Hacktiv8 Kembangkan Kode.id, Platform Kursus Online dengan Beragam Materi Keterampilan

Hacktiv8 yang selama ini dikenal sebagai program pelatihan intensif menjadi developer mulai berinovasi menghadirkan platform pembelajaran online Kode.id (Kode). Ronald Ishak dan Riza Fahmi (co-founders) turut terlibat mengisi materi-materi video kursus.

Ketika dihubungi DailySocial Ronald menjelaskan, “visi Hacktiv8 menjadi jembatan antara supply dan demand atas developer di Indonesia. Selama menjalankan Coding Bootcamp, kami sadar bahwa tidak semua orang dapat menyiapkan 40 jam per minggu untuk mengikuti kelas secara penuh. Maka dibangunlah Kode.”

Kode awalnya lahir dengan tujuan untuk membantu masyarakat luas dalam belajar pemrograman. Namun seiring berjalannya waktu, kelas-kelas Kode juga diperkaya dengan konten-konten dari bidang ilmu lainnya seperti kepemimpinan, bisnis, pemasaran, hingga desain. Perjalanan Kode baru dimulai awal Juli 2019 ini, kendati demikian saat ini mereka tengah menghimpun pendanaan demi menjadikan Kode sebagai “online upskiling platform” terbesar di Indonesia.

“Melalui Kode kami berharap dapat memberikan kemudahan dan kenyamanan bagi setiap orang dalam mempelajari ilmu baru yang berguna bagi karier mereka ke depannya. Kami percaya, pendidikan yang berkualitas adalah hak semua orang dan kami yakin Kode dapat mewujudkan hal tersebut dan memaksimalkan perwujudan industri 4.0,” terang Ronald.

Mengenal lebih jauh tentang Kode

Jika Anda sudah familiar dengan platform pembelajaran online berbasis video on demand semacam Udemy, mungkin Anda tidak akan kesulitan mengikuti alur dan menu-menu yang disajikan oleh Kode. Kursus akan ditampilkan berdasarkan kategori dan di dalamnya video sudah disusun ke dalam sebuah playlist.

Ronald memperkenalkan Kode sebagai “subscription based online upskilling video platform“. Mereka menawarkan pendaftaran gratis lengkap dengan sejumlah course gratis yang tersedia. Selain itu juga tersedia akun premium dengan sistem berlangganan dengan biaya berlangganan Rp269.000 per bulan.

Meski video pembelajaran versi gratis cukup banyak, dengan berlangganan akun premium akan mendapatkan sejumlah fitur-fitur pelengkap pembelajaran, seperti akses ke kelas premium, akses video online, dan “learning path” yang memudahkan pengguna menentukan urutan-urutan pembelajaran.

Di Kode, juga disediakan fitur “Skill Assessment” di setiap tahapan pembelajaran untuk mengetahui sejauh mana pemahaman terhadap sebuah materi. Selain itu Kode juga memiliki fitur analitik yang hanya diperuntukkan untuk B2B, yang memungkinkan perusahaan memantau perkembangan proses belajar karyawan mereka.

“Skill Assessment atau bisa dibilang tes kompetensi, akan membantu pembelajar untuk mengetahui tingkat pemahaman atas keahlian tertentu. Learner (sebutan untuk pengguna Kode) akan diberikan sebuah kuis yang akan tersedia di awal penggunaan platform. Berdasarkan jawaban yang diberikan, kami akan menyarankan kelas yang cocok untuk Learner berdasarkan hasil dari kuis tersebut,” jelas Ronald.

Memperkaya perpustakaan kelas

Selain memungkinkan masyarakat mengakses video pembelajaran online, Kode juga membuka kesempatan bagi siapa pun yang memiliki keterampilan untuk menjadi pengajar melalui fitur “Subject Matter Expert (SME)”. Di tahun pertamanya ini pihak Kode ingin memperkaya perpustakaan kelas sehingga untuk memberikan pilihan pelajaran yang beragam.

“Fokus kami adalah terus memperbesar perpustakaan kelas kami. Kami berkomitmen untuk dapat memberikan beragam kelas yang menarik, interaktif, dan relevan terhadap perkembangan industri sekarang. Melalui beragam kelas tersebut, kami berharap dapat meningkatkan taraf hidup para profesional di Indonesia,” terang Ronald.

