Hangry Terus Genjot Pertumbuhan Lewat Strategi Dapur Virtual dan “F&B Brand Aggregator”

Startup kuliner multi-brand Hangry mengungkapkan akan melanjutkan ekspansi merek makanan label privat dan jaringan dapur virtual ke lebih banyak kota di seluruh Indonesia. Perusahaan berambisi ingin menjadi penyedia kuliner berkualitas terbaik dengan harga terjangkau untuk masyarakat melalui berbagai saluran.

Ambisi tersebut sejalan dengan keyakinan perusahaan dan tren yang ditawarkan oleh platform pesan-antar makanan ke depannya bakal terus menjadi penyokong utama bisnis. Terlihat dari jumlah dapur virtual Hangry lebih mendominasi daripada gerai restoran yang menerima dine-in.

“Perkembangan food delivery market sangat pesat dari 2019-2020 sebelum pandemi. Yang terjadi saat pandemi, tren itu dipercepat sehingga potensi market-nya sangat besar dan kita expect hal tersebut akan terus berlanjut. Makanya bisnis utama kami adalah [online] delivery,” kata Co-founder dan President Hangry Andreas Resha saat konferensi pers yang digelar kemarin (17/11).

Memasuki hari jadinya yang ke-3, kini Hangry telah memperluas daerah cakupan dapur virtualnya ke lebih dari 70 titik. Lokasinya tersebar di Jabodetabek, Bandung, Surabaya, Semarang, Medan, dan Makassar. Adapun untuk gerai restorannya ada di tiga lokasi di sekitar Jakarta, yakni Senopati, Kemang, dan Pondok Indah. Ketiganya merupakan restoran khusus merek makanan di bawah Hangry, yakni Moon Chicken.

Mengutip dari laporan Grab di 2022, secara regional, pengeluaran bulanan untuk layanan pesan-antar makanan dan belanja harian meningkat sebesar 30% lebih tinggi pada Mei 2022 dibandingkan dengan November 2021. Kemudian, pengeluaran untuk pengiriman makanan dan bahan makanan meningkat 1,3 kali lipat antara 2021-2022.

Di Indonesia saja, rata-rata jumlah uang yang dibelanjakan per pesanan di layanan GrabFood meningkat sebesar 54% dari 2019-2022. Adapun untuk jumlah pembelanjaan terbesar tahun ini mencapai Rp9 juta. Sedangkan untuk GrabMart, rata-rata jumlah pembelanjaan per pesanan tumbuh 90% lebih tinggi dari 2020.

Secara terpisah, mengutip dari laporan Momentum Works, di Asia Tenggara total GMV mencapai $15,5 miliar pada 2021, naik 30% dari tahun sebelumnya. Adapun Indonesia saja kontribusinya sebesar $4,6 miliar. Dari segi penggunaan aplikasi, pangsa pasar GrabFood adalah yang terbesar dengan GMV sebesar $7,6 miliar. Angka tersebut melampaui FoodPanda sebesar $3,4 miliar dan Gojek $2 miliar.

Resha pun menyadari posisi perusahaan yang lahir tak lama sebelum pandemi merebak, juga tak terlepas dari dampak ekonomi yang timbulkan, seperti gejolak global di perusahaan teknologi, kenaikan harga bahan bakar, dan kenaikan suku bunga acuan. Perusahaan pun mencoba lebih sensitif dengan kondisi-kondisi di atas.

Namun ia merasa bersyukur dengan posisi Hangry yang berada di dunia kuliner sebagai penyuplai, yang selalu memiliki permintaan karena berkaitan dengan kebutuhan primer seluruh manusia.

“Sebagai perusahaan yang sediakan suplai untuk mengisi demand, artinya kami selalu dicari masyarakat. Untuk itu kami berusaha berikan yang terbaik, dari sisi produk apa yang bisa ditingkatkan atau dikompromikan, dan selalu dengarkan feedback dari konsumen.”

Perkembangan Hangry

Hangry sendiri saat ini memiliki tujuh merek label privat. Mereka adalah Moon Chicken, San Gyu, Ayam Koplo, Dari Pada, Pizza Gang, Wai Thai Food, dan Accha – Indian Soul Food. Khusus merek terakhir adalah hasil terakhir yang dilakukan perusahaan setelah melebarkan sayap menjadi brand aggregator pada awal Maret 2022.

Merek terbaru yang baru dirilis adalah Wai Thai Food. Berdasarkan riset internal, sebanyak 68% orang Indonesia sangat menyukai makanan Thailand dan 41% dari mereka mengonsumsinya setidaknya dua-tiga kali dalam beberapa bulan.

Disebutkan sejak pertama kali dirilis di Agustus 2022, Wai Thai telah mencetak penjualan lebih dari Rp1 miliar pada bulan pertama dengan menjual 20 ribu porsi. “Kami ingin membawa makanan Thailand yang autentik dengan porsi yang pas,” kata Brand Manager Marketing Hangry Yohan Ariowibowo.

Menurutnya, Hangry mengembangkan banyak merek privat karena pihaknya ingin selalu menghadirkan yang baru agar konsumen tidak merasa bosan. Ke depannya, bakal ada merek baru dengan menu-menu dan harga yang lebih terjangkau bagi konsumen.

Diklaim, perusahaan saat ini memiliki 1,6 juta pelanggan unik dengan rating rata-rata 4,7/5,0 untuk setiap outlet di aplikasi jasa layanan pesan-antar. Tiap bulannya, Hangry menjual 1,8 juta porsi makanan dan minuman. “Revenue kami berkembang hingga 2,5 kali lipat dari akhir 2021 sampai sekarang,” tambah Resha.

Application Information Will Show Up Here

Usai Pendanaan Rp102 Miliar, Wahyoo Seriusi “Cloud Kitchen” sebagai Mesin Pertumbuhan Bisnis

Startup digitalisasi UMKM kuliner Wahyoo mengumumkan perolehan pendanaan seri B sebesar $6,5 juta atau setara 102 miliar Rupiah yang dipimpin oleh Eugene Asia Food Tech Fund-1. Nominal yang diungkap sedikit lebih besar dari pertama kali diwartakan DailySocial.id pada 10 Oktober 2022.

