Rangkaian Acara Pertama Indonesia IoT Developer Day 2016 Telah Dilaksanakan di Bandung

Rangkaian acara Indonesia IoT Developer Day 2016 resmi dibuka dengan acara pertama diadakan di Bandung. Acara pertama di Bandung ini diisi oleh sharing ilmu beberapa praktisi Internet of Things (IoT) seperti Andri Yadi, CEO DyCode & DycodeX; Yudha Maulana dari X-Igent; dan Andreas Aditya Swasti, Senior Manager Consumer Product DOKU.

Selain itu ada pula sesi diskusi kelompok untuk membahas ide-ide dari peserta serta tanya jawab dengan para narasumber seperti Indra dari eFishery, Indra Wibawa, penggagas Rantonic, Andreas Aditya Swasti dari DOKU dan Andri Yadi dari DyCode.

Acara yang dihadiri 56 peserta yang berasal dari mahasiswa, palaku industri serta peserta umum ini menjadi penanda digelarnya rangkaian acara IoT Developer Day 2016 menuju acara puncak yang akan diadakan pada 28 Mei 2016 nanti.

Helmi, CMO DyCode, dalam wawancara santai menyebutkan bahwa acara kali ini memiliki beberapa kelebihan dengan acara yang pernah di selenggarakan sebelumnya, antara lain kali ini rangkaian acara diselenggarakan di 3 kota, lalu ada dukungan partner DOKU, dan yang mengikuti acara juga cukup beragam termasuk juga dari pelaku startup yang sudah establish atau yang telah memiliki prototype.

IOT 2

Setelah acara di Bandung ini acara roadshow Indonesia IoT Developer Day 2016 akan digelar di Bogor. Salah satu perwakilan yang kami wawancara, Muhammad Ibnu Fadhil menjelaskan bahwa untuk yang di Bogor nanti materinya sedikit lebih global untuk memperkenalkan IoT serta perkembangannya. Selain pemateri akan ada pula talkshow yang diisi oleh (makers, Bekraf, wakil pemerintah, prinsipal seperti IBM, XL, Intel dan Telkom). Demo produk jugak dilakukan di acara ini.

Saat tulisan ini dibuat, kuota yang ada telah habis, ada 500 orang yang telah mendaftar. Sedangkan pembicara yang akan hadir antara lain Andri Yadi – CEO DycodeX , Martin Kurnadi – CEO Geeknesia, Firstman Marpaung – Intel Indonesia
Irsan Suryadi Saputra – IBM Indonesia, Cornelius Julius – XL Axiata, Aulia Faqih – Intel Innovator, Blackbelt Software Developer, Rendra Toro – Intel Innovator IOT, Muhammad Ibnu Fadhil – Founder Gravicode Multinovative Plexindo.

Informasi untuk acara di Bogor bisa di lihat lewat tautan ini.

Setelah Bogor keesokan harinya acara akan diadakan di Jakarta lalu kembali lagi ke Bandung untuk acara puncak termasuk expo. Untuk acara Jakarta akan digelar tanggal 23 April 2016, detail akan diumumkan dalam waktu dekat. Informasi tentang Indonesia IoT Developer Day 2016 bisa dicek di sini,

Pendapat DOKU tentang acara Indonesia IoT Developer Day 2016 di Bandung

Di sela-sela acara, saya juga berkesempatan berbincang dengan perwakilan dari DOKU untuk bertanya beberapa hal termasuk alasan memilih kota Bandung. Andreas menjelaskan bahwa developer adalah masa depan industri digital jadi menjadi relevan untuk merangkul para pengembang tanah air ini.

DOKU sendiri adalah layanan yang menyediakan sistem pembayaran dan pendekatan yang lazim dilakukan adalah ke para merchant. Meski demikian pendekatan pada para developer dilakukan karena para pengembang ini yang menggunakan teknologi secara native dalam kehidupan sehari-hari mereka. Menjadi relevan tentunya untuk mengenalkan teknologi DOKU termasuk API pada mereka.

Para pengembang ini pun perlu untuk diberikan pengetahuan tentang pengembangan ekosistem bukan hanya promosi. Sedangkan kota Bandung dipilih karena dianggap memiliki para pekarya kreatif, selain itu DOKU juga bermitra dengan Dycode yang memang berdomisili di kota Bandung.

