Outsourcing TIK Makin Diminati Korporasi Nasional, Telkom Bersiap Menjadi Fasilitator

Baru-baru ini IDC Indonesia memprediksikan adanya peluang besar dalam hal transformasi teknologi untuk operasional bisnis perusahaan di Indonesia. Salah satu transformasi yang akan banyak digunakan ialah seputar penggunaan solusi outsourcing teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Total nilai yang akan dicetak bisnis outsourcing TIK diprediksi mencapai $500 juta pada tahun ini, dan akan tumbuh hingga dua kali lipat di tahun 2020 mendatang.

Melihat potensi tersebut, PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) bertekad untuk semakin memperkuat posisinya sebagai penyedia layanan outsourcing TIK dengan menyediakan infrastruktur, aplikasi dan konektivitas yang dapat dilanggan secara end-to-end. Secara agresif Telkom akan memulai pengembangan layanannya kepada industri finansial, perbankan, media, komunikasi dan manufaktur. Diperkirakan juga hingga tahun 2020 mendatang potensi market size yang dikembangkan akan berada pada angka Rp 7,7 triliun.

“Salah satu yang menjadi pertimbangan suatu perusahaan melakukan outsourcing TIK adalah keinginan perusahaan tersebut untuk lebih fokus pada core business dengan melakukan alih kelola aset atau infrastruktur TIK dan SDM. Dengan sendirinya perusahaan dapat mengurangi biaya investasi untuk mengelola operasional TIK, dengan ini diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas,” ujar Direktur Enterprise & Business Service Telkom Muhammad Awaluddin seperti dikutip Warta Ekonomi.

Ditambahkan pula oleh Awaluddin bahwa Telkom akan terus mendukung pertumbuhan bisnis industri di Indonesia dengan memberikan value added berupa reduce cost, SLG (Service Level Guarantee) serta end-to-end services. Secara terpadu Telkom akan membantu korporasi mulai dari perencanaan, penyediaan perangkat hingga pengelolaannya.

Garuda Food Group akan menjadi salah satu korporasi yang mencicip portofolio outsourcing TIK Telkom di fase awal ini. Garuda Food memberikan peranan penuh kepada Telkom untuk pengelolaan operasional dari layanan TIK di perusahaan dengan mempercayakan pada SLA (Service Level Agreement) yang dibuat.

“Ke depannya portfolio outsourcing TIK ini akan digulirkan ke semua pelanggan korporasi, termasuk BUMN sebagai bentuk sinergi,” pungkas Awaluddin.

PT Anabatic Technologies Lahirkan Anak Perusahaan untuk Sektor E-Commerce

PT Anabatic Technologies Tbk (ATIC) selaku emiten jasa teknologi dan informasi baru saja meresmikan dua anak usaha baru di bidang usaha jasa perdagangan, salah satunya akan memfokuskan di layanan e-commerce. Dalam pendirian perusahaan e-commerce bernama PT Emporia Digital Raya (EDR) tersebut, ATIC telah menyetorkan modal awal senilai Rp 2,5 miliar.

Dituturkan Sumarto Santosa selaku Direktur PT Anabatic Technologies, pendirian anak perusahaan tersebut bukan merupakan transaksi material, karena nilanya masih di bawah 20 persen dari ekuitas perseroan. Kendati demikian EDR diyakini akan dikembangkan dengan cukup serius mengingat peminat layanan e-commerce di Indonesia begitu tinggi.

Belum diinformasikan secara pasti apakah EDR akan berlaku sebagai penyedia platform atau beroperasi secara mandiri menyediakan layanan jual beli online. Namun perusahaan kedua yang didirikan, yakni PT Svadaia Humana Praja (SHP) akan bergerak di bidang jasa konsultasi. Sehingga besar kemungkinan kedua anak perusahaan akan saling berkonsolidasi menghasilkan sebuah layanan jasa terpadu, mengingat ATIC sendiri memiliki ruh sebagai penyedia jasa teknologi informasi.

