Fujifilm X100F Andalkan Sensor Baru dan Kontrol yang Lebih Lengkap

Seri Fujifilm X100 merupakan kamera yang sangat unik karena posisinya yang berada di tengah-tengah kamera mirrorless dan kamera pocket. Kualitas gambarnya setara, tapi tidak sefleksibel mirrorless karena lensanya tidak dapat dilepas-pasang. Ukurannya tergolong compact, tapi masih belum seringkas kamera macam Sony RX100.

Kendati demikian, formula ini terbukti sukses membawa nama Fujifilm kembali harum di industri kamera digital. Sudah tiga generasi X100 mereka ciptakan, dan tahun 2017 ini mereka sudah siap untuk memperkenalkan generasi keempatnya, Fujifilm X100F.

Sesuai dugaan, X100F masih mempertahankan desain retro milik ketiga pendahulunya, wajar saja mengingat ini merupakan salah satu nilai jual utama seri X100. Hybrid viewfinder pun juga masih ada, namun kini pengguna dapat mengatur tingkat magnifikasi EVF-nya ketika dalam mode Electronic Rangefinder.

Kenop shutter speed-nya kini bisa dipakai untuk menyesuaikan ISO, sedangkan kenop exposure compensation-nya sekarang sampai +/- 5 stop / Fujifilm
Kenop shutter speed-nya kini bisa dipakai untuk menyesuaikan ISO, sedangkan kenop exposure compensation-nya sekarang sampai +/- 5 stop / Fujifilm

Namun pembaruan yang saya pribadi paling suka adalah aspek kontrol yang lebih komplet. Utamanya berkat kehadiran sebuah joystick kecil di panel belakang yang bisa dipakai untuk menyesuaikan titik fokus secara jauh lebih mudah ketimbang menggunakan empat tombol arahnya.

Beralih ke depan, ada tambahan sebuah command dial yang bisa dikustomisasi. Kenop shutter speed-nya pun sekarang juga bisa dimanfaatkan untuk mengatur tingkat ISO dengan cepat, sedangkan kenop exposure compensation-nya yang berada di paling kanan kini mengemas indikator “C” yang memungkinkan pengaturan exposure sampai +/- 5 stop dengan bantuan command dial itu tadi.

Menentukan titik fokus kini jauh lebih mudah berkat sebuah joystick mini di panel belakang X100F / Fujifilm
Menentukan titik fokus kini jauh lebih mudah berkat sebuah joystick mini di panel belakang X100F / Fujifilm

X100F turut menjanjikan peningkatan kualitas gambar berkat pemakaian sensor APS-C X-Trans III beresolusi 24,3 megapixel dan chip X-Processor Pro, yang keduanya dipinjam dari Fuji X-Pro2 dan X-T2. Soal lensa, X100F masih mengusung lensa 23mm f/2.0 dengan kualitas optik yang sudah sangat terbukti.

Penyempurnaan terus berlanjut ke aspek performa, dimana X100F diklaim lebih kencang lagi soal penguncian fokus, startup time maupun shutter release. Jumlah titik fokus yang dapat dipilih pun naik dari 49 menjadi 91 titik. Bisa jadi embel-embel abjad “F” yang dipilih Fuji merujuk pada kata “fast”.

Fujifilm rencananya akan melepas X100F ke pasar AS dan Kanada mulai 16 Februari mendatang seharga $1.299. Pilihan warna yang tersedia ada dua, yakni full-hitam dan kombinasi silver-hitam.

Sumber: DPReview.

Adobe Demonstrasikan Asisten Virtual ala Siri untuk Mengedit Foto

Tahun demi tahun, asisten virtual dan kecerdasan buatan terus berkembang pesat. Kemajuan ini membuat Siri, Google Assistant, Cortana, Alexa dan lainnya menjadi semakin relevan dalam kegiatan sehari-hari, contoh yang paling gampang adalah meminta mereka untuk memesankan Uber.

Namun pernahkah Anda membayangkan meminta bantuan mereka untuk mengedit suatu foto? Semisal Anda ingin mengubah rasio foto menjadi kotak, Anda tinggal bilang dan Siri pun akan langsung mengerjakannya sesuai permintaan. Tak usah dibayangkan lebih lanjut, sebab Adobe sedang sibuk mengembangkan teknologi semacam ini.