Eugene Asia Food Tech Fund-1 merupakan kendaraan investasi milik Eugene Investment & Securities dan NH Absolute Return Partners dari Korea Selatan. Investor lainnya yang berpartisipasi dalam putaran ini, Global Brains dan Trinity Optima Plus (TOP+).

Nama-nama ini melengkapi jajaran investor yang telah bergabung sebelumnya di Wahyoo, yaitu East Ventures, Indogen Capital, Arkblu Capital, dan Nitto Prima Ventura.

Seriusi bisnis cloud kitchen

Wahyoo akan memanfaatkan dukungan dana segar tersebut untuk perluas jaringan cloud kitchen dengan merekrut lebih banyak mitra restoran dan meluncurkan lebih banyak merek makanan label sendiri. Wahyoo Kitchen Partner adalah merek dapur virtual milik Wahyoo yang sudah mulai diinisiasi sejak satu tahun belakangan.

Perusahaan akan memanfaatkan jaringan Eugene Investment dan jaringan selebritas TOP+ untuk mempromosikan merek makanannya ke konsumen. Bagi TOP+ ini bukan investasi pertamanya di startup teknologi. Perusahaan label musik tersebut juga mengumumkan investasi dengan nilai dirahasiakan untuk perusahaan esports PT Generasi Tangguh Luar Biasa.

Dalam konferensi pers yang digelar perusahaan (16/11), Co-Founder & CEO Wahyoo Peter Shearer mengatakan, dapur virtual ini adalah bisnis yang akan menjadi mesin pertumbuhan baru bagi Wahyoo, sebagai salah satu strategi dalam memanfaatkan jaringan kuliner yang sudah ada ditambah dengan infrastruktur teknologi Wahyoo yang sudah mumpuni.

Peter melanjutkan, loyalitas pemilik usaha kuliner sangat penting bagi pihaknya. Loyalitas bisa didapat ketika ia dan tim mampu memberikan sebuah nilai tambah untuk mereka, yaitu peningkatan bisnis yang lebih baik semenjak bergabung bersama Wahyoo.

“Kalau dulu kami telah berhasil dalam membuat mitra kuliner lebih efisien dalam berbelanja bahan baku, kini kami ingin fokus bagaimana memberikan penghasilan tambahan kepada mitra-mitra kami. Karena itulah memasuki tahun ini, Wahyoo mulai mengeksplorasi model bisnis cloud kitchen yang menawarkan kesempatan untuk mendapatkan penghasilan tambahan bagi mitra kami sehingga diharapkan dapat meningkatkan loyalitas mereka,” kata dia.

Co-Founder & COO Wahyoo Daniel Cahyadi menambahkan, “Kami melihat kemudahan menjadi kunci berkembangnya model bisnis dari Wahyoo Kitchen Partners. Kemudahan dalam berbelanja bahan baku lewat aplikasi kami, kemudahan dalam menjalankan operasional masak di dapur mereka, sampai kemudahan dalam pembayaran dalam aplikasi kami, membuat kami yakin dapat membuat mitra kami menjadi lebih senang dan royal.”

Wahyoo Kitchen Partner

Peter melanjutkan, jaringan dapur virtual yang dibentuk perusahaan punya nilai yang berbeda dibandingkan operator lainnya, yakni kemitraan dengan UMKM kuliner yang selama ini telah menjadi bagian dari perusahaan. Kondisi ini berbanding terbalik dengan operator dapur virtual kebanyakan yang butuh investasi untuk bangun dapur baru dan karyawan baru.

Mitra UMKM kuliner di Wahyoo bisa memaksimalkan potensi dari dapurnya dan karyawan yang sudah ada, selama tetap memenuhi standar dalam hal kebersihan dan kualitas memasak. Tercatat ada 250 restoran kecil dari 27 ribu mitra Wahyoo yang telah bergabung dengan Wahyoo Kitchen Partners ini.

“Khusus kami, ingin bantu UMKM kuliner yang sudah ada di jaringan kami sehingga enggak ada lagi modal tambahan yang harus mereka keluarkan karena dapur dan karyawan sudah ada. Sebab kami ini sharing economy, jadi prinsipnya kami sangat ingin memajukan UMKM.”

Sejauh ini Wahyoo, lewat unit Tajir Group, telah mengoperasikan tiga merek makanan label privat, yakni Bebek Goreng Bikin Tajir, Ayam Paduka, dan Bakso Bikin Tajir. Seluruh suplai produk ini sudah berupa pre-cook agar tidak lama diolah oleh mitra. Alhasil, proses masak jadi lebih ringkas, maksimal lima menit agar lebih cepat sampai ke rumah konsumen.

“Mitra itu pasti enggak mau repot [harus olah menu baru], makanya kita buat mereka semudah mungkin, cuma masak saja. Karena kita memanfaatkan platform online, jadi kita memerhatikan algoritma [dari platform], jangan sampai dapat rating jelek karena proses masaknya lama. Jadi memang standarisasi itu penting di Wahyoo.”

Seluruh suplai bahan makanan disiapkan di pusat gudang Wahyoo yang berlokasi di Daan Mogot, Jakarta Barat berdekatan dengan kantor Wahyoo. Dari situ, proses pengiriman makanan akan dimulai sampai ke outlet.

Ke depannya, Wahyoo akan perbanyak merek makanan yang dapat dijual oleh para mitra UMKM, setidaknya ada tambahan delapan sampai 10 merek baru. Variasi kulinernya berkisar dari martabak, nasi briyani, teh susu, soto, mie ayam, dan nasi goreng.

