Sesi Terakhir Cerita Sinema Workshop Samsung, Ernest Prakasa Berbagi Strategi Promosi Film

Samsung Galaxy Movie Studio 2020 (GMS 2020) berkolaborasi dengan Festival Film Indonesia (FFI) untuk mengembangkan potensi anak muda Indonesia membuat video bercerita seperti layaknya film mengandalkan kamera Galaxy Note20 series. Rangkaian kegiatan Cerita Sinema Workshop terdiri dari empat kelas online yang memberikan kesempatan untuk mempelajari lebih dalam seluruh proses dari pembuatan film.

Pertama workshop penulisan naskah yang dimentori oleh Gina S.Noer, lalu workshop pra-produksi dimentori Lala Timothy, dan yang ketiga workshop produksi dimentori oleh Yandy Laurens. Pada pertemuan keempat atau terakhir yang tidak kalah informatif ini dimentori oleh Ernest Prakasa, yang menjelaskan salah satu tahap terpenting selama produksi film dilakukan yakni tahap promosi.

Mempromosikan film sejalan dengan pembuatan film, dimulai dari tahap pra-produksi hingga pasca produksi. Strategi promosi film harus terencana sedemikian rupa sehingga mendapatkan target pasar yang tepat dan baik juga.

Pada penerapannya mempromosikan sebuah film memang tidak mudah; tim produksi film harus lebih kreatif dan aktif dalam mengenalkan film tersebut ke target pasarnya. Baik film komersil maupun independent (indie) memiliki tantangannya masing-masing pada tahap promosi, namun pada dasarnya konsepnya serupa.

Untuk mempromosikan film, kita harus tahu bedanya Marketing vs Sales, bagaimana membuat calon penonton berminat dulu baru mengubah minat tadi menjadi aksi nyata. Jadi untuk membangun image dan menciptakan awareness pada fase promosi. Kalau kita mikirnya jauh, sudah paham elemen apa yang mau ditonjolin sebagai unique selling point bahkan sejak proses produksinya, baik untuk film mainstream maupun independen (indie),” jelas Ernest.

Ernest menambahkan, walaupun kini kita berada di era digital, offline activation sama pentingnya dengan promosi online, karena kedua hal ini bisa saling berkaitan dan pengalaman yang dirasakan lebih ‘kaya’. Tentunya, berkomunikasi secara digital bisa terjadi lebih cepat dan live. Promosi media sosial bisa dieksplor kontennya dan dengan cara sekreatif mungkin, yang penting konsepnya harus direncanakan dengan baik dari seawal mungkin.

galaxy-note20_models_kv_end

Salah satu fitur di Galaxy Note20 Series yang paling berkesan buat saya, saat merekam video, kita bisa switch kamera di tengah-tengah proses merekam. Jadi, kita bisa ganti lensa depan ke belakang secara seamless dengan kualitas yang maksimal. Fitur ini bisa digunakan untuk merekam apapun di area shooting yang nantinya bisa menghasilkan footage behind-the-scene berkualitas tinggi untuk materi promosi yang menarik,” tambahnya.

S Pen pada Galaxy Note20 series juga sangat nyaman digunakan untuk mempersiapkan perencanaan materi promosi sedari awal, juga untuk ilustrasi dan corat-coret seperti di atas kertas. Taufiq Furqan, Product Marketing Manager Samsung Mobile, Samsung Electronic Indonesia, berbagi beberapa tips bagi para peserta dalam memanfaatkan Samsung Galaxy Note20 series sebagai tool pembuatan materi promosi.

Dengan fitur single-take, bisa digunakan untuk materi promosi karena dalam satu kali take dapat menghasilkan video, gif, hingga gambar dengan dan tanpa filter sekaligus. Sehingga secara efisiensi waktu bisa lebih praktis dengan satu perangkat tanpa mengorbankan kualitas gambar,” uangkap Taufiq.

