Pendekatan Berbeda Dua Startup Belajar Bahasa

Teknologi membuat kegiatan belajar menjadi sederhana, dari segi mendapatkan informasi dan juga proses belajarnya. Teknologi juga mampu membuka kesempatan lebih besar untuk semua orang agar bisa belajar banyak hal. Satu contohnya, kegiatan belajar bahasa. Di Indonesia ada dua startup yang sama-sama menyuguhkan cara belajar bahasa namun memiliki pendekatan yang berbeda.

Cakap by Squline

Cakap by Squline atau selanjutkan disebut Cakap merupakan satu dari banyak startup pendidikan yang solusinya cukup menarik. Menawarkan layanan belajar bahasa Cakap sudah menjalin kerja sama dengan beberapa lembaga baik dalam maupun luar negeri, seperti Universitas Indonesia, Universitas Atmajaya, Beijing Languange Culture College, dan beberapa lainnya.

Sebagai sebuah layanan pendidikan Cakap menyediakan 4 bahasa yang bisa dipelajari di platformnya. Konsep yang ditawarkan Cakap adalah belajar dua arah dengan tutor atau pengajarnya. Tak hanya materi pembelajaran Cakap juga memberikan sertifikasi bagi para penggunanya.

Cakap memanfaatkan teknologi video call. Pengguna bisa memilih pengajar atau sesuai jadwal yang tersedia untuk belajar bahasa. Komunikasi langsung secara private dengan pengajar diharapkan bisa lebih efektif, sekaligus memberikan pengalaman belajar yang intim dan fokus.

Selain komunikasi video, Cakap juga baru saja memperkenalkan Cakap Chat. Sebuah fitur yang memungkinkan penggunanya untuk belajar bahasa melalui fitur percakapan dengan tutor.

“Semua Classroom yang ada di Cakap dari Private, Chat, Club, dan Group mengadopsi metode belajar 2-way learning interaction, karena kami percaya bahwa proses transfer skill harus dilakukan secara direct Person to Person, selain itu metode belajar secara live juga akan meningkatkan self-motivation dari murid untuk terus mengikuti kelas. Cakap juga ingin meningkatkan kesejahteraan guru dengan memberikan penghasilan tambahan lewat solusi Cakap, bukan menggantikan guru dengan konten video, game, ataupun metode belajar 1 arah lainnya,” terang CEO Cakap Tomy Yunus.

Informasi dari pihak Cakap, pengguna mereka memiliki rentang umur dari 16-35 tahun, didominasi oleh mahasiswa, karyawan, dan juga pebisnis. Sebagai sebuah startup Cakap cukup optimis bisa terus memberikan yang terbaik bagi masyarakat Indonesia. Tak tanggung-tanggung mereka saat ini tengah menuju konsep Super App untuk skill sharing dan career enhancement.

“Kami sedang menuju konsep menjadi Super Apps for Skill Sharing & Career Enhancement, sehingga dapat meningkatkan kualitas SDM Indonesia lebih signifikan lagi dan menaikkan tingkat kesejahteraan masyarakat Indonesia dengan memberikan akses pendidikan yang mudah dan membantu pemerataan pendidikan di Indonesia,” imbuh Tomy.

Bahaso

Berada di bawah naungan PT Bahaso Intermedia Cakrawala Bahaso mengusung pendekatan yang sedikit berbeda dengan Cakap. Secara keseluruhan Bahaso memiliki 3 bentuk pembelajaran, yang bertama berbentuk course dengan materi yang dibagi ke dalam beberapa level, quiz yang dikemas dalam bentuk permainan interaktif, dan yang paling baru, Bahaso Talk, pembelajaran berbasis percakapan dengan tutor yang ada.

Dari awal berdiri Bahaso mengkonsep pembelajaran efektif dan fleksibel. Bahaso mengusung konsep koin yang bisa dipergunakan untuk ditukarkan konten premium/paket berlangganan. koin dapat diisi ulang atau dibeli dengan berbagai cara, pembayaran melalui transfer bank, Indomaret, hingga pembelian voucher melalui Tokopedia.

Selain Bahasa Inggris, Bahaso juga menyediakan course untuk Bahasa Mandarin dan tengah menyiapkan paket belajar Bahasa Korea, Bahasa Portugal, Bahasa Perancis, dan Bahasa Jepang. Untuk memperkaya konten dalam aplikasinya Bahaso juga menjalin kerja sama dengan beberapa pihak, salah satunya adalah FIB Universitas Indonesia. Per awal tahun ini pihak Bahaso mengklaim sudah berhasil mendapat 500.000 pengguna.

Tahun ini Bahaso berencana menjajaki konten edukasi di luar bahasa. Di wawancaranya awal tahun lalu, CEO Bahaso Allana Abdullah menceritakan bahwa pihaknya akan memberikan  standardized education to rural areas.

“Di 2019 Bahaso akan menjajaki edukasi online di luar bahasa. Target Bahaso satu tahun ke depan adalah memberikan standardized education to rural areas dan meningkatkan kualitas sumber daya melalui online learning and certification,” jelas Allana dalam wawancara Januari silam.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Ruangguru Rilis Skill Academy, Layanan Belajar untuk Tingkatkan Keterampilan Profesional

Startup edtech Ruangguru merilis Skill Academy, yakni sebuah platform belajar online yang berisi materi-materi seputar peningkatan kemampuan profesional. Misalnya membahas strategi penjualan, kiat melakukan presentasi, hingga memahami investasi.

