Digital TV Broadcast to Start This Year

The migration process from analog TV to digital TV has entered the stage of registration for prospective digital TV broadcast provider or as the government mentions it as Institution of Multiplexing Broadcast Operator – Lembaga Penyelenggara Penyiaran Multipleksing (LPPPM). The registration process is already opened since June 5 and will end at June 18. Kontan reported that currently 14 companies already registered as digital TV station.

The government, through Ministry of Communications and Information Technology will do a selection from the registered institutions. Institutions that pass the selection and considered ready to conduct digital broadcast will be announced on July 31.

The Ministry of Telecommunications and Information Technology targets to have digital television station broadcasting at big cities this year. Nationwide, analog-switch off is targeted to be done on 2018.

Continue reading Digital TV Broadcast to Start This Year

Siaran TV Digital Direncanakan Dimulai Tahun Ini

Proses migrasi dari TV analog ke TV digital sudah memasuki tahap pendaftaran calon penyelenggara siaran TV digital atau yang disebut oleh pemerintah sebagai Lembaga Penyelenggara Penyiaran Multipleksing (LPPPM). Proses pendaftaran ini telah dibuka sejak 5 Juni yang lalu dan berakhir pada 18 Juni mendatang. Kontan melaporkan, saat ini sudah 41 perusahaan yang mendaftar sebagai stasiun TV digital.

Pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) akan melakukan seleksi kepada seluruh lembaga yang mendaftar. Lembaga yang lolos seleksi dan dianggap siap untuk menyelenggarakan siaran digital akan diumumkan pada 31 Juli mendatang.

Kominfo mentargetkan, pada tahun ini stasiun televisi digital akan sudah mulai mengudara setidaknya di kota-kota besar. Secara nasional, analog-switch off (penghentian siaran televisi analog) ditargetkan akan dilakukan pada 2018.

Continue reading Siaran TV Digital Direncanakan Dimulai Tahun Ini

ScanBuku, Store Your Bookshelf in a Hard Drive

If you are a book collector and have moved from one house/boarding house to another, you must have felt the burden of moving your book collection to your new home. Books, due to the weight and number, will weigh you, especially if you often move from one location of residence to another.

Now, there’s a service called ScanBuku, which offers to convert your book collection into digital form. By sending your books to them, ScanBuku will scan your book and give you a link to download your e-book in PDF format. Andri, owner of ScanBuku, as excerpted from Kompas Tekno, describes that this service is created because of the difficulty that the book owner must face regarding reading and taking care of their books.

Continue reading ScanBuku, Store Your Bookshelf in a Hard Drive

Scanie: Yet Another Digital News Stand Platform for iPad

So far, it is known that digital newsstand segment of local media for iPad is dominated by two players: Wayang Force and SCOOP. Now, both must be ready to accept new competitor. Scanie is a new player in this field and is made by PT Centrin Online – a company previously known for its Internet Service Provider business. Scanie is available dedicated for iPad.

Generally, Scanie’s appearance and content are not much different from its two competitors. A number of familiar magazines (and most of them are already available in the other two applications) are available on Scanie with the same price. To be honest, I haven’t found any difference between the three applications which target the same segment. Although magazine from Scanie, when downloaded, is easier to scroll and to read, it’s not a big advantage to be proud of.

Continue reading Scanie: Yet Another Digital News Stand Platform for iPad

[Music Monday] Melupakan Tentang Pembajakan Digital

Semua berawal dari sebuah percakapan. Saya datang terlambat pada sebuah acara sehingga saya tidak berkesempatan melihat presentasi oleh Robin Malau, tetapi sebuah tulisan di blog membahas harmpir semuanya (ini adalah bacaan yang bagus, jika Anda belum membacanya, saya anjurkan untuk membacanya sekarang). Secara mendasar apa yang dikatakan Robin adalah bahwa era digital adalah sebuah pergeseran yang cukup besar dari berbagai hal dan seharusnya tidak hanya dipandang sebagai sebuah ‘saluran’ baru tetapi sebagai sebuah cara pandang baru. Dengan melakukan pendekatan yang berbeda, saya juga menuliskan tentang hal ini beberapa kali, bahkan juga di DailySocial, dan saya percaya bahwa audiens kini telah berubah. Tidak hanya karena berbagai hal kini menjadi digital, tetapi perubahan pandangan yang terjadi di industri itu sendiri. Perubahan terjadi sebagian besar karena sifat digital dan duplikasi di Internet yang tidak memiliki batas, tetapi pengaruhnya tetap sampai ke industri non-digital juga.

Sebelumnya mari kita lihat apa sebenarnya bisnis itu sendiri. Dalam berbagai bisnis, secara mendasar mengambil satu hal, sebuah produk atau sebuah layanan, dan mencoba menjualnya sebanyak mungkin, sebisa mungkin tidak mengubah produk tersebut. Pada titik tertentu uang yang mereka investasikan dapat diperoleh kembali dan mereka mendapatkan keuntungan. Bisnis musik rekaman, pada dasarnya, bukan menjual musik, tetapi menjual produk musik, yang adalah CD, kaset, vinyl. Memproduksi dan merekam sekali, dan menjual salinan dari rekaman terebut. Bahkan hak cipta musik dibangun berdasarkan ini. Pembayaran atas royalti didasarkan pada jumlah salinan yang terjual. Tentu saja, semua salinan yang diperoleh tanpa pembayaran hak cipta, dipandang sebagai pelanggaran hak cipta. Tindakan ini, dengan atau tanpa tujuan komersial, disebut sebagai pembajakan.

Continue reading [Music Monday] Melupakan Tentang Pembajakan Digital

Online Content, A Least Attractive Business in Indonesia?

