Telkomsel Mitra Inovasi Reportedly Involved in the Funding of EVOS Esport

Telkomsel Mitra Innovation (TMI) is reportedly involved in the series B round for the local esports team “EVOS Esports”. This is TMI’s debut to invest outside tech-based service startups.

DailySocial has contacted TMI and EVOS representatives to confirm, but they neither willing to comment on the issue.

In a general note, EVOS Sports is a Jakarta-based esports organization founded by Ivan Yeo, Hartman Harris, and Wesley Yiu in 2016. Apart from Indonesia, EVOS has esports teams in Singapore, Thailand, Malaysia, and Vietnam. In addition, EVOS has entered the content, merchandise, event, and Head of Talent (KOL) business under WHIM Management.

Meanwhile, Telkomsel Mitra Innovation is an investment arm founded by Telkomsel in 2019. The company focuses on investments in the IoT, big data, and entertainment (music, games and video) verticals. The goal is none other than to improve the digital business ecosystem, especially in the telecommunications industry. Some of TMI’s portfolios include PrivyID, Qlue, Roambee, Sekolahmu, and TADA.

Community as the new target user

EVOS ha received funding from venture capital several times, both domestic and foreign. Based on Hybrid data, Attention Holdings Pte. Ltd., EVOS’ parent company, raised $12 million in series B funding in October 2020.

The funding round was led by Korea Investment Partners and several other investors, including Mira Asset Ventures, Woowa Brothers, and IndoGen Capital. Also involved are Insignia Ventures Partners, which previously led the EVOS series A funding round in 2019.

IndoGen Capital’s Managing Partner Chandra Firmanto said, Indonesian esports fan base is very large that it attracts companies to enter this industry. “The Indonesian esports team will be successful as we have strength in the community. This is also due to the number of young Indonesians and their quite large spending,” he said.

In the context of TMI, Telkomsel already has its own esports team, Dunia Games (DG) Esports. However, referring to the above thesis, and if Telkomsel confirms this investment, there is a chance that the cellular market leader intend to target a wider new market segment.

Telkomsel can expand its telco business by targeting EVOS’ large community base. Quoting Kompas.com, Esports Charts data named EVOS as the most popular esports team in Southeast Asia. EVOS’ high reputation is reinforced by a total of 6.4 million followers on various social media platforms, including TikTok, Instagram, YouTube, Twitter, and Facebook.

In addition, EVOS also provide membership programs, both free and subscription, which have been released since mid 2020. EVOS Esports’ Co-founder & CEO, Ivan Yeo said this program is the company’s strategy to win the millennial and gen Z market. EVOS is also known to collaborate with TikTok to grow their influencer business.

In fact, the Newzoo report states that the value of the global esports industry is estimated to reach $1.1 billion or Rp15.4 trillion in 2020. Meanwhile, the largest esports market is still controlled by China with a value of $385.1 million, followed by North America at $252.8. million.

In Indonesia, the mobile esports market continues to grow rapidly. Newzoo 2019 data states that 52 million of the total 82 million smartphone users are mobile game players. Revenue from the mobile game industry in Indonesia is estimated to contribute $624 million or equivalent to Rp8.7 trillion.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Telkomsel Mitra Inovasi Dikabarkan Terlibat dalam Pendanaan EVOS Esports

Telkomsel Mitra Inovasi (TMI) dikabarkan terlibat dalam putaran pendanaan seri B tim esports lokal “EVOS Esports”. Ini menjadi debut awal bagi TMI untuk berinvestasi di luar startup pengembang layanan teknologi.

DailySocial sudah mencoba menghubungi perwakilan TMI dan EVOS untuk meminta konfirmasi, namun masih enggan memberikan komentar.

Sebagaimana diketahui, EVOS Sports merupakan organisasi esports berbasis di Jakarta yang didirikan oleh Ivan Yeo, Hartman Harris, dan Wesley Yiu sejak 2016. Selain Indonesia, EVOS memiliki tim esports di Singapura, Thailand, Malaysia, dan Vietnam. Tak hanya itu, EVOS juga masuk ke bisnis konten, merchandise, event, serta Head of Talent (KOL) di bawah naungan WHIM Management.

Sementara itu, Telkomsel Mitra Inovasi merupakan perusahaan investasi yang didirikan Telkomsel pada 2019 lalu. Perusahaan fokus pada investasi di vertikal IoT, big data, dan industri hiburan (musik, game, dan video). Tujuannya tak lain untuk meningkatkan ekosistem bisnis digital, terutama di industri telekomunikasi. Beberapa portofolio TMI antara lain PrivyID, Qlue, Roambee, Sekolahmu, dan TADA.

Komunitas jadi sasaran pengguna baru

EVOS telah beberapa kali menerima pendanaan dari venture capital, baik dalam maupun luar negeri. Berdasarkan data yang dihimpun Hybrid, perusahaan induk yang menaungi EVOS, Attention Holdings Pte. Ltd., memperoleh pendanaan seri B senilai $12 juta pada Oktober 2020.

Putaran pendanaan tersebut dipimpin oleh Korea Investment Partners dan beberapa investor lain, yaitu Mira Asset Ventures, Woowa Brothers, dan IndoGen Capital. Turut terlibat juga Insignia Ventures Partners yang sebelumnya memimpin putaran pendanaan seri A EVOS di 2019.

Menurut Managing Partner IndoGen Capital Chandra Firmanto, basis penggemar esports di Indonesia sangat besar sehingga mendorong perusahaan untuk menjajal industri ini. “Tim esports Indonesia akan sukses karena kita punya kekuatan di komunitas. Ini juga karena jumlah penduduk usia muda Indonesia banyak dan spending mereka cukup besar,” ungkapnya saat itu.

Kembali lagi dalam konteks TMI, sebetulnya Telkomsel sudah memiliki tim esports sendiri, yaitu Dunia Games (DG) Esport. Namun, mengacu tesis di atas, dan jika Telkomsel mengonfirmasi investasi ini, ada peluang penguasa pasar seluler tersebut ingin membidik segmen pasar baru yang lebih luas.

Telkomsel dapat memperluas pangsa bisnis telekomunikasi dengan menyasar basis komunitas besar yang dimiliki oleh EVOS. Mengutip Kompas.com, data Esports Charts menobatkan EVOS sebagai tim esports terpopuler di Asia Tenggara. Tingginya reputasi EVOS diperkuat dari total 6,4 juta pengikut di berbagai platform media sosial, yaitu TikTok, Instagram, YouTube, Twitter, dan Facebook.

Selain itu, EVOS juga telah memiliki program keanggotaan (membership), baik gratis dan berbayar yang dirilis sejak pertengahan 2020. Menurut Co-founder & CEO EVOS Esports Ivan Yeo, program ini menjadi strategi perusahaan untuk memenangkan pasar milenial dan gen Z. EVOS juga diketahui telah berkolaborasi dengan TikTok untuk mengembangkan bisnis influencer mereka.

Sekadar informasi, laporan Newzoo menyebutkan bahwa nilai industri esports global diperkirakan mencapai $1,1 miliar atau sebesar Rp15,4 triliun di 2020. Adapun, pasar esports terbesar masih dikuasai Tiongkok dengan nilai $385,1 juta, kemudian diikuti oleh Amerika Utara sebesar $252,8 juta.

Di Indonesia, pasar mobile esports terus berkembang pesat. Data Newzoo 2019 menyebutkan bahwa sebanyak 52 juta dari total 82 juta pengguna smartphone adalah pemain mobile game. Pemasukan dari industri mobile game di Indonesia diperkirakan menyumbang $624 juta atau setara Rp8,7 triliun.