Disajikan berbayar, setiap konten dibuat oleh para pakar. “Kami mengajak pekerja profesional di industri untuk mengikuti proses penyaringan yang berlapis agar dapat memastikan kredibilitas pengajar. Materi pembelajaran dikembangkan bersama dengan tim content research & development yang kami miliki,” ujar Manager Skill Academy Pretty Kusumaningrum.

Sejak diluncurkan awal September 2019, sudah ada 40 mentor yang tergabung ke Skill Academy. Jumlah tersebut masih akan terus ditambah, seiring dengan antusias pengguna terhadap platform. Untuk memudahkan akses, dalam waktu dekat aplikasi juga diluncurkan – saat ini baru ada versi web.

Ingin jadi “top of mind” solusi belajar

Pretty menceritakan mengenai latar belakang pengembangan produk baru ini. Ruangguru telah sukses menjadi edtech nomor satu di Indonesia, menyediakan aplikasi belajar untuk K-12 (tingkat sekolah dasar hingga atas). Namun dirasa penting bagi lulusan SMA/SMK untuk tetap melanjutkan belajar meningkatkan keahlian, agar memiliki daya saing tinggi saat mencari atau berada di lingkungan pekerjaan – Skill Academy ingin berperan di sini.

“Di sisi lain, ada pasar yang cakupannya 3x lebih luas dari yang sudah dilayani oleh produk Ruangguru, yakni pendidikan tinggi dan pekerja profesional. Hal ini menjadi sesuatu yang menguntungkan juga bagi usaha kami, ditambah dengan aspirasi kami untuk memberikan solusi terkait permasalahan pelatihan. Pada akhirnya, tujuan utama kami adalah menjadi platform top of mind yang bisa menyediakan solusi untuk segala kebutuhan pendidikan,” lanjut Pretty.

Ia turut menyampaikan pertimbangan yang membuat produk baru ini terpisah dari ekosistem aplikasi yang sudah ada. Target pasar Skill Academy dan Ruangguru memiliki kebiasaan yang berbeda dan bentuk materi pembelajaran yang tidak bisa digabung. Sehingga UI dan UX produk perlu disesuaikan (berdasarkan hasil user testing) agar lebih menarik dan nyaman untuk belajar.

Fokus pada pengalaman belajar

Sertifikat Skill Academy
Contoh sertifikat belajar yang didapatkan setelah menyelesaikan kelas

Skill Academy dirilis untuk menghadirkan fleksibilitas belajar bagi kalangan dewasa yang cenderung sibuk. Mereka bisa belajar kapan pun, di mana pun. Kualitas materi menjadi salah satu yang dijanjikan.

Menanggapi pertanyaan dengan diferensiasi dengan platform lain, Pretty menyampaikan “Pengalaman pembelajaran yang luar biasa. Kami memformulasikan cara belajar digital yang efektif, dengan kombinasi video interaktif, infografis, dan metode assessment yang dapat mengukur kemajuan pengguna. Kami sudah melakukan testing sejumlah pengguna dan mendapatkan feedback yang memuaskan.”

Selain itu ia juga mengatakan tentang “best value of money”, setelah mendaftar dan berlangganan di suatu kelas, pengguna akan mendapatkan akses seumur hidup dan sertifikasi bagi yang berhasil menyelesaikan.

Selain Skill Academy, sebelumnya sudah ada startup yang menawarkan platform belajar untuk kalangan profesional. Termasuk RevoU yang fokus pada pendidikan teknologi, Bahaso yang mulai merambah materi di luar pembelajaran bahasa, hingga Udemy yang telah resmikan kehadiran di Indonesia.

Zeniora Sediakan Platform Ujian Online dan Ribuan Soal Latihan

Zeniora Education (Zeniora) mencoba peruntungannya di industri teknologi pendidikan dengan solusi platform ujian online atau computer based test. Perusahaan menggandeng sejumlah mitra untuk membentuk bank soal yang bisa digunakan para siswa sebagai persiapan menghadapi ujian, mulai dari ujian nasional hingga ujian persiapan masuk perguruan tinggi.

Selain itu Zeniora juga menyediakan platform bagi lembaga bimbingan belajar, sekolah, perusahaan, dan oraganisasi untuk bisa menyediakan ujian online sendiri. Digitalisasi dalam proses mengerjakan ujian ini menjadi fokus utama layanan perusahaan saat ini.

Grand launching Zeniora terselenggara pada September silam. Mereka sudah memiliki lebih dari 40.000 siswa SMA terdaftar yang memanfaatkan sistem Zeniora sebagai persiapan masuk ke perguruan tinggi.

“Sejauh ini lebih dari 14.000+ bank soal yang ada di Zeniora. Soal soalnya dari content creator pilihan yang merupakan guru-guru di Indonesia. Latar pendidikan minimal S1 bahkan ada yang S2. So, social impact dari Zeniora selain membantu peserta dalam mempersiapkan ujian juga membantu guru-guru untuk mendapatkan penghasilan lebih,” terang CEO Zeniora Moch Siswan Afandi.

Menurut penuturan Afandi, Zeniora memiliki dua buah solusi, pertama Zenito yang berbentuk platform latihan ujian masuk perguruan tinggi, ujian kedinasan, dan ujian-ujian lainnya yang dirancang khusus untuk siswa SMA sederajat. Kedua ada Zenbos, sebuah fitur yang disiapkan untuk membantu penggunanya mempelajari materi ujian masuk perguruan tinggi dengan metode step soluiton. 