Sedangkan untuk pameran di acara utama, yang nanti akan diselenggarakan di Bandung, produk yang ada juga kemungkinan untuk di jadikan mitra, bukan hanya dari integrasi produk tetapi bisa pula dalam hal pengembangan sistem tertentu, jadi DOKU bisa fokus sama pengembangan payment-nya dan pengembangan yang lain bermitra dengan para pengembang.

IOT 1

IoT Challenge untuk developer

Acara seminar dan talkshow Indonesia IoT Developer Day 2016 juga mengadakan tantangan atau kompetisi untuk para pengembang. Para pengembang bisa mengirimkan karya mareka dan berkompetisi mendapatkan hadiah uang total 30 juta rupiah serta free trip ke pameran IoT international.

Informasi tentang lomba ini bisa dilihat di tautan ini.

Kompetisi untuk non-developer – blogging competition with DOKU

Kompetisi juga hadir untuk mereka non-developer yang tertarik untuk mencari tahu dan mendapatkan informasi tentang IoT. Para blogger bisa mengikuti kompetisi berhadiah uang total 5 juta rupiah di Indonesia IoT Developer Day 2-16 Blogging Competition with DOKU.

Anda hanya perlu menuliskan artikel ide tentang bagaimana mengintegrasikan IoT (Internet of Things) dalam menyelesaikan masalah nyata di sekitar Anda. Ada nilai lebih jika ide tersebut ikut menyertakan metode pembayaran yang kreatif. Persyaratan bisa dilihat pada poster di bawah. Sedangkan untuk pendaftaran bisa menuju tautan bit.ly/i2d2-blog.

Disclosure: DailySocial adalah media partner acara ini.

FoodGasm Masuki Ceruk Layanan Reservasi dan Pemesanan Makanan Online

Sebuah startup mencoba melihat peluang baru di segmen makanan. FoodGasm mencoba menawarkan hal yang sedikit berbeda, sebagai aplikasi reservasi dengan kemampuan memesan dan membayar di depan. Selain itu, mereka juga mencoba memasuki bisnis pengantaran makanan, bermitra dengan Uber dan GrabExpress. Peluncuran resminya dilakukan berbarengan dengan perayaan Hari Valentine, hari Minggu lalu.

FoodGasm menyasar pasar niche, hanya untuk restoran kelas A+. Hal ini bisa dimengerti karena apa yang ditawarkan mungkin tidak sesuai untuk semua restoran. Selain kemudahan reservasi dan pembayaran, baik bagi restoran maupun konsumen, nantinya mereka akan memperluas model bisnis ke arah CRM dan analisis big data.

Contoh nyata penggunaan FoodGasm adalah ketika seseorang ingin mengorganisir kegiatan makan bersama dengan keluarga, rekan kerja, atau teman-teman. Untuk pilihan dan biaya makanan yang cukup banyak dan besar, biasanya restoran meminta jaminan uang muka yang biasanya ditransfer langsung ke rekening.

Dengan aplikasi dan sistem yang dihadirkan FoodGasm ini, seharusnya pemesanan dan pembayaran menjadi lebih mudah. Pembayaran bisa menggunakan kartu kredit dan transfer rekening bank. Berikutnya mereka bakal menambah partner pembayaran, yang bakal diumumkan beberapa bulan lagi, dengan sebuah bank, operator telekomunikasi, dan layanan OTT.

Untuk mewujudkan aplikasi ini, selain partner logistik, FoodGasm bekerja sama dengan Veritrans untuk urusan pembayaran dan DyCode untuk urusan teknis. Aplikasinya sudah tersedia untuk platform iOS dan Android. FoodGasm bisa jadi adalah startup lokal pertama yang memanfaatkan Uber sebagai mitra jasa pengantaran.

Berdasarkan perbincangan kami dengan Pendiri FoodGasm Marshall Jahja, saat ini FoodGasm sudah memiliki daftar klien restoran di Jakarta, Bandung, Surabaya, dan Pulau Bali. Tahun ini, mereka berhasrat untuk bisa ekspansi ke Filipina, karena sudah ada investor yang berminat untuk memasuki pasar negara tersebut. Di Indonesia sendiri, untuk operasional mereka dibantu dengan pendanaan dari angel investor.

