5 Aplikasi Manajemen Aset untuk Bisnis, Kelola Aset secara Online!

Pengelolaan aset perusahaan menjadi salah satu aktivitas bisnis yang rumit, apabila dilakukan secara manual. Perusahaan butuh banyak waktu dan tenaga kerja untuk menyelesaikannya. Selain itu, pengelolaan aset secara manual juga rentan terhadap ketidakakuratan.

Saat ini, perusahaan tidak perlu lagi melakukan manajemen aset bisnis secara manual, dengan menggunakan spreadsheet excel atau checklist. Ada banyak aplikasi dan software yang dapat digunakan oleh perusahaan untuk mengelola aset bisnis secara lebih efisien.

Dengan menggunakan aplikasi dan software manajemen aset untuk bisnis, perusahaan dapat mengawasi, melacak, dan mengkategorisasi aset fisik perusahaan secara otomatis. Aset perusahaan tersebut dapat berupa produk, mesin, kendaraan, hingga database perusahaan.

Daftar Aplikasi Kelola Aset untuk Bisnis

Berikut ini beberapa aplikasi dan software manajemen aset untuk bisnis yang dapat dimanfaatkan oleh perusahaan dalam mengelola asetnya:

1. Talenta by Mekari

Talenta merupakan aplikasi yang fokus membantu perusahaan dalam mengelola sumber daya perusahaan. Salah satu layanan yang dimilikinya yakni manajemen aset bisnis. Layanan ini memastikan setiap aset yang dimiliki perusahaan terdokumentasi dan terdata secara menyeluruh.

Layanan manajemen aset bisnis oleh Talenta ini memiliki beberapa fitur, antara lain sebagai berikut:

  • Dokumentasi Aset Perusahaan

Aplikasi ini dapat membantu perusahaan merekap dan mendokumentasikan semua aset yang dimiliki perusahaan dengan lebih rapi. Selain itu, perusahaan juga mendapatkan akses untuk memonitor aset melalui aplikasi.

  • Rekap Aset Dipinjamkan Karyawan

Talenta memungkinkan perusahaan dapat meminjamkan aset perusahaan kepada karyawannya tanpa khawatir. Perusahaan dapat memantau asetnya melalui aplikasi sehingga meminimalkan risiko hilang atau bahkan fraud.

  • Inventaris Aset

Aplikasi ini memudahkan proses inventaris aset yang dimiliki perusahaan. Mulai dari kategorisasi hingga melakukan penomoran aset sehingga mudah dimonitor.

  • Tanggal Pinjam dan Kembali

Talenta by Mekari memudahkan perusahaan untuk mengorganisir peminjaman dengan pendataan tanggal pinjam dan kembali barang secara online dan terpusat.

  • Impor Data Aset Perusahaan

Perusahaan dapat melakukan dokumentasi aset-aset lama yang telah dimiliki dengan mudah lewat fitur impor data aset.

2. Hashmicro

Hashmicro merupakan aplikasi manajemen aset yang dapat digunakan oleh bisnis sebagai solusi pelacakan dan jadwal perawatan aset perusahaan seperti armada, alat berat dan mesin secara real-time.

Aplikasi ini menyediakan informasi mengenai aset bisnis melalui sistem yang terintegrasi, seperti kalkulasi ROI, majamenen perawatan hingga penurunan nilai aset. Hashmicro fitur-fiturnya dapat meningkatkan efektivitas pemantauan aset bisnis.

Ada pun fitur-fitur yang dapat dimanfaatkan oleh perusahaan dalam mengelola aset, antara lain sebagai berikut:

  • Monitor Riwayat Aset

Aplikasi ini memungkinkan perusahaan dapat meninjau seluruh riwayat aktivitas aset secara lengkap, termasuk risiko terjadinya riwayat perubahan.

  • Pembuatan Laporan Aset

Hashmicro menyediakan fitur yang membantu perusahaan dalam membuat laporan aset secara instan, dengan berbagai metrik dan diagram yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan.

  • Rekomendasi Pengambilan Keputusan

Hashmicro memiliki teknologi artificial intellegence (AI) yang dapat membantu perusahaan dalam mempertimbangkan pengambilan keputusan melalui analisis biaya.

  • Identifikasi Aset

Aplikasi ini memberikan fitur intergrasi barcode dan serial number yang digunakan untuk mengidentifikasi dan memantau rincian informasi aset.

