Metrodata Masuk Menjadi Investor Sayurbox untuk Putaran Selanjutnya

PT Metrodata Electronics Tbk (IDX: MTDL) telah menandatangani perjanjian investasi dengan Sayurbox. Seperti yang diungkapkan melalui keterbukaan, Metrodata akan memberikan pendanaan senilai $500 ribu atau setara 7 miliar Rupiah; yang merupakan investasi pendahuluan pada tahap Bridge Round di Sayurbox.  Melalui perjanjian tersebut, perseroan dalam kurun waktu tertentu akan mendapatkan kepemilikan saham di Sayurbox sesuai dengan persentase saham didasarkan pada perhitungan yang telah diatur.

Konsep Bridge Round ini pada dasarnya menjadi partisipasi investor dalam sebuah pendanaan startup untuk menyambut penutupan seri selanjutnya. Umumnya pembagian ekuitas baru disampaikan setelah target pendanaan pada seri tertentu terpenuhi, disesuaikan dengan formula yang telah disepakati dan didasarkan pada nilai yang dikucurkan tiap investor. Selain itu, dalam perjanjian ada tenggat batas yang disepakati terkait penutupan seri berikutnya.

Sebelumnya, perseroan lain yakni Astra Digital, bagian dari Astra International, berpartisipasi memimpin putaran seri B Sayurbox. Didukung sejumlah investor seperti Syngenta Group Ventures, Global Brain Corporation, Ondine Capital, Strategic Year Holdings Ltd., dan beberapa nama lain yang tidak disebut spesifik.

Momentum startup online grocery

Seperti diketahui, Sayurbox menawarkan layanan online grocery untuk memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk membeli kebutuhan sehari-hari, khususnya terkait bahan pangan. Layanan ini seperti tengah mendapati momentum di tengah berbagai pembatasan akibat pandemi. Di kalangan masyarakat, khususnya perkotaan, mulai terbentuk kebiasaan baru untuk memesan berbagai jenis kebutuhan melalui aplikasi.

Hal ini dibuktikan dengan traksi layanan online grocery yang terus meningkat. Aplikasi Sayurbox sendiri saat ini sudah diunduh lebih dari 1 juta pengguna; sementara situsnya rata-rata mendapatkan 500 ribu kunjungan per bulannya. Di samping itu, sepanjang periode pandemi (Maret 2020 sampai sekarang), minat investasi ke startup online grocery juga terpantau meningkat. Dari catatan kami, sudah ada sekitar 11 pendanaan yang diumumkan, meliputi:

Periode Startup Investasi
September 2021 Dropezy Pra-Seri A
Agustus 2021 Pasarnow Pendanaan Awal
Agustus 2021 Segari Seri A
Juli 2021 HappyFresh Seri D
Apri 2021 Sayurbox Seri B
Maret 2021 Dropezy Pendanaan Awal
Maret 2021 Segari Pendanaan Awal
Maret 2021 Eden Farm Pendanaan Awal
Agustus 2020 Wahyoo (meluncurkan Langganan.co.id) Seri A
Juli 2020 BorongBareng Pra-Seri A
Maret 2020 Chilibeli Seri A

Perseoran lainnya, Alfamart/PT Sumber Alfaria Trijaya (IDX: AMRT), juga sempat tergabung ke dalam putaran seri A Segari, sebuah startup yang juga menghadirkan aplikasi online grocery.

Indonesia memiliki potensi besar

Menurut studi yang dilakukan L.E.K. Consulting, saat ini nilai online grocery di Indonesia berkisar $1 miliar, diperkirakan melonjak menjadi $6 miliar pada tahun 2025 atas dampak pandemi. Kendati belum sebesar di beberapa negara seperti Tiongkok atau Amerika Serikat, peneliti menilai bahwa Indonesia memiliki semua bakat untuk perkembangan industri  yang lebih pesat ke depannya.

Satu hal yang paling fundamental adalah basis konsumen besar. Penelitian juga menyoroti tentang konsumen Indonesia yang menghabiskan $200 miliar untuk produk makanan dan minuman sepanjang 2014 dan 2019. Ini jauh lebih besar di bandingkan semua negara yang ada di wilayah regional.

Pekerjaan rumah selanjutnya adalah bagaimana menciptakan rantai pasok yang efisien untuk memastikan pemenuhan kebutuhan lewat online grocery. Pasalnya untuk memaksimalkan potensi tersebut, pengembang layanan juga harus melakukan ekspansi ke berbagai kota di Indonesia. Seperti diketahui, kondisi geografis di sini memberikan tantangan tersendiri untuk sistem logistik — apalagi untuk mengakomodasi bahan-bahan segar yang membutuhkan tingkat akurasi tinggi.

Temuan lain dalam riset, sepanjang tahun 2020 pembelian kebutuhan pokok secara online telah melampaui berbagai kanal lainnya, termasuk di ritel modern dan pasar tradisional. Terlebih saat ini layanan populer seperti online marketplace atau superapp juga memberikan layanan online grocery sebagai nilai tambah.

Application Information Will Show Up Here

Dropezy Secures 35.5 Billion Rupiah Series A Funding, Offering Quick Commerce Solution

Online grocery startup Dropezy announced a pre-series A funding of $2.5 million (approximately 35.5 billion Rupiah). This round was led by Forge Ventures with participation from Tekton Ventures, Next Billion Ventures, Nordstar, and a range of angel investors, including the founders of Kopi Kenangan and BukuKas.

Through this round, Dropezy will launch its newest expansion solution “quick commerce” which offers instant delivery within 20 minutes. The company will expand its micro fulfillment center (cloud store) to a dozen at various points throughout the Greater Jakarta.