Adapun Bebek Goreng Bikin Tajir kini sudah hadir di 134 outlet yang tersebar di Jabodetabek, Bandung, Solo, Semarang, dan Bali. Selanjutnya, Ayam Paduka sudah ada di 42 outlet yang tersebar di Jabodetabek, Bandung, dan Solo, dan Bakso Bikin Tajir sudah hadir di 18 outlet di Jabodetabek untuk sementara ini.

Application Information Will Show Up Here

Adopsi “Sharing Economy”, Upaya Wahyoo Ciptakan Dampak Lebih Luas

Tidak bisa dimungkiri potensi yang bisa digarap untuk digitalisasi UMKM di Indonesia begitu besar. Ada banyak aspek yang bisa diperbaiki agar operasional para pebisnis di sektor ini dapat lebih efisien dan secara bersamaan tumbuh eksponensial lewat pemanfaatan teknologi digital. Namun di balik itu semua tersimpan tantangan yang tak kalah menantang.

Wahyoo sebagai salah satu startup yang bermain di ranah ini pun menyadari, tak hanya sekadar fokus pada angka saja, seharusnya para pengusaha harus fokus juga pada menciptakan dampak. Proses dalam menciptakan dampak tersebutlah yang kini disoroti oleh Wahyoo.

Dalam membahas topik tersebut lebih mendalam, #SelasaStartup pada pekan pertama November ini mengundang Co-Founder & COO Wahyoo Daniel Cahyadi sebagai narasumber.

Terus mencari product-market fit

Seperti bisnis pada umumnya yang harus memiliki product-market fit, Wahyoo terus-menerus mencari tahu apa yang menjadi isu di lapangan. Solusi pertama yang dihadirkan adalah menyediakan suplai bahan baku untuk mitra rumah makan. Dengan kemudahan belanja, pengusaha tidak perlu meninggalkan kedainya untuk keluar belanja dan tetap bisa melayani konsumen.

Seiring perjalanan waktu, menurut Daniel, setelah diriset lebih dalam ternyata bagi sebagian besar pengusaha kecil belanja ke pasar itu adalah sesuatu yang menyenangkan. Pengalamannya lebih kaya karena mereka bisa memilih langsung produk yang ingin dibeli.

“Padahal dulu kita lumayan yakin solusi ini bisa kurangi beban mereka. Jadi intinya produk yang looks good, tapi enggak fit di market, harus dicari lagi dengan riset mendalam. Eleminasi bias dan harus benar-benar tepat market multification-nya apa,” ucap Daniel.

Keunggulan yang ditawarkan pada solusi tersebut adalah harga yang kompetitif dan pencatatan digital. Poin terakhir ini penting karena penyebab utama bisnis UMKM gagal adalah kebocoran saat belanja bahan baku. Misal pegawai didelegasi untuk belanja, tapi karena pencatatan dengan tulis tangan maka potensi kebocorannya semakin tak terhindar.

“Kami menawarkan digitalisasi jadi semuanya transparan, enggak ada peluang kebocoran. Selain itu juga tawarkan convenience, pengusaha bisa fokus melayani konsumen, mengembangkan produk, seluruh waste activity dilimpahkan ke kita. Tapi enggak semua pebisnis bisa appreciate those convenience, jadi tergantung pada UMKM itu sendiri.”

Wahyoo Kitchen Partner

Perusahaan pun menyadari, di segmen UMKM ini menciptakan dampak sosial juga tak kalah penting, selain fokus pada bagaimana memindahkan mereka terbiasa dengan platform digital. Didukung dengan tren pesan-antar makanan secara online, Wahyoo akhirnya membuat solusi terbaru dinamai Wahyoo Kitchen Partner.

Bisa dikatakan ini adalah virtual cloud kitchen versi Wahyoo yang memanfaatkan dapur di restoran yang kurang terutilisasi untuk bantu mendistribusikan produk-produk makanan eksklusif milik Wahyoo. Melalui bisnis unit Bikin Tajir Group, Wahyoo menyediakan produk label privat, seperti Ayam Paduka, Bebek Goreng Bikin Tajir, dan Bakso Bikin Tajir.

Yang membedakan dengan operator cloud kitchen dan label privat lainnya adalah Wahyoo bermitra dengan UMKM kuliner untuk suplai produk dan potensial dapat didistribusikan lebih jauh ke jaringan dapur Wahyoo.

“Kami berkolaborasi dengan industri F&B UMKM, ada sate lilit yang kami serap produknya dan jual ke jaringan kami. Dulunya mereka hanya mampu produksi 100 pack, sekarang bisa 1000 pack. Kami ingin berdayakan mereka.”

Menurut Daniel, dengan mengadopsi sharing economy seperti virtual cloud kitchen ini memberikan dampak yang lebih besar buat UMKM. Pun dari segi prospek bisnis jauh lebih cepat cetak untung daripada segmen bisnis lainnya. Terhitung, perusahaan telah bermitra dengan pemilik dapur restoran di ratusan lokasi. Untuk brand Bebek Goreng Bikin Tajir diklaim telah tersedia di 120 lokasi, Ayam Paduka di lebih dari 40 lokasi.

“Mitra kami kini ada yang bisa bangun rumah, kami ingin punya lebih banyak cerita bagus lagi ke depannya. Semoga kami bisa beri impact lebih besar lagi di luar Jabodetabek,” pungkasnya.

Terima Dana Segar 15 Miliar Rupiah, Waku Gencar Ekspansi Solusi Kuliner ke Segmen B2B dan B2G

Ekspansi layanan kuliner jadi agenda utama startup penyedia solusi F&B Waku setelah terima pendanaan tahap awal sebesar $1 juta (sekitar 15,3 miliar Rupiah) dari modal ventura asal Australia “Nasa Ventures” diikuti 11th Space. Selain itu, perusahaan akan perluas area layanan ke seluruh Indonesia, penetrasi pasar baru, R&D produk baru, dan infrastruktur teknologi.

