Mengoptimalkan Toko Fisik Seperti Toko Online

Meskipun model bisnis online menjanjikan keuntungan yang lebih tinggi, namun masih banyak pemiliki toko fisik yang masih menjadikan pengadaan toko sementara (pop up store) sebagai salah satu andalan distribusi penjualan.

Artikel ini akan membahas lebih dalam strategi yang perlu dilakukan oleh Anda pemilik toko fisik sekaligus penjual online, untuk mengoptimalkan toko fisik jadi lebih menguntungkan bagi bisnis Anda. Berikut rangkumannya:

Berhubungan dengan komunitas lokal

Ketika harga sewa toko melambung, ada ROI marketing yang nyata bisa ditemukan dalam lokasi persewaan toko. Seringkali merek online harus bekerja keras untuk mendapatkan kepercayaan konsumen. Hal ini tentunya memakan waktu yang sangat panjang. Mereka pun biasanya mengandalkan peranan dari kehumasan yang bisa memakan biaya besar atau menghabiskan ongkos tersebut untuk membuat iklan banner.

Sebaliknya, jika Anda memiliki toko fisik, ini akan memberi Anda sinyal bahwa perusahaan itu diinvestasikan untuk masyarakat luas. Anda bisa berkesempatan mengikuti ruang oleh komunitas mengikuti pameran di lingkungan sekitar.

Tetap mengandalkan toko online dan offline

Mempertahankan toko fisik tidak mengharuskan Anda untuk menjaga ruang gudang berisi barang-barang bernilai jutaan dolar. Pelanggan bermindset modern umumnya sudah familiar dengan membeli barang secara online dan banyak diantara mereka yang puas meninggalkan toko tanpa menenteng barang belanjaan di tangan mereka.

Fakta ini akan bermanfaat bagi Anda untuk mengurangi kebutuhan terhadap keberadaan gudang yang besar. Ongkos yang diperlukan untuk menyewa gudang lebih luas dapat lebih ditekan. Kemudian mengalihkan ongkos tersebut untuk pemasaran online.

Mengandalkan SEO berkualitas tinggi

Saat ini konsumen mengandalkan pencarian online sebelum mereka mengunjungi toko fisik. Maka dari itu, praktik SEO sangat penting untuk strategi pemasaran yang baik. Pastikan setiap kata kunci sudah Anda pakai agar toko offline makin mudah ditemukan calon konsumen.

Beri insentif untuk konsumen offline

Orang itu umumnya menyukai diberi insentif. Sebaiknya Anda tawarkan program customer referral untuk mereka yang berhasil membawa seorang teman saat berbelanja di toko. Insentif adalah alat yang hebat untuk mendorong pembelian baru.

Referral bisa menjadi jalur penjualan terbesar bagi bisnis Anda, lebih besar dari biaya pemasaran, media sosial, PR, atau iklan banner. Dari sana Anda bisa menanyakan langsung ke konsumen bagaimana pengalaman mereka saat berkunjung ke toko. Apabila mereka punya pengalaman yang baik, Anda jadi tidak ragu untuk bertanya lebih lanjut apakah mereka memiliki teman atau rekan untuk dibawa ke toko.

Buat program loyalitas

Saat membangun loyalitas, umumnya konsumen mencari lebih dari sekadar barang yang mereka cari di rak toko. Mereka mencari pengalaman yang menarik dan unik untuk menjadi alasan kuat kembali ke toko yang sama kembali berbelanja.

Salah satu solusi yang bisa Anda lakukan untuk hal ini adalah menghadirkan stylist agar hubungan dengan konsumen jadi lebih intim. Stylist dapat menyarankan tren baju seperti apa yang cocok. Lalu menyapa seluruh pengunjung dengan memanggil nama mereka, meluangkan waktu untuk barang apa yang ingin dicari, dan lainnya. Cara ini diyakini dapat meningkatkan empati yang membuat konsumen kembali datang ke toko Anda pada masa mendatang.

Dampak Menjual Produk ke Pengguna yang Salah

Salah satu konsep terpenting dan inti dalam menjalankan bisnis adalah bagaimana menjual produk kita kepada pengguna. Kita bisa menghasilkan produk berkualitas dan memiliki tim yang solid, tapi jika tidak tahu bagaimana cara menjual yang baik, bisnis kita tidak pernah bisa berkembang. Menjual ke orang yang salah juga merupakan hal yang menghambat perkembangan bisnis. Orang yang salah di sini adalah orang yang tidak bisa mendapatkan atau tidak membutuhkan value yang ditawarkan.

