Memilih Nama untuk Bisnis

Nama adalah identitas pertama dari sebuah bisnis. Sebuah nama bisa mencerminkan citra atau gambaran umum dari sebuah bisnis. Meski terkesan sederhana pemilihan nama harus diikuti pertimbangan yang matang karena nama akan menjadi cara pertama menarik perhatian pengguna. Berikut beberapa hal yang bisa diperhatikan untuk membantu bisnis memilih nama yang tepat sesuai kebutuhan.

Pilih nama yang sederhana dan tidak rumit

Untuk bisa menempati top of  mind masyarakat, nama sebuah bisnis sebisa mungkin dibuat sesederhana dan semudah mungkin. Mudah diingat, dilafalkan, atau diketik. Ketiga faktor tersebut membantu bisnis untuk bisa dengan mudah “nempel” di ingatan masyarakat luas meski ada beberapa faktor lain. Selain itu pemilihan nama yang sederhana dan mudah diharapkan mampu memudahkan proses pencarian (dengan menggunakan pengetikan) di internet. Kesederhanaan nama juga akan sangat membantu proses pembelian domain. Ini adalah branding pertama perusahaan di era teknologi.

Pastikan hindari nama-nama yang sulit dieja, misalnya dengan menggabungkan beberapa huruf konsonan sekaligus atau menggunakan nama yang memiliki arti negatif. Alih-alih menarik perhatian nama-nama tersebut bisa membawa kesan negatif pada brand atau bisnis.

Unik dan menggambarkan bisnis secara umum

Setelah nama yang sederhana dan tidak rumit, sebisa mungkin untuk memberikan nama yang unik dan menggambarkan bisnis secara umum. Keterkaitan nama yang menggambarkan segmentasi bisnis bisa membantu perusahaan menjelaskan bisnis apa yang sedang dikerjakan perusahaan tersebut. Hal ini bisa dibantu melalui penggambaran ikon, maskot, atau materi branding lainnya.

Dalam proses pemilihan nama perlu adanya research yang mendalam, baik untuk arti kata atau hal-hal lainnya. Usahakan mencari nama yang mudah dilupakan atau nama-nama yang sudah banyak dipakai.

Memilih nama dengan menyediakan daftar nama

Dalam proses pemilihan nama, usahakan menyediakan daftar pilihan nama. Selanjutnya minta pendapat orang-orang di sekitar atau keluarga mengenai nama-nama tersebut. Karena satu nama atau kata memiliki gambaran yang berbeda-beda di pemikiran orang-orang. Dengan menyediakan daftar nama dan meminta kerabat atau orang terdekat memilihkan nama Anda bisa mendapatkan dimensi atau gambaran yang berbeda dari nama-nama yang telah diajukan. Ini akan menghindari kesalahan persepsi atau makna ganda yang ditimbulkan dari pemilihan nama.

Setelah membuat daftar dan mengerucut dalam beberapa pilihan kecil, coba bayangkan diri Anda mempresentasikan bisnis dengan menggunakan nama-nama yang ada. Temukan mana yang nyaman dan cocok. Anda tinggal menjalankan strategi selanjutnya.

Tiga Cara Tepat Mewujudkan Ide Startup Menjadi Bisnis yang Menguntungkan

Setelah melakukan brainstorming yang cukup intens dengan rekan Anda akhirnya ditemukan ide serta formula yang tepat dan terbaik untuk usaha Anda. Idealnya adalah ide yang ada merupakan ide yang original dan belum diimplementasikan oleh orang lain. Apa pun ide yang telah didapatkan langkah selanjutnya yang ternyata merupakan langkah krusial yang bakal dilakukan adalah, bagaimana mewujudkan ide yang telah dimiliki menjadi bisnis yang berfungsi dengan baik dan mendatangkan profit.

Pada artikel berikut ini, Co-founder Have To Have Kimberly Skelton berbagi tips bagaimana cara yang tepat mengimplementasikan sebuah ide menjadi bisnis yang menguntungkan.

Melakukan riset pasar

Langkah pertama yang wajib dilakukan untuk startup baru adalah melakukan riset pasar. Lancarkan kegiatan tersebut secara mendetil hingga akhirnya Anda menemukan jawaban, mengapa belum ada yang menciptakan ide ini? Bagaimana saya bisa memberikan produk yang lebih baik dari layanan yang sudah ada di pasar? Jangan lupa untuk melakukan perencanaan keuangan, dalam arti berapa besar dana yang Anda butuhkan agar bisnis bisa berjalan. Lakukan pula kalkulasi target pasar yang ingin diincar, apakah di awal Anda berniat untuk menargetkan pasar yang langsung besar atau dalam skala kecil terlebih dahulu.

Setelah semua dilakukan, langsung buat roadmap untuk mewujudkan ide yang dimiliki, seperti apa bentuk produk nantinya akan dibuat, siapa target pasar yang paling ideal dan seperti apa potensi dari distribusi yang akan dilancarkan. Buatlah konsep awal meskipun masih dalam draft atau mendasar.

Menciptakan tim

Langkah selanjutnya yang harus dilakukan adalah mulai untuk mencari anggota tim yang cocok dengan kebutuhan Anda saat ini. Apakah Anda membutuhkan co-founder yang memiliki kemampuan yang tidak Anda miliki, engineer yang bisa membuat prototipe terlebih dahulu, tim pemasaran untuk melancarkan kegiatan promosi dan lainnya.