Jadi ketimbang harus mengutak-atik berbagai macam slider dan kenop, Anda tinggal bilang fotonya ingin diedit seperti apa. Adobe mengklaim teknologi voice recognition yang mereka rancang sanggup memahami instruksi yang diucapkan dalam bahasa sehari-hari, ya kira-kira sama seperti Siri atau Google Assistant.

Dari video demonstrasinya di bawah, sejauh ini mungkin baru penyuntingan standar yang bisa dilakukan macam cropping atau rotate, tetapi ke depannya asisten virtual Adobe ini pastinya juga bisa melakukan editing yang lebih kompleks.

Saya membayangkan nantinya ketika teknologi ini sudah benar-benar matang, saya hanya perlu mengucapkan instruksi semacam “buat foto ini jadi lebih terang”, dan sang asisten pun akan mengutak-atik parameter seperti exposure, highlight, shadow dan lainnya secara otomatis untuk membuat foto tak cuma lebih cerah, namun tetap mempertahankan estetikanya.

Sumber: PetaPixel.

Canon PowerShot G9 X Mark II Andalkan Sensor Besar dalam Bodi Mini

Canon memang lebih dikenal di kategori DSLR, namun selama beberapa tahun pabrikan tersebut juga cukup menguasai pasar kamera compact. Salah satu andil besarnya berasal dari PowerShot G9 X, yang tepat hari ini telah digantikan secara resmi oleh suksesornya, yakni G9 X Mark II.

Mengusung embel-embel Mark II, desainnya hampir sama dengan pendahulunya, lengkap hingga bobot dan feel-nya secara menyeluruh. Meneruskan tradisi pendahulunya adalah sensor 20,2 megapixel berukuran 1 inci, jauh lebih besar ketimbang kamera lain seukurannya, sekaligus menjadikannya sebagai rival terdekat Sony RX100.

Bagian yang benar-benar baru adalah prosesor DIGIC 7, sama seperti yang tertanam di G7 X Mark II yang sedikit lebih bongsor. Prosesor ini mendongkrak kemampuan burst shooting G9 X Mark II dalam format RAW secara drastis, dari 1 fps menjadi 8 fps.

Hampir seluruh panel belakangnya dihuni oleh layar sentuh berukuran 3 inci / Canon
Hampir seluruh panel belakangnya dihuni oleh layar sentuh berukuran 3 inci / Canon

Perihal video, sayangnya kamera ini masih belum mengikuti tren 4K, dan hanya terbatas di resolusi 1080p saja. Sedikit mengobati kekurangan tersebut adalah sistem image stabilization ganda yang memadukan sistem pada sensor dan yang ada pada lensanya, sanggup mengompensasi hingga 3,5 stop.

Lensanya sendiri memiliki panjang fokal 28-82mm (3x optical zoom) dan bukaan f/2.0-4.9. Panel belakangnya didominasi oleh LCD 3 inci yang dilengkapi panel sentuh, suatu komponen yang sudah bertahun-tahun dinantikan konsumen dari lini Sony RX100 namun tak kunjung datang.

Canon PowerShot G9 X Mark II mungkin bukan penantang yang sekelas untuk RX100 V, tetapi memang harganya jauh lebih terjangkau di angka $530. Pemasarannya akan dimulai pada bulan Februari mendatang.

Sumber: DPReview.

Panasonic Lumix GF9 Adalah Kamera Mirrorless Seukuran Kamera Pocket

Panasonic cukup sibuk meramaikan ajang CES 2017. Selain memperkenalkan Lumix GH5, mereka juga merilis kamera mirrorless lain bernama Lumix GF9. Sepintas Anda pasti mengira ini merupakan penerus Lumix GF8, namun pada kenyataannya GF9 lebih pantas disebut sebagai suksesor Lumix GM1 dan GM5 yang sudah lama tidak ada kabarnya.