Bergantung bagaimana eksekusi FoodGasm, yang didirikan Marshall dan Louis Tan, pasar yang ditujunya jelas ada. Tantangannya adalah meyakinkan restoran dan konsumen bahwa sistem yang dimilikinya bisa mengakomodasi semua kebutuhan, tanpa konsumen harus berurusan secara langsung dengan restoran. Ini perlu edukasi tersendiri karena sistem seperti ini benar-benar baru. Dengan Qraved misalnya, sistem reservasi yang ada, berdasarkan pengalaman pelanggan, tidak selalu berlangsung mulus dan masih memerlukan interaksi manual (dalam bentuk komunikasi telepon) dengan pihak restoran.

Satu hal yang pasti, menurut pandangan kami, sebaiknya FoodGasm tidak terlalu terburu-buru melakukan ekspansi ke berbagai pasar, termasuk ke luar negeri, sebelum menguasai, atau setidaknya mendapatkan pasar loyal, di sejumlah kota di Indonesia. Idealnya, sebuah startup mencoba menguasai satu demi satu pasar sebelum memperluas cakupan layanannya.

Application Information Will Show Up Here

DyCode Resmikan DycodeX, Sambut Tren IoT di Indonesia (UPDATED)

Perusahaan pengembang software kenamaan asal Bandung DyCode menyambut tren positif Internet of Things (IoT) di Indonesia. DyCode siap menempuh jalan panjang ekosistem IoT yang sangat belia di Nusantara dengan meluncurkan anak perusahaan, yakni DycodeX, sebagai pengembangan bisnisnya.

CEO DyCode dan DycodeX Andri Yadi menuturkan kepada DailySocial bahwa langkah ini merupakan momen terbaik untuk mulai mengikuti arus tren IoT yang kini mulai hangat diperbincangkan. Diakui ekosistem itu sendiri masih muda, berdasarkan pengalaman mobile app bubble beberapa tahun silam DyCode justru ingin kembali menjadi pionir kali ini.

Dipersenjatai pengalaman dan kapasitas mumpuni menyambut vertikal baru yang hot

Andri saya temui di kantornya yang terletak di wilayah kota Bandung dalam perbincangan kasual tentang pembaruan terkini dari bisnis mereka. Markas besar DyCode ini dipenuhi sekitar 37 orang yang sekitar sepertiganya adalah pegawai DycodeX. Di kesempatan kali ini, Andri memulai kisah dengan memaparkan kilas balik dari keterlibatan DyCode dalam tren aplikasi mobile beberapa tahun silam yang mulai mencuat.

“Tren IoT ini, kejadiannya persis seperti bubble mobile apps di tahun 2010. Kami embraced [trennya] pada saat itu, begitu juga dengan saat ini [untuk mengadopsi IoT], sekaligus menjadi penyedia solusi IoT. Namun jika masih dalam satu payung DyCode, takutnya akan berantakan, resource yang ada saat itu juga kurang, itulah mengapa diciptakan DycodeX,” kata Andri.

DycodeX

Lebih jauh, Andri merekrut tim baru yang diperkuat dengan talenta yang kabarnya tidak hanya paham bahasa pemrograman, tetapi juga mengerti perihal microcontroller, ataupun pemahaman tentang teknik mesin yang baik. Amunisi baru ini didukung oleh dana dari Edo Okandar, seorang angel investor yang juga menggeluti dunia startup lokal. Perihal kepemilikan DycodeX ini, Edo memiliki sekitar ¼ saham, sementara sisanya dikucurkan oleh DyCode sendiri.

DyCode team / DailySocial

Layanan photo editing dan cetak Jepret yang dimiliki DyCode akhirnya bermigrasi ke DycCodeX dengan nama Allegra. Intinya Allegra merupakan penyempurnaan dari segi kenyamanan dan mobilitas yang lebih baik dari keseluruhan layanan Jepret. Tak hanya itu, sejak peresmian DycodeX pada bulan April lalu mereka berhasil membangun tiga prototipe produk lainnya, seperti: project name button, gallon, dan lamp.

Tantangan baru di vertikal baru

It’s another world, selama ini industri startup terkait dengan software. Begitu masuk ke hardware, tantangannya banyak sekali. Dari segi resource, IoT membutuhkan additional skillset yang gak hanya bisa paham mesin, tapi juga bisa coding. Secara makro, masalah ekosistemnya jauh lebih ‘mentah’,” ungkap Andri.