Tentukan juga pendanaan awal yang ingin Anda gunakan, apakah dengan uang pribadi, meminjam di bank, atau memutuskan untuk melakukan pendekatan dengan angel investor.

Mengeksekusikan segera

Sambil Anda melakukan pencarian anggota tim yang sesuai, langsung eksekusikan ide tersebut dengan membuat produk secara langsung. Kebanyakan startup memilih untuk membuat produk hingga sempurna sebelum melemparkannya ke pasar, namun cara yang lebih ringkas dan terbukti berhasil untuk mendapatkan feedback adalah, dengan membuat “minimum viable product” yaitu cara paling murah yang bisa dilakukan agar produk bisa segera di uji coba ke pasar.

Cara lain yang bisa dilakukan adalah membuat prototipe kasar terlebih dahulu, kemudian dites langsung kepada target konsumen atau klien yang sesuai dengan jenis produk yang diciptakan. Feedback yang pada umumnya negatif akan bisa dimanfaatkan untuk mengkoreksi produk hingga sempurna.

Menerapkan tiga cara tersebut tentunya bakal menghabiskan waktu, tenaga dan uang yang cukup besar. Belajar dari pengalaman Kimberly Skelton yang telah sukses meluncurkan startup Have To Have dengan melakukan eksekusi segera, tips ini dijamin bisa menghasilkan bisnis yang sukses dan bertahan lama.

Lima Hal yang Wajib Dicermati Saat Memilih Mitra Startup

Hubungan baik yang tercipta antara Anda pendiri startup dan partner bisnis bisa mempengaruhi keberhasilan sebuah startup. Untuk itu menjadi hal yang krusial ketika startup bersiap untuk dibangun, partner atau mitra yang tepat telah ditemukan. Di sisi lain terkadang ketika startup sudah berjalan sesuai dengan rencana dan menunjukan peningkatan yang positif, bisa merusak hubungan baik antara Anda dengan partner bisnis Anda.

Artikel berikut ini akan membahas 5 nasihat terbaik dari 5 entrepreneur sukses mancanegara, bagaimana cara yang tepat menemukan partner bisnis untuk startup.

Percayakan naluri Anda

Percaya atau tidak terkadang naluri bisa menjadi senjata yang ampuh untuk kemudian memilih partner bisnis yang tepat. Dengan demikian Anda akan merasa yakin dan bersedia untuk berbagi tagging jawab dengan partner bisnis Anda ketika waktunya menjalankan usaha. Yang perlu dicermati adalah cobalah untuk menemukan kemampuan atau keahlian yang mungkin tidak Anda miliki sebagai Founder namun dikuasai dengan baik oleh partner atau calon Co-founder Anda. Dengan demikian masing-miasng bisa saling melengkapi.

Kenali partner terlebih dahulu

Sebelum Anda memutuskan partner yang tepat untuk mendampingi Anda menjalankan startup, ada baiknya untuk mengenali orang tersebut sedikitnya dua tahun terakhir. Dengan demikian Anda bisa mengerti kekurangan yang dimiliki dan masing-masing pihak bisa mengenali dengan jelas hal-hal yang disukai dan kurang diskuai. Pastikan Anda merasa cocok dan bisa bekerjasama dengan baik dengan calon partner bisnis Anda. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah, pastikan masing-masing memiliki tugas dan tanggung jawab dalam hal pekerjaan, dengan demikian bisa terangkum jelas tugas serta rencana yang wajib diselesaikan oleh Anda dan partner.

Temukan sinergi antara Anda dan partner

Hal lain yang tidak kalah penting adalah untuk bisa menemukan sinergi yang tepat antara Anda dan partner bisnis, jangan lupa untuk selalu happy dan menikmati kebersamaan Anda dengan partner bisnis. Dengan demikian ketika waktunya mengabiskan waktu yang cukup lama untuk membangun startup, bisa terjaga dengan baik karena Anda menyukai partner bisnis Anda dan sebaliknya.

Kenali kepribadian partner Anda

Jika Anda sebagai pemilik startup tergolong orang yang inreovert carilah partner bisnis yang tergolong dalam kategori sifat yang extrovert, dengan demikian masing-masing kerpibadian bisa saling melengkapi. Temukan juga calon partner yang memiliki manfaat lebih, seperti kemampuan, keahlian, networking dan hal-hal lainnya yang saat ini belum Anda miliki sebagai seorang Founder startup.

Samakan visi dan misi

Sebagai pemilik startup Anda wajib untuk memberikan rencana dan impiam yang ingin diwujudkan terhadap startup. Sebelum Anda melancarkan rencana tersebut, pastikan partner Anda telah memiliki visi dan misi yang sama dengan Anda pemilik startup. Cara terbaik yang bisa dilakukan untuk mewujudkan hal tersebut adalah transparansi, perencanaan yang baik, dan menghindari konflik yang ada sebaik mungkin.

Lima Jenis Prestasi yang Perlu Dicapai Startup di Tahun Pertama

Memulai bisnis sendiri adalah suatu hal yang menarik dan luar biasa. Anda memiliki sebuah ide yang akan membuat perubahan bagi konsumen menjadi jauh lebih baik. Akan tetapi, Anda memiliki segudang pekerjaan rumah yang belum terselesaikan demi mencapai tujuan akhir tersebut.