Seberapa efektif jasa penyediaan platform e-commerce di Indonesia

Di Indonesia layanan jual beli online berkembang luas dengan berbagai metode distribusi. Online marketplace saat ini banyak diduduki pemain di kelas UKM (Usaha Kecil dan Menengah). Penyedia platform seperti Tokopedia dan Bukalapak menjadi salah satu yang diuntungkan dalam hype ini. Layanan online marketplace memanjakan penjual untuk fokus mengembangkan bisnis, tanpa harus dipusingkan dengan platform transaksi yang digunakan untuk berjualan. Dan sistem tersebut terpantau berjalan baik sampai saat ini.

Berbeda dengan layanan e-commerce yang dikelola lebih terstruktur oleh sebuah perusahaan induk, dalam kaitannya dengan penjualan barang, promosi dan pengembangan sistem. Kendati turut melibatkan pihak luar sebagai penjual, namun layanan tipe ini lebih terlihat tertutup, karena seakan-akan si pemilik e-commerce adalah penjual dan pemilik barang. EDR jika akan bertindak sebagai penyedia platform dapat memanfaatkan sektor ini untuk memaksimalkan produknya.

Perusahaan ritel sedikit demi sedikit juga sudah mulai menjajaki cara online dalam memasarkan produknya. Karena konsep online-to-offline (O2O) juga telah membuktikan diri mampu menjadi medium yang baik untuk edukasi konsumen, terutama untuk produk-produk bernilai tinggi. Potensi ini yang seharusnya juga bisa dimanfaatkan EDR untuk menghadirkan sebuah platform e-commerce bagi korporasi/industri ritel.

Inilah Penampakan Versi Kedua Google Glass yang Ditujukan Buat Kaum Profesional

Sudah cukup lama kita tidak mendengar kabar mengenai salah satu inovasi teknologi paling kontroversial di dunia, Google Glass. Setelah program Explorer-nya dihentikan di bulan Januari kemarin, sejatinya ada banyak rumor yang beredar seputar Google Glass dari berbagai sumber.

Namun yang terbaru kali ini datang dari organisasi pemerintahan Amerika, FCC (Federal Communications Commision), dalam wujud foto asli perangkat. Seperti yang bisa Anda lihat pada gambar di atas, sejatinya tidak ada banyak perubahan pada versi baru Google Glass.

Meski sepintas kelihatan sama, sebenarnya ada banyak peningkatan yang signifikan pada versi kedua Google Glass ini. Satu yang paling mencolok adalah, frame-nya kini bisa dilipat layaknya kacamata biasa, dan secara keseluruhan Google Glass versi anyar ini mempunyai fisik yang tahan air dan lebih tahan banting.

Masih seputar fisiknya, prisma yang berperan sebagai layar Glass kini membesar guna memberikan tampilan yang lebih luas tepat di pandangan pengguna. Google kabarnya juga tengah menyiapkan sebuah battery pack eksternal yang akan menancap pada perangkat dengan memanfaatkan magnet.

Google Glass Enterprise Edition

Aspek internal Google Glass versi baru ini juga telah menerima banyak perubahan. Di antaranya adalah prosesor Intel Atom yang lebih kencang tapi juga lebih tidak cepat panas, kemudian ada konektivitas Wi-Fi 5 GHz dan komponen optik kamera yang lebih andal.

Menariknya, setiap kali pengguna nantinya mengaktifkan kamera milik Google Glass baru ini, sebuah lampu di bagian depannya akan menyala. Perubahan ini sepertinya sengaja diterapkan untuk menghapus stigma bahwa Google Glass beserta kameranya kerap melanggar privasi orang lain di sekitar penggunanya.

Namun perubahan yang paling penting untuk diperhatikan sejatinya adalah target pasarnya. Versi kedua Google Glass ini ditujukan buat kaum profesional, sehingga julukannya pun berganti dari Explorer menjadi “Enterprise Edition”.

Sejauh ini memang belum ada konfirmasi resmi dari Google, tapi Glass: Enterprise Edition ini rencananya hanya akan didistribusikan melalui program Glass for Work yang mencakup perusahaan-perusahaan. Bahkan rumornya sudah ada ratusan Google Glass: Enterprise Edition yang disebarkan ke para karyawan perusahaan yang terlibat dalam program tersebut.

Sumber: 9to5Google via TheNextWeb.

