Twitter Spaces Kini Dapat Diakses Lewat Browser

Di saat Clubhouse sudah tersedia di Android tapi masih mempertahankan sistem invite-only, Twitter justru semakin membuka lebar pintu akses ke Spaces, fitur live audio yang mereka buat untuk menyaingi Clubhouse. Awalnya cuma tersedia di aplikasi Twitter versi iOS, Spaces lanjut merambah ke Android tidak lama kemudian, dan sekarang fitur ini pun akhirnya hadir di Twitter versi web.

Ya, Twitter Spaces sekarang sudah bisa diakses melalui browser di perangkat desktop maupun mobile. Setiap kali Anda mengklik suatu Space, Twitter akan menampilkan jendela preview-nya terlebih dulu, sehingga Anda dapat melihat siapa saja pembicara dan partisipan yang hadir beserta topik yang dibahas, sebelum akhirnya ikut bergabung.

Selagi bergabung di dalam suatu Space, Anda tetap bisa lanjut memantau linimasa. Di perangkat desktop, tampilan Space-nya akan diperkecil dan ditempatkan di sebelah kanan, menutupi porsi yang biasanya dihuni oleh daftar trending topic.

Partisipan juga memiliki opsi untuk mengaktifkan fitur transcription, dan seperti yang bisa dilihat pada gambar di atas, teksnya pun akan ikut ditampilkan di jendela kecil tadi sehingga partisipan tetap bisa mengikuti percakapan walaupun speaker-nya mati. Tentu saja fitur ini juga Twitter siapkan untuk mengakomodasi pengguna yang memiliki gangguan pendengaran.

Belum lama ini, Twitter memang sempat membeberkan rencananya agar Spaces dapat lebih mudah diakses oleh kaum difabel. Selain faktor accessibility, Twitter pun tidak lupa berfokus pada fitur-fitur lain yang tak kalah penting, seperti misalnya fitur reminder untuk Space yang dijadwalkan tayang di waktu tertentu, serta tampilan antarmuka yang bisa beradaptasi dengan baik dengan ukuran layar perangkat.

Sekadar informasi, semua pengguna Twitter tanpa terkecuali dapat bergabung dalam suatu Space, akan tetapi yang bisa menjadi host hanyalah yang mempunyai paling tidak 600 follower. Dalam setiap Space, jumlah maksimum pembicara yang didukung adalah 11 (termasuk host), namun jumlah pendengarnya sama sekali tidak dibatasi.

Sumber: Engadget dan Twitter.

Clubhouse Akhirnya Tersedia Secara Resmi di Android

Setelah lebih dari satu tahun membangun reputasinya sebagai platform sosial khusus untuk para pengguna perangkat iOS, Clubhouse akhirnya tersedia di Android secara resmi. Aplikasinya sekarang sudah bisa kita temukan di Google Play Store, akan tetapi statusnya sejauh ini masih beta, dan baru bisa digunakan oleh para pengguna di Amerika Serikat saja.

Lebih penting lagi, Clubhouse versi Android rupanya masih akan tetap mempertahankan sistem invite-only yang diterapkan selama ini pada versi iOS-nya. Ini berarti agar bisa mendaftarkan akun, Anda harus menerima undangan dari pengguna lain terlebih dulu. Menurut pengembangnya, hal ini diperlukan demi menjaga pertumbuhannya tetap terukur, memastikan server-nya tidak kewalahan akibat adanya peningkatan jumlah pengguna secara drastis.

Dalam beberapa minggu ke depan, tim pengembang Clubhouse berniat untuk mengumpulkan feedback dari komunitas pengguna Android-nya, sekaligus memperbaiki problem-problem yang muncul dan menambahkan sejumlah fitur. Perilisannya di negara-negara lain disebut bakal berlangsung secara perlahan, dimulai dari negara-negara yang menggunakan bahasa Inggris terlebih dulu.

Untuk sekarang, Clubhouse versi Android memang masih setengah matang, alias belum semua fiturnya tersedia. Di antaranya adalah fitur untuk mengikuti topik-topik tertentu, fitur untuk menyambungkan akun Twitter maupun Instagram, serta fitur Send Money yang baru diluncurkan bulan April kemarin.

Pada laman FAQ-nya, Clubhouse juga menegaskan bahwa aplikasi Android resminya hanya bisa didapatkan lewat Google Play Store. Di luar itu adalah versi yang tidak resmi kalau menurut pengembangnya sendiri, dan mereka tidak bisa menjamin keamanan akun masing-masing pengguna yang memakai versi tidak resmi tersebut.

