Empat Keterampilan yang Bakal Dikuasai Saat Menjadi Founder Startup

Tidak semua keterampilan seorang founder itu bersifat intuitif. Meski pada awal terjun ke dunia entrepreneur, founder tidak tahu sama sekali keahlian apa yang harus mereka kuasai. Namun setelah melalui proses panjang dengan banyak makan asam garam, founder jadi lebih paham dan mawas dengan kondisi yang sedang terjadi dan tindakan apa yang harus dilakukan.

Artikel ini akan membahas lebih jauh empat contoh keterampilan seperti apa yang bakal Anda kuasai seiring waktu ketika terjun menjadi pemimpin dalam startup. Berikut rangkumannya:

Manajerial waktu

Ketika Anda menjadi seorang pemimpin di sebuah perusahaan, keterampilan yang paling terasa Anda rasakan adalah lebih mampu dalam hal manajerial waktu. Pada tahap awal Anda merasa hidup terasa berantakan karena mengerjakan berbagai hal. Tidak adanya jam masuk kantor, membuat tubuh mulai terasa rentan penyakit.

Anda pun mulai sadar dengan hal tersebut dan mulai tahu waktu senggang yang bisa digunakan untuk berolahraga dan menjalankan hidup sehat. Begitu pula saat bekerja, Anda bisa membagi waktu kapan untuk membalas email dan mengangkat telepon. Pekerjaan “kecil-kecil” seperti itu memang terlihat remeh, namun sebenarnya sangat menyita fokus.

Manajerial waktu akan terasa akan bermanfaat dalam menunjang waktu kerja Anda jadi lebih produktif dan fokus pada siang harinya.

Berbagi tugas dan tanggung jawab

Sebelumnya, Anda merasa diri sendiri lah yang harus bertanggung jawab menyelesaikan semua pekerjaan. Cara kerja seperti itu tidak berlaku ketika Anda menjadi seorang pengusaha. Anda harus mampu mendelegasikan tanggung jawab kepada rekan kerja sebagai tambahan tangan. Oleh karena itu rekrutlah orang yang Anda rasa benar-benar mampu untuk mengerjakan suatu pekerjaan tertentu.

Tidak takut gagal

Perusahaan startup mem\ang sangat rentan dengan risiko bangkrut. Namun, risiko terbesar tersebut tidak hanya menghantui startup saja, tapi juga korporasi besar. Founder startup sejati itu meski sudah makan banyak mengalami kegagalan, tapi tidak akan pernah mundur.

Kegagalan tersebut menjadi bahan pelajaran yang tidak perlu diulangi dan dapat menjadi bahan loncatan untuk ke depannya. Untuk itu, Anda perlu melakukan banyak penelitian dan tetap mengedepankan asas kehati-hatian karena teori dan praktiknya tidak selalu sinkron.

Meski penuh risiko, bila dilakukan dengan penuh landasan data yang kuat akan menjadi titik dimulainya kesuksesan Anda.

Berani ambil tindakan

Salah satu keterampilan yang bakal Anda kuasai adalah berani mengambil tindakan secara spesifik. Ide yang baik itu tidak akan berguna bila hanya sekadar dicatat di buku. Sebaiknya pertanyakan apakah ide itu bisa membantu Anda memperbaiki bisnis?

Bila jawabannya ya, maka Anda perlu segera mewujudkannya. Anda perlu pahami bahwa semua kesuksesan itu dimulai dari dimulainya suatu tindakan dengan momen yang tepat.

Empat Kenyataan Di Balik Peluncuran Startup

Meluncurkan perusahaan startup itu meski terlihat glamour, tapi kenyataannya tidak berkata demikian. Pada ujungnya, startup harus berorientasi pada bisnis yang perlu menghasilkan uang agar dapat terus bertahan dan menghidupi karyawannya.

Artikel ini bisa jadi diperuntukkan untuk Anda atau tidak, sebab kami akan memperkenalkan bagaimana realita di dunia startup. Sebelum berhenti dari pekerjaan dan menyelam ke dunia yang penuh gejolak, perlu Anda ketahui ada empat aspek penting yang harus dipertimbangkan. Berikut rangkumannya:

1. Memperoleh laba itu butuh waktu

Satu kebenaran yang pasti Anda alami ketika baru meluncurkan startup adalah, Anda tidak bisa mengetahui secara pasti kapan akan memperoleh laba.

Ketika pendiri Fed.Ex Frederick W Smith mendirikan perusahaannya tersebut di 1962, dia tidak langsung memperoleh laba dalam satu malam. Hal ini baru terjadi terjadi pada 1976 setelah dia harus berhutang besar sebanyak US$5 ribu untuk menyelamatkan Fed.Ex dari kebangkrutan. Saat ini perusahaan tersebut telah menghasilkan keuntungan sebesar US$13 miliar, namun jalan menuju sana tidaklah mudah.

Bagaimana dengan startup Anda? Bisa jadi dengan proyeksi perusahaan sudah mencetak laba pada tahun ke lima berdiri, prediksi bisa bergeser dari rencana.

