Karena di Awan Pun Juga Ada Petir

Cukup ramai beberapa waktu terakhir bertebaran di media sosial sebuah tulisan blog pribadi tentang kekecewaan seorang Founder startup asal Yogyakarta yang disebabkan kegagalan penyedia layanan cloud server kepercayaannya sehingga menyebabkan data bisnis (di server website dan server email) hilang begitu saja. Hal ini sontak membuat banyak pihak menjadi was-was, dari tadinya merasa aman dan nyaman meletakkan produk dan layanan mereka pada brand cloud server ternama, kini mulai dihantui dengan isu yang sama. Penting bagi kita untuk mencoba mengulang kembali bagaimana sebenarnya konsep cloud computing tersebut bekerja.

Cloud computing atau komputasi awan mulai hype sejak awal era millenium. Kehadirannya diawali oleh pesatnya penggunaan VPN (Virtual Private Network) di kalangan pengguna internet – jika jaringan saja bisa dibuat jalur pribadi dengan kepemilikan yang lebih simpel dan murah, bagaimana dengan server – Amazon menjadi pemain kunci di awal kehadiran layanan komputasi awan. Popularitas layanan tersebut kian menjanjikan kala brand besar seperti Microsoft, Google hingga IBM turut meramaikan pasar dengan berbagai variasi layanan dan jaminan kenyamanan pengguna. Produk komputasi awan pun mulai mengerucut untuk sampai ke konsumen, dari berbentuk SaaS (Software as a Services), IaaS (Infrastructure as a Services), dan PaaS (Platform as a Services).

Tujuan konsep komputasi awan semakin jelas, yakni ingin membuat pengembang software memfokuskan pada produk, bukan pada pengelolaan infrastruktur, dalam hal ini server. Sistem server menjadi peran dominan seiring meningkatnya ketergantungan bisnis dengan dunia online. Penumbuhan traksi yang cepat dan dinamika produk menjadi pertimbangan kunci. Alhasil layanan komputasi awan laris-manis di pasaran. Faktanya pun demikian. Layanan komputasi awan benar-benar menyederhanakan proses manajemen dan pemeliharaan infrastruktur server. Menariknya layanan tersebut juga memberikan fleksibilitas dan skalabilitas dalam penggunaan, pun demikian dengan sistem pembayaran. “Pay as you use”.

Komputasi awan tetap disokong server fisik

Jargon Service Level Agreement (SLA) menjadi salah satu yang paling kencang ditawarkan dalam pemasaran layanan komputasi awan. Persentase 99,99% SLA sering disodorkan untuk meyakinkan kepada pengguna agar meletakkan sistem aplikasinya ke layanan tersebut. Diketahui namun sering tak diindahkan bahwa ketika berbicara tentang komputasi awan sebenarnya tetap berbicara tentang server fisik, hanya saja letaknya jarang kita ketahui. Konsep virtualisasi menjadi salah satu yang berperan besar dalam peradaban komputasi awan. Sistem mirroring atau duplikasi server juga.

Perbedaan antara menyediakan server on-premise (mengelola data center secara mandiri) dengan mengandalkan layanan komputasi awan adalah terletak pada jangkauan pengelolaan dan pemeliharaan. Sedangkan persamaannya, keduanya sama-sama mengandalkan pada “kredibilitas” komputer server. Ketika kita mengelola server secara on-premise maka penjagaan sepenuhnya ada di tangan kita, plus pengelolaan. Bedanya ketika berlangganan dengan layanan komputasi awan, kita mempercayakan penjagaan tersebut kepada pihak lain.

Jadi dapat ditarik benang merahnya. Ini hanya masalah letak server dan penjagaan. Bentuknya tetap sebuah komputer server, bukan sebuah kekuatan super yang melayang di atmosfer. Artinya 0,01% di luar SLA bisa jadi mengabarkan kepada kita bahwa komputer server terbakar atau meledak.

Kegiatan membosankan bernama mem-backup

Menyadari komputasi awan tetaplah sebuah bentukan fisik dari komputer server, kekhawatiran tampaknya kembali perlu ditanamkan. Pertanyaan seperti “Bagaimana jika tiba-tiba SSD (Solid State Drive) pada server mengalami corrupt?”, “Bagaimana jika terjadi kerusakan pada CPU di server?”, dan sebagainya penting untuk menjadi pertimbangan, setidaknya untuk membakar kemalasan untuk melakukan sebuah kegiatan membosankan bernama “mem-backup” data. Sayangnya sampai saat ini belum ada brand yang benar-benar bisa memberikan 100% SLA yang mencakup keseluruhan layanan cloud server yang dijajakan.

Jika sekelas Digital Ocean yang banyak dielukan saja tidak bisa mengembalikan data Fitinline yang lenyap di servernya, maka tugas backup menjadi agenda yang seharusnya krusial. Bisa jadi bisnis online yang sudah besar butuh mengalokasikan tim khusus yang bertugas untuk melakukan backup data. Ini layaknya sebuah asuransi. Jika tidak terjadi kecelakaan, maka hanya terkesan sebagai sebuah kegiatan yang menghamburkan sumber daya. Namun jika kembali mengingat bahwa sebuah benda fisik bisa kapan saja terdampak risiko buruk, maka hal tersebut harusnya dapat disiapkan secara lebih matang.

Apa yang diharapkan dari sebuah layanan komputasi awan?