  • Perhitungan Nilai Aset

Hashmicro menyediakan informasi akurat terkait perhitungan nilai aset bisnis melalui kalkulasi ROI, expense hingga nilai kapital aset.

3. Gamatechno

Gamatechno merupakan software atau aplikasi ERP yang dapat menjadi solusi dalam mengelola perencanaan sumber daya perusahaan secara real-time dan terintegrasi. Perusahaan dapat memantau seluruh informasi aset bisnisnya dengan fitur-fitur yang disediakan aplikasi ini.

Ada pun beberapa fitur manajemen aset yang dapat digunakan oleh perusahaan, di antara sebagai berikut:

  • Tracking Status dan Lokasi Aset

Dengan menggunakan software manajemen aset ini, perusahaan dapat mengetahui jumlah dan lokasi aset bisnis. Selain itu, perusahaan juga dapat memantau perpindahan, pelelangan, pengurangan dan penambahan fixed asset, sehingga memudahkan proses reporting dan audit perusahaan.

  • Kodefikasi Otomatis

Software manajemen aset ini terintegrasi dengan platform lain dan memiliki barcode scanner yang terpasang pada aset, sehingga memudahkan perusahaan untuk mendata aset tersebut.

  • Master Data Asset

Fitur ini memudahkan perusahaan dalam melakukan pendataan aset yang dimiliki. Pendataan aset tersebut meliputi nama aset, tipe aset, vendor, lokasi aset, dan departemen pemakai aset tersebut.

  • Perhitungan Depresiasi

Aplikasi aset ini memiliki fitur penyusutan, simulasi dan posting jurnal penyusutan untuk membantu perusahaan menghitung depresiasi, tanpa perlu menyewa konsultan untuk melakukan hal ini.

4. Odoo

Odoo merupakan software ERP yang memiliki layanan manajemen aset melalui fitur ‘Accounting Odoo ERP’ yang dimilikinya. Perangkat lunak satu ini memungkinkan perusahaan mengelola aset bisnisnya dengan merencanakan kebutuhan aset, menginvetarisasi aset, menilai aset, mengoperasikan dan memelihara aset, memperbarui dan menghapuas aset, serta melakukan legal audit.

5. AsetKita

AsetKita merupakan aplikasi yang dirancang khusus untuk memenuhi kebutuhan perusahaan dalam pengelolaan aset tetap, melalui layanan ‘Fixed Asset Management & Tracking System’ yang dimilikinya.

Perusahaan dapat mendokumentasikan asetnya secara detail dengan metode pencatatan yang rinci terkait setiap perubahan, penambahan dan pergerakan aset. Selain itu, perusahaan juga dapat melacak asetnya melalui smartphone dengan scanner 2D.

AsetKita memberikan layanan yang mencakup konsultasi dan perencanaan, migrasi data aset, mendesain tag/label, instalasi dan training penggunaan aplikasi. Selain itu, ada beberapa fitur manajemen aset yang dapat digunakan oleh perusahaan, di antaranya:

  • Teknologi Web

Aplikasi AsetKita yang berbasis web membantu perusahaan untuk mengakses informasi aset perusahaan secara fleksibel, hanya dengan browser. Fitur ini memungkinkan perusahaan dapat mengakses data secara bersamaan karena sentralisasi data.

  • Teknologi Mobile

Perusahaan dapat melakukan pemindaian aset melalui aplikasi di smartphone, tanpa perlu menggunakan pemindai lain seperti handheld scanner ataupun wireless scanner. Dengan begitu, fitur ini dapat membantu perusahaan saat melakukan audit atau inventarisasi.

  • Teknologi QR Code

Seluruh aset yang telah didaftarkan ke dalam aplikasi AsetKita memiliki nomor unik yang menjadi QR code sehingga memudahkan tag labeling aset. Ukuran tag label tersebut juga dapat disesuaikan sesuai kebutuhan.

Demikian penjelasan terkait aplikasi dan software manajemen aset untuk bisnis yang dapat dimanfaatkan oleh perusahaan.

Aino Indonesia Bahas Potensi Produk MaaS, IPO, dan Ekspansi Regional

Setelah di spin-off dari Gamatechno menjadi entitas sendiri, Aino (PT Aino Indonesia) mengklaim terus mengalami pertumbuhan bisnis yang positif. Fokusnya sebagai perusahaan yang mengembangkan Mobility as a Service (MaaS). Salah satu proyek strategis di sektor transportasi yang tengah dijalankan adalah melalui kerja sama dengan PT JakLingko Indonesia (JakLingko).