2. Membuat rencana jangka panjang

Meluncurkan startup bukanlah cara cepat jadi kaya. Faktanya meluncurkan startup itu jauh dari kata glamor. Jadi sebelum Anda mengatur rencana bagaimana startup bergerak, Anda perlu tahu berapa besar gaji yang Anda terima hari ini? Seberapa berhasilkah meniti karier di startup? Berapa besar peluangnya?

Intinya, Anda harus memiliki pola pikir jangka panjang dengan tujuan apa saja keuntungan yang bisa didapat setelah “melompat” ke karier baru. Apakah mendirikan startup hanya sebatas batu loncatan karier atau karena Anda tidak memiliki pekerjaan lain di luar bidang lainnya.

Lalu dari sisi gaji dan tunjangan, berapa biaya konservatif yang bisa Anda dapat dalam lima tahun mendatang, apakah startup Anda bisa membayar dengan nilai lebih?

Mendirikan startup itu tidak selalu membicarakan uang. Ada kegembiraan dan kepuasan besar menjadi bos untuk diri sendiri, jika Anda tidak bahagia di lingkungan kerja saat ini.

3. Selalu ada masa surut hubungan dengan rekan kerja

Orang yang menyelamatkan perusahaan yang Anda rintis adalah co-founder Anda sendiri. Dia lah yang bekerja dengan baik bersama Anda, melengkapi kemampuan Anda dan memungkinkan perusahaan untuk sukses di bidang yang bukan keahlian Anda.

Meski begitu, banyak tantangan muncul di antara Anda berdua. Ini bukan berbicara mengenai keahlian saja, tapi chemistry yang terjalin karena Anda harus berbagi tugas dan tanggung jawab. Bagaimana membangun kepercayaan kepada orang lain untuk menangani berbagai urusan yang tidak dapat Anda lakukan sendiri

Perjalanan Anda dengan co-founder juga tidak selalu berjalan mulus, pasti ada rintangannya. Anda bakal bersitegang yang menguji mental. Ada kabar buruk, kemuduran, penundaan janji, dan lainnya. Banyak pasangan yang sudah menikah, namun berujung pada perceraian karena penyebab utamanya adalah pasangan memulai suatu hubungan yang tidak saling mempercayai.

Pada intinya, Anda dan co-founder, baik itu hubungan bisnis maupun pribadi, harus bersedia memberi banyak perhatian untuk seluruh pekerjaan Anda. Ada konsekuensi yang harus Anda ditanggung ketika menerima co-founder sebagai rekan kerja.

4. Penjualan bukan tujuan akhir

Jika Anda memiliki tujuan akhir perusahaan hanya akan bisa berkembang dan sukses bila dijual ke perusahaan lain, artinya Anda sedang berada dalam masalah.

Strategi akhir Anda mendirikan startup bukanlah agar dibeli oleh perusahaan lain. Ekspektasi Anda harus lebih tinggi dari itu. Jika Anda membangun perusahaan yang bagu hanya untuk diserap oleh entitas yang lebih besar dari Anda, lalu bagaimana dengan nasib rencana jangka panjang Anda?

Satu-satunya cara untuk mencapai kemandirian ekonomi sejati adalah membuat perusahaan Anda secara berkelanjutan dan menguntungkan. Tentu saja, untuk mencapainya tidak pernah mudah. Jika Anda melakukannya dengan benar, paling tidak Anda memiliki pilihan untuk menjualnya atau tidak.

Meskipun seseorang akan selalu berada di tingkat stres yang tinggi saat meluncurkan startup, perlu diyakini bahwa kesuksesan itu bisa dicapai. Anda hanya perlu tahu berapa biayanya, dan yang terpenting adalah biaya tersebut layak untuk Anda lakukan.

Beberapa Hal yang Harus Diperhatikan saat Mengembangkan Produk Baru

Dalam menjalankan sebuah bisnis saat-saat paling sibuk adalah saat sedang mempersiapkan sebuah produk baru.  Biasanya banyak energi tercurah di sana, mulai dari riset hingga proses pengembangan sebuah produk. Untuk memudahkan dalam proses persiapan produk baru, berikut beberapa hal yang bisa disiapkan pada fase persiapan produk baru.

Persiapan mulai dari ide hingga riset

Untuk bisa mendapatkan ide mengenai produk baru bisnis bisa memanfaatkan banyak sumber, mulai dari umpan balik dari pengguna, masukan dari tim, atau inspirasi-inspirasi yang didapat dari pengembangan teknik. Dari sana biasanya muncul ilham untuk dicoba diterapkan menjadi sebuah produk baru.

Langkah selanjutnya adalah menyesuaikan dengan sumber daya dan strategi yang ada. Dua hal pertama adalah melihat sejauh mana potensi pasar dan potensi basis pengguna yang ada. Di titik ini bisnis juga harus bisa memetakan seberapa banyak kompetitor dengan keunggulan dan kelemahan masing-masing. Informasi tersebut akan membantu bisnis menentukan akan jadi seperti apa produk baru. Belajar dari keunggulan-keunggulan kompetitor dan hindari kesalahan-kesalahan yang mereka buat. Jika produk Anda menyasar segmen baru dan belum terdapat saingan, artinya tes pasar dan pengguna perlu dilakukan lebih intensif.