Selain memangkas tuntas kerumitan pengelolaan sumber daya server, pemanfaatan komputasi awan sering dikaitkan dengan kebutuhan yang berjenjang, terlebih untuk startup. Umumnya startup dimulai dengan sistem berkapasitas minim sehingga tidak memerlukan sumber daya yang besar. Seiring dengan bertumbuhnya pengguna suatu layanan, kadang startup perlu melakukan peningkatan (upgrade) sistem server secara cepat, mengimbangi lonjakan yang dihadapi. Komputasi awan memfasilitasi kebutuhan tersebut dengan baik, karena salah satu visi yang ingin didorong adalah skalabilitas yang mudah.

Kecepatan akses juga menjadi pertimbangan tatkala seseorang mempercayakan meletakkan sistem yang dibangun pada sebuah layanan komputasi awan. Umumnya penyedia layanan komputasi awan menawarkan kenyamanan pemilihan data center sesuai dengan target penggunaan, tujuannya agar akses lebih cepat. Saat ini yang dijajakan untuk sebuah layanan – misalnya website – bukan sekedar sistem hosting, namun mengarah ke VPS (Virtual Private Server) atau VM (Virtual Machine). Yang disewakan bukan sebuah ruang kosong dengan kapasitas tertentu, melainkan satu kesatuan sistem server.

Salah satu hal krusial lainnya adalah terkait dengan jaminan akan data-data yang diunggah ke server tersebut. Perlu dipahami betul ketentuan SLA dan batasan tanggung jawab penyedia layanan komputasi awan sebelum memilih, sehingga dari sisi penggunaan kita dapat memastikan tindakan yang perlu dilakukan untuk disaster recovery ketika terjadi kegagalan di sisi penyedia.

Teknologi kini menjadi kunci bisnis digital yang berkembang dan akan terus menjadi ketergantungan. Kesiapan untuk menghadapi berbagai kemungkinan juga menjadi hal yang krusial, karena di awan juga ada petir yang kapanpun bisa menyambar.

Alibaba Mulai Menjajakan Layanan Cloud Computing di Indonesia

Bersaing dengan Amazon, sebagai perusahaan yang awalnya mematangkan diri sebagai perusahaan e-commerce, Alibaba kini mulai melayangkan layanan cloud computing bagi bisnis go-digital. Berakar dari kesuksesannya membawakan bisnis jual beli online, perusahaan rintisan Jack Ma ini sedang mencoba memperluas pangsa pasar layanan Alibaba Cloud ke seluruh dunia, termasuk di Indonesia.

Layanan Alibaba Cloud sendiri, saat ini sudah digunakan lebih dari 1.8 juta bisnis, dan rata-rata adalah startup digital. Didukung lebih dari 2.000 pekerja dan 900 ahli di bidang cloud computing, Alibaba Cloud dipersonalisasi dengan kebutuhan bisnis berkembang yang cukup dinamis. Alibaba Cloud juga berusaha memastikan keandalan layanan dengan selalu menggunakan teknologi, baik hardware server dan jaringan, maupun perangkat lunak teranyar.

Produk cloud yang ditawarkan juga cukup beragam, mulai dari untuk kebutuhan server (berupa virtual private cloud, compute service dan load balancer), layanan basis data, storage dan CDN, hingga layanan manajemen dan keamanan. Sistem keamanan yang ditawarkan termasuk Anti-DDoS, yang siap melindungi bisnis dari serangan siber yang dewasa ini cukup meluas di kalangan pebisnis online. Pun demikian, sistem juga dilengkapi dengan layanan cloud monitor untuk memastikan tim IT bisnis selalu dapat memantau performa sistem dengan baik.

Percobaan gratis dua bulan untuk eksplorasi dan perbandingan

Alibaba Cloud saat ini juga memberikan kesempatan bagi pebisnis digital untuk mencicipi layanannya selama 2 bulan (atau 60 hari). Semua layanan yang ada di Alibaba Cloud dapat dicoba dan dieksplorasi, termasuk mencoba untuk diintegrasikan atau digunakan untuk men-deploy sistem yang telah dikembangkan. Untuk mencoba gratis, pengguna dapat mengikuti langkah singkat berikut ini.

  1. Klik pada tautan ini untuk mulai melakukan pendaftaran: klik di sini.
Mendaftarkan diri di percobaan trial Alibaba Cloud
Mendaftarkan diri di percobaan trial Alibaba Cloud

Selanjutnya pengguna dapat memilih spesifikasi layanan cloud sesuai dengan kebutuhannya, klik “Start your trial now”.

  1. Kemudian pilih register untuk mendapatkan akun baru. Menariknya tidak seperti layanan cloud lain, percobaan gratis di sini tidak memaksa pengguna harus memiliki kartu kredit atau menginputkan mekanisme pembayaran di depan. Semua dapat dilakukan dengan sangat ringkas dan gratis.
  2. Tuliskan detil informasi registrasi berupa email, maka sebuah email konfirmasi akan dilayangkan. Ikuti petunjuk selanjutnya untuk pengisian data diri.
  3. Layanan cloud siap digunakan dan dimanfaatkan.
Panel kontrol layanan Alibaba Cloud
Panel kontrol layanan Alibaba Cloud

Semua layanan yang disajikan Alibaba Cloud dapat dicoba tanpa terkecuali di masa trial selama 2 bulan.