Disebutkan pula bahwa komponen fisik memiliki keterbatasan suplai yang harus diimpor dari negara Tiongkok. Rapid prototyping tidak memiliki pabrik perakitan dan fasilitas yang mendukung. Andri sendiri percaya di tahun 2016 nanti IoT akan mendapat perhatian jauh lebih besar dari sebelumnya. Namun perihal bisnisnya sendiri, seluruh pemainnya masih akan meraba pendekatan yang memungkinkan untuk dijajaki. Tapi semua hanya perihal waktu, dan yang jelas dukungan dari pemerintah.

“IoT ini adopsinya tentang kemulusan implementasi, bagaimana  support-nya ketika pengadopsiannya sudah masif akan menjadi tantangan lain. Salah satu yang mengganjal juga regulasi pemerintah, karena nyaris seluruh solusi IoT membutuhkan perangkat nirkabel. Sementara setiap perangkat nirkabel baru wajib melalui proses sertifikasi. Ini bisa menghambat produksi massal,” tutupnya.

Jepret Allegra by DyCodeX / DailySocial

 

Update:
Kami meralat penamaan DyCodeX menjadi DycodeX, serta tautan menuju dycodex.com

Bandung IoT Developer Day Episode 1 Ajak Pengembang Muda Indonesia Mengenal IoT Lebih Dalam

Sabtu kemarin (14/11), DyCodeEdu bersama dengan komunitas IoT4Bandung menggelar kegiatan Bandung IoT Developer Day. Di kegiatan pertamanya ini, yang mereka sebut Episode 1, tema yang diangkat adalah “Developing for IoT with Web Technologies”. Melalui acara ini, para peserta diharapkan mendapat insight yang lebih mendalam tentang Internet of Things (IoT), pengembangan IoT, dan juga peluangnya.

Bertempat di Bale Motekar, Bandung IoT Developer Day ini berhasil menarik perhatian 60 peserta yang berasal dari berbagai daerah. Bukan hanya Bandung saja, tetapi ada pula yang berasal dari Bogor dan Purwokerto. Kegiatan dengan konsep seminar ini sendiri mendapat dukungan penuh dari DyCode, Geeknesia, dan DiLo Bandung.

Sebagai pembicara, hadir Senior Technical Evangelist Microsoft Indonesia Norman Sasono, CEO DyCode Andri Yadi, CEO Geeknesia Martin Kurnadi, dan para pengurus Komunitas IoT4Bandung. Para pembicara tersebut membawakan beragam topik seperti, pengenalan IoT, pengembangan IoT (menggunakan Rasperberry Pi 2, Windows 10 IoT Core, dan Node.js), penggunaan Espruino pada microcontroller, sharing bersama komunitas IoT4Bandung, dan pengenalan beberapa perangkat IoT yang telah berfungsi dengan cloud platform.

P51114-163003

Terkait dengan latar belakang digelarnya kegiatan ini, Andri menjelaskan, “Ekosistem Industri IoT di Indonesia masih sangat awal, tidak banyak support yang bisa didapatkan. […] Melihat kondisi tersebut, DyCode melalui DycodeEdu berniat untuk sedikit berkontribusi melalui aktivitas-aktivitas yang bersifat grassroots dan langsung menyentuh hal-hal fundamental, yaitu sumber daya manusia. Harapannya, sedikit kontribusi tersebut [dapat] bersifat nyata dan langsung berdampak baik pada ekosistem.”

Peluang pengembangan bisnis IoT

Bersama dengan istilah lainnya seperti Big Data dan Cloud Computing, Internet of Things juga digadang-gadang sebagai adopsi teknologi masa depan sejak dua puluh tahun lalu. Namun, adopsinya kini masih berada pada tahap awal di Indonesia, meski sudah mulai terlihat. Paling kentara terkait adopsi IoT ini bisa kita lihat dari konsep smart city yang sedang digodok di mana-mana.

(Baca juga: Kesiapan Indonesia Mengadopsi Internet of Things)

Dengan kondisi seperti ini, artinya masih banyak peluang bagi IoT untuk tumbuh. Menurut Norman, IoT ini memiliki potensi sebesar 70 persen untuk bisnis dengan model B2B dan 30 persen sisanya adalah untuk model B2C.