Ia mengklaim Zeniora memiliki beberapa keunggulan khusus, seperti pembelajaran yang dipersonalisasikan untuk setiap peserta dan juga metode permainan di setiap metode pembelajarannya.

“Untuk personalisasi ini masih dalam tahap pengembangan. Singkatnya adalah peserta yang akan mempersiapkan ujian di Zeniora tidak selalu tryout satu paket full namun mereka bisa mengakses beberapa sub bab tertentu yang sesuai dengan minat atau biasa disebut dengan placement test sehingga belajarnya tiap peserta nanti bisa berbeda-beda,” imbuh Afandi.

Saat ini Zeniora mengusung model bisnis berlangganan dan juga top up. Sedangkan untuk produk platform ujian online bagi sekolah atau lembaga dihitung berlangganan per jumlah pengguna dalam platform tersebut.

“Kami berkomitmen untuk mengembangkan tools terbaik bagi peserta dalam menghadapi ujian sehingga mereka dapat mempersiapkan ujiannya [ujian masuk perguruan tinggi, ujian CPNS, ujian TOEFL, ujian IELTS, dan ujian lainnya] dengan lebih seru dan menyenangkan,” terang Afandi.

Application Information Will Show Up Here

EdTech Startup Zenius Reportedly Raises 283 Billion Rupiah from Northstar Group

A trusted source comes with information that the edtech platform, Zenius, one of the firsts in this industry, has received funding worth $20 million (around 283 billion Rupiah) from Northstar Group (probably through its venture capital). Zenius’ CEO, Sabda PS avoids making any comment on this issue.

The edtech sector is currently evolving. Tech-based education platforms aim to enhance the quality of student learning, not limited to classroom activities.

Without any specific player dominating the market, Ruangguru is said to lead in this vertical and one of the centaurs with over $100 million valuations according to the Startup Report 2018. They’re projected to be the next unicorn. Aside from tutoring, they’ve expanded to some other segments, such as Ruangkerja for employees and Skill Academy for those who want to learn non-academic subjects.

The raised funding, supposed to be the first external funding for the company based on Crunchbase, will tighten up the competition and innovation in the edtech sector to have better solutions.

Was founded in 2007, Zenius is a paid online course targeting all academic levels, starting from elementary school up to SBMPTN (Joint Entrance Exam for Public University). The subscription fees vary from 172 thousand Rupiah per month up to 650 thousand Rupiah per year. Zenius is said to create over 80 thousand education videos.

After this funding, Gojek’s former COO, Rohan Monga is to be appointed as the new CEO. Sabda PS will take the Chairman position, and the other two co-founders (Medy Suharta and Wisnu OPS) are still helping the company grow.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Startup Teknologi Pendidikan Zenius Dikabarkan Raih Pendanaan 283 Miliar Rupiah dari Northstar Group

Kami mendapatkan informasi dari sumber terpercaya jika platform teknologi pendidikan (edtech) Zenius, salah satu yang tertua di industri ini, mendapatkan pendanaan sebesar $20 juta (sekitar 283 miliar Rupiah) dari Northstar Group (atau melalui modal ventura yang dikelolanya). CEO Zenius Sabda PS menolak berkomentar saat kami hubungi terkait hal ini.

Sektor edtech memang sedang menggeliat. Platform edukasi berbasis teknologi berupaya meningkatkan kualitas pembelajaran siswa, tidak hanya melulu kegiatan belajar mengajar di dalam kelas.

Meski belum ada pemimpin pasar yang benar-benar mendominasi, Ruangguru bisa dibilang sedang unggul di vertikal ini dan telah menjadi salah satu centaur bervaluasi di atas $100 juta berdasarkan data Startup Report 2018. Mereka bahkan digadang-gadang bakal menjadi salah satu unicorn baru. Selain fokus di segmen bimbel, Ruangguru telah memperluas jangkauan ke beberapa segmen lain, misalnya Ruangkerja untuk para pegawai dan Skill Academy untuk mereka yang ingin memperdalam skill di luar akademik.

Pendanaan yang diperoleh Zenius ini, mungkin pendanaan eksternal pertama yang diperoleh perusahaan per data Crunchbase, akan mendorong persaingan dan inovasi yang lebih ketat di sektor edtech untuk mengeksekusi solusi-solusi terbaik.

Didirikan tahun 2007, Zenius adalah layanan “bimbel online” berbayar yang menyasar semua tingkatan pendidikan, dari SD sampai persiapan ujian SBMPTN. Biaya berlangganannya mulai dari 172 ribu Rupiah per bulan hingga 650 ribu Rupiah per tahun. Disebutkan Zenius sudah memiliki lebih dari 80 ribu video pendidikan.

Pasca perolehan pendanaan ini, mantan COO Gojek Rohan Monga disebut bakal didapuk jadi CEO baru. Sabda PS bakal menjadi Chairman perusahaan, sementara dua co-founder lain (Medy Suharta dan Wisnu OPS) akan tetap berkiprah di Zenius.

Application Information Will Show Up Here

Bensmart Ingin Bantu Siswa Temukan Guru Privat

Bensmart adalah startup yang berusaha memberikan layanan untuk menghubungkan siswa dengan guru les, baik les akademik maupun keterampilan nonakademik. Pengalaman para pendirikan dijadikan modal untuk menyadikan sebuah wadah yang bisa memudahkan para siswa, orang tua, sekaligus para pengajar.

