18 Tahun Berselang, Halo: Combat Evolved Kembali Meluncur di PC

Ketika pemilik console biasa dimanjakan oleh judul-judul eksklusif, gamer PC tak lagi asing dengan keterlambatan. Versi Windows Red Dead Redemption 2 tersedia setahun lebih setelah permainan mendarat di PS4 dan Xbox One. Kondisi serupa terjadi lagi pada Death Stranding serta Final Fantasy VII remake. Satu dua tahun bukanlah waktu yang lama, karena kadang kami harus menanti sangat lama agar suatu game hadir di PC.

Satu contohnya adalah Halo: Combat Evolved Anniversary sebagai remake dari game Halo pertama yang dilepas 18 tahun silam. Awalnya, edisi Anniversary ini digarap untuk dirilis di Xbox 360 pada tahun 2011, kemudian di-port ke Xbox One di tahun 2014. Dan akhirnya di awal Maret 2020 ini, permainan meluncur di Windows sebagai bagian dari bundel Halo: The Master Chief Collection – menyusul pelepasan Halo: Reach PC Desember kemarin.

Walaupun dua permainan pertama seri ini turut disajikan di Windows, gamer PC tak pernah diberi kesempatan untuk menikmati Halo 3, 4 dan seterusnya. Kabar baiknya, Microsoft memutuskan buat mengubah strategi mereka dalam menyuguhkan konten. Pelan-pelan, tak ada lagi judul eksklusif Xbox. Game-game Xbox mulai berdatangan di PC, bahkan muncul di platform distribusi third-party seperti Steam.

Tentu ada banyak pembaruan yang Xbox Game Studios serta 343 Industries implementasikan pada versi PC Halo: Combat Evolved Anniversary. Game kini siap menyuguhkan resolusi 4K serta frame rate lebih dari 60 per detik, mendukung pemakaian monitor ultra-wide, dan memperkenankan kita buat mengustomisasi setting keyboard serta mouse hingga fitur grafis seperti field of vision. Menariknya lagi, permainan tidak membutuhkan PC high-end agar bisa berjalan lancar.

IMG_04032020_145537_(1000_x_650_pixel)

Dari aspek konten, developer tidak memodifikasi mode single-player maupun multiplayer terlalu jauh. Halo: Combat Evolved Anniversary kembali menyuguhkan 10 misi campaign serta pilihan 19 peta multiplayer. Sistem progres kabarnya turut disempurnakan, dan bagi Anda yang ingin bernostalgia, terdapat fitur buat mengaktifkan grafis lawas ala tahun 2001.

Meski Halo: Reach dirilis sembilan tahun setelah Halo: Combat Evolved, sesuai kronologis cerita, Reach merupakan kisah pembuka seri permainan ini. Baru di Combat Evolved pemain dipertemukan dengan tokoh protagonis Master Chief John-117. Selanjutnya, Xbox Game Studios berencana untuk meluncurkan Halo 2: Anniversary, Halo 3, Halo 3: ODST dan Halo 4 secara berurutan.

Masing-masing permainan Halo edisi remaster ini dapat Anda beli terpisah atau sekaligus via bundel The Master Chief Collection. Game dijajakan di harga yang sangat murah, hanya Rp 70 ribu atau Rp 170 ribu untuk versi koleksinya.

Tiga Gameplay Video Baru Ungkap Fitur-Fitur Unik Half-Life: Alyx

Setelah hampir 13 tahun berlalu, gamer akhirnya bisa kembali bertualang di jagat Half-Life lewat peluncuran permainan terbaru di seri ini. Meski begitu, Half-Life: Alyx memang bukan sekuel yang banyak orang nantikan. Kisah permainan berlangsung sebelum Half-Life 2, dan (sayangnya) ia hanya dapat diakses menggunakan headset virtual reality. Langkah ini kemungkinan besar merupakan upaya Valve mempromosikan VR gaming.