Telkom Pacu Pengembangan Kawasan Industri Berbasis Digital

Telkom kembali memacu bisnis di kawasan industri melalui program Broadband Industrial Estate, pengembangan kawasan industri berbasis digital. Langkah ini diawali dengan penandatanganaan kerja sama antara Telkom dan IMIP (Indonesia Morowali Industrial Park). Dengan kerja sama tersebut, Telkom akan menyediakan layanan ICT (Information Communication Technology) yang terintegrasi untuk kawasan industri, mulai dari konektivitas hingga layanan e-Office.

Penandatanganan perjanjian kerja sama penyediaan layanan telekomunikasi antara Telkom dan IMIP, yang berlokasi di Bahodopi, Morowali, Sulawesi Tengah, dilakukan oleh Executive Vice President Telkom Regional VII Kawasan Timur Indonesia Muhammad Firdaus dan Direktur Utama IMIP Alexander Barus.

Selain itu, disaksikan juga oleh Direktur Enterprise & Business Service Telkom Muhammad Awaluddin dan Dirjen Pengembangan Perwilayahan Industri (PPI) Kementerian Indonesia Imam Haryono di Jakarta, pada hari Jumat kemarin (18/12).

Sebelumnya, Telkom sendiri sudah pernah menjalin kerja sama untuk ketersediaan layanan ICT bagi kawasan industri dengan Himpunan Kawasan Industri Indonesia (HKI), Kawasan Berikat Nusantara (KBN) dan Kawasan Industri Makasara (KIMA).

“Dengan adanya pengembangan Broadband Industrial Estate ini diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah sektor industri wilayah di luar Pulau Jawa menjadi 40 persen pada tahun 2035 sehingga dapat berkontribusi terhadap pemerataan pembangunan sektor industri dan perekonomian nasional di seluruh wilayah Indonesia,” ujar Imam dilansir dari Tempo.

Sementara itu Awaluddin menjelaskan bahwa kerja sama ini merupakan bentuk komitmen Telkom dalam mendukung program pemerintah untuk memajukan sektor industri Indonesia. Dipaparkan juga bahwa kerja sama ini sejalan dengan program Telkom yang sedang menggelar infrastruktur broadband di seluruh Indonesia melalui program Indonesia Digital Network.

Dalam kerja sama pengembangan kawasan industri berbasis digital ini, Telkom akan memberikan solusi layanan digital yang terintegrasi. Beberapa di antaranya adalah konektivitas, mulai dari voice telepon/SIP Trunk, komunikasi data Metro/MPLS/IPLC, internet Astinet/IP Transit/High Speed Internet, wifi.id/wifi-corner, hingga IPTV UseeTV.

Layananan lainnya seperti contact center, SMS Blast, Data Center, Dara Recovery Center, Big Data, Digital Advertising, Digital Marketing, IndiSmart, Siap Online, Application, Platform, SAP, ERP, dan  layanan e-Office juga akan diberikan dalam pengembangan kawasan industri berbasis digital ini. Selain itu, tak menutup kemungkinan untuk dikembangkan ke solusi lain sesuai perkembangan dan kebutuhan di kawasan industri terpadu IMIP yang berada di Sulawesi Tengah.

XL Axiata Siapkan 500 Miliar Rupiah Kembangkan Platform Digital untuk UKM DigiBiz

XL Axiata (XL) menggebrak dengan menyiapkan dana 500 miliar Rupiah yang bakal diinvestasikan dalam jangka waktu tiga tahun untuk menjaring Usaha Kecil Menengah (UKM) dengan platform digital-nya, DigiBiz. Mereka berharap di akhir tahun 2016 ada sekitar 20 ribu UKM yang tergabung dalam platform ini.

Peresmian DigiBiz dilakukan Presiden Direktur XL Dian Siswarini dalam sebuah acara yang dihadiri Menkominfo Rudiantara, perwakilan Kementerian Koperasi dan UKM, Presiden komunitas Tangan Di Atas (TDA) Mustofa Ramdloni.

TDA digandeng sebagai jembatan XL menggaet para UKM. TDA sebagai wadah para pedagang dan pengusaha UKM saat ini telah memiliki lebih dari 10 ribu anggota di seluruh Indonesia. Tak heran jika XL berarti pasang target tinggi, 20 ribu anggota hingga akhir tahun depan.