Tentukan seperti apa spesifikasi produk yang akan dibangun, alangkah lebih baik jika lengkap dengan seperti apa produk dalam dua hingga sampai tiga tahun ke depan. Tentukan seperti apa versi paling final atau gambaran sempurna produk yang ingin dibangun. Menentukan spesifikasi produk ini bisa membantu bisnis menentukan selling point.

Mempersiapkan tim

Setelah selesai dengan ide dan strategi produk yang akan dibangun selanjutnya adalah fokus pada pembangunan tim dan alokasi anggaran. Proses pembagian tim di sini sangat penting. Pastikan anggota tim yang terlibat bisa membagi waktu dan fokus pada pengembangan produk baru. Skill mereka memang dibutuhkan, tapi fokus dan konsistensi juga diperlukan. Mulai dari tim marketing, produksi, desain, hingga tim finansial harus disiapkan. Kemudian tentukan hal-hal teknis yang berkaitan dengan deskripsi pekerjaan dan deadline.

Bagian terpenting dari menentukan tim adalah mengalokasikan dana, objektif, dan jadwal pengembangan. Semua harus terhitung secara matang, untuk menghindari jadwal mundur dan alokasi dana yang membengkak.

Mulai dari prototipe

Setelah proses persiapan selesai, coba keluarkan produk baru dalam bentuk prototipe. Prototipe ini berfungsi untuk tes pasar. Bagaimana respon dan penerimaan pelanggan. Selanjutnya monitoring berkelanjutan untuk menentukan respons dan harapan pengguna terhadap produk baru.

5 Cara Terbaik Melakukan Penjualan untuk Startup Baru

Saat membangun startup fokus utama dari pemilik startup dan tim adalah, bagaimana menciptakan produk atau layanan yang terbaik untuk target pengguna. Namun demikian hal penting lainnya yang juga wajib untuk dicermati adalah, bagaimana Anda mampu melakukan penjualan produk dan layanan startup.

Artikel berikut ini akan membahas 5 cara terbaik melakukan kegiatan penjualan untuk startup baru.

Pemilik startup harus melakukan penjualan sendiri

Masa awal startup merupakan masa yang sangat krusial bagi pemilik startup untuk memahami dan tentunya mengetahui dengan jelas siapa saja target pasar dan seperti apa feedback langsung dari mereka. Sebelum Anda pemilik startup mulai melakukan perekrutan untuk tim pemasaran dan penjualan yang handal, ada baiknya untuk mulai melakukan penjualan secara langsung sendiri kepada target pasar. Selain untuk melakukan interaksi langsung, sebagai pemilik startup, tentunya Anda memiliki informasi yang sangat luas terhadap produk, sehingga memudahkan saat penyampaian informasi tersebut kepada calon pembeli.

Targetkan kepada rekanan dan pelanggan baru

Untuk startup baru tentunya akan menjadi lebih sulit untuk meyakinkan supplier atau perusahaan yang sudah mapan dan profesional. Untuk memudahkan Anda melakukan penjualan dan pemasaran, coba dekati supplier atau perusahaan yang masih baru dan target pengguna dari kalangan millennial yang lebih terbuka menerima perubahan dan layanan terbaru berbasis teknologi.

Fokus kepada early adopter

Jika Anda telah mendapatkan beberapa pelanggan pertama yang telah mencoba dan membayar layanan atau produk startup Anda, ada baiknya untuk selalu membina relasi yang baik dengan mereka, early adopter. Pelanggan yang masuk dalam kategori early adopter biasanya tidak memiliki keraguan dan cukup yakin untuk menggunakan produk startup Anda. Ke depannya pertahankan terus early adopter, atau pelanggan awal Anda, dengan memberikan perhatian dan bonus saat layanan atau fitur baru hadir.

Pasarkan produk yang dibutuhkan oleh pengguna

Kebanyakan startup yang berbasis kepada teknologi memiliki visi dan misi serta target cukup tinggi terkait dengan layanan, fitur dan teknologi yang akan diimplementasikan. Saat startup masih berada pada tahap awal dan mulai memasuki kegiatan pemasaran dan penjualan, ada baiknya untuk memfokuskan kepada fitur dan layanan yang saat ini dibutuhkan oleh target pengguna. Jika memang sudah waktunya dan feedback atau permintaan sudah didapatkan dari pengguna setia, coba hadirkan inovasi baru yang relevan dan tentunya dibutuhkan.

Uji coba gratis atau diskon

Cara yang cukup ampuh untuk menarik perhatian pembeli adalah dengan memberikan diskon khusus atau uji coba gratis (free trial) terhadap layanan atau produk startup Anda. Dengan demikian Anda bisa melihat siapa saja calon pelanggan yang berpotensi untuk menjadi pelanggan setia berdasarkan penawaran istimewa tersebut. Manfaatkan juga masa-masa awal ini untuk mengumpulkan feedback sekaligus melakukan kegiatan pemasaran dan penjualan secara agresif.