Menutup akhir sesi, Ernest menekankan bahwa di kondisi pandemi seperti saat ini, media sosial menjadi sarana paling efektif dalam melakukan promosi terhadap film. Tantangannya adalah, bagaimana kita dapat mengemas materi promosi film tersebut semenarik mungkin dalam waktu yang cukup singkat dan terbatas.

Bagaimanapun cara promosinya, hal yang paling esensial adalah kontennya itu sendiri. Pada akhirnya, cara marketing yang paling jitu dan akan secara otomatis berjalan sendiri adalah word of mouth atau cerita dari mulut ke mulut, dan ini dapat tercipta dari konten yang bagus.

Setelah mengakhiri rangkaian workshop, kesepuluh finalis akan membuat video layaknya sebuah film dengan menggunakan Samsung Galaxy Note 20 Ultra, berlandaskan hasil dari serapan ilmu yang sudah didapat dari rangkaian workshop selama dua pekan terakhir.

Sepuluh karya tersebut nantinya akan diunggah di akun media sosial Samsung Indonesia dan akan dipilih empat pemenang terbaik yang akan dipilih oleh kelompok juri dari deretan sineas profesional tanah air. Selain Yandy Laurens sebagai juri perwakilan mentor workshop, Nia Dinata dan Dian Sastrowardoyo juga merupakan deretan nama yang akan menjadi juri dalam penilaian video layaknya sebuah film terbaik.

Pemenang kompetisi akan mendapatkan hadiah berupa uang tunai sebesar Rp 30.000.000 dan Samsung Galaxy Note20 Ultra untuk Best Picture, uang tunai sebesar Rp 20.000.000 dan Samsung Galaxy S20 Ultra untuk Best Cinematography, uang tunai sebesar Rp 15.000.000 dan Samsung Galaxy S20 Ultra untuk Best Screenplay, dan Samsung Galaxy S20 FE untuk People’s Choice.

Image header: Depositphotos.

7 Tips Membuat Film Pendek Berkualitas dengan Vivo X50 Pro

Kreator konten dalam beberapa tahun terakhir menjadi profesi yang banyak diidam-idamkan, khususnya kalangan anak muda. Bahkan, ada celoteh anak usia sekolah dasar yang bercita-cita menjadi kreator konten. Terlebih, teknologi memungkinkan semua orang untuk menciptakan konten.

Continue reading 7 Tips Membuat Film Pendek Berkualitas dengan Vivo X50 Pro

Dampak Virus Corona, Sejumlah Film Blockbuster Dirilis ke Platform Digital Lebih Cepat dari Biasanya

Tidak seperti kebanyakan orang, saya lebih suka menonton film di rumah sendiri ketimbang di bioskop. Kebiasaan ini sudah saya lakukan sejak lama, bahkan jauh sebelum wabah virus corona melanda.

Beberapa keuntungan menonton film di rumah bisa saya jabarkan cukup panjang, tapi yang pasti kekurangannya adalah, saya biasanya harus menunggu sekitar tiga bulan lebih lama sebelum filmnya dirilis di platform digital seperti Google Play Movies. Saya sebenarnya tidak keberatan menunggu, tapi yang sulit biasanya adalah menghindari spoiler yang bertebaran di media sosial selama menunggu perilisan digitalnya.

Namun kondisi pandemi belakangan ini mengubah segalanya. Sejumlah studio merilis film produksinya lebih cepat dari biasanya, dan filmnya pun bukanlah film kelas B, melainkan judul blockbuster macam Sonic the Hedgehog. Ya, film hasil adaptasi video game itu akan tersedia di platform digital mulai 31 Maret mendatang, hanya sekitar 1,5 bulan sejak filmnya mulai ditayangkan di bioskop.

Onward / Disney
Onward / Disney

Selain Sonic, judul blockbuster lain yang versi digitalnya dirilis lebih cepat dari biasanya adalah Onward, film animasi bikinan Pixar. Di Amerika Serikat, Onward mulai tayang di bioskop sekitar satu minggu setelah Sonic, dan ternyata kala itu banyak orang sudah mulai membatasi aktivitas di luar rumah, sehingga penjualan tiket bioskop Onward hanya menghasilkan $103,2 juta secara global.