Lumix GM1 sendiri merupakan salah satu kamera mirrorless favorit saya pribadi. Ia kecil, sekecil Sony RX100 tepatnya, tapi di saat yang sama mengusung sensor Micro Four Thirds dan lensa yang dapat dilepas-pasang. Penerusnya, Lumix GM5, tidak sempat menyentuh pasar tanah air, dan setelahnya Panasonic terkesan melupakan lini GM.

Akan tetapi ternyata anggapan saya salah, dimana lini GM kini telah bereinkarnasi dan digabung menjadi lini GF. Lumix GF9 mempertahankan dimensi super-ringkas milik GM1 dan GM5, sekaligus mengunggulkan fitur-fitur selfie yang menjadi andalan GF8.

Panasonic Lumix GF9 datang bersama lensa zoom yang berukuran tidak kalah ringkas / Panasonic
Panasonic Lumix GF9 datang bersama lensa zoom yang berukuran tidak kalah ringkas / Panasonic

Di dalamnya bernaung sensor Micro Four Thirds 16 megapixel tanpa low-pass filter, dengan sensitivitas ISO maksimum 25.600. Prosesor Venus Engine dan sistem AF Depth from Defocus juga hadir, memastikan performa kamera ini segesit kakak-kakaknya yang lebih besar sekaligus dapat diandalkan dalam mengabadikan aksi-aksi cepat.

Video 4K 30 fps bisa ia rekam, lengkap beserta fitur 4K Photo untuk mengekstrak gambar dari video yang ditangkap. Fitur-fitur lain andalan Panasonic seperti Post Focus dan Focus Stacking turut disematkan ke dalam Lumix GF9, menjadikannya suatu paket yang komplet dalam ukuran mini.

Tentunya dimensi ringkas ini punya sejumlah batasan. Utamanya, tidak ada ruang bagi Panasonic untuk menanamkan electronic viewfinder maupun hot shoe. Pop-up flash masih ada, akan tetapi media penyimpanannya mengandalkan microSD ketimbang SD card standar.

Panasonic Lumix GF9 tidak dilengkapi EVF, namun LCD-nya bisa diputar 180 derajat menghadap ke depan / Panasonic
Panasonic Lumix GF9 tidak dilengkapi EVF, namun LCD-nya bisa diputar 180 derajat menghadap ke depan / Panasonic

Beruntung, layar sentuh 3-incinya masih bisa diputar 180 derajat hingga menghadap ke depan – selfie lover pasti tersenyum mendengar hal ini. Konektivitas Wi-Fi masih ada meski tanpa NFC, sedangkan daya tahan baterainya cuma terbatas di angka 210 jepretan.

Secara keseluruhan, Panasonic Lumix GF9 merupakan opsi yang sangat menarik bagi mereka yang mendambakan kamera seukuran kamera pocket, namun dengan fleksibilitas dan kualitas khas kamera mirrorless. Kamera ini rencananya akan dipasarkan mulai bulan Februari seharga $549, sudah termasuk lensa 12-32mm f/3.5-5.6 yang berwujud tidak kalah ringkas.

Sumber: DPReview.

Panasonic Resmi Perkenalkan Kamera Mirrorless Tercanggihnya, Lumix GH5

Usai memamerkan prototipenya di ajang Photokina 2016 bulan September kemarin, Panasonic akhirnya resmi memperkenalkan Lumix GH5. Kamera ini, dengan segala fitur dan kelebihannya, sekali lagi ingin membuktikan superioritas yang bisa ditawarkan kamera mirrorless.

Desain dan dimensinya tidak banyak berubah dari Lumix GH4, masih mengadopsi gaya DSLR dan sedikit lebih besar daripada kamera mirrorless biasanya, meski masih jauh lebih ringkas ketimbang DSLR. Jantungnya kini diisi oleh sensor baru beresolusi 20,3 megapixel yang tidak dilengkapi low-pass filter guna semakin mempertajam detail.

Mendampingi sensor tersebut adalah prosesor Venus Engine baru yang diklaim sanggup menawarkan performa 1,3 kali lebih baik dari yang tertanam di GH4. Melengkapi semua itu adalah sistem image stabilization 5-axis yang sangat efektif meredam guncangan ketika kamera dioperasikan tanpa tripod.