The Infinity Juara PUBG Mobile Pro League Season 3 SEA Finals

Gelaran grand final turnamen PUBG Mobile Pro League (PMPL) SEA Season 3 Final akhirnya selesai juga dengan tim asal Thailand, The Infinity, berhasil dinobatkan menjadi juaranya. Mereka berhasil mengalahkan 15 tim terbaik lainnya dan berhak membawa hadiah sebesar $32.000 atau sekitar Rp460 juta.

4 tim asal Indonesia yang berhasil lolos, termasuk juara bertahan Bigetron RA, sayangnya tidak berhasil membawa pulang piala. Hanya Evos Reborn yang berhasil pulang sebagai juara runner-up dan berhak membawa pulang hadiah sebesar $21.000 atau sekitar Rp 300 juta.

Posisi ketiga ditempati oleh Infinity IQ yang berasal dari Vietnam, yang membawa pulang hadiah $16.500 atau sekitar Rp236 juta.

PMPL SEA 2021 (Image credit: PUBGM esport)

Turnamen PMPL SEA Season 3 ini menghadirkan pertarungan penuh aksi selama 3 hari yang sulit untuk diprediksi. Seperti pada hari pertama yang didominasi oleh tim-tim Indonesia seperti Aura, Evos Reborn, dan juga sang juara Bigetron yang berhasil menempati posisi 3 besar.

Namun di hari kedua, hal tersebut mulai berbalik karena Bigetron dan Aura menderita kekalahan yang membuat mereka harus tersingkir dari posisi 3 besar yang kemudian mulai didominasi oleh tim seperti Orange, The Infinity, dan juga Infinity IQ.

Di final hari ketiga banyak fans yang mengharapkan perlawanan balik dari tim-tim besar terutama dari Bigetron, sebagai juara bertahan yang banyak difavoritkan. Namun sayangnya performa mereka di hari terakhir juga tidak maksimal yang menyebabkan mereka harus tersingkir ke posisi ke-8.

Hasil akhir PMPL SEA 2021 dan MVP (Image credit: PUBG Mobile esport Indonesia)

Sedangkan The Infinity masuk ke mode non-stop winning yang membuat mereka memperkuat posisinya sebagai pemimpin klasemen. Tidak hanya menang sebagai tim juara, nOOzy dari tim Infinity juga dianugerahi sebagai MVP (Most Valuable Player) lewat performanya yang krusial untuk membawa timnya menjadi juara.

nOOzy sendiri berhasil mendapatkan total 56 kills dengan total damage hampir 10k atau lebih tepatnya 9997. Dengan total kill tersebut, nOOzy juga keluar sebagai Top Fragger dan berhak menerima hadiah sebagai MVP sebesar $6.000 atau Rp86 juta.

Ke depannya, The Infinity dan Evos Reborn memastikan posisinya untuk langsung masuk ke kualifikasi PMPL Season 4 tahun depan. Sedangkan Bigetron yang gagal masuk ke 5 besar serta tim-tim Indonesia lain seperti Aura dan juga Geekfam ID harus berjuang keras untuk bisa mengejar kemenangan tahun depan. Terlebih Geekfam ID sendiri tahun ini harus merelakan slotnya dikarenakan adanya 2 tim yang sama dalam turnamen tersebut.

EVOS Esports Ungkap Kolaborasi dengan PUMA

Organisasi esports besar asal Indonesia EVOS Esports baru saja mengumumkan kolaborasi terbarunya dengan brand apparel ternama asal Jerman PUMA. Kerja sama ini pertama kali diumumkan melalui kanal YouTube EVOS Esports dengan video berdurasi 50 detik bertemakan #PlayHarder.

Walaupun begitu, kolaborasi ini hanya mencakup divisi EVOS Esports MY/SG (Malaysia dan Singapura). Belum ada informasi lebih lanjut tentang mengapa kerja sama ini tidak mencakup “markas besar” EVOS Esports di Indonesia.

Koleksi merchandise kolaborasi dari kedua merek raksasa ini meliputi tracksuit, kaos, serta sejumlah pakaian lifestyle seperti jogger pants, topi, dan jaket. Penggemar yang membeli koleksi terbaru EVOS Esports dengan PUMA ini akan mendapatkan kode khusus yang dapat ditukarkan dengan item eksklusif di game Mobile Legends: Bang Bang, yaitu EVOS Emote.

“Kami sangat senang dapat berkolaborasi dengan merek global seperti PUMA, yang benar-benar memahami value bisa terhubung dengan generasi muda melalui esports.

Kami menantikan kolaborasi yang bermakna bersama dan memperdalam kecintaan merek dan menciptakan kesadaran yang lebih besar tentang PUMA dengan audiens esports yang cerdas.” Ujar Ivan Yeo, Co-Founder dan CEO EVOS Esports dalam keterangan pers.

Dengan ini, PUMA akan bergabung dengan merek-merek non-endemik esports lainnya yang telah terlebih dahulu menggandeng tim bertagar #EVOSRoar ini. Beberapa brand yang telah terlebih dahulu bekerja sama dengan EVOS meliputi produk grooming pria AXE, perusahaan keuangan global VISA, dan e-commerce asal Singapura Lazada.

Steven Tan, Country Manager PUMA Malaysia berkata, “kami sangat senang bekerja sama dengan EVOS Esports dalam kemitraan produk ini. Bekerja dengan EVOS Esports adalah cara yang bagus tentang bagaimana tim PUMA regional dapat terlibat dengan esports dan game secara bermakna di tingkat lokal. Melalui kemitraan produk dengan EVOS Esports, kami percaya bahwa PUMA akan terus memimpin dalam mempopulerkan pertumbuhan industri ini. ”

Selain EVOS Esports, PUMA juga telah malang melintang di ranah esports dengan menggandeng organisasi besar, meliputi Cloud9, Gen.G, FunPlus Phoenix, dan masih banyak lagi. Bahkan PUMA juga tidak segan-segan merilis produk edisi spesial dalam rangka gelaran Kings Pro League di China dan kolaborasi sneakers dengan Cloud9.

4 Tim Indonesia Lolos PMPL SEA Championship Season 3, Ini Daftar Lengkap Pesertanya.

Turnament PUBG Mobile Pro League (PMPL) tingkat Asia Tenggara atau SEA kini sudah masuk ke musim ketiganya. Turnamen bergengsi ini sendiri akan berlangsung pada 21 Mei hingga 23 Mei mendatang.

Setelah melalui kualifikasi per negara, kini sudah ada 16 tim dari 5 region yang siap berkompetisisi untuk mendapatkan predikat juara dan tentunya hadiah uang.

PMPL SEA musim lalu dimenangkan oleh tim asal Indonesia Bigetron RA. Bigetron berhasil membawa pulang hadiah sebesar US$150,000 atau sekitar Rp2,1 miliar sekaligus mendapatkan direct invite ke musim 3 tahun ini untuk mempertahankan gelarnya yang sudah dipegang selama 2 musim.

Tahun ini sendiri 3 tim Indonesia lainnya juga akan ikut bertanding untuk mengejar kemenangan. 3 tim tersebut adalah Geek Fam, Aura Esports, dan juga EVOS Reborn.

Geek Fam sendiri menjadi kejutan untuk tahun ini karena mereka berhasil memenangkan turnamen PMPL Indonesia Season 3. Geek Fam bahkan berhasil mengalahkan sang juara Asia Tenggara – Bigetron RA dengan selisih 7 poin.