Mendekati hari peluncuran Half-Life: Alyx, tim developer memublikasikan tiga video gameplay baru yang memperlihatkan potongan-potongan kecil permainan. Meski terbilang singkat, ada banyak informasi penting serta detail menarik tersingkap di sana. Kabarnya, Valve tadinya berniat untuk memamerkan video-video ini di ajang The Game Awards 2019, tapi di menit-menit terakhir, mereka memutuskan buat menundanya.

Seperti trailer perdana Half-Life: Alyx, ketiga video kembali mendemonstrasikan level interaksi yang tinggi antara pemain dan dunia game. Permainan mempersilakan kita untuk memanipulasi hampir segala objek. Berbeda dari mayoritas permainan shooter, item-item penting tidak berserakan atau tersimpan rapi. Seringkali mereka tersembunyi dalam wadah atau rak, dan kita perlu menggeledahnya secara cermat demi memastikan tak ada yang terlewat.

Half-Life: Alyx tersaji tanpa UI. Indikator health dan amunisi ditampilkan di sarung tangan kiri dan Anda bisa menyimpan sejumlah item di sarung tangan kanan. Sistem health disuguhkan secara tradisional: Anda hanya dapat mengobati diri di health station. Permainan mempersilakan kita meng-upgrade senjata dengan mengumpulkan ‘resin’, kemudian objek/item bisa diambil langsung atau ‘ditarik’ menggunakan sarung tangan gravitasi.

Menariknya lagi, sejumlah objek yang tampak remeh ternyata sangat berguna. Contohnya: helm proyek bisa menyelamatkan nyawa jika Anda secara tak sengaja terperangkap Barnacle (makhluk berlidah panjang yang menempel di langit-langit bangunan). Video juga menampilkan musuh-musuh familier yang akan Anda hadapi: Headcrab, zombie sampai prajurit Combine. Selain aksi baku tembak, Half-Life: Alyx menantang pemain dengan beragam puzzle.

Salah satu elemen paling krusial yang diperlihatkan Valve di tiga video gameplay ini adalah pilihan metode navigasi atau pergerakan. Half-Life: Alyx menyajikan tiga opsi sistem locomotion: berbasis teleportasi, gerakan natural, atau shift/bergeser secara cepat. Kita dibebaskan untuk menggonta-gantinya di tengah permainan melalui menu options.

Metode teleportasi cocok bagi mereka yang masih awam dengan VR gaming. Opsi ini mempersilakan pemain untuk menunjuk ke mana mereka ingin pergi, lalu game segera mematuhinya. Sesaat, permainan akan menampilkan layar hitam, gunanya ialah buat mengurangi disorientasi. Metode shift tersaji mirip teleportasit, tanpa black screen. Kita bisa melihat pergeseran lokasi secara langsung. Saya pribadi lebih memilih continous movement karena navigasi terasa lebih natural.

Half-Life: Alyx rencananya akan meluncur di PC lewat Steam pada tanggal 23 Maret 2020. Selain Valve Index, game juga dapat dinikmati via Oculus Rift, HTC Vive, Oculus Quest dan headset Windows Mixed Reality.

Doom Eternal Siap Sajikan 1000FPS Jika PC Anda Mampu Menanganinya

Seperti ketika id Software meluncurkan game pertamanya 27 tahun silam, Doom Eternal mungkin akan kembali menuai kontroversi karena tingginya tingkat kekerasan yang ditampilkan permainan. Namun bagi saya, Doom merupakan salah satu seri game paling religius yang pernah dibuat: kapan lagi Anda diberi kesempatan untuk menumpas iblis dalam beragam rupa serta ukuran dengan ‘cara-cara kreatif’ dan menyelamatkan manusia?

Doom Eternal adalah sekuel reboot yang developer luncurkan di tahun 2016. Selama masa promosi, video permainan telah banyak bertebaran di internet. Mereka semua memperlihakan gameplay bertempo cepat, dengan manuver-manuver mulus dan visual memukau. Hal tersebut tercapai berkat penggunaan engine id Tech 7. Selain lebih canggih, id Tech 7 juga lebih efisien sehingga memungkinkan Doom Eternal menghidangkan berbagai macam terobosan di sisi grafis.

