Mengenal Kerjaholic, Layanan Marketplace Pekerjaan “Freelance” dan Paruh Waktu

Satu dari banyak jenis peluang usaha digital adalah menciptakan platform yang menghubungkan penyedia kerja dan pencari kerja. Salah satu startup yang menjalankan layanan ini adalah Kerjaholic. Meski tergolong baru, Kerjaholic optimis bisa diterima di masyarakat karena mereka mencoba melakukan pendekatan yang berbeda dan terus mengembangkan fitur di aplikasinya. Fokus pasar Kerjaholic adalah pekerja lepas (freelance) dan paruh waktu (part time).

Saat ini Kerjaholic mengklaim sudah mendapatkan 7000 unduhan dengan rata-rata lima lowongan baru setiap harinya. Startup yang beroperasi sejak Juni 2018 ini sudah hadir di Jakarta dan Semarang dan berharap bisa menjangkau kota-kota lainnya.

Perjalanan Kerjaholic dimulai ketika lima co-founder bertemu. Mereka adalah Gibran Rakabuming Raka, Leon Hidajat, Josh Ching, Michael, dan Daniel Hidajat. Kelimanya memiliki cara pandang yang sama mengenai susahnya mencari pekerja yang cocok dan juga tingginya biaya yang dikenakan para makelar. Dari sanalah kemudian lahir Kerjaholic.

“Kami berlima merasakan betapa susahnya mencari pekerja yang cocok dibalik tingginya biaya yang dikenakan para makelar. Di sisi lain banyak para pekerja yang menganggur dan kesulitan mencari lowongan,” terang CEO Kerjaholic Leon Hidajat.

Fokus dan persaingan

Konsep yang diambil Kerjaholic sebenarnya bukan hal baru. Beberapa startup sudah lebih dulu mengusung konsep yang dan memungkinkan adanya persaingan. Menyikapi hal ini, pihak Kerjaholic tetap optimis bisa terus berkembang dan diterima oleh masyarakat. Leon menjelaskan, adanya persaingan menunjukkan bahwa pangsa pasar di sektor marketplace kerja ini cukup besar dan perusahaan terus berupaya untuk terus melakukan validasi dan menerapkan metode Lean Startup untuk terus berkembang.

Dengan modal sendiri dan pre-seed dari angel investor, Kerjaholic fokus pada dua jenis pekerjaan, freelance dan pekerja paruh waktu. Untuk menjangkau lebih banyak pengguna, Kerjaholic berupaya mengoptimalkan iklan di berbagai media sosial dan jmelakukan strategi pemasaran secara offline dengan rajin hadir di banyak bursa lowongan pekerjaan.

User base Kerjaholic akan terus ditingkatkan supaya menapai tahap viral dan kami akan berupaya memastikan pengguna tetap setia menggunakan layanan yang kami berikan,” terang Leon.

Di KerjaHolic pengguna dibedakan menjadi dua. Pertama adalah pencari kerja (Pekerjaholic) dan kedua adalah penyedia lapangan kerja (Bosholic). Untuk para pencari kerja akan ada fitur “status online Instanholic”. Fitur ini memungkinkan para pencari kerja mendapatkan tawaran pekerjaan. Mereka bisa melihat semua daftar lowongan pekerjaan yang tersedia melalui aplikasi atau menggunakan fungsi filter.

Sementara untuk penyedia pekerjaan, fitur Instanholic memungkinkan mereka mencari pekerja secara real time berdasarkan industri dan lokasi terdekat. Fitur ini bisa sangat berguna bagi mereka yang membutuhkan tenaga kerja di situasi-situasi mendesak.

“Saat ini semua fitur kami masih gratis, namun ke depan ada kemungkinan kami akan memungut biaya untuk setiap pemasangan lowongan kerja maupun untuk iklan berbayar,” imbuh Leon.

Di tahun pertamanya, Kerjaholic masih fokus menghadirkan fitur-fitur baru yang bermanfaat, termasuk juga menjadwalkan kehadiran aplikasi iOS mereka.