12 tim lainnya yang juga akan berkompetisi dalam kualifikasi PMPL SEA Championship musim 3 ini datang dari Thailand, Malaysia, Singapore, dan Vietnam. 3 tim di antaranya berhasil masuk lewat Wildcard dari PUBGM Club Open (PMCO) SEA

Berikut adalah daftar ke-16 tim yang akan bertanding pada PMPL SEA Championship musim 3:

Direct Invite

  • Bigetron RA (Indonesia)

Qualifikasi

PMPL Indonesia

  • Geek Fam
  • Aura Esports
  • EVOS Reborn

PMPL Thailand

  • FaZe Clan
  • The Infinity
  • Valdus The Murder

PMPL Malaysia/Singapore

  • RSG Malaysia
  • Geek Fam (Malaysia)
  • Dingoz MPX (Malaysia)

PMCO SEA Wildcard

  • Demigod Incognito (Filipina)
  • Orange Play (Kamboja)
  • JoinMe Yellow (Kamboja)

Itulah tadi daftar lengkap para peserta untuk PMPL SEA Championship musim 3. Indonesia menjadi negara dengan tim terbanyak yang bertanding dalam turnamen ini. Semoga saja hal tersebut bisa memperbesar harapan Indonesia untuk memenangkan turnamen ini.

Tim manakah yang akan Anda dukung? Apakah Anda berharap Bigetron RA untuk mempertahankan gelarnya kembali atau Anda punya jagoan tim lain yang Anda harapkan akan mendapatkan juara perdananya?

MPL Indonesia Season 6 Akan Bergulir Bulan Agustus

Setelah gelaran MPL Invitational 20202 selesai diselenggarakan, kini jadwal kompetisi Mobile Legends: Bang-Bang siap bergulir lagi. Sore, 23 Juli 2020, Moonton mengabarkan MPL Indonesia akan kembali bergulir mulai tanggal 14 Agustus 2020 dalam sebuah rilis. Ini merupakan musim ke-6 dari gelaran MPL Indonesia, yang juga bisa dibilang sebagai kompetisi paruh kedua di tahun 2020 ini.

Sebelumnya MPL ID Season 5 sendiri pertama kali diumumkan pada akhir Januari 2020 lalu, dengan gelaran Final diselenggarakan pada April 2020, yang dimenangkan oleh RRQ Hoshi. MPL Indonesia Season 6 masih mempertandingkan 8 organisasi esports Indonesia yang memiliki hak Franchise League MPL Indonesia, yaitu Alter Ego, AURA Esports, Bigetron Esports, EVOS Esports, Geek Fam, Genflix Aerowolf, RRQ, dan ONIC Esports.

via: Instagram teamrrq
RRQ Hoshi, juara MPL ID Season 5. Sumber: Instagram teamrrq

Terkait format pertandingan, komisaris MPL Indonesia Lucas Mao mengatakan. “Pertandingan Regular Season akan diadakan secara online. Sementara itu ada kemungkinan babak Playoff akan diselenggarakan secara offline, dengan melihat situasi, kondisi, serta regulasi pemerintah terkait izin keramaian.”

MPL Indonesia sudah mulai diadakan secara online sejak pertengahan musim ke-5, ketika situasi pandemi jadi semakin mengkhawatirkan di Indonesia. Sejak saat itu, pertandingan diselenggarakan dengan beberapa perubahan dari segi peraturan serta teknis turnamen, yang sempat saya bahas bersama Reza Ramadhan Head of Marketing Activation for Esports dari Moonton Indonesia.

Memperebutkan total hadiah sebesar 300 ribu Dollar AS atau sekitar 4,5 miliar Rupiah, Moonton mengumumkan bahwa babak Regular Season akan diselenggarakan tanggal 14 Agustus hingga 4 Oktober 2020 mendatang. Sementara untuk babak Playoff akan diselenggarakan pada 16 – 18 Oktober 2020 mendatang.

Setelah pada musim ke-4, dominasi EVOS dan RRQ di MPL hampir goyah oleh Alter Ego, musim ke-5 kita melihat Bigetron Esports muncul sebagai penantang keras. Ketika itu Bigetron Esports bahkan berhasil mendapat peringkat 2 dalam gelaran Regular Season, walau akhirnya tidak mendapatkan hasil yang memuaskan ketika masuk babak Playoff. MPL ID Season 5 pada akhirnya kembali mempertemukan rivalitas EVOS vs RRQ, yang dimenangkan secara telak oleh RRQ.

Sumber: Moonton
Sumber: Moonton

Pasca MPL ID Season 5, MPL Invitational jadi kompetisi berikutnya, yang merupakan pertandingan online untuk kawasan Asia Tenggara sebagai pengganti MSC. Ketika itu peta kekuatan terbilang masih tidak jauh beda. Performa Bigetron Alpha terlihat berangsur menurun, sementara RRQ terus meroket dan hampir tidak terhentikan. RRQ kembali menjadi juara, melibas tim Resurgence dari Singapura dengan skor 3-0.

Pertanyaan besar untuk musim ke-6 mungkin adalah, siapa tim yang bisa bangkit dan mengalahkan RRQ? Dapatkah Bigetron dan Alter Ego yang bisa dibilang sebagai penantang keras terbaru, muncul lagi di musim ini? Bagaimana dengan ONIC? Akankah Genflix Aerowolf, AURA Esports, dan Geek Fam ID bangkit dan unjuk gigi di musim ini? Semuanya baru akan terjawab mulai 14 Agustus mendatang, saat MPL ID Season 6 sudah dimulai!

Will RRQ’s MPL ID S5 Championship Title Do Any Good for MLBB Ecosystem? Mongstar and KB Responded

Amidst the pandemic situation, Mobile Legends Professional League Season 5 (MPL ID S5) has to hold their Playoffs online, without any offline event whatsoever. Even though I – like the other Indonesian esports Fans- have to feel the emptiness caused by the absence of festivity usually found in offline events, especially in an event with such magnitude of MPL Indonesia Final, it seems like the hype of MPL ID is still steadily high, or even getting higher.

According to Esports Charts, the “peak viewers” number of Grand Final MPL ID even reached 1 million viewers – a new record that has never been previously achieved. This is of course also thanks to the final match between two archnemesis in Mobile Legends Bang Bang (MLBB) esports scene: RRQ vs EVOS Esports.

The interesting fact is how the result was the exact opposite from last season’s Grand Final, because in this one RRQ took the victory home as the champion of MPL ID S5. The same match happened on the final bout of MPL ID S4, but EVOS excelled over their rival, bringing home the most prestigious MLBB Championship Trophy in Indonesia.

Aside from the difference of result, avid viewers of MLBB scene must also realize the big differences in the formation of EVOS Esports between S4 and S5.

Youth vs Senior

Hadiah kemenangan EVOS esports
Credits: MPL Indonesia

In S4, EVOS was still fronted by 3 seasoned players, namely Eko “Oura” Julianto, Yurino “Donkey” Putra, and Gustian “REKT”. The three players have been very well known in MLBB scene in Indonesia since its first season. They were also joined by two new players: Muhammad “Wann” Ridwan and Ihsan “Luminaire” Besari Kusudana.

On the contrary, in MPL Indonesia Season 5, REKT was the only senior player left in EVOS’ roster. This season, EVOS even fielded a player who played their first match in MPL ID in the last match, Raihan “Bajan” Delvino Ardy and Fahmi “Rexxy” Adam Alamsyah. Wann and Luminaire can be categorized as “veterans” because their name was already in the radar since Season 3, even though they just came under the spotlight on Season 4. But of course, they were still far less experienced than Oura and Donkey, or compared to the opposing side’s Lemon and LJ.

On the other side of the match, RRQ fielded their experienced players all the way to the end of the season. This season, RRQ became the victor thanks to the star-studded roster full of senior and seasoned players.

Muhammad “Lemon” Ikhsan and Joshua “LJ” Darmansyah have been well known as great players from their first season. They also officially joined the list of players with two MPL ID championship trophies. LJ was a part of TEAMnxl, the champion of Season 1, while Lemon also succeeded in bringing the trophy for RRQ in Season 2.

