CleanseBot Adalah Robot Saku Pintar Pembasmi Bakteri

Dengan bertambah sibuknya hidup kita, meningkat pula-lah permintaan terhadap perangkat pembersih otomatis. Electrolux ialah perusahaan pertama yang memperkenalkan robotic vacuum cleaner (tahun 1996), namun jika berbicara teknologi, saat ini orang mungkin lebih memfavoritkan produk-produk iRobot atau Dyson. Berdasarkan laporan 3 tahun lalu, kabarnya 20 persen dari vacuum cleaner yang ada di dunia telah mengusung sistem robotik.

Dyson sendiri bisa dibilang sebagai perusahaan yang paling teliti menanggulangi alergen, telah melakukan berbagai eksperimen demi menghadirkan teknologi-teknologi mutakhir. Namun satu kekurangan yang ada di sana adalah, alat-alat mereka tetap merepotkan jika harus dibawa ketika bepergian – bahkan vaccuum cleaner wireless-nya saja masih terlalu memakan tempat. Lalu bagaimana memastikan tempat tidur hotel Anda betul-betul higienis?

Inilah ide di belakang pengembangan CleanseBot, robot pintar yang dirancang sebagai miniatur dari robovac. Perangkat memiliki diameter 13cm dan tebal 3cm. Ukurannya yang mungil ini memudahkan kita memasukkannya dalam tas atau koper. Walaupun demikian, CleanseBot tak hanya cuma berfungsi untuk memberishkan debu. Ia juga ampuh membunuh kuman dengan tingkat efektivitas 99,99 persen.

CleanseBot bekerja dengan pintar, tanpa mengharuskan Anda melakukan pengaturan terlebih dulu. Kita hanya perlu menekan sebuah tombol lalu menaruhnya di atas kasur atau bagian seprai yang tertutup oleh selimut. Selanjutnya, CleanseBot akan beroperasi secara otomatis selama 30 menit. Untuk memastikan tak ada kuman yang tersisa, Anda dapat mengulang proses ini sekali lagi.

CleanseBot 2

Dalam melakukan pembersihan, robot memanfaatkan empat buah lampu UV-C (ultraviolet C) buat menyapu dari dua sisi secara bersamaan. Itu berarti ia merupakan kabar buruk bagi bakteri, dan diklaim pula mampu mencegah penyebaran virus. CleanseBot dapat mengetahui keadaan di sekelilingnya dan bekerja di area pojok tempat tidur tanpa terjatuh berkat dukungan 18 buah sensor, sistem mapping, serta roda yang sanggup mencengkeram hampir segala permukaan.

CleanseBot 4

Menariknya lagi, CleanseBot ditopang oleh dua mode penggunaan lain. Pertama, Anda bisa memanfaatkan mode handheld buat membersihkan objek-objek berukuran kecil misalnya sakelar lampu, boneka, dudukan toilet, bantal atau remote TV. Tinggal aktifkan dan usapkan bagian lampu UV-C ke benda-benda tersebut. Selain itu, CleanseBot juga bisa berperan menjadi power bank portable dadakan, di dalamnya tersimpan baterai 3.700mAh.

CleanseBot 3

Tim penciptanya memanfaatkan situs crowdfunding Indie Gogo untuk menggalang dana agar CleanseBot bisa sampai di tangan konsumen. Sejauh ini kampanyenya berjalan sangat mulus. Produsen berhasil mengumpulkan modal hampir 40 ribu persen (bukan typo) dari target awal mereka. Produk dijajakan seharga mulai dari US$ 100, rencananya akan didistribuskan di bulan Maret dan April 2019.

MetaFly Adalah Drone Unik Bertubuh Serangga

Awalnya dimanfaatkan di bidang militer dan pertahanan, drone kini diasosiasikan oleh banyak orang dengan gadget terbang bertenaga baling-baling untuk mengambil foto atau video dari udara. Drone sebetulnya adalah penyederhanaan dari istilah UAV, yang berarti ‘kendaraan terbang tanpa awak’. Sistem penerbangannya juga tidak selalu mengandalkan rotor dan banyak pihak mencoba memperluas kegunaannya.

