Tekad Ghufron Mustaqim Besarkan Belanja Ritel di Daerah Melalui Evermos

Perkenalan Ghufron Mustaqim dengan Lingga Madu yang merintis Salestock pada akhir 2014, berhasil ‘menjerumuskan’ dirinya lebih jauh ke dalam dunia startup. Tertarik dengan e-commerce dan berbagai tantangan di dalamnya, Ghufron bersama tiga kawannya (Arip Tirta, Iqbal Muslimin, dan Ilham Taufiq) merintis Evermos (Everyday Need for Every Moslem) pada 2018.

Evermos adalah startup pertama yang ia pimpin sebagai CEO sejak 2020, menggantikan Iqbal Muslimin. Ia tertantang untuk berkarier sebagai wirausaha karena proses jatuh bangunnya yang ‘seru’. Membuat suatu produk yang bernilai dan bermanfaat bagi hajat hidup orang banyak menurutnya adalah puncak kenikmatan yang ia rasakan.

“Walau perjalanan sebagai entrepreneur itu enggak mudah, sangat banyak tantangan, tapi kalau kita dengar feedback positif dari user seperti puncaknya [kebahagiaan]. Saya pilih path ini karena seru,” ujarnya saat dihubungi DailySocial.id.

Selama terjun langsung di dunia ini, menurutnya ada dua aspek penting yang harus dimiliki oleh wirausaha. Pertama, buat produk yang bernilai tinggi. Pengguna dapat langsung merasakan masalahnya yang dialami dapat terselesaikan secara tuntas dan efisien, setelah menggunakan produk yang dibuat oleh tim.

“Kita buat produk bukan karena [punya keahlian] technical skill tertentu, lebih dari itu. Harus karena mengerti masalah di market, siapa target potensial penggunanya, pekerjaan mereka apa, dan apa solusi yang dibutuhkan agar pekerjaan pengguna cepat selesai.”

Kedua, membangun nilai bisnis secara berkelanjutan. Ini tak kalah penting, tapi seringnya banyak founder yang sadar belakangan. Banyak founder yang tahu bagaimana mencetak pendapatan dan monetisasi dari produknya. Tapi tidak banyak yang paham bahwa tak kalah perlu juga memiliki unit economics yang masuk akal dan mampu membuat sebuah produk bertahan lama.

“Ini sesuatu yang common sense, tapi enggak banyak dipraktikkan. Founder harus mengerti struktur suatu produk, lalu breakdown setiap detilnya, hingga mereka yakin bisa tetap deliver value dengan unit economics yang makes sense dan bakal long lasting.”

Para co-founder Evermos / Evermos

Semangatnya menggeluti dunia e-commerce sebenarnya dimulai dari pengalaman pribadi Ghufron di kampung halamannya di Sleman, Yogyakarta yang lebih banyak sawahnya daripada jumlah manusianya. Di sana mereka pintar dan pekerja keras, tapi karena pendidikannya terbatas, alternatif untuk lebih produktif menghasilkan pendapatan dari biasanya juga ikut terbatas.

Di sisi lain, ada banyak merek dari UMKM yang skala bisnisnya tidak berkembang pesat. Alasan utamanya karena kemampuan penetrasi pasarnya kurang bagus yang dipengaruhi oleh minimnya alokasi modal untuk memasarkannya. “Harus bangun distributor, kerja sama dengan toko, buat inventory di banyak tempat, jadinya modalnya besar. Banyak merek lokal yang akhirnya gitu-gitu aja.”

“Apa yang kita bantu adalah brand dapat melebarkan sayap dengan pasokan jaringan agen reseller yang bergabung di Evermos. Kita damping dan latih mereka agar jadi micro-entrepreneur yang berhasil.”

Ekonomi daerah

Seperti diketahui, industri e-commerce telah berdampak besar dan menarik perhatian dalam satu dekade terakhir. Namun, industri ini tetap menjadi bagian yang relatif kecil dari ekonomi Indonesia.

Mengutip dari laporan “Beyond the Digital Frontier” yang dirilis Evermos, dilihat dari “Survei Literasi Digital Indonesia”, dilakukan bersama Katadata Insight Center (KIC) dan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), dan data dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), Evermos memperkirakan bahwa 49,6% dari penduduk Indonesia adalah non-user e-commerce pada 2022.

“Jika Occasional User (mereka yang menggunakan e-commerce sekali dalam beberapa bulan) ikut dihitung, maka sebanyak 66,6% dari penduduk Indonesia sebenarnya pengguna e-commerce nonaktif,” tulis laporan tersebut.

Lebih lanjut, laporan tersebut menyampaikan untuk setiap satu pengguna e-commerce aktif, ada dua orang yang belum menggunakan e-commerce secara aktif. Disparitas ini terlihat lebih mencolok di kota-kota tier bawah. Di Jawa, diprediksi sebanyak 58,9% penduduk merupakan pengguna e-commerce nonaktif, sementara di kota-kota tier 2 dan 3 angkanya lebih tinggi, yaitu 61,1%.