Selain Kode.id, di Indonesia sudah ada beberapa layanan kursus online serupa misalnya DicodingIndonesiaX, Studilmu, dan lainnya.

RingerLaktat dan Kelase Luncurkan Platform Belajar Online Khusus Ilmu Kedokteran

RingerLaktat dan Kelase berkolaborasi meluncurkan platform kursus online di bidang kedokteran. Berbentuk Massive Open Online Course (MOOC), inovasi ini diharapkan mempermudah calon dokter untuk mengakses berbagai materi pembelajaran. Tidak hanya mengenai dunia kedokteran, situs yang bisa diakses melalui RingerLaktat.id ini juga menawarkan materi keperawatan, rekam medis, kesehatan masyarakat dan sebagainya.

Pengembangan platform MOOC RingerLaktat dilatarbelakangi tingginya minat fakultas kedokteran di universitas. Sementara perjalanan menjadi seorang dokter tidaklah sederhana. Kurikulum pendidikan kedokteran tergolong kompleks. Aspek kognitif, afektif dan psikomotor diasah selama 3,5-4 tahun di fase pra-klinik, 1,5-2 tahun di fase koasisten, dan persiapan menghadapi Uji Kompetensi Dokter (UKMPPD).

Di samping itu, menurut pemaparan tim RingerLaktat, pendidikan kedokteran di Indonesia memiliki berbagai tantangan, di antaranya keterbatasan dokter yang berperan sebagai pengajar dan penyebaran dokter di Indonesia yang belum merata. Materi kedokteran termutakhir masih didominasi oleh konten berbahasa Inggris, tentunya menjadi tantangan tersendiri bagi calon dokter. Di sisi lain uji kompetensi dokter sebagai syarat exit exam menyisakan ribuan calon dokter yang belum lulus.

“RingerLaktat merupakan layanan kursus online di bidang pendidikan kedokteran yang pertama di Indonesia. Sebagaimana cairan infus, RingerLaktat salah satu fungsinya untuk meresusitasi kondisi syok atau merehidrasi pasien yang lemah. RingerLaktat hadir untuk membantu calon sejawat di seluruh fakultas kedokteran di Indonesia mendapatkan asupan akses materi pendidikan kedokteran berkualitas,” ujar Co-Founder RingerLaktat dokter Penggalih Herlambang.

Co-Founder RingerLaktat lainnya, dokter Luthfi Saiful Arif, menambahkan, saat ini startupnya telah bekerja sama dengan puluhan dokter dari berbagai universitas dan rumah sakit untuk pengembangan materi berkualitas.

“Kami masih memiliki banyak pekerjaan rumah untuk menggaet lebih banyak dokter agar mau bergabung sebagai pengembang kelas dan fasilitator online. RingerLaktat sangat membuka diri kepada para dokter yang ingin berkolaborasi dalam menyebarluaskan ilmu dan kecakapan yang dimiliki dalam bentuk kelas online gratis maupun berbayar,” ungkap Arif.

Sebagai pengembang teknologi pendidikan, peran Kelase dalam kerja sama ini menyediakan platform MOOC yang terkustomisasi.

“Kami merasa tertantang untuk menyelesaikan berbagai masalah yang ada pada bidang pendidikan kedokteran bersama RingerLaktat. Untuk itu kami begitu antusias mengakselerasi bisnis inovasi sosial yang dijalankan RingerLaktat agar dapat memberi manfaat yang lebih luas pada pendidikan kedokteran Indonesia dengan teknologi dan sumber daya yang kami miliki,” ungkap Co-Founder & COO Kelase Winastwan Gora.

Application Information Will Show Up Here

Potensi Platform Pembelajaran Online Mencetak Talenta Berkualitas

Besarnya demand talenta baru ternyata tidak dibarengi dengan skill dan pengetahuan yang sesuai untuk industri terkait. HarukaEDU adalah contoh startup yang menawarkan platform pembelajaran online yang diharapkan dapat menyuplai demand tersebut.

Untuk bisa melihat lebih jauh seperti apa tren dan potensi startup teknologi pendidikan di Indonesia, #SelasaStartup menghadirkan CEO HarukaEDU Novistiar Rustandi.