Salah satu contoh unik dari drone tanpa baling-baling diajukan inventor asal Perancis belum lama ini. Lewat Kickstarter, desainer Edwin Van Ruymbeke memperkenalkan MetaFly, robot terbang dengan struktur tubuh yang terinspirasi dari makhluk hidup – sebuah proses penciptaan berbasis biomimetic/biomimicry. Ketika mayoritas drone komersial memanfaatkan baling-baling sebagai sistem pendorong utamanya, MetaFly terbang berbekal sepasang sayap.

MetaFly 1

Wujud MetaFly menyerupai perpaduan antara kupu-kupu dan burung, meski sebetulnya, perancangannya berkiblat pada lebah. Ada sayap di tiap sisi tubuhnya, dibantu ekor untuk memberikannya kemampuan bermanuver. Ketika terbentang, drone mempunyai lebar 29cm serta panjang tubuh 19cm. Buntutnya dirancang sedemikian rupa agar MetaFly mudah menikung di udara, serta memungkinnya terbang lebih cepat atau lambat dengan mengubah sudut kemiringan bagian ini. MetaFly bisa melesat di kecepatan maksimal 18km/jam.

Aspek penting yang menjadi perhatian Van Ruymbeke dan tim dalam mendesain MetaFly adalah memastikan bobotnya ringan sehingga tidak membebani sayap serta memungkinkan drone melayang tanpa harus selalu mengepakkan sayapnya. Bagian itu terbuat dari campuran liquid crystal polymer dan serat karbon. Tubuhnya sendiri tersusun atas material plastik lentur sehingga komponen-komponen penting di sana tidak cepat rusak ketika jatuh atau tak sengaja terbentur objek lain. MetaFly punya berat total kurang dari 10-gram.

Hal paling menarik dari drone bersayap ini adalah ia cukup lincah dan akurat untuk terbang di dalam ruangan. Pengendaliannya dilakukan via unit remote control 2-channel, ditenagai oleh dua buah baterai AA dan mampu terhubung ke MetaFly hingga jarak 100-meter. Baterai built-in drone mempersilakannya terbang selama 8-menit, dengan waktu isi ulang 12-menit via power bank 1.500mAh yang sudah disediakan.

Buat sekarang, MetaFly masih belum memiliki kapabilitas fotografi. Kepada DigitalTrends, Van Ruymbeke menjelaskan bahwa kreasinya itu sengaja dibuat agar konsumen dapat merasakan pengalaman terbang yang unik. Perangkat saat ini sudah bisa dipesan di Kickstarter, dapat Anda miliki dengan mengeluarkan uang € 70 (atau kisaran US$ 78P. Kampanye crowdfunding MetaFly sangat sukses, produk rencananya akan mulai didistribusikan pada bulan September 2019.

Bukan Sebatas Mobil R/C, Sphero RVR Adalah Robot yang Dapat Dikustomisasi Sepenuhnya

Desember lalu, Sphero mengumumkan bahwa mereka sudah berhenti memproduksi robot-robot mainannya hasil kemitraannya bersama Disney. Langkah tersebut merupakan bagian dari upaya Sphero untuk memaksimalkan sumber dayanya di ranah STEM, di samping merilis robot baru bernama Bolt.

Belum ada setahun berselang pasca peluncuran Bolt, Sphero sudah siap dengan robot edukatif lain. Namanya RVR, diambil dari kata rover yang menggambarkan wujud beserta fungsinya. RVR bukan sebatas mobil R/C biasa yang bisa dikendalikan via smartphone, ia benar-benar merupakan sebuah robot yang dapat dikustomisasi sepenuhnya.

Sphero RVR

Di balik sasis semi-transparannya, bernaung sederet sensor: sensor warna, sensor cahaya, infra-merah, magnetometer, accelerometer, gyroscope, dan sensor inersia 9-poros yang memungkinkannya untuk saling bertukar sinyal sekaligus berinteraksi dengan robot Sphero lain.

Sensor-sensor tersebut turut didampingi 10 buah LED yang bisa dikustomisasi secara individu, magnetic encoder beresolusi tinggi, serta gear super-presisi dengan peredam suara dan getaran. Secara keseluruhan, RVR sangatlah kompleks terlepas dari kulit luarnya yang kelihatan simpel.