If we talk about players with more than one MPL championship, technically there are two more names: Afrindo “G” Valentino and Diky “TUTURU”. Unfortunately, Afrindo -who was part of the Season 1 Champion TEAMnxl- was never fielded even once in Season 4, despite being listed in EVOS’ roster. TUTURU, who was the Season 2 Champion with RRQ also has to stay in the bench during this season’s Playoffs.

Sumber: id-mpl.com
Credits: MPL Indonesia

Aside from LJ, TUTURU, and Lemon, Calvin “VYN” from RRQ is also an experienced player, who has been around since Season 2 of MPL ID – at that time with BOOM Jr. While the other player Rivaldi “R7” Fatah, despite a relatively short resume, has also collected “war experience” since Season 4. Previously, R7 was a well known player in Dota 2 scene in Indonesia.

M Zulkarnain “Wizzking” Zulkifli, who has to be benched by RRQ at the end of the season, also racked a whole bunch of valuable experience since his participation on Season 2 – previously known as Dugong from Saints Indo. This leaves Yesaya Omega “Xin” Armando Wowiling as the most junior member, having only surfaced on Season 3 of MPL ID with Star8.

Also, kudos to Mochammad “KB” Ryan Batistuta, who called himself “emelpedia” for providing me the information of the first appearances of the aforementioned players. Many, many thanks. I pray for you, so that you find your soulmate quickly. Hahahaha.

That’s why, the final match between EVOS and RRQ this time can be seen as the battle of “the youth” vs “the seniors”.

A lot of opinions said that RRQ’s final victory is largely thanks to the draft strategy in the fifth game, but I personally think there was a more fundamental reason: the experience of the players was the deciding factor between the two competitors.

Aside from considering how the ability to hatch strategy and draft are also parallel to experience, new players are also prone to tiny mistakes that they might not even realize, such as face-checking bush, not opening the area around objectives, or enjoying roaming alone a little bit too much, as what I observed the 2 new players from EVOS, Bajan and Rexxy, often did in the final match. Also, the final of MPL ID usually takes the format of Bo5, so a drafting mistake in one game is too shallow to be seen as the main reason of a loss from 5 games, in my two cents. Do remember that in Season 4 Evos defeated RRQ in a more convincing score: 3-1.

The formation of EVOS team this time can be seen as “scary”, seen by how they glided through to the final, defeating their opponents and proving themselves to be a worthy challenger. But RRQ is not a team that can be easily defeated, especially if we see the difference in experience, as I said before.

Clara “Mongstar” also agrees with me on this. “Winning experience played an important role (about RRQ clutching the championship of MPL ID S5). Said experience was what built the mentality and the teamwork. Their experience also proved useful for RRQ players to face and adapt any situation and condition that might arise in a game.”

Mongstar also added, “aside from individual skills which are above average, RRQ also showed that they are not hesitant to use strategies outside of Mobile Legends. Especially there is R7 with a tremendous amount of experience in Dota 2. RRQ demonstrated how they are the boldest team by daring to try something new in this season, paving their way to the championship.”

What is the Impact of RRQ’s title in MPL Indonesia Season 5 to the Ecosystem?

Sumber: Dokumentasi Hybrid - Akbar Priono
MPL ID S4. Photo by: Hybrid – Akbar Priono

Will RRQ’s victory in MPL ID S5 show a more positive impact to Mobile Legends Bang Bang (MLBB) esport ecosystem? Why do I ask such question?

Because, if we see, some of the star players from previous seasons have disappeared from MLBB esports scene. Hansen “Spade” Meyerson, who was put in the same list as TUTURU and REKT as the greatest Marksman, is nowhere to be seen. Edward “Eiduart” Tjahyadikarta who was said to be one of the best team leader, is also gone from MPL – even though he made his own esports team, Siren Esports. Thong “Fabiens” Valentin Andara who was also a senior player with a great reputation in the first seasons of MPL ID has also been absent for the last seasons.

Also, we see how LJ is the only MPL ID S1 champion who is still under the shining spotlight in this season. Supriadi “Watt” Dwi Putra is still a good competitor of the season, even though he was previously demoted to MDL (which we can say as the second-tier championship) in the beginning of the season. Fadhil “Rave” Abdurrahman and Agung “Billy” Tribowo are both still in RRQ but for the second-tier team, RRQ Sena, in MDL. Afrindo Valentino who was the team leader of the Season 1 champion TEAMnxl, as I previously said, did not even play once in MPL ID Season 4, though listed in the roster of EVOS.

With the huge number of senior star players disappearing from the highest level of MLBB competition, despite only reaching their peak in the past 1-2 year, is the career journey to become MLBB Esports professional player is not suitable for a long run? If the new players can easily replace a more seasoned and experienced player, does it not indicate how a career is short-lived and not for the long run?

Mobile Legends Profesional League
Spade on MPL ID Season 1. Sumber: MLBB via Facebook

One of the easiest and most relevant examples with today’s condition is the career as a YouTuber. There is no guarantee for experienced players to not be overshadowed in terms of popularity by a player with less experience. But, Youtube is putting popularity as the heaviest component – which sometimes does not reflect the capacity and quality. A career as a pro player should not rely on popularity only, seeing how capacity and quality needs a lot experience and playing time.

That’s the reason why such argument lingered in my head. Fortunately, EVOS with their 3 senior star players emerged victorious in Season 4. The same can be seen from RRQ, who in this Season 5 also honed their players with more experience to clinch the championship. At least, we can say how experience and playing time in competitive stages are still a plus point for the players – as long as they can manage and capitalize it well, such as by keeping updated with the gameplay development or honing their skills.

“It (the argument of the impact of RRQ’s championship) makes sense,” said KB when I asked for his opinion. “Moreover, I feel the same. I’m no longer a caster, I’m an analyst now. Hahaha…” Add KB. “But I personally think that if RRQ lost, it will raise the question why were they unable to capitalize on their experiences, making them lose to newer players who are hungrier for victory.”

Mobile Legends Profesional League
Shoutcasters of MPL ID S1. Credits: RevivalTV

In one hand, even though the senior players should have more experience that they can give them the upper hand, the new players have something up their sleeves as well (aside from the individual skill, of course). Newer players might have fresher points of view and bigger ambitions. Imagine this, if Lemon and LJ didn’t win this time, they will keep their stature as a formidable opponent to their competitors and as an idol to their fans. But the new players who haven’t hold the MPL trophy even once, like Bajan, Rexxy, or the roster of Bigetron (who were great in Regular Season S5) should have a stronger drive to be the champion for the first time.

But, newer players can also be quickly satisfied. At least that’s what KB said when I asked him about the decline on Bigetron’s performance from Regular Season to Playoff.

“In the other hand, if the newer players won the championship, it can also be a good ‘push’ to the spirit of other new players to join a higher, more serious competitive stage. Right now, with this condition, it can be a mental test for the young players. They who possess good mentality, can be more driven to defeat their seniors.” KB said, concluding our Whatsapp discussion.

Then what about Mongstar? She also proposed a similar opinion to KB. She thinks that whoever won will bring a good impact to the ecosystem of MLBB esports. “Senior players winning, like RRQ did, means that experience is an important factor as long as you can capitalize on it. If newer players won, that can provide bigger motivation to other new players, because it shows how they share the same opportunity,” said Mongstar who has been around the esports ecosystem since the revival era of Dota 2 esports in Indonesia the past few years.

MPL Indonesia Season 5
Mongstar on MPL ID S4. Credits: MPL Indonesia

To close her statement, Mongstar also added that a competition that brings less than positive impact to the ecosystem is a competition that has a “ruling dynasty”. “As long as the title of the champion changes owner often like this MPL, I thnk it’s still positive.”

Closure

The ecosystem of MLBB sports is still very dynamic. Even though RRQ is the champion of this season, their roster formation is very different from the one in their first champion season in MPL ID S2.