Dalam konsorsium tersebut [JakLingko], yang juga didukung Grab dan PT Jatelindo Perkasa Abadi Indonesia, akan menyatukan kekuatan perusahaan teknologi, perusahaan swasta, dan pemerintah dalam mewujudkan sistem transportasi pintar. Tujuannya untuk meningkatkan kecepatan, kemudahan, keamanan, dan keandalan transportasi umum.

“Dalam waktu 8 tahun ke depan kami akan fokus mengembangkan teknologi untuk memperkuat ekosistem menghadirkan teknologi dan layanan yang relevan untuk membangun platform JakLingko,” kata Direktur Utama PT Aino Indonesia Hastono Bayu Trisnanto.

Ke depannya diharapkan akan tercipta sebuah platform terpusat yang menyasar sektor transportasi. Sehingga semua layanan dan produk bisa terintegrasi untuk mendukung dan memperkuat ekosistem transportasi di Indonesia. Untuk tahap awal, proyek ini akan fokus kepada wilayah Jabodetabek dulu.

“Kita menyediakan teknologi yang membantu masyarakat dan pemerintah memberikan pelayanan yang optimal dengan MaaS. Dengan demikian nantinya melalui data insight bisa diketahui pergerakan perjalanan masyarakat umum, untuk bisa menentukan tarif yang sesuai bagi masing-masing pengguna,” kata Bayu.

Untuk memperkuat ekosistem yang ada, Aino juga membuka kesempatan untuk melakukan kolaborasi dengan perusahaan terkait hingga startup. Harapannya nanti dalam satu platform bisa dinikmati berbagai macam layanan dan fasilitas, terintegrasi dengan multi moda transportasi yang ada, termasuk di antaranya termasuk MRTJ, TransJakarta, LRT (Jakpro), KCI, dan Railink.

Inovasi bisnis Aino Indonesia

Salah satu produk andalan Aino berbentuk platform payment gateway. Namun mereka memiliki fokus spesifik ke sektor transportasi saja. Hal tersebut yang membedakan mereka dengan platform lainnya seperti Doku, Midtrans, hingga Xendit yang fokusnya kebanyakan ke layanan e-commerce dan ritel.

Menurut Bayu perbedaan fokus bisnis tersebut yang mampu menciptakan pertumbuhan positif di Aino Indonesia.

Selain itu, Aino Indonesia juga telah memiliki sejumlah lini produk, di antaranya adalah Airis E-ticketing System, Aino Loyalty, Mobile Point of Sales, dan Touchless Parking System.

Ada pula beberapa produk aplikasi yang kemudian dikembangkan. Salah satunya adalah platform “PesenYuk!” yang fokus kepada pemesanan dan pembelian makan dan minuman. Awalnya produk ini diaplikasikan di tempat wisata agar para pengunjung tidak perlu antre saat ingin membeli makan dan minuman. Ke depannya, platform ini juga bisa digunakan oleh pengguna transportasi umum.

Teknologi lainnya yang juga sudah dikembangkan adalah Touchless Parking System. Masih fokus kepada beberapa lokasi khusus seperti bandara dan Stadion Utama Gelora Bung Karno, dengan konsep Tap in Tap Go, memudahkan pengunjung untuk melakukan pembayaran secara otomatis.

Bersama mitra strategis yaitu Pemprov DKI, juga telah dikembangkan teknologi ini di beberapa titik lokasi di mana Park & Ride berada. Park & Ride merupakan sistem penyediaan lahan parkir di lokasi strategis sehingga pengendara bisa memarkirkan kendaraan dan melanjutkan perjalanan dengan transportasi umum.

Rencana ekspansi ke Vietnam dan IPO

Direksi Aino Indonesia (Syafri Yuzal – COO, Hastono Bayu – CEO)

Dilihat dari potensi yang ada, Aino memiliki rencana untuk ekspansi secara regional, dimulai dari Vietnam. Mengincar industri transportasi di sana, integrasi multi-moda dinilai ideal untuk mereka garap. Untuk melancarkan rencana mereka melakukan ekspansi ke Vietnam dan mengembangkan layanan yang serupa dengan yang mereka lakukan di tanah air, Aino juga berencana untuk melakukan IPO tahun 2023 mendatang.