Di bulan-bulan mendatang, Clubhouse berencana untuk membuka platform-nya lebih jauh lagi. Agendanya mencakup memberikan akses ke jutaan pengguna iOS yang sudah tergabung dalam waitlist, menambahkan dukungan bahasa, serta menghadirkan lebih banyak fitur-fitur terkait aksesibilitas.

Sementara itu, di luar sana hampir semua platform sosial juga tengah sibuk menyiapkan rival Clubhouse-nya masing-masing. Twitter adalah yang pertama menyusul jejak Clubhouse, diikuti oleh Discord, Reddit, dan dalam waktu dekat, Facebook. Bahkan Spotify yang serius di bidang podcast pun tidak mau kehilangan kesempatan di tengah tren live audio ini.

Sumber: Clubhouse. Gambar header: Depositphotos.com.

Bos Spotify: Semua Platform Sosial Bakal Punya Fitur Live Audio

Live audio, social audio, apapun itu namanya, sedang menjadi topik hangat semenjak popularitas Clubhouse mencuat secara drastis. Satu demi satu platform sosial menyerukan rencananya untuk ikut ambil bagian dalam tren baru ini. Mulai dari yang sebesar Facebook, sampai yang niche seperti LinkedIn maupun Reddit, semuanya sedang sibuk menyiapkan kompetitor Clubhouse.

Begitu populernya tren live audio belakangan ini, ada kemungkinan bagi live audio untuk menyusul jejak Stories ke depannya. Ini bukan pendapat saya, melainkan pendapat CEO Spotify, Daniel Ek, yang ia sampaikan pada episode terbaru podcast Spotify: For the Record.

Daniel memprediksi semua platform ke depannya bakal memiliki fitur live audio, kurang lebih sama seperti ketika demam Stories sedang melanda. Seperti yang kita tahu, Stories awalnya cuma ada Snapchat, namun popularitas format video ephemeral tersebut langsung melambung tinggi sejak dijiplak oleh Instagram. Sekarang pun Stories sudah menjadi fitur umum yang dimiliki banyak platform sosial sebagai salah satu cara berinteraksi antar sesama penggunanya.

Tanpa perlu terkejut, Spotify sendiri tentu juga sedang menyiapkan kompetitor Clubhouse. Pada akhir bulan Maret lalu, Spotify mengakuisisi Betty Labs, pengembang aplikasi live audio khusus segmen olahraga bernama Locker Room. Spotify saat ini sedang dalam proses merombak aplikasi tersebut, yang nantinya bakal dinamai Spotify Greenroom ketika sudah siap dirilis ke publik.

Greenroom bakal jadi aplikasi yang terpisah dari Spotify. Seperti halnya Clubhouse, Greenroom bakal menjadi medium yang dapat dipakai untuk berdiskusi, berdebat, maupun untuk mengadakan sesi tanya-jawab secara live. Topiknya tentu tidak lagi terbatas untuk bidang olahraga saja.

Spotify memang belum merincikan terlalu banyak detail mengenai Greenroom, tapi mereka sudah punya gambaran yang cukup jelas terkait fitur-fitur menarik yang bakal diintegrasikan. Salah satunya adalah fitur untuk menyulap sesi live audio di Greenroom menjadi podcast di Spotify. Mereka juga bereksperimen dengan fitur-fitur monetisasi, dan salah satu opsi yang terpikirkan adalah mempersilakan kreator untuk menarik biaya masuk ke masing-masing room-nya.

Sumber: Engadget. Gambar header: Depositphotos.com.

Reddit Talk Adalah Tiruan Clubhouse yang Sangat Cocok untuk AMA

Clubhouse sedang diserbu dari segala arah. Seakan belum cukup kompetisi yang datang dari Twitter, Discord, dan yang terbaru, Facebook, sekarang Reddit pun juga tengah bersiap untuk meluncurkan inisiatif serupa di bidang social atau live audio.

Kompetitor Clubhouse versi Reddit ini dinamai Reddit Talk, dan seperti yang bisa kita lihat dari tampilan antarmukanya, konsepnya benar-benar mirip seperti Clubhouse (dan tiruan-tiruan lainnya yang baru muncul belakangan ini): deretan pembicara ditempatkan di atas, diikuti oleh deretan pendengar di bawahnya.

Di porsi paling bawah, ada tombol untuk memberikan reaksi, serta tombol raise hand seandainya pendengar ingin meminta izin untuk berbicara kepada host maupun moderator. Sebagai forum dengan skala global, Reddit tentu punya pengalaman panjang perihal moderasi, dan ini pada dasarnya bisa menjadi jaminan atas kelengkapan tool moderasi yang terdapat pada Reddit Talk.