Berbicara pada IGN, lead engine programmer id Software Billy Khan menyampaikan bahwa Doom Eternal versi PC siap menyajikan 1.000-frame per detik dengan syarat sistem Anda sanggup menanganinya. Sebagai perbandingan, Doom (2016) berbasis id Tech 6 mampu menampilkan maksimal 250FPS. Berkat kemampuan ini, Doom Eternal mendukung semua monitor gaming high-end dengan frekuensi refresh ratusan Hertz, serta memastikan game ‘tak cepat lekang oleh waktu’ karena kemampuannya mengerahkan kemampuan hardware-hardware anyar.

Dibanding engine sebelumnya, id Tech 7 mendapatkan upgrade besar-besaran di sisi kapabilitas pengolahan partikel. Dengannya, GPU dapat memproses lebih banyak partikel, sehingga permainan mampu menampilkan ledakan lebih besar, serta efek atmosfer dan pencahayaan secara lebih baik. Doom Eternal juga mampu menjawab pertanyaan konsumen ketika sebuah hardware top-end diumumkan: apakah sebenarnya kita membutuhkan semua fitur baru dan performa setinggi itu?

Lompatan lain yang disuguhkan oleh id Tech 7 ialah, engine ini mendukung area permainan dua kali lebih luas dari id Tech 6 dan high dynamic range; serta adanya penyempurnaan pada efek post-processing, anti-aliasing (berfungsi membuat bagian ujung objek terlihat mulus, tidak jaggy) dan motion blur (walaupun sebagian gamer pemilik PC high-end kadang menonaktifkan opsi ini).

IMG_02032020_130654_(1000_x_650_pixel)

Khan turut menjelaskan keunggulan engine baru tersebut di aspek fleksibilitas. Selain kesiapan menopang hardware super-canggih, game berbasis id Tech 7 bisa lebih mudah disesuaikan dengan sistem tempat ia disajikan. Itu alasannya Doom Eternal tetap dapat dijalankan di Nintendo Switch. Tingginya ‘skalabilitas’ id Tech 7 mempersilakan developer secara leluasa mem-porting permainan.

Doom Enternal merupakan permainan pertama yang dibangun dengan id Tech 7. Saya pribadi berharap agar id Software memperkenankan developer third-party untuk turut memanfaatkannya. Sejauh ini, engine id Tech hanya dipakai buat mengembangkan sejumput game Bethesda saja (atau lebih tepatnya ZeniMax Media) sebagai perusahaan induk id Software.

IMG_02032020_130638_(1000_x_650_pixel)

Doom Eternal dijadwalkan untuk meluncur di PC, Stadia, PS4 dan Xbox One pada tanggal 20 Maret 2020. Versi Nintendo Switch akan menyusul beberapa bulan lagi. 

Via PCGamer.

Borderlands 3 Segera Tersedia di Steam

Enam bulan setelah menjadi dagangan eksklusif Epic Games Store, Borderlands 3 akhirnya bakal hadir di Steam tepat tanggal 13 Maret 2020 nanti. Belum diketahui harganya berapa, tapi saya cukup yakin versi Steam-nya lebih terjangkau sehabis penyesuaian – meski sekarang Borderlands 3 juga sedang didiskon besar-besaran di EGS.

Terlepas dari itu, ini merupakan penantian yang cukup panjang bagi para penggemar seri Borderlands yang selama ini menunda memainkan game keempatnya ini (saya salah satunya). Meski demikian, setidaknya saya tidak harus menikmatinya dengan performa yang payah seperti yang dialami rekan saya, Yabes, di awal-awal peluncurannya.

Borderlands 3

Seperti di EGS, Borderlands 3 nantinya bakal dijajakan dalam beberapa edisi di Steam. Edisi termahalnya, Super Deluxe Edition, mencakup sederet konten ekstra, termasuk halnya 4 DLC yang berisikan konten campaign. DLC pertamanya, Moxxi’s Heist of the Handsome Jackpot, sudah dirilis Desember lalu, sedangkan DLC keduanya akan diluncurkan pada 26 Maret mendatang.