“Fokus di 2018 adalah mengembangkan fitur-fitur baru pada aplikasi Android dan melakukan penetrasi pasar Kerjaholic di Jakarta dan sekitarnya. Tahun depan akan ada aplikasi kami di iOS dan mulai melakukan pemasaran di kota-kota lain,” tutup Leon.

Application Information Will Show Up Here

Pro dan Kontra Bekerja dengan Co-Founder atau Freelancer di Startup

Menjalankan startup diperlukan pengetahuan yang cukup terkait dengan teknologi hingga pemrograman. Jika pendiri startup tidak memiliki latar belakang pendidikan hingga pengalaman di bidang tersebut, ada dua cara mengatasinya. Yang pertama adalah menemukan partner, Co-Founder, yang bisa melengkapi kekurangan tersebut atau kedua merekrut pekerja lepas atau freelancer.

Seperti apa untung rugi antara kedua pilihan tersebut? Pro dan kontranya dikupas dalam artikel berikut ini.

Bekerja dengan Co-Founder

Seperti yang pernah ditulis di DailySocial sebelumnya, tidak mudah menemukan Co-Founder yang tepat untuk startup. Diperlukan kecocokan hingga visi dan misi yang sejalan demi pertumbuhan startup. Namun demikian pilihan untuk mencari Co-Founder terbilang cara yang paling efektif.

Ketika pekerjaan sudah semakin bertambah banyak dan perlu segera diselesaikan, Anda sebagai Founder tidak perlu khawatir dengan jam kerja yang panjang yang dituntut dari seorang Co-Founder.

Co-Founder yang memiliki pengalaman di sisi IT menjadi SDM yang tepat tanpa harus diarahkan atau dijelaskan terkait dengan produk yang ingin dibuat. Selain itu seorang Co-Founder bisa bersama diajak berbagi beban, terutama saat startup didera kesulitan.

Di sisi lain merekrut Co-Founder berarti Anda harus bisa dengan adil berbagi ekuitas, saham dan hal-hal terkait lainnya. Posisi Anda dengan Co-Founder juga cenderung sama, sehingga penghasilan dan gaji yang ditetapkan pun harus sesuai. Hal lain yang perlu diperhatikan, startup memerlukan Co-Founder yang memiliki semangat dan kecintaan yang sama dengan Anda seorang Founder. Jika Co-Founder yang Anda pilih kurang bersemangat dan tidak memberikan kontribusi yang cukup, akan merugikan Anda sebagai Founder dan startup secara umum.

Bekerja dengan freelancer

Jika Anda belum merasa yakin dengan calon Co-Founder yang tepat, ada baiknya untuk memilih bekerja dengan freelancer terlebih dahulu. Keuntungan bekerja dengan freelancer adalah Anda tidak perlu mengorbankan bisnis yang dimiliki dengan berbagi ekuitas. Selain itu mempekerjakan freelancer juga bisa memotong pengeluaran karena freelancer biasanya dikontrak dalam jangka waktu sementara (umumnya tidak panjang). Hal tersebut cukup membantu untuk startup yang baru saja dibangun dan belum melakukan penggalangan dana. Bekerja dengan freelancer juga memungkinkan startup untuk scale-up lebih cepat lagi dengan tuntutan dan kesepakatan kerja yang sebelumnya telah ditentukan.

Di sisi lain memilih untuk bekerja dengan freelancer artinya Anda seorang diri. Tidak ada orang yang bisa menolong saat kesulitan hingga tantangan mulai menghampiri. Bekerja dengan freelancer yang bersifat sementara juga membutuhkan konsistensi dalam hal pemrograman, artinya ketika seorang freelancer yang sejak awal membuat pemrograman memutuskan untuk tidak meneruskan pekerjaan tersebut, akan menjadi sulit bagi Anda untuk mengarahkan dan menjelaskan dari awal program dan produk yang telah dibuat sebelumnya kepada freelancer baru.