Dropezy’s Co-founder & COO, Nitesh Chellaram said in an official statement, the ongoing pandemic is changing the way consumers shop for daily necessities to online platforms. However, existing online grocery services focus on circling the existing offline supply chain or minimizing costs.

There are some aspects left behind that they have not had time to resolve in fulfilling consumer experience with online shopping, a faster delivery. Dropezy comes with the vision to offer the most convenient way for people to get groceries.

“Dropezy was built from the scratch to satisfy urban consumers who demand convenience and speed that allows them to order daily necessities in small package without a minimum order, with the cheapest delivery rates in Indonesia,” Nitesh said, Thursday (23/9).

He said, with this vision, the company now has 60% of repeat customers still shopping at Dropezy after six months. Also, these customers prefer the consistency and freshness of the Dropezy product selection and reasonable prices.

In its business operations, Dropezy controls inventory and logistics in-house with a committed fleet of riders allocating at least 6 hours a day for small package deliveries. This quick commerce solution is available due to Dropezy’s consumers demand to send orders faster.

“If you’re making coffee and realize you’re out of milk, Dropezy will give it to you before your coffee gets cold. We are excited to partner with investors who share our vision and customer obsession.”

In order to support the company’s vision, Dropezy has one micro fulfillment center (cloud store) assisted by a total team of 100 people to serve next-day delivery. In realizing the company’s ambition to provide 20-minute delivery to the buyer’s location, Dropezy plans to open up to a dozen cloud stores by the end of this year.

Dropezy’s Co-founder & CEO, Chandni Chainani added, “Expanding from 1 warehouse to 10 is very challenging, and there was no way we could have done this without the 18 months of learning and insight we gained from our customers.”

Forge Ventures’ partner, Kaspar Hidayat said, his team is very enthusiastic to partner with Dropezy to revolutionize the online grocery industry. He said, current players are not solving important problems and that is why penetration in this segment is much lower than in the e-commerce industry.

“And Dropezy changed all that. As Dropezy grows, this will allow customers to buy groceries and daily necessities on time, and running out of something essential will be a thing of the past.”

Competition in online grocery industry

The online grocery industry has fierce competition, however, it has high growth space as its penetration is still concentrated in big cities.

A report from Statista said, last year the online grocery market share in this country only reached 0.3%, it is predicted to be increased by 20 basis points to 0.5% in 2022. The pandemic is said to be one of the main factors that triggered the increase in the popularity of online grocery services among consumers.

Based on data, apart from changing consumer online buying behavior, a further impact of the pandemic is a change in consumer mindset in shopping. “Worried about the economic impact of the pandemic, many Indonesian consumers are becoming more budget conscious. In addition, the purchasing  priority  of basic needs and health among consumers is visible during the pandemic,” the report said.

Source: Statista

Therefore, instant delivery solutions at affordable costs are increasingly relevant as it holds potential consumer segment. Aside from Dropezy, more online grocery players are concerned with instant delivery. Among them are Sayurbox, which offers delivery within two hours, BlibliMart, which offers same-day delivery for purchases made between 8 am and 4 pm, and HappyFresh which promises delivery within one hour of ordering.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Dropezy Kantongi Pendanaan Pra-Seri A 35,5 Miliar Rupiah, Hadirkan Solusi “Quick Commerce”

Startup online grocery Dropezy mengumumkan pendanaan pra-seri A senilai $2,5 juta (sekitar 35,5 miliar Rupiah). Putaran ini dipimpin oleh Forge Ventures dengan partisipasi dari Tekton Ventures, Next Billion Ventures, Nordstar, serta jajaran angel investor, termasuk di antaranya founder Kopi Kenangan dan BukuKas.

Melalui putaran ini, Dropezy akan melancarkan ekspansi solusi terbarunya “quick commerce” yang menawarkan pengiriman instan 20 menit sampai di lokasi setelah pemesanan. Perusahaan akan memperluas pusat fulfillment mikro (cloud store) hingga belasan di berbagai titik di seluruh wilayah Jabodetabek.

Dalam keterangan resmi, Co-founder & COO Dropezy Nitesh Chellaram mengatakan, pandemi yang masih berlangsung ini mengubah cara konsumen berbelanja kebutuhan sehari-hari ke platform online. Namun, layanan online grocery yang ada sekarang berfokus pada sekitar rantai pasokan offline yang ada atau meminimalkan biaya.

Ada aspek yang tertinggal dan belum sempat diselesaikan oleh mereka untuk memuaskan pengalaman konsumen saat belanja online, yakni pengiriman yang lebih cepat. Dropezy hadir dengan visi ingin menawarkan cara paling nyaman bagi masyarakat untuk mendapatkan bahan makanan.

“Dropezy dibangun dari bawah untuk memuaskan konsumen perkotaan yang menuntut kenyamanan dan kecepatan yang memungkinkan konsumen untuk memesan kebutuhan sehari-hari dalam ukuran gigitan tanpa minimum order, dengan tarif pengiriman termurah di Indonesia,” ucap Nitesh, Kamis (23/9).

Dia melanjutkan, dengan visi tersebut, perusahaan kini memiliki 60% repeat customers yang masih berbelanja di Dropezy setelah enam bulan. Menurutnya, para pelanggan ini menyukai konsistensi dan kesegaran pilihan produk Dropezy dan harga yang wajar.

Dalam operasional bisnisnya, Dropezy mengontrol inventaris dan logistik in-house dengan armada pengendara yang berkomitmen yang mengalokasikan setidaknya 6 jam sehari untuk pengiriman paket kecil. Kehadiran solusi quick commerce ini pun hadir karena kebutuhan konsumen Dropezy yang ingin mengirimkan pesanannya lebih cepat dari sekarang.