DLC keduanya ini berjudul Guns, Love, and Tentacles: The Marriage of Wainwright & Hammerlock. Lagi-lagi ada satu karakter lawas yang kembali dihadirkan, yakni Gaige si Mechromancer, meski bukan lagi sebagai karakter yang playable. DLC ini juga bakal mengajak pemain ke planet baru yang bernama Xylourgos.

Gearbox juga memberikan teaser mengenai DLC ketiganya yang bertemakan “outlaws and dinosaurs“, namun jadwal rilisnya belum diketahui. Untuk DLC keempat dan terakhirnya nanti, Gearbox bilang keputusan mereka belum final, namun salah satu yang mereka pertimbangkan adalah cerita seputar ‘isi kepala’ seorang karakter Psycho favorit.

Semoga saja yang mereka maksud adalah Krieg, salah satu Vault Hunter yang bisa dimainkan di Borderlands 2 (dan salah satu karakter favorit saya selama memainkannya). Apapun jadinya DLC ketiga dan keempat ini, saya rasa Super Deluxe Edition adalah pilihan yang tepat untuk dibeli nanti.

Terkait mode multiplayer, pemain yang sudah terlanjur membelinya di EGS tetap dapat berjumpa dan bermain bersama mereka yang akan membelinya dari Steam. Ke depannya, Gearbox berniat menambahkan sejumlah fitur antar platform, termasuk salah satunya kemudahan bagi para pemain untuk saling bertukar senjata.

Sumber: Polygon dan Gearbox.

Remake Total Half-Life Pertama, Black Mesa, Resmi Dirilis 5 Maret 2020

Setelah lebih dari satu dekade, akhirnya ada game Half-Life baru. 24 Maret nanti, Valve bakal merilis Half-Life: Alyx secara resmi, dan itu berarti kita masih punya waktu sekitar empat minggu untuk menikmati seri shooter legendaris ini secara cuma-cuma.

Di bulan yang sama, kita juga bakal bisa memainkan Black Mesa, remake total dari game Half-Life pertama yang sudah dikerjakan selama 14 tahun. Ya, Black Mesa awalnya hanya sebatas mod untuk Half-Life, namun seiring waktu pengerjaannya jadi semakin ambisius hingga akhirnya mendapat restu dari Valve langsung.

Black Mesa bukan sebatas Half-Life dengan kualitas grafis yang lebih bagus. Tim pengembangnya, Crowbar Collective, juga menyelipkan sejumlah konten baru hasil pemikiran mereka sendiri, khususnya di porsi akhir game yang mengambil tempat di planet alien bernama Xen.

Black Mesa

Xen pada Black Mesa sangatlah berbeda dari di game aslinya. Dalam sebuah wawancara di tahun 2017, Crowbar Collective menyampaikan bahwa mereka harus mengandalkan imajinasinya sendiri dalam mendesain area demi area di Xen. Xen pada Half-Life terkesan tidak utuh dan dibuat secara tergesa-gesa, dan di sinilah ide-ide orisinal Crowbar Collective akhirnya direalisasikan.

Black Mesa sendiri sebenarnya sudah tersedia di Steam Early Access sejak 2015. Lima tahun terakhir ini pada dasarnya dihabiskan pengembangnya untuk menggarap Xen dari nol. Tidak lama lagi, tepatnya pada 5 Maret 2020, versi final Black Mesa akhirnya akan diluncurkan secara resmi.

Selagi menunggu beberapa hari, tidak ada salahnya kita menamatkan dulu Half-Life pertama (mumpung gratis) sehingga kita nantinya dapat lebih menikmati remake signifikannya di Black Mesa.

Sumber: Polygon.

2K Games Umumkan Studio Baru Bernama Cloud Chamber untuk Menangani Pembuatan Bioshock 4

Dari sekian banyak game first-person shooter (FPS), seri Bioshock merupakan salah satu yang paling populer. Franchise bikinan Irrational Games (kini bernama Ghost Story Games) ini tenar karena selalu mengangkat narasi yang kompleks sekaligus mendalam, dan gameplay-nya pun banyak memberikan kebebasan kepada pemain dalam menyelesaikan tantangan demi tantangan.