Tetap Produktif Meskipun Tidak Bekerja di Dalam Kantor

Tren bekerja jarak jauh (atau remote working) muncul bersama digitalisasi yang masif di lingkungan pekerjaan. Mulai dari cara berkomunikasi, berkolaborasi dan mengerjakan pekerjaan dirangkum menggunakan teknologi komputer. Di beberapa kantor bahkan tidak mewajibkan karyawan untuk melakukan presensi, karena lebih mengedepankan pencapaian yang terangkum dalam KPI (Key Performance Indicator). Terlepas dari sisi kenyamanan dan kebebasan, bekerja jarak jauh juga ditekan untuk dapat selalu produktif dan mampu berbaur apik dengan proses bisnis di kantor.

Ada beberapa strategi yang dapat dibiasakan oleh pekerja remote untuk memastikan kesehariannya mampu memberikan kontribusi aktif untuk pekerjaan. Berikut ini beberapa hal yang dapat diperhatikan.

Membangun rutinitas—dengan mindset tetap bekerja, bukan bersantai ria

Kendati bekerja dari rumah, disiplin waktu juga wajib diterapkan. Beberapa perkantoran memiliki jam-jam tertentu dalam menjalankan roda bisnisnya. Sebagai pekerja remote perlu untuk membiasakan selalu tersedia di jam bekerja tersebut. Jika perlu sesuaikan kegiatan dengan apa yang terjadi di kantor, semisal jam masuk kerja adalah jam 08.00, maka pekerja remote juga telah bersiap di jam tersebut, begitu juga jam makan siang. Hal ini untuk menjamin ketersediaan ketika dibutuhkan untuk penyelesaian isu urgent.

Biasakan untuk disiplin waktu, dan membangun mindset bahwa saat ini tengah bekerja. Ada tanggung jawab yang sedang dipikul.

Mencari tempat kerja yang minim gangguan

Ada yang nyaman ketika bekerja di tempat yang sepi, ada juga yang menikmati suasana santai seperti di sebuah coffee shop. Memahami habit pribadi yang seperti ini penting untuk pekerja remote. Dengan memahami situasi diri, ia akan mampu memilih tempat yang cocok untuk memastikan hari-harinya menjadi lebih produktif. Memisahkan kegiatan pribadi dengan lingkungan bekerja menjadi salah satu cara untuk meminimalkan gangguan. Lingkungan bekerja juga harus mampu mengakomodasi kegiatan yang berkaitan dengan pekerjaan. Pekerja remote juga diwajibkan mampu menghindari gangguan yang mungkin menghampiri, misalnya ajakan bermain atau sesuatu hal lain yang mengganggu jam kerja di rumah.

Penting untuk memberikan pemahaman kepada orang rumah, teman atau kerabat, bahwa kita sedang bekerja, kendati terlihat seperti sedang santai di rumah.

Kelancaran komunikasi adalah kunci

Alat-alat seperti messaging app (Slack, Skype, Google Hangout, dan lain-lain), task management (Trello, Wunderlist, dan lain-lain), online workspace (Google Drive, SharePoint, dan lain-lain) wajib masuk di perangkat yang digunakan sehari-hari, baik di komputer, laptop ataupun ponsel. Berkomitmen bekerja jarak jauh artinya juga memberikan jaminan terkait kebutuhan konektivitas internet. Karena biasanya kantor yang memperbolehkan karyawannya bekerja secara jarak jauh, lantaran kegiatan produktifnya dapat diwakili melalui aplikasi dengan ketersediaan online-nya.

Komunikasi menjadi salah satu hal terpenting dalam roda bisnis, khususnya untuk kolaborasi tim. Pastikan kebutuhan ini terjamin oleh pekerja remote.

Siap sedia, bekerja remote juga memiliki konsekuensi

Umumnya kantor-kantor yang mengizinkan karyawannya bekerja secara remote adalah kantor dengan sistem produksi yang fleksibel. Seperti pengembang perangkat lunak, media, perusahaan desain dan industri kreatif lainnya. Pekerjaan yang dibawa tidak harus diselesaikan di tempat tertentu menggunakan alat yang hanya ada di kantor. Namun jangan salah, justru fleksibilitas ini biasanya memiliki konsekuensi sang pekerja harus siap setiap saat. Contoh kecil saat bekerja remote menjadi mobile developer, ketika tiba-tiba ditemukan bugs dari kode yang ditulis, mau tak mau harus memperbaiki secepatnya saat itu juga, terlebih jika melibatkan sistem produksi di perusahaan yang menjadi klien.