Alasan Mengapa Harus Lebih Dulu Fokus Membangun Tim

Salah jika ada yang berangkapan fokus utama bisnis harus dikerahkan ke pelanggan. Nyatanya untuk bisa memberikan yang terbaik baik pelanggan, semua dimulai dari dapur, yaitu tim yang Anda miliki. Jadi sebelum memulai untuk fokus pada pelanggan bisnis harus fokus ke dalam, fokus pada tim yang ada.

Berikut beberapa alasan mengapa bisnis sangat perlu untuk mendahulukan fokus kepada tim sebelum fokus pada yang lain.

Tim yang solid

Salah satu produk yang berkualitas atau layanan yang prima selalu ada tim yang solid di belakangnya. Orang-orang pemasaran yang bisa dengan baik memperkenalkan produk ke masyarakat, para developer yang menulis kode berkualitas sehingga efektif dalam penggunaannya, orang-orang finansial yang mengelola keuangan dengan baik dan lain sebagainya. Tim yang solid tidak lepas dari bagaimana pemimpin, bagaimana bisnis memperlakukannya. Ini adalah salah satu alasan terkuat mengapa bisnis harus mengutamakan fokus pada tim.

Menambah produktivitas

Perkara solid bukan hanya soal kualitas, tapi juga produktivitas. Setiap orang di dalam tim akan merasa diperhatikan, merasa harus memberikan yang terbaik untuk tim. Tidak mudah untuk membuat hal itu, perlu proses yang berkelanjutan.

Profit

Kualitas dan produktivitas yang dihasilkan oleh tim berkaitan erat dengan profit atau penghasilan dari bisnis. Jadi profit yang baik mau tidak mau harus dimasukkan ke dalam alasan-alasan mengapa fokus ke tim merupakan sebuah hal penting.

Meningkatkan kepuasan pelanggan

Jika bisnis mampu membuat tim berkualitas, baik secara komunikasi, produktivitas, dan lainnya bukan tidak mungkin bisnis juga mampu membuat kualitas hubungan yang baik dengan pelanggan. Sederhananya, bagaimana bisnis memperlakukan pelanggan dilihat dari mereka memperlakukan timnya.

Reputasi yang baik

Setiap anggota tim adalah “duta” perusahaan. Mereka bisa menjadi pengguna pertama yang menggunakan layanan atau produk yang dikembangkan. Dari mereka juga tercermin bagaimana kualitas produk. Jika mereka bahagia dan nyaman dengan status mereka bekerja di perusahaan tersebut ini akan menjadi sinyal positif bagi masyarakat luar bahwa apa yang sedang dikerjakan perusahaan tersebut adalah sesuatu yang baik.

Hal-Hal yang Menjadi Pertimbangan Sebelum Masuk Ke Industri Baru

Salah satu tantangan bisnis adalah inovasi, baik ketika menyempurnakan ide atau layanan maupun keputusan pertama untuk menjalankan sebuah bisnis. Pilihannya biasanya ada dua, berkreasi dengan sektor yang sudah ada atau masuk ke industri yang benar-benar baru. Tidak ada yang salah dari keduanya, hanya saja untuk masuk ke industri yang benar-benar baru membutuhkan usaha dan pengamatan ekstra. Elon Musk yang membangun Tesla dan SpaceX menjadi panutan bahwa tidak mudah untuk masuk dan mengembangkan sebuah industri baru.

Berikut beberapa hal yang bisa dilakukan untuk membantu proses masuk ke industri baru.

Berkah ketidaktahuan dan kehati-hatian

Dalam memasuki industri baru artinya tugas awal yang paling utama adalah mengukur. Di sini berkah masuk di industri baru tidak ada pembanding, tidak ada standar yang harus dicapai. Sesuatu yang bisa membebani bisnis baru untuk tumbuh. Satu-satunya yang diandalkan untuk mengukur adalah data yang valid dan kehati-hatian dalam menentukan keputusan.

Biaya operasional, jenis pemasaran, teknologi yang digunakan, dan hal-hal lain ditentukan berdasarkan pendekatan dan insting sebagai pelaku bisnis. Masuk di industri baru, yang belum terdapat pesaing persoalannya tidak lantas menjadi sederhana. Solusi yang ditawarkan, produk yang dikeluarkan setidaknya mampu mengatasi permasalahan yang ada aau setidaknya bermanfaat bagi target pengguna. Jika hal-hal sederhana tersebut tidak tercapai, kecil kemungkinan untuk bisa berkembang.

Seimbangkan cara pandang baru dengan pengalaman para ahli

Dalam memasuki industri yang baru perkara selanjutnya setelah mengukur segala sesuatunya adalah memulai. Akan menjadi berat ketika menentukan batasan-batasan yang ingin dihindari dan dicapai. Dalam semua aspek, memasuki industri baru perlu kombinasi antara pemikiran yang baru dan pengalaman para ahli, khususnya di bidang-bidang tertentu.