That being said, it is going to be interesting to see the transfer market of the next MPL ID, and the battle in competitive stage. The last two seasons, the winning teams of Mobile Legends Professional League (MPL) are the teams with at least 3 formidable senior players. Is this going to be the case with the next MPL ID S6? Or will the wave of new players crash upon the championship and render them champions? Let’s wait and see.

Header Source: Doc. MPL Indonesia. Original article is in Indonesian, translated by @dwikaputra

Bagaimana Manajemen EVOS Memanfaatkan TikTok Untuk Kembangkan Bisnis Influencer

Belakangan TikTok sedang gencar melakukan ekspansi ke ranah gaming dan esports. Secara global, kita melihat bagaimana TikTok menggandeng Collegiate StarLeague untuk membuat turnamen bertajuk TikTok Cup. Mereka juga gandeng Fortnite, untuk membuat sebuah aktivitas digital bertajuk #EmoteRoyaleContest. Bahkan dikabarkan perusahaan induk TikTok mau buat divisi gaming, yang kabarnya ingin saingi Tencent di Tiongkok.

Baru-baru ini, TikTok juga menunjukkan keinginan ekspansi mereka di ranah gaming dan esports di ekosistem lokal lewat kerja sama mereka dengan WHIM Indonesia. Bagi Anda yang belum tahu, WHIM Indonesia merupakan manajemen organisasi esports yang mengelola tim EVOS Esports dan berbagai influencer game ternama di Indonesia seperti Jonathan Liandi (Emperor), Dyland Maximus Zidane (Dyland PROS), Anastasia Angelica (Angel) dan Jeanice Ang (Jeanice).

Dalam kerja sama Multi-Channel Network yang dijalin antara TikTok bersama WHIM Indonesia, Hartman Harris Chief of Business Operation EVOS Esports berbagi bagaimana manajemen EVOS memanfaatkan TikTok untuk kembangkan lini bisnis influencer WHIM Indonesia.

Sumber: Twitter @BizGuideBCA
Sumber: Twitter @BizGuideBCA

“Kita yakin bahwa TikTok akan lebih menarik untuk fans kami, termasuk EVOS Esports, terutama mereka yang berasal dari Gen Z yang suka dengan lagu hits namun dengan penyajian format konten yang berbeda.” Hartman memperjelas.

Lalu bagaimana kerja sama ini bisa mengembangkan bisnis influencer WHIM Indonesia? Hartman lalu menjelaskan bahwa lewat kerja sama ini, WHIM Indonesia ingin dapat belajar lebih banyak dari TikTok. “Bagaimana membuat video TikTok yang engaging, lebih profesional, dan mempelajari tren konten TikTok di luar negeri untuk kita terapkan di market lokal Indonesia.”

Dalam kemitraan ini dikatakan bahwa TikTok dengan WHIM Indonesia juga akan memberikan pelatihan kepada talenta dalam pembuatan konten yang berkualitas.

Terkait ini, Hartman menjelaskan lebih lanjut bahwa untuk awal mula, pelatihan ini dilakukan untuk talenta yang ada di dalam WHIM terlebih dahulu. “Tapi pastinya untuk mengembangkan ekosistem, kita berharap lewat kerja sama ini kita bisa membuat workshop, agar lebih banyak orang bisa membuat konten TikTok dengan lebih profesional.”

Lebih lanjut, Hartman menjelaskan apa yang ingin dicapai WHIM Indonesia dalam kerja sama dengan TikTok. “Kami ingin bisa lebih mengembangkan industri ini lagi. Kami ingin bisa menghubungkan lebih banyak konten kreator dengan para brand. Agar konten kreator mudah mendapat brand, dan para brand bisa mendapat kreator yang tepat.” tukas Hartman.

Sumber: TikTok
Sumber: TikTok

Chaya Kusuma selaku Business Director WHIM Indonesia juga menambahkan. “User-generated Content terbukti lebih otentik dan menarik dibandingkan dengan iklan tradisional, karena beberapa merek besar juga kini menggunakan UGC dengan memanfaatkan bakat kreativitas yang dimiliki oleh para talenta. Kini, perilaku konsumen juga telah bergeser dalam mencari informasi brand dan berbelanja ke berbagai saluran online. WHIM sangat terbuka untuk membantu para pemilik brand untuk menciptakan campaign pemasaran digital melalui bakat yang dimiliki oleh para talenta.”

Hingga saat ini, WHIM Indonesia telah memiliki lebih dari 60 talent dengan akun TikTok yang terverifikasi. Talenta WHIM telah menghasilkan 69 juta viewers setiap bulan dan memiliki lebih dari 12 juta followers dengan pertumbuhan rata-rata mencapai 30% setiap bulannya.

Apakah RRQ Juara MPL ID S5 Lebih Baik Bagi Ekosistem MLBB? Ini Jawaban Mongstar dan KB

Di tengah-tengah pandemi, Mobile Legends Professional League Season 5 (MPL ID S5) jadi harus menggelar babak Playoffs mereka tanpa tatap muka alias online. Meski saya dan para penggemar esports Indonesia harus merasakan kehampaan dengan absennya gempita langsung di venue yang biasanya ditawarkan oleh Grand Final MPL Indonesia, nampaknya hype MPL ID masih terus terjaga dan bahkan meningkat.

Menurut Esports Chartspeak viewers Grand Final MPL ID bahkan mencapai angka 1 juta penonton– rekor baru yang belum pernah dicapai sebelumnya. Hal ini juga terjadi berkat partai pamungkas antara rival abadi di skena esports Mobile Legends Bang Bang (MLBB), RRQ melawan EVOS Esports.

Menariknya, hasil pertandingan tersebut berbanding terbalik dari Grand Final musim sebelumnya karena RRQ yang berhasil jadi juara MPL ID S5. Di MPL ID S4, partai final juga menyajikan pertarungan antara RRQ dan EVOS. Namun kala itu, EVOS yang berhasil membawa pulang piala MLBB paling bergengsi di tingkat nasional

Selain hasil pertandingan yang berbeda tadi, buat yang mengikuti skena MLBB juga pasti menyadari ada perbedaan besar di formasi EVOS Esports antara S4 dan S5.

Antara Pemain Muda Melawan Pemain Senior

Hadiah kemenangan EVOS esports - MPL Indonesia Season 5
Formasi EVOS di MPL ID S4. Sumber: MPL Indonesia

Di S4, EVOS masih digawangi oleh 3 pemain senior jagoan yaitu Eko “Oura” Julianto, Yurino “Donkey” Putra, dan Gustian “REKT”. Ketiga pemain tersebut sudah malang melintang di dunia persilatan MLBB sejak MPL Indonesia Season 1. Ketiganya juga mengawal dua pemain baru Muhammad “Wann” Ridwan dan Ihsan “Luminaire” Besari Kusudana

Sebaliknya, di MPL Indonesia Season 5, hanya REKT pemain senior yang tersisa di roster EVOS. Di musim ini, EVOS bahkan menggunakan pemain yang benar-benar baru mencicipi MPL ID di partai terakhir mereka yaitu Raihan “Bajan” Delvino Ardy dan Fahmi “Rexxy” Adam Alamsyah.  Wann dan Luminaire mungkin bisa dibilang cukup senior karena sudah terdeteksi namanya di Season 3 meski memang baru bersinar di Season 4. Namun tentu pengalamannya masih kalah jauh dibanding Oura dan Donkey tadi ataupun dibanding Lemon dan LJ di kubu sebelah.

Di seberangnya, RRQ justru menggunakan pemain-pemain kawakan sampai akhir musim. Di musim ini, RRQ jadi juara bersama dengan banyak pemain senior di dalamnya. 