Atasi masalah kurang waktu dan biaya

Sebelum mendirikan HarukaEDU, Novistiar mengklaim banyak melakukan tanya jawab ke target pasar dan industri terkait. Ia menyimpulkan banyak lulusan sekolah menengah yang terkendala melanjutkan pendidikan karena permasalahan waktu dan biaya.

Di sisi lain, instansi pendidikan masih belum bisa menghadirkan program belajar secara online karena kurangnya sumberdaya. Permasalahan ini yang bisa diselesaikan oleh platform pembelajaran online.

“Kami juga secara khusus menawarkan pelatihan kepada perusahaan untuk bisa meningkatkan skill karyawan mereka melalui proses belajar secara online. Sejauh ini kami mendapatkan respon yang positif bukan hanya di Jakarta tapi daerah di luar Jakarta,” kata Novistiar.

Mendukung industri 4.0

Meskipun saat ini otomasi sudah banyak menggantikan skill konvensional, bukan berarti lapangan pekerjaan berkurang. Teknologi justru telah menghadirkan lapangan pekerjaan baru yang lahir dari kebutuhan memanfaatkan teknologi.

“Salah satunya adalah digital marketing dan media sosial yang saat ini makin banyak dicari oleh perusahaan. Saya lihat ke depannya skill lebih memegang peranan penting dibandingkan ijazah untuk talenta yang ternyata masih banyak dicari oleh perusahaan konvensional di Indonesia,” kata Novistiar.

Platform pembelajaran online juga berusaha memangkas biaya pendidikan universitas dan pendidikan lanjutan yang masih tergolong sangat besar. Mereka berusaha menghilangkan persepsi bahwa pembelajaran online sebagai “abal-abal” dengan kelas-kelas yang semakin berkualitas.

Entering the Fifth Year, Dicoding Is Set to Accommodate Indonesian Developers

In early March 2019, a startup iin education and programming community, Dicoding has celebrated its early fifth year. In an ocassion at Asian Insight Coonference 2019, Dicoding’s Co-Founder & CEO, Narenda Wicaksono shared some of the achievements. They’ve acquired more than 140 thousand developers, 800 local startups, and produce 5200 digital content. Dicoding community members come from various area, of 454 cities and regencies in Indonesia.

“Dicoding vision is to be the best network for Indonesian developers. Therefore, they have two main objectives. First is to help developer becoming entrepreneur that capable to develop world-class products. Second is to deliver as much digital talents available. In its fifth year, it becomes an important milestone in achieving Dicoding’s vision and mission, also supporting digital-based creative economy development program,” he said.

Since the beginning, Dicoding use the web-platform to reach developer and potential ones in Indonesia. There are some activities to follow through Dicoding, from developer competition, events, and learning channel in programming. Recently, they also launch job marketplace feature that allows partners to connect with the alumni.

“We’re focus to produce more relevant digital talents with market’s demand. We’ll keep working with world-class tech principals to develop the most updated technical curriculum. Their target is to produce new product every month. In the next few months, we’ll create subscription model for more access to the high-quality class at affordable price,” Dicoding’s Co-Founder & COO, Kevin Kurniawan said to DailySocial.

Kevin also said, although their members are in all over Indonesia, Dicoding has no plan to build new branches in other areas. Their headquarter is located in Bandung.

Tim di balik layar Dicoding / Dicoding
Tim di balik layar Dicoding / Dicoding

Connecting developer and industry

Dicoding partners with industry players, the government, and tech enthusiasts for its activities and learning materials. Bekraf, Microsoft, Google, and Samsung is some of Dicoding’s strategic partners.

Currently, there’s an online class to be an Android, Kotlin, Game, Azure Cloud, AWS Associate, and Progressive Web Apps developer. If the participants can pass the final test, they will get graduation certificate approved by IT industry players and will be considered in the recruitment.

In its fifth year, Dicoding plans to add some online classes with the latest topic to support the active classes verified by industry players, such as Google and Indonesian Game Association.

“Speaking of Indonesian public interest on programming, coding can be mastered by anyone, even though those without any IT background. For example, Junia Firdaus, a Gojek’s driver who made it into an Android Developer in one of the company in Jakarta. The competency standard for developer in Indonesia is merely low. Due to digital competency that is not very updated in formal academic institution,” Kevin added.