Sonic di sisi lain mencatatkan penjualan yang cukup sukses di angka $306,8 juta. Namun perilisan versi digital yang lebih cepat dari biasanya ini pada dasarnya bukan menyangkut sukses atau tidaknya suatu film, melainkan sebagai bentuk upaya studio film membantu kita sebisa mungkin tidak keluar rumah.

Di samping Paramount dan Disney yang memublikasikan Sonic dan Onward, studio lain seperti Universal dan Warner Bros. pun juga menunjukkan gelagat yang sama. Mereka merilis versi digital film-filmnya – The Invisible Man, The Hunt, Emma., Trolls World Tour, Birds of Prey – ke platform digital jauh lebih dini dari jadwal biasanya.

Sumber: The Verge dan Variety.

Cara Download Film di HOOQ, Ternyata Gampang!

Kalau kemarin kita sudah membahas cara membuat akun di aplikasi HOOQ, kali ini saya berasumsi Anda sudah membeli paket berlangganan atau paling nggak sudah punya niat untuk jadi pelanggan, maka tips berikutnya yang harus dibahas adalah cara download film di HOOQ.

Continue reading Cara Download Film di HOOQ, Ternyata Gampang!

Visinema Receives Rp45.5 Billion Series A Funding Led by Intudo Ventures

Today (2/26) Visinema announced series A funding worth of US$3.25 million or equivalent to Rp45.5 billion. This round led by Intudo Ventures, followed by the previous investors, GDP Venture and Ancora Capital. In terms of seed, the company had a GDP investment worth of US$2 million.

Additional capital raised is to be focused on building capacity in terms of animation content production, talent acquisition, and international expansion.

“The Indonesian film industry has experienced rapid growth in recent years, both in feature films and other unique content formats, and there continues to gain significant demand for high-quality local content. With our self-produced Hollywood-caliber content, we believe that Visinema is well-positioned to convey more Indonesian stories to the audience, both local and worldwide,” Intudo Ventures’ Founding Partner, Patrick Yip said.

Bekraf, on one occasion, said, the number of Indonesian cinema audiences has grown 230% in the last five years. Followed by the number of cinema that grown rapidly in the last three years, from 800 to 1800 screens. While quoting MPAA data, Indonesia is now ranked 16th for the world’s Box Office market share. The resulting market value reaches $345 million.

In fact, with the work of local filmmakers, several films managed to seize the attention of millions of viewers. In 2016 for example, there are 30 million people acquired from the top 15 films. The data collected by Ideosource explained the well-filled value chain in the Indonesian film industry. Both in terms of production to distribution.

List of companies in the value chain of the national film industry / Ideosource
List of companies in the value chain of the national film industry / Ideosource

In the report published in 2017, also explained the amount of funding received by the industry. It is said that 50% of investment is targeting various companies in the film industry, not only the IP (intellectual property) owners but also the marketing and distribution channels, with the other 20% poured on filmmakers or independent producers

Visinema is to build the whole production ecosystem

The current market motion is enough for players in the industry to be optimistic. Wearing an ambitious vision, armed with available resources, Visinema wants to develop a comprehensive studio ecosystem. The aim is to help end-to-end film processes, from concept advancement, talent development, production, distribution to monetization.

The company currently has sub-organizations such as Visinema Music which produces music for films; Visinema Campus for creative recruitment and labs; and Skriptura as spaces for writers. Not only appearances in theaters or television, the produced film and serial content also began to be distributed through digital channels such as Netflix, iflix, and Goplay.

Besides being favored by consumers due to convenience, the on-demand video platform clearly provides better benefits for film creators as a fairly efficient distribution channel. Especially in the midst of cross-platform competition which now has reached over ten fingers, one of the strategies is that each player wants to present their original series. Through their work, such as Filosofi Kopi The Series, Visinema also gained profits.