Let’s take a look at the facts from the internet industry in Indonesia: most online companies get money from advertising because there are not many easy methods that allow users to pay items digitally in Indonesia. From this fact, it seems that most potential business in Indonesia is online content business/news portal business.

Another fact states that the content/portal business is one left behind in Indonesia. Not many small-and medium-sized players are entering the market as it’s actually dominated by big players such as Detik, Kompas, PlasaMSN, Okezone and others who take all verticals in their news portal. Of course news content doesn’t mean news-text only but it also includes video, audio or media such as smartphones, tablets and smart TV (other than a laptop/computer) that can be accessed directly by visitors.

Continue reading Online Content, A Least Attractive Business in Indonesia?

Konten Online, Bisnis Paling Tidak Menarik di Indonesia?

Mari kita lihat satu fakta dari industri internet di Indonesia : kebanyakan perusahaan online mendapatkan uang dari iklan (advertising) karena belum banyak metode yang memudahkan pengguna untuk membayar item secara digital di Indonesia. Dari fakta ini, terlihat bahwa bisnis yang paling memiliki potensi bisnis paling besar adalah bisnis konten / portal berita.

Namun fakta lain justru menyatakan bahwa bisnis konten/portal ini merupakan salah satu yang tertinggal di Indonesia. Tidak banyak pemain kecil-menengah yang masuk dan pasarnya justru didominasi oleh pemain besar seperti Detik, Kompas, PlasaMSN, Okezone dan lain-lain yang mengambil semua vertikal dalam portal berita mereka. Tentu saja konten bukan berarti berita teks semata, namun juga termasuk video, audio atau media seperti smartphone, tablet dan smart TV (selain laptop/komputer) yang bisa dikonsumsi secara langsung oleh pengunjung.

Continue reading Konten Online, Bisnis Paling Tidak Menarik di Indonesia?

Bandung Digital Valley is Officially Launched [+ Video]

On Monday December 20th 2011, Telkom Bandung Indonesia has officially launched Bandung Digital Valley (BDV) which is located in the R & D Centre of PT Telekomunikasi Indonesia (Telkom) at Jl. Gegerkalong Hilir 47, Bandung 40152.

From the release that I’ve received the official explanation of the BDV concept is a bridge between the technopreneur or application developer with a market or industry which has a role as an absorber or a user application. BANDUNG VALLEY DIGITAL will position themselvesas a central resource (resource pool) for the open nodes or hubs which can be a part or get permissions to a variety of applications that are ready to be developed.

BDV physical form is an ​approximately 1200m2 area for the 100 developers or technopreneur, private, companies or institutions that wish to utilize various free facilities. Users should do the registration process as well as giving proposals that later on would be selected . As per information from Telkom, they has provided IDR 50 billion fund as initial funding for the next three years in addition to the existing facilities in order to support the BDV.

Continue reading Bandung Digital Valley is Officially Launched [+ Video]

Bandung Digital Valley Resmi Diluncurkan [+video]

Hari Senin tanggal 20 Desember 2011, Telkom Indonesia secara resmi meluncurkan Bandung Digital Valley (BDV), yang terletak di R&D Center PT Telekomunikasi Indonesia, yang beralamat di Jl. Gegerkalong Hilir 47 Bandung 40152.

Dari rilis yang saya terima, penjelasan resmi konsep dari BDV adalah, jembatan antara para teknopreneur atau pengembang aplikasi dengan pasar atau industri sebagai penyerap atau pengguna aplikasi tersebut. BANDUNG DIGITAL VALLEY akan memposisikan diri sebagai sebuah pusat sumber daya (resource pool) bagi simpul-simpul atau hub yang secara terbuka bisa menjadi bagian atau mendapatkan hak akses berbagai aplikasi yang siap dikembangkan.

Bentuk fisik BDV adalah ruangan seluas sekitar 1200m2 yang diperuntukkan bagi para 100 orang developer atau teknopreneur baik pribadi, perusahaan atau institusi yang ingin memanfaatkan berbagai fasilitas yang ada secara gratis, dengan proses registrasi serta pengajuan proposal yang nantinya akan diseleksi. Telkom juga mengatakan bahwa menyediakan dana sebesar 50 miliar sebagai dana awal selama tiga tahun ke depan selain fasilitas yang sudah ada untuk mendukung BDV.

Continue reading Bandung Digital Valley Resmi Diluncurkan [+video]

Nielsen Rilis Laporan Konsumen Digital di Indonesia

Nielsen baru-baru ini menerbitkan whitepaper mengenai Digital Consumer di Asia tenggara dan ada beberapa fakta yang sangat menarik dan baru mengenai pasar digital di Indonesia.

Pertama, Singapura masih memimpin tingkat penetrasi di Asia tenggara dengan 67% dari populasi yang terhubung ke internet dan Indonesia dengan 21% penetrasi. Meskipun 21% bukanlah angka yang besar, namun jumlah mencapai 53 juta pengguna, sebuah angka yang lebih besar dari populasi kebanyakan negara di Asia tenggara.

Nielsen juga menemukan fakta bahwa di Indonesia, kepemilikan telepon seluler yang terhubung ke internet jumlah lebih dari dua kali lipat dari komputer desktop dan laptop. Perangkat seluler yang terhubung dengan internet merupakan sebuah hal yang sangat besar di Indonesia, meskipun sayangnya pasar yang dilayani masih kebanyakan di segmen atas (smartphone) namun saya yakin hal ini akan segera berubah terutama melihat tingginya adopsi telepon seluler level menengah ke bawah.

Continue reading Nielsen Rilis Laporan Konsumen Digital di Indonesia