Muhammad “Lemon” Ikhsan dan Joshua “LJ” Darmansyah adalah pemain tangguh sejak Season 1. Keduanya juga resmi menjadi 2 pemain yang berhasil memboyong piala MPL ID 2x sepanjang sejarah. LJ sebelumnya jadi juara bersama TEAMnxl di Season 1 sedangkan Lemon juga berhasil menghantarkan timnya (RRQ) juara di Season 2.

Jika berbicara soal rekor pemain yang timnya berhasil jadi juara MPL lebih dari 1x, secara teknis, memang masih ada 2 nama lagi yaitu Afrindo “G” Valentino dan Diky “TUTURU”Sayangnya, Afrindo yang jadi juara di Season 1, tak pernah diturunkan bermain sekalipun di Season 4 meski terdaftar di roster EVOS. TUTURU yang jadi juara Season 2 bersama RRQ juga harus duduk di bangku cadangan selama babak Playoffs musim ini.

Mobile Legends Profesional League - Sumber: id-mpl.com
Sumber: MPL Indonesia

Selain LJ, TUTURU, dan Lemon tadi, pemain RRQ lainnya juga tidak kalah pengalamannya. Calvin “VYN” sudah masuk ke MPL ID sejak Season 2 — kala itu bersama BOOM Jr. Sedangkan Rivaldi “R7” Fatah juga punya pengalaman di esports yang tinggi meski baru masuk MPL di Season 4, mengingat dia sebelumnya telah malang melintang di kancah Dota 2 Indonesia. 

M Zulkarnain “Wizzking” Zulkifli yang di akhir musim duduk di bangku cadangan RRQ juga punya segudang pengalaman sejak Season 2 — sebelumnya ia menggunakan nama Dugong bersama Saints Indo. Hanya Yesaya Omega “Xin” Armando Wowiling yang paling junior karena namanya baru muncul di Season 3 MPL ID — bersama Star8.

Oh iya, kudos buat Mochammad “KB” Ryan Batistuta yang menyebut dirinya ’emelpedia’ yang telah menyuguhkan informasi tentang waktu kemunculan beberapa pemain yang saya sebutkan di atas tadi. Semoga jangan jomlo lama-lama ya Be… Wkwawkakwa…

Maka dari itu, pertandingan final antara EVOS melawan RRQ kali ini bisa dibilang pertempuran antara ‘darah muda’ dan pemain kawakan. 

Banyak yang mengatakan bahwa kemenangan RRQ di babak final adalah soal drafting alias strategi di game kelima namun, bagi saya pribadi, ada alasan yang lebih mendasar di balik itu. Pengalaman dan jam terbang pertandingan yang jadi faktor penentu antara para pemain RRQ dan EVOS di musim ini.

Selain mengingat kemampuan membaca strategi dan drafting juga berbanding lurus dengan pengalaman dan jam terbang, pemain baru juga cenderung melakukan kesalahan-kesalahan kecil yang mungkin tidak disadari. Misalnya saja seperti face-checking bush, tidak membuka area di sekitar objective, ataupun terlalu asik berkeliaran sendirian masih beberapa kali saya lihat dari 2 pemain baru EVOS, Bajan dan Rexxy. Ditambah lagi, final MPL ID itu biasanya Bo5. Jadi kesalahan drafting di satu game saya rasa terlalu dangkal buat jadi penyebab kekalahan dari 5 game — toh formasi EVOS di Season 4 bisa mengalahkan RRQ dengan skor yang lebih telak, 3-1

Formasi tim EVOS kali ini sebenarnya memang bisa dibilang sangar karena terbukti bisa sampai ke babak final dan menyulitkan lawan-lawannya. Namun tetap saja RRQ bukan tim yang bisa dikalahkan dengan mudah dan faktor pengalaman tadi yang jadi pembeda terbesar dengan EVOS.

Clara “Mongstar” juga setuju dengan saya soal ini. “Pengalaman memang yang paling berpengaruh (soal RRQ yang jadi juara MPL ID S5). Karena pengalaman itulah yang membangun mental dan kekompakan. Pengalaman mereka juga yang membuat para pemain RRQ sudah terbiasa menghadapi berbagai situasi dan kondisi pertandingan.”

Mongstar juga menambahkan, “selain memang punya kemampuan pemain yang di atas rata-rata, RRQ juga berani menggunakan strategi-strategi dari luar Mobile Legends. Apalagi ada R7 yang punya pengalaman yang luar biasa banyak di Dota 2. RRQ adalah tim yang paling berani mencoba sesuatu yang baru di musim ini dan itulah yang membuat mereka juara.”

Apa Dampaknya dengan Juaranya RRQ di MPL Indonesia Season 5 ke Ekosistem?

Mobile Legends Profesional League Season 5
MPL ID S4. Sumber: Dokumentasi Hybrid – Akbar Priono

Apakah kemenangan RRQ di MPL ID S5 kali ini memang lebih positif dampaknya bagi ekosistem esports Mobile Legends Bang Bang (MLBB)? Kenapa saya bisa bertanya demikian?

Pasalnya, jika kita lihat, ada sejumlah pemain-pemain bintang di musim-musim sebelumnya yang sudah menghilang di skena esports MLBB. Hansen “Spade” Meyerson yang dulu bahkan pernah disejajarkan dengan TUTURU dan REKT sebagai Marksman paling gemilang sudah tidak kelihatan lagi. Edward “Eiduart” Tjahyadikarta yang bisa dibilang sebagai salah satu team leader yang paling disegani juga sudah tidak ada di MPL — meski ia membuat tim esports-nya sendiri, Siren Esports. Thong “Fabiens” Valentin Andara yang tak kalah senior dan mengerikan di musim-musim awal MPL ID juga sudah absen beberapa musim terakhir.

Belum lagi, jika kita melihat juara MPL ID S1, hanya LJ yang masih bersinar terang di musim ini. Supriadi “Watt” Dwi Putra memang masih diperhitungkan namanya di musim ini meski ia sempat diturunkan ke MDL (yang bisa dibilang kasta kedua) di awal musim. Fadhil “Rave” Abdurrahman dan Agung “Billy” Tribowo memang masih di RRQ namun mereka bermain untuk tim kasta keduanya, RRQ Sena, di MDL. Afrindo Valentino yang dulu jadi team leader NXL saat juara Season 1, seperti yang saya sebutkan tadi, bahkan tidak diturunkan bermain sekalipun saat masih terdaftar di roster EVOS MPL ID Season 4.

Spade saat jadi MVP di MPL ID Season 1. Sumber: MLBB via Facebook
Spade saat jadi MVP di MPL ID Season 1. Sumber: MLBB via Facebook

Dengan banyaknya para pemain bintang senior yang menghilang di tingkat kompetitif tertinggi MLBB meski baru berada di puncak kejayaannya sekitar 1-2 tahun yang lalu, apakah perjalanan karier menjadi pemain profesional esports MLBB memang tidak cocok untuk jangka panjang? Jika para pemain baru bisa dengan mudah menggantikan pemain lama yang sudah punya lebih banyak pengalaman, bukankah berarti karier tersebut tidak cocok untuk ditekuni dalam waktu lama?

Salah satu contoh yang paling mudah dan relevan dengan kondisi saat ini adalah karier sebagai YouTuber. Tidak ada jaminan bagi mereka-mereka yang punya pengalaman segudang agar tidak bisa dikalahkan popularitasnya dengan yang masih seumur jagung. Namun demikian, itu YouTube yang memang menitikberatkan pada popularitas semata — yang nyatanya tak selalu berbanding lurus dengan kapasitas dan kualitas. Harusnya, karier sebagai pro player tak sedangkal pada penilaian popularitas semata. Sedangkan kapasitas dan kualitas itu memang butuh pengalaman dan jam terbang yang tidak sebentar.