Nama Bensmart dari perpaduan dua kata, “Ben”, dalam bahasa jawa artinya “supaya” atau “biar menjadi”, sedangkan “Smart” dari kata bahasa Inggris yang artinya pintar. Arti nama ini yang menjadi semangat untuk terus mengembangkan layanan yang bisa menjadikan penggunanya lebih pintar dan lebih terampil.

“Dari hasil testimoni para siswa, bahwa les privat mempunyai kelebihan dibandingkan belajar melalui video atau belajar secara online. Kelebihannya adalah siswa merasakan ada kedekatan dengan guru pengajar sehingga lebih terbuka dalam mengungkapkan bagian pelajaran mana yang belum bisa sehingga belajarnya lebih optimal, menyenangkan dan akhirnya prestasi siswa akan mudah diraih,” terang Co-Founder & CTO Bensmart Arif Dian M.

Arif memiliki pengalaman lebih dari 10 tahun bekerja di bimbingan belajar. Dalam mendirikan sartupnya, pemuda lulusan Universitas Negeri Yogyakarta ini bekerja sama dengan Yuri Arvian yang merupakan lulusan The George Washington University. Keduanya bersama dengan tim memulai Bensmart sejak Oktober 2018. Hampir satu tahun berjalan Bensmart sudah berhasil memiliki 200 guru privat terdaftar dengan berbagai macam materi/keahlian yang ditawarkan.

Beberapa materi/keahlian yang ditawarkan antara lain materi ujian tengah semester, ujian akhir sekolah, ujian nasional. Ada juga spesialis untuk SBMPTN, ujian masuk PTN, materi kursus bahasa asing, alat musik, melukis, programming, hingga senam dan yoga.

Sebagai bisnis yang memposisikan diri sebagai “marketplace” untuk guru les, Bensmart mengemas aplikasi sedemikian rupa untuk memberikan kemudahan bagi para penggunanya, hal-hal seperti proses pemesanan dan pemilihan jadwal dibuat lebih praktis. Proses presensi dan penilaian juga dikembangkan untuk memberikan laporan proses belajar.

Konsep yang mempertemukan mereka yang ahli dengan para murid saat ini juga dijalankan beberapa startup lainnya. Seperti Ruangguru yang sudah lebih dulu punya Ruangles dan juga PrivatQ yang awal tahun ini merilis aplikasi mobile barunya. Untuk niche yang sedikit berbeda ada juga UstadQ yang secara spesifik memudahkan penggunanya mencari guru ngaji.

Startup yang memiliki kantor di Jakarta, Yogyakarta, dan Tangerang ini sedang mengupayakan beberapa hal untuk mendongkrak bisnis mereka. Tahun ini mereka sedang melakukan sejumlah pendekatan untuk bisa menjangkau lebih banyak pengguna, seperti menjajaki kerja sama dengan pihak sekolah, menyelenggarakan seminar pendidikan dan meningkatkan iklan di berbagai kanal.

Application Information Will Show Up Here

Startup Edtech Pahamify Resmi Hadir, Tawarkan Konten Edukasi untuk Pelajar SMA

Startup edtech lokal kembali ramai dengan kehadiran Pahamify. Startup ini awalnya hadir dalam kanal YouTube dengan nama akun Hutan Tanda Tanya sejak 2016, berisi konten edukasi tentang sains dan teknologi.

Akun tersebut telah menjaring lebih dari 250 ribu subscriber dan mengantongi berbagai penghargaan dari YouTube maupun Siberkreasi. Sejumlah dana hibah yang diperoleh mendorong tim menyeriusinya menjadi Pahamify.

Rousyan Fikri mendirikan Pahamify bersama dua temannya, Mohammad Ikhsan dan Edria Albert, sejak 1,5 tahun lalu di Bogor. Ketiganya memiliki latar belakang yang kuat di bidang edukasi dan teknologi.

“Meskipun sudah banyak aplikasi belajar tersedia, konten berkualitas tetap menjadi barang langka. Membuat konten pembelajaran berkualitas adalah keahlian yang masih sangat jarang di temukan para konten kreator di Indonesia,” terang CEO dan Co-Founder Pahamify Rousyan Fikri, Jumat, (19/7).

Peluncuran ini turut dihadiri Direktur Ekonomi Digital Aptikom Kemkominfo I Nyoman Adhiarma. Ia mengapresiasi kehadiran Pahamify karena sektor pendidikan termasuk ke dalam satu dari tujuh prioritas yang didorong Kemkominfo. Pendidikan tergolong sektor yang paling mudah didigitalisasikan dan tidak serigid sektor kesehatan.

“Tapi tantangannya sangat besar karena rata-rata tingkat pendidikan di Indonesia hanya sebatas kelas 2 SMP. Ini jauh tertinggal dibanding negara tetangga,” terang I Nyoman.

Kompetitor terdekat Pahamify adalah Ruangguru dan Quipper.

Produk Pahamify

Sementara ini, Pahamify menyediakan konten edukasi untuk jenjang SMA jurusan IPA. Ada lebih dari 500 konten dalam bentuk video, dilengkapi dengan ribuan kuis dan ringkasan. Konsep yang diusung adalah fun learning dibalut gamification agar belajar seseru bermain game.

Di dalam aplikasi juga disediakan Career Center, berupa layanan konseling yang dikelola oleh psikolog dari Universitas Indonesia untuk bantu siswa mengenali minat dan bakat diri. Juga, membantu siswa yang memiliki masalah akademik maupun non akademik.

