Penjualan TWS Sangat Kuat di Tahun 2020, dan Akan Lebih Kuat Lagi Tahun Ini

Coba amati barang-barang yang ada di meja kerja Anda sekarang. Kalau boleh menebak, kemungkinan besar ada setidaknya satu barang yang baru Anda beli ketika pandemi melanda. Entah itu smartphone baru, laptop baru, keyboard baru, mouse baru, webcam baru, atau TWS baru, barang-barang tersebut umumnya kita beli dengan tujuan untuk melancarkan aktivitas WFH.

Berhubung pandemi masih belum kunjung berakhir, dan kita juga masih harus terus bekerja dari rumah masing-masing, penjualan produk-produk seperti di atas tadi semestinya juga masih akan bertumbuh pesat tahun ini. Untuk kategori TWS misalnya, laporan terbaru Counterpoint memprediksi peningkatan penjualan hingga 33% secara global dibanding tahun lalu, dengan estimasi sekitar 310 juta unit TWS terjual di sepanjang 2021.

Angka tersebut bakal terdengar semakin mengesankan setelah melihat laporan tahun lalu. Di tahun 2020, Counterpoint mencatatkan pertumbuhan pasar TWS global hingga 78% dari tahun sebelumnya. Sebanyak 233 juta unit TWS berhasil terjual di tahun 2020, sebagian besar dari kelas bawah dan menengah.

Salah satu alasan di balik pesatnya pertumbuhan pasar TWS selama tahun 2020 tentu adalah tren WFH itu tadi. Menurut Counterpoint, konsumen tidak segan membeli produk teknologi maupun aksesori lain untuk meningkatkan pengalamannya bekerja atau belajar dari rumah. Meski begitu, penjualannya lebih terfokus di kelas bawah dan menengah karena kondisi ekonomi yang melemah.

Untuk tahun ini, penjualan TWS dari segmen bawah dan menengah diprediksi masih akan tetap kuat. Namun seiring menurunnya penyebaran COVID-19 berkat vaksinasi, demand terhadap TWS high-end diperkirakan bakal meningkat secara drastis mulai akhir kuartal ketiga 2021. Jadi jangan heran kalau beberapa brand ternama bakal meluncurkan TWS baru di kuartal keempat tahun ini.

Menurut Counterpoint, salah satu yang paling diantisipasi adalah TWS anyar dari Apple, yang bakal menjadi yang pertama semenjak AirPods Pro diluncurkan dua tahun sebelumnya. Prediksinya, TWS baru besutan Apple ini bakal menjadi kontributor terbesar terhadap pertumbuhan pasar TWS mulai kuartal keempat 2021 sampai tahun depan.

Apple diprediksi juga masih akan menjadi brand terbesar di kategori TWS dengan pangsa pasar sebesar 27%, disusul oleh Xiaomi di urutan kedua dengan 9%, dan Samsung di urutan ketiga dengan 7%.

Sumber: Counterpoint via GSM Arena. Gambar header: Depositphotos.com

Lypertek PurePlay Z7 Adalah TWS Premium dengan Triple Hybrid Driver

Lypertek bukanlah nama pertama yang muncul di pikiran ketika membicarakan mengenai earphone nirkabel. Mereka hanyalah sebuah perusahaan kecil asal Tiongkok yang baru memulai kiprahnya di industri audio pada tahun 2017, dan saya tidak terkejut seandainya Anda baru pertama kali mendengar namanya sekarang.

Kendati demikian, fakta tersebut tidak mencegah mereka untuk masuk ke ranah TWS premium. Produk terbarunya, Lypertek PurePlay Z7, dirancang agar dapat bersaing dengan deretan TWS lain yang dijual di kisaran harga $200, dan ini merupakan lompatan drastis dari produk-produk Lypertek sebelumnya, yang semuanya dibanderol kurang dari $100.