However, Dicoding team is optimistic that Indonesian resources can compete with overseas players in the future. As long as they have high fighting spirit and learn using the right curriculum.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Masuki Tahun Kelima, Dicoding Berkomitmen Terus Jadi Wadah Developer di Indonesia

Awal Maret 2019 ini, startup di bidang edukasi dan komunitas pemrograman Dicoding merayakan awal tahun kelimanya. Dalam sebuah kesempatan pada pagelaran Asian Insights Conference 2019, Co-Founder & CEO Dicoding Narenda Wicaksono menyampaikan berbagai capaian yang telah diraih. Mereka telah merangkul lebih dari 140 ribu developer, 800 startup lokal, dan menghasilkan 5200 karya digital. Anggota komunitas Dicoding berasal dari berbagai daerah, dari 454 kota dan kabupaten di Indonesia.

“Visi Dicoding menjadi jaringan terbaik untuk developer di Indonesia. Untuk itu, Dicoding memiliki dua misi utama. Pertama adalah membantu developer menjadi entrepreneur yang mampu mengembangkan produk kelas dunia. Kedua adalah melahirkan sebanyak mungkin talenta digital siap kerja. Di tahun kelima, pencapaian ini menjadi tonggak penting dalam mewujudkan visi misi Dicoding, serta untuk mendukung program peningkatan ekonomi kreatif berbasis digital,” ujar Narenda.

Sejak awal, Dicoding memanfaatkan platform website yang dimiliki untuk menjangkau pengembang dan calon pengembang di Indonesia. Ada beberapa kegiatan yang bisa diikuti melalui web Dicoding, mulai dari kompetisi developer, acara developer, hingga kanal pembelajaran dengan topik pemrograman. Baru-baru ini Dicoding juga meluncurkan fitur job marketplace, memungkinkan rekanan untuk terhubung dengan para lulusan.

“Kami fokus untuk memproduksi lebih banyak talenta digital yang relevan dengan kebutuhan pasar. Kami akan terus bekerja sama dengan principal teknologi dunia untuk mengembangkan kurikulum teknis yang paling update. Setiap bulan ditargetkan akan ada produk baru yang dirilis. Dalam beberapa bulan ke depan, kami pun akan membuka model subscription yang akan memberikan akses ke lebih banyak kelas berkualitas dan harga yang bersahabat,” terang Co-Founder & COO Dicoding Kevin Kurniawan kepada DailySocial.

Kevin turut menyampaikan, kendati jangkauan anggota sudah menyebar di berbagai wilayah di Indonesia, namun Dicoding belum ada rencana untuk membangun markas baru di daerah lain. Saat ini kantor utama Dicoding berada di Bandung.

Dicoding
Tim di balik layar Dicoding / Dicoding

Menghubungkan developer dengan industri

Dicoding bekerja sama langsung dengan pelaku industri, badan pemerintahan, dan penggiat teknologi dalam melakukan aktivitas dan menyediakan materi pembelajaran. Bekraf, Microsoft, Google, dan Samsung adalah nama-nama besar yang kini telah menjadi mitra strategis Dicoding.

Saat ini tersedia kelas pembelajaran online untuk menjadi developer Android, Kotlin, Game, Azure Cloud, AWS Associate, dan Progressive Web Apps. Jika berhasil lulus ujian dan tugas akhir, peserta akan mendapatkan sertifikat kelulusan yang diakui oleh pelaku industri IT dan menjadi salah satu pertimbangan dalam perekrutan tenaga kerja.

Di tahun kelimanya, Dicoding berencana untuk menambah beberapa kelas online dengan topik materi coding terbaru untuk mendukung kelas aktif yang terverifikasi oleh pelaku industri seperti Google dan Asosiasi Game Indonesia.

“Bicara soal ketertarikan masyarakat Indonesia dengan dunia pemrograman, saat ini coding dapat dikuasai oleh siapa pun, bahkan yang bukan berlatar belakang IT. Salah satu contoh adalah Junia Firdaus, seorang driver Gojek yang berhasil menjadi Android Developer di salah satu perusahaan di Jakarta. Standar kompetensi developer di Indonesia sangat rendah. Karena kompetensi digital tidak diajarkan secara update di institusi pendidikan formal,” lanjut Kevin.

Kendati demikian tim Dicoding cukup optimis, bahwa ke depan SDM Indonesia dapat berkompetisi dengan SDM dari luar. Selama memiliki fighting spirit yang tinggi dan belajar dengan kurikulum yang tepat.