Sphero RVR

RVR juga mengemas karakter sebuah rover yang kental. Berkat gardan berlapis bajanya, permukaan terjal maupun jalan menanjak pun siap ia lewati. Sphero bahkan telah melengkapinya dengan roll cage untuk melindungi komponen-komponen sensitif di dalam RVR, semisal baterainya yang dapat dilepas-pasang, serta di-charge via USB-C.

RVR turut dibekali expansion port universal yang kompatibel dengan beragam development board populer, macam Raspberry Pi, Arduino dan Micro:Bit, sehingga para geek dapat memaksimalkan potensinya dengan leluasa. Juga tidak ketinggalan adalah kompatibilitas dengan platform Sphero Edu, dan Sphero pun sudah menyiapkan kurikulum pembelajaran khusus untuk RVR.

Sphero RVR

Satu hal yang tidak biasa bagi Sphero adalah pemasaran RVR. Di sini Sphero memilih memanfaatkan platform crowdfunding Kickstarter sebagai mediumnya, dengan maksud agar lebih mudah menerima masukan dari para backer yang kebagian jatah lebih dulu. Harga termurah yang bisa ditebus adalah $199, lebih murah $50 dari estimasi harga ritelnya.

Sumber: VentureBeat.

Taihe Gemini Ibarat Microsoft Surface yang ‘Tak Bernyawa’

Monitor portable kedengarannya kurang begitu berguna bagi sebagian besar orang. Wajar, mengingat mayoritas akan lebih memilih membeli tablet ketimbang sebatas layar yang tak ‘bernyawa’. Kendati demikian, kita tak boleh lupa dengan mereka yang terbiasa bekerja menggunakan dua monitor.

Mereka yang sudah terbiasa dengan setup semacam ini di meja kerjanya, tentu akan merasa sedikit kesulitan ketika harus bekerja di luar, di kedai kopi misalnya. Dan inilah yang menjadi salah satu alasan di balik lahirnya perangkat bernama Taihe Gemini berikut ini.

Taihe Gemini

Seperti yang bisa Anda lihat, wujudnya mirip dengan tablet Microsoft Surface, akan tetapi perannya tidak lebih dari sebatas display tambahan saja. Letak kemiripan utamanya tentu terdapat pada kickstand terintegrasi yang dapat menopang perangkat dalam beragam sudut. Pertanyaannya, mengapa ia bisa sampai dibuat hampir rata dengan permukaan meja kalau fungsinya hanya sebatas menampilkan konten saja?

Well, Taihe rupanya telah menyiapkan dua varian Gemini. Dua-duanya sama-sama mengemas layar 15,6 inci, tapi yang pertama mengemas resolusi 4K dengan dukungan 100% spektrum warna Adobe RGB, sedangkan yang kedua mengemas resolusi 1080p dan merupakan sebuah panel sentuh.

Varian touchscreen ini akan sangat ideal digandengkan dengan ponsel seperti Samsung Galaxy Note 9 yang mendukung fitur DeX (Desktop Experience). Jadi setelah tersambung, kita bisa langsung mengoperasikan Taihe Gemini layaknya sebuah tablet, dengan tampilan sistem operasi mirip perangkat desktop.

Taihe Gemini

Apa saja perangkat yang bisa disambungkan ke Gemini? Banyak, terutama jika Anda memilih varian yang berlayar 4K. Varian ini datang membawa port HDMI, Mini DisplayPort, USB-C, dan sepasang port USB 3.0. Varian 1080p-nya di sisi lain agak lebih terbatas dengan hanya dua port Mini HDMI, dua micro USB dan USB-C.

Sebagai perangkat portable, tentu saja Gemini mengusung baterainya sendiri. Dalam satu kali pengisian, Gemini diyakini dapat beroperasi sampai sekitar lima jam, lebih dari cukup untuk satu sesi bekerja di kedai kopi.

Kampanye crowdfunding Taihe Gemini di Kickstarter masih menyisakan beberapa hari, dan targetnya sudah jauh terlampaui. Harga paling murah yang bisa didapat para backer adalah $189 untuk varian 1080p atau $329 untuk varian 4K. Harga retail-nya masing-masing diestimasikan berkisar $299 dan $499.