“Jika Anda membuat kopi dan menyadari bahwa Anda kehabisan susu, Dropezy akan memberikannya kepada Anda sebelum kopi Anda dingin. Kami sangat senang dapat bermitra dengan investor yang memiliki visi dan obsesi pelanggan yang sama dengan kami.”

Untuk mendukung visi perusahaan, saat ini Dropezy memiliki satu pusat fulfillment mikro (cloud store) yang dibantu dengan total tim saat ini 100 orang untuk melayani pengiriman next-day. Untuk merealisasikan ambisi perusahaan dalam menyediakan pengiriman 20 menit sampai ke lokasi pembeli, Dropezy berencana untuk membuka hingga belasan cloud store hingga akhir tahun ini.

Co-founder & CEO Dropezy Chandni Chainani menambahkan, “Memperluas dari 1 gudang menjadi 10 sangat menantang, dan tidak mungkin kami dapat melakukan ini tanpa pembelajaran dan wawasan selama 18 bulan yang kami peroleh dari konsumen kami.”

Partner Forge Ventures Kaspar Hidayat menuturkan, pihaknya antusiasme untuk bermitra lebih jauh dengan Dropezy untuk merevolusi industri online grocery. Menurutnya, pemain yang ada saat ini tidak menyelesaikan masalah yang penting dan itulah sebabnya penetrasi di segmen ini jauh lebih rendah daripada di industri e-commerce.

“Dan Dropezy mengubah semua itu. Seiring pertumbuhan Dropezy, ini akan memungkinkan pelanggan untuk membeli bahan makanan dan kebutuhan sehari-hari tepat waktu, dan kehabisan sesuatu yang penting akan menjadi masa lalu,” tutupnya.

Kompetisi industri online grocery

Industri online grocery memiliki persaingan yang sengit, namun masih memiliki ruang tumbuh yang tinggi karena penetrasinya yang masih terpusat di kota-kota besar.

Laporan dari Statista menyampaikan, pada tahun lalu pangsa pasar online grocery di negara ini baru mencapai 0,3%, diprediksi akan meningkat 20 basis poin menjadi 0,5% pada 2022 mendatang. Pandemi yang melanda tanah air disebut-sebut sebagai salah satu faktor utama yang memicu peningkatan popularitas layanan online grocery di kalangan konsumen.

Menurut data, dampak lebih lanjut dari pandemi selain mengubah perilaku pembelian online konsumen, adalah perubahan pola pikir konsumen dalam berbelanja. “Karena khawatir akan dampak ekonomi dari pandemi, banyak konsumen Indonesia menjadi lebih sadar anggaran. Selain itu, prioritas pembelian kebutuhan pokok dan kesehatan di kalangan konsumen juga terlihat selama pandemi,” tulis laporan tersebut.

Sumber: Statista

Sehingga solusi pengiriman instan dengan biaya terjangkau semakin relevan karena ada segmen konsumen di sana. Selain Dropezy, semakin banyak pemain online grocery yang concern dengan pengiriman instan. Di antaranya ada Sayurbox yang menawarkan pengiriman sampai dalam waktu dua jam, BlibliMart yang menawarkan pengiriman same-day untuk pembelian yang dilakukan antara jam 8 pagi sampai jam 4 sore, dan HappyFresh yang menjanjikan barang diantar dalam satu jam setelah pemesanan.

***
Ada penawaran spesial nih buat Anda! Pakai kode voucher DROPXDAILY25, ada potongan 25ribu untuk min. belanja Rp50ribu di seluruh area yang tercover Dropezy. Kode ini hanya berlaku sampai dengan 31 Maret 2022.
Application Information Will Show Up Here

HappyFresh Secures 940 Billion Rupiah Series D Funding, Valuation Exceeds 2.8 Trillion Rupiah

The online grocery marketplace, HappyFresh secures a series D funding worth of $65 million or equivalent to 940 billion Rupiah. The round was led by Naver Financial Corporation and Gafina B.V. Participated also some investors, including Mirae Asset-Naver Asia Growth Fund and Z Venture Capital.

Previously, HappyFresh announced a series C funding in April 2019 worth of $20 million. Based on DailySocial’s calculations, all the closed rounds has brought the company’s valuation to $200 million.

Regarding the focus of this funding, HappyFresh’s CEO, Guillem Segarra said that his team is working hard to improve the company’s operations in various markets and maintain the company’s quality and safety standards. “We are still at the beginning of the journey and with all the support received, are very excited for the adventures ahead,” he said.

In a previous discussion with DailySocial, HappyFresh Managing Director, Filippo Candrini has revealed that the company’s current focus is to improve the user experience in online grocery shopping using a personal shopper approach. In addition, his team will also continue to carry out local expansion to tier 2 and 3 cities in Indonesia.

“We did not intend to be a super app, but we want to be a super in grocery app for our customers and partners,” Candrini added.

Debuting in Indonesia since 2015, HappyFresh has expanded its business to Malaysia and Thailand. The company claims to have experienced 10 to 20 times traffic growth. In the local market, this service is also available in 11 cities throughout Indonesia, including Greater Jakarta, Bandung, Surabaya, Malang, Semarang, Makassar, and Bali.

The e-grocery industry is said to be growing rapidly throughout Asia, especially Southeast Asia. The retail market for this industry is reported to have reached $350 billion supported by rapid adoption and fundamental changes in consumer behavior.

“We are seeing major changes in customer behavior; Retention rates and frequency have increased significantly while overall basket size has grown consistently. We attribute this to a major shift in wallet share from offline to online, which will remain,” Guillem said.

Indonesian market still dominated by offline

Despite the increasing penetration of online shopping, the offline market still dominates the online grocery industry in Indonesia. A research from L.E.K Consulting on the online grocery industry revealed that 82% of total food sales are still dominated by traditional markets.

This is in contrast to what happened in China and South Korea where the offline market only accounted for 30% and 19% of total grocery sales in 2019.