Pada dasarnya, DigiBiz terdiri dari tiga solusi. Solusi pertama adalah Produk. UKM yang bergabung akan mendapat produk yang relevan. Kedua adalah solusi Bisnis. Di sini UKM akan mendapat manfaat seperti tempat berjualan, promosi, pinjaman, dan informasi bisnis. Yang terakhir adalah Jejaring. Secara tidak langsung UKM diklaim akan memperoleh jaringan bisnis yang lebih luas jika memanfaatkan platform ini.

Meskipun tidak gratis, XL tampaknya berusaha membuat solusinya lebih terjangkau untuk UKM. Ada beberapa produk yang ditawarkan dalam paket UKM ini, yaitu:

  • Paket layanan Internet 4G/LTE
  • Produk “jumpStart” berupa solusi Virtual Telephony “XL Mobex”
  • Solusi “Usahawan” untuk pembuatan situs
  • Produk “leapFrog” berupa layanan mobile ads
  • Produk “goGrow” berupa layanan “XL You See”

Saat ini XL telah memiliki 250 konsumen UKM yang sudah tergabung.

Direktur Digital Service XL Ongki Kurniawan dalam rilisnya mengatakan, “DigiBiz merupakan platform yang bersifat solusi digital guna mendukung para pelaku usaha UKM untuk memulai dan mengembangkan bisnis. Dengan kompetensi kami di bidang teknologi informasi dan komunikasi, kami ingin berperan aktif mendorong kalangan UKM untuk bisa lebih memanfaatkan teknologi dalam meningkatkan produktivitasnya. Solusi dari XL ini sangat mudah diterapkan, bahkan hanya dengan ponsel saja sudah bisa dijalankan. Kami berharap, hingga akhir tahun depan setidaknya 20 ribu UKM sudah memanfaatkan DigiBiz.”

Telkomsigma Siap Dukung Implementasi Laku Pandai

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sedang menggodok peraturan Layanan Keuangan Tanpa kantor dalam Rangka Keuangan Inklusif (Laku Pandai) yang saat ini bersifat rancangan regulasi. Melihat peluang ini, Telkomsigma dan Intel menyatakan kesiapannya membantu perbankan mengimplementasi hal ini.

Keunggulan yang diklaim oleh solusi Telkomsigma salah satunya yaitu mendukung penggunaan multi device agar aplikasi dapat dijalankan pada gadget atau pada perangkat mobile, sehingga mudah dioperasikan oleh agen di seluruh Indonesia. Telkomsigma membuat paket yang berisikan komponen tersebut agar bisa digunakan oleh bank-bank yang ingin meluncurkan aplikasi Laku Pandai.

“Telkomsigma siap mendukung semua bank yang ingin meluncurkan Laku Pandai dengan fasilitas atau infrastruktur terkait yang diperlukan untuk aplikasi Laku Pandai,” kata Direktur Business Solutions Telkomsigma Otto Benny Hantoro saat acara temu media hari ini (26/11).

Saat ini bank nasional yang telah menerapkan Laku Pandai di antaranya adalah BRI, BCA, BTPN, dan Bank Mandiri.

Jumlah bank yang bisa mengikuti program Laku Pandai dibatasi oleh BI dan OJK, karena persyaratan dasar program ini adalah bank terkait harus memiliki sistem Teknologi Informasi yang terpadu. Konsep Laku Pandai sendiri adalah meminimalisir penyediaan kantor cabang dan menggantikannya dengan agen-agen untuk bisa memberikan layanan kepada seluruh masyarakat Indonesia, terutama di pedesaan dan daerah terpencil.

“Salah satu tantangan terbesar dari Laku Pandai adalah mencari agen. Agen tidak boleh melayani lebih dari 2 bank, nantinya agen ini bisa menggantikan penyediaan infrastruktur bank,” kata Otto.

Dengan kebijakan Laku Pandai, bank berpotensi mendapatkan penambahan  nasabah yang signifikan, dengan menjangkau sekitar 80% penduduk Indonesia yang hingga kini masih belum tersentuh layanan perbankan.