Berikut beberapa dampak yang bisa terjadi jika kita menjual produk ke orang-orang yang salah.

Biaya pelayanan pelanggan yang tinggi

Yang paling bahaya dari menjual produk ke pengguna yang salah adalah feedback negatif yang bermunculan. Jika pengguna yang ditargetkan dari awal merupakan pembeli yang salah, produk tidak akan sesuai dengan apa yang mereka harapkan. Demikian pula sebaliknya, jika tidak peka menilai pengguna maka produk akan dikembangkan akan mengarah ke jalur yang salah. Tidak sesuai dengan kebutuhan sebenarnya.

Banyaknya feedback negatif tentu akan menguras banyak energi di sektor pelayanan pelanggan. Banyak komplain dan sejenisnya, karena pada dasarnya sebuah produk tidak akan bekerja dengan baik dengan pengguna yang salah.

Salah satu cara mengidentifikasi pengguna yang salah dengan melihat bagaimana mereka menanggapi sebuah produk. Biasanya pengguna yang salah tidak menemukan value yang ditawarkan dan sebagian dari mereka terlalu sering menanyakan diskon.

Merusak reputasi

Media sosial telah mengubah bagaimana cara bisnis mengelola citra mereka di publik. Semakin banyak ulasan positif di media sosial artinya semakin baik citra bisnis di masyarakat. Masalahnya jika produk terjual ke pengguna yang salah dan mereka tidak bisa mendapatkan value, konsumen ini tidak bisa mendapatkan apa yang ingin mereka dapatkan. Mereka ini yang jika banyak menuliskan di media sosial bisa berdampak pada reputasi produk dan bisnis secara umum.

Dampak negatif ini juga akan melebar dan menjangkiti moral tim yang merasa mengembangkan sesuatu yang tidak berguna. Padahal yang mereka kembangkan bukan tidak berguna, tetapi tidak tepat sasaran.

Untuk bisa mengatasi kesalahan menjual kepada pengguna yang salah, bisnis harus waspada ketika mencoba melebarkan basis pengguna. Selalu pastikan mereka memenuhi kriteria sebagai target pasar yang diinginkan. Pastikan semua data yang didapat bisa divalidasi.

Enam Hal Pendukung yang Harus Jadi Fokus Investasi Startup

Merintis bisnis itu adalah hal yang paling sulit untuk dilakukan. Data statistik menyebut, lebih dari setengah perusahaan startup gagal berjalan dalam lima tahun pertamanya sepanjang tahun lalu. Hasil ini jauh lebih baik daripada menjalankan bisnis konvensional, di mana setengah total perusahaan gagal hanya dalam kurun waktu setahun pertamanya dimulai.

Tidak ada alasan yang secara konsisten menyebut alasan di balik gagalnya perusahaan karena ada banyak faktor berbeda yang dapat mempengaruhinya. Namun, satu kegagalan yang pasti terjadi adalah kurangnya modal untuk berinvestasi. Jika Anda tidak memiliki uang yang cukup untuk dibelanjakan, maka bisnis Anda kemungkinan dalam waktu dekat akan gagal.

Berikut ini adalah enam unsur yang perlu diinvestasikan jika Anda ingin bisnis startup berjalan sukses:

1. Desain

Investasi untuk desain bisnis Anda sangat penting jika perusahaan ingin sukses. Sebagian besar usaha kecil tidak memperhatikan investasi mereka untuk keperluan desain grafis karena dianggap tidak penting. Strategi ini tidak benar. Sebenarnya, desain itu diperhatikan sekali oleh pelanggan sebelum mereka mengenal produk Anda. Temuan ini menurut penelitian yang dilakukan oleh Missoury University of Science and Technology.

Anda bisa meminta bantuan dari perusahaan desain terkemuka dan terkenal, agar hasil desain yang Anda harapkan sesuai dengan perusahaan. Semua hal ini memerlukan investasi yang solid, jika Anda ingin bisnis kecil sukses dan memiliki reputasi baik dengan klien dan bisnis Anda menjadi perusahaan profesional yang menonjol.