Sumber: L.E.K Consulting

However, along with the increasing availability of services in various regions and people who are well educated from popular consumer applications, it is not impossible that the statistics of e-grocery will increase exponentially in the future.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Terapkan Konsep D2C, Dropezy Kembangkan Layanan “Mobil Toko”

Startup online grocery Dropezy mengembangkan layanan “Mobil Toko (MoTo)” berkonsep direct-to-consumer (D2C). Layanan tersebut diperuntukkan untuk menjangkau segmen konsumen yang sudah terbiasa belanja offline di pasar, yang belum tersentuh teknologi agar lebih familiar dengan layanan online grocery.

MoTo adalah bentuk lokalisasi dari pedagang sayur yang berdagang dengan gerobaknya setiap hari berkeliling di sekitar area perumahan warga. Dengan berbagai peningkatan kemampuan, Dropezy dilengkapi dengan kendaraan mini truk, yang disertai fitur pembayaran digital dari pemain e-money, perbankan, juga pembayaran tunai.

Kepada DailySocial, Co-Founder & COO Dropezy Nitesh Chellaram menyampaikan inisasi MoTo dilatarbelakangi oleh kondisi pembatasan sosial di tengah pandemi yang membuat masyarakat tidak memiliki akses ke supermarket atau pasar basah. Segmen ini umumnya didominasi oleh pelanggan yang belum terlalu paham teknologi dan mungkin belum pernah belanja online.

“Saat itulah kami benar-benar memutuskan untuk mendekatkan nuansa pasar dengan mereka melalui MoTo. Pelanggan dapat membeli sayuran dengan jumlah kecil, tanpa khawatir tentang kelebihan stok, boros, atau khawatir dengan biaya pengirimannya lagi,” terang Nitesh.

Konsep yang terlokalisasi ini juga sesuai dengan kebiasaan orang Indonesia saat berbelanja di pedagang sayur langganannya, yakni langsung memegang dan memilih barang dengan jumlah yang diinginkan. Pelanggan pun tetap bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan harga yang standar tanpa harus ke pasar.

Dia optimis, solusi MoTo yang terlokalisasi ini dapat menjadi pintu gerbang bagi Dropezy memperkenalkan layanan online grocery secara lebih luas. “Bagi pelanggan yang menginginkan akses ke lebih dari 1.000 SKU yang kami sediakan secara online, staf kami yang ramah juga akan membantu pelanggan untuk mengunduh aplikasi di ponsel mereka dan melatih mereka untuk memesan secara online.”

Menurutnya, tidak ada perbedaan signifikan pengalaman berbelanja di pedagang sayur dengan MoTo. Pelanggan cukup mendatangi lokasi MoTo terdekat untuk berbelanja, tidak perlu mengunduh aplikasi apa pun. Hanya saja, kini disematkan opsi pembayaran digital dengan saldo e-money, transfer bank, juga uang tunai. “Sesederhana berbelanja di minimarket terdekat atau pasar tradisional.”

Berdayakan pedagang sayur lokal

Nitesh mengakui digitalisasi UMKM adalah suatu keniscayaan pada era saat ini. Oleh karenanya, ia tidak ingin menciptakan kompetisi antara pedagang sayur yang ada saat ini, melainkan menggandeng mereka sebagai mitra di MoTo. Selama ini, mereka sebagai vendor memiliki rangkaian produk yang berbeda dan harga yang bervariasi. Dari sisi pelanggan, tidak ada jaminan kualitas dan kapan mereka lewat depan rumah.

“Anda akan beruntung jika melihat mereka berjualan di lingkungan Anda, jika tidak, Anda harus menunggu sampai hari berikutnya. Beberapa vendor bahkan akan membawa produk yang tidak lagi segar karena mereka tidak memiliki cukup uang untuk beli stok baru. Kami bukan ingin bersaing dengan mereka, kami justru memberi kesempatan untuk bergabung dengan kami.”

Saat ini ada mitra yang sebelumnya pedagang sayur telah bergabung di MoTo. Adapun, sementara ini MoTo baru tersedia satu unit di Jakarta Timur. “Bekerja dengan kami, memberi mereka pendapatan tetap bulanan dan tidak perlu khawatir menggunakan uang mereka sendiri untuk mengisi ulang stok. Mereka hanya cukup fokus pada apa yang selama ini mereka lakukan, yaitu menjual.”

Rencana berikutnya

Nitesh menuturkan pihaknya akan memperluas jangkauan unit MoTo ke lebih banyak lokasi, seperti area apartemen dan perumahan agar pelanggan dapat memperoleh akses belanja sehari-hari lebih cepat. Kendati begitu, bisnis online grocery Dropezy masih tetap akan menjadi penopang bisnis utama perusahaan.

“Seluruh ide ini adalah secara perlahan pengguna offline [dari MoTo] menjadi pengguna online sehingga mereka bisa mendapatkan akses ke berbagai macam barang dan memanfaatkan promosi harian kami yang sedang berlangsung. Kami membantu pengguna offline dengan unduhan aplikasi, sehingga mereka dapat mengumpulkan poin setiap kali mereka membeli item dan menebusnya untuk pembelian di masa mendatang.”

Terkait perkembangan bisnisnya, meski tidak dijelaskan secara rinci, Nitesh mengaku pertumbuhan Dropezy secara konstan secara bulanannya. Tren tersebut masih dipengaruhi oleh pembatasan sosial selama pandemi yang mengubah perilaku pelanggan saat berbelanja online dan berdampak pada lonjakan transaksi.