Bekerja remote terkesan santai, namun sejatinya harus siap setiap saat. Jadi tidak ada salahnya saat bepergian di hari kerja selalu membawa perangkat komputasi ke mana-mana.

Memberikan hasil konsisten

Pada akhirnya kualitas pekerja akan ditentukan oleh hasil yang ditorehnya. Memiliki waktu yang lebih fleksibel harus bisa dimanfaatkan untuk selalu berpikir secara kreatif dan cerdas. Dengan memberikan hasil yang memuaskan (baik bagi atasan ataupun klien) akan memberikan kepercayaan kepada perusahaan untuk mengizinkan bekerja secara remote. Perusahaan akan merasa sudah tidak perlu lagi mengawasi secara khusus. Memberikan hasil terbaik secara konsisten memantapkan keyakinan terhadap kualitas pekerja, bahwa dengan bekerja di rumah pun keahliannya tidak diragukan lagi.

Tips Untuk Para Freelancer dari Acara ’Freelancers Ask Me Anything’ di Bandung

Pada hari sabtu 13 Juni yang lalu, para freelancer serta mereka yang tertarik dengan bidang freelancing berkumpul dalam sebuah acara #FAMA: Freelancers Ask Me Anything. Acara ini merupakan bagian dari program sesi cerdas yang telah diselenggarakan 6 kali.

Acara yang digelar di Bandung Digital Valley ini digelar oleh Freelancer.co.id yang merupakan situs regional dari Freelancer.com dan didukung oleh Indonesia Freelancers Association (IFA), Ruang Freelance, FOWAB (Forum Web Anak Bandung) dan Bandung Digital Valley (BDV).  Acara sendiri mengambil konsep tanya jawab, sehingga tidak ada presentasi  tetapi para peserta bisa bertanya langsung pada para panelis yang terdiri dari: Daniel G Pratidya, Awan Rimbawan dan Ghelky Gerdian yang dimoderatori oleh Helma Kusuma, Country Manager Freelancer.com.

Peserta yang hadir pun bisa bertanya langsung tentang layanan Freelancer.co.id
karena country manager untuk Indonesia dari perusahaan asal Australia ini hadir. Untuk pembaca Trenologi yang belum mengetahui, Freelancer.com sendiri adalah marketplace untuk freelancing dan crowdsourcing. Sederhananya, di layanan mereka pencari kerja bisa mendapatkan pekerjaan freelance dan pemberi kerja bisa mencari tenaga untuk mengerjakan proyek/produk atau pekerjaan yang dibutuhkan.

Freelancer telah merilis dan membuka pintu bagi para pekerja dari Indonesia dengan meluncurkan situs regional untuk pasar lokal. Saat ini ada lebih dari 500 ribu pengguna dari Indonesia dari lebih dari 15.5 juta anggota seluruh dunia di Freelancer.com.

Screen Shot 2015-06-25 at 11.39.34 AM

Ada banyak pertanyaan yang dilontarkan, beberapa merupakan pertanyaan dasar dalam dunia freelancing. Tidak semua berhasil saya rangkum, tetapi berikut beberapa tips menarik seputar dunia freelance yang dibagikan oleh para panelis.

Tentang Awal Terjun ke Dunia freelance

Daniel G Pratidya, yang juga adalah Presiden Indonesia Freelancers Association (IFA) bercerita tentang saat awal jadi freelance. Ketika memulai setelah 4 bulan baru mendapatkan jobs dan itu pun dengan harga yang murah. Tapi ditekuni dan akhirnya sudah bertambah, termasuk kini pekerjaan yang didapatkan tidak hanya dikerjakan sendiri tetapi telah di-outsource lagi.