2. Pemasaran

Berhubungan erat untuk merancang, memasarkan bisnis Anda adalah aspek lain yang perlu diinvestasikan dengan benar. Jangan coba dan melakukannya sendiri jika Anda tidak berkualifikasi atau terampil. Pemasaran itu sangat penting bagi kesuksesan usaha kecil Anda, terutama jika Anda bekerja di bidang yang sudah dipenuhi dengan bisnis serupa seperti Anda.

Pasalnya, pemasaran itu mencakup target konsumen Anda. Sehingga, Anda harus memastikan bahwa strategi yang dipakai relevan dan dapat diakses oleh konsumen. Tak hanya itu, Anda harus selalu konsisten dengan nada iklan yang dipakai. Tindakan ini akan berdampak pada penjualan jadi lebih maksimal.

3. Teknologi

Teknologi adalah investasi berharga lainnya yang harus Anda lakukan dalam bisnis startup Anda. Semua orang tahu betapa pentingnya teknologi bagi kehidupan modern. Namun sayangnya, tidak banyak orang yang tahu betapa pentingnya teknologi bagi bisnis. Anda perlu banyak mengeluarkan investasi untuk pengembangan teknologi di bisnis Anda. Jika tidak, reputasi dan pendapatan Anda akan terabaikan hingga akhirnya mati dengan sendirinya.

Ada banyak teknologi yang bisa Anda terapkan. Untuk itu, Anda perlu sesuaikan dengan kebutuhan. Misalnya, program untuk pemesanan instan, sistem organisasi dokumen, dan sistem pengelolaan konten, cenderung memiliki efek instan terhadap produktivitas kerja Anda.

Salah satu contoh pemanfaatan teknologi untuk meningkatkan kepuasan konsumen adalah situs yang informatif. Artinya, situs tidak hanya dirancang untuk menyenangkan mata saja, namun juga harus berinsi informasi penting tentang perusahaan Anda. Jika Anda gagal menyediakan ini, maka Anda akan kehilangan pelanggan dan reputasi.

Intinya, jangan simpan uang Anda saat berhubungan dengan teknologi. Jika Anda terlalu berhemat, ditakutkan Anda akan menyesal kemudian hari.

4. Bantuan legal

Banyak perusahaan startup gagal mempertahankan penasihat hukum karena mereka menyebutnya sebagai biaya yang tidak perlu. Nasihat hukum itu sebenarnya cukup penting untuk kesuksesan bisnis Anda. Dengan menggunakan firma hukum bereputasi baik, Anda dapat melindungi diri dari masalah hukum potensial. Misalnya, saat menulis atau meninjau kontrak hukum, demi memastikan Anda tidak melanggar undang-undang apapun dan melakukan mediasi jika terjadi perselisihan.

Tanpa bantuan tenaga profesional, Anda membuka diri terhadap segala tindakan hukum potensial yang kemungkinan bakal terjadi. Bahkan, dapat mengakibatkan bisnis Anda jadi mati sebelum sukses.

5. Jasa akuntan

Akuntansi adalah hal lain yang perlu Anda investasikan. Dengan memiliki seorang akuntan, Anda dapat mengoptimalkan bisnis, mengurangi pemborosan, dan inefisiensi yang membatasi gerak perusahaan.

Jika Anda gagal melakukan investasi untuk hal ini, kemungkinannya Anda akan memiliki bisnis yang tidak efisien. Juga, tidak efektif karena Anda menghabiskan uang ke tempat yang sebetulnya tidak membutuhkan investasi baru.

6. Asuransi

Meskipun hal ini mungkin tidak tampak jelas bagi Anda, namun Anda perlu menginvesasikan uang dalam cakupan asuransi yang sesuai kebutuhan. Banyak orang yang mengejek saran dari asuransi dengan beralasan bahwa hal ini tidak diperlukan kecuali Anda menghasilkan serius dengan bisnis sendiri.

Alasan ini mungkin benar untuk beberapa bisnis kecil. Jika Anda adalah reseller untuk sebuah layanan e-commerce, maka asuransi mungkin tidak sesuai untuk Anda. Namun, jika Anda ingin bisnis tumbuh, maka Anda perlu mengeluarkan uang untuk asuransi.

Sebab pada dasarnya, bencana itu bisa menyerang kapan saja. Jika Anda tidak memiliki asuransi, Anda bakal tidak siap dengan segala bencana yang muncul.

Secara keseluruhan, Anda perlu berinvestasi jika ingin bisnis sukses. Tanpa investasi uang yang tepat, Anda akan tampak tidak profesional dan kehilangan binsis melalui inefisiensi dan kurangnya reputasi. Jika Anda tidak dapat melakukan investasi untuk salah satu dari enam hal di atas, mungkin Anda perlu mengevaluasi kembali peluang bisnis agar sukses.