Mencoba layanan menjadi bagian penting untuk mengetahui apakah sistem cloud yang ditawarkan mampu bersinergi dengan baik dengan sistem yang dikembangkan. Dengan demikian bisnis akan lebih percaya diri ketika harus menandatangani kontrak untuk investasi jangka panjang untuk mempercayakan fondasi sistemnya ke penyedia layanan cloud tersebut.

Disclosure: Artikel ini adalah advertorial dari Alibaba Cloud, penyedia layanan cloud computing dari Alibaba, untuk informasi lebih lanjut seputar layanan, produk dan promo klik pada tautan ini. Anda juga dapat mencoba secara gratis.

Beberapa Alasan Mengapa UMKM di Indonesia Perlu Mengadopsi Cloud Computing

Cloud computing atau komputasi awan saat ini memang sudah bukan hal yang baru lagi. Berbagai varian produknya sudah banyak digunakan dan dipasarkan. Namun bagi banyak bisnis, terutama di level bisnis mikro, kecil dan menengah, masih banyak yang masih di tahap awal dalam implementasi teknologi ke dalam bisnisnya. Dalam artikel ini akan dijelaskan apa saja yang membuat cloud computing menjadi solusi yang cocok diterapkan untuk bisnis dengan kultur yang masih dinamis.

Salah satu karakteristik umum dari layanan cloud computing adalah terkait dengan skalabilitas dan aksesibilitas. Skalabilitas merujuk pada penentuan volume layanan yang lebih fleksibel. Hal ini menjawab tantangan bisnis yang sebelumnya ada, yakni dalam penggunaan teknologi bisnis harus dituntut untuk memiliki layanan yang fixed, sementara kebutuhannya masih bergejolak. Seperti contohnya pada grafik di bawah ini.

Kebutuhan bisnis yang dinamis, namun teknologi yang digunakan tetap / Microsoft
Kebutuhan bisnis yang dinamis, namun teknologi yang digunakan tetap / Microsoft

Garis putih menunjukkan bagaimana kebutuhan bisnis akan suatu layanan berubah-ubah, sedangkan garis lurus putus-putus menunjukkan kapabilitas layanan. Untuk bisnis pemula, tak jarang apa yang mereka gunakan masih sangat jauh di bawah dari kapabilitas sistem yang dibutuhkan, akhirnya banyak sumber daya yang tidak terpakai. Sementara itu terkadang (karena suatu tren berkala, sering ditemui di kultur Indonesia) suatu layanan bisa mendadak melonjak, dan kala itu sistem tiba-tiba tidak siap, sehingga menjadikan layanan down.

Pendekatan cloud computing mencoba mengantisipasi dengan fleksibilitas tinggi. Pemenuhan sumber daya akan disesuaikan dengan kebutuhan, seperti tersaji pada gambar berikut ini.

Cloud computing memberikan alur yang berimbang dengan kebutuhan bisnis / Microsoft
Cloud computing memberikan alur yang berimbang dengan kebutuhan bisnis / Microsoft

Garis putih menunjukkan kebutuhan dan garis kuning menunjukkan sumber daya yang fleksibel mengikuti besar kecilnya kebutuhan bisnis. Tentu akan berdampak pada investasi awal dan juga biaya pengelolaan yang harus dikeluarkan, menyesuaikan kebutuhan bisnis.

Bisnis yang dijalankan UMKM pada umumnya sulit untuk diprediksi

Dengan investasi yang minim, UMKM harus pandai menyiasati anggaran belanja teknologi, agar operasional bisnis tetap berjalan, namun teknologi yang digunakan tetap optimal. Lonjakan atau penurunan traksi secara signifikan adalah hal yang cukup biasa dalam UMKM, dan efisiensi teknologi terbaik adalah menggunakan sumber daya sesuai dengan kebutuhan. Ambil contoh bisnis jualan baju muslim, di Indonesia pembelian baju muslim akan sangat ramai menjelang Ramadan atau Hari Raya. Namun di luar itu transaksi sangat kecil.

Bayangkan jika penjualan tersebut ditopang oleh sebuah layanan e-commerce yang dikembangkan secara mandiri. Saat kebutuhan melonjak tiba-tiba tim TI harus sigap melakukan peningkatan sumber daya. Storage harus ditambah, bandwidth juga harus disediakan lebih dan sebagainya, untuk memastikan layanan tetap bisa diakses normal. Cloud computing pada umumnya memiliki menu untuk melakukan upgrade dan downgrade secara cepat untuk hal seperti itu. Dengan demikian UMKM tidak harus selalu menginvestasikan besar di muka untuk memenuhi kebutuhan teknologi yang besar, akan tetapi bisa dinamis menyesuaikan kebutuhan yang berjalan.

Disclosure: Artikel ini didukung oleh Alibaba Cloud, penyedia layanan cloud computing dari Alibaba, untuk informasi lebih lanjut seputar layanan, produk dan promo klik pada tautan ini. Anda juga dapat mencoba secara gratis.

Mengoptimalkan Penggunaan Layanan Cloud untuk UMKM

Banyak yang mengatakan bahwa layanan cloud computing lebih efisien digunakan untuk bisnis ketimbang model konvensional. Ambil contoh dalam kebutuhannya untuk hosting sebuah website, dikatakan fleksibilitas cloud computing lebih optimal ketimbang dedicated hosting. Apakah benar demikian? Ternyata kuncinya tertelak di bagaimana server cloud tersebut dikelola, sehingga dapat memberikan penghematan dan performa yang maksimal.