Performa AF Lumix GH4 sudah cepat, tapi Lumix GH5 bahkan jauh lebih cepat lagi / Panasonic
Performa AF Lumix GH4 sudah cepat, tapi Lumix GH5 bahkan jauh lebih cepat lagi / Panasonic

Beralih ke autofocus, Lumix GH4 sendiri sudah merupakan salah satu kamera mirrorless dengan performa AF tercepat yang pernah ada di pasaran. GH5 membawanya ke level yang lebih tinggi lagi dengan peningkatan kecepatan sekitar 2x lipat dan 225 total titik fokus yang bisa dipilih.

Sistem Depth from Defocus AF generasi baru ini sangat berpengaruh terhadap kemampuan GH5 dalam memotret secara konstan. Dalam posisi continuous AF aktif, GH5 bisa memberondong secepat 9 fps, sedangkan dalam posisi fokus terkunci secepat 12 fps, semuanya dalam resolusi penuh dan menggunakan shutter mekanik.

Namun seperti halnya GH4, talenta GH5 sebenarnya ada pada urusan video. Ia merupakan kamera mirrorless pertama yang bisa merekam video 4K 60/50 fps secara internal dan tanpa batas waktu – sampai memory card yang terisi penuh, meski sekarang ada dua slot SD card UHS-II. Videografer profesional akan tersenyum melihat kemampuan GH5 merekam video 4:2:2 / 10-bit guna mendapatkan warna yang lebih akurat.

Lumix GH5 mengemas EVF dengan resolusi tertinggi yang ada pada kamera mirrorless saat ini / Panasonic
Lumix GH5 mengemas EVF dengan resolusi tertinggi yang ada pada kamera mirrorless saat ini / Panasonic

Fitur 4K Photo andalan Panasonic kini telah di-upgrade menjadi 6K Photo, memungkinkan pengguna untuk mengekstrak foto 18 megapixel dalam kecepatan 30 fps. Konektivitas Wi-Fi GH5 kini didampingi Bluetooth 4.2 guna mewujudkan prosedur transfer gambar ke ponsel secara instan.

Selain jeroan baru, Lumix GH5 juga mengemas electronic viewfinder (EVF) anyar berpanel OLED yang memiliki tingkat magnifikasi 0,76x dan resolusi 3,68 juta dot, jauh di atas kamera mirrorless lain. Di bawahnya, hadir layar sentuh 3,2 inci dengan resolusi 1,62 juta dot. Semua ini dikemas dalam bodi magnesium yang tahan terhadap guyuran hujan maupun cuaca ekstrem.

Tanpa perlu ragu, Panasonic Lumix GH5 akan melanjutkan tradisi pendahulunya sebagai kamera kesayangan videografer profesional. Ia rencananya akan dipasarkan mulai akhir Maret mendatang seharga $1.999 body only.

Sumber: DPReview.

Hampir Separuh Foto yang Diunggah ke Flickr di Tahun 2016 Berasal dari Smartphone

20 megapixel, 12 megapixel, 8 megapixel, tidak peduli berapa jumlah pixel-nya, kualitas kamera smartphone semakin lama semakin meningkat, dan perlahan tanpa disadari kita mulai meninggalkan kamera digital. Untuk apa membawa perangkat ekstra kalau gadget yang ada di saku celana kita sudah bisa mengambil foto yang memukau?

Kamera mirrorless dan DSLR memang masih laku sampai sekarang, dan kualitas hasil fotonya masih jauh lebih baik dibanding iPhone 7 Plus, Samsung Galaxy S7 maupun Google Pixel. Akan tetapi tahun demi tahun angka penggunaannya terus menurun, seperti dibuktikan oleh layanan photo sharing Flickr.

Dari data internalnya, hampir separuh dari semua foto yang diunggah ke Flickr di tahun 2016 diambil menggunakan smartphone; 48% tepatnya, naik dari 39% tahun lalu. Penggunaan DSLR sendiri menurun dari 31% menjadi 25% tahun ini, sedangkan point and shoot alias kamera saku juga turun dari 25% menjadi 21%. Sisanya, mirrorless tetap memiliki porsi kecil sebesar 3% saja.