Norman mengatakan:

IoT bukan hanya meliputi alat atau benda saja, melainkan meliputi perpaduan dari alat atau benda, konektivitas, data, dan analisis. […] IoT memiliki potensi sebesar 70 persen untuk bisnis secara B2B (Business To Business) dan 30 persen B2C (Business To Consumer). Hal ini dikarenakan adanya kebutuhan bagi para pelaku industri untuk mengefisiensikan inventaris mereka.”

P51114-121426

Setali tiga uang, Andri dan Martin mengemukakan hal yang tidak jauh berbeda. Menurut Andri, bagaimana IoT berkembang akan bergantung pada pendekatan yang dilakukan. Contoh yang diberikan Andri adalah perangkat Allegra yang dikembangkan oleh Dycode yang diklaim sudah mendapatkan klien dan revenue.

(Baca juga: Masih Banyak PR Untuk Sukseskan Adopsi Internet of Things di Tanah Air)

Sementara itu Martin menyebutkan bahwa IoT bisa juga sebagai tools, bukan tampak muka produk atau layanannya. “Jadi tampak muka di depannya bisa apa saja, namun ‘alat’ untuk menjalankan atau mendukungnya dengan IoT,” ujarnya.

Menurut Andri, acara dan kegiatan seperti  Bandung IoT Developer Day ini direncanakan untuk menjadi kegiatan rutin dan lebih terstruktur dari sisi tema, bila dibandingkan dengan acara lain dengan tema sama. Tak menutup kemungkinan juga tema yang diangkat pun akan lebih spesifik dan berbeda dengan tema-tema sebelumnya yang sudah diangkat.

(Baca juga: Memasyarakatkan Perangkat Wearable dan Internet of Things di Indonesia)

Penetrasi IoT di Indonesia memang belum begitu terasa layaknya penetrasi internet dan mobile itu sendiri. Pun demikian, kegiatan-kegiatan seperti Bandung IoT Developer Day dan pendekatan komunitas bisa dijadiakan sebagai saluran untuk dapat bantu meningkatkan penetrasi IoT . Setidaknya, di tahap awal yang sedang dialami oleh Indonesia.


Disclosure: DailySocial adalah media partner acara Bandung IoT Developer Day 

4G/LTE Adoption to Reach Maturity in Indonesia

Nowadays, the better adoption of 4G/LTE is more and more apparent that it has been introduced since the end of last year. The implementation of such technology should indeed be started as soon as possible. The earlier it gets, the more mature it would be. Continue reading 4G/LTE Adoption to Reach Maturity in Indonesia

DyCode Resmi Luncurkan Aplikasi Jepret Story untuk Perangkat Android

Setelah unjuk gigi dalam ajang SingTel-Samsung Mobile App Challenge dan dinobatkan sebagai jawara di ajang Indonesia Next App, kemarin (19/12) DyCode secara resmi meluncurkan aplikasi Jepret Story di Bandung. Jepret Story merupakan aplikasi yang memungkinkan pengguna mengumpulkan foto dan video dari jejaring sosial atau hasil kolektif dari teman yang berkolaborasi. Saat ini aplikasi Jepret Story sudah tersedia untuk perangkat Android dan dapat diunduh melalui Google Play.

Sebenarnya, aplikasi Jepret Story tidak berdiri sendiri. Di balik layar terdapat Jepret Cloud, sebuah platformcloud berbasis Microsoft Azure yang mendukung kinerja dari aplikasi ini. Dengan memanfaatkan tagar (hashtag) tertentu sesuai kebutuhan penggunanya, Jepret Cloud akan merangkum keseluruhan foto yang dibubuhkan tagar tersebut menjadi sebuah cerita visual dalam bentuk album online, slideshow video, atau bahkan langsung dicetak.

“Dengan menggunakan Jepret Story, kita dapat mengumpulkan foto dan video dari kamera smartphone dan juga media sosial yang akan dikumpulkan secara otomatis berdasarkan hashtag tertentu. Semua foto dan video akan terkumpul ke dalam sebuah Story atau cerita dan dapat diterbitkan sebagai Live Galery atau Slideshow Movie,” ungkap CEO DyCode Andri Yadi.