Itulah mengapa kabar mengenai pengembangan game Bioshock yang keempat layak mendapat sorotan khusus. 2K Games selaku publisher-nya mengumumkan bahwa mereka telah membentuk tim developer baru bernama Cloud Chamber untuk mengerjakan iterasi terbaru Bioshock.

Cloud Chamber

Memimpin tim tersebut adalah Kelley Gilmore, alumnus Firaxis Games yang terlibat dalam pengembangan seri Civilization maupun XCOM selama hampir dua dekade karirnya. Juga direkrut adalah sejumlah veteran dari tim Irrational Games sendiri, yang terlibat langsung dalam pembuatan Bioshock maupun Bioshock Infinite.

Satu nama yang tidak muncul adalah Ken Levine, sosok utama di balik lahirnya franchise Bioshock itu sendiri. Berdasarkan wawancara Kelley dengan GamesRadar, Ken disebut masih bersama timnya di Ghost Story Games dan tidak terlibat sama sekali dalam pengembangan game keempat Bioshock ini.

Bioshock

Detail mengenai Bioshock 4 (atau apapun namanya nanti) masih belum ada. Tidak ada yang tahu status pengembangannya sejauh ini, apakah baru dimulai atau Cloud Chamber sudah memasang target untuk merilis trailer-nya di E3 2020.

Dilansir oleh Kotaku, Bioshock 4 sebenarnya sudah dikembangkan oleh studio bernama Certain Affinity, yang portofolionya mencakup sejumlah nama besar di genre shooter macam Halo dan Call of Duty, sejak tahun 2015. Namun menjelang akhir 2016, 2K tiba-tiba membatalkan proyek tersebut tanpa ada alasan yang jelas.

Pasca pembatalan itu, 2K memutuskan untuk menangani pengembangan Bioshock 4 sendiri. Mereka diam-diam mulai merekrut sejumlah karyawan pada tahun 2017, yang kita tahu pada akhirnya membentuk studio baru bernama Cloud Chamber seperti sekarang ini.

Bioshock Infinite

Meski tidak ada pengawasan dari pencipta aslinya, saya cukup yakin Cloud Chamber akan mempertahankan nilai-nilai yang membuat Bioshock begitu mengenang selama ini, utamanya narasi yang kompleks dan banyak mengangkat konsep-konsep filsafat, serta gameplay yang mengedepankan kebebasan buat para pemain.

Bioshock 4 sudah pasti bakal tetap mengadopsi gaya shooter, dan akan sangat mengecewakan apabila pemain tidak lagi dipersilakan menggabungkan persenjataan dengan ilmu sihir seperti di tiga game sebelumnya. Dugaan saya, setting-nya masih akan bergaya steampunk, dan semoga saja lokasi barunya (seumpama ada) bisa lebih indah lagi daripada Columbia di Bioshock Infinite.

Via: VentureBeat.

Kalah Saing dengan Overwatch, Battleborn Resmi Diberhentikan pada Januari 2021

Beberapa minggu sebelum Overwatch dirilis, perpaduan gameplay MOBA dan shooter sebenarnya sudah lebih dulu diterapkan oleh game berjudul Battleborn. Kedua game itu memang menawarkan premis yang mirip – first-person shooter dengan karakter yang dibekali beragam skill unik ala game MOBA – akan tetapi yang terbukti sukses rupanya cuma Overwatch.

Sungguh malang nasib Battleborn. Hanya berselang setahun setelah diluncurkan di bulan Mei 2016, game bikinan Gearbox Software tersebut harus ‘turun kasta’ menjadi game free-to-play demi menarik minat lebih banyak pemain. Kini Battleborn malah hanya tinggal menunggu waktu; 2K Games selaku publisher-nya baru saja mengumumkan rencana untuk menutup server Battleborn pada Januari 2021.