Rousyan melanjutkan, di dalam aplikasi sudah dilengkapi dengan profil dari berbagai universitas dan jurusan untuk permudah siswa memilih jurusan sebelum masuk perguruan tinggi.

“Dari riset yang kami lakukan sebelum resmi merilis Pahamify, selain butuh platform untuk belajar akademis, siswa juga menghadapi masalah non teknis di kehidupan sehari-harinya. Makanya kami buat konselingnya.”

Di samping itu, timnya juga menyediakan program intensif untuk pelajar SMA tingkat akhir sebelum mengikuti tes perguruan tinggi. Metode yang dipakai adalah flip based classroom. Rousyan mengaku metode tersebut dipakai saat ia sekolah di luar negeri dan setelah diteliti bisa diterapkan di Indonesia.

Sejak aplikasi resmi diperkenalkan di Oktober 2018, dia mengklaim telah menjaring puluhan ribu pengguna yang kebanyakan adalah pelajar SMA. Untuk program intensif, disebutkan pada batch pertama telah berhasil mengantarkan 88% pesertanya ke PTN impian.

Biaya berlangganan aplikasi ini dibanderol mulai dari Rp50 ribu sampai Rp260 ribu, tergantung rentang waktu yang diinginkan. Aplikasi sudah tersedia untuk versi Android dan iOS.

Rencana perusahaan

Hingga akhir tahun ini, Pahamify berencana untuk menambah konten edukasi IPS untuk jenjang SMA. Jenjang SMP juga akan segera disasar karena timnya mendapat banyak permintaan dari para siswa.

“Harapannya tahun ini bisa selesaikan konten buat IPS dan SMP. Kami berharap tahun depan bisa melakukan lebih banyak inovasi baru yang lebih seru.”

Sementara akun YouTube Hutan Tanda Tanya masih akan diteruskan keberlangsungannya oleh Pahamify. Akun ini akan mempopulerkan konten sains dan teknologi karena menyasar penonton dari semua kalangan umum. Harapannya dari strategi ini bisa mendorong orang-orang untuk mencoba Pahamify.

“Tim Hutata (kepanjangan dari Hutan Tanda Tanya) masuk ke dalam unit bisnis di Pahamify. Fokusnya beda dengan Pahamify karena mereka menyasar ke general audience.”

Status pendanaan Pahamify disebutkan sudah mendapat investasi dari angel investor dengan nilai dirahasiakan. Perusahaan juga telah mendapat dana hibah dari YouTube dan Siberkreasi. Tim Pahamify saat ini berjumlah 50 orang dan seluruh konten dibuat secara in house.

Application Information Will Show Up Here

Hacktiv8 Kembangkan Kode.id, Platform Kursus Online dengan Beragam Materi Keterampilan

Hacktiv8 yang selama ini dikenal sebagai program pelatihan intensif menjadi developer mulai berinovasi menghadirkan platform pembelajaran online Kode.id (Kode). Ronald Ishak dan Riza Fahmi (co-founders) turut terlibat mengisi materi-materi video kursus.

Ketika dihubungi DailySocial Ronald menjelaskan, “visi Hacktiv8 menjadi jembatan antara supply dan demand atas developer di Indonesia. Selama menjalankan Coding Bootcamp, kami sadar bahwa tidak semua orang dapat menyiapkan 40 jam per minggu untuk mengikuti kelas secara penuh. Maka dibangunlah Kode.”

Kode awalnya lahir dengan tujuan untuk membantu masyarakat luas dalam belajar pemrograman. Namun seiring berjalannya waktu, kelas-kelas Kode juga diperkaya dengan konten-konten dari bidang ilmu lainnya seperti kepemimpinan, bisnis, pemasaran, hingga desain. Perjalanan Kode baru dimulai awal Juli 2019 ini, kendati demikian saat ini mereka tengah menghimpun pendanaan demi menjadikan Kode sebagai “online upskiling platform” terbesar di Indonesia.

“Melalui Kode kami berharap dapat memberikan kemudahan dan kenyamanan bagi setiap orang dalam mempelajari ilmu baru yang berguna bagi karier mereka ke depannya. Kami percaya, pendidikan yang berkualitas adalah hak semua orang dan kami yakin Kode dapat mewujudkan hal tersebut dan memaksimalkan perwujudan industri 4.0,” terang Ronald.

Mengenal lebih jauh tentang Kode

Jika Anda sudah familiar dengan platform pembelajaran online berbasis video on demand semacam Udemy, mungkin Anda tidak akan kesulitan mengikuti alur dan menu-menu yang disajikan oleh Kode. Kursus akan ditampilkan berdasarkan kategori dan di dalamnya video sudah disusun ke dalam sebuah playlist.

Ronald memperkenalkan Kode sebagai “subscription based online upskilling video platform“. Mereka menawarkan pendaftaran gratis lengkap dengan sejumlah course gratis yang tersedia. Selain itu juga tersedia akun premium dengan sistem berlangganan dengan biaya berlangganan Rp269.000 per bulan.

Meski video pembelajaran versi gratis cukup banyak, dengan berlangganan akun premium akan mendapatkan sejumlah fitur-fitur pelengkap pembelajaran, seperti akses ke kelas premium, akses video online, dan “learning path” yang memudahkan pengguna menentukan urutan-urutan pembelajaran.