Agar bisa tampil menonjol di tengah penawaran dari sejumlah brand premium, PurePlay Z7 mengandalkan konfigurasi triple hybrid driver. Jadi yang tertanam di masing-masing earpiece-nya bukan cuma satu driver berjenis dynamic saja, melainkan juga dua driver ekstra berjenis balanced armature. Balanced armature driver ini Lypertek rancang sendiri demi mencapai performa yang optimal dalam ukuran yang lebih kecil dari biasanya.

Menurut Lypertek, hasilnya adalah suara mid-range yang jernih, high yang ekspansif, dan bass yang bertenaga namun terkontrol. Satu hal yang mungkin terdengar agak mengecewakan adalah absennya fitur active noise cancellation (ANC), akan tetapi setidaknya perangkat ini masih dibekali mode ambient sound, yang dapat diaktifkan melalui aplikasi pendampingnya di smartphone.

Dari segi konektivitas, PurePlay Z7 menggunakan Bluetooth 5.2, lengkap dengan dukungan codec AAC dan aptX Adaptive, serta teknologi TrueWireless Mirroring besutan Qualcomm agar koneksinya bisa semakin stabil. Namun mungkin bagian yang paling istimewa adalah baterainya.

Dalam sekali pengisian, Lypertek mengklaim daya tahan hingga sekitar 10 jam pemakaian, sedangkan charging case-nya sanggup menyuplai 70 jam daya ekstra. Tidak adanya ANC jelas membantu meningkatkan daya tahan baterainya secara signifikan, tapi di pasaran sendiri cukup jarang ditemukan TWS non-ANC lain yang mampu beroperasi hingga 10 jam nonstop. Sebagai bonus, charging case-nya juga bisa diisi ulang secara nirkabel.

Rencananya, Lypertek akan memasarkan PurePlay Z7 mulai bulan Juni mendatang. Di Amerika Serikat, harganya dipatok $199.

Sumber: Trusted Reviews dan Forbes.

Bowers & Wilkins Luncurkan TWS Pertamanya, PI7 dan PI5

Pabrikan audio kenamaan asal Inggris, Bowers & Wilkins, baru saja mengungkap TWS perdananya. Bukan cuma satu, melainkan langsung dua sekaligus, yakni PI7 dan PI5. Seperti yang sudah bisa ditebak dari brand sekelas B&W, keduanya sama-sama mengusung desain yang tampak premium.

Wujud keduanya boleh serupa, tapi ada perbedaan yang cukup signifikan di antaranya. Khusus pada PI7, ia datang bersama sebuah charging case pintar yang merangkap peran sebagai adaptor Bluetooth, sehingga pengguna dapat menjadikan perangkat-perangkat non-Bluetooth sebagai sumber audio untuk PI7, atau bahkan sistem hiburan bawaan kabin pesawat sekalipun.

Caranya cukup dengan menyambungkan charging case menuju ke sumber audio yang diinginkan via kabel USB-C ke 3,5 mm yang termasuk dalam paket penjualan. Dari situ audio akan otomatis diteruskan ke kedua earpiece secara nirkabel. Sungguh ini merupakan kapabilitas unik yang sangat jarang ditemui di TWS lain.

Juga unik untuk PI7 adalah dukungan teknologi aptX Adaptive, yang mampu mengatur tingkat kompresi audio secara dinamis demi memastikan koneksi yang selalu stabil. Tentu saja perangkat ini juga menawarkan active noise cancellation (ANC) yang bersifat adaptif, dan total ada enam buah mikrofon yang tersematkan padanya.

Bowers & Wilkins PI5 / Bowers & Wilkins

PI5 di sisi lain hanya mengemas empat mikrofon, dan ia hanya menggunakan teknologi aptX versi standar. ANC masih menjadi fitur standar pada PI5, akan tetapi charging case-nya tidak bisa merangkap peran menjadi adaptor Bluetooth seperti milik PI7 tadi.