“Ada strategic alignment yang masih on-going hingga saat ini yang sedang kita susun, agar target ekspansi bisa berjalan selaras. Termasuk di antaranya kolaboratif ekosistem, kita sedang mencari beberapa angle agar bisa menjaga jaringan dan layanan Aino Indonesia,” kata Bayu.

Pada bulan April 2019 lalu Aino telah menyelesaikan pendanaan venture round dari perusahaan asal Jepang bernama TIS. Nilai pendanaan yang didapat mencapai $4 juta (setara dengan 57 miliar Rupiah). Pendanaan tersebut akan difokuskan untuk pengembangan produk dan ekspansi bisnis.

Sementara itu baru-baru ini perusahaan juga telah merampungkan penggalangan dana tahapan Pra-Seri B. Investor yang terlibat dalam putaran pendanaan tersebut di antaranya adalah dari investor sebelumnya yaitu TIS bersama dengan Nippon Koei. Sebelumnya Aino Indonesia juga telah didukung oleh NTT Data dan Indogen Capital.

Gamatechno Lakukan Transformasi Bisnis, Fokus ke Pengembangan Platform

Berdiri selama 15 tahun sebagai software integrator yang secara khusus melayani klien pemerintahan, Gamatechno yang berbasis di Yogyakarta berencana melakukan ekspansi usaha dengan memfokuskan sebagai perusahaan holding, riset dan inkubator. Kepada DailySocial, Presiden Direktur Gamatechno Muhammad Aditya Arief Nugraha mengungkapkan, ke depannya Gamatechno akan mencoba  menghadirkan platform yang serupa dengan startup dan melayani segmen B2B.

Pandemi dan transformasi bisnis

Pandemi menjadi momen perubahan bagi Gamatechno. Periode ini mengubah prioritas badan pemerintahan dan membatalkan proyek-proyek non-terkait penanganan pandemi. Gamatechno harus mengadaptasi situasi ini supaya bisa bertahan.

“Pandemi memberikan dampak besar kepada kami karena kebanyakan klien kami adalah [badan] pemerintah yang harus membatalkan proyek karena pandemi. Akibat kondisi tersebut kami nyaris collapse, karena proyek yang sebelumnya telah kami dapatkan dan siap untuk dijalankan terpaksa dibatalkan,” kata Aditya.

Gamatechno akhirnya melakukan transformasi bisnis dengan menghadirkan layanan ke segmen B2B. Fokusnya bergeser dengan mengembangkan platform baru yang lebih segar dan tidak lagi menjadi integrator atau software developer. Namun demikian, Aditya menegaskan mereka belum menyasar segmen ritel.

Saat ini Gamatechno telah memiliki tiga anak perusahaan yang sudah menjalankan bisnis secara independen, bahkan sudah menerima pendanaan dari investor. Di antaranya adalah Aino Indonesia (fintech), Solusi kampus Indonesia (edtech) dan Global Data Inspirasi (big data analytics). Perusahaan berencana memperbanyak jumlah platform produktivitas ini yang rencananya di-spin off sebagai startup.

“Ke depannya Gamatechno ingin menjadi perusahaan riset, inkubator dan holding. [..] Serupa dengan startup, semua platform tersebut akan terus mengalami pengembangan dan upgrade dan saat ini statusnya sudah live,” kata Aditya.

Segmen B2B

Produk baru yang menjadi unggulan Gamatechno saat ini termasuk Sidig, 18hole, Digitalkie, dan Worxspace. Empat platform masih berada di dalam naungan Gamatechno dan membuka peluang investasi bagi masing-masing produk. Untuk mengembangkan platform tersebut, Gamatechno didukung 100 anggota tim yang 50% di antaranya adalah pengembang. Selain berkantor di Yogyakarta, mereka juga memiliki kantor cabang di Jakarta.

Salah satu produk unggulan mereka, Sidig, diciptakan untuk membantu klien meluncurkan barang elektronik dengan memberikan layanan kartu garansi digital dengan semangat layanan aftersales 4.0 di Indonesia.