Solusi mobile berbasis platform Android dan konektivitas 2G

Solusi mobile Telkomsigma dibangun dengan front end aplikasi di platform Android dan tetap bisa digunakan meskipun di jaringan Internet berkonektivitas 2G (GPRS dan EDGE), mengingat jaringan inilah yang paling luas jangkauannya di pelosok Indonesia, termasuk daerah terpencil. Nantinya mereka juga akan menggunakan fitur SMS terenkripsi untuk menjamin keamanan datanya.

“Solusi kami pada dasarnya adalah berbagai produk dan layanan milik Telkomsigma yang telah disesuaikan dan digabungkan menjadi solusi Laku Pandai yang komprehensif. Kami memiliki service data center yang menjadi salah satu komponen solusi ini yang merupakan keunggulan kami dibandingkan kompetitor lainnya,” kata Otto.

Solusi Laku Pandai didukung oleh Intel yang memiliki platform komputasi yang diklaim mengurangi konsumsi energi, biaya total kepemilikan yang lebih rendah, mendukung open standard, dan memperoleh dukungan dari platform ekosistem global dan lokal.

Zahir Enterprise Plus Siap Dipasarkan untuk Segmen Korporasi

Pengembang perangkat lunak akuntansi lokal PT Zahir Internasional mulai menggarap pangsa pasar korporasi. Setahun meluncur dan dibarengi berbagai improvisasi, produk Zahir Enterprise Plus dinilai siap untuk mengelola sistem finansial perusahaan secara detil dengan omset hingga Rp 1 triliun per tahun.

CEO Zahir Muhamad Ismail berpendapat tren penggunaan perangkat lunak di korporasi cenderung memilih solusi terintegrasi dan instan untuk kebutuhan implementasi yang cepat.

Kepada DailySocial, Ismail mengatakan ketika konsumen menanyakan pembeda layanan Zahir dengan yang lain terdapat beberapa hal penting yang akan disuguhkan. Pertama ialah kemudahan dalam implementasi dan penggunaan. Iklim bisnis yang kian memanas membuat perusahaan tak lagi memiliki waktu banyak untuk melakukan transisi. Untuk implementasi layanan Zahir Enterprise diperlukan waktu maskimal 30 hari.

Pengalaman 19 tahun dalam pengembangan teknologi untuk kebutuhan akuntansi juga diyakini akan memberikan insight untuk pemenuhan kebutuhan tersebut.

“Pengalaman selama 19 tahun membawa Zahir sampai sekarang hadir dengan ratusan fasilitas dan fitur yang memudahkan pengguna mengelola data keuangan. Mulai dari mencatat penjualan, pembelian, mengelola inventori, mencatat aset perusahaan beserta perhitungan penyusutan nilainya, multi currency dan masih banyak lagi,” ujar Ismail memaparkan keadaan produk Zahir yang ada saat ini.

Ismail melanjutkan, “Dalam perjalanannya, bahkan sebelum kami menyediakan layanan Zahir Enterprise Plus, Zahir Accounting sudah banyak digunakan di perusahaan skala korporasi untuk kebutuhan mereka yang spesifik yaitu mencatat transaksi keuangan dan membuat laporan keuangan.”

Keandalan lain yang turut ditawarkan Zahir Enterprise Plus adanyaa kemudahan integrasi secara online antar cabang. Ini belajar dari tren bisnis di Indonesia yang banyak memiliki kantor cabang.

“Indonesia adalah negara yang luas, sehingga pada umumnya perusahaan memiliki beberapa kantor cabang yang aktivitas keuangannya perlu di-monitor. Dengan fitur online antar cabang, Zahir Enterprise Plus memberi kemudahaan bagi bisnis untuk mengelola keuangan perusahaan secara terintegrasi antara kantor pusat dengan kantor cabang dengan mudah,” ujar Ismail.

Tren mobile juga menjadi bagian penting dalam pengembangan produk Zahir. Saat ini Zahir memiliki dua aplikasi mobile untuk mendukung produktivitas pengguna. Aplikasi SO Mobile dibekali dengan fungsionalitas yang memudahkan pencatatan sales order dari pelanggan, sedangkan aplikasi Report Server dikembangkan untuk memudahkan top level management memantau performa perusahaan melalui berbagai laporan yang teringkas.