Untuk baterainya, PI7 diyakini mampu beroperasi hingga 4 jam dalam sekali pengisian, sedangkan charging case-nya bisa menyuplai hingga 16 jam daya ekstra. PI5 sedikit lebih baik, dengan daya tahan hingga 4,5 jam, dan 20 jam untuk charging case-nya. Kedua perangkat sama-sama tahan air dan debu dengan sertifikasi IP54, dan charging case-nya sama-sama mendukung pengisian secara nirkabel.

Di Amerika Serikat, Bowers & Wilkins saat ini telah memasarkan PI7 seharga $399, sedangkan PI5 jauh lebih terjangkau dengan banderol $249. Masing-masing tersedia dalam dua warna, yakni hitam dan putih, namun khusus untuk PI7, ada aksen emas baik di unit earpiece maupun charging case-nya.

Sumber: The Verge.

OPPO Enco X Adalah TWS Tercanggih OPPO Hasil Kolaborasinya Bersama Dynaudio

Melalui sebuah live stream yang diunggah ke YouTube tadi malam (31/3), OPPO Indonesia secara resmi memperkenalkan TWS terbaru sekaligus tercanggihnya, OPPO Enco X. Tidak main-main, perangkat ini merupakan hasil kolaborasi langsung antara OPPO dan brand audio terkemuka asal Denmark, Dynaudio.

Layaknya perangkat audio high-end, fokus utama Enco X adalah menghadirkan kualitas suara terbaik dalam desain yang premium. Hal ini dicapai lewat implementasi desain coaxial dual-driver yang umumnya hanya bisa kita jumpai pada perangkat-perangkat audio kelas atas. Jadi berbeda dari kebanyakan TWS yang umumnya hanya dibekali satu unit driver saja, Enco X mengemas dua unit driver yang berbeda pada masing-masing earpiece-nya.

Driver yang pertama adalah yang berjenis magnetic balanced membrane dengan diameter 6 mm, bertugas untuk mengatasi suara-suara pada frekuensi tinggi. Di belakangnya, ada dynamic driver sebesar 11 mm dengan tiga lapisan berbahan komposit yang bertanggung jawab untuk mengolah suara pada frekuensi menengah dan rendah. Keduanya diposisikan pada sumbu paralel demi memastikan hasil audio yang alami dan berkualitas tinggi.

Struktur driver yang unik itu bukanlah hasil penemuan secara instan. Selama pengembangan Enco X, OPPO sempat mengeksplorasi 30 jenis material dan 152 komponen yang berbeda, tidak ketinggalan pula 120 modifikasi struktural sebelum akhirnya memutuskan desain akustik finalnya.

Konfigurasi driver yang unik tersebut turut dikawinkan dengan fitur-fitur canggih lain, seperti misalnya teknologi Dynamic Bass Enhancement Engine (DBEE) 3.0 untuk meningkatkan kejernihan suara bass secara signifikan, maupun dukungan Low-Latency High-Definition Audio Codec (LHDC) yang memungkinkan proses streaming audio dalam resolusi yang lebih tinggi melalui Bluetooth (versi 5.2) sehingga range suara yang dihasilkan bisa lebih detail.

Seperti yang sudah bisa kita tebak dari suatu TWS kelas atas, Enco X turut dilengkapi fitur active noise cancellation (ANC) yang dapat diatur intensitasnya sesuai kebutuhan. Transparency Mode pun juga tersedia sehingga pengguna dapat mendengarkan suara di sekitarnya ketika dibutuhkan tanpa harus melepas perangkat dari telinganya.

Semua itu dikemas dalam rangka yang premium dengan bobot hanya 4,8 gram. Ketangguhannya dijamin oleh sertifikasi ketahanan air dan debu IP54, dan perangkat juga mendukung kontrol sentuh pada bagian tangkainya demi memudahkan penggunaan.

Terkait baterainya, Enco X diklaim bisa tahan sampai 5,5 jam pemakaian (tanpa ANC), atau total 25 jam kalau dipadukan bersama charging case-nya. Selain menggunakan kabel USB-C, charging case-nya juga dapat diisi ulang dengan memaanfaatkan Qi wireless charging.