Berdasarkan brand, Apple ternyata masih mendominasi, dimana 47% pengguna Flickr mengunggah foto yang diambil dengan perangkat iOS-nya. Bahkan 8 dari 10 kamera terpopuler di Flickr untuk tahun ini adalah iPhone, dimana 5S, 6 dan 6S menduduki tiga posisi teratas. Dua sisanya adalah DSLR Canon 5D Mark II dan Mark III.

Tahun depan, saya kira jumlah penggunaan smartphone sebagai kamera andalan untuk pamer foto di Flickr – maupun di media sosial lainnya – juga akan semakin naik seiring dengan meningkatnya kualitas kamera smartphone.

Sumber: Flickr Blog. Gambar header: Pixabay.

Fujifilm Luncurkan Kamera Mirrorless Kelas Entry Baru, X-A10

Populer di kalangan enthusiast dan profesional, Fujifilm terus mengerahkan upayanya untuk menembus pasar mainstream. Setelah memperkenalkan X-A3 pada bulan Agustus – dan membawanya ke Indonesia baru-baru ini – Fuji kembali mengungkap kamera mirrorless kelas entry terbarunya, X-A10.

X-A10 merupakan model yang paling terjangkau dari lini X-Series besutan Fujifilm. Secara performa, ia setara dengan X-A2 yang dirilis tahun lalu, mengusung sensor APS-C 16,3 megapixel dengan sensitivitas ISO 200 – 25600. Pun begitu, Fuji mengklaim telah mendesain ulang sensor ini agar mampu mereproduksi warna kulit yang akurat seperti sensor X-Trans yang dimiliki model X-Series yang lebih mahal.

Fitur Film Simulation yang sangat dicintai pengguna setia Fujifilm turut hadir di X-A10. Total ada 6 pilihan yang bisa digunakan: Provia (standard), Velvia (vivid), Astia (soft), Classic Chrome, Monochrome dan Sepia.

Fujifilm X-A10 mengadopsi desain retro seperti semua kakaknya / Fujifilm
Fujifilm X-A10 mengadopsi desain retro seperti semua kakaknya / Fujifilm

Soal desain, X-A10 tetap mengadopsi gaya retro seperti semua model X-Series. Dimensinya dipastikan lebih ringkas dari model yang lain, dan grip-nya telah dioptimalkan untuk penggunaan satu tangan, terutama saat mengambil selfie. Yup, sama seperti X-A2 dan X-A3, X-A10 menyimpan sejumlah fitur yang dikhususkan untuk mempermudah pengguna bernarsis ria.

Yang pertama adalah LCD 3 inci yang bisa diputar 180 derajat menghadap ke depan. Dalam posisi ini, fitur Eye Detection AF akan otomatis aktif, dan pengguna dapat mengambil foto menggunakan command dial yang terletak di panel belakang – lebih gampang daripada menekan tombol shutter ketika kamera dihadapkan ke pengguna.

Anda tidak mendapat layar sentuh di sini. Kalau itu merupakan suatu keharusan, maka X-A3 yang bisa Anda lirik. Terlepas dari itu, kedua model sama-sama diprioritaskan untuk memudahkan pengambilan foto selfie selagi menawarkan kualitas jauh di atas kamera saku.

LCD-nya bukan layar sentuh seperti milik X-A3 / Fujifilm
LCD-nya bukan layar sentuh seperti milik X-A3 / Fujifilm

Fuji pun tampaknya juga memperhatikan potensi X-A10 dalam vlogging. Hal ini terbukti dari sistem image stabilization 5-axis yang merupakan perpaduan metode optik dan elektronik. Harapannya, video 1080p yang diambil bisa tampak mulus meski pengguna tidak memakai tripod.

Konektivitas Wi-Fi turut terintegrasi untuk memudahkan transfer data dan kontrol dari kejauhan. Baterainya diyakini bisa bertahan hingga 410 jepretan, dan kamera juga dapat di-charge langsung menggunakan kabel USB.