Perusahaan memperoleh pendanaan ini pasca menyelesaikan program akselerator “11th Space Indonesia” yang berakhir pada Juli 2022. Nasa Ventures dan 11th Space Indonesia merupakan entitas yang terafiliasi dengan Navanti Holdings dan Sapien Ventures. Satu bulan sebelumnya, Nasa Ventures berinvestasi pada startup kuliner lokal lainnya, yakni Wani Boemboe.

“Dengan pendanaan ini dan strategic investors yang baru, kami akan mempercepat perkembangan dan perluasan Waku di Indonesia. Masih banyak sekali yang perlu kami lakukan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat melalui makanan,” kata Founder & CEO Waku Group Anthony Gunawan.

Waku, yang sebelumnya dikenal dengan Wakuliner, memosisikan diri sebagai penyedia solusi F&B dengan fokus utama pasar B2B dan B2G. Layanan utamanya adalah katering karyawan dan acara, kantin & food facility management, pantry supplies, dan belasan kategori lainnya yang diusung oleh delapan merek di bawah manajemen Waku Group.

Sejak akhir 2019, Waku bertumbuh lebih dari 14x lipat, ekspansi ke 20 kota, melayani 573 klien perusahaan dan pemerintahan. Kemudian, menyajikan lebih dari 4 juta porsi makanan, memberdayakan lebih dari 60 dapur, dan satu-satunya penyedia F&B yang sanggup melayani pesanan serentak sebanyak 70.000 pax di 58 kota dalam satu hari.

“Ini menjadikan Waku sebagai salah satu leading F&B solution providers di Indonesia hanya dalam tiga tahun.”

Pencapaian Waku

Dalam wawancara bersama DailySocial.id, Anthony menuturkan rasa syukurnya karena Waku dapat bertahan selama pandemi. Menurutnya, pandemi benar-benar menjadi pembuktian bahwa startup harus agile, cepat beradaptasi dan bergerak cepat.

“Covid-19 memaksa kami untuk mereformasi semua departemen dan hampir seluruh KPI di Waku. Kami dipaksa bekerja lebih cepat, lebih efisien, dan efektif, dengan budget yang lebih ketat,” ujarnya.

Chief Creative Officer Waku Group Verawaty Effendy turut menambahkan, manajemen pun pada akhirnya mengubah banyak titel pekerjaan dan job desc baru yang tercipta karena kondisi. Meski berat, tim akhirnya jadi lebih inovatif dan kreatif terhadap layanan dan produk. Hasilnya meluncurkan brand dan label privat baru, di antaranya happYCheeks (frozen food, ready to eat meals), Kriz Kraz (makanan ringan), dan Kiseka (ready to heat meals & snack).

“Waku sama sekali tidak melakukan layoff karyawan karena pandemi. Di tengah pandemi di mana banyak perusahaan yang berhenti beroperasi atau layoff karyawan, Waku tetap bisa berkembang. Ekspansi ke 20 kota dan bertumbuh omzetnya.”

Tidak hanya melayani konsumen B2B dan B2G, kini Waku mulai masuk ke pasar B2C, melalui label privat yang sudah disebutkan di atas. Strategi pemasarannya pun berbeda, menggunakan platform marketplace dan media sosial menyesuaikan dengan kebiasaan belanja online bagi konsumen ritel di Indonesia. Tak hanya itu, dari distribusinya pun dilakukan oleh tim terdedikasi khusus B2C.

Ekspansi ke pasar baru ini akan mendukung bisnis utama Waku yang diestimasi punya pangsa pasar di Indonesia senilai $32 miliar, menurut sumber yang dilansir oleh Anthony. “Angka tersebut terus berkembang selama pandemi karena semakin meningkatnya awareness terhadap kebersihan dan kesehatan makanan, dan kepedulian terhadap wellness & performa karyawan perusahaan,” tutupnya.

Sebagai catatan, Waku juga menjadi afiliasi dari Boga Group dan Telkom Indonesia. Anthony menjelaskan Waku merupakan alumni dari program inkubator dan akselerator dari Telkom, Indigo Creative Nation pada 2018.

“Telkom memiliki convertible note di Waku, yang akan di-exercise oleh MDI. Sementara, owner dan founder Boga Group juga menjadi angel investor dan advisor di Waku. Boga Group juga menjadi strategic partner Waku dari sisi dapur dan suplai,” tutup Anthony.

Application Information Will Show Up Here

Mendongkrak Bisnis UMKM Kuliner melalui “Cloud Kitchen” dan “Food Delivery”

Pandemi telah menjadi momentum menarik bagi pelaku UMKM di sektor makanan dan minuman (F&B) Indonesia. Meskipun banyak yang berguguran, kontribusi startup sebagai enabler menjadi salah satu faktor bagaimana bisnis di sektor ini bisa bertahan.

Berdasarkan laporan yang dirilis LPEM FEB UI dan UNDP Indonesia tahun 2020 lalu, 40% pengusaha UMKM berada di sektor makanan dan minuman. Di sisi gender, UMKM yang dimiliki perempuan sebagian besar memproduksi makanan dan minuman. Di sisi lain, hanya 20% UMKM milik laki-laki yang bergerak di sektor makanan dan minuman.

Keberadaan cloud kitchen, sebagai pendukung bisnis food delivery, dinilai  membantu pertumbuhan bisnis pelaku UMKM. DailySocial mencoba melihat seperti apa kontribusi platform cloud kitchen, seperti Yummy Corp dan Dailybox.

Dampak positif jangka panjang

Pertumbuhan industri cloud kitchen di Indonesia didukung peningkatan pemesanan makanan secara online seiring dengan pergeseran perilaku konsumen, khususnya di masa pandemi. Berdasarkan riset Momentum Works, sejumlah restoran dan platform pesan antar makanan menggunakan waktu lebih banyak di tahun 2021 untuk bereksperimen dengan model bisnis baru, salah satunya cloud kitchen.

Riset tersebut menyebutkan, cloud kitchen membantu restoran dan pelaku usaha kuliner untuk menaikkan total pendapatan (topline) melalui jangkauan konsumen yang lebih luas.