Tiga Cara Alternatif Melakukan Perekrutan Talenta Startup

Salah satu kendala yang saat ini masih kerap dihadapi oleh startup adalah, sulitnya untuk mendapatkan talenta untuk berbagai posisi yang dibutuhkan. Mulai dari engineer, pemasaran hingga tim media sosial, semua posisi tersebut dibutuhkan oleh berbagai startup saat ini. Ketika cara-cara umum sudah semakin sulit untuk dilakukan yaitu membuka pengumuman lowongan pekerjaan hingga memanfaatkan platform lainnya, cara-cara berikut bisa dimanfaatkan untuk membantu startup menambahkan talenta baru lebih cepat sesuai dengan kriteria yang dibutuhkan.

Jaringan komunitas startup

Saat ini sudah banyak kegiatan hingga acara-acara yang melibatkan engineer hingga jajaran manajemen startup yang menghadiri acara tersebut. Manfaatkan kegiatan ini untuk Anda mulai mempromosikan diri jika membutuhkan tempat kerja baru, atau pemilik startup mulai melakukan perekrutan tenaga kerja sesuai dengan posisi yang dibutuhkan. Lakukan wawancara secara spontan dan cari tahu talenta seperti apa yang cocok untuk mengisi posisi di startup saat ini.

Bertemu langsung dengan kandidat di acara terbuka, biasanya memberikan kesempatan lebih banyak Anda memilih dan menemukan kandidat yang sesuai untuk kebutuhan startup saat ini.

Jaringan pegawai

Saat ini sudah banyak startup yang memanfaatkan jaringan atau rekomendasi dari pegawai di perusahaan. Selain lebih cepat dan rekomendasi lebih terjamin, memanfaatkan referral atau jaringan dari dalam juga bisa dijadikan program atau rewards untuk pegawai Anda. Manfaat lain yang bisa didapatkan jika Anda menerapkan rekomendasi dari pegawai adalah lebih baiknya kolaborasi tercipta berdasarkan rekomendasi dari sesama teman di kalangan engineer atau tim pemasaran di startup saat ini.

Jaringan VC dan mentor

Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk memanfaatkan jaringan yang dimiliki oleh VC startup adalah bertanya secara langsung rekomendasi atau kandidat yang bisa ditempatkan untuk mengisi posisi yang dibutuhkan. Dengan demikian membuka kesempatan Anda menemukan kandidat baru berdasarkan kandidat dari mentor hingga para investor startup saat ini.

VC tertentu biasanya akan langsung memberikan rekomendasi engineer terbaik atau jajaran manajemen seperti CFO hingga CTO untuk menempati posisi strategis di startup, berdasarkan proses penyaringan yang dilakukan VC.

Pengaruh Budaya Kerja dalam Bisnis

Dalam industri startup, salah satu hal paling sering dibahas ketika membangun sebuah bisnis adalah kultur atau budaya. Banyak yang meyakini bahwa budaya yang ditumbuhkan di dalam tubuh startup bisa membawa dampak yang positif. Baik bagi tim maupun bagi bisnis secara keseluruhan. Berikut beberapa alasan mengapa budaya bisa mempengaruhi bisnis.

Budaya membawa ke arah inovasi

Bukan menjadi rahasia umum bahwa salah satu rekomendasi untuk membangun sebuah pondasi bisnis yang kuat adalah mulai mengembangkan budaya dalam tim. Menyelaraskan visi misi merupakan sebuah hal awal yang penting.

Salah satu yang wajib digali dari proses pembangunan budaya kerja di startup adalah “Why”. Hal tersebut akan lebih dalam dieksplorasi ketika membahas peran budaya kerja dalam mempengaruhi kinerja. Pertanyaan “why” akan menuntun bisnis pada penemuan nilai-nilai yang akan diberikan kepada pengguna dan tim di dalamnya. Termasuk juga akan mengarahkan anggota tim ke arah inovasi.

Nilai dan tujuan bersama

Salah satu aspek terpenting dalam membangun budaya kerja adalah nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Membangun budaya kerja sama dengan menumbuhkan nilai-nilai dari perusahaan, nilai-nilai yang diyakini bersama. Membangun sebuah tim dan menjalankan sebuah bisnis tidak hanya soal keuntungan, tetapi juga soal keberlangsungan tim. Untuk itu diperlukan budaya kerja yang baik.