Untuk mengembangkan sebuah layanan baru, kita masih membutuhkan orang yang berpengalaman di bidang pemasaran. Selain kemungkinan cara-cara yang dilakukan tidak jauh beda, meski ada beberapa penyesuaian, pengalaman akan memudahkan. Untuk itu, seimbangkan tim dengan orang-orang yang berpengalaman, orang-orang yang ahli di bidangnya. Ini akan melebarkan lensa, cara pandang terhadap bisnis di industri yang baru. Membuat kita lebih awas dan antisipatif.

Menyesuaikan atau menjadi ‘bebal’

Masuk ke industri yang baru dibantu dengan perspektif orang-orang ahli mungkin akan sedikit mengendurkan semangat yang sudah di awal. Perbedaan cara pandang ini biasa terjadi. Untuk situasi ini kepekaan dan insting seorang pelaku bisnis diperlukan. Kapan menyesuaikan cara-cara lama untuk diterapkan di industri yang baru, atau menjadi ‘bebal’ dengan mencari formula yang benar-benar baru.

Lima Alasan Perlunya Pengusaha Startup Memulai Sedini Mungkin

Kewirausahaan itu bukan sekadar karier, ini adalah profesi yang harus Anda tekuni sampai akhir hayat. Entah Anda mulai berbisnis dengan cara aman, atau menciptakan bisnis yang kekal meski Anda sudah tidak ada lagi.

Kutipan dari Mark Twain mungkin bisa menjadi referensi:

“20 tahun lagi dari sekarang, Anda akan lebih kecewa dengan hal-hal yang tidak Anda lakukan daripada yang sudah terlanjur dilakukan. Maka dari itu berlayarlah, jauhi zona aman, dan ambil kesempatan yang ada di depan mata.”

Artikel ini akan membahas mengapa memulai bisnis startup sedini mungkin adalah cara terbaik untuk menjadi pengusaha sukses. Berikut rangkumannya:

1. Minim tekanan keluarga

Ketika Anda berusia di awal 20-an, tidak ada yang mengharapkan Anda untuk membiayai pengeluaran rumah tangga atau cicilan KPR. Jika Anda memulai startup di umur tersebut, tidak peduli seberapa kecil atau besarnya volume bisnis, Anda dapat tetap fokus pada gagasan pengembangan bisnis.

Perlu dipahami, pada tahun pertama memulai usaha adalah masa tersulit bagi startup. Jika Anda mengambil jalan ini ketika orang lain masih menganggap Anda naif, tidak dewasa dan rentan putus asa, justru bisa dijadikan keberanian untuk mengambil risiko. Malah risiko tersebut bisa dibilang tidak terlalu besar untuk ditangani dibandingkan ketika Anda sudah menikah dan berkeluarga.

2. Minim komitmen finansial

Ketika seseorang mulai berkeluarga, dia bakal menghadapi banyak biaya yang tidak pernah terjadi, seperti biaya sekolah, cicilan KPR, kartu kredit, pinjaman pribadi, dan lainnya. Tanggung jawab tersebut membuat beban finansial seseorang jadi lebih besar. Masa tersebut adalah periode seseorang tidak bisa mengambil risiko tinggi karena adanya pengeluaran dana yang besar.

Saat Anda mulai merintis bisnis startup sejak usia dini, Anda tidak perlu khawatir dengan seluruh tanggung jawab tersebut. Bahkan jika Anda gagal, Anda bisa pulang ke rumah, menangis sepanjang malam, kemudian mulai lagi dari awal esok harinya.

3. Waktu tepat untuk mengadopsi teknologi baru

Di era informasi ini, teknologi memainkan peran penting dalam kehidupan hajat orang. Meski demikian, antusiasme perubahan teknologi tidak akan terjadi begitu saja bagi seorang profesor berusia 55 tahun untuk mengunduh aplikasi baru dan menggunakan berbagai aplikasi dalam ponselnya. Antusiasme tidak akan sama dengan orang-orang yang masih berusia 17 tahun.

Jika Anda pernah membayangkan diri Anda menjalankan bisnis bernilai jutaan dolar 15-20 tahun ke depan, maka bersiaplah untuk mengeksplorasi teknologi terbaru. Momentumnya pun akan lebih tepat bila dilakukan saat masih berumur 20-an. Sebab masa itu adalah kesempatan emas untuk belajar sebanyak-banyaknya.

4. Berani mengambil risiko

Ketika seorang anak belajar jalan, meski jatuh berkali-kali dia tetap terus melakukannya hingga benar-benar bisa jalan. Sama halnya dengan pebisnis berusia 25 tahun yang tidak mau menyerah, meski usahanya rugi dan hampir bangkrut. Usia adalah hal penting bagi seseorang dalam mengukur kemampuannya mengambil risiko.

Ketika Anda masih muda, Anda harus mampu mengambil risiko, gagal berbisnis, dan mampu bangkit lagi untuk mulai dari awal kembali. Akan tetapi ketika sudah berkeluarga, kapasitas risiko yang berani Anda lepaskan jadi mengecil.