Sumber: The Verge.

Terbuat dari Kertas, Weather Poster Suguhkan Informasi Cuaca Layaknya Smart Display

Dewasa ini, mengecek ramalan cuaca bukan lagi hal yang sulit dengan begitu banyaknya aplikasi yang tersedia untuk smartphone. Namun semua itu sama saja bohong seandainya kita baru teringat untuk mengecek sesaat setelah meninggalkan kediaman.

Solusi yang lebih ideal bisa dengan menggunakan smart display macam Google Home Hub, terutama apabila perangkat tersebut ditempatkan di dekat pintu keluar rumah atau apartemen. Masih perlu alternatif lainnya? Coba lirik perangkat bernama Weather Poster berikut ini.

Weather Poster boleh Anda kategorikan sebagai smart display, akan tetapi ia sebenarnya tidak lebih dari secarik kertas yang dilengkapi dengan sebuah microprocessor. Istimewanya, kertas ini dicetak menggunakan “tinta pintar” yang dapat berganti warna ketika dipanaskan.

Berbekal data dari internet, iconicon yang terdapat pada poster ini akan berubah warna berdasarkan kondisi cuacanya. Ya, perangkat ini hanya bisa berfungsi untuk menampilkan ramalan cuaca, dan itu pun secara sangat terbatas. Namun kita juga harus ingat bahwa ia sama sekali tidak dilengkapi dengan layar digital.

Weather Poster

Maka dari itu, Weather Poster akan sangat ideal dijadikan dekorasi ruangan sekaligus pengingat untuk membawa payung jika digantungkan di dekat pintu keluar. Pengembangnya, startup asal Australia bernama Typified, sengaja mengawinkan elemen seni dan teknologi guna menciptakan produk yang berguna dalam kehidupan modern macam Weather Poster ini.

Yang saya sayangkan, harganya tergolong mahal. Di Kickstarter, Typified mematok harga early bird paling murah AU$189. Belum lagi ada biaya tahunan sebesar $7,5 untuk data ramalan cuacanya setelah dua tahun pemakaian.

Satu catatan terakhir, mengingat “tinta pintar” pada poster ini bereaksi terhadap panas, pengembangnya tidak menyarankan konsumen yang tinggal di area panas untuk membelinya, sebab kinerja Weather Poster akan kacau apabila suhu di kediaman kita selalu berada di angka 29° C atau lebih. Ya, sepertinya produk ini memang kurang cocok buat kita di Indonesia, namun tetap saja idenya meleburkan seni dan teknologi sangatlah menarik.

Sumber: The Verge.

SwitchPod Adalah Kombo Monopod + Tripod yang Wajib Dimiliki Para Vlogger

Awalnya hanya bermodalkan smartphone, seiring waktu para vlogger biasanya akan meng-upgrade ‘perlengkapan perang’ yang dimilikinya. Kamera adalah yang biasanya diganti pertama kali, namun terlepas dari apa kamera yang digunakan, aksesori pendukung macam monopod dan tripod tidak kalah krusial dalam keseharian seorang vlogger.

Monopod untuk dipegang dan dibawa-bawa, sedangkan tripod untuk diletakkan di atas meja atau permukaan rata lainnya. Porsi penggunaan keduanya tidak tentu, sehingga biasanya seorang vlogger punya keduanya. Namun sekarang ada alternatif menarik yang bisa merangkap keduanya.

Namanya SwitchPod, dan ia merupakan kombo monopod + tripod dengan penampilan sekaligus mekanisme penggunaan yang simpel. Berpindah dari mode handheld ke mode tripod bisa dilakukan dalam hitungan detik, demikian pula sebaliknya. Ini jelas berbeda dari perangkat siluman lainnya, macam Joby Gorillapod misalnya, yang memerlukan waktu untuk diatur sedemikian rupa terlepas dari fleksibilitasnya.

SwitchPod

Jangan tertipu oleh ketiga kakinya yang tipis. Bahan aluminium merupakan jaminan atas ketangguhannya, dan pengembangnya mengklaim SwitchPod sanggup menopang beban hingga seberat 45 kg. Mount tripod yang digunakan sendiri standar, dan kompatibel dengan kamera apapun, mulai dari DSLR sampai kamera pocket dan smartphone.