Ia melihat, pelanggan yang awalnya tidak pernah membeli buah dan sayuran secara online, sekarang memesan seluruh kebutuhan sehari-hari mereka dengan nyaman dari rumah mereka dalam hitungan detik. “Pelanggan menghabiskan lebih banyak waktu dengan orang yang mereka cintai dan mengandalkan cara lain untuk membuat hidup mereka lebih mudah dan tidak rumit. Dropezy hanyalah salah satu contoh dari sekian banyak lainnya,” pungkasnya.

Kesempatan layanan online grocery memang masih begitu besar peluangnya di Indonesia. Laporan dari Statista menyampaikan, pada tahun lalu pangsa pasar online grocery di negara ini baru mencapai 0,3%, diprediksi akan meningkat 20 basis poin menjadi 0,5% pada 2022 mendatang. Pandemi yang melanda tanah air disebut-sebut sebagai salah satu faktor utama yang memicu peningkatan popularitas layanan online grocery di kalangan konsumen.

Menurut data, dampak lebih lanjut dari pandemi selain mengubah perilaku pembelian online konsumen, adalah perubahan pola pikir konsumen dalam berbelanja. “Karena khawatir akan dampak ekonomi dari pandemi, banyak konsumen Indonesia menjadi lebih sadar anggaran. Selain itu, prioritas pembelian kebutuhan pokok dan kesehatan di kalangan konsumen juga terlihat selama pandemi,” tulis laporan tersebut.

Sumber: Statista

HappyFresh Kantongi Pendanaan Seri D 940 Miliar Rupiah, Tembus Valuasi 2,8 Triliun Rupiah

Pengembang layanan marketplace online grocery HappyFresh berhasil meraih pendanaan seri D senilai $65 juta atau setara dengan 940 miliar Rupiah. Putaran ini dipimpin oleh Naver Financial Corporation dan Gafina B.V. Beberapa investor yang turut berpartisipasi adalah Mirae Asset-Naver Asia Growth Fund dan Z Venture Capital.

Sebelumnya, perusahaan terakhir kali mengumumkan pendanaan seri C pada bulan April 2019 senilai $20 juta.  Menurut perhitungan tim DailySocial, dari keseluruhan putaran yang berhasil ditutup HappyFresh membawa valuasi perusahaan mencapai $200 juta.

Terkait fokus pendanaan kali ini, CEO HappyFresh Guillem Segarra mengungkapkan bahwa timnya sedang berusaha keras untuk meningkatkan operasional perusahaan di berbagai pasar dan mempertahankan standar kualitas dan keamanan perusahaan. “Kami masih berada di awal perjalanan dan bersama semua dukungan yang diterima, sangat bersemangat untuk menghadapi petualangan ke depannya,” ujarnya.

Dalam diskusi sebelumnya bersama DailySocial, Managing Director HappyFresh, Filippo Candrini juga telah mengungkapkan bahwa fokus perusahaan saat ini adalah untuk bisa meningkatkan pengalaman pengguna dalam berbelanja bahan makanan daring menggunakan pendekatan personal shopper. Di samping itu, timnya juga akan terus menjalankan ekspansi lokal ke kota-kota tier 2 dan 3 di Indonesia.

“Kami tidak berniat untuk menjadi super app, namun kami ingin menjadi aplikasi super dalam grocery untuk pelanggan dan mitra kami,” tambah Candrini.

Hadir di Indonesia sejak tahun 2015, HappyFresh telah mengembangkan bisnisnya ke Malaysia dan Thailand. Perusahaan mengklaim telah mengalami pertumbuhan trafik sebesar 10 hingga 20 kali lipat. Di pasar lokal, layanan ini juga sudah tersedia di 11 kota di seluruh Indonesia, termasuk Jabodetabek, Bandung, Surabaya, Malang, Semarang, Makassar, dan Bali.

Industri e-grocery disebut meningkat pesat di seluruh Asia khususnya Asia Tenggara. Pasar ritel untuk industri ini dilansir telah mencapai $350 miliar didukung dengan adopsi yang cepat dan perubahan mendasar dalam perilaku konsumen.

“Kami melihat perubahan besar dalam perilaku pelanggan; tingkat retensi dan frekuensi telah meningkat secara signifikan sementara basket size secara keseluruhan telah tumbuh secara konsisten. Kami mengaitkan ini dengan perubahan besar dalam pangsa dompet dari offline ke online, yang akan tetap ada,” ujar Guillem.

Di Indonesia, sistem offline masih mendominasi

Namun, di balik angka penetrasi belanja online yang meningkat, pasar offline masih mendominasi industri bahan makanan di Indonesia. Sebuah riset dari L.E.K Consulting tentang industri online grocery mengungkapkan bahwa 82% total penjualan bahan makanan masih dikuasai oleh pasar tradisional.

Hal ini berbanding terbalik dengan apa yang terjadi di Tiongkok dan Korea Selatan di mana pasar offline hanya menyumbang 30% dan 19% pada total penjualan bahan makanan di tahun 2019.

Sumber: L.E.K Consulting

Namun demikian, seiring meningkatnya ketersediaan layanan di berbagai wilayah dan masyarakat yang teredukasi baik dari aplikasi konsumer populer, bukan tidak mungkin kalau statistik e-grocery akan meningkat eksponensial di kemudian hari.

Application Information Will Show Up Here

GoMart Matangkan Layanan dan Fitur untuk Akomodasi Belanja Mingguan

GoMart, layanan belanja online di aplikasi Gojek, terus memperkaya layanan dan fitur untuk mendominasi pasar di segmen belanja kebutuhan mingguan. Saat ini, jumlah merchant supermarket dan asisten belanja kian bertambah yang tersebar di 11 kota besar di Indonesia.

Head of Groceries GoMart Tarun Agarwal menuturkan, sejak diluncurkan kembali pada 2019 lalu, GoMart pertama kali hadir dengan merchant perdana Alfa Group untuk membantu memenuhi kebutuhan harian. Kebutuhan terus meningkat, dipicu sejak pandemi, lantaran terjadi pergeseran perilaku masyarakat dalam belanja kebutuhan secara online menjadi lebih reguler.