Berikut ini adalah beberapa tips dari DailySocial tentang bagaimana mengelola sebuah layanan cloud sehingga memberikan keuntungan penghematan dan juga kinerja yang dahsyat.

Pahami dan definisikan kebutuhan secara jelas

Proses ini merupakan sesuatu hal yang sangat mendasar, bahwasanya bisnis harus benar-benar tahu apa yang mereka butuhkan dan ditaruh di sebuah layanan cloud. Katakanlah bisnis tersebut akan membuat sebuah company profile dan sistem layanan pelanggan, maka harus bisa diperkirakan juga, apakah akan menimbulkan trafik data yang tinggi atau sedang.

Penentuan kebutuhan ini penting untuk memastikan layanan cloud yang dilanggan memiliki kapabilitas yang cukup, tidak berlebihan. Karena akan berdampak langsung pada berapa uang yang harus dibayarkan untuk berlangganan. Tipe layanan cloud juga wajib dipahami sebelumnya.

Pada umumnya saat ini penyedia jasa cloud computing menawarkan berbagai skema, misalnya cloud hosting, virtual machine atau layanan lain yang lebih spesifik. Masing-masing tentu memiliki tujuan yang berbeda, pastikan bisnis mampu memilih jenis layanan secara tepat untuk memberikan hasil optimal.

Mulailah dari yang kecil, karena cloud menawarkan skalabilitas

Setelah menemukan jenis layanan yang tepat untuk dilanggan, maka mulailah dari plan yang paling minimum untuk layanan bisnis. Terlebih untuk UMKM biasanya tak langsung mendapatkan traksi pengunjung yang besar, namun secara bertahap.

Hal ini sangat didukung oleh layanan cloud yang memiliki kemudahan untuk melakukan skalabilitas. Kapan pun dengan mudah pelanggan dapat memperbesar (upgrade) atau memperkecil (downgrade) skala layanan yang dimiliki. Terlebih yang disewa adalah server, maka besar kecilnya sumber daya, seperti memori, prosesor, RAM dan sebagainya dapat disesuaikan secara gesit.

Manfaatkan sistem monitoring yang tersedia untuk melakukan estimasi dan antisipasi

Setelah layanan cloud berjalan, tugas selanjutnya untuk menghasilkan efisiensi dan efektivitas adalah dengan melakukan pemantauan. Sistem cloud monitoring akan sangat membantu pengguna dalam memberikan informasi seputar trafik dan traksi layanan yang digunakan. Beberapa penyedia layanan cloud besar seperti Alibaba Cloud dan lainnya menyediakan opsi tersebut dalam layanannya.

Melakukan analisis dari hasil monitoring ini cukup efektif untuk melakukan estimasi dan antisipasi dari penggunaan layanan oleh bisnis. Pola-pola terstruktur dapat dipetakan dengan baik, misal kapan layanan tersebut ramai sehingga membutuhkan backup sumber daya yang besar, kapan saatnya bisnis memperbesar ukuran layanan dan sebagainya.

Itulah beberapa hal sederhana yang dapat dilakukan UMKM atau bisnis pemula saat hendak mulai memanfaatkan layanan cloud computing untuk menopang layanan bisnisnya. Efisiensi penggunaan layanan cloud akan terealisasi saat penggunanya benar-benar mengerti bagaimana memanfaatkan layanan cloud tersebut secara optimal, tidak serta-merta.

Disclosure: Artikel ini didukung oleh Alibaba Cloud, penyedia layanan cloud computing dari Alibaba, untuk informasi lebih lanjut seputar layanan, produk dan promo klik pada tautan ini. Anda juga dapat mencoba secara gratis.

Memahami Aspek Keamanan dalam Cloud Computing

Di berbagai studi dan riset tentang pemanfaatan cloud computing, salah satu yang menjadi concern terbesar adalah terkait dengan faktor keamanan. Kita ketahui bersama, saat sebuah bisnis memilih untuk memanfaatkan layanan cloud computing, maka mereka bertaruh dengan sebuah kerpercayaan akan jaminan privasi dan keamanan data. Namun kini cloud computing sudah memiliki berbagai standar yang siap melindungi privasi dan keamanan data pengguna, yang juga menjadi jaminan rasa aman bagi pengguna.

Di Indonesia sendiri, layanan cloud computing yang umum digunakan ialah berkaitan dengan cloud storage dan virtual machine, untuk digunakan sebagai landasan sebuah aplikasi yang dijalankan secara online. Pemanfaatan tersebut juga sudah berkembang pesat, mulai digunakan sebagai dedicated-hosting, hybrid solution atau bahkan difungsikan sebagai disaster recovery. Untuk layanan SaaS (Software as a Services) sendiri, pengguna di Indonesia sudah sangat dimanjakan dengan berbagai produk vendor-vendor ternama dunia.

Di tengah menggeliatnya pangsa pasar cloud services, penting untuk dipahami oleh pengguna bisnis seputar langkah keamanan sebelum menentukan vendor cloud computing.

Memahami skema dalam lingkungan cloud computing

Ketika sebuah bisnis telah menentukan vendor tertentu sebagai penyedia layanan cloud, maka ia telah menyerahkan kapabilitas perpanjangan pusat data kepada pihak terkait. Oleh karenanya penting untuk senantiasa memastikan apakah layanan dan kebijakan keamanan yang diterapkan cukup mumpuni sebagai tempat berlabuhnya data-data penting perusahaan?