Kata-kata saya mungkin kurang bisa menggambarkan potensi asli dari SwitchPod. Maka dari itu, silakan tonton video perkenalan dari pengembangnya di bawah ini. Perangkat ini sekarang sedang dipasarkan melalui situs crowdfunding Kickstarter seharga $79 ($20 lebih murah dari estimasi harga ritelnya).

Sumber: DPReview.

Padrone Adalah Mouse PC Berwujud Cincin Fashion

Begitu akuratnya sistem input bernama mouse, periferal ini terus menjadi andalan pengguna komputer selama puluhan tahun. Wujudnya sendiri tak banyak berubah sejak dipatenkan di tahun 1947, walaupun desainnya bertambah ergonomis dan sensornya jadi lebih canggih. Memang ada alternatif berupa trackball atau touchpad, tapi tak ada yang bisa menyamai kenyamanan sebuah mouse.

Tentu saja mouse menyimpan sejumlah kelemahan. Periferal ini membutuhkan bidang dua dimensi agar bisa bekerja. Permukaannya pun tidak boleh sembarangan. Material tertentu kadang tidak dapat dibaca sensor secara optimal, dan itu artinya ada biaya yang harus dikeluarkan lagi untuk membeli mousepad. Sebagai jalan keluar atas kekurangan itu, satu tim asal Swiss memperkenalkan Padrone, yaitu mouse dalam wujud cincin.

Sebagai cincin, Padrone menjawab kelemahan umum yang ada pada mouse konvensional. Pengoperasiannya tidak memerlukan mouse mat, lalu tak ada lagi kendala soal wujud mouse yang tak sesuai dengan kebiasaan atau bentuk tangan kita. Padrone turut memberikan solusi buat pengguna kidal karena ia dapat dikenakan di tangan mana pun. Mouse biasa (terutama model wireless) juga bisa hilang atau jatuh, namun peluang insiden ini terjadi pada Padrone jauh lebih kecil karena prangkat selalu terpasang di tangan Anda.

Desain menjadi aspek terunik dari Padrone. Segala macam sensor bersembunyi dalam tubuh berwarna hitam. Wujudnya mengingatkan saya pada cincin signet (digunakan untuk membuat cap), dengan bagian atas yang melebar. Padrone dapat mudah menyamar sebagai aksesori fashion, dan Anda tidak perlu cemas ia tak muat di jari Anda. Produsen sudah menyiapkan 12 pilihan ukuran.

Cincin mouse Padrone 1

Pada dasarnya, Padrone tidak perlu dilepas saat Anda beraktivitas. Ia telah memperoleh sertifikasi IP67, yang berarti konstruksinya mampu menahan debu dan air maksimal sedalam satu meter selama 30 menit. Dengan begini, kita tetap bisa mengenakannya ketika mencuci tangan (atau bahkan mandi). Bobotnya pun sangat ringan sehingga mungkin Anda akan lupa sedang mengenakan mouse cincin,  hanya 8-gram.

Cincin mouse Padrone 2

Padrone tersambung ke PC Anda lewat Bluetooth tanpa ada software yang perlu diinstal.  Periferal ini kompatibel dengan perangkat-perangkat ber-OS Windows, Mac serta Android (mayoritas laptop sudah dibekali konektivitas Bluetooth). Pengoperasian Padrone hampir serupa seperti menggunakan mouse. Saat dikenakan, kursor mouse akan mengikuti gerakan jari kita. Ketukkan telunjuk di meja sebagai klik kiri dan jari tengah untuk klik kanan lalu, rentangkan atau tekuk telunjuk serta jari tengah buat mengaktifkan fungsi scroll wheel.

Padrone sudah bisa Anda pesan di situs Indie Gogo, satu unitnya dibanderol seharga US$ 200. Produk akan mulai didistribukan pada bulan Juli 2019.