Cloud kitchen juga diklaim menawarkan kemudahan fleksibilitas modal dengan pilihan waktu sewa yang dapat diatur sesuai kebutuhan. Konsep ini juga memberi kemudahan untuk mengubah konsep dan jenis makanan/menu dengan cepat.

Salah salah pemain terdepan di Asia Tenggara, Grab, melihat adanya peluang yang sangat besar bagi industri cloud kitchen untuk tumbuh dan menjangkau lebih banyak konsumen di Indonesia. Layanan GrabKitchen menjadi cara Grab memperkenalkan konsep cloud kitchen untuk memberdayakan mitra merchant.

“Kemitraan kami dengan para mitra usaha yang solid, pemanfaatan teknologi terbaik dalam menciptakan pengalaman pengguna yang bersifat hyperpersonal, dan perluasan jaringan GrabKitchen yang pesat merupakan faktor-faktor pendorong semakin relevannya GrabFood untuk masyarakat Indonesia,” kata Head of Marketing GrabFood – Grab Indonesia Hadi Surya Koe.

Kolaborasi dengan platform cloud kitchen, misalnya antara Grab dan Yummy Corp, diklaim membantu bisnis F&B yang bergabung di jaringan ini memperoleh dukungan komprehensif untuk mengembangkan dan meluncurkan restoran virtual dan perekrutan dan pelatihan staf untuk mengoperasikan cloud kitchen.

Suasana merchant dari GrabFood / Grab

Saat ini Grab telah memiliki lebih dari 45 cloud kitchen yang berlokasi di 8 kota (Jakarta, Bandung, Bali, Medan, Surabaya, Makassar, Surakarta dan Malang) di Indonesia.

“Perpaduan keahlian Grab dan Yummy Corp dapat mempercepat pengembangan sektor cloud kitchen di Indonesia,” kata Hadi.

Yummykitchen, platform cloud kitchen Yummy Corp, tahun ini telah menyediakan slot 30% untuk UMKM. Tercatat saat ini Yummy Corp telah memiliki sekitar 60 lebih brand partner.

“Yummy Corp sebagai platform sebetulnya lebih tepatnya dikatakan sebagai partner. Karena kondisinya kita disini saling membantu agar ekosistem F&B di Indonesia sama-sama maju. Dapat dibilang ekosistem F&B di Indonesia sudah lumayan berkembang dan Yummy Corp akan terus mengembangkan ekosistem ini dengan memperkuat teknologi dan SDM yang kita punya,” kata CEO Yummy Corp Mario Suntanu.

Pandemi telah mengakselerasi fenomena sinergi antara pelaku UMKM kuliner dengan layanan pesan antar makanan dan cloud kitchen. Sinergi ini disebut membantu pelaku UMKM kuliner untuk berkembang dan lebih cepat berjualan, karena biaya yang dibutuhkan cenderung lebih kecil dan waktu yang dibutuhkan untuk membangun infrastruktur lebih singkat.

“UMKM adalah pilar penting bagi perekonomian Indonesia. Kontribusi sektor ini terhadap PDB Indonesia itu lebih dari 60%. UMKM bahkan mampu menyerap 97% dari total tenaga kerja yang ada. Hal ini yang membuat sektor ini menjadi sangat menarik untuk digarap,” kata CEO Dailybox Kelvin Subowo.

Di sisi lain, sebagai pemain baru, kehadiran ShopeeFood diklaim turut menyediakan peluang pendapatan yang dapat memberikan dampak positif jangka panjang bagi mitra.

“Saat ini, fokus kami adalah mendukung pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia dengan merangkul lebih banyak bisnis kuliner, terutama pelaku UMKM, pengguna, serta mitra pengemudi untuk memaksimalkan penggunaan layanan digital dalam kehidupan mereka sehari-hari,” kata Brand Marketing Manager ShopeeFood Andreas Christiadi.

Prosedur dan pengawasan

Suasana central kitchen Dailybox / Dailybox
Suasana central kitchen Dailybox / Dailybox

Prioritas platform cloud kitchen dan food delivery adalah menjaga kualitas dan keamanan makanan yang dipesan secara online. Untuk memastikan hal ini, Dailybox melakukan pengawasan yang dilakukan oleh tim dapur Dailybox yang terdiri dari chef hotel berbintang berpengalaman. Tim biasanya melakukan audit berkala dan inspeksi mendadak untuk memastikan mitra UMKM bekerja sesuai dengan standar yang sudah ditetapkan.

Saat ini Dailybox sudah mendapatkan sertifikasi halal. Kedepannya diharapkan semua mitra UMKM DailyBox bisa tersertifikasi, seperti HACCP. Meskipun mereka menyadari hal ini tidak bisa terjadi dalam sekejap. Misi DailyBox adalah untuk meningkatkan kualitas mitra UMKM.

“UMKM yang berkolaborasi dengan Dailybox wajib mematuhi pedoman halal, standar keamanan pangan yang ketat (termasuk hygiene dan kualitas bahan baku) dan standar konsistensi rasa. Tim kami menyadari bahwa mitra UMKM Dailybox membutuhkan bimbingan ekstra supaya mereka secara bertahap dapat memenuhi standar yang kami tetapkan,” kata Kelvin.

Sementara pengawasan yang dilakukan Yummy Corp adalah memastikan proses pengolahan dilakukan telah melalui prosedur sesuai dengan proses yang dimiliki mitra. Untuk memastikan output makanan yang keluar memiliki kualitas sesuai standar yang dimiliki, Yummy Corp terus melakukan training secara berkelanjutan untuk crew dan serangkaian proses Quality Control yang ketat.

Menyimak Strategi Bisnis Mangkokku Bertahan Saat Pandemi

Meskipun sempat terhambat pertumbuhannya saat pandemi,  keberadaan cloud dan ghost kitchen di Indonesia mampu menjadi format alternatif bagi pemilik bisnis kuliner di Indonesia untuk bisa bertahan di tengah krisis. Hal ini untuk beradaptasi dengan perubahan kebiasaan konsumen yang mulai melakukan pembelian secara online, konsep dapur tadi menjadi pilihan yang ideal karena bisa menjadikan proses produksi jadi lebih efisien.