Tak ada salahnya ketika hendak berlangganan layanan tertentu kita meminta segudang informasi seputar layanan keamanan yang disediakan provider tersebut. Dinamika teknologi yang selalu berubah membutuhkan sistem keamanan yang siap siaga untuk mencegah serangan cyber yang kian berkembang. Pahami betul tanggung jawab yang dapat diberikan oleh penyedia layanan, dan apa yang harus dilakukan pengguna sehingga keduanya dapat bersinergi dengan baik.

Umumnya saat berbicara tentang cloud, maka akan diharapkan pada sebuah skema virtualisasi. Lingkungan virtual memberikan tantangan tersendiri pada perlindungan data. Isu utama yang sering terjadi ialah pengelolaan keamanan dan trafik di ranah multi-tanency dan mesin virtual (beberapa layanan dengan spesifikasi rendah menggunakan server yang sama untuk beberapa pengguna).

Mendefinisikan peranan pengguna dengan baik

Skema akses data granular, atau memberikan batasan sesuai dengan porsinya dapat menjadi pilihan. Terlebih layanan cloud kini mulai spesifik memberikan kinerja sesuai dengan kebutuhan sistem. Misalnya ada server khusus untuk basis data pelanggan, ada server yang mengoptimalkan kinerja sistem hingga backup.

Dengan adanya pembagian peran, dinilai akan mampu memberikan lapisan perlindungan tambahan. Mengingat saat ini modus penyerangan juga berusaha mencuri identitas login staf, terutama yang lengah dalam mengamankan akunnya.

Penggunaan enkripsi adalah harga mati

Skema enkripsi biasanya juga sudah ditanamkan secara native bersama dengan layanan cloud yang dijajakan oleh vendor, umumnya SaaS. Pahami betul bagaimana sistem enkripsi bekerja melindungi data dan transmisi data.

Layanan cloud juga umumnya digunakan oleh banyak pihak di perusahaan, termasuk non-tech-savvy users. Biasanya mereka mengakses layanan dari ponsel atau laptop pirbadi, yang tidak bisa selalu dipantau sisi keamanannya. Oleh karena perencanaan enkripsi menjadi hal yang cukup krusial.

Penerapan compliance seperti keamanan data menggunakan ISO 27001, untuk penyediaan layanan memakai ITIL, COBIT, Cloud Security Alliance dan sebagainya juga wajib menjadi perhatian.

Istilah Shadow IT beberapa waktu belakang juga santer dibicarakan, yakni tentang penggunaan layanan dan aplikasi cloud tanpa otorisasi. Padahal minimnya kontrol ini sebenarnya berisiko menghadirkan ancaman keamanan dan tantangan pengelolaan yang lebih berat.

Dengan memahami berbagai aspek keamanan cloud, setidaknya akan membuat kita selangkah lebih cerdik dalam memilih fondasi sistem yang siap mengibarkan layanan atau aplikasi secara online. Jangan sampai kegagalan sistem akibat sekuriti justru menjadi penghambat besar di tengah bisnis yang sedang menggeliat.

Disclosure: Artikel ini didukung oleh Alibaba Cloud, penyedia layanan cloud computing dari Alibaba, untuk informasi lebih lanjut seputar layanan, produk dan promo klik pada tautan ini. Anda juga dapat mencoba secara gratis.

Tips Bagi Startup di Indonesia dalam Memilih Layanan Cloud

Bagi bisnis modern, memiliki fondasi platform komputasi yang kuat merupakan sebuah kebutuhan. Hal ini membawa tantangan tersendiri bagi startup dan UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah) yang tak jarang hanya memiliki investasi modal yang terbatas. Untungnya varian layanan cloud computing kini mulai banyak menyajikan varian yang lebih bersahabat bagi startup dan UMKM. Sehingga memungkinkan startup dan UMKM tersebut untuk memiliki sebuah fondasi layanan komputasi yang berperforma kuat, memiliki skalabilitas tinggi dan bersahabat dari sisi harga.

Namun penting untuk diketahui bahwa pemilihan layanan cloud oleh perusahaan rintisan (startup dan UMKM) juga harus tepat. Jangan sampai investasi yang dikucurkan malah menjadi beban tersendiri, karena apa yang dibeli tidak bisa mendongkrak performa bisnis secara signifikan. Untuk itu berikut ini adalah beberapa tips yang dapat dicermati oleh perusahaan rintisan di Indonesia dalam memilih layanan cloud.

Buatlah sebuah perencanaan, demi mendapatkan efektivitas

Sebelum berbelanja layanan cloud untuk bisnis, penting bagi CTO (Chief Technology Officer) atau tim teknis lainnya untuk mengidentifikasi, apa saja layanan yang dibutuhkan dalam bisnis dan bisa dioptimalkan dengan penggunaan cloud. Contoh sederhana untuk sistem email, layanan CRM, hosting website dan sebagainya. Tentukan mana saja yang bisa dioptimalkan dengan cloud, ketimbang mengelola sistem secara mandiri (on-premise).

Perencanaan di dalamnya juga termasuk jenis plan yang akan dilanggan. Pada umumnya layanan cloud dijual dalam bentuk paket berlangganan. Pastikan perusahaan rintisan memilih jenis plan sesuai dengan kebutuhan, dengan pertimbangan layanan cloud cukup fleksibel jika suatu saat membutuhkan sumber daya yang lebih besar seiring dengan meningkatnya traksi bisnis.