 

Matrix PowerWatch 2 Kawinkan Teknologi Thermoelectric dengan Panel Surya Mini

Sekitar dua tahun lalu, sebuah startup bernama Matrix Industries menyingkap smartwatch yang sangat inovatif. Dijuluki Matrix PowerWatch, keunggulannya terletak pada teknologi thermoelectric, yang memungkinkan perangkat untuk mengubah panas tubuh penggunanya menjadi energi, sehingga perangkat pun tidak perlu di-charge baterainya seperti pada umumnya.

Sekarang, Matrix tengah bersiap meluncurkan smartwatch keduanya, PowerWatch 2. Perangkat ini masih mengunggulkan teknologi thermoelectric seperti sebelumnya, akan tetapi kinerjanya kini makin efektif berkat bantuan energi matahari.

Ya, PowerWatch 2 dibekali dengan panel surya mini berbentuk cincin yang mengitari layarnya. CEO Matrix, Akram Boukai, percaya bahwa perpaduan thermoelectric dan panel surya mampu menjaga supaya PowerWatch 2 tidak pernah kehabisan daya. Namun ternyata itu bukan satu-satunya pembaruan yang dihadirkan PowerWatch 2.

Matrix PowerWatch 2

Pembaruan lainnya mencakup heart rate monitor, GPS, layar berwarna, serta ketahanan air yang naik menjadi 200 meter. Usai menerima firmware update nanti, PowerWatch 2 bahkan dapat mendeteksi aktivitas-aktivitas seperti berlari, bersepeda, maupun berenang secara otomatis.

Lebih menarik lagi, semua itu tidak malah membuat fisik PowerWatch 2 jadi lebih bongsor. Pada kenyataannya, tebalnya justru berkurang 1 mm dari pendahulunya. Desainnya pun juga sudah dibenahi, kini tampak lebih sporty dan rugged, sedangkan crown di sisi kanannya kini telah digantikan oleh empat tombol.

Sama seperti pendahulunya, Matrix PowerWatch 2 saat ini sudah mulai dipasarkan lewat situs crowdfunding Indiegogo. Selama masa kampanye, harga paling murahnya dipatok $199, sedangkan harga retail-nya diestimasikan berkisar $499.

Sumber: Wareable.

Memanfaatkan Platform Crowdfunding untuk Kegiatan Sosial dan Modal Usaha

Platform crowdfunding saat ini sudah menjadi alternatif komunitas, individu dan masyarakat untuk menggalang dana secara independen. Mulai dari biaya pendidikan, kesehatan, modal usaha hingga acara sosial. Didukung dengan teknologi, transparansi dan keamanan yang ditawarkan crowdfunding dinilai lebih relevan.

Salah satu layanan crowdfunding yang mencoba untuk meng-cater kebutuhan tersebut adalah IndoGiving, platform crowdfunding yang baru berdiri 5 bulan lalu dan menargetkan pengguna dari kalangan milenial.

“Alasan utama mengapa kami menargetkan kalangan milenial, karena ke depannya mereka yang akan menjadi pemimpin di Indonesia. Selain itu kita juga ingin membiasakan kalangan milenial untuk ‘berbagi’ menjadi bagian dari gaya hidup,” kata CMO IndoGiving Jessica Sugandi dalam sesi #Selasastartup DailySocial.

Di Indonesia saat ini sudah banyak platform crowdfunding yang dapat digunakan oleh masyarakat. Mulai dari Kitabisa, Gandengtangan, Indiegogo, Kolase dan masih banyak lagi. Semua memiliki komunitas, organisasi hingga pengguna aktif.

IndoGiving menegaskan perbedaan yang dimiliki dibanding platform lainnya adalah konsep “sinergi” yang lebih dikedepankan dibandingkan kolaborasi.

“Dengan sinergi semua bisa ambil bagian tanpa adanya bagian untuk masing-masing. Di IndoGiving kami mengedepankan transparansi, mulai dari data pemberi hingga payment gateway yang kami gunakan,” kata Jessica.

Menyadari pentingnya menumbuhkan kepercayaan kepada pengguna dan pemberi donasi, IndoGiving juga memastikan mulai dari proses, prosedur hingga pemilihan komunitas, organisasi yang ingin memanfaatkan platform IndoGiving dikurasi dengan baik didukung dengan teknologi.