Di awal peluncurannya, Reddit Talk bakal terintegrasi dengan subreddit, forum-forum individual yang berfokus pada satu topik atau tema tertentu saja. Tiap-tiap subreddit memiliki deretan moderatornya sendiri, dan merekalah yang bisa memulai suatu sesi Reddit Talk, setidaknya di awal selagi fiturnya masih diuji coba.

Setelahnya, moderator dapat mengundang siapapun untuk menjadi pembicara. Untuk ikut menjadi pendengar di suatu sesi Reddit Talk, kita hanya butuh aplikasi Reddit di Android maupun iOS. Ke depannya, moderator subreddit dapat memilih sejumlah pengguna tertentu sehingga mereka bisa langsung memulai suatu sesi Reddit Talk tanpa harus menunggu ajakan moderator.

Satu format interaksi yang sudah sejak lama dipopulerkan oleh Reddit adalah AMA (Ask Me Anything), di mana seorang figur publik meluangkan sejumlah waktunya untuk menjawab pertanyaan demi pertanyaan yang diberikan oleh komunitas pengguna. Sesi live audio tentunya merupakan medium yang sangat sesuai untuk AMA, dan Reddit pun rupanya sedang mengeksplorasi fitur-fitur Reddit Talk yang dapat mendukung format AMA secara optimal.

Seperti yang saya bilang, Reddit Talk baru akan diuji secara terbatas, dan pengguna maupun moderator subreddit yang tertarik harus mengisi formulir untuk bergabung ke dalam waitlist.

Sumber: TechCrunch dan Reddit.

Facebook Akan Segera Luncurkan Kompetitor Clubhouse

Seperti yang sudah bisa ditebak, Facebook sedang sibuk menggarap kompetitor Clubhouse, menyusul jejak Twitter dan Discord. Rumor yang beredar selama ini rupanya akurat, dan Facebook sendiri sudah mengonfirmasi master plan mereka seputar social audio yang ternyata melibatkan lebih dari satu produk.

Produk yang pertama adalah Live Audio Rooms, alternatif langsung terhadap Clubhouse yang bakal tersedia di aplikasi Facebook maupun Messenger mulai musim panas mendatang. Cara kerjanya mungkin sudah tidak perlu dijelaskan lagi; kalau Anda pernah menggunakan Clubhouse atau Twitter Spaces, Live Audio Rooms pasti akan terasa sangat familier. Bahkan layout tampilan antarmukanya pun mirip jika Anda melihat gambar di atas.

Sebelum merilisnya ke publik, Facebook akan menguji Live Audio Rooms terlebih dulu dengan sejumlah grup dan figur publik. Jadi sebelum kita bisa bercakap-cakap di depan audiens secara live tanpa perlu tampil di depan kamera, kita harus menjadi audiens terlebih dulu sampai musim panas tiba (antara Juni sampai September).

Produk yang kedua adalah yang Mark Zuckerberg deskripsikan sebagai Instagram Reels versi audio. Namanya Soundbites, dan ini pada dasarnya merupakan format audio pendek baru yang bakal kita jumpai di Facebook ke depannya. Guna memfasilitasi proses pembuatan Soundbites, Facebook juga bakal menyiapkan tool kreasi audio yang komprehensif sekaligus praktis.

Berkat kehadiran tool khusus ini, Soundbites tentu bakal terdengar berbeda dari, misalnya, fitur voice message di WhatsApp. Berbagai macam efek suara dapat diaplikasikan ke Soundbites, dan kita juga bisa menyematkan musik latar dari katalog Facebook Sound Collection jika mau. Soundbites nantinya juga dapat dimanfaatkan untuk membagikan kutipan dari suatu sesi Live Audio, atau dari suatu episode podcast.

Podcast? Ya, dalam beberapa bulan ke depan, aplikasi Facebook bakal bisa dipakai untuk langsung mendengarkan podcast, dan Facebook pun juga akan membantu pengguna menemukan deretan podcast baru sesuai dengan minatnya masing-masing.

Keputusan ini didasari oleh fakta bahwa sekarang sudah ada lebih dari 170 juta orang yang terhubung ke ratusan ribu Facebook Page seputar podcast. Facebook pada dasarnya ingin supaya orang-orang ini tidak perlu meninggalkan Facebook sama sekali ketika mereka hendak mendengarkan podcastpodcast favoritnya.