Maka dari itu, argumen tadi pun muncul di kepala saya. Untungnya, EVOS yang mengandalkan 3 pemain senior jagoan di Season kemarin jadi juara. Demikian juga RRQ, yang di Season 5 ini, pemainnya punya lebih banyak pengalaman bisa jadi juara. Setidaknya, pengalaman dan jam terbang di tingkat kompetitif masih punya nilai lebih buat para pemainnya — selama mereka bisa mengolahnya dengan baik (mengikuti perkembangan gameplay ataupun terus mengasah kemampuan misalnya).

Para shoutcaster MPL ID S1. Sumber: RevivalTV
Para shoutcaster MPL ID S1 — ketika KB belum jomlo. Sumber: RevivalTV

“Masuk akal sih (argumen saya tentang dampak RRQ juara tadi),” ujar KB saat saya tanyai pendapatnya. “Apalagi gua juga ngerasain. Udah bukan caster lagi, kan saya analyst sekarang. Wkwkwk…” Tambah KB seraya berseloroh. “Tapi, menurut saya pribadi, kalau sampai RRQ kalah justru jadi dipertanyakan kenapa mereka tidak bisa mengolah pengalaman tadi. Karena jadi kalah dengan pemain baru yang lebih siap menang.”

Di satu sisi, meski pemain senior memang harusnya punya pengalaman yang bisa dimanfaatkan dengan baik, pemain baru juga sebenarnya punya nilai lebih (selain tuntutan kemampuan bermain tentunya). Pemain yang lebih baru mungkin punya cara pandang yang lebih segar dan ambisi yang lebih besar. Bayangkan saja seperti ini, andaikan Lemon dan LJ tidak juara lagi kali ini, mereka tetap akan diperhitungkan oleh lawan-lawannya dan dikagumi oleh para penggemarnya. Namun para pemain baru yang belum pernah memegang piala MPL sekalipun, seperti Bajan, Rexxy, ataupun para pemain Bigetron (yang sempat begitu gemilang di Regular Season S5) harusnya punya keinginan yang lebih kuat buat jadi juara untuk pertama kalinya.

Namun demikian, pemain baru juga bisa jadi terlalu cepat puas. Setidaknya itulah jawaban KB saat saya tanyakan perihal merosotnya performa Bigetron dari Regular Season ke Playoffs.

“Di sisi lain, andaikan yang juara kali ini adalah para pemain baru, mungkin akan bagus juga buat menyemangati para pemain baru lainnya untuk terjun ke tingkat kompetitif yang lebih serius. Kalau sekarang, kondisinya seperti ini, bisa jadi ujian mental sih bagi para pemain muda. Mereka yang punya mental bagus, justru bisa merasa lebih semangat untuk mengalahkan para pemain senior.” Tutup KB mengakhiri perbincangan kami lewat pesan Whatsapp.

Mongstar saat MPL ID S4. Dokumentasi: MPL Indonesia
Mongstar saat MPL ID S4. Dokumentasi: MPL Indonesia

Lalu bagaimana dengan pendapat Mongstar? Ia juga menuturkan pendapat yang tidak jauh berbeda dengan KB tadi. Menurutnya, siapapun yang menang kali ini tetap positif bagi ekosistem esports MLBB. “Jika pemain lama yang juara seperti RRQ kali ini, berarti memang pengalaman menjadi nilai lebih selama bisa diolah. Jika pemain baru yang juara, mungkin akan memacu semangat para pemain baru lainnya bahwa mereka punya kesempatan yang sama.” Ujar Mongstar yang telah malang melintang di ekosistem esports sejak era kebangkitan esports Dota 2 di Indonesia beberapa tahun silam.

Sebagai penutup, Mongstar juga menambahkan bahwa ajang kompetitif yang kurang positif untuk ekosistem adalah yang pemenang kompetisinya itu-itu saja. “Selama pemenangnya masih silih berganti seperti MPL ini, menurut saya sih masih positif kok.”

Penutup

Ekosistem esports MLBB memang masih sangat dinamis. Meski RRQ yang jadi juara kali ini, formasi pemainnya berbeda jauh dengan saat mereka memenangkan piala MPL ID S2.

Meski demikian, tentu menarik mengikuti pasar bursa transfer MPL ID berikutnya dan pertempurannya di panggung kompetitif. 2 musim terakhir, tim-tim yang berhasil juara Mobile Legends Professional League (MPL) adalah mereka yang punya setidaknya 3 pemain senior yang bisa diandalkan. Apakah hal ini akan terlihat kembali di MPL ID S6? Apakah justru para pemain baru yang akan mengangkat piala berikutnya? Kita tunggu saja…

Sumber Header: Dokumentasi MPL Indonesia

[Guest Post] Monetisasi Esports | Evolving EVOS #4

Editorial: Artikel ini adalah artikel kedua, tentang perjalanan EVOS Esports. Anda bisa membaca artikel ketiga di tautan ini

Saya tidak rugi apapun dan tidak punya waktu banyak untuk kalah, saya berusaha semaksimal mungkin.

Sejak EVOS di negera lain mulai menunjukkan kestabilan, saya ingin terus melanjutkan ekspansi dari organisasi EVOS, dan Thailand sepertinya akan menjadi lokasi yang tepat untuk langkah selanjutnya.

Mencari talenta dan mengakuisisi

Langkah pertama adalah mencari pintu masuk, dan itu tidak mudah. Kami tidak memiliki pengetahuan mendalam atas pasar yang ada dan tidak seperti di Vietnam, kami tidak memiliki pengetahuan tentang skena esports di Thailand. Yang kami miliki hanyalah strategi yang solid. Stretegi tersebut bekerja dengan baik di Indonesia, dan jika strategi tersebut memang benar, kami tidak akan mengubahnya. Strategi sederhana tersebut terdiri dari 4.

Evos Esports

Acquire Fame > Build & Market the Brand > Monetize > Focus on Winning.

Langkah pertama adalah untuk mencari tim paling populer di Thailand, karena kami harus mencuri perhatian fans lokal. Sementara brand EVOS Esports telah memiliki kredibilitas di Indonesia dan Vietnam, tetapi EVOS bukan siapa-siapa di Thailand.

Salah satu hal penting saat akan memasuki negara baru sebagai target pasar adalah untuk mengukur mental dari perusahaan. Wilayah baru berarti pasar yang baru dan tentunya orang baru juga. Langkap pertama adalah membangun infrastruktur, sebuah pondasi kuat untuk membangun merek serta untuk mengerti pasar esports. Rekrutan pertama kami di Thailand adalah Jarupong, dia adalah orang yang bertanggungjawab untuk game League of Legends di Thailand ketika bekerja untuk Garena. Esports sudah lekat dengan dirinya dan dia kenal sebagian besar komunitas esports di negara ini. Karena kita memiliki figur yang bisa diandalkan untuk masuk ke pasar Thailand, maka kami mengejarnya.

Banyak yang bilang Jarupong adalah Caster paling legendaris di skena esports Thailand. 😀

Originalitas adalah kunci

Salah satu prinsip yang saya percayai sampai dengan hari ini adalah kita harus menjadi orang yang tulus dan orisinil ketika menjalani bisnis. Ketika Anda menjalani apa yang Anda suka, Anda akan bisa mencari jalan agar menjadi sukses, bahkan ketika Anda harus mengambil jalan memutar. Well, prinsip inilah yang membantuk EVOS untuk bisa membentuk tim pertamanya di Thailand. Untuk mengerti secara penuh apa yang saya maksud, mari saya ceritakan sebuah kisah.

authentycity

Kami mencari talenta di Thailand dan memutuskan bahwa tim Debut.ROV adalah tim terbaik yang bisa kami pilih sebagai jalan EVOS untuk masuk ke Thailand. Tim tersebut cukup populer dari sisi kepribadian dengan roster yang antara lain Guy dan Krit yang memiliki 200 ribu serta 1 juta subscribers di Youtube. Mereka adalah kandidat yang tepat serta sesuai dengan langkah pertama dari strategi EVOS, memilih pemain populer.