Dengan membuat sejumlah target prestasi (milestone) yang akan menjadi unik untuk startup Anda dapat membantu menggiring sesuai gol yang Anda harapkan. Pada dasarnya, ada lima jenis prestasi yang perlu dicapai: bisnis, produk, konsumen, pemasaran, dan pribadi. Artikel berikut akan lebih detil menjelaskannya:

Bisnis

Bisnis akan mengatur fondasi dasar bagi segala sesuatu yang Anda lakukan baik pada hari itu dan di masa mendatang. Contoh berikut ini adalah salah satu tugas yang tidak bisa ditunda: membuat badan hukum perusahaan, rekening perusahaan, mendaftar sofware akuntansi, membuat situs, pitch deck, merekrut orang, dan lainnya.

Pitch deck memberikan gambaran singkat dari bisnis Anda untuk dipergunakan saat presentasi di berbagai kesempatan, bertemu mitra bisnis, atau saat merekrut orang baru demi meyakinkan mereka untuk bergabung dengan tim Anda.

Produk

Tanpa produk, Anda tidak akan dapat bekerja menggaet konsumen baru, lebih parahnya tidak ada perputaran uang. Karena tanpa perputaran uang, bisnis Anda akan sangat tipis kemungkinannya untuk bertahan dalam jangka waktu yang lama. Artinya, memiliki produk yang tepat di tahun pertama memulai startup sangat penting demi menjamin keberlangsungan bisnis Anda.

Setiap kali Anda konsisten menemukan produk baru untuk startup Anda, bisa dikatakan Anda sudah melangkah lebih dekat membuat impian jadi kenyataan. Salah satu contoh pekerjaan dalam menciptakan produk, mulai dari membuat produk prototipe, versi de-bug prototipe, meluncurkan MVP, merilis versi beta privat, beta publik, meluncurkan versi resmi, hingga mengumpulkan masukan dari konsumen tentang produk Anda.

Meninjau semua masukan dari orang lain, dapat membantu Anda dalam menyesuaikan produk yang sesuai kebutuhan masyarakat. Hal ini akan membantu Anda jadi sedikit lebih tenang saat meluncurkan produk, tidak lagi fokus pada bug yang belum terselesaikan.

Konsumen

Setelah produk Anda diluncurkan, Anda sudah siap mengalami saat yang paling menarik dalam hidup, yakni menerima pembayaran dari konsumen pertama Anda. Pengalaman ini tidak akan pernah Anda lupakan.

Ketika Anda mulai menghasilkan transaksi, Anda harus fokus pada pencapaian prestasi seperti, menetapkan validasi pasar, berkomitmen untuk memberikan pelayanan yang baik, fokus pada pertumbuhan bisnis harian dan bulanan agar Anda dapat membuat proyeksi tren bisnis pada tahun mendatang akan seperti apa.

Pendiri Zemanta Bostjan Spetic bilang mendapat angka penjualan sebesar US$ 1 juta per tahun membuktikan bahwa ada pasar untuk bisnis Anda, sementara US$10 juta membuktikan Anda mampu scale up bisnis, dan US$25 juta menunjukkan bahwa pasar Anda sangat besar.

Sebaiknya Anda jangan terlalu fokus mendapatkan uang US$25 juta terlebih dahulu di tahun pertama. Fokuslah pada penjualan pertama.

Pemasaran

Untuk meraih prestasi di bidang ini, Anda perlu menjalankan sejumlah rencana pemasaran yang cerdas, seperti membuat studi strategi pemasaran startup, membuat daftar email untuk konsumen yang tertarik, mengembangkan kemitraan dengan brand lain, menunjukkan tren pertumbuhan. Pada intinya, rencana bisnis pemasaran harus membantu Anda mengembangkan basis pelanggan.

Pribadi

Terakhir, Anda membuat prestasi untuk diri sendiri sekaligus menilai kemampuan diri sebagai founder. Caranya, dengan mencari mentor yang berpengalaman, mengembangkan keterampilan kepemimpinan, belajar mengelola tim, rajin menabung, mengembangkan kemampuan berbicara di tempat umum, dan membuat jaringan profesional.

Tugas Anda sebagai founder akan berubah dari waktu ke waktu. Anda tidak akan lagi melakukan semua hal sendirian. Transisi dari perintis jadi pemimpin adalah proses yang sangat penting karena Anda tidak bisa menjadi orang yang ahli di segala bidang.

Selain itu, tuntutan waktu juga akan meningkat apalagi jika Anda adalah satu-satunya pembuat keputusan bisnis, memungkingkan terjadinya stres. Oleh karena itu, Anda perlu pahami cara merekrut talenta yang tepat agar dapat membantu bisnis jadi lebih cepat tumbuh.

Luangkan waktu untuk melakukan review

Ketika Anda mulai melepas satu persatu tugas Anda dan meraih beberapa prestasi, pastikan untuk melakukan review. Sebab proses peluncuran startup dan memimpin perusahaan menuju kesuksesan butuh stamina yang kuat. Andaikan seperti sedang lari marathon, bukan sprint.

Akan ada masanya Anda merasa tidak termotivasi, tertekan, dan tidak yakin apakah harus dilanjutkan. Saat masa itu tiba, jawaban dari pertanyaan “Mengapa saya melakukan ini?” menjadi sangat krusial.

Lima Cara Alternatif Dapatkan Pendanaan

Melakukan penggalangan dana merupakan proses yang melelahkan dan penuh dengan ketidakpastian. Sudah banyak startup yang pada akhirnya harus bersusah payah mendapatkan pendanaan agar startup bisa diluncurkan. Jika selama ini pendanaan tercepat dan termudah kebanyakan berasal dari angel investor atau venture capital, artikel berikut ini akan memberikan alternatif lain yang bisa diterapkan terkait dengan pendanaan untuk startup.