Daniel sendiri merupakan salah satu orang Indonesia yang sukses di marketplace freelance Freelancer.co.id, ia bahkan mendapatkan reputasi yang sangat baik untuk bidang yang ditawarkan di situs Freelancer.co.id. Keahlian Daniel adalah freelancer profesional excel/visual-basic.

Lain halnya dengan Awan Rimbawan, profesional freelancer di bidang Project Management & Founder dari 21Clouds, yang terjun ke dunia freelancing karena alasan kepepet. Kondisi kesehatan pasca operasi yang mengharuskannya istirahat menjadikannya tidak bisa kerja di luar rumah. Awan lalu mencari informasi tentang bagaimana mendapatkan income dari internet, pekerjaan awal yang digeluti adalah WordPress instalment dengan tools lain berupa terjemahan menggunakan Google translate, dan terus berkembang hingga akhirnya kini telah mendirikan startup sendiri.

Panelis lain yang juga sharing tentang pengalamannya adalah Ghelky Gerdian, freelance profesional 2D Motion Graphic, yang bercerita awalnya ia kerja di perusahaan orang lain tetapi tidak mendapatkan income yang lebih baik. Saat masih bekerja ia nyambi mengerjakan pekerjaan freelance di marketplace freelancing dan akhirnya mengambil kesempatan menjadi freelancer – keluar dari tempat kerja karena peluang di dunia freelancer yang besar.

Tentang Harga Jasa/Keahlian

Menjawab pertanyaan seputar harga dari jasa yang tawarkan, Daniel mengatakan bahwa menentukan harga memang menjadi bagian penting dari dunia freelance. Tetapi meski antar freelancer itu memang saling bersaing yang lebih penting untuk dilakukan bukanlah banting harga, tetapi lebih ke edukasi pada klien tentang apa yang mereka dapatkan dari jasa yang ditawarkan, dan bagaimana itu bisa memberikan value pada calon klien.

Saat awal mem-posting jasa atau keahlian di marketplace mana pun memang butuh taktik dari para freelancer agar bisa dilirik calon klien, beberapa trik yang bisa dilakukan misalnya memasang harga ‘nol’ atau kecepatan pengerjaan yang super cepat. Hal ini dilakukan untuk tahap awal sebagai penarik saja, ketika klien sudah mengirimkan kontak atau bertanya barulah dijelaskan berbagai value yang bisa didapatkan.

Harga ‘nol’ misalnya bukan berarti gratis tetapi jika pekerjaan tidak bisa dikirimkan maka klien tidak harus membayar, misalnya. Dan pekerjaan cepat bukan berarti tanpa kualitas, itu hanya sebagai pembeda agar klien tau kalau freelancer yang mereka hire memiliki dedikasi yang bisa diandalkan.

Hal lain yang perlu diperhatikan oleh freelancer adalah saat biding harga jasa, karena ini merupakan faktor penting dan terkadang menentukan untuk didapatkannya pekerjaan tersebut atau tidak. Bukan hanya tentang harga, tetapi lagi-lagi yang lebih baik ditonjolkan pada klien adalah tentang value yang bisa di dapat dengan meng-hire kita.

Screen Shot 2015-06-25 at 11.39.09 AM

Tentang Cara ‘Menjual’ Diri

Salah satu tips yang penting untuk diingat oleh para freelancer dalam menawarkan jasa mereka adalah jangan bertele-tele ketika mengirimkan penawaran atau proposal, tetapi fokus pada apa yang diminta oleh si pemberi kerja.

Review juga menjadi penting untuk halaman jobs di marketplace karena dengan review yang baik dari klien bisa memberikan nilai lebih dalam mendapatkan pekerjaan lain secara lebih cepat. Tentu saja review ini tidak di dapatkan cuma-cuma, freelancer harus bekerja keras untuk memberikan pekerjaan yang baik agar klien puas.