Dukungan OJK untuk platform crowdfunding

Saat ini bukan hanya keperluan sosial dan edukasi, crowdfunding juga mulai banyak dimanfaatkan oleh pelaku UKM hingga startup untuk mendapatkan tambahan modal.

Melihat peluang tersebut, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) kemudian memberikan ruang bagi perusahaan kecil dengan modal kurang dari Rp30 miliar untuk melakukan penghimpunan dana dari publik di luar pasar modal. Mekanisme ini dinamakan Layanan Urun Dana melalui penawaran saham berbasis teknologi informasi equity crowdfunding.

OJK telah menerbitkan peraturan terkait crowdfunding melalui penawaran saham berbasis teknologi. Aturan tersebut tertuang dalam POJK Nomor 37/POJK.04/2018 pada 31 Desember 2018.

Lewat aturan ini, OJK menjelaskan sebagai otoritas pengawasan, menerapkan pendekatan pengawasan berbasis market conduct pada kegiatan urun dana. Dengan pendekatan ini OJK mendorong keterbukaan informasi oleh penerbit, terbentuknya penyelenggara yang kredibel, serta terbangunnya sistem TI yang aman dan andal dalam kegiatan urun dana.

Menggapi aturan yang telah dirilis oleh OJK, Bekraf juga menyambut baik keputusan tersebut. Sehingga bisa memunculkan lebih banyak lagi peluang UKM untuk mengembangkan bisnis, memanfaatkan platform crowdfunding.

OJK Terbitkan Aturan Crowdfunding

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menerbitkan peraturan terkait layanan urun dana atau lebih dikenal crowdfunding melalui penawaran saham berbasis teknologi. Aturan tersebut tertuang dalam POJK Nomor 37/POJK.04/2018 pada 31 Desember 2018.

Lewat aturan ini, OJK menjelaskan sebagai otoritas pengawasan, menerapkan pendekatan pengawasan berbasis market conduct pada kegiatan urun dana. Dengan pendekatan ini OJK mendorong keterbukaan informasi oleh penerbit, terbentuknya penyelenggara yang kredibel, serta terbangunnya sistem TI yang aman dan andal dalam kegiatan urun dana.

Secara singkat, DailySocial mencoba untuk merangkum POJK Nomor 37 Tahun 2018 sebagai berikut:

1. Penerbit

Penerbit adalah badan hukum Indonesia berbentuk perseroan terbatas yang menawarkan saham melalui penyelenggara. Dalam rinciannya, penawaran umum yang dilakukan oleh penerbit memiliki jangka waktu maksimal 12 bulan dengan total dana yang dihimpun maksimal Rp10 miliar.

Apabila penerbit bukan perusahaan publik, disyaratkan memiliki jumlah pemegang saham tidak lebih dari 300 pihak. Jumlah modal disetor pun maksimal Rp30 miliar. OJK melarang penerbit dikendalikan baik langsung atau tidak langsung oleh konglomerat dan perusahaan dengan kekayaan lebih dari Rp10 miliar, tidak termasuk tanah dan bangunan.

Berbagai dokumen juga perlu disiapkan untuk memenuhi persyaratan penawaran saham kepada penyelenggara, seperti dokumen resmi perusahaan, jumlah dana yang akan dihimpun, rencana penggunaan dana, risiko apabila kemungkinan saham tidak likuid, mekanisme penetapan harga, dan sebagainya.

Penerbit diharuskan membuat laporan keuangan yang paling rendah disusun berdasarkan standar akuntansi tanpa akuntabilitas publik.

Apabila seluruh persyaratan dipenuhi, penerbit bisa mendapatkan dana segar dari publik tanpa harus menempuh proses panjang dari BEI saat memilih jalan IPO.

2. Penyelenggara

Penyelenggara adalah pihak yang menyediakan, mengelola, dan mengoperasikan layanan urun dana untuk pengguna. Mekanisme penawaran umum yang dilakukan oleh penerbit harus melalui perusahaan yang bertindak sebagai penyelenggara layanan urun dana.

Penyelenggara harus memiliki izin usaha dari OJK. Ketentuannya penyelenggara harus berbentuk PT atau koperasi dan memiliki modal disetor paling sedikit Rp2,5 miliar saat mengajukan perizinan.