Gunakan uang pribadi (bootstrapping)

Cara termudah dan pastinya tercepat adalah menggunakan uang sendiri. Apakah itu deposito, pensiun atau penjualan aset (rumah, mobil) menggunakan uang sendiri terbilang lebih efisien tanpa adanya regulasi atau beban yang wajib dipertanggungjawabkan kepada pihak terkait.

Di sisi lain menggunakan modal sendiri di awal usaha bisa menunjukkan kredibilitas dan kemampuan dari seorang founder yang ternyata cukup memiliki dana pribadi untuk usaha.

Lancarkan strategi kemitraan sejak awal

Cara lain yang bisa dilakukan adalah dengan membuat perjanjian atau kesepakatan dengan pihak terkait seperti supplier, distributor hingga pelanggan setia. Dengan demikian jalannya pengeluaran dan pemasukan bisa sepenuhnya mengandalkan supply dan demand. Pastikan early adopters yang telah menggunakan produk yang Anda tawarkan bakal kembali menggunakan produk yang Anda hadirkan dan bersedia untuk menjadi pelanggan tetap demi berjalannya usaha dengan stabil.

Hadiah dari kompetisi atau bantuan pemerintah

Dana yang berasal dari hadiah kompetisi atau bantuan pemerintah memang tidak bisa diterapkan untuk semua startup, karena jumlahnya yang terbilang kecil. Meskipun demikian, untuk langkah awal cara yang satu ini bisa dapat membantu jalannya usaha. Carilah kompetisi yang bergengsi lokal hingga internasional, dan tentukan bantuan dari pemerintah yang relevan dan tentunya sesuai dengan visi dan misi dari startup.

Pinjaman ke bank

Saat ini sudah banyak bank internasional yang menawarkan pinjaman dalam jumlah yang relevan untuk kemudian dimanfaatkan oleh startup. Pilih dengan baik bank yang sesuai, dan sebelum mengajukan pendanaan, pastikan laporan keuangan tersusun dengan baik agar proses dapat berjalan lebih mudah dan cepat.

Tentukan kapital yang sesuai

Sebelum startup memutuskan untuk mengajukan pendanaan kepada VC, pastikan standar dan finansial perusahaan sesuai dengan kriteria dan kesepakatan yang diajukan. Pada akhirnya pendanaan dari VC memang tidak bisa dihindari. Yang perlu dilakukan adalah jangan terlalu sering mengandalkan VC namun jangan hindari pula pendanaan dari VC.

Mengenal “Revenue Stream” dan “Business Model”

Mempelajari tentang startup, maka tak akan terlepas dari belajar tentang berjalannya sebuah proses bisnis. Ada beberapa istilah dan konsep bisnis yang perlu dimengerti sebelum terjun lebih dalam, seperti istilah revenue stream, revenue model dan business model. Tiga hal tersebut biasanya akan sering ditanyakan ketika startup dihadapkan pada sebuah presentasi, ntah di hadapan calon rekanan bisnis, investor ataupun dalam kegiatan inkubator.

Secara sederhana revenue stream dapat didefinisikan sebagai sumber utama bisnis dalam mendapatkan pemasukan. Revenue model dapat diartikan sebagai sebuah cara yang ditempuh pelaku bisnis untuk mengelola arus pendapatan, termasuk di dalamnya pengelolaan sumber daya yang diperlukan untuk mengelola pendapatan tersebut. Sedangkan business model merupakan berbagai aspek dalam bisnis yang di dalamnya termasuk revenue stream dan model, serta rincian strategi yang menggambarkan bagaimana proses bisnis perusahaan bisa berjalan berkesinambungan.

Jenis-jenis revenue model dalam startup digital

Seiring dengan makin bervariasinya jenis produk dan layanan yang dihadirkan dalam startup digital, strategi pendapatan keuntungan pun turut berkembang. Ada berbagai macam revenue model yang diterapkan, menyesuaikan tipikal produk/layanan yang dijajakan. Berikut ini adalah beberapa jenis revenue model yang hingga saat ini umum dipilih dan digunakan oleh pelaku startup digital.

Revenue Model Kelebihan Kekurangan
Iklan; Model bisnis ini biasanya diterapkan untuk layanan berbasis web atau aplikasi, menampilkan iklan di tempat strategis di dalam konten layanan yang dihadirkan. Google AdSense menjadi salah satu yang paling populer digunakan di Indonesia.

Namun seiring perkembangannya, iklan juga bisa dikelola secara langsung, berhubungan langsung dengan brand tertentu yang ingin mempublikasikan pekerjaan.