GreatEdu Ramaikan Industri Edutech Indonesia

Perkembangan teknologi coba dioptimalkan dengan baik oleh GreatEdu untuk membantu sektor pendidikan. Mereka mengusung konsep “crowd learning”, mengharapkan partisipasi dan kolaborasi seluruh penggiat pendidikan. Di dalam aplikasinya GreatEdu menghadirkan enam fitur utama, yakni fitur GreatPrivate, GreatSkill, GreatEvent, Greatpedia, QnA Forum dan Exercise.

Digawangi oleh Robert Edy (CEO), Hajon (CTO), Ade Irma (CFO), Tatang Iskandar (CMO), dan Arif Susanto (COO); GreatEdu memiliki cita-cita untuk menyediakan tempat bagi semua orang belajar, mengajar, dan berbagi pengetahuan dalam sebuah aplikasi.

Di GreatEdu, siswa bisa mendapatkan pelajaran tambahan bersama tutor atau Kelas Lembaga. Mereka juga bisa mengasah keahlian bersama dengan tutor dan Kelas Kursus Skill.

GreatEdu juga menawarkan kemudahan bagi para tutor dan lembaga bimbel untuk mempromosikan kelas mereka. Semua orang dengan kemampuan dan keahlian juga bisa menjadi learning creator sehingga siapa pun bisa berbagi sekaligus menambah pengetahuan mereka.

“Ini [solusi yang ditawarkan GreatEdu] akan membantu jutaan pelajar di pelosok mengakses bahan belajar secara mudah,” terang Robert.

Fitur-fitur yang disiapkan GreatEdu antara lain fitur GreatPrivate, sebuah fitur yang memungkinkan pengguna GreatEdu belajar bersama dengan tutor atau kelas bimbel. Ada juga fitur GreatSkill yang menyediakan ruang untuk meningkatkan keahlian tertentu bersama tutor. GreatEvent untuk memudahkan siapa pun mencari dan mengumumkan acara bertajuk pendidikan.

GreatEdu juga menyediakan fitur GreatPedia sebagai tempat untuk berbagi bahan belajar dan pengetahuan, forum untuk tanya jawab seputar pendidikan. Adapun fitur Exercise untuk berbagi latihan soal dan ujian.

“Di GreatEdu kami menawarkan kemudahan, mudah diakses di manapun jika butuh bahan belajar, latihan soal, tanya jawab. Mudah juga mendatangkan tutor ke rumah, mengakses dan belajar kepada orang-orang yang punya skill khusus,” terang Tim Partnership GreatEdu Bella Friska Depari.

Untuk model bisnis, GreatEdu menggunakan konsep freemium, ada fitur premium yang bisa digunakan ketika pengguna sudah membayar. Fitur premium ini meliputi GreatPrivate, GreatSkill, dan GreatEvent. Sedangkan fitur yang bisa dinikmati secara gratis adalah fitur GreatPedia, Forum, dan Exercise.

Baru di-launching pada 16 Februari 2019, GreatEdu mengklaim sudah berhasil mendapatkan lebih dari 13 ribu pengguna dengan rincian lebih dari 9 ribu tutor dan lebih dari 4 ribu murid terdaftar.

Dengan hasil capaian yang positif ini GreatEdu pun optimis menatap tahun 2019. Salah satu target yang ingin dicapai adalah mengembangkan layanannya di 50 kota dengan total akuisisi pengguna mencapai angka 2 juta.

Kehadiran GreatEdu ini akan meramaikan sektor layanan pendidikan berbasis teknologi. Sekaligus menambah ragam bentuk startup teknologi pendidikan yang ada di Indonesia. Saat ini industri startup Indonesia sudah diisi nama-nama seperti RuangGuru, HarukaEdu, Kelase, PrivatQ, dan lain sebagainya.

Application Information Will Show Up Here

Bahaso Coba Konten Edukasi Baru di Luar Kategori Bahasa (UPDATED)

Terkenal sebagai layanan pembelajaran online, Bahaso menjalani tahun 2018 dengan cukup baik. Selain mengalami pertumbuhan pengguna, Bahaso juga menjajaki sejumlah kerja sama strategis dan meluncurkan beberapa fitur untuk terus menyempurnakan sistem mereka.