Lebih lanjut Andri menjelaskan bahwa Jepret Story sendiri dapat dikatakan masih keluarga dari aplikasi Jepret yang merupakan layanan media sosial berbasis gambar yang dapat diakses oleh pengguna Nokia S40 dan S60. Namun karena aplikasi dengan konsep serupa sudah banyak tersedia di smartphone maka Andri memutuskan untuk mengkonsep sesuatu yang baru, karena menurutnya masih belum ada aplikasi yang dapat mengumpulkan momen dan membuat cerita berdasarkan media tersebut.

“Saya yakin Jepret Story dapat membantu pengguna di Indonesia hingga Asia tenggara untuk mengumpulkan dan mengggambarkan cerita dalam kehidupan mereka secara visual dan instan,” tambahnya.

Walaupun secara pribadi digunakan untuk mengumpulkan momen yang tersebar dari banyak akun media sosial dan juga hasil kolaborasi dengan teman yang diundang, aplikasi ini juga dapat dimanfaatkan sebagai media promosi bagi mereka yang ingin berjualan. Pihak penjual dapat membuat Story dari produk mereka dan jika pengguna mengklik Story tersebut, maka akan diarahkan ke halaman dari produk yang dijual.

Selain berniat menyediakan API yang kabarnya sudah siap rilis untuk dimanfaatkan oleh pengembang-pengembang lain, pihak DyCode juga akan segera merilis aplikasi ini untuk tersedia di platform iOS pada Februari 2015. Di samping itu, terkait dengan nama Jepret Story sendiri, pihak DyCode mengungkapkan mereka berencana mengganti nama aplikasi ini per 1 Januari 2015.

Dalam kesempatan yang sama, DyCode juga mengumumkan kompetisi bertajuk Holiday Story yang diadakan pada tanggal 22 Desember 2014 hingga 9 Januari 2014 sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan adaptasi penggunanya. Kompetisi ini merupakan hasil kerja sama dengan Samsung, Tripvisto, Whatever Backpacker, TeaStory, dan Majalah Selular.

Artikel sindikasi ini pertama kali dimuat di DailySocial dan ditulis oleh Adjie Priambada. 

DyCode Resmi Luncurkan Aplikasi Jepret Story untuk Perangkat Android

Ilustrasi Andri Yadi Merilis Jepret Story / DailySocial

Setelah unjuk gigi dalam ajang SingTel-Samsung Mobile App Challenge dan dinobatkan sebagai jawara di ajang Indonesia Next App, kemarin (19/12) DyCode secara resmi meluncurkan aplikasi Jepret Story di Bandung. Jepret Story merupakan aplikasi yang memungkinkan pengguna mengumpulkan foto dan video dari jejaring sosial atau hasil kolektif dari teman yang berkolaborasi. Saat ini aplikasi Jepret Story sudah tersedia untuk perangkat Android dan dapat diunduh melalui Google Play.

Continue reading DyCode Resmi Luncurkan Aplikasi Jepret Story untuk Perangkat Android

The Indonesia Next App’s Champion Talks About Preparation for Regional Competition

After successfully taking Jepret Story to be the winner of the Indonesia Next App (INA) 2014, Dycode has made a series of planning to allow the app tasting even further achievements. One of the planning that the startup has set is to prepare Jepret Story to enter the regional competition in this coming November. Continue reading The Indonesia Next App’s Champion Talks About Preparation for Regional Competition

Persiapan Jawara Indonesia Next App Jepret Story untuk Kompetisi Tingkat Regional

Kompetisi Indonesia Next App (INA) telah menobatkan Jepret Story sebagai jawara di ajang tersebut. Ke depannya, DyCode selaku tim pengembang aplikasi Jepret Story telah memiliki serangkaian skema untuk perkembangan aplikasi mereka, termasuk mempersiapkan aplikasi ini untuk bisa bersaing dalam proses kompetisi tingkat regional November mendatang.

Continue reading Persiapan Jawara Indonesia Next App Jepret Story untuk Kompetisi Tingkat Regional

Jepret Story is Indonesia’s Next App

DyCode’s Jepret Story gets crowned today (30/9) at the Indonesia Next App after surpassing other six remaining finalists. Jepret Story will represent Indonesia in the regional competition in Singapore and compete with other winners from Singapore, Thailand, the Philippines, and Australia on November 26, 2014. Besides having the chance of representing Indonesia, the platform also gains a number of prizes and privileges from both Telkomsel and Samsung, two main sponsors of the event.

Continue reading Jepret Story is Indonesia’s Next App