Di samping itu, penyelenggara wajib memiliki SDM yang memiliki latar belakang di bidang TI. Juga melampirkan berbagai dokumen seperti bukti kesiapan operasional.

Dalam menjalankan kegiatan usahanya, penyelenggara dilarang melakukan kegiatan usaha lain seperti penjamin emisi efek, perantara pedagang efek, atau manajer investasi. Penyelenggara juga dilarang memiliki hubungan afiliasi, memberikan bantuan keuangan, memberikan nasihat atau rekomendasi investasi, memberi hadiah atau sebagainya dari dana pemodal.

Beberapa kewajiban penyelenggara, review terhadap penerbit, memuat informasi dalam situs web penyelenggara apabila ada perubahan material yang bisa memengaruhi keputusan investasi pemodal, dan memuat informasi terkait risiko usaha, investasi, likuiditas, kelangkaan pembagian dividen, dan sebagainya.

OJK mewajibkan penyelenggara untuk membuat laporan tengah tahunan, tahunan dan insidentil secara rutin berisi ikhtisar data keuangan penting, dan laporan kegiatan operasional.

3. Mekanisme urun dana

Dalam praktiknya, penerbit hanya dapat menawarkan saham melalui satu penyelenggara dalam waktu bersamaan. Dana yang bisa dihimpun maksimal Rp10 miliar dalam jangka waktu satu tahun. Jumlah minimum dana yang harus diperoleh sebelumnya harus berdasarkan kesepakatan dengan penyelenggara.

Penerbit juga wajib mengungkap rencana penggunaan dana sehubungan dengan penawaran yang dilakukan. Penerbit dilarang mengubah jumlah minimum dana selama masa penawaran. Apabila jumlah minimum dana tidak terpenuhi, maka penawaran saham akan batal.

Dalam kurun waktu tersebut, penyelenggara wajib mengembalikan dana selama dalam escrow account paling lambat dua hari kerja setelah penawaran batal. Adapun masa penawaran dilakukan paling lama 60 hari.

Prosedur distribusi saham akan dilakukan oleh penerbit ke penyelenggara paling lambat lima hari setelah penerbit menerima dana pemodal. Penyelenggara kemudian wajib mendistribusikan kembali ke pemodal paling lambat 10 hari setelahnya. Pendistribusian ini dilakukan melalui penitipan kolektif atau secara fisik lewat pengiriman sertifikat saham.

Penjualan saham dapat dilakukan pasar sekunder lewat fasilitas yang disediakan penyelenggara namun hanya bisa antar sesama pemodal yang terdaftar di penyelenggara tersebut. Penyelenggara sebelumnya sudah menyediakan informasi terkait harga wajar sebagai referensi dan memfasilitasi sistem komunikasi untuk antar pemodal.

4. Pemodal

OJK menetapkan dua kriteria pemodal yang dapat berpartisipasi dalam penawaran saham. Pertama, setiap pemodal dengan penghasilan sampai Rp500 juta per tahun hanya bisa membeli saham maksimal 5% dari penghasilan. Lalu, pemodal dengan penghasilan di atas Rp500 juta dapat membeli maksimal 10%.

Kriteria ini hanya berlaku untuk pemodal ritel. Sedangkan untuk pemodal dari badan hukum tidak ada ketentuan khusus. Selama pemodal ini sudah memiliki pengalaman berinvestasi di pasar modal minimal 2 tahun dengan dibuktikan kepemilikan rekening efek.

5. Mitigasi risiko

Untuk perlindungan ke semua aspek, OJK menetapkan penyelenggara wajib menggunakan escrow account pada bank untuk menerima dana hasil penawaran saham. Cara pembayarannya pun wajib bersifat unik untuk setiap pemodal.

Penyelenggara diwajibkan menggunakan pusat data dan pusat pemulihan bencana yang ditempatkan di Indonesia. Di samping itu, mereka wajib memenuhi berbagai standar minimum di bidang TI.

Data yang ditarik oleh penyelenggara juga wajib dijaga kerahasiaannya dan tidak digunakan untuk kepentingan lain.