Di 2018 Bahaso mengklaim sudah memiliki 500.000 pengguna. Setelah lulus dari program akselerasi Indigo, yang juga memberikan mereka pendanaan, Bahaso terus mendapatkan pengguna baru, termasuk klien dari korporasi dan pemerintahan, seperti Moratelindo dan Kominfo, melalui program Bakti.

Melalui program Bakti ini, Bahaso terjun lanjut ke daerah terdepan, terluar, terbelakang (T3) bersama dengan Pustekom untuk memberikan pembelajaran Bahasa Inggris sesuai standar.

“Jadi ini program Bakti memberikan pelatihan gratis untuk guru-guru dan murid di daerah T3. Bahaso sebagai pemilik lisensi yang dibeli oleh pihak Bakti juga menyediakan tim untuk narasumber untuk pelatihan pemakaian platform Bahasa Inggris Bahaso,” terang CEO Bahaso Allana Abdullah.

Bahaso juga menambahkan sejumlah fitur di sepanjang tahun 2018. Antara lain adalah fitur offline mode, IELTS & TOEFL Preparation, corporate dashboard, dan Bahasa Mandarin (beta).

Terkait pendanaan, tahun lalu Bahaso hampir mendapatkan investor baru, namun karena disebutkan adanya perbedaan visi di tengah proses negosiasi, kesepakatannya urung terjadi. Di tahun 2019 ini Bahaso, ujar Allana, tengah mencari investor strategis dengan visi yang sesuai.

Allana lebih jauh menjelaskan, di tahun 2018 Bahaso mengalami beberapa tantangan, di antaranya kurangnya pengetahuan mengenai e-learning di Indonesia dan pengetahuan tentang platform-nya itu sendiri. Oleh karena itu perusahaan berupaya untuk terus mengenalkan Bahaso di masyarakat umum.

Kendati masih bermasalah dengan pengetahuan mengenai sistem pembelajaran online, Allana cukup optimis dengan pertumbuhan minta pengguna di Indonesia. Mengingat infrastruktur yang membaik dan generasi yang semakin dekat dengan internet.

“Untuk sekarang menurut saya masyarakat Indonesia belum 100% percaya dengan keberhasilan belajar online. Tetapi untuk generasi sekarang sudah meningkat. Dengan program-program pemerintah yang sangat mendukung pendidikan dan juga infrastruktur internet, itu sangat membantu. Indonesia top 5 buyer untuk mobile learning dan top 8 untuk e-learning growth (25%),” ujar Allana optimis pada pertumbuhan industri e-learning di Indonesia.

Menapaki tahun 2019 ini, Bahaso sudah menyiapkan sejumlah rencana untuk terus tumbuh. Salah satu rencananya adalah menjajaki segmen edukasi online di luar bahasa. Belum jelas kategori atau segmen apa yang diambil.

“Di 2019 Bahaso akan menjajaki edukasi online di luar bahasa. Target Bahaso satu tahun ke depan adalah memberikan standardized education to rural areas dan meningkatkan kualitas sumber daya melalui online learning and certification,” jelas Allana.

Update: CEO Bahaso Allana Abdullah mengonfirmasi soal penggalangan dana tahun lalu yang belum rampung dan kini mereka mencari investor strategis baru yang memiliki visi sesuai.

Application Information Will Show Up Here

Cilsy Kembangkan Platform Marketplace Konten Belajar Teknologi

Tidak sedikit orang yang memulai bisnis berdasarkan hobi atau pengalamannya. Hal ini juga yang dilakukan Rizal Rahman bersama beberapa rekannya. Memiliki latar belakang pendidikan teknologi dan jaringan, ditambah pengalaman yang kurang menyenangkan terkait sulitnya mencari materi belajar, membuat mereka memutuskan mengembangkan Clisy.

Rizal menyebut Cilsy sebagai marketplace yang berisi tutorial seputar teknologi. Layanan tersebut menargetkan dua pengguna potensial, (1) para profesional atau praktisi yang menjual konten tutorial dan (2) siapa saja yang membutuhkan materi belajar.

Untuk menjaga kualitas materi, Rizal dan tim terlebih dulu menyusun kurikulum. Selain bahasa penyampaian juga dikelola sebaik mungkin dalam proses kurasi agar mudah dipahami pengguna.