The economic value produced from films is quite large – along with the increasing quality. Below listed the biggest films achievements of local studio productions based on revenue:

the highest record of local film revenue in the last two decade / Statista
the highest record of local film revenue in the last two decade / Statista

Visinema’s Founder & CEO, Angga Dwimas Sasongko founded the company in 2008. Through the successful story of Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini and Keluarga Cemara, this studio is getting well-known by the public.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Visinema Terima Pendanaan Seri A Rp45,5 Miliar Dipimpin Intudo Ventures

Hari ini (26/2) Visinema mengumumkan pendanaan seri A senilai US$3,25 juta atau setara Rp45,5 miliar. Putaran ini dipimpin oleh Intudo Ventures, didukung investor sebelumnya yakni GDP Venture dan Ancora Capital. Di tahap awal, perusahaan telah mendapatkan investasi dari GDP senilai US$2 juta.

Modal tambahan yang didapat akan difokuskan untuk membangun kapasitas dalam produksi konten animasi, akuisisi talenta dan ekspansi internasional.

“Industri film Indonesia telah mengalami pertumbuhan pesat selama beberapa tahun terakhir, baik dalam film panjang maupun format konten unik lainnya, dan terus ada permintaan yang signifikan untuk konten lokal bermutu tinggi. Dengan konten ‘Hollywood-caliber’ yang diproduksi sendiri, kami percaya bahwa Visinema memiliki posisi yang baik untuk menyampaikan lebih banyak cerita Indonesia kepada audiens, baik di dalam negeri maupun di seluruh dunia,” ujar Founding Partner Intudo Ventures Patrick Yip.

Di sebuah kesempatan Bekraf menyampaikan, dalam lima tahun terakhir pertumbuhan jumlah penonton bisokop Indonesia capai 230%. Bahkan jumlah layar lebar bertumbuh cepat dalam tiga tahun terakhir, dari 800 menjadi 1800 layar. Sementara mengutip data MPAA, Indonesia kini berada di peringkat ke 16 untuk pangsa pasar Box Office dunia. Nilai pasar yang dihasilkan mencapai $345 juta.

Pun demikian dengan karya sineas lokal, beberapa film berhasil menyita perhatian jutaan penonton. Pada tahun 2016 contohnya, dari 15 film teratas penonton yang dirangkul capai 30 juta orang. Data yang dihimpun Ideosource memaparkan bahwa sebenarnya value chain dalam industri perfilman Indonesia sudah terisi dengan baik. Baik dari sisi produksi hingga distribusi.

Jajaran perusahaan yang mengisi value chain industri perfilman nasional / Ideosource
Jajaran perusahaan yang mengisi value chain industri perfilman nasional / Ideosource

Dalam laporan yang diterbitkan tahun 2017 tersebut juga dirinci besaran alokasi pendanaan yang diterima industri. Disebutkan 50% investasi menyasar beragam perusahaan yang bermain dalam ekosistem perfilman, tidak hanya pemegang IP (intellectual property), tapi juga kanal distribusi dan pemasaran. Sementara 30% fokus pada investasi perusahaan produksi film, lalu sisanya 20% dikucurkan pada filmaker atau produser independen.

Visinema ingin bangun ekosistem produksi secara menyeluruh

Geliat pasar yang ada cukup membuat para pemain di industri optimis. Taruh visi ambisius, berbekal sumber daya yang ada, Visinema ingin kembangkan ekosistem studio yang komprehensif. Tujuannya untuk membantu proses film secara end-to-end, mulai dari pematangan konsep, pengembangan bakat, produksi, distribusi hingga monetisasi.

Saat ini perusahaan telah memiliki sub-organisasi seperti Visinema Music yang memproduksi musik untuk film; Visinema Campus untuk perekrutan dan lab kreatif; dan Skriptura yang menjadi ruang bagi penulis. Tidak hanya tampil di bioskop atau televisi, konten film dan serial yang diproduksi juga mulai didistribusikan melalui kanal digital seperti Netflix, iflix dan Goplay.