Setiap hari yang dilalui, setiap capaian yang telah berhasil diraih merupakan sebuah usaha kerja bersama. Budaya kerja yang baik seolah menjadi daya dorong positif untuk masing-masing anggota tim agar bisa mengeluarkan potensi dan kerja terbaiknya.

Budaya yang kuat mempererat tim

Satu lagi peran budaya kerja yang positif dalam bisnis yang paling krusial adalah membantu mempertahankan tim terbaik. Budaya kerja tidak hanya membangun bisnis tapi juga membangun tim dan manusia di dalamnya. Dengan budaya kerja kebersamaan bisa dibangun, rasa memiliki dan kesamaan visi bisa jadi modal kuat untuk mencegah bongkar pasang tim.

Budaya kerja yang baik, tim yang solid dan bahagia merupakan salah satu awal yang baik untuk membentuk branding. Dapur yang baik akan menghasilkan makanan yang baik juga.

Tiga Sikap Positif yang Wajib Dimiliki Pendiri Startup

Sebagai pendiri startup Anda dituntut untuk memiliki kecerdasan yang cukup dalam hal bisnis dan teknologi. Namun demikian saat ini skill dan ide yang fantastis saja belum cukup untuk bisa menjalankan bisnis startup setiap harinya, diperlukan kesiapan mental dan pengendalian emosi yang fit agar Anda pendiri sekaligus pimpinan bisa menjalankan bisnis. Artikel berikut akan merangkum 3 sikap yang wajib dimiliki oleh pendiri startup.

Mampu mengendalikan stres

Stres dan depresi telah menjadi bagian dari rutinitas bisnis startup, apakah itu ketika sedang menghadapi kendala, mulai kehabisan uang hingga produk yang belum memiliki jumlah pelanggan yang memuaskan. Agar Anda bisa mengatasi semua permasalahan tersebut, diperlukan kemampuan untuk mengendalikan emosi dan menghadapi rasa stres serta depresi yang baik.

Jika Anda tidak mampu untuk menangani semua, hal ini akan mempengaruhi jalannya startup pada akhirnya. Pendiri startup harus memiliki kesiapan mental dan kemampuan untuk menjaga dengan baik emosi dan rasa stres dengan baik. Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk mengurangi rasa stres tersebut adalah, dengan mengakui jika ada kesalahan, kegagalan hingga kehilangan yang terjadi pada startup.

Posisikan diri Anda sebagai kepala keluarga

Saat startup masih dalam skala kecil hingga besar, menjadi ideal untuk selalu memposisikan diri Anda Founder layaknya kepala keluarga. Sebagai kepala keluarga, Anda juga dituntut untuk bisa mencurahkan perhatian, bersikap transparan dan bisa menampung keluhan anggota keluarga dalam hal ini adalah pegawai.

Kebiasaan ini mampu untuk memperlancar kolaborasi hingga komunikasi dalam tim. Jika Pendiri menghiraukan cara-cara ini, bisa mengganggu jalannya bisnis dan semakin sulit bagi Founder untuk mengatasi kesulitan yang datang.

Belajar dari Founder senior

Sebagai pendiri startup baru dan tergolong masih belia usianya, menjadi penting untuk selalu belajar, mendapatkan inspirasi dan pelajaran dari pendiri startup hingga pengusaha yang sudah senior. Dengan demikian bisa melengkapi pendidikan dan inovasi Anda dengan pengalaman dari senior Anda. Petik hal-hal yang positif dari mereka, terutama mengenai cara melakukan komunikasi, memiliki empati, dan bersikap transparan.

Lima Hal yang Perlu Dicermati Investor Sebelum Berinvestasi

Makin maraknya kehadiran startup di Indonesia, menarik perhatian para investor untuk berinvestasi di berbagai layanan startup yang ada. Untuk mengetahui seperti apa strategi serta pendekatan yang bisa dilakukan investor kepada startup, artikel berikut akan mengupas 5 hal yang bisa dicermati investor belajar dari Dimitra Taslim yang sebelumnya bekerja sebagai Senior Investment Analyst di Monk’s Hill Ventures.