Fujifilm X-A10 akan dipasarkan mulai bulan Januari mendatang seharga $499, dibundel bersama lensa XC 16-50mm f/3.5-5.6 OIS II.

Sumber: Fujifilm.

Butuh Aksesoris Murah untuk Kamera Anda? Penawaran Ini Mungkin Cocok

Bagi penggemar fotografi level mahir, kamera saja tidaklah cukup. Mereka butuh alat bantu untuk mengoptimalkan hasil bidikan atau mempermudah Anda memperoleh bidikan yang ideal. Seperti tambahan tripod, baterai, lensa, charger portable dan lain-lain.

Berikut ini kami punya beberapa aksesoris penting untuk penggemar fotografi yang sedang diskon.

Excell MN 37 Black Mini Tripod

toko-camzone_excell-mn-37-black-mini-tripod_full02

Tripod mungil yang satu ini berukuran standar 14cm dan dapat diperpanjang hingga 22 meter. Pegangan kameranya cocok untuk jenis kamera pocket yang kokoh dengan material keseluruhan terbuat dari aluminium.

Harga diskon: Rp 73.000 – Blibli
Harga normal: Rp 150.000

Ketai KT-3110A Tripod

ketai_ketai-kt-3310a-tripod_full04

Untuk yang membutuhkan tripod yang lebih tinggi, aksesoris ini bisa jadi pilihan karena dapat diperpanjang hingga 42cm. Material utamanya terbuat dari aluminium alloy yang kokoh, dirakit dengan empat kaki plus tambahan kunci di kolom kaki membuat bidikan Anda semakin stabil.

Harga diskon: Rp 90.000 – Blibli
Harga normal: Rp 150.000

Kartu Memori Sandisk Ultra SDHC 32GB

sandisk_sandisk-ultra-sdhc-sdsdunb-032-sd-card--32-gb-48-mbps-_full03

Memperluas daya simpan kamera bukanlah hal yang baru dilakukan seorang fotografer. Kartu memori buatan Sandisk ini menawarkan kapasitas seluas 32GB dengan kecepatan transfer 48Mbps Class 10 dan tahan di kondisi ekstrim serta guncangan.

Harga diskon: Rp 133.000 – Blibli
Harga normal: Rp 499.000

Charger Baterai Canon LC-E6E

canon_canon-lc-e6e-charger-for-baterai-lp-e6_full03

Charger baterai kamera merk Canon ini dikhususkan untuk baterai tipe LP-E6, mudah dibawa dan dilengkapi indikator agar baterai tak dicas berlebihan. Charger menggunakan Input voltage AC 100V~240V, dan kompatible untuk beberapa merk antara lain Canon EOS 5D Mark II, Canon EOS 5D Mark III, Canon EOS 6D, Canon 6D, Canon EOS 7D, Canon EOS 60D, Canon EOS 60Da.

Harga diskon: Rp 149.000 – Blibli
Harga normal: Rp 550.000

Casing Anti air untuk Xiaomi Yi Action Cam

xiaomi_xiaomi-yi-waterproof-housing-underwater-casing-for-xiaomi-yi_full06

Casing untuk kamera action Xiaomi Yi ini dirancang untuk aktivitas di bawah air hingga kedalaman 40m, terbuat dari bahan transparan dan melindungi kamera dari benturan dan goresan.

Harga diskon: Rp 84.500 – Blibli
Harga normal: Rp 299.000

Pembersih Lensa Kamera Universal

third-party_lenspen-2-in-1-universal-black_full02

Membersihkan lensa butuh cara dan alat khusus agar tak merusak permukaan lensa. Alat pembersih ini mempunyai permukaan yang lembut dan dapat menjangkau celah-celah sempit. Ukurannya yang mungil membuatnya mudah dibawa ke manapun.

Harga diskon: Rp 35.000 – Blibli
Harga normal: Rp 100.000

Sumber gambar header Pixabay.

 

Leica Kembali Hadirkan Kamera Mirrorless Kelas Entry, Leica TL

Leica selalu identik dengan kamera berharga selangit. Bahkan kamera mirrorless kelas entry-nya pun masih lebih mahal ketimbang kamera kelas atas dari brand lain. Salah satunya adalah Leica T yang dirilis dua tahun silam. Pun begitu, respon konsumen kurang begitu positif terhadap kamera tersebut, hingga akhirnya Leica merilis suksesornya, Leica TL.