“Dalam merespons perubahan tersebut, kami secara bertahap berevolusi mengembangkan layanan serta fitur, sehingga masyarakat dapat lebih mudah memenuhi kebutuhan grocery mingguannya secara online,” tuturnya dalam konferensi pers virtual, kemarin (16/4).

Dalam perjalanannya sejak pandemi, GoMart terus menambah kehadiran di berbagai lokasi. Per April ini, GoMart sudah tersedia di 11 lokasi, selain Jabodetabek, juga ada di Bandung, Semarang, Solo, Yogyakarta, Surabaya, Malang, Bali, Medan, Palembang, dan Makassar.

Lokasi tersebut mencerminkan persebaran 31 merchant, baik dari tradisional hingga modern, yang sudah bermitra dengan GoMart. Beberapa namanya adalah LOTTE Mart, Giant, Giant Express, Foodhall, Sayurbox, Perum Bulog, Pasar Jaya, Best Meat, dan lain-lain. Di merchant-merchant tersebut sudah ditempatkan asisten belanja (Emak Jago) untuk memastikan kesegaran dan kualitas terbaik dari bahan makanan.

Agarwal menjelaskan, saat ini Emak Jago yang sudah direkrut berjumlah ratusan. Mayoritas dari mereka berasal dari lingkungan mitra pengemudi yang sudah mengikuti pelatihan sebelum terjun ke lapangan. “Mereka sudah dilatih untuk melayani kebutuhan belanja, mulai dari menerima pesanan hingga memilih bahan segar di supermarket dan hypermarket yang menjadi merchant GoMart.”

Untuk mendukung permintaan di lapangan, sistem GoMart kini telah diperkaya dengan pembaruan stok harian hingga 4 kali secara otomatis di aplikasi pelanggan. Dengan demikian, pelanggan bisa langsung mengetahui saat produk yang ingin dibeli habis atau tidak tersedia di merchant yang dituju.

Fitur pendukung lainnya adalah berkirim pesan dengan Emak Jago untuk permudah proses belanja dan memberikan rekomendasi resep dalam aplikasi (in-app) untuk pengalaman pengguna yang lebih baik.

Seluruh strategi tersebut diharapkan dapat mendongkrak kinerja GoMart pada tahun ini. Dari gambaran pada tahun lalu saja, transaksi GoMart naik antara 7-8 kali lipat pada periode Februari sampai Desember 2020. Kemudian, jumlah barang per unit (SKU item) yang terjual di GoMart naik sebesar 19 kali lipat dan jumlah pengguna bulanan GoMart meningkat hingga 8 kali lipat.

General Manager Online Business LOTTE Mart Tony Suryadi menambahkan, pandemi mengubah kebiasaan belanja konsumen yang bergeser dari offline ke online. Agar lebih adaptif, dalam merespons itu, pihaknya membutuhkan mitra seperti GoMart. “Teknologi yang dihadirkan Gojek melalui GoMart ditambah dengan asisten belanja Emak Jago yang telah terlatih di outlet kami memberikan rasa aman dan nyaman bagi masyarakat yang ingin berbelanja di LOTTE Mart secara online,” ujarnya.

Dengan kebiasaan baru konsumen yang terbentuk akibat pandemi, layanan online grocery makin diminati. Dari pemain awal sampai pemain legasi terus perkuat kehadiran bisnisnya. Sepanjang tahun 2021, ada dua startup online grocery yang bukukan pendanaan tahap awal, yakni Segari dan Dropezy. Pemain lama tak mau kalah, Kesupermarket juga kencangkan strategi ditandai rebranding menjadi GetMyStore, untuk maskimalkan potensi penjualan secara online.

Application Information Will Show Up Here

Menyelesaikan Isu Rantai Pasok, Agar Tak Sekadar Jadi Pemain E-grocery

Tidak dimungkiri pandemi membuat animo masyarakat terhadap platform digital meningkat, apalagi yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Alhasil pada awal pandemi, terjadi panic buying yang mengakibatkan kosongnya persediaan pasokan barang-barang di supermarket, pasar, hingga aplikasi e-grocery selama beberapa waktu.

Ibarat “blessing in disguise” akhirnya pemain e-grocery punya momentum untuk mengakuisisi sebanyak-banyaknya pengguna beralih ke aplikasi dengan beragam kenyamanan yang ditawarkan. Pertanyaan berikutnya yang mencuat adalah bagaimana “end game” dari pemain e-grocery?

Dalam menjawab pertanyaan tersebut, #SelasaStartup mengundang CFO Sayurbox Arif Zamani sebagai pembicara. Sayurbox selama ini dikenal salah satu pionir pemain e-grocery di Indonesia sejak 2017.

Masih terfokus ke kota besar

Arif menuturkan, secara umum kendati animo masyarakat terhadap layanan e-grocery meningkat, tapi ini baru terjadi di kota lapis pertama saja. Kondisi tersebut erat kaitannya dengan infrastruktur teknologi di kota tersebut yang sudah matang. Hal Ini tercermin dari kinerja Sayurbox yang saat ini masih terpusat di Jabodetabek, Surabaya, dan Bali.

“Kalau setting up ke kota yang belum ready, itu akan jadi investasi yang mahal karena harus bangun infrastruktur dari awal. Tentunya kita juga ada keinginan masuk ke kota lapis dua atau tiga, tapi harus fleksibel strateginya untuk menyesuaikan diri dengan pasarnya,” katanya.