OPPO Enco X

Enco X bisa dibilang merupakan akumulasi inovasi OPPO di bidang audio selama 15 tahun. Hal ini bisa kita lihat dari dua hal. Yang pertama adalah magnetic balanced membrane driver itu tadi, yang sebenarnya merupakan hasil miniaturisasi dari teknologi yang sama yang digunakan pada headphone OPPO PM-1. Kedua, charging case Enco X banyak mengadopsi elemen desain milik MP3 X3, yang tidak lain merupakan salah satu produk audio pertama OPPO dari 15 tahun yang lalu.

Mengenai pemasarannya, OPPO Enco X rencananya akan mulai dijual pada tanggal 7 April dengan harga resmi Rp2.199.000. Sebelumnya, OPPO juga akan menggelar flash sale eksklusif terlebih dulu di Shopee pada tanggal 4 – 6 April dengan promo cashback Rp200.000. Untuk warnanya, Enco X tersedia dalam pilihan warna hitam atau putih.

KEF Luncurkan TWS Perdananya, KEF Mu3

Meski sudah sangat terkenal di kalangan audiophile, KEF bukanlah brand yang kita ingat saat membicarakan mengenai headphone atau earphone. Pasalnya, sejak pertama didirikan 60 tahun yang lalu, KEF memang lebih berfokus mengembangkan speaker, khususnya yang masuk kategori studio monitor.

Itulah mengapa ketika KEF memutuskan untuk merambah segmen TWS, dunia perlu mengetahuinya. Mereka baru saja meluncurkan KEF Mu3, TWS perdananya yang siap bersaing dengan penawaran-penawaran high-end dari Bose, Sennheiser, Sony, maupun Apple.

Seperti halnya TWS premium, Mu3 datang membawa teknologi active noise cancellation (ANC), lengkap beserta mode ambient yang dapat diaktifkan menggunakan satu tombol. Konektivitasnya mengandalkan Bluetooth 5.0, dan unit kiri maupun kanannya akan terhubung ke perangkat secara bersamaan demi mewujudkan koneksi yang lebih stabil, bukan dengan memanfaatkan metode relay (cuma satu yang terhubung, sedangkan satunya menumpang).

Namun bukan KEF namanya kalau tidak mengedepankan soal kualitas suara. Driver 8,2 mm yang tertanam di Mu3 telah di-tune oleh tim engineer yang sama yang bertanggung jawab atas lini speaker KEF. Dengan kata lain, reputasi KEF jadi taruhan di sini.

Tidak kalah istimewa adalah baterainya. Dalam sekali pengisian, Mu3 diklaim dapat beroperasi hingga 9 jam nonstop, dan itu dengan ANC dalam posisi menyala (yang berarti bisa lebih awet lagi jika ANC-nya dimatikan). Charging case-nya sendiri mampu menyuplai hingga 15 jam daya ekstra, sehingga kalau ditotal pengguna bisa menggunakan perangkat ini selama 24 jam penuh tanpa perlu melibatkan seutas pun kabel.

Dari segi fisik, Mu3 tahan cipratan air dengan sertifikasi IPX5, alias di atas sertifikasi milik AirPods Pro. Wujud industrial nan elegannya merupakan hasil pemikiran Ross Lovegrove, salah satu desainer kepercayaan KEF, dan paket penjualannya sudah mencakup tiga pasang ear tip cadangan dengan ukuran yang bervariasi.

Di Amerika Serikat, KEF Mu3 saat ini telah dijual dengan harga $249. Cukup terjangkau untuk standar KEF sendiri, sekaligus lebih murah daripada penawaran brand audiophile lain seperti Grado atau Devialet.

Sumber: Digital Trends dan What Hi-Fi.

Razer Hammerhead True Wireless Pro Hadir Membawa ANC dan Sertifikasi THX

Menyusul kehadiran Razer Hammerhead True Wireless tahun lalu, Razer baru saja memperkenalkan model lain yang lebih superior, yakni Hammerhead True Wireless Pro. Sepintas wujud keduanya kelihatan mirip, akan tetapi ada perbedaan yang signifikan jika kita mengamatinya lebih jauh.