Beberapa trik yang bisa dilakukan untuk mendapatkan reputasi baik adalah yang berhubungan dengan deadline atau lama waktu dalam mengerjakan permintaan klien. Seperti yang diungkapkan oleh Ghelky, deadline yang dikerjakan lebih cepat dari yang diminta (tentu dengan kualitas yang baik) akan bisa lebih cepat mendapatkan kepercayaan dari klien. Contohnya, jika klien memberikan waktu 1 minggu untuk pengerjaan, freelancer bisa memberikan hasil dalam waktu 3-4 hari.

Kecepatan dalam mengerjakan permintaan klien juga menjadi penting untuk pengembangan brand pribadi di marketplace tertentu atau dimata calon klien potensial.

Tips lain juga dibagikan oleh Awan, yang menyebutkan bahwa yang harus dilakukan oleh para freelancer adalah mingkatkan skill alih-alih banting harga. Kebiasaan untuk memberikan fast response pada klien atau pemberi kerja juga harus dipupuk oleh freelancer. Jujur pada klien juga penting, jujur untuk memberikan perkembangan pengerjaan pada klien atau jujur memberikan informasi jika topik yang diminta tidak dikuasai dan harus dipelajari.

Mau belajar juga bisa menjadi salah satu nilai tambah bagi para freelancer. Awan menjelaskan bahwa klien akan lebih memberikan respect jika freelancer memberi tahu bahwa mereka butuh waktu untuk mempelajari permintaan pekerjaan yang harus dibuat, jika tidak bisa lebih baik jujur pula ke klien sehingga mereka tidak berharap lebih. Intinya, jujur dan mau belajar dengan gigih.

Branding

Pada saat awal memulai ‘karir’ sebagai freelancer, branding bisa jadi belum teramat penting. Tetapi tidak ada salahnya jika dimulai sedari awal, sehingga ketika sudah berpengalaman tidak akan sulit untuk menjual jasa keahlian yang dimiliki.

Berbicara tentang branding, Daniel menjawab pertanyaan salah satu peserta bahwa freelancer bisa memilih nama pribadi atau perusahaan yang akan dicantumkan di halaman profil yang tersedia di marketplace untuk para freelancer.

Sedangkan Awan memberikan tips bahwa ada beberapa tipe klien, di satu sisi ada klien yang suka dengan freelancer individu – salah satu alasannya adalah karena biaya lebih murah, tetapi di sisi lain ada pula klien yang lebih suka mencari agency (perusahaan) karena bisa diandalkan – sudah berbentuk perusahaan biasanya sudah ada sistem dan bisa lebih dijaga flow kerjanya. Tergantung marketplace dimana freelancer mem-posting pekerjaan, karakternya bisa berbeda-beda.

Salah satu tips lain terkait branding adalah time management karena ini akan berpengaruh pada kualitas kerja termasuk kecepatan dalam mengerjakan permintaan klien. Ghelky menjelaskan bahwa untuk mereka yang masih menjalankan freelance sambil berkantor, harus diatur dari sisi kesehatan, termasuk juga kapan waktu untuk mengerjakan kantor kapan freelance (karena biasanya freelance dilakukan malam hari yang akan mempengaruhi jam istirahat).

Harus diperhatikan pula jangan sampai kewajiban kantor tidak terpenuhi. Jika Anda sudah yakin dengan jalur freelance, keluar dari pekerjaan bisa menjadi alternatif agar bisa mengatur waktu lebih baik, seperti yang dilakukan Ghelky.

Tips Penting Lain

Beberapa hal penting lain yang dikemukakan dalam acara tanya jawab kemarin adalah yang berhubungan dengan komunikasi. Fast response untuk menjawab permintaan dari klien adalah hal penting yang wajib diperhatikan. Sederhananya, freelancer tetap harus menjawan email meski tidak bisa langsung bekerja (misalnya lagi di jalan, atau ada acara keluarga), komunikasikan kondisi dengan klien.

Screen Shot 2015-06-25 at 11.39.16 AM

Kata kuncinya bisa jadi adalah klien. Komunikasi termasuk jujur lalu memberikan kualitas yang baik akan membawa freelancer pada pekerjaan-pekerjaan selanjutnya. Kecepatan menyelesaikan dari target yang diminta, tanpa mengorbankan kualitas, juga menjadi nilai tambah untuk memenangkan persaingan dalam dunia freelancing.