Selain digemari konsumen karena kemudahan yang diberikan, platform video on-demand nyata-nyata memberikan manfaat lebih baik kreator film sebagai kanal distribusi yang cukup efisien. Terlebih di tengah persaingan antar-platform yang kini jumlahnya sudah mencapai belasan, salah satu strateginya masing-masing pemain ingin sajikan serial orisinal mereka. Melalui karyanya, seperti Filosofi Kopi The Series, Visinema pun ikut dapat untung darinya.

Nilai ekonomi yang dihasilkan dari film juga sangat besar – sejalan dengan kualitas yang makin meningkat. Berikut ini catatan capaian terbesar film yang diproduksi studio lokal berdasarkan revenue:

Capaian revenue tertinggi dari film lokal selama dua dekade terakhir / Statista
Capaian revenue tertinggi dari film lokal selama dua dekade terakhir / Statista

Founder & CEO Visinema Angga Dwimas Sasongko mendirikan perusahaannya pada tahun 2008. Melalui kesuksesan film Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini, Keluarga Cemara membuat studio ini main dikenal kalangan masyarakat.

Cinema XXI Hadirkan IMAX with Laser di Gandaria City

Menonton film di bioskop saat ini sudah terbagi menjadi dua bagian. Apakah ingin menonton dengan gambar yang lebih tajam atau membayar dengan harga yang lebih terjangkau untuk menonton dengan kualitas standar. Jika ingin menonton dengan kualitas yang lebih baik, saat ini pilihan tentu saja jatuh kepada IMAX.

IMAX with Laser - Launch

Cinema XXI saat ini sudah memiliki beberapa proyektor IMAX dan ditempatkan pada jaringan bioskop mereka, seperti di Gandaria City, Kelapa Gading, The Breeze, dan lain sebagainya. IMAX sendiri mampu memberikan resolusi yang lebih baik dari proyektor bioskop standar, di mana resolusi yang ditampilkan adalah 2K. Selain itu tata suara yang dimiliki juga lebih baik dari bioskop pada umumnya.

Pada tanggal 6 Februari 2020, Cinema XXI mengundang para jurnalis untuk menyaksikan versi IMAX terbaru. Bertempat di Gandaria City XXI, Cinema XXI memperkenalkan IMAX with Laser, yang menggunakan proyektor dengan resolusi 4K serta instalasi suara 12 kanal.

Selain memiliki resolusi yang lebih besar, ternyata aspect ratio dari layarnya juga lebih besar, yaitu 1,43:1, sehingga dapat memancarkan gambar 40% lebih banyak. IMAX with Laser juga memiliki tingkat brightness yang lebih tinggi dibandingkan dengan proyektor lainnya yang ada di industri ini.

“Kami senang sekali dapat membawa teknologi bioskop terdepan dari IMAX ke tengah masyarakat Indonesia. Melalui pembaharuan teknologi visual dan audio, pengalaman menonton di studio IMAX with Laser akan menciptakan pengalaman menonton film yang istimewa karena penikmat film seperti akan terhanyut dalam adegan film,” papar John M. Schreiner, Senior Vice President, Theatre Development, IMAX Corporation.

Dengan dilakukan upgrade dari sisi proyektor, otomatis layar yang digunakan juga menjadi lebih besar. Akan tetapi, bagaimana dengan harga jual tiketnya? Apakah akan lebih mahal? Ternyata, pihak Cinema XXI tidak menaikkan harga tiket untuk menonton dengan IMAX Laser.

Pengalaman Menonton Pertama Kali

Setelah acara konferensi pers dilakukan, Cinema XXI juga mengajak para jurnalis untuk mencoba keandalan teknologi terbaru mereka. Untuk itu, kami diajak menonton salah satu film DC yang ditunggu-tunggu, yaitu Bird of Prey. Sayang memang, film yang ditonton masih dalam format 2D, bukan 3D, sehingga belum memperlihatkan keandalan teknologi ini dengan maksimal.

IMAX with Laser - Besar Screen

Gambar yang dihasilkan memang sangat baik, bahkan terbaik yang pernah saya lihat pada sebuah bioskop. Detail gambar dapat disajikan dengan baik, serta kontras warna yang apik. Layar yang lebih lebar ternyata tidak membuat gambarnya menjadi pecah, justru terlihat lebih baik dari terakhir saya duduk di bioskop yang sama. Hal ini terlihat dari adegan dengan scene yang cepat.