Perbedaan yang saya maksud tentu saja adalah kehadiran eartip silikon pada Hammerhead Pro. Kasusnya kurang lebih sama seperti AirPods dan AirPods Pro, di mana model yang Pro terasa jauh lebih ergonomis (bagi sebagian besar orang) berkat penambahan eartip silikon. Juga mirip adalah fakta bahwa Hammerhead Pro datang membawa teknologi active noise cancellation (ANC).

Kombinasi isolasi suara pasif (dari eartip silikon) dan ANC tentu dapat membantu menyajikan kualitas audio semaksimal mungkin. Namun Razer rupanya tidak puas sampai di situ saja. Hammerhead Pro juga tercatat sebagai perangkat yang mengusung sertifikasi THX, yang berarti kualitas suaranya dijamin oleh reputasi THX selama lebih dari tiga dekade di industri audio.

Hammerhead Pro tentu bukanlah perangkat pertama yang mengunggulkan ANC dan sertifikasi THX, sebab sebelumnya sudah ada Razer Opus yang mengemasnya dalam bentuk headphone tipe over-ear. Selain berbeda bentuk, konektivitas yang diusung pun juga sedikit berbeda: Opus dengan Bluetooth 4.2, Hammerhead Pro dengan Bluetooth 5.1.

Melanjutkan tradisi yang diperkenalkan oleh pendahulunya tahun lalu, Hammerhead Pro juga datang membawa fitur Gaming Mode yang dapat diaktifkan dengan satu sentuhan. Selagi aktif, latency-nya akan diturunkan menjadi 60 milidetik saja, sehingga audio dan video yang ditampilkan bakal selalu sinkron. Kalau menurut Razer, penurunan latency ini juga dapat berujung pada reaksi bermain yang 50% lebih cepat.

Kedua perangkat ini juga cukup identik soal daya tahan baterai. Dalam sekali pengisian, Hammerhead Pro dapat beroperasi selama 4 jam nonstop (sama persis), sedangkan charging case-nya siap menyuplai hingga 16 jam daya baterai ekstra (4 jam lebih lama daripada yang ditawarkan oleh charging case milik Hammerhead standar).

Razer Hammerhead True Wireless Pro saat ini telah dipasarkan dengan harga $200 di Amerika Serikat, atau dua kali lipat harga Hammerhead non-Pro. Kalau Anda bisa memaklumi daya tahan baterainya yang terbilang biasa, ia semestinya dapat menjadi alternatif yang cukup menarik terhadap AirPods Pro, apalagi mengingat harganya juga lebih murah $50.

Sumber: Razer.

Devialet Gemini Adalah TWS Perdana dari Sang Produsen Speaker Premium Asal Perancis

Tren TWS benar-benar tidak terbendung. Satu demi satu pabrikan audio, termasuk yang kerap diasosiasikan dengan kalangan audiophile, pada akhirnya ikut ambil bagian. Kita sudah melihat TWS perdana Grado, dan sekarang giliran dedengkot audio asal Perancis, Devialet, yang menjalani debutnya di kategori ini.

Desain TWS bernama Devialet Gemini ini terkesan simpel tapi elegan. Bentuknya juga langsung mengingatkan saya pada speaker Devialet Phantom yang amat luar biasa tenaganya. Sesuai dugaan, lingkaran berlabel “D” pada sisi luar kedua earpiece tersebut merupakan panel sentuh kapasitif. Secara keseluruhan, fisik Gemini tahan cipratan air dan debu dengan sertifikasi IPX4.

Sama seperti speaker Phantom tersebut, Gemini turut mengemas sejumlah teknologi yang dipatenkan. Yang pertama adalah Ear Active Matching (EAM), algoritma khusus yang dirancang untuk memahami bentuk telinga masing-masing pengguna, lalu menyesuaikan karakter suara yang paling optimal secara otomatis. Perangkat bahkan dapat merekomendasikan ukuran eartip yang pas buat pengguna melalui aplikasi pendampingnya di smartphone.