Hindari memberikan investasi dalam jumlah yang fantastis

Saat ini sudah banyak pendiri startup yang menawarkan ide menarik, inovasi terkini dan tim yang memiliki kemampuan lebih demi mendapatkan investasi dalam jumlah yang fantastis dari investor. Beberapa investor pun pada akhirnya banyak yang memberikan jumlah yang besar kepada startup tersebut.

Idealnya saat investor mulai berencana untuk memberikan investasi kepada startup, fokuskan kepada valuasi dan berikan pendanaan dalam jumlah yang masuk akal dan sesuai dengan kebutuhan startup. Memanfaatkan cara tersebut, nantinya investasi bisa menghasilkan keuntungan 10 kali lipat dalam waktu 6 hingga 8 tahun ke depan.

Seleksi pitch deck sejak awal

Salah satu cara yang bisa dilakukan oleh investor untuk terhindar dari aplikasi hingga pitch deck menumpuk dari startup adalah dengan melakukan penyaringan awal. Dalam hal ini bisa dilakukan oleh tim analisis dari venture capital, sebelum pada partner membuat perjanjian kepada startup tersebut. Temukan pitch deck startup yang menarik, masuk akal dan jelas.

Biarkan startup menjalankan bisnis secara mandiri

Definisi “mandiri” yang dimaksud adalah biarkan pendiri startup dan tim menjalankan bisnis, membuat produk dan kegiatan operasional lainnya sendiri. Idealnya sebagai investor hindari terlalu sering ikut campur kepada bisnis startup, meskipun Anda sebagai VC merasa memiliki andil untuk memberikan masukan atau saran. Dalam hal ini, jika tim di startup tersebut membuat kesalahan atau membutuhkan ide dan saran, di situlah fungsi dari investor dibutuhkan untuk membantu kesulitan tersebut.

Selesaikan negosiasi secara tuntas

Saat ini ketika makin banyak VC lokal hingga asing menawarkan pendanaan dengan jumlah yang beragam, membuat persaingan semakin sengit. Terutama ketika startup baru hadir dengan inovasi dan teknologi yang menarik dan memiliki potensi. Untuk itu sebagai investor, lakukan pendekatan, tawarkan pendanaan dengan jumlah yang sesuai dan keuntungan lainnya yang bisa ditawarkan oleh VC kepada startup. Ketika perjanjian belum berakhir secara tuntas, artinya kesepakatan belum terjadi dan kemungkinan besar startup tersebut bisa beralih ke VC lainnya. Bisnis investor merupakan penjualan yang cukup kompleks, untuk itu pastikan proses negosiasi berjalan dengan lancar dan tentunya saling menguntungkan.

Pelajari teknologi hingga bisnis yang dimiliki startup

Jika saat ini Anda sebagai partner di VC tidak mengetahui dengan jelas apa itu teknologi yang diterapkan dan bagaimana model bisnis dijalankan oleh startup, jangan langsung menyerah dan meninggalkan penawaran dari startup tersebut. Coba pelajari, akui jika Anda sebagai investor kurang menguasai bidang tersebut dan temui ahli hingga pakar tentang teknologi tersebut. Posisikan diri Anda investor yang selalu ingin tahu dan tidak keberatan untuk belajar. Saat ini sudah banyak startup yang memiliki potensi dan sukses berawal dari teknologi baru dan model bisnis yang unik.

Empat Mitos Saat Menjadi Founder Startup

Dibalik gemerlapnya memangku posisi sebagai seorang pemimpin perusahaan, ada banyak mitos yang berseliweran di telinga orang-orang. Ada yang mengatakan CEO itu memiliki banyak kebebasan, harus pintar, bisa datang kantor kapan saja, dan masih banyak lagi. Benarkah demikian?

Acara diskusi #SelasaStartup yang diselenggarakan DailySocial setiap pekannya kali ini menghadirkan CEO Wooz.in Ario Tamat untuk berbagi pengalaman pribadinya selama menjadi CEO. Berikut rangkumannya:

1. Punya ide bagus, pasti bakal kaya raya

Banyak yang menyebut, startup itu lahir dari ide. Itu memang benar, namun menurut Ario bukan berarti setiap orang yang punya ide pasti jadi orang kaya. Ario berpandangan, ide itu justru tidak berarti tanpa ada langkah eksekusi, ide brilian sekalipun. Terlebih selama beberapa tahun belakang, tren mendirikan startup mulai marak di Indonesia.

Ini yang menyebabkan semua orang berlomba-lomba mencari ide bagus untuk mendirikan startup, namun akhirnya tidak bisa bertahan lama karena eksekusinya yang kurang tepat.