HP Enterprise dan Fokus Bisnisnya di Indonesia

Salah satu raksasa di dunia teknologi, Hewlett Packard (HP), beberapa waktu silam memutuskan untuk mengubah dirinya menjadi dua entitas besar, yakni HP Inc. dan HP Enterprise (HPE). Wajah baru tersebut juga menjadi tanda berakhirnya 75 tahun Hewlett Packard berdiri sebagai satu entitas. Sedikit banyak, ini akan berpengaruh terhadap bisnis HPE sendiri di Indonesia.

Selain nama dan logo baru, HPE juga memiliki tagline baru, yaitu idea economy. Kami berkesempatan berbincang dengan Direktur HPE Indonesia Hengkie Kastono untuk mengulas hal ini lebih jauh.

Tanya (T):  Mengapa HP memutuskan untuk mengubah diri menjadi dua entitas yang berbeda?

Jawab (J): Jadi, HP awalnya memang merupakan suatu entity yang sangat besar dan semua produk jadi satu, baik itu dari sudut produk retail maupun yang sampai mengarah ke enterprise. Dalam hal ini, produk retail itu contohnya seperti Printer, Notebook, Laptop, Personal Computer (PC), hingga tablet. Nah, selain itu kami juga punya produk yang fokus ke solusi enterprise seperti Server.

Selama ini keduanya itu berjalan berdua. Tapi, jika dilihat kemabali secara kebutuhan, itu sedikit berbeda. […] Nah, yang membuat HP itu jadi terpisah adalah dari sisi fokus tersebut [enterprise dan produk retail]. […] Kami mau dengan karakter market seperti itu, dengan perbedaan seperti itu, masing-masing [entitas] bisa [lebih] fokus. Terutama nanti untuk investasi di Research and Development (R&D). Jadi, investasinya pun tidak tarik-tarikan nanti. […] Objektif lainnya adalah supaya kebutuhan pelanggan bisa terpenuhi dengan baik.

T: Fokus kunci HP Enterprise sendiri ke mana, apakah itu Cloud, Network Service, atau lainnya?

J: Kami itu fokusnya adalah lebih ke infrastructure solution. Kalau lihat banyak perusahaan yang fokusnya ke software, kami lebih spesifik kea rah yang kami sebut sebagai enterprise infrastructure. […] Untuk key product-nya sendiri ada banyak, baik itu dari Server, Storage yang kelasnya enterprise, cloud, hingga beserta dari sisi services solution-nya yang bisa kami berikan kepada pelanggan kami.

Dalam hal ini, kami juga punya tujuan untuk memberikan semacam transformasi di dunia IT ini pada para pelanggan kami. Tapi, untuk sampai ke arah itu perlu teknologi pendukung. Nah, teknologi pendukung itu yang kita sebut infrastruktur teknologi, yang kita kembangkan terus.

[Mengutip Financial Post, servers, storage, converged systems, networking, management software, dan servis-servis penting untuk menjalankan perusahaan adalah fokus dari HP Enterprise].

T: Bagaimana dengan fokus di Indonesia, apakah dengan perbedaan kultur di sini akan ada perbedaan?

J: Fokusnya kurang lebih akan sama, kami akan mengembangkan ke arah berbagai platform yang sudah disebutkan sebelumnya. […] Kami melihat juga bahwa yang namanya tren teknologi sekarang ini yang mempengaruhi bisnis bisa dibilang sudah borderless, antara Indonesia dan negara lain. Kita [Indonesia –red] malah akan tertinggal bila tertutup.

Tapi, mungkin begini. Seperti cloud yang menjadi salah satu fokus kami juga contohnya. Adaptasi di Indonesia kan agak sedikit belum secanggiih di negara lain, jadi kami masuk belum terlalu [jauh] ke sana. Katakanlah, lihat kebutuhan pasarnya juga. […] Kami lihat adaptasinya, tetapi juga lihat dari segi kebutuhan pasar di Indonesia sendiri. Kalau memang masih sangat early stage, kami juga harus adaptasi. Kalau yang aneh-aneh kan tidak akan diterima sama pasar juga.