“Saya melihat hingga saat ini masih ada kesulitan di kalangan end user untuk menjaga kartu garansi ketika mereka membeli berbagai barang elektronik. Sementara itu dari sisi manufaktur hingga prinsipal masih kesulitan untuk menciptakan engagement secara langsung siapa saja pembeli barang elektronik dari brand atau toko mereka. Dengan Sidig semua bisa dikembangkan dan tentunya menguntungkan kedua belah pihak,” kata Aditya.

Gamatechno juga ingin menjalin kerja sama dengan marketplace, sehingga nantinya konsumen yang membeli barang elektronik secara online dapat memperoleh kartu garansi digital.

Platform unggulan lainnya adalah Worxspace. Mengedepankan keamanan data dan meningkatkan produktivitas pegawai, platform ini digunakan untuk mengelola semua kegiatan yang melibatkan pegawai mereka, serupa dengan yang ditawarkan Slack atau WhatsApp. Gamatechno menambahkan fungsi jaminan keamanan di dalamnya.

“Dalam hal ini kami tidak ingin menggantikan fungsi WhatsApp, namun  perusahaan yang sangat peduli dengan keamanan data dan privasi bisa memanfaatkan Worxspace dalam lingkungan kerja mereka,” kata Aditya.

Untuk segmen lifestyle, Gamatechno mengembangkan platform bernama 18hole. Menyasar pecinta olahraga golf, platform ini mendigitalisasi proses pemesanan lapangan, pencatatan skor, dan komunikasi dalam forum dan informasi event.

Tersedia juga platform Digitalkie untuk melakukan rekam jejak dan melakukan scale komunikasi tim secara efektif.

“Sejauh ini yang sudah mendapatkan pendanaan awal adalah Sidig. Kami juga memiliki rencana untuk melakukan penggalangan dana kepada Sidig untuk tahapan pendanaan selanjutnya. Kami juga memiliki rencana untuk mengembangkan teknologi IoT untuk sektor transportasi,” kata Aditya.

Memasuki Tahun Kedua, JogjaBike Mulai Monetisasi Layanan

Memperingati hari jadinya yang pertama, platform bike-sharing JogjaBike perbarui aplikasi. Diumumkan hari Minggu (27/10), saat ini layanan juga sudah dimonetisasi. Pengguna dikenakan biaya Rp5.000,- untuk menggunakan sepeda selama satu jam. Selain itu jumlah sepeda akan ditambah hingga 50 unit.

“Pengisian saldo bisa dilakukan lewat mobile/internet banking, ATM, hingga dompet elektronik seperti Dana dan LinkAja. Pengguna juga bisa menggunakan voucher fisik yang bisa dibeli dari operator JogjaBike,” terang Business Development Speeda Muhammad Reza.

Selain itu, sepeda dan mekanisme peminjaman juga turut diperbarui. Saat ini JogjaBike telah dilengkapi bike-lock yang terintegrasi dengan stasiun sepeda dan aplikasi “Speeda” sebagai anak usaha Gamatechno. Pertamina Foundation turut mendukung inisiatif ini.

“Aplikasi JogjaBike terbaru dilengkapi dengan GPS Tracking yang akan memudahkan pengguna untuk mengetahu rute bersepedanya. Selain itu, operator juga bisa memantau sejauh mana pengguna menggunakan sepedanya,” imbuh Reza.

Pengguna tidak bisa sembarang melakukan pemberhentian perjalanan. Mereka hanya bisa mengakhiri perjalanan di stasiun yang tersedia di sepanjang jalan Malioboro.

General Manager Technology, Business, & Innovation Gamatechno Saga Iqranegara menambahkan, dalam pengembangan platform baru seperti ini perusahaannya sangat menghitung terkait durability. Layanan baru tetap jalan, namun tidak merusak hal-hal lain di sekelilingnya.

Durability yang paling penting, jangan sampai saat menggunakan di perjalanan sepeda malah rusak,” papar Saga.

Di Indonesia, komoditas bike-sharing memang baru menjangkau di area spesifik. Umumnya diimplementasikan di lingkungan khusus, misalnya universitas seperti yang dilakukan Banopolis, Telkomsel dan Huawei tahun lalu; atau di area wisata seperti yang dilakukan JogjaBike atau Gowes di beberapa titik.

Sementara GrabWheels hadir dengan jangkauan akses arena yang lebih luas melalui layanan skuter elektrik, tawarkan model penggunaan yang serupa melalui aplikasi.