“Bagi instruktur jauh lebih menguntungkan mengajar di Cilsy dibanding menjadi blogger atau vlogger di Youtube. Selain mereka memiliki kesempatan berbagi skill kepada ribuan murid, di Cilsy mereka akan mendapat bagi hasil penjualan tutorial secara pasti tanpa perlu harus pusing melakukan marketing, SEO, mencari viewers dan lain-lain,” jelas Rizal.

Mulai diperkenalkan pada April tahun 2017, Cilsy mengklaim sudah memiliki lebih dari 3000 pengguna. Adapun beberapa konten materi yang sudah ada meliputi jaringan komputer, sistem server, hingga devops. Untuk ke depannya Rizal juga merencanakan akan menambah konten-konten di Cilsy meliputi materi IoT, data science, dan pemrograman.

“Saya dulu lulusan SMK TKJ, seharusnya bisa menjadi praktisi di bidang IT. Namun kenyataannya banyak teman-teman sekelas dan sejurusan saya malah berujung menjadi buruh pabrik. Mereka bisa begitu karena selama masa belajar di sekolah sangat sulit mendapat materi-materi yang berkualitas dan mudah dipahami,” ujar Rizal menceritakan alasan dirinya mengembangkan Cilsy.

Bereksperimen dengan Kuasai.id

Memiliki visi untuk menjadi marketplace IT Tutorial terbesar pertama di Indonesia fokus Cilsy saat ini adalah terus memproduksi konten berkualitas untuk mencetak lulusan-lulusan terbaik. Salah satu usaha mewujudkan hal tersebut tim bereksperimen dengan menghadirkan Kuasai.id. Bagian dari Cilsy yang memungkinkan pengguna bertatap muka dengan instruktur secara live memanfaatkan video call.

“Karena selama berjalannya Cilsy kita menemukan dua behavior pengguna, yaitu yang ingin bisa belajar fleksibel dan yang ingin live tatap muka dengan instruktur,” terang Rizal.

Selanjutnya startup asal Bandung ini akan terus berusaha untuk memperbanyak kerja sama dengan instruktur kenamaan dari kalangan profesional dan industri. Ia menargetkan untuk bisa mempunyai 200 instruktur berkualitas tahun ini.

“Targetnya kami bisa mempunyai 200 instruktur dan merambah kategori data science, IoT, dan programming. Lebih memperkaya pilihan tutorial dan lebih banyak menjangkau user,” tutup Rizal.

Kelas.com Hadirkan Konten Belajar Eksklusif untuk Masyarakat Umum

Bertujuan untuk menghadirkan konten edukasi eksklusif secara online, Kelas.com resmi hadir di Indonesia. Startup edutech yang didirikan oleh CEO William Sutrisna ini menargetkan masyarakat umum yang ingin mendapatkan wawasan dan edukasi lebih secara online.

Di tahap awalnya, Kelas.com telah menggandeng tiga profesional untuk menjadi mentor, di antara Chef Juna (memasak), Ryan Ogilvy (make-up), dan Riomotret (fotografi). Selanjutnya Kelas.com akan menambah kategori kelas seperti, desain fesyen, jurnalisme, musik hingga kesenian asli Indonesia seperti gamelan, membatik, dan wayang.

“Pada dasarnya kami ingin menghadirkan mentor yang saat ini popular di kalangan masyarakat dan terbaik di bidangnya. Dengan alasan itulah Kelas.com didirikan,” kata William.

Disinggung apa yang membedakan video yang dibuat oleh Kelas.com dengan platform lainnya seperti Skillshare dan YouTube, William menegaskan, semua konten yang dihadirkan sudah terkurasi dan dipastikan belum pernah diunggah di platform lainnya. Dengan demikian pelanggan Kelas.com akan mendapatkan video eksklusif yang hanya tersedia di platform.

“Dengan menerapkan subscription fee, pelanggan bisa mendapatkan video edukasi selama satu tahun dari mentor. Ke depannya kami juga akan menciptakan konten baru dari mentor yang sama untuk pembahasan lebih mendalam,” kata William.

Kelas.com menargetkan per tahun bisa merekrut satu mentor dan menambah kelas pelatihan lebih banyak lagi dari berbagai kategori. Mengklaim telah mendapatkan pre registered sebanyak 10 ribu pengguna, targetnya Kelas.com bisa menambah 100 ribu pengguna lagi.