Di Kode, juga disediakan fitur “Skill Assessment” di setiap tahapan pembelajaran untuk mengetahui sejauh mana pemahaman terhadap sebuah materi. Selain itu Kode juga memiliki fitur analitik yang hanya diperuntukkan untuk B2B, yang memungkinkan perusahaan memantau perkembangan proses belajar karyawan mereka.

“Skill Assessment atau bisa dibilang tes kompetensi, akan membantu pembelajar untuk mengetahui tingkat pemahaman atas keahlian tertentu. Learner (sebutan untuk pengguna Kode) akan diberikan sebuah kuis yang akan tersedia di awal penggunaan platform. Berdasarkan jawaban yang diberikan, kami akan menyarankan kelas yang cocok untuk Learner berdasarkan hasil dari kuis tersebut,” jelas Ronald.

Memperkaya perpustakaan kelas

Selain memungkinkan masyarakat mengakses video pembelajaran online, Kode juga membuka kesempatan bagi siapa pun yang memiliki keterampilan untuk menjadi pengajar melalui fitur “Subject Matter Expert (SME)”. Di tahun pertamanya ini pihak Kode ingin memperkaya perpustakaan kelas sehingga untuk memberikan pilihan pelajaran yang beragam.

“Fokus kami adalah terus memperbesar perpustakaan kelas kami. Kami berkomitmen untuk dapat memberikan beragam kelas yang menarik, interaktif, dan relevan terhadap perkembangan industri sekarang. Melalui beragam kelas tersebut, kami berharap dapat meningkatkan taraf hidup para profesional di Indonesia,” terang Ronald.

Selain Kode.id, di Indonesia sudah ada beberapa layanan kursus online serupa misalnya DicodingIndonesiaX, Studilmu, dan lainnya.

Miliki 15 Juta Pengguna, Ruangguru Siapkan Debut Ekspansi Ke Luar Negeri

Startup edtech Ruangguru tengah mempersiapkan diri untuk debut ke luar Indonesia tahun ini pasca merayakan hari jadinya yang kelima. Pencapaian  setahun terakhir memantapkan Ruangguru untuk ekspansi. Co-Founder dan CEO Ruangguru Belva Devara saat ini enggan membeberkan lebih jauh terkait rencana tersebut.

“Tahun ini akan keluar Indonesia, bentuknya akan jadi unit bisnis di bawah Ruangguru seperti produk lainnya. Tapi sudah [dipersiapkan], masih jadi rahasia,” katanya, Rabu (10/7).

Untuk mendukung rencana ini, dukungan dana segar sudah segera diumumkan. Kata Belva, nominal dana yang didapat perusahaan akan cukup besar. “Tahun ini akan ada [pengumuman funding] dan nilainya besar.”

Terakhir, Ruangguru mengumumkan pendanaan Seri B yang dipimpin UOB Venture Management dengan nominal dirahasiakan pada 2017.

Belva melanjutkan sejak setahun terakhir layanan Ruangguru cukup “meledak” dari segi awareness di kalangan orang tua. Tanpa menyebut angka detail, dia mengklaim pertumbuhan secara keseluruhan bisa mencapai 20 kali lipat. Pengguna tembus lebih dari 15 juta pelajar dan 300 ribu guru bergabung di seluruh Indonesia.

Menariknya, sekitar 70% penggunanya adalah pelajar yang belum pernah ikut les bimbingan belajar konvensional dan berasal dari kalangan menengah hingga ke bawah. Dari hasil survei internal, Ruangguru membandingkan pelajar dari sebelum dan setelah menggunakan aplikasi selama beberapa bulan, tanpa melihat latar belakang ekonomi keluarganya.

Di situ terlihat bahwa kenaikan nilai mereka rata-rata naik sampai 20 poin. Sebanyak 92% responden mengatakan nilai naik dalam tiga bulan setelah belajar lewat Ruangguru.

“Indonesia punya 52 juta pelajar. Sekarang kami 15 juta, berarti masih banyak yang belum pakai Ruangguru. Intinya, bagaimana caranya kami bisa capai 52 juta itu secepat mungkin. Makanya kami gencar promosi di TV, merekrut brand ambassador, agar semakin banyak orang tua dan anak tahu kami.”

Dari segi produk B2C makin variatif, seperti Ruangbelajar, Digital Bootcamp, Roboguru, Ruangles, Ruanglesonline, Ruangbaca dan sebagainya. Kualitas guru juga ditingkatkan, dengan merekrutnya lewat ajang pencarian. Alhasil, kini Ruangguru memiliki tenaga pengajar in-house yang berprestasi, lulusan universitas top dan pemenang olimpiade.

Menurutnya, kualitas guru ini sangat penting untuk menghasilkan konten yang berbobot tinggi. Tidak hanya melihat dari segi akademis, tapi bagaimana kemampuan guru dalam mengajar di depan kamera.

Pasalnya, mengajar depan kamera berbeda jauh dibandingkan di depan kelas. Mereka dituntut untuk interaktif, agar pelajar tidak mudah bosan. Kemampuan seperti ini tidak sepenuhnya dikuasai guru.

Ruangguru memiliki dua jenis kemitraan untuk guru. Konten video yang tayang di aplikasi itu sepenuhnya dibuat secara in-house oleh guru yang bekerja di Ruangguru. Jumlahnya diklaim ada ratusan. Adapun total karyawan Ruangguru telah berada di angka dua ribu orang.

Selain guru yang tampil di depan kamera, ada juga guru di belakangnya yang mempersiapkan seluruh konten. Mereka semua mendiskusikan seluruh topik pembelajaran dan bagaimana mengemasnya sampai akhirnya tayang.