Ada tiga tipe konsumen yang saat ini dilayani Sayurbox. Pertama, kelompok konservatif, solusi yang disediakan adalah menghadirkan agen, dropshipper, dan virtual assistant Safira yang dapat dipesan melalui pesan singkat WhatsApp. Target pasar di kelompok ini adalah ibu-ibu yang tidak dipungkiri dari segi usia yang sudah lanjut dan pemahamannya terhadap teknologi memang kurang.

Kedua, kelompok minimalis yang tipikal telah merencanakan menu makanan selama beberapa hari ke depan. Oleh karena itu, fasilitas yang ditawarkan Sayurbox adalah pengiriman overnight, barang akan sampai pada pagi hari setelah pemesanan.

Terakhir, untuk kelompok impulsif, disediakan pengiriman instan dan hadir di GrabMart,  pesanan akan sampai dalam kurun waktu 30 menit-90 menit. “Market di minimalis dan impulsif saja besar banget, jadi kita sebenarnya lebih fokus ke sana daripada konservatif.”

Perbaiki rantai pasok

Di balik kemudahan mengakses barang-barang segar, sebenarnya pangkal masalah yang ingin diselesaikan Sayurbox adalah mengenai rantai pasok yang masih menjadi isu di dunia pertanian. Arif menerangkan, Sayurbox saat ini memasok hasil tani langsung ke petani dengan sistem jual putus.

Untuk memastikan hukum supply dan demand terjaga, perusahaan secara periodik memantau tingkat pemesanan dengan menerapkan forecast untuk para petani. Juga, bekerja sama dengan pemain fintech lending AwanTunai untuk memberikan pembiayaan untuk para petani. Langkah tersebut sekaligus upaya meningkatkan kelas ekonomi petani menjadi bankable.

“Karena ada komitmen sistem jual beli, jadi petani yang bergabung di kami bisa melakukan planning agar mereka tetap bisa jual hasil panennya ke kami. Selama ini teknik panennya tidak beraturan, itulah yang menyebabkan terjadinya oversupply dan kelangkaan barang. Kami ingin bangun kapasitas itu agar pricing tetap stabil.”

Sebelum kapasitas tersebut sudah terbentuk dengan baik, saat ini Sayurbox memanfaatkan channel offline apabila terjadi oversupply, sekaligus mencegah sampah. Isu rantai pasok juga ini berkaitan dengan pengalaman konsumen saat berbelanja. Pencatatan stok dapat lebih aktual, sehingga semakin cepat notifikasi masuk, pengalaman berbelanja akan jauh lebih.

“Karena kami menangkap, konsumen yang sudah berbelanja lebih dari empat kali besar kemungkinan sudah masuk konsumen loyal, yang susah adalah memberikan pengalaman untuk konsumen pertama hingga pembelian ketiga,” tutupnya.

Foto header: Depositphotos.com

Application Information Will Show Up Here

Kesupermarket Kini Jadi GetMyStore, Garap Layanan “Online Grocery” untuk Segmen Menengah ke Atas

Lama tak berkabar, PT Supra Kreatif Mandiri, pemegang brand layanan online grocery Kesupermarket mengumumkan rebranding menjadi GetMyStore (GET) per 9 November 2020. Lewat identitas baru, GET akan perluas cakupan bisnis tidak hanya B2C, tapi juga B2B dan marketplace.

Perusahaan patungan dari PT Supra Boga Lestari Tbk dan PT Kresna Graha Investama Tbk ini, juga mengangkat Andrew You sebagai CEO.

Dalam wawancara bersama DailySocial, Andrew mengatakan akan membawa GET sebagai pemain online grocery terdepan yang spesifik bermain di segmen menengah ke atas.

“Sekarang ada banyak pemain e-grocery di Indonesia, tapi kebanyakan bermain di mass market. Kami spesifik melayani pembeli menengah ke atas yang populasinya ada sekitar 25% di Indonesia dengan concern produk premium yang berkualitas,” terangnya.

Memanfaatkan jaringan dari induk, pemilik jaringan Ranch Market dan Farmers Market, GET melebarkan sayapnya bisnisnya. Saat ini, Supra Boga mengoperasikan 52 gerai Ranch Market dan Farmers Market yang tersebar di Jabodetabek, Cikarang, Surabaya, Malang, Semarang, Balikpapan, Samarinda, Pekanbaru, Dumai, dan Ambon.

Seluruh gerai ini dapat melayani konsumen yang berada di kota tersebut dan sekitarnya, bekerja sama dengan kurir logistik pihak ketiga. Terdapat dua jenis layanan pengiriman yang disediakan GET, yakni pengiriman instan untuk pelanggan yang melakukan pembelian produk segar dan pengiriman reguler. Metode pembayaran juga dipermudah dengan kehadiran Gopay, virtual account, dan kartu kredit.

Online grocery adalah salah satu industri yang tumbuh di tengah pandemi, Andrew memandang dampak tersebut juga dirasakan oleh perusahaan. Meski \tidak bersedia membagi data lebih lanjut, ia menggambarkan terjadi tren kenaikan konsumsi buah-buahan dan sayuran segar untuk meningkatkan imun mereka. Adapun rata-rata belanja mereka tercatat di atas Rp300 ribu untuk sekali belanja.

“Konsumen middle class itu mencari produk premium dan eksklusif yang sulit ditemukan di tempat lain. Kami memberikan layanan premium untuk mereka, misalnya menaruh petugas khusus di tiap toko agar pengiriman bisa dilakukan dengan instan.”

Perluas segmen

Andrew melanjutkan, saat ini perusahaan tengah mempersiapkan segmen baru yang segera diresmikan pada kuartal III mendatang, yakni platform B2B dan marketplace. Perusahaan sangat optimis masuk ke segmen ini karena masih ada peluang-peluang yang belum bisa diselesaikan oleh pemain yang ada sekarang.