Leica TL mempertahankan semua keunggulan pendahulunya, utamanya desain serba logam yang terkesan sangat premium. Kualitas gambar Leica T sendiri juga tidak bermasalah, sehingga TL pun masih mengemas sensor APS-C yang sama yang beresolusi 16 megapixel, dengan rentang ISO 100 – 25600 dan opsi perekaman video 1080p.

Yang berubah adalah performanya, dimana Leica mengklaim kinerja autofocus TL meningkat drastis, terutama dalam mode continuous. Performa autofocus merupakan masalah terbesar Leica T, sehingga penyempurnaan dalam bentuk apapun akan disambut dengan baik oleh para fans loyalnya.

Tidak seperti pendahulunya, Leica TL kini bisa menciptakan Wi-Fi hotspot-nya sendiri / Leica
Tidak seperti pendahulunya, Leica TL kini bisa menciptakan Wi-Fi hotspot-nya sendiri / Leica

Perubahan selanjutnya ada pada konektivitas, dimana Leica TL kini bisa tersambung ke perangkat Android maupun iOS via Wi-Fi. Leica turut menambah kapasitas memory internal milik TL menjadi 32 GB. Hampir semua pengoperasiannya mengandalkan layar sentuh 3,7 inci.

Leica TL bakal segera dipasarkan mulai bulan November ini seharga $1.695 (body only). Sejauh ini sudah tersedia 6 lensa yang dirancang secara khusus untuk TL, namun konsumen tentunya juga bisa menggunakan lensa lawas via adapter.

Sumber: DPReview.

Nikon Umumkan D5600, Kini Dibekali Fitur SnapBridge dan Time Lapse yang Lebih Sempurna

Nikon baru saja mengumumkan DSLR kelas entry terbarunya, D5600. Secara kualitas gambar, ia identik dengan pendahulunya, D5500 yang mengemas sensor APS-C 24 megapixel dengan sensitivitas ISO 100 – 25600 dan prosesor EXPEED 4. Pembaruannya lebih mengarah ke aspek fungsionalitas dan kemudahan pengoperasian.

Yang pertama adalah fitur SnapBridge yang pertama kali diperkenalkan Nikon pada bulan Februari lalu. Fitur ini sejatinya memadukan konektivitas Bluetooth dan Wi-Fi untuk memudahkan proses transfer gambar; dimana kamera bisa terus tersambung ke smartphone dan foto akan otomatis dipindah selagi pengguna menjepret, sedangkan Wi-Fi dimaksudkan untuk transfer video dan kendali jarak jauh.

Nikon D5600 mengusung layar sentuh 3,2 inci yang dapat ditarik ke samping dan diputar-putar / Nikon
Nikon D5600 mengusung layar sentuh 3,2 inci yang dapat ditarik ke samping dan diputar-putar / Nikon

Yang kedua berkaitan dengan LCD. Sama seperti pendahulunya, Nikon D5600 mengusung layar sentuh 3,2 inci yang bisa ditarik ke samping dan diputar-putar untuk memudahkan pengambilan gambar dari sudut yang sulit.

Pun demikian, yang baru adalah tampilan frame advance bar yang diadopsi dari Nikon D5 – yang notabene merupakan DSLR kelas atas – serta opsi untuk mengaktifkan atau menonaktifkan fitur auto ISO melalui tombol Fn di layar.

Ketiga, Nikon turut menyempurnakan fitur time lapse pada D5600, dimana sekarang transisi exposure akan berjalan lebih mulus sehingga pergantian kondisi cahaya dari terang ke gelap atau sebaliknya bisa terlihat lebih alami. Lebih lanjut, hasil rekaman time lapse ini bisa diteruskan ke smartphone atau tablet dengan memanfaatkan fitur SnapBridge tadi.

Sayang sekali sejauh ini Nikon masih belum mengungkap detail mengenai harga dan jadwal perilisan D5600.

Sumber: DPReview.