Namun pada akhirnya untuk bisa mengembangkan bisnis dan mendapatkan profit, banyak dari pemilik bisnis kuliner yang berharap kegiatan dine-in di restoran kembali normal. Hal ini juga yang dirasakan Mangkokku.

Mangkokku yang menyediakan makanan dengan konsep rice bowl (nasi dalam mangkuk) bercita rasa nusantara. Startup ini didirikan oleh Randy Kartadinata, Arnold Poernomo, Gibran Rakabuming, dan Kaesang Pangarep.

Dalam sesi #SelasaStartup, CEO Mangkokku Randy Kartadinat, mengungkapkan tantangan dan potensi bisnis saat ini dan ke depannya.

Strategi bisnis saat pandemi

Salah satu strategi yang sukses dilancarkan oleh Mangkokku saat pandemi adalah mulai membangun beberapa outlet di kawasan perumahan. Dengan demikian saat  banyak orang yang enggan datang ke restoran, tetap bisa menikmati pilihan menu khas nusantara dari outlet Mangkokku dengan jarak yang lebih dekat. Meskipun masih mengandalkan mitra online delivery seperti GoFood, GrabFood, dan lainnya, namun cara tersebut diklaim cukup ampuh untuk meningkatkan penjualan mereka.

Strategi kedua yang juga dilancarkan adalah mengeluarkan pilihan menu dengan harga yang terjangkau. Randy menegaskan, di Mangkokku memang tidak mengeluarkan pilihan menu yang banyak. Dengan 15 opsi menu unggulan, cukup mampu untuk menciptakan engagement dan relasi yang baik kepada pelanggan setia.

Sebagai platform, Mangkokku juga melakukan proses quality control yang sangat ketat kepada pemasok mereka. Hal tersebut sengaja dilakukan untuk bisa menjaga kualitas dari produk yang mereka hadirkan.

Disinggung seberapa besar fokus perusahaan untuk mengembangkan teknologi, Randy menegaskan, produk yang baik adalah produk yang disukai oleh masyarakat. Selanjutnya pengembangan teknologi dan dukungan lainnya akan lebih mudah untuk dikembangkan.

“Sejak awal kami hadir secara offline, namun pandemi telah mengubah semua itu mengharuskan kami untuk bisa mengadopsi layanan secara online. Mulai dari mengembangkan cloud kitchen hingga memanfaatkan teknologi untuk pemesanan hingga pengantaran,” kata Randy.

Pertumbuhan bisnis positif

Saat ini Mangkokku mengklaim telah mengalami pertumbuhan bisnis hingga 6x setelah mendapatkan pendanaan tahap awal dari Alpha JWC Ventures sebesar $2 juta atau sekitar 29 miliar Rupiah di 2020. Tahun ini Mangkokku kembali mengantonggi pendanaan seri A sebesar $7 juta atau sekitar 101 miliar Rupiah yang dipimpin oleh Alpha JWC Ventures dan EMTEK, serta partisipasi dari Cakra Ventures.

Ada beberapa rencana yang ingin dilancarkan oleh perusahaan setelah merampungkan pendanaan ini Di antaranya adalah melakukan ekspansi hingga renovasi perlengkapan dapur. Dana segar tersebut juga akan dimanfaatkan untuk melakukan pelatihan untuk pengembangan talenta, sekaligus melakukan perekrutan talenta baru.

“Saya percaya jika perusahaan ingin berkembang perlunya merekrut tim yang tepat untuk mendukung pertumbuhan perusahaan,” kata Randy.

Untuk meningkatkan pengalaman dan kenyamanan berbelanja, Mangkokku akan meluncurkan aplikasinya pada akhir tahun ini. Aplikasi ini nantinya akan menyediakan layanan pesan antar, ambil sendiri, program loyalitas, serta promosi khusus.

Selain itu, Mangkokku juga menargetkan untuk membuka outlet ke-100nya tahun ini serta 100 gerai lagi di 2023. Mangkokku juga memiliki rencana untuk bisa membawa kuliner khas nusantara tampil lebih popular secara global.

“Saat pandemi cloud kitchen menjadi format yang paling tepat untuk bertahan. Namun dari sisi merchant harapannya saat kondisi normal bisnis dining akan kembali pulih dan gross margin yang lebih sehat,” kata Randy.

Cara Gabung Jadi Mitra Startup Kuliner Hangry

Hangry adalah startup kuliner di Indonesia, yang memiliki konsep restoran berbasis komputasi awan atau cloud kitchen dan multi-brand. Startup kuliner satu ini fokus melayani konsumen melalui pesan antar (delivery).

Lain dengan restoran konvensional pada umumnya, konsep cloud kitchen sendiri tidak melayani makan langsung di tempat. Hangry mengembangkan aplikasinya sendiri, agar pelanggan dapat memesan makanan secara online.

Hingga kini, Hangry sudah memiliki 73 outlet di beberapa wilayah di Indonesia, antara lain Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi dan Bandung. Pihak perusahaan mengaku akan terus melakukan perluasan wilayahnya demi memaksimalkan bisnis.

Syarat dan Cara Kerja Kemitraan Hangry

Salah satu cara utama Hangry membedakan dirinya dengan perusahaan cloud kitchen dan multi-brand lainnya, yakni dengan fokus pada brand kuliner yang diusungnya sendiri, alih-alih menyediakan fasilitas dan layanan dapur untuk restoran dan klien pihak ketiga lainnya.

Meski begitu, startup kuliner ini tak menutup kesempatan bagi siapa saja yang ingin menjadi mitra, melalui program kemitraannya. Cara kerja program ini yakni secara auto-pilot atau usaha sepenuhnya dijalankan oleh manajemen.