Penerapan dan pengelolaannya mudah. Cocok untuk model layanan atau aplikasi yang disampaikan secara gratis. Perlu memastikan pengguna layanan atau aplikasi tersebut banyak. Umumnya tidak bisa didapat secara instan, perlu ada proses panjang untuk menghadirkan traksi.
Affiliate; Berafiliasi dengan brand lain juga menjadi yang cukup populer diterapkan di Indonesia. Konsep afiliasi ini biasanya digunakan oleh pengembang konten (web atau aplikasi) yang mempromosikan produk tertentu (biasanya secara native) di dalamnya. Jika dibandingkan dengan iklan, umumnya penawaran yang diberikan lebih menjanjikan, dengan hitungan yang lebih tinggi dan lebih jelas. Seringkali harus memaksakan konten untuk disesuaikan dengan produk dari afiliasi yang ingin digenjot. Perlu proses panjang dan dapat mengorbankan ketertarikan pengguna.
Transaksional; Model ini pada dasarnya sama dengan tata cara jual beli di pasar, sebuah produk atau layanan dibayar langsung oleh konsumen (bayar di muka). Misalnya menjual perangkat lunak dengan mekanisme beli putus. Beberapa konsumen (terutama di tipe konvensional) lebih nyaman karena proses yang sederhana. Produk yang dijual dengan model bisnis seperti ini biasanya sangat banyak persaingannya. Sehingga strategi seperti perang harga biasanya harus dilakukan, sehingga meminimalkan keuntungan.
Layanan Berlangganan; Model ini biasanya diterapkan untuk layanan yang digunakan dalam jangka waktu lama. Umumnya dihitung secara bulanan atau per tahun. Dengan produk yang matang, layanan ini dapat menghadirkan keuntungan yang signifikan.

 

 

Sangat bergantung pada basis konsumen yang besar. Membutuhkan inovasi berkelanjutan setiap waktu untuk menciptakan kepercayaan.
Penjualan Online; Sama seperti penjualan transaksional, hanya saja prosesnya dilakukan sepenuhnya di website (online). Dapat diterapkan untuk beragam jenis produk dan layanan, mulai dari yang berbentuk fisik hingga yang berbentuk non-fisik. Untuk beberapa produk yang memerlukan strategi pemasaran langsung (pengguna harus melihat barangnya, seperti rumah, mobil dll).

 

Penjualan Tidak Langsung; Model penjualan yang melibatkan agen atau re-seller. Sangat ideal bagi perusahaan untuk melakukan penyebaran produk dan memperbesar jaringan.

 

Kurang cocok untuk model bisnis digital yang ada saat ini, tantangan di pasar akan banyak pada edukasi konsumen, transformasinya ke affiliate.
Ritel; Proses penjualan produk secara ritel. Misalnya pengembang aplikasi yang menjual DVD aplikasi melalui toko di lokasi fisik. Membantu meningkatkan popularitas brand, karena umumnya bisa menjangkau konsumen secara lebih luas, terutama di negara yang masih dalam tahap transisi digital seperti Indonesia. Tidak cocok untuk startup dengan modal pas-pasan, harus mengucurkan investasi besar. Di Indonesia juga akan terkikis dengan pembajakan.
Memfokuskan Pada Layanan; Memberikan produk secara gratis, tapi harus membayar untuk layanan dan proses kustomisasinya. Misalnya mengembangkan aplikasi tertentu, aplikasinya dijual gratis, tapi instalasi dan hosting-nya harus membayar di perusahaan tersebut. Memberikan banyak ketertarikan, terlebih jika “layanan berbayar” dapat dibaurkan secara rapi. Produk sebagai biaya pemasaran, membutuhkan waktu lama untuk mengembalikan modal seiring dengan tantangan mendapatkan traksi.
Freemium; Model bisnis paling populer yang ada saat ini. Memberikan layanan gratis, tapi menyediakan konten/layanan eksklusif untuk pengguna berbayar. Mirip dengan model sebelumnya, cocok untuk layanan digital berupa perangkat lunak. Membutuhkan waktu yang lama untuk menumbuhkan transaksi dan strategi penyampaian yang kuat.

Jenis-jenis business model dalam startup digital

Tidak semua revenue stream cocok diterapkan untuk startup digital, hal tersebut dikarenakan harus menyesuaikan dengan business model yang digalakkan. Business model juga sangat erat kaitannya dengan tipikal produk/layanan, dan bagaimana bisnis menyampaikan produk/layanan tersebut kepada konsumen. Berikut ini beberapa jenis business model yang saat ini umum diadopsi oleh startup digital.

Marketplace

Tokopedia, Go-Jek, Airbnb, Bukalapak termasuk startup yang menggunakan business model ini. Menghubungkan pemilik produk/layanan dengan konsumen/pengguna. Startup menyediakan layanan untuk menghubungkan dan melancarkan proses transaksi kedua belah pihak.

E-Commerce

Mengacu pada penjualan dan distribusi produk dan layanan secara online. Model e-commerce tidak melulu diterapkan oleh bisnis yang memfokuskan pada jual beli barang secara umum (seperti Amazon), proses e-commerce sendiri dapat diadopsi di berbagai bisnis, seperti Microsoft yang menjual XBOX secara online.

SaaS (Software as a Services)

Model bisnis yang memfokuskan pada penyampaian layanan kepada pelanggan, umumnya berupa perangkat lunak dan dibayarkan secara berlangganan. Produk seperti layanan komputasi awan, CRM atau sistem manajemen keuangan cocok menerapkan model bisnis ini.

Consumer

Model bisnis yang memberikan layanan secara cuma-cuma kepada konsumen, karena fokusnya adalah membangun saluran distribusi yang kuat. Setelah produk digunakan banyak orang, revenue model seperti iklan atau freemium diterapkan. Contohnya seperti SnapChat, layanannya gratis, dan akhirnya mengeluarkan produk kaca mata untuk mendukung penggunaan aplikasinya.

API Model

Beberapa startup di Indonesia bergantung pada layanan API seperti Stripe atau Twilio. Atau kita baru saja mengenal startup baru bernama Prism. Layanannya diintergasikan dengan sistem yang dimiliki oleh perusahaan lain, tak terlihat secara kasat mata, namun memberikan kenyamanan yang berarti.

