ditutup dengan manis oleh kabar baik yang datang dari dunia teknologi Indonesia. Selain berita pendanaan untuk para startup yang beroperasi di Indonesia, ada pula dua konferensi besar yang digelar. Konferensi pertama datang dari dunia fintech lewat IFFC 2016 dan konferensi kedua datang dari dunia big data lewat Data for Life 2016 yang digelar oleh Mediatrac pada hari ini (30/8) di Ritz-Carlton, Pacific Place, Jakarta.

Konferensi Data for Life 2016 sendiri adalah festival big data kedua bagi Mediatrac setelah sebelumnya sukses menggelar Big Data Week pada 2015 silam. Melalui konferensi ini, Mediatrac ingin berbagai wawasan akan manfaat big data dalam memajukan kemanusiaan melalui berbagai rangkaian acara untuk semua kalangan. Konferensi Data for Life sendiri merupakan puncak dari rangkaian acara yang telah berlangsung sejak 27 Agustus 2016 dan akan digelar selama dua hari, mulai dari 30-31 Agustus 2016.

Suasana panel diskusi fintech dan big data di Data for Life 2016 / DailySocial
Suasana panel diskusi fintech dan big data di Data for Life 2016 / DailySocial

CEO Mediatrac Regi Wahyu mengatakan, “Festival ini kami adakan untuk membangun sebuah ekosistem kolaborasi yang dapat membantu terbangunnya masa depan yang lebih baik. Kami mengajak berbagai pihak untuk berbagi dan menggali wawasan [big data] dengan para pemikir terbaik dari seluruh dunia dan membuktikan bahwa bangsa kita bisa berinovasi dan bersaing dalam bidang teknologi yang masih baru ini.”

Dalam festival ini, Meditrac menghadirkan beberapa pembicara terkemuka di bidangnya  untuk saling bertukar pikiran mengenai manfaat penerapan big data untuk kehidupan yang lebih baik. Beberapa  yang hadir di hari pertama adalah Marc Goodman (Pengarang Buku Future Crimes), Sangeet Choudary (CEO Platform Thinking Labs), Venzha Christiawan (New Media Artist), Sunita Kaur (Managing Director Spotify Asia), para pelaku startup teknologi Indonesia seperti Aidil Zulkilfi (UangTeman) dan Belva Devara (RuangGuru), hingga Bupati Bojonegoro Drs. H Suyoto, M.Si.

Soyuto sendiri menyampaikan presentasi yang cukup menarik mengenai bagaimana Bojonegoro menerapkan Open Government Process untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakatnya yang kini juga bekerja sama dengan Mediatrac. Mulai dari memanfaatkan platform SMS, Facebook, Radio, hingga Sistem LAPOR dan Open Data untuk mendengar berbagai keluhan masyarakat dan transparasi data.

Roadmap Open Government Process yang disampaikan Suyoto di Data for Life 2016 / DailySocial
Roadmap Open Government Process yang disampaikan Suyoto di Data for Life 2016 / DailySocial

Salah satu dampak yang terasa adalah pertumbuhan ekonomi Bojonegoro yang pada tahun 2015 mencapai 19,47 persen. Bahkan menurut Suyoto pada Agustus tahun lalu lalu World Bank melaporkan hasil studinya yang menyebutkan Bojonegoro termasuk 10 kabupaten yang berkemampuan tercepat mengurangi kemiskinan.

Hal menarik lainnya yang akan hadir dalam festival big data kedua Mediatrac datang dari keterlibatan seni yang memanfaatkan teknologi. Data for Life 2016 sendiri direncanakan akan ditutup dengan Tech-Art Exhibition yang memadukan data, teknologi, dan seni. Pameran akan berlangsung  dari 31 Agustus 2016 hingga 6 September 2016 dengan tema “Visualizing The Invisible” dan menampilkan berbagai karya seniman seperti Mioon (Korea), Hysteria (Indonesia), Angki Purbandono (Indonesia), hingga Sey Min (Korea).

“Kenapa ada komponen art? […] Karena seorang artis tidak ada bedanya dengan data scientist dalam membuat karya. […] Buat saya, antara art dan teknologi itu mempunya hubungan yang sangat erat. Bukan hanya dari sisi visualisasinya saja, tetapi juga dari sisi proses, kedekatan metodologi, dan passion-nya. […] Bikin seni itu tidak bisa sembarangan atau tiba-tiba, ada riset untuk mempelajari background dan referensinya dulu,” ujar Regi.

Booth Showcase karya tiga finalis Sci-Fi Hardware Hackathon di Data for Life 2016 / DailySocial
Booth Showcase karya tiga finalis Sci-Fi Hardware Hackathon di Data for Life 2016 / DailySocial

Selain konferensi dan pameran seni, Data for Life 2016 juga menampilkan karya dari tiga finalis yang telah mengikuti kompetisi Sci-Fi Hardware Hackathon pada 27-28 Agustus 2016 silam. Hackathon ini sendiri diklaim telah diikuti oleh 375 peserta dari berbagai kalangan dengan rentang usia mulai dari 5-40 tahun.

Tim MANTIS (Marine Technology Scientist) yang berhasil keluar sebagai pemenang utama kompetisi hackathon dengan model kubah koloni mengapung adalah tim yang berhak mendapatkan hadiah uang tunai sebesar 15 juta rupiah. Di samping itu, mereka juga akan dikirimkan untuk mengikuti hardware hackathon di LV Prasad Eye Institute Innovation Center di Hyderabad, India. Regi pun berjanji akan menjadi mentor mereka untuk mempersiapkan diri dan juga pengembangan bisnisnya nanti.

_

Disclosure: Dailysocial adalah media partner dari Data for Life 2016