Dampak langsung dari pengumuman tersebut adalah hilangnya Battleborn dari berbagai platform distribusi online. Selanjutnya, mulai 24 Februari 2020, para pemain Battleborn tak lagi bisa membeli mata uang virtual yang digunakan di dalam game. Lalu saat masa pensiunnya tiba di tahun 2021, Battleborn benar-benar tidak akan bisa dimainkan lagi oleh siapapun.

Battleborn

Saya pribadi merupakan pemain Battleborn sekaligus Overwatch. Sebagai penggemar berat seri Borderlands, yang notabene merupakan franchise shooter terlaris Gearbox, saya dengan mudahnya terpikat oleh Battleborn, apalagi saya juga sudah menghabiskan ribuan jam bermain DotA dan Dota 2.

Namun yang membuat Battleborn gagal menurut saya justru adalah elemen MOBA-nya yang terlalu kental. Di Battleborn, hero yang Anda mainkan akan bertempur bersama pasukan-pasukan kroco yang kerap disebut dengan istilah minion atau creep di kalangan pemain MOBA. Overwatch tidak demikian, yang saling membunuh hanyalah para hero-nya saja.

Kehadiran minion menjadikan Battleborn lebih menyerupai MOBA dibanding Overwatch. Namun di sisi lain hal itu juga berpengaruh langsung terhadap tempo dan durasi permainannya; satu match di Battleborn berlangsung jauh lebih lama daripada di Overwatch, dan ini menurut saya kurang cocok untuk mayoritas konsumen, terutama mereka yang mengekspektasikan tempo permainan cepat ala game shooter pada umumnya.

Dibandingkan Battleborn, gameplay Overwatch terkesan lebih simpel sekaligus lebih mudah dipahami / Blizzard
Dibandingkan Battleborn, gameplay Overwatch terkesan lebih simpel sekaligus lebih mudah dipahami / Blizzard

Lebih lanjut, elemen MOBA yang kental pada Battleborn juga menjadikan learning curve-nya cukup tinggi. Para pemain baru pasti akan merasa lebih kesulitan menguasai mekanik-mekanik di Battleborn ketimbang Overwatch. Sekali lagi, gameplay yang ditawarkan Battleborn sebenarnya sangat menarik, tapi menarik hanya untuk sebagian kecil konsumen saja.

Sangat disayangkan memang melihat game potensial seperti ini harus dilupakan begitu saja. Sejauh ingatan saya, durasi total saya memainkan Battleborn hanya berkisar puluhan jam, sedangkan di Overwatch saya sudah online selama ratusan jam. Durasi tiap match di Overwatch yang tergolong singkat membuat saya masih bisa sesekali memainkannya meski saya harus menjaga dua orang anak sekaligus.

Seandainya Overwatch tidak eksis, nasib Battleborn mungkin akan lebih beruntung daripada sekarang. Namun kenyataannya tidak demikian. Kedua game ini dirilis hampir bersamaan, dan yang bisa bertahan rupanya adalah yang lebih ramah terhadap pemain baru, bukan yang kelewat kompleks yang hanya memikat kalangan kecil saja.

Via: Gamasutra.

Overwatch dan Overwatch 2 Adalah Game yang Sama, dengan Perbedaan Murni pada Aspek PvE

Sebagai pemain Overwatch, saya sempat girang sesaat mendengar pengumuman Overwatch 2 belum lama ini. Sesaat karena setelah mendengarkan penjelasannya, Overwatch 2 lebih terkesan sebagai expansion ketimbang sekuel.

Hal yang benar-benar baru dari Overwatch 2 adalah adanya mode story mission yang bisa dimainkan sendiri atau bersama tiga pemain lain (co-op). Selebihnya, Overwatch 2 juga menghadirkan engine baru, mode PvP baru dan sejumlah map beserta hero baru. Kecuali story mission, fitur lainnya ini rupanya juga bakal merambah Overwatch pertama.