Suara juga menjadi hal yang terdengar sangat berbeda pada saat saya duduk pada baris J ini. Walaupun saya tidak merasakan perbedaan pada 12 kanal, namun suaranya memang terdengar tajam dan jelas. Cukup berbeda dengan studio lain yang ada pada Gandaria City XXI ini.

Berdasarkan pengalaman yang ada, sepertinya standar menonton bioskop memang menjadi lebih tinggi berkat adanya IMAX with Laser ini. Anda tidak akan percaya jika hanya diceritakan saja, namun harus merasakan sendiri sensasi 4K pada layar sangat lebar.

Cara Nonton Film Gundala Online

Menikmati hiburan di era serba terhubung sekarang ini bukanlah perkara sulit. Ada banyak pilihan yang bisa digunakan, di antaranya program streaming berbayar dari Hooq, atau paket streaming dari Catchplay dan juga iFlix yang juga ikut bermain di ceruk yang sama.

Kalau masih kurang, saya tambahkan Vidio, layanan streaming premium lain yang menawarkan program-program menarik mulai dari film dalam negeri, luar negeri dan olahraga. Salah satu film yang bisa Anda nikmati dan cukup in sekarang adalah Gundala.

Menonton film Gundala secara legal ternyata tidak harus mahal. Bahkan di Vidio, Anda tidak hanya dapat menikmati film ini, melainkan sejumlah program keren lain dengan biaya berlangganan mulai Rp 10.000 untuk 7 hari berlangganan. Murah, kan?

Cara menonton Gundala di Vidio bagi yang baru saja gabung, cukup mudah.

  • Lebih mudah saya menyarankan Anda untuk mengunduh aplikasi Vidio.com di Play Store.
  • Install kemudian jalankan aplikasi, jangan lupa daftar akun.
  • Setelah itu, temukan banner penawaran film Gundala atau gunakan fitur pencarian jika Anda tidak mendapatinya di halaman depan.

Screenshot_20200130-165709_Vidio(1)

 

  • Tap judul filmnya, kemudian tap tombol Play Now.

Screenshot_20200130-165715_Vidio(1)

  • Karena film Gundala termasuk program premium, maka Anda harus melakukan pembelian paket premium sebelum dapat menikmatinya. Pilih paket yang ditawarkan oleh Vidio di layar Anda.

Screenshot_20200130-165723_Vidio(1)

  • Lalu Anda akan dihantarkan ke proses pembayaran, pilih metode pembayaran yang menurut Anda paling mudah.

Screenshot_20200130-165753_Vidio(1)

  • Di kasus ini, saya memilih metode pembayaran memakai Dana.

Screenshot_20200130-165805_Vidio(1)

  • Berikutnya Anda akan diminta memasukkan nomor ponsel, kode OTP dan juga PIN Dana.

Screenshot_20200130-165830_Vidio(1)

  • Kemudian lakukan konfirmasi untuk yang terakhir kali.

Screenshot_20200130-170241_Vidio(1)

  • Selesai, pembayaran dinyatakan tuntas.

Screenshot_20200130-170254_Vidio(1)

Setelah tahap pembayaran selesai, Anda bisa kembali ke aplikasi Vidio dan menonton film Gundala atau film-film lain yang termasuk ke dalam paket yang Anda beli.

Selamat menonton!

Memulai Hobi Kamera Film Instan untuk Keluarga, Berapa Modal yang Dibutuhkan?

Hobi fotografi saya sedang bergelora dan saya ingin istri saya turut merasakannya. Kebetulan dalam waktu dekat ini putri saya akan merayakan ulang tahun pertama dan saya sedang mempertimbangkan untuk membeli kamera film instan.