Ia mencontohkan, segmen B2B menarik karena dalam proses supply chain masih dihuni oleh pihak ketiga yang merugikan pebisnis. Dengan proses digital, akan jauh lebih transparan dan produk yang didapat juga jauh lebih berkualitas berkat jaminan Ranch Market.

Bahkan nantinya, perusahaan akan menyediakan layanan produk private label untuk kategori food, non-food, dan perlengkapan dan aksesori umum. Jaminan mutu dan keamanan pangan produk dijaga betul-betul untuk memenuhi rantai pasok produk private label ini.

Sementara itu, marketplace juga menarik untuk diseriusi karena GET sadar betul bahwa SKU yang ada di dalam jaringan Ranch Market tidak selengkap yang ada di pasar. Kesempatan tersebut akhirnya menginisiasi untuk menjaring lebih banyak penyuplai terkurasi ikut berjualan dan melayani konsumen GET.

Produk-produk yang dicari, mulai dari produk makanan impor, suplemen kesehatan, makanan sehat, bahan dapur organik, dan sebagainya. “Secara model bisnis kami ingin lebih banyak penjual berkualitas yang bisa bergabung, meski mereka belum berbentuk brand besar. Untuk mengurasi, kita punya benchmark sebagai standar prosedurnya.”

Sama seperti bisnis B2C, nantinya platform marketplace ini juga akan bermain ke segmen menengah ke atas karena sama-sama menyasar pengguna aplikasi GET. “Penting bagi kami untuk membangun platform yang memiliki positioning penting di pasar karena e-grocery saat ini sudah kompetitif. Kami cukup jelas di sini, bermain di middle up class dan ke depannya akan ada banyak orang Indonesia yang naik kelas ke segmen tersebut,” tutupnya.

Application Information Will Show Up Here

Bisnis E-commerce Tumbuh, Belanja Pangan Online Mulai Diminati di Jakarta

Tren belanja pangan secara online atau e-grocery mulai diminati oleh konsumen di Jakarta. Hal ini berdasarkan riset terbaru dari Tetra Pax Index 2018 yang memprediksi konsumen e-grocery di Jakarta naik dari 1,2 persen di 2016 menjadi 5,4 persen di 2030.

Seiring peningkatan di atas, tren konsumen yang berbelanja di pasar tradisional di Jakarta diprediksi menyusut dari 56,3 persen di 2016 menjadi 46,6 persen di 2030.

“Pertumbuhan e-grocery akan naik cukup signifikan. Meski jumlah belanja ritel modern dan tradisional di Indonesia tetap tinggi, e-grocery menawarkan peluang baru. Saat ini banyak pasar modern dan tradisional menyediakan fasilitas belanja online,” ujar Communication Manager Tetra Pak Indonesia, Gabrielle Angriani saat dihubungi DailySocial.

Diungkapkan Gabrielle, peningkatan tren tersebut turut dipicu sejumlah hal, di antaranya kemajuan teknologi (seperti infrastruktur internet) dan keinginan mendapatkan barang lebih efisien dan ramah lingkungan.

Selain itu, konsumen di era digital kini juga mulai memerhatikan kecepatan pengiriman dan kekuatan kemasan barang. Sebagai contoh, minuman yang dikemas dalam kemasan karton aseptik lebih efisien sehingga memudahkan pengiriman barang. Hasil riset menunjukkan kemasan efisien, baik berat maupun ruang, dapat mengurangi volume transportasi sebesar 30-50 persen.

“Tak hanya itu, para pemain e-grocery juga harus memperhatikan apakah aplikasi mereka mudah digunakan atau tidak. Kebanyakan pembeli ingin agar proses pembelian terjadi secara singkat, tanpa membutuhkan banyak proses di dalam aplikasi,” tuturnya.

Saat ini Tetra Pak Index belum memiliki data mengenai persentase konsumen e-grocery di Indonesia. Sebagai pembanding, menurut Gabrielle, negara di kawasan Asia yang memiliki adopsi pembelanjaan e-grocery sangat tinggi, yakni Tiongkok dan Korea Selatan.

Riset Google and Temasek pada 2016, sepert dikutip Tetra Pak, menyebutkan pertumbuhan bisnis e-commerce di Indonesia meroket signifikan. Di 2015, tercatat 18 juta konsumen Indonesia berbelanja online. Jumlah tersebut diestimasi meroket menjadi 119 juta konsumen pada 2020 seiring bertambahnya populasi anak muda dan penetrasi perangkat mobile.

Bersaing di era omnichannel

Lebih lanjut, riset Tetra Pax Index 2018 yang dilakukan di sejumlah negara termasuk Indonesia, dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana tren e-grocery dapat dimaksimalkan dan lebih bersaing di era omnichannel.

“Semua jenis channel ini akan menjadi satu dalam omnichannel di mana seharusnya chanel ini menawarkan pengalaman berbelanja yang sama bagi pembeli, baik online maupun offline,” ungkap Gabrielle.

Menurutnya, e-grocery kini dipandang sebagai katalis untuk transformasi e-commerce yang lebih luas. Untuk bersaing di era omnichannel, pelaku usaha perlu menawarkan pengalaman belanja online yang dipersonalisasi untuk konsumennya.

Tetra Pak sendiri sebagai perusahaan terkemuka di bidang pemprosesan dan pengemasan makanan dan minuman, menawarkan inovasi terbaru di era omnichannel, yakni teknologi kemasan berbasis QR Code unik dan Radio-Frequency Identification (RFID) untuk meningkatkan pengalaman belanja lebih personal.

“Personal dan unik menjadi salah satu faktor utama yang memengaruhi pasar e-grocery. Dengan personalisasi produk bagi pembeli sebagai pembeda dari produk lain, ini dapat meningkatkan loyalitas dan penjualan,” tutur Gabrielle.