Application Information Will Show Up Here

Gamatechno Rilis Aplikasi Lacakin, “Sport Tracking” Berbasis Komunitas untuk Pengguna dan Penyelenggara Acara Olahraga

Beberapa waktu terakhir, antusias kegiatan “gowes” alias bersepeda meningkat di banyak wilayah, tak terkecuali di seputar Yogyakarta. Tren ini dimanfaatkan baik oleh pengembang layanan digital, salah satunya dengan meluncurkan aplikasi sport tracking. Tak mau kalah, perusahaan penyedia solusi teknologi Gamatechno turut meramaikan dengan meluncurkan Lacakin.

Berplatform Android, aplikasi Lacakin dihadirkan. Pada awalnya dibuat agar memungkinkan pengguna untuk menunjukkan rute dan keberadaannya kepada rekan-rekannya saat bersepeda secara berkelompok. Seiring minat yang meningkat, pembaruan versi 2.0 aplikasi dirilis tahun ini dengan banyak penambahan fitur.

Salah satunya fitur “Activity”, didesain agar pengguna aplikasi dapat membuat aktivitas sendiri secara berkelompok tanpa harus menunggu acara besar. Menurut pemaparan Sr. Business Development Gamatechno Muhammad Reza, ketika pengguna membuat aktivitas akan ada kode aktivitas yang bisa digunakan pengguna lain yang akan mengikuti acara bersama.

Tempat pertemuan, rute, dan posisi rekan-rekan ainnya dapat dilihat ketika aktivitas tersebut dimulai. Penambahan fitur Activity memiliki tujuan spesifik, yakni mengarahkan Lacakin untuk memberdayakan komunitas. Untuk itu, dalam promosinya tim juga banyak menggandeng komunitas pesepeda dan pelari di Yogyakarta.

Versi 2.0 dari aplikasi ini sudah diunduh lebih dari 3000 pengguna. Di versi sebelumnya Lacakin sempat digunakan lebih dari 13 ribu orang.

Sebenarnya, tidak spesifik pada kegiatan bersepeda dan lari saja, sistem Lacakin juga bisa digunakan untuk olahraga lainnya seperti touring komunitas mobil, komunitas motor, dan olahraga lain yang membutuhkan tracking rute.

Mainkan potensi ke ranah B2B

Kedua, aplikasi kini juga memiliki fitur “Back Office” yang dapat dimanfaatkan pengelola acara besar untuk mengakomodasi peserta. Reza menuturkan, inspirasi pembuatan fitur ini berangkat dari adanya selisih data antara peserta yang sudah mendaftar dan membayar. Selisih ini membuat panitia keteteran dan harus melakukan penghitungan manual kembali.

“Semua peserta harus menggunakan Lacakin, karena mulai dari registrasi event, pembayaran biaya race, konfirmasi pembayaran, pengambilan race pack, hingga pembelian merchandise bisa dilakukan di Lacakin,” tutur Reza.

Melalui dasbor yang dikembangkan, panitia dapat mengelola data peserta secara terintegrasi, sehingga panitia tak lagi bekerja dua kali untuk memantau ulang data pesertanya. Fitur ini juga mempermudah penyelenggara untuk men-tracking keberadaan pesertanya. Mereka bisa memantau pergerakan peserta dan melakukan tindakan preventif jikalau peserta sudah mulai keluar jalur race.

“Untuk kerja sama event, panitia harus konfirmasi ke developer untuk mendapatkan akses Back Office, mereka membutuhkan kapasitas dashboard yang besar untuk memantau peserta. Beda lagi dengan aktivitas biasa, mereka bisa memantau lewat smartphone saja,” kata Reza.

Lacakin sudah mendukung enam acara nasional seperti Audax, Jogja 150 Kilometers, hingga Gowes Moedik 2019 lalu.

Selain Lacakin, sebelumnya juga ada aplikasi Gerak yang menjadi versi lokal dari Strava untuk fasilitasi kegiatan olahraga lari. Termasuk menghubungkan pengguna dengan acara-acara besar yang dihelat di sekitarnya.

Application Information Will Show Up Here

Aino Indonesia Fokus Sajikan Platform Pembayaran Non-Tunai untuk Sektor Publik

Aino Indonesia (Aino) merupakan perusahaan di bidang teknologi yang fokus pada solusi pembayaran digital. Produk yang dihasilkan menjembatani kebutuhan transaksi non-tunai dari berbagai sumber dan media pembayaran. Selain itu pihaknya juga mengembangkan sistem integrasi alat pembayaran untuk berbagai segmen bisnis, mulai dari transportasi, pariwisata, hingga pemerintahan.