Data

Model bisnis yang memfokuskan pada pengumpulan data, biasanya akan diolah menjadi analisis untuk kebutuhan tertentu.

Licensing

Startup yang berhasil menelurkan inovasi berupa properti intelektual dapat memberikan perizianan berupa paten, merek dagang, rahasia dagang hingga pengetahuan yang dimiliki. Contohnya seperti apa yang dilakukan Arm Holdings.

Lima Rasa Takut Yang Menghambat Kesuksesan Calon Wirausahawan

Dibutuhkan keberanian besar untuk memulai sesuatu yang baru, mengubah nasib dan gaya hidup. Apakah itu beralih profesi hingga keputusan untuk menjadi seorang pengusaha. Banyak para profesional yang pada akhirnya tetap bekerja sebagai pegawai atau stuck di posisi yang ada, karena kurangnya mental berani yang dimiliki.

Rasa takut yang berkepanjangan bisa menghambat seseorang untuk memulai sesuatu hal yang baru, terutama jika langkah baru yang akan diambil memiliki risiko yang besar serta harus membuat seseorang bertaruh pada sesuatu, seperti keraguan akan prospek dalam waktu ke depan.

Banyak yang harus dipertaruhkan dalam kehidupan yang dijalani saat ini, sehingga rasa takut pun sulit untuk dihindari. Idealnya adalah seorang pengusaha harus memiliki mental yang cukup tebal dan pastinya siap untuk menghadapi semua rasa kekhawatiran yang ada.

Berikut ini adalah 5 rasa takut yang biasanya membayangi para calon pengusaha ketika hendak mulai melakukan inovasi dan perubahan yang besar dalam kehidupan.

Takut dikritik

Ketika mulai menjalankan sesuatu yang baru atau melakukan perubahan yang cukup besar di kehidupan, kalangan terdekat seperti keluarga, orang tua dan teman adalah orang-orang yang pertama bakal mengkritisi bahkan meragukan keputusan yang diambil. Jika seseorang mampu menyakinkan mereka bahwa keputusan yang diambil adalah benar dan sudah tepat, bisa menjadi langkah awal ketika nanti seseorang tersebut telah memiliki perusahaan sendiri atau mulai membangun usaha, akan lebih terbiasa menghadapi kritikan dan mampu untuk mengendalikannya.

Takut kehilangan penghasilan

Kepentingan untuk bisa bertahan hidup, membayar semua kebutuhan sehari-hari serta penghasilan yang tetap terkadang membuat seseorang merasa enggan untuk memulai usaha baru dari awal. Rasa takut kehilangan uang dan penghasilan merupakan salah satu alasan yang bisa menghambat kemajuan diri. Insting untuk bertahan hidup menyulitkan seseorang untuk maju dan melakukan perubahan yang drastis sebagai wirausahawan. Cara terbaik yang bisa dilakukan adalah keluar dari ‘comfort zone’ dan mulai gali lebih dalam potensi diri agar bisa keluar dari rasa takut yang ada.

Takut gagal

Pernyataan yang satu ini pastinya kerap menghampiri bagi mereka yang ingin melakukan kegiatan yang baru dan tentunya berbeda dari rutinitas sehari-hari. Kekhawatiran untuk gagal menjalankan usaha, memimpin tim hingga meluncurkan produk tidak bisa dihindari dengan mudah. Yang perlu diingat adalah sudah banyak para pengusaha sukses yang mengalami kegagalan di awal karier dan usaha, namun pada akhirnya banyak juga di antara mereka yang menuai kesuksesan, intinya adalah ketika kegagalan datang pada usaha, coba pelajari, koreksi dan bangun kembali motivasi yang ada.

Takut terlihat kurang cerdas

Terkadang ide yang awalnya terlihat ‘tidak masuk akal’ akan mengundang pertanyaan besar dan tanggapan yang cenderung negatif dari kalangan sekitar. Jika seseorang yakin dengan produk yang dimiliki dan pada akhirnya bisa membuktikan fungsi serta manfaat dari ide yang Anda ciptakan, takut terlihat kurang cerdas di kalangan umum akan dapat teratasi. Semua tentu saja kembali lagi kepada pribadi masing-masing, sejauh mana bisa tampil dengan baik dalam hal melempar ide dan produk kepada publik.

Takut sukses

Tidak semua orang mau mengambil risiko untuk mendapatkan kesuksesan lebih. Karena hal tersebut merupakan proses panjang yang memerlukan dedikasi, kegigihan dan kemampuan yang terbaik. Banyak di antara kita yang hingga kini diajarkan untuk menerima semua hal apa adanya dan tidak usah bermimpi setinggi langit untuk mendapatkan kesuksesan. Hal tersebut bisa menjadi kebiasaan yang pada akhirnya mengurangi motivasi dan kurangnya rasa percaya diri dalam perjalanan karier seseorang.

Pada akhirnya jika seseorang memiliki keyakinan dan tujuan yang jelas, kesuksesan bisa diraih dengan mudah, dan stabilitas serta pertumbuhan usaha akan berjalan dengan alami. Seseorang pun bisa lebih baik menguasai keadaan dan menerima kesuksesan tanpa rasa khawatir.

Pendiri dan Tim Menjadi Salah Satu Pertimbangan Investor Saat Memutuskan Berinvestasi

Bagi founder (pendiri) atau co-founder startup yang masih mencari dana dari para investor, selain harus menyiapkan diri sebaik mungkin, mengetahui apa yang ada di kepala investor adalah hal paling wajib lainnya. Para investor tidak hanya memandang dari keuntungan atau pasar dari startup baru yang akan mereka berikan suntikan dana, orang-orang yang menjalankan startup tersebut juga memberikan pengaruh atas keputusan jadi tidaknya investasi diberikan.