Berdasarkan wawancara Kotaku dengan petinggi tim Overwatch, Jeff Kaplan, Blizzard memang punya rencana jangka panjang untuk menyatukan Overwatch 1 dan Overwatch 2. Mungkin tidak langsung pada saat Overwatch 2 diluncurkan, akan tetapi Jeff bilang bahwa nantinya game client Overwatch 1 dan Overwatch 2 bakal mereka gabungkan menjadi satu.

Gothenburg, satu dari tiga map baru yang telah disiapkan untuk Overwatch 2 (dan Overwatch 1 juga) / Blizzard
Gothenburg, satu dari tiga map baru yang telah disiapkan untuk Overwatch 2 (dan Overwatch 1 juga) / Blizzard

Tujuannya adalah menghindari risiko fragmentasi, memastikan bahwa tidak ada pemain yang diuntungkan karena bermain menggunakan client Overwatch 2 yang dibekali engine anyar. Sederhananya, Overwatch 1 dan Overwatch 2 bakal menjadi game yang sama persis untuk urusan PvP.

Beda kasusnya untuk urusan PvE. Kalau Anda hendak menjajal story mission dan menelusuri narasi dunia Overwatch secara lengkap, maka Anda wajib membeli Overwatch 2. Namun sebaliknya kalau yang dicari hanyalah saling membunuh sesama player, pemilik Overwatch 1 tidak perlu menyediakan dana tambahan lagi untuk membeli Overwatch 2.

Selain memberikan keadilan bagi pemain, keputusan untuk menyatukan Overwatch 1 dan Overwatch 2 ini juga bisa memudahkan tugas developer sendiri. Ketimbang harus merawat dua game yang berbeda, jelas lebih praktis mengurusi satu game saja, dengan perbedaan hanya pada konten PvE itu tadi.

Sumber: Kotaku via PC Gamer.

Trailer Terbaru The Outer Worlds Semakin Tonjolkan Prinsip Kebebasan dalam Bermain

Fallout: New Vegas punya tempat spesial di hati para penggemar seri Fallout. Selain memperbaiki sejumlah mekanisme buruk Fallout 3 (utamanya mekanisme dalam membidikkan senjata), New Vegas juga menunjukkan bahwa keputusan yang diambil masing-masing pemain bisa banyak berpengaruh terhadap progress permainan, dan ini juga yang pada akhirnya menjadi salah satu elemen unggulan Fallout 4.

New Vegas merupakan karya Obsidian Entertainment, perusahaan yang didirikan oleh eks tim Black Isle Studios, yang sendirinya merupakan pencipta Fallout dan Fallout 2, sebelum franchise tersebut akhirnya dibeli oleh Bethesda. Itulah mengapa ketika Obsidian mengumumkan sebuah RPG baru berdasarkan IP (intellectual property) yang benar-benar gres di akhir tahun kemarin, banyak gamer yang melompat kegirangan.

The Outer Worlds

RPG yang dimaksud adalah The Outer Worlds, yang kalau dilihat dari announcement trailer-nya, terkesan seperti Fallout: New Vegas dengan engine baru (Unreal 4) dan setting antariksa. Juga ditonjolkan pada trailer-nya adalah bagaimana pemain bakal dibebaskan untuk menentukan arah permainannya sendiri.

Prinsip kebebasan ini semakin menguat setelah menonton trailer terbarunya di bawah. Pemain pada dasarnya diberi kebebasan untuk menentukan peran karakternya di dunia The Outer Worlds. Peran baik atau jahat semuanya tergantung masing-masing pemain, dan game ini akan berusaha sebisa mungkin untuk tidak menilai kita benar atau salah.

The Outer Worlds

The Outer Worlds pada dasarnya bisa kita anggap sebagai hasil kawin silang antara Fallout dan Mass Effect. Mereka yang pernah memainkan seri Mass Effect pasti tahu bagaimana game tersebut banyak bergantung pada pilihan para pemain berikut konsekuensinya, dan di game ini pun juga bakal demikian. Di sisi lain, banyaknya unsur komedi di setting luar angkasa juga mengingatkan saya terhadap seri Borderlands.