“Ada juga yang sistemnya dibayar secara komisi, misalnya untuk produk Ruangles jadi kita bayarnya secaranya komisi. Jadi sistemnya tergantung program yang diambil oleh guru tersebut,” tambah CPO Ruangguru Iman Usman.

Lewat perekrutan masif untuk guru, perusahaan kini telah merevitalisasi konten video jadi lebih atraktif sejak 2018. Penambahannya bahkan diklaim sampai 5 kali lipat dari tahun sebelumnya. Diklaim Ruangguru telah memiliki puluhan ribu konten video dan catatan pelajaran. Produksi ribuan pertanyaan bank soal dan telah mencakup seluruh mata pelajaran dari kelas 1 sampai 12.

Ruangguru juga punya produk B2B bernama Ruangkerja untuk melatih kemampuan karyawan secara online. Belva menyebut platform tersebut telah dipakai beberapa institusi, seperti Nestle, Pertamina, Kemenperin, Kemenristekdikti, dan pemerintah daerah.

“Sebab semua perusahaan itu punya masalah yang sama, bagaimana mereka bisa meningkatkan kemampuan karyawan tanpa harus melepas mereka untuk sekolah di luar.”

Pengembangan fitur dan layanan baru

Aplikasi Ruangguru terus diperkaya dengan inovasi baru dan teknologi baru yang tujuannya untuk memperbaiki pengalaman belajar jadi lebih efektif. Belva menjelaskan, ada fitur Smart Recommendation yang secara otomatis mendeteksi kelemahan pelajar dan memberikan rekomendasi materi belajar yang dibutuhkan pelajar.

“Fitur ini yang membedakan kami dengan pemain sejenis. Sebelumnya, Ruangguru itu seperti perpus, punya apa saja materi yang dibutuhkan pelajar. Tapi sekarang ada sistem pintar yang bisa merekam apa yang mereka lakukan di aplikasi dan secara otomatis memberi rekomendasi agar belajarnya jadi lebih efektif.”

Fitur lainnya, Ruangguru Adventure, membuat pengalaman belajar terasa seperti bermain game. Pengguna akan memiliki avatar dan mereka dapat berlomba-lomba mengumpulkan poin setiap beraktivitas. Poin tersebut bisa ditukarkan dengan beragam digital items untuk mempercantik avatar.

Terakhir, fitur Social Learning untuk permudah pelajar berinteraksi dan berdiskusi mengenai pelajaran sekolah dengan pengguna lainnya. Disediakan juga Live Teaching yang bisa disaksikan lewat aplikasi.

“Fitur terakhir ini seperti Instagram Live, menyaksikan guru mengajar secara langsung dan siswa bisa langsung berinteraksi.”

Tampilan UI/UX aplikasi semakin disempurnakan dari waktu ke waktu. Iman juga merasa berbangga hati, bahwa aplikasi Ruangguru mendapat rating 4.7 dari 5.0 di Google Play Store. Menurutnya, untuk mendapatkan rating tersebut cukup sulit di Indonesia, apalagi buat aplikasi lokal.

Ruangguru tahun kemarin mendapat nominasi dari Google User’s Choice di jajaran aplikasi terbaik di Indonesia, bersanding dengan Tokopedia, Shopee, Gojek, dan Bukalapak.

Segera masuk ke program vokasi

Gayung bersambut pasca disahkannya PP Nomor 45 Tahun 2019 tentang Perubahan Atas PP Nomor 94 Tahun 2010 tentang Penghitungan Penghasilan Kena Pajak dan Pelunasan Pajak Penghasilan dalam Tahun Berjalan, Ruangguru akan memanfaatkan insentif ini dengan ikut menyeriusi program vokasi.

Belva mengatakan sebenarnya Ruangguru sudah dilibatkan oleh Presiden Joko Widodo sejak awal. Presiden ingin dorong apa yang bisa dilakukan Ruangguru untuk meningkatkan kualitas lulusan vokasi dengan teknologi.

Segmen ini dinilai lebih menantang karena kurikulumnya berbeda dengan apa yang biasanya mereka pakai dari Kemendikbud. Sehingga untuk membuat materi ajarnya, harus melihat dari berbagai sumber karena tujuan akhir dari vokasi adalah mempersiapkan pelajar SMK dan Politeknik agar siap kerja.

“Kami akan segera launch produk vokasi ini karena sekarang sudah jadi fokus kita juga. Sekarang kami perlu diskusi dengan pemain industri dan asosiasi untuk cari kurikulum yang benar-benar dibutuhkan,” tutup Belva.

Application Information Will Show Up Here

Startup E-Book Ketix Resmi Hadir, Dorong Penulis Muda Terbitkan Buku Sendiri

Rendahnya minat baca dan susahnya penulis untuk menerbitkan buku menjadi beberapa alasan yang membuat tingkat literasi membaca di Indonesia cukup tertinggal dibandingkan negara lain. Di samping itu, kehadiran aplikasi e-book yang beredap dianggap cukup mengkhawatirkan karena tidak memuat norma yang berlaku.

Menanggapi isu di atas, Tendi Murti, King Bagus, dan Dewa Eka Prayoga mendirikan Ketix sejak April 2019. Semangat yang ingin diusung Ketix tidak hanya mewadahi penulis muda untuk berkarya, tetapi ingin meningkatkan literasi membaca di Indonesia.