Maka dari itu tidak ada salahnya untuk mencoba, apakah menjadi pengusaha startup adalah panggilan jiwa Anda atau tidak. Bila gagal, Anda bisa mencoba sekali lagi, atau akhirnya beralih menjadi karyawan di perusahaan.

5. Masih penuh energi

Bisa jadi karena alasan sudah menua atau lainnya, generasi muda memiliki lebih banyak energi, antusiasme, dan motivasi dibandingkan Baby Boomers dan generasi X. Generasi X mungkin lebih banyak pengalaman dan bijaksana dalam mengambil keputusan. Namun mereka tidak dapat mengalahkan anak muda ketika berbicara pada energi.

Dengan energi yang masih banyak, menjadi adalah masa terbaik Anda untuk membuat kesalahan, kehabisan uang, bangkrut, dan mengerjakan berbagai proyek demi melihat mana yang berhasil atau tidak. Ketika sudah memasuki usia 30-an, fokuslah menciptakan pendapatan berkelanjutan untuk menghidupi keluarga Anda.

Penuaan adalah proses yang tidak bisa terelakkan bagi setiap orang. Cepat atau lambat, Anda akan menyadari stamina tidak lagi sebaik dulu, tidak bisa Anda paksakan lagi untuk bekerja hingga larut malam. Maka dari itu, jangan buang-buang waktu Anda di masa usia 20 hingga 30-an membuat orang lain jadi kaya raya.

Anda perlu ingat, bahwa gaji adalah sogokan yang diberikan orang kaya untuk melupakan impian Anda dan menuntaskan suatu pekerjaan untuk mereka. Jangan biarkan ilusi ini merusak hidup Anda. Mulailah dari awal dan beri waktu yang cukup untuk mengubah ide menjadi bisnis yang sukses.

Lima Pertanyaan Startup Seputar Penggalangan Dana

Jika proof-of-concept produk sudah sangat matang dan diujicobakan, atau bahkan sudah mencapai MVP-nya, kadang startup membutuhkan dukungan lebih untuk memperbesar traksi dan memperluas pangsa pasar. Di sini investasi sangat dibutuhkan untuk menambah nilai modal operasional. Pada kenyataannya proses tersebut tidak mudah dilalui, pun tatkala startup sudah menemukan investornya.

Terlepas dari cerita hingar-bingar tentang “prestasi pendanaan” dari banyak startup di luar sana, nyatanya banyak founder yang masih merasa gelisah dan ragu ketika akan menghadapi proses pendanaan. Karena implikasinya ada beberapa hal yang akan dikorbankan, misalnya valuasi kepemilikan dan struktur tim inti dalam startup.

Untuk memberikan gambaran lebih gamblang terkait prosesi pendanaan, berikut jawaban dari beberapa pertanyaan seputar pendanaan yang sering ditanyakan.

(1) Kapan startup perlu mencari pendanaan dan berapa?

Paling ideal startup mencari pendanaan untuk meningkatkan modal pada saat benar-benar siap memproses sebuah eksekusi baru. Menilai kesiapan ini sangat bergantung pada keputusan tim co-founder di dalamnya. Menariknya banyak startup sukses melakukan penggalangan dana saat mereka sebenarnya masih memiliki dana modal yang besar. Dikatakan kondisi tersebut akan memberikan fleksibilitas dalam proses penggalangan dana, terutama dalam proses negosiasi.

Terkait dengan besaran investasi juga perlu perencanaan matang. Dalam jargon investor ada istilah “tweener”, yakni cara sopan untuk untuk mengatakan bahwa ekspektasi valuasi terlalu tingi untuk traksi finansial atau operasional yang dicapai startup sejauh ini. Pengukuran di sini harus benar-benar masuk akal. Beberapa startup kadang memilih melakukan dua hal, menurunkan ekspektasi dan/atau memperbaiki eksekusi untuk pertumbuhan bisnis.

(2) Investor mana yang perlu ditargetkan startup?

Yang paling penting untuk diperhatikan di sini adalah menemukan investor sesuai dengan tahapan startup saat ini. Misalnya startup masih berada di tahap awal, maka carilah investor yang memang menawarkan pendanaan untuk startup di tahap tersebut. Misal lagi startup masih berada dalam proses “corporate building mode”, maka fokuslah pada penargetan investor yang dapat membantu pada pembangun perusahaan.

Walaupun mungkin ada beberapa venture capital atau angel investor yang tertarik dengan kualitas produk dan capaian, founder perlu menyeimbangkan antara efisiensi dan optimasi yang bertujuan pada keberhasilan penggalangan dana. Apalagi penggalangan dana tersebut bertujuan untuk meningkatkan modal dan menumbuhkan bisnis. Untuk memaksimalkan probabilitas kesuksesan, upayakan lebih banyak waktu untuk mempersiapkan proses yang harus dilalui.

(3) Informasi tentang startup apa saja yang boleh dibagikan? Kapan informasi sangat penting perlu dibeberkan ke investor?