T: Bagaimana dengan UKM, solusi seperti apa yang bakal diberikan dan bisa jadi unggulan untuk UKM sendiri bila mereka memang masuk ke dalam fokus Enterprise HP? Apakah ada solusi seperti IaaS, SaaS, dan setingkat itu dari HP Enterprise?

J: Ini jadi fokus market juga, maka dari itu divisi pun kami pisahkan secara segmen, antara divisi yang enterprise untuk perusahaan besar dan Small Medium Business (SMB). Yang kami berikan [untuk UKM], kami mulai dari infrastruktur yang sederhana.  Kami berikan solusi dari segi Server, Storage, Network, di combine seperti itu lah. Kami juga banyak kerja sama dengan application provider yang bermain di SMB. Mereka yang kolaborasi, kami provide infrastruktur teknologi buat aplikasinya.

Kalau untuk solusi [IaaS, SaaS, atau setingkat], kami kerja sama dengan partner. HP di Indonesia tidak memfasilitasi itu. Sampai saat ini di Indonesia kami belum investasi di area facility. Jadi, kami kerja sama dengan partner yang memang punya fasilitasnya, kami enable dia.

T: Apakah ada rencana dan target tertentu untuk tahun 2016, contohnya seperti porsi untuk konsumen SMB dan Enterprise?

J: Semua customer akan kami tinjau dari pilar-pilar [platform yang menjadi fokus HP Enterprise] yang sudah disebutkan tadi. Kami juga ingin mengeddukasi customer juga bahwa teknologi itu penting.

Untuk porsi [konsumen], kurang lebih akan hampir sama porsinya. Market juga tetap sama. Ekspektasi kami adalah konsumen yang besar-besar yang tentunya akan terus berkembang. Kami juga akan terus mencari market yang selama ini belum jadi pelanggan kami. Kami akan coba masuk ke mereka juga dengan konsep yang sama.

T: Bagaimana dengan Startup, apakah sudah ada kolaborasi?

J: Kalau dengan startup [sejauh ini] belum ada. Tapi, kami juga kan banyak kerja sama dengan application provider yang mugkin bisa jadi jembatan kami [untuk kolaborasi dengan startup]. Karena startup itu mau bagaimanapun gak hanya di hardware saja, ada solusinya [software]. Na, kami kan bukan pemain aplikasi solusi.

Yang kami harapkan dengan HP Enterprise ini, dengan pilar-pilar yang tadi disebutkan, akan membantu customer dalam memberikan solusi teknologi ke depannya, terutama dalam hal yang menyangkut idea economy.

XL Resmikan Data Center Di Balikpapan

Untuk memenuhi kebutuhan sarana penyimpanan data di wilayah Kalimantan XL resmi memperkenalkan fasilitas XL data center di Balikpapan. Menurut XL, data center yang rencananya baru akan secara penuh beroperasi di akhir tahun ini merupakan data center modular pertama di Kalimantan yang melayani sektor publik dan 100% didesain dan dibangun oleh putra-putri asli Indonesia. Continue reading XL Resmikan Data Center Di Balikpapan

Erik Meijer Segera Jadi CEO TelkomTelstra

Lama berkecimpung di dunia telekomunikasi, Erik Meijer akhirnya berlabuh menjadi CEO sebuah perusahaan teknologi informasi. Seperti dikutip dari Detikcom, Erik Meijer per 1 Desember ini bakal menjadi CEO TelkomTelstra, perusahaan patungan Telkom dan Telstra Australia yang bergerak di bidang Network & Application Services (NAS). Saat ini pucuk pimpinan TelkomTelstra dijabat oleh eksekutif Telstra Phill Sporton.

Posisi ini bakal menjadi tantangan baru bagi Erik yang saat ini menjadi Strategic Brand Advisor untuk Ooredoo dan Indosat. TelkomTelstra fokus memberikan layanan intrastruktur (IaaS) dan SaaS berbasis cloud bagi pelanggan enterprise yang didirikan enam bulan lalu dan sudah memiliki sejumlah klien perbankan. TelkomTelstra sendiri memiliki target 1300 klien korporasi hingga tahun 2020.

Erik Meijer sempat lama berkarier di Telkomsel sebelumnya akhirnya berturut-turut menjabat posisi manajemen di Bakrie Telecom, Indosat, dan Garuda Indonesia.