Baik Tendi maupun Dewa merupakan penulis dengan beberapa karya yang sudah mereka terbitkan. Tendi sendiri adalah pendiri Komunitas Menulis Online.

Status pendanaan Ketix masih dalam menggunakan dana sendiri (bootstrap). Tendi mengaku pihaknya mencari investor dengan misi tidak hanya mencari untung, tapi juga punya misi sosial yakni mencerdaskan bangsa.

“Harapan kami dengan mempermudah proses menulis dan menerbitkan buku, Indonesia akan punya makin banyak penulis, makin banyak orang yang belajar menulis, dan akhirnya semakin tinggi minat membaca masyarakat kita,” kata Co-Founder dan CEO Ketix Tendi Murti, Selasa (9/7).

Aplikasi Ketix didesain untuk langsung mengakomodir penulis untuk menulis dari nol. Tersedia template untuk gambar cover buku, jikalau penulis tidak punya kemampuan mendesain. Hasil tulisan dapat disimpan dalam bentuk draft atau langsung dipublikasikan.

Karya mereka juga dapat dijual dalam bentuk e-book. Ada royalti yang bisa mereka dapatkan, komposisinya 80% untuk penulis dan sisanya untuk Ketix. Penulis dapat berinteraksi dengan para penggemarnya dalam ruang diskusi bernama TixRoom. Di situ, pembaca bisa memberikan tanggapan atas buku yang dipublikasikan oleh penulis tersebut.

“Inspirasi awal mendirikan TixRoom dari komunitas membaca yang orang-orangnya dikumpulkan lewat aplikasi chat. Tiap penulis nanti bisa punya ruang diskusi sendiri agar intimasi dengan pembaca semakin terasa.”

Buat pembaca, ada sejumlah fitur yang memudahkan seperti daftar rekomendasi koleksi buku gratis di menu Recommended Stories, Popular Stories. Bahkan bisa berdasarkan genre favorit, atau menurut penulis dengan jumlah follower teratas dalam menu TixStar.

Fitur lainnya, Ketix memberikan pilihan dalam membaca buku, mulai dari warna halaman, ukuran, hingga bentuk font yang bisa disesuaikan dengan kenyamanan pembaca. Pengaturan tersebut tetap tidak akan berubah, meski pembaca membaca buku lain.

Diferensiasi dengan pemain sejenis

Tampilan aplikasi Ketix / Ketix
Tampilan aplikasi Ketix / Ketix

Uniknya, Ketix tidak hanya menempatkan diri sebagai aplikasi e-book saja. Dilengkapi pula dengan fitur pendukung seperti e-commerce bekerja sama dengan penerbit buku dan entertainment berbentuk live streaming, yang mana hal tersebut meningkatkan utilitas aplikasi.

Founder Ketix King Bagus menerangkan, Ketix adalah kompilasi dari fitur Line, Medium, Ruangguru, dan T Series (India). Alhasil, pendekatan ini berbeda jauh dengan pemain sejenis seperti Wattpad, Webnovel, dan Baboo.

Disebut seperti Line karena ada fitur chat dan commerce. Begitupun Ruangguru karena disediakan kelas mentoring online dengan penulis. Sementara, Medium karena setiap orang diberi kemudahan untuk menulis.

“Kami sedang mempersiapkan film pendek tentang horor yang diangkat dari novel populer yang dipublikasi lewat Ketix. Tujuannya untuk mengapresiasi setiap hasil karya yang bagus, dan telah melalui proses kurasi,” terang King.

Untuk mencegah plagiarisme, Ketix telah menyiapkan setiap karya yang dipublikasi tidak bisa di-copy paste sama sekali oleh pengguna. Mengenai ketentuan tema tulisan, Ketix sejak awal memberikan disclaimer bahwa setiap karya yang ditulis tidak boleh mengandung unsur hoaks.

Oleh karena itu, Ketix juga melengkapi sistemnya dengan menambahkan kata kunci agar lebih cepat mendeteksinya. Ke depannya, sistem akan terus dimutakhirkan apabila jumlah tulisan yang masuk semakin banyak.

“Apabila ada yang melanggar ada tahapannya, sampai akhirnya kami cabut karyanya secara permanen. Kami cukup ketat untuk tema tulisan karena kami ada semangat moral dan sosialnya,” tambah Tendi.

Sejumlah platform e-book lokal sempat menghiasi percaturan industri, namun belum ada yang mampu menjadi pemimpin pasar. Wattpad bisa dibilang menjadi pemimpin pasar bagi penulis independen berbasis digital, meskipun konsepnya bukan berupa e-book.

Rencana Ketix

Aplikasi Ketix sementara ini baru tersedia untuk versi Android, telah diluncurkan sejak 23 Mei 2019. Dari peluncuran hingga sekarang, diklaim telah diunduh lebih dari 5 ribu kali. Pembaca aktifnya mencapai 3.500 orang.

Dari segi database, Ketix memiliki 2.400 buku yang sudah dipublikasi oleh lebih dari 1.000 penulis. Tendi menargetkan sampai 2021, pihaknya dapat menargetkan 1 juta penulis muda dengan 5 juta karya yang terpublikasi. Mayoritas kategori buku adalah fiksi.

“Kami juga ingin go Asia pada 2021, sebab saat ini Komunitas Membaca Online punya cabang di Hong Kong, Malaysia, dan Turki. Rencananya akan buat kantor di sana,” tutup Tendi.

Application Information Will Show Up Here