“Ide saja tidak cukup, yang terpenting bagaimana eksekusinya. Sebab semua orang itu punya ide, maka perlu riset yang bagus agar tepat bagaimana mengeksekusi. Apalagi saat ini VC mulai memilih-milih tidak ingin sembarang investasi ke startup baru,” kata Ario.

2. Saya bangun startup karena tidak ingin kerja dengan orang lain

Semua orang banyak yang mengira, pengusaha itu memulai startup karena tidak ingin bekerja di bawah orang lain. Perkiraan itu salah. Menurut Ario, justru orang yang ingin mendirikan startup perlu merintis kariernya terlebih dahulu lewat bekerja di perusahaan lain.

Ario malah menyarankan kepada calon founder startup untuk bekerja di perusahaan yang semi/well-established sebab di sanalah banyak bekal ilmu yang bakal berguna ke depannya.

“Kalau baru lulus [kuliah] langsung mendirikan startup itu omong kosong. Kalau belum kerja dengan orang artinya Anda belum kerja sebenarnya. Butuh banyak waktu untuk belajar banyak hal mengenai organisasi, sistemnya, apalagi menghitung profit & loss. Mengatur cashflow terlihat mudah, namun sebenarnya tidak.”

3. Bangun startup, langsung cari investor

Startup memang menjadi sasaran empuk bagi para investor, baik itu angel investor maupun modal ventura. Namun, dengan banyaknya startup yang bertebaran secara tidak langsung membuat investor jadi lebih selektif. Risiko gagalnya pun jadi makin besar.

Ario menyarankan kepada founder untuk menggunakan cara cepat yakni membuat model bisnis yang bisa menghasilkan uang sejak pertama kali berdiri. Dengan cara ini diyakini bisnis akan lebih dapat bertahan lama karena tidak bergantung pada bantuan sokongan dana dari orang lain.

“Saran saya sebaiknya ditunda dulu [cari investor] semundur mungkin, atau sampai mereka yang datang ke startup Anda. Sebaiknya benerin dulu proses bisnisnya, cari aman dengan membuat bisnis yang bisa menghasilkan profit. Gratis sebaiknya jadi strategi, bukan komponen utama. Pastikan bisnis jalan terlebih dahulu.”

4. Banyak waktu luang

Karena startup itu dibangun oleh diri sendiri, bukan berarti Anda memiliki banyak waktu luang tidak harus kerja. Hal ini belum tentu berlaku bagi startup yang sudah memiliki manajemen yang terorganisir. Untuk startup dengan tim yang terbatas, tentunya distribusi pekerjaan bakal tidak merata. Kesempatan untuk mengalihkan pekerjaan pun jadi tidak terasa mungkin.

“Urusan printil-printilan memang kecil, namun kalau banyak itu kan tetap makan waktu luang.”

Terkait kebebasan waktu luang, juga ada kaitannya dengan berpakaian. Banyak yang mengira bekerja di perusahaan startup itu memiliki gaya busana bebas, apalagi bagi seorang CEO. Di satu sisi, menurut Ario, hal itu benar tapi sangat tergantung pada kondisi.

Menurutnya CEO itu menjadi panutan bagi timnya, sehingga cara berpakaiannya diharapkan bentuk cerminan dari perusahaan itu sendiri.

“Berpakaian sesuai kebutuhan saja, bukan berarti berfantasi pakai kaus dalam saja seperti orang bule. Realita tetap bakal mengikuti kebutuhan gaya berpakaian seorang CEO,” pungkas Ario.

Kiat Sukses Membangun Startup untuk Founder Perempuan

Saat ini masih belum banyak entrepreneur perempuan meramaikan dunia startup, salah satu alasannya adalah, masih minimnya minat untuk terjun ke dunia teknologi hingga kurangnya ide serta inisiatif dari perempuan untuk mengembangkan bisnis. Menurut Vin Clancy, Founder dari Magnific, Planet Ivy dan Screen Robot, masih banyak potensi bisnis yang bisa digali untuk para pelaku startup perempuan saat ini. Artikel berikut ini akan mengupas beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mendapatkan ide dan inovasi baru untuk bisnis startup.