Dalam acara yang telah berlangsung beberapa minggu ini juga sempat muncul informasi bahwa saat ini telah ada koperasi yang menaungi para freelancer. Salah satu kesulitan bekerja freelance adalah tidak adanya fasilitas yang bisanya didapatkan jika berkantor, misalnya asuransi atau fasilitas untuk kredit. Nah, koperasi ini ingin menjadi jembatan untuk beberapa hal tersebut. Informasi tentang hal ini masih TRL susun jadi tunggu artikel berikutnya.

Selain itu, seperti yang disebutkan di atas, acara FAMA ini salah satunya didukung oleh Indonesia Freelancers Association (IFA), TRL juga berencana untuk membahas lebih lanjut tentang hal ini di artikel yang lain.

Sebagai tambahan informasi, berikut informasi terkait data di Freelancer.com (per Mei 2015) yang berhubungan dengan pasar lokal:

1. Jumlah total pengguna (user) Indonesia: lebih dari 500,000. Pengguna global: lebih dari 15,5 juta.

2. Rata-rata project yang didapatkan freelancer di Indonesia bernilai sekitar US$ 200 per project.

3. Proyek paling populer untuk freelancer Indonesia di platform Freelancer selama 12 bulan terakhir:
a. Hire Me (direct hire dari employer ke freelancer)
b. Graphic Design
c. PHP
d. Data Entry
e. Excel
f. Website Design
g. Photoshop
h. HTML
i. Logo design
j. Metatrader

4. Klien asal negara yang paling banyak menggunakan jasa orang Indonesia untuk 12 bulan terakhir di platform Freelancer.com:
a. United States (US)
b. Indonesia
c. Australia
d. India
e. United Kingdom (UK)
f. Canada
g. Pakistan
h. Singapore
i. Bangladesh
j. Japan

Japan-Based CrowdWorks Eyes to Invest in Southeast Asia

Japan-based  crowdsourcing platform CrowdWorks, which has gone public last December and looked for freelance designers, tech employees, writers, and many others ever since, has planned to broaden their investment scope outside Japan, particularly Southeast Asia. The company will rely on its Japanese company’s network in doing so.    Continue reading Japan-Based CrowdWorks Eyes to Invest in Southeast Asia

[Pic of the Day] Infografis Profil Freelancer di Indonesia

Kolom POD alias Pic of the Day kembali hadir, kali ini akan menampilkan data menarik tentang freelancer di Indonesia.

Data yang disusun oleh Sribulancer ini survei terhadap 1000 freelancer yang dilakukan Sribulancer. Dari data tersebut kita akan bisa melihat rentang umur dan gender dari para freelancer, alasan mereka mengambil pekerjaan freelance serta sebaran wilayah para freelance di Indonesia.

Penasaran? Silahkan cek infografis di bawah ini.

infographics_EN

Kolom Pic of the Day (PoD) adalah kolom yang menghadirkan gambar pilihan yang dikutip dari situs Imago. Gambar berupa tabel, infografis atau yang lainnya ini akan berkisar seputar dunia digital. Diharapkan pilihan informasi ini bisa memberi manfaat, ide atau informasi berguna bagi pembaca TRL.

Projects.co.id Tawarkan Marketplace Paruh Waktu Sambil Jual Beli Produk Digital

work-at-poolside

Banyak pertimbangan yang menyebabkan profesi pekerja sampingan kini menjadi salah satu pilihan favorit bagi sebagian orang. Mulai dari faktor sistem perkantoran yang merepotkan, hingga komunikasi via online yang memungkinkan orang untuk bekerja secara remote bisa menjadi sebab mengapa pekerjaan berlabel ‘freelance’ kian diminati. Telah cukup banyak sebenarnya platform marketplace yang menawarkan pencarian pekerjaan paruh waktu ini, salah satunya yang terbaru yakni Projects.co.id. Continue reading Projects.co.id Tawarkan Marketplace Paruh Waktu Sambil Jual Beli Produk Digital

Sribu Founder Ryan Gondokusumo on SribuLancer as His Market Expansion Strategy

Freelancing is a recent phenomenon that is becoming very prevalent. People have discovered reasons to be self employed rather than be bound to companies. More than a few took their first steps by taking side jobs before finally committing to become full time freelancers. They argue that freelancing fits their characters better or the income from freelancing already meets their needs.