Facebook pun tidak lupa bahwa agar semua ini bisa bertahan dalam jangka panjang, mereka perlu menyediakan sejumlah opsi monetisasi buat para kreator. Opsi yang pertama adalah dengan memanfaatkan sistem tipping bernama Stars. Pasca peluncuran, kreator nantinya juga bisa membuat sesi Live Audio Room yang berbayar, atau malah menarik biaya berlangganan dari audiensnya.

Sumber: Facebook dan The Verge.

Fitur Monetisasi Perdana Clubhouse Mudahkan Pengguna Mengirim Uang ke Kreator Favoritnya

Perlahan tapi pasti, Clubhouse terus berkembang hingga menjadi sebuah platform yang mengayomi kalangan kreator. Setelah menggelar program akselerator pertamanya buat para kreator di bulan Maret kemarin, Clubhouse kini sedang dalam proses menghadirkan fitur monetisasi perdananya.

Berkat fitur baru ini, para pengguna Clubhouse dapat mengirimkan uang kepada kreator-kreator favoritnya sebagai bentuk apresiasi. Namun yang sangat menarik, Clubhouse sama sekali tidak mengambil untung dari situ. 100% uang yang dibayarkan benar-benar masuk ke kantong sang kreator.

Pun begitu, pengguna yang mengirimkan uang juga bakal dikenakan biaya penanganan kecil, yang selanjutnya akan dibayarkan ke Stripe selaku pihak yang menangani proses pembayarannya. Metode pembayarannya sendiri bisa menggunakan kartu kredit atau kartu debit.

Untuk mengirimkan uang di Clubhouse, pengguna hanya perlu membuka profil seorang kreator, lalu mengklik tombol “Send Money”, dengan catatan fitur tersebut memang sudah diaktifkan oleh sang kreator. Setelahnya, tinggal pilih jumlah uang yang ingin diberikan.

Clubhouse Payments

Tentunya ini merupakan kabar baik bagi para kreator, khususnya buat mereka yang belakangan ini mulai tergoda untuk hijrah ke platform lain. Seperti yang kita tahu, tidak sedikit platform sosial kenamaan yang latah dan menyalin format social audio yang Clubhouse populerkan. Selain Twitter, sejauh ini sudah ada Discord, bahkan LinkedIn pun juga dikabarkan bakal segera menyusul.

Agar bisa bertahan sekaligus konsisten di Clubhouse, kreator tentunya perlu insentif yang menarik, dan fitur pembayaran ini bisa dilihat sebagai awal yang bagus. Buat Clubhouse sendiri, mereka tentu masih harus memikirkan sistem monetisasi yang lain agar bisa bertumbuh menjadi bisnis yang sustainable dan tidak selamanya mengandalkan dana investor.

Dalam pengumumannya, Clubhouse juga sempat bilang bahwa ini baru satu dari banyak fitur yang bakal mereka siapkan supaya para kreator bisa menimba pemasukan dari platform-nya. Fitur pembayaran ini rencananya akan diluncurkan secara bertahap, dan Clubhouse saat ini juga baru mulai mengujinya bersama sekelompok kecil pengguna.

Sumber: TechCrunch dan Clubhouse. Gambar header: Depositphotos.com.

Discord Luncurkan Fitur ala Clubhouse, LinkedIn Juga Garap Fitur Serupa

Daftar kompetitor Clubhouse terus bertambah. Bulan lalu, kita sudah melihat versi beta Twitter Spaces yang diluncurkan untuk platform Android. Kalau melihat status Clubhouse yang sampai sejauh ini masih bisa dibilang eksklusif (hanya tersedia di iOS, dan masih invite-only), sepertinya tren ini masih akan terus berlanjut.

Bahkan Discord pun sekarang juga punya fitur ala Clubhouse. Mereka menamaninya Stage Channel, dan ini berbeda dari fitur Voice Channel yang sudah menjadi ciri khas Discord selama ini. Kalau di Voice Channel semua orang bisa ikut berbicara, Stage Channel dirancang sebagai wadah agar beberapa orang tertentu bisa berbicara di hadapan sejumlah audiens.

Melihat premisnya, Stage Channel tentu sangat cocok untuk kegiatan-kegiatan spesifik seperti talk show atau AMA (Ask Me Anything). Itulah mengapa Stage Channel hanya tersedia pada Community Server saja, bukan pada server biasa yang dapat dibuat oleh siapapun bersama sejumlah temannya.

Saat bergabung pada suatu Stage Channel, kita sebagai pendengar akan otomatis di-mute mikrofonnya. Kalau kita ingin bertanya, kita bisa mengklik ‘mengangkat tangan’ dengan mengklik tombol bergambar tangan, dan dari situ moderator bisa meng-unmute mikrofon kita. Moderator juga berhak mendepak audiens dari Stage Channel seandainya mereka mengganggu jalannya kegiatan.