Manajemen akan menjalankan bisnis secara menyeluruh. Mulai dari pemilihan lokasi, konstruksi, supply chain, hingga kegiatan operasional seperti menjaga kualitas bahan makanan, pengawasan staf di lapangan hingga mengutamakan kebersihan dan keamanan outlet.

Mitra hanya pelu menyetorkan modal awal dan menunggu hasil penjualan dari modal yang disetorkan. Melansir Bisnis.com, biaya kemitraan Hangry dimulai dari kisaran Rp 900 juta. Dengan membayar biaya tersebut, mitra akan mendapatkan akses ke semua brand di bawah naungan startup kuliner itu.

Langkah Bergabung Jadi Mitra

Setelah memahami syarat dan cara kerja kemitraan pada perusahaan kuliner rintisan tersebut, begini cara mendaftar menjadi mitranya:

  • Selanjutnya, scroll menuju paling bawah pada laman Kemitraan.
  • Kemudian, isi kolom pedaftaran di bawah tulisan “Tertarik? Daftarkan diri anda sekarang”.
  • Calon mitra akan diminta mengisi nama pendaftar, alamat email, nomor telepon.

  • Berikutnya, pilih lokasi outlet.

  • Setelah itu, klik Daftar Sekarang.
  • Setelah form pendaftaran terkirim, silakan tunggu konfirmasi selanjutnya dari pihak Hangry untuk diarahkan ke proses selanjutnya.

Keuntungan Bergabung Kemitraan

Ada pun keuntungan menjadi mitra Hangry, antara lain:

  • Mendapatkan beberapa brand ternama di beberapa outlet sekaligus.
  • Pengelolaan operasional secara menyeluruh dari Hangry.
  • Tak perlu repot memikirkan menu atau inovasi baru bagi bisnis.
  • Pembagian manfaat dan akses yang transparan.
  • Potensi keuntungan lebih dari dua kali lipat.

Demikian serangkaian tips dan cara bergabung kemitraan startup kuliner Hangry. Semoga bermanfaat!

Hangry, Startup Kuliner yang Bantu Brand Lokal Rambah Pasar Global

Hangry adalah startup kuliner di Indonesia, yang memiliki konsep restoran berbasis komputasi awan atau cloud kitchen dan multi-brand. Melalui layanannya, startup ini berkomitmen ingin menjadi perusahaan kuliner F&B yang sukses tak hanya di pasar lokal, tetapi juga global.

Startup kuliner satu ini hadir pada 2019, yang didirikan oleh Abraham Viktor, Robin Tan dan Andreas Resha. Hangry lahir di tengah bisnis kuliner yang menggeliat kencang, ditambah dengan tren layanan on-demand yang kian diminati masyarakat.

Dengan mengusung konsep cloud kitchen, startup ini  fokus melayani konsumen melalui layanan pesan antar (delivery). Lain dengan restoran konvensional pada umumnya, konsep cloud kitchen sendiri tidak melayani makan langsung di tempat.

Hangry juga berkomitmen menjadi one-stop-solution bagi konsumen bisnis kuliner. Salah satunya dengan memiliki aplikasi Hangry App, yang memungkinkan pelanggan memesan produk kuliner dari brand-brand di bawah naungannya secara online, dalam satu kali pesanan.

app

Miliki Ragam Kuliner dari Berbagai Brand

Perusahaan rintisan ini, memiliki beberapa brand kuliner dengan menu yang beragam. Di antaranya, yakni Moon Chicken dengan menu ayam goreng ala Korea, San Gyu dengan masakan otentik Jepang, Ayam Koplo dengan ayam geprek dan berbagai hidangan ayam, serta Dari Pada dengan kopi dan menu minuman lainnya.

Ada pun harga yang dipatok pada setiap menunya mulai dari kisaran Rp 15 ribu sampai Rp 70 ribu per porsi. Selain tersedia di aplikasi rintisannya sendiri, produk kuliner tersebut juga tersedia di berbagai layanan food delivery lain, seperti Gofood, Grabfood, ShopeeFood dan Traveloka Eats.

Hingga kini, startup ini sudah memiliki 73 outlet di beberapa wilayah di Indonesia, antara lain Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi dan Bandung. Pihak Hangry mengaku akan terus melakukan perluasan wilayahnya demi memaksimalkan bisnis.

Tawarkan Kemitraan 

Salah satu cara utama Hangry membedakan dirinya dengan perusahaan cloud kitchen dan multi-brand lainnya, yakni dengan fokus pada brand kuliner yang diusungnya sendiri, alih-alih menyediakan fasilitas dan layanan dapur untuk restoran dan klien pihak ketiga lainnya.

Meski begitu, perysahaan ini tak menutup kemungkinan bagi siapa saja untuk bergabung menjadi mitra, melalui program kemitraannya. Keuntungan menjadi mitranya, antara lain:

  • Mendapatkan beberapa brand ternama di beberapa outlet sekaligus.
  • Pengelolaan operasional.
  • Pembangian manfaat dan akses yang transparan.
  • Potensi keuntungan lebih dari dua kali lipat.

Misi: Bawa Brand Kuliner Lokal Naik Kelas

Hangry memiliki komitmen menjadi brand yang tumbuh bersama konsumen. Startup ini juga memiliki misi menjadi perusahaan makanan dan minuman terbesar di Indonesia pada 2025. Kemudian menyasar pasar global pada 2030.

Dengan sejumlah pendanaan investor, Hangry juga bertekad untuk menambah jumlah gerai Hangry di Indonesia, termasuk meluncurkan restoran dine-in, sebelum melakukan ekspansi ke negara lain.

Hangry Dikabarkan Galang Pendanaan Lanjutan 205 Miliar Rupiah

Startup kuliner multi-brand sekaligus brand aggregator Hangry dikabarkan tengah merampungkan putaran pendanaan terbarunya. Dari data yang telah diinputkan ke regulator, saat ini nilai putaran ekuitas yang telah terkumpul mencapai $14,25 juta atau sekitar 205 miliar Rupiah.