There are various professions available, such as IT projects developer, web designer, content writer, and translator. From the companies’ point of view, the freelancers are needed because they can work per project. Responding to this trend, Ryan Gondokusumo, the founder of Sribu, decided to expand his business by introducing SribuLancer.

The potential of this kind of business is huge, considering that there are more and more companies need freelancers and no local company has accommodated those needs yet.

“When we look for freelancers through Google, sometimes we do not get proper results and when we randomly look for freelancers there’s a chance that they don’t do the job after they get paid. As a result, we wasted time and money. Therefore, we see an opportunity from this existing problem”, Ryan told DailySocial recently.

Ryan also took this step to expand the market. According to him, the difference between Sribu and SribuLancer is that SribuLancer accommodates not only design jobs but also programming or software development, writing, video-making, voice over, data entry, and many more. “One thing for sure, at the time these services can only be performed and delivered online. We expect the experience and skill sets that we have in outsourcing and crowdsourcing can be useful in developing the SribuLancer platform”.

Ryan has no plans to to merge these two companies. SribuLancer will be a different platform. “Sribu has been known as the crowdsourcing contest platform with a focus on design and we will leave it be. Meanwhile, SribuLancer will focus on becoming a freelancing or outsourcing platform. The positioning of each platform is very clear.”

At the moment, SribuLancer is in beta as the company is still testing the market. “As we go, we will discover the response through our survey and gradually aim to reach the product market fit. Only then will Ryan begin advertising the service through Google, Facebook, and other online outlets.

Thus far, we’re familiar with Freelancer.com which has the same model as SribuLancer. In general, both websites offer identical services. The freelancers may search for projects based on categories that match their skills.

The monetisation method of both websites is also similar, by taking a commission from completed jobs. The companies may post available projects which freelancers can apply. However, SribuLancer will keep the information of payment a secret until the jobs are completed. This is to guarantee that the employers get the jobs done, and the freelancers get their payment as well.

SribuLancer sets its commission at 10-15 percent, but it is still adjustable at the moment since it is still in the market testing stage. In this regard, SribuLancer will see how the market responds. At first, people may register for free, but it is not out of the question that SribuLancer will introduce premium service in the future.

Ryan said that the full version of SribuLancer will be launched in two or three months from now. “The plan is we will prove our business model before finding out whether we can gain initial traction while improving our current MVP and find out which functions are needed by potential users on client and freelancer sides on the SribuLancer platform”

[translation by Rifku Aria Nugraha and Aulia Masna]

Sribu Goes Deeper into Freelance World with SribuLancer

Sribu, an online design crowdsourcing service website, recently released its latest product called SribuLancer. While Sribu is known as a service for business owners to find graphic designers, now, it is has put together a way for all kinds of freelancers offering various kinds of services such as programming, copywriting, multimedia, and even marketing services.
Continue reading Sribu Goes Deeper into Freelance World with SribuLancer

Sribu Masuki Ranah Freelancer Lebih Jauh dengan SribuLancer

Cukup lama tak terdengar kabar terbaru, situs layanan crowdsourcing desain online, Sribu baru saja merilis produk layanan terbaru yang diberi nama SribuLancer. Jika layanan Sribu sebelumnya dikenal sebagai wadah solusi bagi pebisnis yang mencari kebutuhan pekerjaan desain grafis, kali ini SribuLancer punya cara apik untuk mengumpulkan berbagai freelancer (pekerja lepas) yang bisa menawarkan solusi dari berbagai pekerjaan mulai dari kebutuhan programming, copywriting, multimedia, hingga kebutuhan pemasaran semua lengkap tersedia. Continue reading Sribu Masuki Ranah Freelancer Lebih Jauh dengan SribuLancer