Tak harus langsung membeli, bisa mencoba dulu

Dari begitu banyaknya layanan cloud dan jenis fitur yang ditawarkan, kadang memberikan kegundahan tersendiri bagi pengambil keputusan. Bimbang dengan sebuah pertanyaan “apakah layanan ini akan cocok dengan aplikasi/platform yang dibuat?”, “apakah memiliki dukungan teknis yang baik?” dan sebagainya. Untuk itu tidak ada salahnya bagi perusahaan rintisan untuk mencoba terlebih dahulu versi trial untuk beberapa waktu sembari merasakan kecocokan layanan dengan sistem yang dibangun.

Tidak semua penyedia layanan cloud memberikan layanan percobaan gratis, namun tak sedikit juga yang menghadirkannya. Nah, perusahaan rintisan bisa mulai mencoba beberapa layanan tersebut. Sebagai contoh layanan cloud untuk startup dan UMKM yang memberikan versi trial untuk percobaan pengguna adalah Alibaba Cloud. Pengguna bisa melakukan pendaftaran gratis untuk percobaan layanan yang dihadirkan. Dalam fase percobaan ini pengguna bisa menganalisis, apakah sudah cocok atau belum layanan cloud dengan sistem yang telah dikembangkan.

Demografi pengguna menjadi salah satu faktor penentu

Walau bagaimana pun, konsumen adalah prioritas penting bagi sebuah bisnis. Untuk itu dalam memilih sebuah fondasi layanan komputasi, penting bagi perusahaan rintisan untuk mengidentifikasi bagaimana demografi penggunanya nanti. Demografi pengguna di sini termasuk di dalamnya sasaran pasar dan karakteristik pengguna.

Ambil contoh sebuah startup e-commerce, mereka menjual barang dagangan produk pakaian. Dan sasarannya adalah konsumen muda di berbagai kota di Indonesia, termasuk Jakarta, Bandung, Yogyakarta hingga Makassar. Penting untuk dipahami bahwa tidak semua calon konsumen di wilayah tersebut memiliki akses konektivitas sangat cepat. Maka dapat disiasati dengan pemilihan cloud server yang memiliki performa tinggi untuk diakses di wilayah tersebut. Sehingga mampu memberikan akses yang lebih stabil.

Di Indonesia berbagai hal selalu bombastis pada musimnya. Misalnya sekarang sedang bulan Ramadan, maka ritel online yang menjual baju muslim akan kebanjiran pengunjung. Namun tatkala di bulan biasa, trafik pengunjung akan biasa-biasa saja. Skalabilitas seperti ini juga harus menjadi pertimbangan. Sehingga bisnis dapat mengucurkan investasi untuk layanan yang lebih efisien. Ketika traksi naik dengan mudah pengguna melakukan upgrade, begitu pun sebaliknya.

Best practice dan testimoni pengguna juga menjadi faktor penting ketika memilih sebuah layanan cloud. Karena biasanya penyedia layanan cloud juga akan terus berimprovisasi dengan kebutuhan bisnis masa kini.

Disclosure: Artikel ini didukung oleh Alibaba Cloud, penyedia layanan cloud computing dari Alibaba, untuk informasi lebih lanjut seputar layanan, produk dan promo klik pada tautan ini. Anda juga dapat mencoba secara gratis.

Memanfaatkan Teknologi Cloud Computing untuk Optimalkan Kinerja Bisnis

Cloud computing (atau komputasi awan) saat ini sudah menjadi sesuatu yang sangat umum, terutama di kalangan pengembang software. Berbagai keunggulan cloud computing, seperti dalam skalabilitas, keandalan dan portabilitas membawakan daya tarik tersendiri, terlebih sistem pembayaran layanan cloud kebanyakan cukup fleksibel, yakni dibayarkan sesuai dengan penggunaan atau umum disebut dengan istilah “pay as you use”. Teknologi telah menjadi komponen kritis dalam operasional bisnis, berbagai kegiatan, terutama yang menghubungkan langsung dengan konsumen banyak ditompang olehnya, dan salah satu platform yang banyak digunakan tak lain adalah cloud computing.

Lalu bagaimana memanfaatkan teknologi cloud computing untuk mengoptimalkan kinerja bisnis? Beberapa hal berikut ini dapat menjadi pertimbangan bagi bisnis tatkala ingin menggunakan cloud computing untuk kegiatan produktifnya.

Melihat kemampuan dan kebutuhan

Pembiayaan untuk kebutuhan teknologi dalam lebih diefisienkan dengan pemanfaatan teknologi cloud computing, sepeti meminimalisir biaya pembelanjaan hardware dan pemeliharaan, namun untuk menciptakan nilai yang optimal bisnis juga harus mengenal betul kemampuan dan kebutuhannya. Cloud computing menawarkan sistem pembayaran yang cukup fleksibel, gunakan sumber daya tinggi saat penggunaan tinggi, dan minimalkan penggunaan sumber daya saat kebutuhan rendah. Hal ini bisa dicontohkan di beberapa skema bisnis, misalnya sistem yang ramai di masa tertentu, sebut saja toko online baju muslim.