Hampir semua venture capital dan komunitas angel investor menyatakan diri dibangun dengan kepercayaan dan reputasi yang baik. Dari situ investor akan menghormati kerahasiaan informasi pribadi startup, walaupun pada beberapa kasus kadang informasi tetap saja bocor. Sebagai langkah antisipasi, startup juga bisa menyimpan berbagai informasi tersebut sebelum proses penandatanganan lembar kerja sama dibubuhkan.

(4) Laporan keuangan seperti apa yang perlu diberikan kepada investor?

Untuk pengajuan penggalangan dana, startup perlu menunjukkan semacam laporan keuangan atau proyeksi keuangan. Bahkan jika masih berada di tahap awal, startup harus mengelola beberapa anggaran untuk memahami jumlah kepemilikan dana dan memaksimalkan waktu untuk meningkatkan modal.

Memahami jenis dana yang paling banyak dibutuhkan untuk operasional adalah salah satu komponen terpenting dari model keuangan. Memahami penggerak tingkat unit pendapatan juga penting saat sebuah startup sudah mulai melakukan monetisasi. Ingatlah bahwa ketelitian belum tentu menjadi indikator ketepatan.

(5) Perlukan penunjuk penasihat untuk prosesi penggalangan dana?

Pada dasarnya penasihat dapat membantu merampingkan proses dengan cara memasukkan banyak ketekunan dan persiapan, sehingga startup dapat lebih fokus menjalankan perusahaan. Mereka juga dapat membantu memberikan akses ke investor yang lebih luas. Konon, tidak setiap perusahaan membutuhkan penasihat, dan keputusan untuk menggunakan penasihat harus dibuat dalam konteks situasi spesifik.

Belajar Membangun Startup Sukses dari Mark Zuckerberg

Setelah 12 tahun meninggalkan kampus, Mark Zuckerberg menjadi tamu kehormatan saat acara kelulusan mahasiswa Universitas Harvard angkatan 2017. Dalam pidatonya di hadapan lulusan tahun 2017, Zuckerberg menyampaikan beberapa poin penting yang relevan terkait dengan teknologi hingga tren entrepreneur saat ini.

Kami merangkum beberapa poin penting yang bisa dicermati calon pelaku startup yang berniat untuk meluncurkan startup atau menjadi entrepreneur.

Temukan teman sejati

Salah satu cerita yang disampaikan Zuckerberg adalah bagaimana sulitnya ia menemukan teman baru di masa awal kuliah, namun beruntung ada satu orang yang bersedia untuk mengajak ngobrol hingga akhirnya mengerjakan proyek bersama. Temannya saat itu adalah Kang-Xing Jin yang hingga kini masih bersama Zuckerberg di Facebook.

Inti dari cerita yang ingin disampaikan oleh Zuckerberg adalah terkadang pertemanan di saat kuliah bisa berujung menjadi rekan bisnis yang loyal. Untuk itu cari tahu siapa saja teman saat kuliah yang cocok dan nantinya bisa diajak bekerja sama ketika Anda berniat membangun perusahaan suatu saat nanti.

Bangun bisnis untuk alasan yang tepat

Dalam pidatonya Zuckerberg juga kerap menyebutkan betapa pentingnya alasan yang tepat dan memiliki impact saat membangun bisnis. Sense of purpose menjadi hal yang wajib diterapkan saat Anda ingin membangun startup yang sukses. Bukan hanya memberikan manfaat untuk Anda namun juga orang banyak. Alasan utama atau purpose juga bisa menjadi motivasi ketika Anda mulai merasa kewalahan saat menjalankan bisnis. Menjadi hal yang penting bukan hanya menciptakan peluang dan potensi namun juga menemukan alasan yang tepat.

Jangan jual startup terlalu cepat

Saat Zuckerberg mulai mengembangkan Facebook, banyak perusahaan besar yang mulai melirik teknologi serta inovasi yang dimiliki Zuckerberg dan Facebook. Zuckerberg menolak untuk menjual bisnis yang telah ia bangun, demi tujuan yang lebih besar, yaitu menciptakan inovasi dan bermanfaat untuk orang banyak. Upaya Zuckerberg akhirnya mulai menunjukkan hasil dengan diluncurkannya fitur Newsfeed.

Jika Anda merasa yakin dengan produk atau layanan yang Anda miliki, coba pertahankan terlebih dahulu perusahaan dengan menghadirkan inovasi dan lihat hasilnya, sebelum Anda memutuskan untuk menjual startup.

Jangan takut membuat kesalahan

Sebelum Zuckerberg sukses membuat Facebook, ia telah meluncurkan beberapa produk yang tidak terlalu sukses. Tidak menjadi masalah ketika saat memulai startup Anda gagal dan harus mengulang atau menciptakan inovasi yang baru. Selama Anda terus belajar dari kesalahan dan bisa menemukan dengan tepat, produk atau layanan yang tepat dan bakal diminati oleh pasar.