Fitur ini sekarang sudah tersedia di semua platform di mana Discord eksis, termasuk halnya via web app di browser. Namun ternyata bukan cuma Twitter dan Discord saja yang menyiapkan fitur khusus sebagai alternatif terhadap Clubhouse.

LinkedIn sedang garap fitur ala Clubhouse

Mockup fitur ala Clubhouse garapan LinkedIn / LinkedIn
Mockup fitur ala Clubhouse garapan LinkedIn / LinkedIn

Pada bulan Februari lalu, New York Times melaporkan bahwa Facebook sedang mengerjakan suatu produk audio chat untuk menyaingi Clubhouse. Sekarang, LinkedIn juga dikabarkan tengah menyiapkan hal serupa, dan mereka juga telah mengonfirmasinya sendiri kepada TechCrunch.

Gambar di atas adalah mockup dari tampilan antarmuka fitur ala Clubhouse yang sedang LinkedIn buat. Layout-nya tentu terasa familier untuk sebuah social audio experience, dengan daftar pembicara di atas, diikuti oleh daftar pendengar di bawah dan tombol-tombol pendukung, termasuk halnya tombol raise hand seperti yang Discord tawarkan tadi.

Yang bakal memberikan kesan berbeda adalah bagaimana semua ini akan terhubung dengan identitas profesional masing-masing pengguna. LinkedIn percaya bahwa ini bisa membantu memberikan rasa nyaman kepada pengguna, sehingga pada akhirnya sesi pun bisa terasa lebih engaging.

Di samping popularitas Clubhouse, alasan LinkedIn menggarap fitur ini juga berdasar pada permintaan komunitas penggunanya, yang selama ini mendambakan lebih banyak cara untuk berkomunikasi di LinkedIn. LinkedIn belum berani memastikan kapan fitur ini bakal tersedia untuk publik, akan tetapi fase pengujian beta-nya disebut akan segera dimulai.

Sumber: Discord dan TechCrunch.

Twitter Spaces Hadir di Android, Alternatif Bagi yang Menanti Kehadiran Clubhouse

Kecuali Anda tinggal di dalam gua selama beberapa bulan terakhir ini, Anda semestinya sudah mendengar mengenai aplikasi bernama Clubhouse yang sedang naik daun. Meski populer, Clubhouse hingga kini masih saja hanya tersedia secara eksklusif di platform iOS dan dalam jumlah terbatas (invite-only).

Buat para pengguna perangkat Android yang sedang menanti versi Android-nya, well, Anda mungkin bisa mengalihkan perhatian sebentar ke Twitter. Sejak Desember lalu, Twitter sebenarnya sudah memperkenalkan fitur bernama Spaces yang cara kerjanya sangat mirip dengan Clubhouse. Spaces awalnya cuma eksis di aplikasi Twitter versi iOS saja, akan tetapi sekarang versi beta-nya sudah tersedia di Anroid.

Kalau Clubhouse menggunakan istilah Room, Twitter menggunakan, well, Space. Setiap Space bersifat publik (untuk sekarang) dan siapapun bisa bergabung di dalamnya. Kendati demikian, masing-masing host bisa mengatur siapa saja yang dapat ikut berbicara di dalam Space tersebut; apakah semua orang, semua yang si host ikuti, atau yang dipilih secara manual.

Saat Anda membuka sebuah Space, maka follower Anda bisa melihatnya di bagian atas timeline yang Twitter juluki dengan istilah Fleet. Tidak ada batasan jumlah orang yang bisa bergabung ke dalam suatu Space, akan tetapi jumlah yang dapat berbicara secara bersamaan maksimum hanya 10 orang.

Berhubung masih beta, tentunya ada sejumlah batasan. Untuk sekarang, pengguna perangkat Android masih belum bisa membuat Space-nya sendiri, akan tetapi mereka bisa bergabung dan berbicara di Space manapun (kecuali jika diblok oleh host-nya). Kendati demikian, Twitter berjanji bahwa batasan ini akan segera berakhir, meski memang belum ada kepastian kapan.

Satu hal yang cukup menarik dari Twitter Spaces adalah betapa transparannya tim pengembangnya dalam membagikan progres mengenai fitur-fitur atau penyempurnaan yang mereka terapkan. Selagi menanti kehadiran Clubhouse di Android yang masih belum jelas, tidak ada salahnya mencoba Twitter Spaces — atau gunakan Discord saja 🙂

Sumber: CNET.