Telah mendapatkan pendanaan dari angel investor

Untuk memudahkan pelanggan dalam melakukan pembayaran, Kelas.com menyediakan pilihan melalui bank transfer dan kartu kredit. Biaya berlangganan yang dikenakan untuk pengguna ialah Rp490 ribu per tahun. Kelas.com juga berencana untuk menambah pilihan pembayaran melalui gerai Alfamart, OVO, dan Tcash.

Materi yang diajarkan oleh para mentor dapat diakses dalam bentuk video dengan durasi 2-5 jam setiap kelasnya. Selain itu ada pula workbook yang bisa diunduh sebagai latihan, agar bisa memahami teknik-teknik yang disampaikan lebih mendalam.

“Saat ini Kelas.com baru bisa di akses melalui situs saja, namun untuk memudahkan pengguna mengakses, kita juga memiliki rencana untuk meluncurkan aplikasi,” kata William.

Startup juga telah mendapatkan pendanaan dari angel investor lokal. Saat ini Kelas.com yang baru memiliki empat orang anggota tim, berharap bisa menjadi platform alternatif untuk masyarakat umum yang ingin mendapatkan edukasi secara informal.

Ruangkerja Fasilitasi Korporasi Bangun Kanal Belajar Terpadu untuk Karyawan

Bersamaan dengan ajang konferensi “Learning Innovation Summit 2018” yang diadakan di Jakarta belum lama ini, Ruangguru mengumumkan kerja sama strategisnya dengan Pertamina Corporate University. Kerja sama tersebut secara khusus ditujukan untuk pengembangan mobile based corporate learning bernama “Ruangkerja”, sebuah portal belajar daring mandiri yang didesain khusus untuk membantu pekerja di korporasi mengembangkan keterampilan.

Pengembangan layanan mobile tersebut berangkat dari keinginan Pertamina menjangkau setiap karyawan di seluruh wilayah operasi untuk bisa mendapatkan akses materi belajar yang sama. Platform Ruangkerja berisi modul pelatihan yang disusun menggunakan pendekatan journey based learning dan micro learning. Seluruh karyawan Pertamina nantinya dapat mengakses platform ini untuk meningkatkan kompetensi diri.

Platform ini juga dilengkapi dengan fasilitas chatting yang memungkinkan tutor dan pembelajar melakukan interaksi secara langsung. Untuk setiap modul yang berhasil dikuasai dengan baik, peserta akan diapresiasi dengan Sertifikat Kompetensi yang diakui oleh perusahaan.

Untuk saat ini Ruangkerja memang baru difokuskan untuk diaplikasikan di lingkungan kerja Pertamina saja. DailySocial mencoba mengkonfirmasi ke pihak Ruangguru terkait rencana ke depan. Pihaknya mengaku sudah ada agenda untuk membuat platform Ruangkerja dapat digunakan secara lebih luas. Namun rencana tersebut belum bisa dipaparkan secara detail.

Gambaran prospek layanan e-learning untuk pasar bisnis

Menurut hasil penelitian dari elearningindusry.com di tahun 2017, negara dengan tingkat pertumbuhan adopsi e-learning tertinggi adalah India (55%), disusuk Tiongkok (52%), Malaysia (41%), dan Romania (28%). Indonesia sendiri berada di urutan ke 8 dengan pertumbuhan sebesar 25% setiap tahunnya. Angka ini lebih besar dari rata-rata Asia Tenggara sebesar 17,3%.

Salah satu tren menarik, pasar B2B (Business-to-Business) mulai menerima sistem e-learning untuk diaplikasikan di korporasi. Masih dari hasil riset yang sama, disebutkan instansi publik di Amerika Serikat 77% memanfaatkan e-learning untuk program pelatihan korporasi demi meningkatkan keterampilan pekerjanya. Di sisi industri, pangsa pasar online corporate training meningkat 13% per tahun.

Hasil penelitian lain,  dari The 2014 Training Industry Report, sebesar 29% perusahaan secara global baik kecil, menengah, dan besar berminat membeli perangkat lunak dan jasa e-learning. Selain itu, sebesar 41% perusahaan berminat untuk membeli jasa Learning Management System (LMS).

Application Information Will Show Up Here