Selanjutnya, ada algoritma Internal Delay Compensation (IDC) yang berfungsi untuk mengompensasikan jeda yang timbul akibat pemrosesan noise cancellation. Ya, Gemini memang menawarkan fitur active noise cancellation (ANC), dan intensitasnya bisa diatur dalam tiga tingkatan yang berbeda: low, high, dan plane.

Seperti kebanyakan TWS lain yang mengunggulkan ANC, Gemini juga dilengkapi mode transparan supaya suara dari sekitar pengguna tetap bisa terdengar ketika dibutuhkan. Uniknya, ketimbang membiarkan semua jenis suara masuk, Gemini hanya akan berfokus mengamplifikasi suara manusia, yang umumnya berada di rentang frekuensi 300 – 3.000 Hz, sehingga penggunanya bisa berbincang-bincang tanpa perlu melepas TWS.

Gemini mengusung konektivitas Bluetooth 5.0, lengkap bersama dukungan codec aptX. Dalam sekali pengisian, baterainya diyakini sanggup bertahan sampai 6 jam nonstop (8 jam kalau tanpa ANC), sedangkan charging case-nya siap mengisi ulang perangkat sampai tiga kali, memberikan total daya tahan selama 24 jam.

Rencananya, Devialet Gemini akan segera dipasarkan dengan harga $299. Banderol tersebut sama persis seperti milik Sennheiser Momentum True Wireless 2 yang juga mengunggulkan ANC dan menawarkan daya tahan baterai yang mirip-mirip.

Sumber: SlashGear.

UE Fits Adalah TWS Unik yang Dapat Menyesuaikan Bentuknya dengan Kontur Telinga

Mencari TWS dengan fitting yang sempurna sangatlah sulit dilakukan karena memang bentuk telinga setiap orang berbeda-beda. Sebagian mungkin lebih cocok dengan yang dilengkapi eartip silikon, sebagian lain mungkin malah lebih nyaman dengan yang berbentuk earbud seperti AirPods.

Tidak sedikit juga produsen TWS yang menyertakan semacam sirip atau wingtip sehingga perangkat bisa lebih stabil di telinga dan tidak mudah terlepas selagi digunakan sambil beraktivitas. Namun kembali lagi, tidak semua orang cocok dengan desain seperti ini, dan itulah mengapa fitting selalu menjadi salah satu topik yang sangat penting ketika membahas mengenai TWS.

Di sinilah kemudian Ultimate Ears (UE) mencoba membuat gebrakan. Anak perusahaan Logitech tersebut baru saja memperkenalkan UE Fits, TWS unik yang menawarkan fitting custom untuk setiap konsumen. Istimewanya, konsumen sama sekali tidak perlu mengunjungi seorang audiolog untuk dibuatkan cetakan telinganya.

Sebagai gantinya, UE Fits memanfaatkan teknologi yang mereka juluki dengan istilah Lightform. Jadi setiap unit UE Fits datang membawa eartip berisi gel yang dapat mengikuti kontur telinga. Gel tersebut kemudian bakal mengeras setelah menerima pancaran sinar LED berwarna ungu. Setelah mengeras, bentuknya akan terus bertahan seperti itu (permanen), dan jadilah konsumen mendapatkan fitting custom tanpa campur tangan seorang audiolog.

UE bilang prosesnya hanya memerlukan waktu kurang dari 60 detik, dan reputasi UE selama inilah yang pada dasarnya jadi taruhan terkait seberapa efektif teknologi Lightform yang sudah mereka patenkan itu. Buat yang tidak tahu, UE memang sudah memproduksi custom in-ear monitor buat musisi-musisi tenar sejak tahun 1995, jauh sebelum mereka dikenal sebagai produsen speaker Bluetooth kenamaan seperti sekarang.

Karena bentuknya benar-benar pas dengan telinga masing-masing pengguna, UE Fits jelas sangat kapabel mengisolasi suara secara pasif. Buat yang memprioritaskan fitur active noise cancellation (ANC), sayangnya UE Fits bukan untuk Anda.