Lucunya ide ini terlintas saat bermain game Life is Strange, ketika Maxine Caulfield – seorang siswa jurusan fotografi sedang memandang foto-foto yang ditempel dengan gaya acak-acakan namun terlihat artistik.

memulai-hobi-kamera-film-instan-untuk-keluarga-3

Selain itu, desain kamera instan yang stylish dengan berbagai pilihan warna ceria tentunya bakal menarik anak dan istri saya. Hasil fotonya juga lebih unik dibanding kamera smartphone dan tentu saja tercetak langsung. Tetapi, berapa banyak modal yang dibutuhkan?

Memilih Tipe Kamera Instan

memulai-hobi-kamera-film-instan-untuk-keluarga-2
Foto: Fujifilm

Pilihan saya langsung jatuh ke Fujifilm, meski ada pula merek lain seperti Polaroid, Kodak, Leica, dan lainnya. Alasannya sederhana, harganya relatif terjangkau, modelnya banyak, dan kertas filmnya mudah didapat. Pilihannya:

  • Fujifilm Instax Mini 9 – Rp945.000
  • Fujifilm Instax Wide 300 – Rp1.599.000
  • Fujifilm Instax Mini Neo 90 – Rp1.999.000
  • Fujifilm Instax SQ6 – Rp2.049.000
  • Fujifilm Instax SQ10 – Rp3.999.000

Paling terjangkau adalah Fujifilm Instax Mini 9, bentuk dan pilihan warnanya sangat menggemaskan. Kamera ini menggunakan lensa Fujinon 60mm f/12.7 – f/32 dengan output foto seukuran kartu kredit.

memulai-hobi-kamera-film-instan-untuk-keluarga-4
Foto: Fujifilm

Tapi yang paling terbaru adalah Fujifilm Instax SQ6. Desainnya terlihat lebih kekinian dan menghasilkan jepretan dalam rasio aspek 1:1 atau persegi dengan ukuran 2,4×2,4 inci.

Lalu, yang paling canggih adalah Fujifilm Instax SQ10 dengan mengombinasikan digital dan analog. Jadi, hasil foto-fotonya tersimpan di kamera dan tak langsung tercetak.

Harga Kertas Film

Fujifilm-Instax-SQ10
Foto: Fujifilm

Satu pack kertas film berisi 10 lembar, dengan harga Rp95.000 untuk yang persegi panjang, kertas film yang wide Rp125.000, dan persegi Rp150.000.

Terbilang cukup mahal, hasil foto yang diambil akan langsung tercetak dari kamera dan tidak bisa memilih. Jadi, mungkin akan ada beberapa foto yang hasilnya tak sesuai dengan apa yang kita inginkan.

Ya, namanya juga kamera analog, fitur-fiturnya juga tak secanggih kamera digital. Bahkan, untuk baterainya sendiri menggunakan baterai jenis AA dan tidak bisa diisi ulang. Atau Anda bisa juga menggunakan baterai jenis AA yang bisa di-charge ulang, mirip yang biasa digunakan untuk mainan, tentu saja akan bertambah biaya untuk membeli beterai serta charger-nya.

Verdict

memulai-hobi-kamera-film-instan-untuk-keluarga-5
Foto: Fujifilm

Saya masih ingat betul, bagaimana orang tua menunjukkan album foto-foto kenangan dan hal tersebut sangat berkesan. Kini zaman telah berubah, kita cenderung membagikan foto ke media sosial.

Mungkin saya akan mulai dari model paling basic yaitu Fujifilm Instax Mini 9. Meski modal untuk mencoba kamera Instax lumayan mahal – tapi harus diakui hasil cetaknya sangat unik. Bisa juga saya berubah pikiran, edit saja koleksi foto yang ada dan cetak sendiri dengan biaya lebih terjangkau.

Tapi, memang kalau ‘nostalgia’ adalah alasan utama saya ingin mencetak foto. Namun harus sejalan dengan perkembangan zaman, saya ingin membuat album foto kenangan yang lebih kreatif dan juga ingin menempelnya ke dinding persis seperti game Life is Strange.

Update: Terdapat penambahan keterangan tentang batera AA yang bisa diisi ulang.