Digabungkan dengan putaran pendanaan awal dan seri A yang didapat tahun lalu, saat ini diperkirakan valuasi perusahaan mendekati $150 juta, mengokohkan pada status “centaur”.

Sejumlah pemodal ventura dan angel investor berpartisipasi dalam investasi tersebut, termasuk Alpha JWC Ventures dan Orzon Ventures. Kami sudah mencoba meminta pernyataan ke eksekutif perusahaan. Namun sampai berita ini diterbitkan belum ada respons yang diberikan.

Perluas model bisnis dan ekspansi

Sejak didirikan tahun 2019, kini Hangry telah mengoperasikan 74 outlet yang terbesar di Jabodetabek, Bandung, Surabaya, dan Semarang. Hingga 2021, disampaikan juga mereka telah menjual 10 juta porsi makanan dan minuman.

Perluasan yang cukup kencang tersebut didukung model bisnis ala cloud kitchen yang diadopsi. Hal ini dilandasi model operasional Hangry mengutamakan pesanan via aplikasi food delivery — kendati beberapa waktu terakhir mereka juga mulai menyediakan opsi dine-in.

Selain mengembangkan brand makanan sendiri, tahun ini Hangry juga memulai strategi brand aggregator. Mereka akan mengakuisisi penuh brand kuliner yang dianggap potensial masuk ke ekosistem produknya. Pekan lalu, Hangry mengumumkan akuisisinya atas Accha, sebuah brand makanan khas India yang beroperasi di Jakarta.

Masuknya Accha akan melengkapi varian produk yang telah dimiliki Hangry, seperti Moon Chicken, San Gyu, Kopi Dari Pada, dan Ayam Koplo. Kendati demikian, Co-Founder & CEO Abraham Viktor memastikan bahwa pembuatan brand baru secara mandiri akan terus dilakukan, seiring dengan strategi akuisisi yang akan mulai digencarkan.

Selain itu turut dikatakan, strategi brand aggregator juga diyakini bisa mendekatkan Hangry dengan cita-citanya untuk melayani pasar global, sehingga tidak menutup kemungkinan ke depan juga akan ada brand makanan di luar Indonesia yang akan diakuisisi dan dimasukkan ke dalam ekosistemnya.

Application Information Will Show Up Here

Ingin Gabung Bisnis Cloud Kitchen? Ketahui Dulu Cara Kerjanya

Cloud kitchen (dapur awan) atau sering disebut ghost kitchen merupakan sebuah bisnis dengan layanan berbasis komputasi awan yang diciptakan untuk bisnis kuliner. Dapur awan ini biasanya ditawarkan oleh suatu unit bisnis untuk disewakan kepada pelaku bisnis kuliner.

Fasilitas yang disediakan oleh penyedia cloud kitchen lengkap. Mulai dari fasilitas teknologi hingga fasilitas dapur bersama yang digunakan untuk memasak berbagai menu dari berbagai macam restoran.

Lantas, bagaimana cara kerja cloud kitchen dengan fasilitas yang disediakannya itu? Simak penjelasannya.

Cara Kerja Cloud Kitchen

Konsep yang diusung oleh cloud kitchen adalah dengan mengoperasikan dapur yang berfokus ke layanan pengiriman makanan. Bisnis ini tidak menyediakan layanan makan di tempat.

Konsep ini menjadikan bisnis kuliner yang bergabung dengan dapur awan memiliki pengantaran yang cenderung lebih cepat dibandingkan dengan restoran biasa.

Ada pun langkah kerjanya antara lain, sebagai berikut:

  • Penyedia atau pengelola cloud kitchen membangun sebuah dapur pusat berukuran besar, yang akan digunakan oleh para pelaku bisnis kuliner sebagai penyewa.
  • Dapur tersebut dibagi atas beberapa bilik yang akan ditempati oleh masing-masing penyewa, dari sejumlah brand dan berbagai macam jenis kuliner yang diproduksinya.
  • Ketika pemilik bisnis kuliner menyewa bilik di sebuah cloud kitchen, setiap pesanan makanan yang masuk secara online akan langsung diteruskan ke pihak dapur.
  • Setelah pesanan selesai dibuat dan dikemas, pesanan langsung diantarkan dengan jasa kurir pengantaran makanan.
  • Terakhir, pesanan diterima oleh konsumen.

Persiapan Pebisnis Kuliner Sebelum Gabung Cloud Kitchen

Dengan fasilitas, konsep dan cara kerja cloud kitchen seperti yang telah dipaparkan di atas, jika pemilik bisnis kuliner tertarik memanfaatkan sistem cloud kitchen, berikut ini beberapa persiapan yang perlu dilakukan oleh pemilik bisnis kuliner.

  • Siap Modal

Persiapan modal penting dilakukan bagi pelaku bisnis kuliner, sebelum memutuskan untuk bergabung dengan  layanan berbasis komputasi awan ini. Pertimbangkan dengan detail apakah layanan tersebut dapat berdampak baik bagi bisnis kuliner yang dijalankan.

Meski modal yang diperlukan lebih rendah ketimbang membuka restoran konvensional pribadi, modal memanfaatkan sistem cloud kitchen juga perlu diperhitungkan dengan matang. Termasuk, membuat daftar terkait hal-hal yang dibutuhkan untuk memulainya.

  • Pilih Lokasi Strategis

Pemilihan lokasi bisnis yang strategis dapat memudahkan konsumen untuk mengakses kuliner yang diproduksi oleh bisnis. Meski tidak melayani makan di tempat, lokasi strategis ini juga dapat mempermudah kurir dalam pengantaran pesanan.

Selain modal dan lokasi, pemilik bisnis dapat juga mempersiapkan staf, koki, platform pemesanan, jasa pengantaran hingga alat memasak dan alat pendukung operasional lainnya. Namun, beberapa cloud kitchen dapat membantu pelaku bisnis dalam mempersiapkan hal-hal tersebut.