Toko online yang menjual baju muslim umumnya akan mendapatkan pengunjung membludak saat di bulan Ramadhan atau mendekati Hari Raya Idul Fitri, sementara di hari-hari biasa pengunjungnya tidak begitu signifikan. Model upgrade/downgrade layanan cloud dapat dilakukan secara fleksibel untuk mensiasati keadaan ini. Ketika pengunjung membludak, dengan mudah pemelihara sistem dapat menaikkan kekuatan daya, baik itu server hingga bandwidth. Dan ketika mereda bisa diturunkan sesuai kebutuhan. Hal ini tidak berlaku ketika bisnis memilih pendekatan konvensional, karena hardware akan lebih sulit disesuaikan dengan kebutuhan yang fluktuatif.

Menggunakan SaaS (Software as a Services) untuk layanan siap saji

SaaS merupakan salah satu model layanan cloud yang memungkinkan pengguna untuk dapat langsung memanfaatkan layanan yang ada secara berlangganan. Saat ini sudah terdapat berbagai macam layanan SaaS, dari sistem email, sistem penyimpanan, sistem produksi sampai sistem untuk analisis data. Pengguna bisnis, khususnya UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah) atau startup dapat memanfaatkan berbagai layanan SaaS untuk menghemat pengeluaran teknologi, karena bisnis bisa menggunakan layanan secara bertahap sesuai kebutuhan.

Ketika bisnis hanya terdiri dari 10 anggota tim, maka mereka cukup membayar 10 voucher berlangganan, begitu bertambah dengan mudah bisnis juga dapat membelinya lagi. Ketimbang harus mengembangkan software secara mandiri yang memakan biaya lebih banyak, untuk CRM (Customer Relationship Management) misalnya, dengan berlangganan SaaS, pembiayaan pengembangan dapat dioptimalkan untuk kebutuhan lain, karena bisnis bisa berlangganan sesuai dengan kebutuhannya.

Mengenal PaaS dan IaaS untuk menjadi fondasi aplikasi bisnis

Namun ketika bisnis sudah memiliki aplikasi sendiri, misalnya layanan e-commerce, yang sudah tidak memungkinkan lagi untuk mengandalkan SaaS, karena platform yang dibutuhkan sangat custom, maka layanan cloud yang dipilih dapat berupa PaaS (Platform as a Services) atau IaaS (Infrastructure as a Services). PaaS memungkinkan pengguna untuk dapat memanfaatkan sistem server atau layanan cloud yang siap untuk meletakkan aplikasi yang dikembangkan. Tidak perlu memikirkan alokasi sumber daya komputasi (Sistem Operasi, Firewall, dll), pengembang hanya perlu menyesuaikan platform yang dibutuhkan.

Namun jika memang memiliki kebutuhan yang lebih custom, pengguna dapat memanfaatkan IaaS. Pengguna dapat memilih secara mandiri sumber daya yang ingin diterapkan dalam server virtual yang digunakan. Ibaratnya penyedia layanan cloud hanya akan menyediakan hardware dan kebutuhan sesuai dengan permintaan. Tak seperti PaaS, semua sudah dikemas dalam layanan yang siap digunakan untuk deployment. Baik itu PaaS ataupun IaaS juga mengusung aturan dasar cloud computing, yakni harus mampu memenuhi kebutuhan penggunanya secara dinamis. Jadi jika sewaktu-waktu memerlukan alokasi sumber daya lebih, maka hanya semua melakukan order online pengguna dapat menambahnya.

Pilih layanan cloud yang terpercaya

Sudah cukup banyak pilihan layanan cloud yang saat ini tersaji. Karena bisnis membutuhkan teknologi yang handal untuk operasional bisnis yang berkelanjutan, pastikan bisnis memilih layanan cloud yang sudah teruji dan terpercaya. Setidaknya sudah ada case study atau pihak bisnis yang sebelumnya pernah menggunakan layanan tersebut dan memberikan testimoni baik. Terlepas dari itu layanan global ataupun layanan lokal.

Disclosure: Artikel ini didukung oleh Alibaba Cloud, penyedia layanan cloud computing dari Alibaba, untuk informasi lebih lanjut seputar layanan, produk dan promo klik pada tautan ini. Anda juga dapat mencoba secara gratis.

DycodeEdu Selenggarakan Global Azure Bootcamp 2016 Bandung

Sabtu (16/04) DycodeEdu berkerja sama dengan Microsoft Indonesia dan ElasticION gelar Global Azure Bootcamp 2016 Bandung. Bertempat di Bale Motekar, acara ini diikuti oleh 64 peserta yang terdiri dari developer, IT profesional dan pelajar. Global Azure Bootcamp 2016 adalah acara global yang digelar serentak di tanggal yang sama di lebih dari 161 lokasi di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.

Dalam acara ini, serangkaian topik-topik seputar teknologi komputasi awan dengan platform Azure dibahas oleh praktisi-praktisi industri yang sudah berpengalaman. Membuka acara,  Budi Rahardjo selaku dosen Teknik Elektro ITB dan penggagas ID-CERT membawakan materi tentang keamanan komputasi awan. Dilanjutkan pembahasan integrasi Azure IoT Hub ke dalam proyek-proyek Internet of Things oleh Microsoft MVP Azure dan Lead Trainer DycodeEdu Andri Yadi.