Dalam rangkuman percakapan Product Hunt Live Chat yang dirangkum oleh Founder Product Hunt Ryan Hoover dalam sebuah tulisan di akun LinkedIn pribadinya, disebutkan bahwa banyak investor melihat startup dari siapa-siapa yang ada di baliknya.

Team, team, team, market, team,” ujar General Partner Upfront Ventures ketika ditanya untuk menyebutkan secara singkat tentang pertimbangannya saat memberikan investasi.

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Partner Venrock David Pakman. Menurutnya sebelum menentukan investasi di suatu startup ia berusaha keras untuk memastikan pendiri dan tim yang di belakangnya pantas dan berpotensi menjadi besar dalam beberapa tahun ke depan.

Beberapa karakteristik mendasar dari founder juga diperhitungkan oleh para investor. Seperti obsesinya, latar belakang pendidikan dan kemampuannya menyelesaikan masalah-masalah yang ada.

Soal latar belakang ini biasanya menjadi pertanyaan banyak orang. Seperti seberapa pentingnya founder memiliki latar belakang yang sama dengan solusi yang mereka tawarkan. Di jelaskan Partner First Round Capital, pengalaman founder di bidang yang sama dengan produk atau solusi yang ditawarkan tidak terlalu penting. Bahkan terkadang orang-orang yang berada di industri yang sama selama beberapa puluh tahun justru memiliki sudut pandang yang biasa dan cenderung tidak bisa mengambil peluang.

Berbeda dengan mereka yang berada di luar industri. Mereka punya sudut pandang sebagi orang awam dan tentu bisa mengidentifikasi kebutuhan yang pengguna lainnya inginkan. Amazon misalnya, tidak didirikan oleh orang yang berada di industri buku. Demikian juga AirBnB yang juga tidak didirikan oleh orang-orang dengan pengalaman di bidang hotel.

Pendiri yang tidak memiliki kemampuan teknis pun masih dipertimbangkan para investor. Founder 500 Startups Dave McClure menjelaskan tidak masalah jika founder startup tidak memiliki kemampuan teknis. Hanya saja mereka setidaknya memiliki satu atau lebih dari kemampuan dalam kategori membuat produk (desain visual atau kode), menjual produk, atau mengelola dan menumbuhkan tim. Dave juga melihat potensi pertumbuhan dan akuisisi pelanggan sebagai pertimbangan sebelum ia memutuskan untuk berinvestasi di salah satu startup.

3 Poin Penting Yang Harus Dilakukan Di Awal Pertumbuhan Startup

Salah satu kunci kesuksesan sebuah startup adalah menciptakan produk yang disukai dan digunakan oleh masyarakat secara rutin. Sebelum Anda memiliki produk yang tepat dan dapat bekerja dengan baik, sebaiknya tunda dulu untuk melakukan penggalangan dana, menambah jumlah pegawai dan hal-hal terkait lainnya.

Dalam tips DailySocial berikut ini, yang berdasarkan pengalaman founder Crazy Egg dan KISSmetrics Hiten Shah, akan disampaikan poin-poin penting yang bisa dilakukan oleh Anda pendiri startup yang hingga kini masih belum menemukan formula yang tepat untuk menciptakan produk yang berkualitas dan disukai oleh konsumen.

Pendanaan sendiri dan product-market fit

Saat mulai membangun startup pertamanya Crazy Egg, Shah memilih untuk mengeluarkan modal pribadi untuk pendanaan operasional startup miliknya. Selain itu Shah juga secara fokus mencoba untuk membuat produk yang berguna dan tentunya dibutuhkan oleh masyarakat. Dibutuhkan waktu selama 6 bulan penuh hingga akhirnya Crazy Egg menemukan product-market fit yang tepat dan bisa berfungsi dengan baik. Tentunya akan menjadi hal yang sulit untuk menemukan product-market fit yang tepat ketika Anda harus berkompetisi dengan pemain lain yang mungkin memiliki model bisnis yang serupa. Penting untuk menemukan product-market fit di awal proses membangun startup, agar bisnis Anda dapat berjalan stabil dalam jangka panjang.

Hiten Shah mengatakan:

“Pelajaran penting yang kami alami saat membangun perusahaan adalah pentingnya untuk fokus kepada product market fit sebelum masuk ke fase pertumbuhan. Ketika waktunya telah tepat penggalangan dana hingga meningkatkan pertumbuhan bisnis akan terjadi secara sendirinya pada waktu yang tepat.”

Disiplin dan perbaikan

Kunci kesuksesan lain yang perlu selalu diciptakan adalah inovasi dan ide-ide kreatif. Untuk dapat menghasilkan produk yang baik dibutuhkan disiplin yang tinggi dan banyaknya perbaikan, terutama dengan makin sengitnya persaingan dan semakin “demanding”-nya konsumen saat ini.

Segera luncurkan produk Anda

Ketika semua proses telah Anda lalui dan terlihat menunjukkan arah yang positif, segera luncurkan produk Anda kepada pasar yang dibidik. Di lain pihak, upayakan untuk tetap fokus kepada feedback dan masukan dari para konsumen. Pastikan Anda dan tim selalu siap menangkap semua kesalahan dan segera melakukan perbaikan, terutama terkait masalah dan kendala yang kerap dihadapi oleh konsumen.