The greatest successes come from having the freedom to fail – Mark Zuckerberg

Perluas wawasan dan terus belajar

Saat ini teknologi berubah dengan cepat, begitu juga dengan metode, informasi, dan hal-hal penting lainnya yang wajib Anda ketahui. Jangan pernah berhenti belajar, membuka wawasan, dan menggali informasi sebanyak-banyaknya, agar Anda bisa beradaptasi dengan tren dan perubahan teknologi. Pendidikan menjadi faktor pendukung yang wajib diperhatikan setiap saat, agar Anda bisa memiliki wawasan yang cukup untuk memulai usaha hingga menjalankan bisnis setiap hari.

Belajar dari Enam Kesalahan Pemilik Startup yang Gagal

Belajar dari kesalahan pemilik startup saat membangun sebuah startup bisa menjadi pelajaran yang cukup membantu Anda calon pemilik startup. Sudah banyak startup yang muncul kemudian dalam waktu satu tahun berjalan, terpaksa harus gulung tikar, karena tidak mampu menjalankan bisnis. Salah satu alasan utama startup tidak bisa bertahan adalah, ide yang cukup ambisius, yaitu ingin menjadi the next big thing, pemilihan nama atau logo yang telalu cepat hingga latar belakang pemilik startup yang bukan seorang coder atau engineer.

Untuk merangkum semua kesalahan tersebut, artikel berikut ini akan memaparkan hal-hal yang wajib dihindari jika Anda berniat untuk membangun startup.

Hubungan dengan co-founder yang tidak harmonis

Saat ini sudah banyak pemilik startup yang memiliki co-founder dari kalangan keluarga terdekat hingga teman kuliah dan SMA. Kebanyakan dari mereka tidak memiliki latar belakang yang tepat dan sesuai dengan startup yang ingin Anda bangun dan berisiko terjadinya konflik karena hubungan yang terlalu dekat. Idealnya seorang co-founder adalah mereka yang memiliki kemampuan atau skill yang tidak Anda miliki.

Misalnya Anda berasal dari kalangan teknologi (programmer, developer) carilah co-founder dari kalangan manajemen, pemasaran hingga bisnis yang menguasai bidang tersebut. Anda sebagai pemilik dan co-founder bisa saling melengkapi. Intinya pilih Co-founder untuk alasan yang tepat dan hindari dari kalangan teman hingga keluarga.

Terlalu cepat menentukan nama dan logo

Kebanyakan dari startup di masa awal kerap berganti model bisnis, layanan bahkan produk yang ada. Ketika pivot tidak dapat dihindarkan, tentunya akan lebih mudah dilakukan jika startup yang Anda bangun belum mencetak nama dan logo yang permanen. Tentukan dengan jelas terlebih dahulu model bisnis yang ada, rencana monetisasi, target pasar dan hal-hal terkait lainnya, sebelum Anda menentukan nama yang bersifat permanen.

Tidak melakukan validasi pasar

Hal yang satu ini nampaknya wajib dilakukan oleh startup di masa awal, yaitu validasi pasar. Tentunya sebelum Anda melakukan validasi, lakukan riset pasar sambil menentukan dengan tepat siapa target pasar yang diincar. Kemudian lakukan dialog secara langsung dengan target pasar Anda, jelaskan dan tawarkan produk yang ada. Jika memang ada konsumen atau calon pelanggan bersedia membayar produk yang bakal Anda jual, artinya produk atau layanan Anda telah tervalidasi, dan langkah selanjutnya bisa ditentukan.

Terlalu banyak fitur di situs dan aplikasi

Layanan atau produk yang ideal adalah yang berawal dari fitur yang sederhana terlebih dahulu. Ketika feedback telah didapatkan dan terdapat request atau demand tertentu dari target pasar untuk menambah fitur yang dibutuhkan, baru mulai buat fitur tersebut. Jangan hadirkan layanan atau produk yang terlalu banyak dan terkesan sophisticated, namun faktanya tidak terlalu dibutuhkan target pasar.

Terlalu fokus dengan kegiatan penggalangan dana

Kebanyakan pemilik startup terlalu fokus dengan kegiatan penggalangan dana di masa awal, sehingga menghambat proses pengembangan produk dan layanan. Idealnya jika Anda ingin mengawali bisnis yang sehat, manfaatkan uang pribadi terlebih dahulu untuk membuat prototipe dan tahap awal lainnya, sebelum melakukan penggalangan dana kepada investor. Kegiatan panjang dan melelahkan ini akan berisiko tidak jadinya produk atau layanan yang akan Anda hadirkan.

Tidak menghasilkan pendapatan sejak hari pertama

Kesalahan lain yang juga kerap dilakukan oleh pemilik startup adalah kebiasaan untuk memberikan promo gratis, harga diskon dan penawaran lainnya. Jika startup ingin berjalan stabil dan bertahan, Anda sebagai pemilik startup sudah harus bisa memikirkan sejak awal strategi monetisasi. Jangan menunggu terlalu lama kegiatan ‘membakar’ uang yang akan berisiko gagal hingga bangkrutnya startup.