Masing-masing earpiece-nya mengemas driver 10 mm dan sepasang mikrofon. Dalam sekali pengisian, baterainya diyakini sanggup bertahan sampai 8 jam pemakaian, atau sampai 20 jam kalau dipadukan dengan charging case-nya. Proses charging-nya pun juga cepat; 10 menit charging sudah cukup untuk menenagai perangkat selama 1 jam penggunaan.

Rencananya, UE Fits bakal segera dipasarkan di Amerika Serikat seharga $249. Harga yang cukup lumayan untuk TWS yang tidak dilengkapi (ANC), tapi sekali lagi nilai jual yang ingin ditonjolkan di sini adalah fitting yang sempurna, yang semestinya jauh lebih esensial bagi sebagian besar konsumen.

Sumber: Logitech.

Dibanderol $229, TWS Jabra Elite 85t Hadir Membawa Chip ANC Khusus

Sesuai namanya, Jabra Elite 75t duduk di jajaran TWS elit yang ada di pasaran berkat sederet keunggulannya. Namun terlepas dari desainya yang benar-benar fit dan kemampuannya mengisolasi suara dengan baik, Elite 75t masih punya satu kekurangan dibanding produk sekelas: ia tidak dilengkapi fitur active noise cancellation (ANC).

Kabar baiknya, Jabra sudah punya solusinya. Tidak, Anda tidak harus membeli TWS baru, sebab Jabra bakal merilis firmware update untuk semua unit Elite 75t dan Elite Active 75t, dan setelah diperbarui, Anda bisa langsung menikmati fitur ANC di kedua TWS tersebut tanpa mengeluarkan biaya satu sen pun.

Namun kalau Anda tidak keberatan mengeluarkan uang, Jabra juga punya TWS baru yang lebih menarik, yaitu Elite 85t. Model anyar ini datang membawa chip ANC khusus sehingga kemampuannya mengeliminasi suara-suara yang mengganggu di sekitar bisa lebih baik lagi daripada yang ditawarkan oleh Elite 75t pasca update.

Total ada enam mikrofon yang tertanam pada Elite 85t – tiga di kiri dan tiga di kanan – dan empat di antaranya dipakai khusus untuk mewujudkan fitur ANC-nya. Hal lain yang membedakan fitur ANC milik Elite 85t adalah, pengguna bisa mengatur intensitasnya dari 11 tingkatan yang berbeda – dari yang paling kuat sampai yang paling transparan, sehingga suara dari luar bisa terdengar semua ketika diperlukan.

Terkait kualitas suara, Elite 85t mengemas driver berdiameter 12 mm, dua kali lebih besar daripada yang tertanam pada pendahulunya. Elite 85t turut mengadopsi desain semi-open dan eartip berbentuk oval yang dipercaya dapat meningkatkan kenyamanan. Tebakan saya, desain semi-open ini juga bisa berujung pada soundstage yang lebih baik daripada sebelumnya.

Dalam sekali pengisian, Elite 85t mampu bertahan sampai 5,5 jam pemakaian, atau sampai 25 jam kalau dipadukan dengan charging case-nya. Itu dengan ANC menyala terus. Kalau dimatikan, baterainya diestimasikan bisa tahan sampai 7 jam, atau 31 jam bersama charging case-nya. Kebetulan charging case-nya juga sudah mendukung Qi wireless charging.

Rencananya, Jabra Elite 85t akan dijual mulai bulan November dengan harga $229. Kombinasi warna yang tersedia ada lima, namun yang akan hadir lebih dulu cuma warna Titanium/Black, sedangkan sisanya baru akan menyusul pada awal tahun 2021.

Sumber: Jabra via The Verge.