Selain Andri dan Budi, Global Azure Bootcamp 2016 Bandung juga diisi oleh Bayu Yasaputro (CTO DyCode) yang berbicara mengenai integrasi HockeyApp sebagai sarana DevOps; Puja Pramudya (Microsoft MVP Azure dan Co-Founder Radyalabs) yang berbicara mengenai bagaimana menjalankan aplikasi web and mobile di layanan Azure App Service; Rudi Setyo Purnomo (Microsoft MVP Azure dan Cloud Architect Erudeye) yang membahas BCDR: SQL Server Always On Availability Group; dan Andik Susilo (Service Delivery Manager Erudeye) yang mempresentasikan mengenai implementasi Azure Backup sebagai solusi penyelamatan data di situasi-situasi darurat.

“Dengan diadakannya Global Azure Bootcamp 2016 di Bandung, kita berharap para developer dan startup mendapatkan banyak insight tentang apa dan bagaimana teknologi Microsoft Azure dapat mendukung produk maupun inovasi mereka selanjutnya. Selain itu, topik yang dibahas oleh para speaker pun diharapkan bisa menginspirasi mereka untuk menciptakan solusi terbaik berbasis cloud computing,” ujar Fauzan Alfi, perwakilan dari DycodeEdu.

DailySocial adalah media partner acara Global Azure Bootcamp 2016 Bandung.

Topik Menarik tentang Komputasi Awan untuk Tingkatkan Performa Teknis Hadir di Echelon Indonesia 2016

Salah satu stage dari tiga yang disediakan oleh acara Echelon Indonesia 2016 akan menghadirkan bahasan menarik tentang komputasi awan. Pembicaranya adalah engineer dari layanan cloud milik Alibaba.

Xianglong Huang, Head of Elastic Computing Services di Aliyun akan berbicara tentang ‘Elastic Computing Techniques For Enterprise Users’ di ajang Echelon Indonesia 2016. Aliyun adalah layanan cloud yang berada di balik ekosistem online dan mobile commerce Alibaba yang juga menyediakan layanan cloud untuk perusahaan umum.

Komputasi awan atau cloud kini menjadi bagian penting dalam perkembangan teknologi, baik untuk perusahaan madium – mapan maupun startup. Peran penting cloud yang bisa diandalkan tidak akan bisa dihindari dalam ekosistem digital.

Aliyun yang merupakan bagian dari Alibaba Group adalah salah satu sponsor acara Echelon Indonesia 2016. Aliyun sendiri merupakan layanan cloud nomor pertama di Tiongkok dan telah melayani lebih dari 1.800.000 konsumen di seluruh dunia untuk keperluan networking serta TI mereka.

ECID2016

Sebagai ajang konferensi internasional, Echelon Indonesia 2016 dapat menjadi platform bagi startup, SME, dan perusahaan berbasis teknologi untuk membawa bisnis ke level selanjutnya. Innovate – Developer – Empower adalah tiga kata kunci yang diterjemahkan dalam gelaran acara dua hari ini.

Echelon Indonesia 2016 akan digelar pada tanggal 5-6 April 2016 di Balai Kartini, Jakarta. Penjualan tiket saat ini telah dibuka dan tersedia diskon 20 persen dalam waktu terbatas dengan menggunakan kode “EMPOWER20”.

Delapan Perusahaan Nasional Jalin Kemitraan Strategis Suguhkan Layanan Komputasi Awan

Teknologi komputasi awan semakin marak setelah kemampuan kolaborasinya dengan beberapa teknologi seperti big data menyajikan beberapa manfaat bagi perusahaan. Adopsinya diperkirakan akan semakin tinggi, termasuk di Indonesia. Tampaknya kesempatan ini tak disia-siakan beberapa perusahaan Indonesia. Baru-baru ini delapan perusahaan dikabarkan telah menjalin sinergi untuk menyediakan layanan komputasi awan.

Delapan perusahaan tersebut adalah Multipolar Technology, Sisindokom Lintasbuana, Mastersystem Infotama, Logicalis Metrodata Indonesia, Expert Data Voice Solution, Kayreach System, Sinergy Informasi Pratama, dan Revo Solusindo. Delapan perusahaan tersebut telah sepakat menjalin kemitraan strategis untuk menyediakan solusi layanan komputasi awan secara end to end sesuai dengan kebutuhan pelanggan.

Kerja sama delapan perusahaan tersebut mendapat dukungan dari Cisco System Indonesia dan Aplikanusa Lintasarta (Lintasarta) selaku penyedia layanan komputasi awan. Kerja sama tersebut ditandai dengan penandatanganan kerja sama di Hotel Pullman, MH Thamrin, Jakarta Kamis (25/2) kemarin.

Sebagai salah satu pihak yang turut dalam kerja sama ini Direktur Utama Sisindokom Lintasbuana Tikno Ongkoadi mengatakan kerja sama strategis ini bisa memberikan dampak positif bagi Sisindokom dalam meningkatkan penetrasi penjualan dengan memberikan penawaran solusi komputasi awan secara end to end kepada pelanggan mereka.

Menurut Tikno, kerja sama ini juga membuka sumber pendapatan baru dan memberikan fokus baru bisnis Sisindokom ke sektor virtualisasi dan pasar komputasi awan.

Salah satu kelebihan layanan komputasi awan adalah fleksibilitas dalam mengatur kebutuhan kapasitas virtual server yang dapat disesuaikan dengan kondisi bisnis perusahaan. Dengan kata lain ketika load bisnis sedang meningkat perusahaan bisa dengan mudah melakukan scale up kapasitas server. Demikan pula ketika kondisi bisnis sedang normal, kapasitas virtual server bisa disesuaikan.