Menurut pemaparan Co-Founder & COO Aino Syafri Yuzal, pada awalnya Aino merupakan divisi riset dan pengembangan di software house Gamatechno. Fokusnya pada teknologi contactless smartcard, mobile RFID, mobile NFC, dan SMS gateway. Seiring perkembangan yang ada, divisi riset tersebut berubah menjadi profit centre bernama Smart Tech Division, dengan fokus produk pada sistem tiket elektronik yang diintegrasikan dengan platform pembayaran.

“Tanggal 30 April 2013, Smart Tech Division spin-off menjadi single entity sendiri dengan nama PT Aino Indonesia,” ujar Syafri.

Pendiri Aino ada empat orang, yakni Afrizal Hernandar (CEO Gamamulti), Aditya Nugraha (CEO Gamatechno), Hastono Bayu Trisnanto (CEO Aino Indonesia), dan Syafri Yuzal (COO Aino Indonesia). Mengenai struktur perusahaan Syafri juga menjelaskan, bahwa Aino berada di bawah naungan holding company PT Gamamulti Usaha Mandiri yang didirikan dan dimiliki Universitas Gadjah Mada. Gamatechno juga bagian dari portofolio Gamamulti.

“Sepanjang tahun 2018, Aino mencatatkan telah memproses 180 juta transaksi uang elektronik multi penerbit di 21 kota di seluruh Indonesia, dengan mengelola hampir 2000 payment devices,” lanjut Syafri.

Kebanyakan solusi yang sudah diterapkan di masyarakat adalah pembayaran non-tunai menggunakan uang elektronik. Seperti pembayaran tiket transportasi, pembayaran parkir, pembayaran tol, vending machine hingga tiket wahana wisata.

Aino Indonesia
Co-Founder & COO Aino Indonesia Syafri Yuzal / Aino Indonesia

Investasi dari TIS

Pada bulan April 2019 lalu Aino baru menyelesaikan venture round dari perusahaan asal Jepang bernama TIS. Nilai pendanaan yang didapat mencapai $4 juta (setara dengan 57 miliar Rupiah). Pendanaan tersebut akan difokuskan untuk pengembangan produk dan ekspansi bisnis.

“Pada round investment tersebut, Aino membutuhkan mitra strategis yang dapat membantu untuk scalling-up kapabilitas teknis, organisasi, melakukan transfer teknologi, serta membawa potensi akses masuk ke pasar regional. Kepemilikan saham terbesar masih dimiliki UGM melalui Gamatechno, kepemilikan asing di bawah 25% sehingga manajemen, pengawasan, dan operasional tetap dalam kendali tim lokal,” terang Syafri.

Tahun 2019 fokus Aino adalah menguatkan sistem payment gateway dan meluncurkan produk baru bernama Aino Unified Payment. Produk baru tersebut memungkinkan satu arsitektur sistem produk yang dapat menerima pembayaran non-tunai dari berbagai sumber, terintegrasi dengan perangkat pembayaran dan solusi yang berbeda-beda, baik offline maupun online. Perusahaan juga akan mulai mengeksplorasi segmentasi baru, yakni ritel.

“Perkembangan fintech di Indonesia sangat pesar, karena pasarnya besar dan masih banyak yang belum terlayani solusi non-tunai. Pada awal tahun 2018, setelah melengkapi seluruh persyaratan administrasi, teknis, keamanan, dan ISO, Aino mendapatkan lisensi payment gateway yang pertama untuk penerimaan transaksi uang elektronik multi penerbit untuk layanan transportasi,” tutup Syafri.

Calljack, Layanan Pesan Ojek Berbasis Aplikasi Asal Jogja

Tak mau kalah dengan kehadiran layanan Go-Jek di Yogyakarta, layanan pesan ojek via SMS bernama O’Jack kini menghadirkan layanan terbarunya Calljack. Bekerja sama dengan PT Gamatechno Indonesia, Calljack kini telah resmi meluncur untuk pengguna perangkat Android. Sebelumnya layanan O’Jack di bawah naungan CV Hoki Project besutan Nanang Kuswoyo menjadi ojek bersistem argometer pertama di Indonesia. Hal tersebut dibuktikan dengan penghargaan oleh MURI di tahun 2011 sebagai “Taxi Motor Pertama dengan Sistem Argometer”.