10 Tips Jitu untuk Calon Wirausahawan Baru

Dalam tips DailySocial kali ini, wirausahawan muda Lithuania, yang juga pendiri majalah online untuk pengusaha desain Despreneur Tomas Laurinavicius, merangkum 10 tips ampuh yang bisa diterapkan jika di tahun 2016 nanti Anda berencana untuk mendirikan startup atau berencana untuk merilis startup Anda.

Rangkuman tips ini merupakan hasil pengamatan Tomas selama ia menjadi freelancer dan bekerja di perusahaan ternama. Diharapkan tips yang dibagikan bisa membantu para Founder terhindar dari kesalahan dan tentunya bisa menghemat waktu dan uang.

Membangun tim yang solid

Ketika ide yang fantastis telah Anda temukan, hal selanjutnya yang mempengaruhi keberhasilan sebuah startup adalah tim yang solid. Lakukan proses perekrutan dengan tepat, cari tahu apa yang memotivasi tim Anda sehingga tercipta hubungan yang baik, bentuk tim yang mampu berkolaborasi dengan baik dan tentunya bisa memberikan kontribusi yang prima untuk kemajuan startup Anda.

Investasi ke desain

Visual yang diterapkan dengan baik akan menjadi faktor 90% tentang bagaimana produk Anda akan diterima. Untuk itu investasikanlah tenaga, inovasi, dan tentunya dana yang Anda miliki dalam hal pembuatan desain. Seperti ditegaskan Steve Jobs, desain yang baik bukan hanya dilihat dari tampilan yang bagus dan kecanggihan yang ditawarkan, melainkan bagaimana desain itu bekerja dengan baik.

Menciptakan produk yang menjual

Pada dasarnya adalah bisnis merupakan konsep yang sederhana. Jika Anda bisa menawarkan solusi atas kendala yang dimiliki oleh konsumen, secara otomatis konsumen Anda akan rela mengeluarkan uang untuk membayar. Menjadi hal yang penting untuk mencari tahu dengan benar produk yang dibutuhkan konsumen.

Menjalani proses yang ada

Sebagian besar wirausahawan baru ingin melakukan dalam waktu cepat besar dan viral, Hal tersebut bisa berakibat buruk karena terkesan terlalu tergesa-gesa. Hormati proses yang ada, jalankan product-market fit, dan lakukan trial-and-error hingga menemukan formula yang tepat, fitur yang sesuai, dan layanan yang diinginkan oleh calon pelanggan Anda. Jika semua hal tersebut sudah Anda terapkan, ketika saatnya untuk scale up hal tersebut bisa Anda jalankan dengan lancar.

Membuat fitur yang sederhana dan berkualitas

Kesalahan lain yang kerap dilakukan oleh wirausahawan baru adalah membuat produk dengan fitur-fitur tambahan yang banyak jumlahnya. Hal ini baiknya dihindari karena idealnya adalah fitur yang sedikit jumlahnya namun berkualitas, jauh lebih menguntungkan, dan tentunya berpotensi untuk dijual. Yang perlu diingat adalah fokuskan kepada hal-hal yang detil namun memiliki kualitas yang prima.

Fokus ke pasar yang luas dengan pendekatan yang unik

Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk menarik perhatian konsumen adalah produk yang unik dengan target pasar yang luas. Contohnya adalah aplikasi akunting namun khusus untuk profesi tertentu, misalnya make up artist, perancang busana, dan lainnya. Produk Anda tetap bersifat umum namun target pasar yang dibidik lebih fokus dan tentunya unik.

Validasi

Produk yang baik adalah produk yang telah dilakukan uji coba kepada konsumen dan tentunya dapat diterima dengan baik. Lakukan validasi di awal proses pengembangan dan buktikan kepada publik bahwa produk Anda mampu untuk menuntaskan masalah dan memberikan solusi yang dibutuhkan oleh konsumen. Lebih baik melakukan investasi saat melakukan validasi serta memperbaiki kegagalan daripada berinvestasi di produk yang ada tanpa validasi namun tidak ada konsumen yang ingin menggunakan produk Anda.

Bersabar

Dibutuhkan setidaknya 3-5 tahun untuk melihat tanda-tanda kesuksesan dan produk yang Anda miliki. Dalam kurun waktu tersebut Anda sebagai Founder dituntut untuk mengembangkan produk, membentuk tim, mendengarkan feedback dari konsumen, menganalisis target pasar, melakukan penjualan dan pemasaran, melebarkan jaringan, melakukan pitching terhadap ide yang dimiliki, dan tentunya belajar dari kesalahan serta berusaha untuk memperbaikinya.

Menciptakan kultur perusahaan

Kultur perusahaan yang dinamis mempengaruhi kinerja dari tim yang tentunya mendukung kemajuan dari startup Anda. Untuk itu bangunlah kultur perusahaan yang ada sebaik mungkin, ciptakan nuansa kolaborasi dengan anggota tim Anda secara efektif dan fleksibel, dan bangunlah suasana kerja yang mendukung Anda dan tentunya anggota tim Anda setiap harinya.

Membuat produk untuk kepentingan orang banyak

Produk startup yang baik adalah produk yang mampu membantu kepentingan orang banyak serta membuat kehidupan dan tentunya lingkungan sekitar menikmati keuntungan serta efek yang dihasilkan. Untuk itu buatlah produk yang baik dan bermanfaat bukan hanya untuk Anda, melainkan juga lingkungan sekitar dan tentunya orang banyak.