Buat produk yang disukai orang banyak, bukan disukai Anda (pemilik startup)

Ketika ide dan inovasi telah dimiliki masih banyak pemilik startup yang merasa yakin dan cenderung memaksakan ide yang ada, tanpa melihat efek dan pengaruh yang kurang mendukung dari ide tersebut. Idealisme dari pemilik startup untuk memaksakan ide yang dimiliki bisa merugikan startup ketika pada akhirnya startup tidak bisa berjalan dengan baik. Untuk itu cari tahu apa yang dibutuhkan oleh orang banyak, bukan apa yang ingin Anda wujudkan sebagai pemilik startup

My biggest piece of advice to people starting a business: See the world as it is, not as you’d like it to be.

Pendekatan lebih dengan pelanggan

Saat ini masih banyak startup yang menghiraukan kebutuhan dan keinginan dari pelanggan, dan hanya fokus kepada teknologi, inovasi terkini dari startup. Agar bisnis bisa tumbuh dengan baik, perhatikan dengan baik feedback dari pelanggan ketika fitur baru telah diluncurkan. Ciptakan brand awareness, social media positioning dan kegiatan pemasaran. Lebih baik lagi jika startup melakukan kerja sama dengan influencer, komunitas untuk memperluas kegiatan promosi.

Status Founder perempuan

Terkadang menjadi pendiri startup untuk perempuan bisa menjadi keuntungan tersendiri. Selain menjadi ‘one of a kind‘ status Anda menjadi seorang Founder perempuan juga bisa menjadi keunikan yang membedakan Anda dengan pendiri startup lainnya yang kebanyakan adalah pria. Untuk itu manfaatkan keuntungan lebih tersebut sebaik mungkin, dan posisikan perhatian tersebut untuk kegiatan promosi sekaligus pembuktian diri bahwa startup yang Anda dirikan memiliki produk yang dibutuhkan dan berfungsi dengan baik.

Tiga Kesalahan Kecil yang Wajib Dihindari Founder Startup

Saat menjalankan startup terkadang Anda sebagai Founder kerap bertemu dengan masalah yang cenderung minor sifatnya. Jika tidak dilakukan dengan tepat, persoalan tersebut bisa menjadi kesalahan kecil yang bakal mengganggu jalannya bisnis startup. Artikel berikut ini akan mengupas tiga kesalahan kecil yang bisa dihindari oleh pemilik startup saat menjalankan bisnis.

Kontrol pengeluaran

Saat startup baru berjalan dan pengguna hingga traksi sudah mulai didapatkan dalam jumlah yang cukup, ada baiknya untuk mengontrol pengeluaran. Dalam hal produksi atau pengembangan, pikirkan dengan bijak teknologi atau produk yang akan dibuat, jangan habiskan uang simpanan Anda untuk menambah fitur atau membuat inovasi baru yang belum dibutuhkan.

Jika Anda masih memanfaatkan uang sendiri atau bootstrapping, kegiatan ini akan mempengaruhi pengeluaran dan kondisi finansial startup, namun jika startup telah memiliki pendapatan yang stabil dan investor yang rela memberikan uang dalam jumlah besar hal tersebut bisa saja dilakukan. Untuk itu perhatikan kondisi finansial startup, dan pastikan layanan atau fitur yang akan dibuat, tidak akan merugikan startup pada akhirnya.

Jangan terlalu fokus kepada satu produk

Kebanyakan Founder merasa yakin dan terlalu fokus dengan satu produk, sehingga menghiraukan potensi di sekitar yang bisa digali lebih dalam menjadi produk. Sudah banyak entrepreneur yang gagal ditengah jalan karena terlalu yakin dan personal dengan produk yang dimiliki.

Jika Anda sudah memiliki ide atau produk yang bakal dibuat, coba cermati juga peluang serta faktor pendukung lainnya yang bisa membantu startup. Hal tersebut bisa membantu startup melakukan pivoting, ketika produk awal tidak berjalan dengan baik.

Jalankan bisnis bukan startup

Terkadang inovasi yang memanfaatkan sepenuhnya teknologi tidak akan bertahan lama, untuk itu ketika Anda berniat untuk meluncurkan startup, pikirkan dengan baik masa depan dan bagaimana produk yang dihadirkan saat ini bisa bertahan 10 hingga 20 tahun lebih lamanya.

Idealnya jalankan startup Anda layaknya bisnis, bisnis yang berjalan dengan baik dan lancar memiliki potensi untuk menjadi besar. Idealnya startup sarat dengan inovasi dan growth, namun tujuan akhir membangun startup adalah bisnis yang berjalan dengan baik dan tahan lama.