Permasalahannya adalah karena mereka sangat populer maka brand lain juga mendekati mereka. Khususnya sebuah brand terkenal yang sedang menjalin komunikasi dengan tim tersebut dan sedang dalam tahap akhir untuk mengikat perjanjian. Kami sadar akan kehilangan kesempatan besar untuk tumbuh di Thailand jika tidak berhasil mengontrak mereka. Jadi gagal bukanlah sebuah pilihan.

Pada akhirnya, kami berhasil karena ketulusan kami.

Yang terjadi adalah, kami mengajak meeting dengan tim Debut.ROV dan mengatakan pada mereka bahwa kami tidak akan pulang sebelum mereka mau menandatangani kontrak dengan EVOS. Wesley dan saya duduk dan tidak bergeming. Kami ingin memperlihatkan bahwa kami secara tulus ingin berkembang dengan para pemain, kami memiliki rencana untuk mengembangkan personal branding masing-masing anggota tim, menjadikan mereka superstars. Kami tidak menjadikan mereka hanya sebagai alat untuk mengeruk keuntungan, kami dan mereka adalah sebuah tim. Debut.ROV memiliki pandangan yang sama dengan kami dan mengerti bahwa bergabung dengan EVOS adalah jalan untuk berkembang lebih maju lagi, dan kesepakatan pun terjadilah.

EVOS.Debut lahir.

Evos Esports

Bumpy Road, Take Me Home

Karena kami telah bisa mendapatkan tim, maka perlahan kami bisa mereplikasi strategi yang kami lakukan di Indonesia dan mengimplementasikannya di Thailand. Terlebih kami juga telah bisa merekrut Country Manager yang memiliki kapabilitas baik untuk Thailand sehingga operasional bisa dibilang berjalan secara ‘otomatis’. Karena itu saya bisa memfokuskan diri ke aspek lain yaitu fundraising.

Dalam waktu yang hampir bersamaan, kami mulai mendapatkan perhatian dari publik, terutama brand kami mulai dirilis oleh para investor. Saya dan para partner di EVOS berpikir bahwa ini adalah waktu yang tepat untuk menggalang dana bagi organisasi untuk mempersiapkan ekspansi yang akan kami jalankan.

Kami sedang dalam tahap negosiasi mendalam dengan sebuah grup investor dan semua nampak berjalan positif namun pada akhirnya kesepakatan tidak bisa dilakukan karena terasa berat sebelah dan akan mengubah strategi bisnis kami secara menyeluruh. Investor tersebut ingin memiliki lebih banyak kontrol dari arah perusahaan, jadi penggalangan dana yang satu ini gagal.

EVOS Esports

Tentu saja secara umum hal ini mengakibatkan banyak friksi antara para partner di EVOS dan saya sendiri, pendapat kami tentang arah perusahaan menjadi cukup berbeda. Syukurlah, pada akhirnya kami dapat kembali kompak dan memfokuskan kembali diri kami untuk mengembangkan bisnis EVOS. Kami sepakat bahwa kami harus melebarkan saya ke lini vertikal lain untuk memaksimalkan aspek monetisasi di esports. Dan hal besar selanjutnya di esports adalah Talent Management. Namun kami membuthkan dana untuk mengembangkan lini vertikal tersebut.

Isu modal ini kembali muncul dan sepertinya tidak ada solusi.

Saya memutuskan untuk kembali ke Singapura untuk berinstirahat dan ternyata hal itu membuahkan hasil.

Bertumbuh secara vertikal

Karena saya sudah kembali di Singapura, pikir saya tidak ada salahnya untuk mencoba melakukan beberapa kontak dan melihat apakah ada perkembangan dari situ. Saya memutuskan untuk bertemu dengan Insignia Ventures untuk melihat apakah mereka tertarik untuk berinbvestasi di EVOS, tidak ada salahnya untuk bertanya. Dan ternyata mereka tertarik.

Saya kemudian menelepon partner saya di EVOS untuk meminta pendapat mereka tentang hal ini. Meski mereka memiliki kekhawatiran dengan kesepakatan ini, namun pada akhirnya semuanya setuju bahwa hal ini adalah hal terbaik yang harus dijalankan. Karena kami membutuhkan dana untuk berkembang secara vertikal.

Lagi pula, kesepatakan ditandatangi pada kondisi kami hanya punya waktu 1 bulan untuk menjalankan strategi vertikal dan membangun Talent Manegement. Selanjutnya adalah sejarah. Kini setelah kesepakatan berhasil dilakukan, EVOS memasuki tahap dua, membangun pengaruh. Kami harus menyusun ulang rencana dalam mengembangkan EVOS dan memastikan bahwa investasi yang kami dapat efektif.

Bergerak Maju

Dana yang kami dapatkan memberikan kepercayaan diri bagi saya dan para partner di EVOS Esports, dan semua yang terlibat memutuskan untuk bekerja secara penuh waktu untuk melihat, bisa berkembang sebesar apa EVOS. Dalam beberapa bulan selanjutnya, kami bisa mengikat kesepakatan dengan beberapa sponsor di Indonesia seperti Popmie, KripKrip, AXE & SingaCoffee, menguatkan pengaruh kami di esports, mendorong lebih jauh ide bahwa EVOS Esports punya peluang untuk berkembang lebih besar lagi. Kami hanya butuh lebih banyak cara inovatif memanfaatkan pengaruh yang kami miliki. Satu hal, esports adalah industri yang masih relatif baru dan orang belum memiliki pengetahuan yang mendalam tentang hal itu. Jujur saja, ketika saya dan partner memulai EVOS, kami tidak pernah membayangkan EVOS akan bisa berkembang sejauh ini. Kami memulainya hanya sebagai hobi yang akhirnya berubah menjadi kair. Jika saya melihat perjalanan ke belakang perjalanan, sebagian besar diisi oleh perkembangan yang positif , meski ada pula keputusan yang terburu-buru dan kesalahan langkah.

EVOS Esports

Tidak ada pelajaran baku tentang bagaimana secara sukses membangun merek esports, belum ada yang tahu. Semuanya masih mencoba-coba, dan bahkan sampai sekarang, kami masih mencoba hal-hal baru, berharap hal tersebut membuahkan hasil. Namun, itulah keseruan di esports, Anda tidak pernah tahu apa yang berhasil, semua adalah tentang berinovasi, dan untuk itulah saya sangat mencintai industri ini.

Dengan cerita di atas, akhirnya ini adalah akhir dari 4 tulisan serial saya untuk mendokumentasikan tentang perjalanan saya di EVOS Esports. Saya berharap tulisan saya ini bisa dibaca, setidaknya satu orang dan memberikan inspirasi agar mereka mengejar passion mereka sendiri. Berpetualang menuju tempat antah berantah mungkin terdengar menakutkan tetapi jika Anda tidak pernah mencoba, maka semua hanya akan jadi impian.

Untuk EVOS Esports, perjalanan ini masih jauh dari kata akhir. Masih banyak rencana untuk tumbuh, dan percayalah ketika saya bilang, bahwa ini hanyalah permulaan.

EVOS Esports

#EVOSROAR

Tulisan berseri ini adalah tulisan tamu dan ditulis oleh Ivan Yeo – Chief Executive Officer dan co-founder EVOS Esports. Tulisan asli dalam bahasa Inggris pertama kali dimuat di laman LinkedIn Ivan Yeo. Publikasi dan terjemahan dilakukan tim Hybrid dan telah mendapatkan izin penulis.