Menilik Lebih Jauh Desain Samsung Galaxy Buds Live

Tidak peduli sebagus apa kualitas suara yang dihasilkan suatu earphone, semua itu bakal percuma kalau ternyata perangkatnya tidak nyaman digunakan. Aspek kenyamanan ini semakin krusial saat membahas tentang true wireless earphone atau TWS, sebab dari awal konsumen memang memilih kategori ini demi mendapat kenyamanan dan kepraktisan tanpa diganggu oleh kabel.

Dari sekian banyak TWS yang ada di pasaran, Samsung Galaxy Buds Live boleh dibilang mempunyai desain yang paling unik. Namun desainer Samsung rupanya tidak sekadar merancang Galaxy Buds Live supaya tampil mencolok di antara yang lain begitu saja. Bentuk menyerupai kacang merah itu benar-benar diciptakan dengan mengacu pada aspek ergonomi, plus riset panjang yang dilakukan oleh tim desainer.

Satu faktor pembeda yang paling utama adalah, Galaxy Buds Live bukanlah canal-type earphone macam saudara sepupunya, Galaxy Buds+. Ia merupakan open-type earphone yang secara spesifik dirancang agar dapat digunakan secara nyaman dalam jangka waktu yang lama.

Itu dikarenakan Galaxy Buds Live tidak memiliki bagian yang masuk ke dalam kanal telinga. Model open-type memungkinkannya untuk ditaruh begitu saja dan diselipkan di tragus pada bagian telinga luar. Berhubung kanal telinga tidak tersumbat, udara dapat bersirkulasi dengan lebih baik, dan hasil akhirnya adalah rasa nyaman yang bertahan lebih lama dari biasanya.

Menghasilkan desain seunik ini bukanlah pekerjaan mudah, dan seperti yang saya singgung, diperlukan banyak riset pasar sekaligus pengujian demi memastikan hasil akhirnya benar-benar optimal. Menurut Samsung, kesulitan terbesar adalah menemukan ukuran yang tepat, sebab setiap orang tentu mempunyai ukuran dan bentuk telinga yang berbeda-beda.

Itulah mengapa Samsung bersikeras mengadakan pengujian demi pengujian guna memastikan Galaxy Buds Live tetap nyaman digunakan oleh pengguna secara umum, terlepas dari variasi ukuran maupun bentuk telinga mereka.

“Menentukan standar kenyamanan merupakan hal tersulit. Ketika 8 dari 10 subjek kita merespon bahwa earphone-nya sudah nyaman untuk digunakan, kami kemudian membuat modifikasi untuk memastikan kenyamanan dua subjek lainnya tanpa mengorbankan kenyamanan delapan orang yang lain. Untuk memastikan Galaxy Buds Live nyaman untuk digunakan, kami melakukan percobaan kepada lebih dari 2.000 subjek,” komentar Tommy Choi, Senior Product Designer Samsung, mengenai panjangnya proses desain Galaxy Buds Live.

Samsung Galaxy Buds Live

Satu fakta yang cukup menarik adalah, Galaxy Buds Live dibuat menggunakan bahan yang 20 persennya merupakan hasil daur ulang. Tujuannya tentu untuk mengurangi dampak lingkungan dari sampah plastik. Meski begitu, Galaxy Buds Live tetap kelihatan mewah berkat finish glossy yang Samsung tambatkan pada tiga pilihan warnanya: Mystic Bronze, Mystic White, dan Mystic Black.

Lebih lanjut, demi semakin memperkuat kesan mewah tersebut, Galaxy Buds Live juga datang bersama charging case yang wujudnya menyerupai kotak perhiasan. Ukurannya yang sangat ringkas menjadikannya sangat mudah diselipkan di dalam kantong. Kendati demikian, total daya tahan baterai yang ditawarkan tetap cukup panjang di angka 21 jam.

Samsung Galaxy Buds Live saat ini sudah bisa dibeli seharga Rp2.599.000. Buat yang masih penasaran dan ingin mempelajarinya lebih lanjut, Samsung masih mengadakan virtual exhibition yang dapat dikunjungi tanpa harus keluar rumah sampai akhir September nanti.

Disclosure: Artikel ini adalah advertorial yang didukung oleh Samsung.