Secara umum penggunaan aplikasi sama serperti layanan sejenis pada umumnya. Setelah pengguna mengunduh dan mendaftarkan diri pada aplikasi, pengguna dapat memesan layanan Calljack dan/atau O’Jack. Pengguna akan diminta memasukkan tujuan, kemudian sistem akan memberikan estimasi biaya serta mencarikan pengemudi yang tersedia di wilayah terdekat.

Setelah menemukan pengemudi terdekat, pengguna dapat memilih pengemudi yang tersedia jika dibutuhkan, dengan informasi profil dan reputasi yang ada. Terkait dengan pembayaran pengguna dapat membayar secara cash atau menggunakan Calljack Credit yang bisa dibeli melalui aplikasi. Selain untuk pemesanan untuk kebutuhan saat ini, Calljack juga memungkinkan pengguna untuk memesan jasa ojek untuk waktu yang akan datang.

Dalam layanan tersebut terdapat dua pilihan ojek, yaitu pengemudi dari Calljack dan dari O’Jack. Saat pengguna memilih O’Jack maka akan disuguhkan dengan pengemudi layanan O’Jack dengan armada motor milik perusahaan. Sedangkan untuk Call-Jack maka akan disuguhkan dengan pengemudi dari masyarakat yang menjadi mitra, seperti yang ada pada layanan Go-Jek.

Pengguna akan dikenakan tarif Rp 10.000,- untuk 2 km pertama, Rp 500,- untuk tarif tunggu dan selanjutnya biaya Rp 2.000,- untuk km berikutnya di layanan O’Jack dan Rp 2.500,- di layanan Calljack. Argo akan disajikan secara online melalui aplikasi pengguna.

Pembelian Calljack Credit saat ini baru bisa dilakukan secara manual, dengan melakukan pembelian voucher minimal Rp 50.000,- melalui bank transfer dan melakukan konfirmasi via aplikasi.

Saat ini Calljack baru akan berfokus membangun ekosistem di Yogyakarta. Namun disampaikan bahwa tidak menutup kemungkinan bisnisnya akan merambah ke daerah lain di sekitar Yogyakarta, mengingat potensi jasa ojek ada di mana-mana.

Umumkan Pemenang, iMulai 4.0 Munculkan Banyak Nama Startup dan Layanan Baru

iMulai, sebuah kompetisi inovasi bisnis yang tahun ini memasuki tahun penyelenggaraan keempat, hari ini mengumumkan pemenangnya.

Bertempat di Balai Kartini Jakarta, pagi tadi, iMulai mengumumkan 10 proposal terbaik yang akan mendapatkan hadiah senilai 300.000 dollar Amerika. Hadiah tersebut merupakan bagian dari program BizSpark Microsoft untuk startup TI (Teknologi Informasi), perangkat keras untuk mendukung bisnis mereka, juga partisipasi dalam pelatihan khusus untuk membantu mengembangkan inovasi bisnis mereka.

Dalam daftar 10 proposal terbaik maupun 50 proposal terbaik, bermunculan nama-nama startup dan layanan baru yang sebelumnya belum dikenal. Beberapa layanan tersebut telah dirilis dan sudah dapat digunakan, sedangkan beberapa lainnya masih dalam fase prototype. Beberapa startup juga menawarkan layanan yang sebelumnya belum pernah ada. Continue reading Umumkan Pemenang, iMulai 4.0 Munculkan Banyak Nama Startup dan Layanan Baru

Announcing Winners, iMulai 4.0 Brings Many New Startups and Services

iMulai, a business innovation competition which entering the fourth year this year, announced the winners on May 24.

Located at Balai Kartini Jakarta, iMulai announced the best 10 proposals that get a prize worth US$300.000. The prize is a part of Microsoft’s BizSpark for IT (Information Technology) startup, hardware that supports it, as well as the participation in special training to help in developing their business innovation.

In the list of the 10 best proposals and the 50 best proposals, appear the names of new startups and services that were previously unknown. Some services have been released and can be used, while others are still in prototype phase. Some startups also offer a service that never available before.

Continue reading Announcing Winners, iMulai 4.0 Brings Many New Startups and Services