Game ini akan dirilis tidak lama lagi, 25 Oktober 2019 di platform PlayStation 4, Xbox One, dan PC, kemudian menyusul ke Nintendo Switch pada tanggal yang belum ditentukan. Di PC, spesifikasi yang dibutuhkan adalah sebagai berikut.

Minimum

  • CPU: Intel Core i3-3225 atau AMD Phenom II X6 1100T
  • RAM: 4 GB
  • GPU: Nvidia GeForce GTX 650 Ti atau AMD Radeon HD 7850
  • HDD: 40 GB
  • OS: Windows 7 (SP1) 64-bit

Recommended

  • CPU: Intel Core i7-7700K atau AMD Ryzen 5 1600
  • RAM: 8 GB
  • GPU: Nvidia GeForce GTX 1060 6 GB atau AMD Radeon RX 470
  • HDD: 40 GB
  • OS: Windows 10 64-bit

Sumber: GamesRadar.

Overwatch Akan Tersedia di Nintendo Switch Bulan Depan

Ada banyak alasan untuk membeli Nintendo Switch di tahun ini: Produsen telah menyediakan varian yang lebih terjangkau, lalu perangkat gaming berkonsep hybrid itu menghidangkan kombinasi ideal antara game eksklusif Nintendo dengan franchise blockbuster third-party. Dan jika menyimak Nintendo Direct terbaru, Anda pasti tahu ada satu judul besar lagi yang akan tiba di Switch.

Setelah rentetan rumor dan bocoran yang beredar sejak tahun 2017, Blizzard dan Nintendo akhirnya resmi mengumumkan agenda peluncuran Overwatch di Switch lewat trailer. Dan kabar baiknya lagi, para pemilik console Nintendo tak perlu menunggu terlalu lama untuk menikmatinya karena permainan hero shooter Blizzard Entertainment tersebut akan tersedia di pertengahan bulan depan. Bersamaan dengan penyingkapan ini, gerbang pre-order game turut dibuka.

Overwatch untuk Switch menyajikan segala konten yang Anda gemari di game FPS berbasis tim itu, dari mulai puluhan opsi hero, peta, mode permainan, serta beragam item kosmetik buat dikoleksi. Saat ini Blizzard memang belum mengungkap banyak detail terkait fitur-fitur baru yang mereka bubuhkan di sana, namun di trailer, mereka sempat bilang bahwa ada ‘sejumlah sejumlah cara baru buat memainkan Overwatch’.

Via situs resmi, Blizzard menjelaskan soal pemanfaatan sistem gyroscope yang ada di Switch untuk membantu navigasi, sedangkan metode pengendalian utamanya tetap mengandalkan kedua stick analog. Secara personal, saya ingin mengetahui secara detail modifikasi yang developer terapkan di sisi visualnya – saya menduga pasti akan ada penyesuaian pada kualitas grafis, ketajaman objek, tingkat resolusi, serta frame rate.

Overwatch Switch 4

Berdasarkan penjelasan Blizzard, versi Switch tersebut siap menyajikan konten seperti di PS4 atau Xbox One, menyuguhkan pilihan 31 karakter (berarti termasuk Sigma), 28 map, serta 15 skin (lima legendaris, lima epic, dan lima Origin). Dengan memesannya sekarang, Anda juga akan mendapatkan bonus skin Noire Widowmaker (di platform lain, skin ini hanya tersedia dalam Origins Edition). Lalu siapapun yang membeli Overwatch di Switch sebelum tanggal 31 Desember 2019 berhak memperoleh loot box emas.

Overwatch Switch 1

Selain konten-konten in-game, Overwatch di Switch turut dibundel bersama keanggotaan Nintendo Switch Online selama tiga bulan. Betul sekali, untuk bisa menikmati permainan di bulan-bulan berikutnya, Anda harus berlangganan layanan online tersebut.

Untuk sekarang, Overwatch untuk Switch baru tersedia dalam satu pilihan versi, yaitu Legendary Edition yang dibanderol US$ 40. Permainan rencananya akan dilepas pada tanggal 15 Oktober 2019, dan kabarnya akan memakan ruang penyimpanan sebesar 12,1GB…

Overwatch Switch 2