Tidak hanya penetrasi internet yang lebih rendah di kota tier 2 dan 3, tercatat juga kesenjangan dalam tingkat familiaritas dengan e-commerce, ketersediaan aplikasi e-commerce di smartphone, dan frekuensi penggunaan e-commerce. Akibatnya, jumlah pengguna nonaktif meningkat seiring dengan penurunan tier kota.

“Estimasi ini sejalan dengan studi KIC lainnya yang mengungkapkan bahwa Sebagian besar penjualan e-commerce berasal dari kota-kota tier 1 (56,8% pada 2022), meskipun populasi kota tier 1 hanya 11,5% dari total populasi Indonesia.”

Evermos menerbitkan laporan ini untuk mematahkan dua mitos: (a) saluran online yang telah mendominasi pasar dan menjadikan saluran offline tidak lagi relevan serta; (b) perilaku belanja konsumen dan bias yang kuat terhadap belanja online.

“Pertumbuhan e-commerce ini cepat tapi enggak cukup untuk majority consumer di Indonesia. Brand yang fokus online saja akan missing out [kesempatan ini]. Cita-cita kita bantu brand untuk capture 80%-90% konsumer di lower tier cities,” tambah Ghufron.

Perusahaan memberdayakan merek lokal untuk menjangkau potensi permintaan konsumen di kota-kota kecil melalui jaringan reseller Evermos dan membantu meningkatkan bisnis secara berkelanjutan dengan memanfaatkan platform. Melalui kemitraan ini, reseller Evermos akan memiliki akses terhadap produk-produk yang menawarkan lebih banyak keuntungan bagi konsumen, seperti harga diskon yang hanya tersedia di Evermos.

Evermos

Dengan jumlah pulau lebih dari 17.000 yang tersebar sepanjang 5.100 km dari barat ke timur, keunikan geografis pasar Indonesia membuat ekspansi nasional menjadi mahal dan memakan waktu, terutama di kota-kota kecil.

Sejak didirikan, Evermos berkomitmen mengurangi tantangan logistik tersebut untuk memastikan pemerataan pada seluruh rakyat Indonesia, terlepas dari letak geografisnya, tingkat pendapatan atau gender. Termasuk, membina hubungan langsung dengan brand lokal agar lebih dikenal konsumen dan menawarkan solusi komprehensif untuk kebutuhan commerce setiap brand lokal.

Dengan bergabung ke dalam ekosistem Evermos, pelaku usaha lokal dapat menjangkau 500 kota di mana 165.000 reseller beroperasi tanpa modal besar.

“Kami ingin brand UMKM bisa scale up dari sisi marketing secara lebih baik. Ini long term journey, bukan sesuatu yang mudah untuk dicapai karenanya butuh komitmen dari semua pihak.”

Dia juga memaklumi kondisi tersebut. Di satu sisi, semangat kewirausahaan reseller masih naik turun karena mindset-nya yang belum mampu tahan banting terhadap risiko gagal sebelum capai titik suksesnya. Pun dari sisi pemilik merek, mereka sendiri belum memikirkan standar operasionalnya yang efisien dan scalable. “Ada juga yang stoknya sering habis karena belum punya record stock yang baik.”

Sadar dengan tantangan tersebut, perusahaan menyiapkan tim terdedikasi penuh untuk mendampingi reseller dan merek. Disebutkan timnya telah menghabiskan ribuan jam per bulan untuk program pendampingannya.

Dari progres yang terlihat sejauh ini, ada brand yang sebelumnya mulai dari nol sekarang bisa terbantu, omzetnya naik lumayan. Ada juga reseller yang berkembang dari order dalam jumlah banyak, akhirnya bisa punya brand sendiri. “Milestone pengusaha mikro itu mulainya dari reseller. Ketika sudah yakin skala bisnisnya besar, kemudian jadi stockist, sampai akhirnya buat brand sendiri. Itu sesuatu yang bisa kita bantu.”

Kinerja perusahaan

Menurutnya, banyak yang menganggap Evermos seperti startup kebanyakan yang rajin bakar duit, mengingat mereka juga merupakan startup. Anggapan tersebut langsung dibantah. Berbagai data yang ia kutip menyebutkan bahwa faktanya unit economics di daerah tumbuh jauh lebih tinggi daripada kota utama. Banyak orang yang tidak menyadari hal tersebut.

Alasannya, tak lain karena mayoritas transaksi ritel di daerah masih terjadi secara offline. Semakin pelosok maka semakin tinggi transaksi offline-nya. Diklaim selama pandemi, Evermos catatkan pertumbuhan 17 kali lipat dari top-line. Dari sisi bottom-line juga disampaikan semakin dekat dengan laba. Berdasarkan data terakhir yang diungkap perusahaan, pertumbuhan GMV mencapai 17 kali lipat dari 2020 sampai 2022.

Ghufron menuturkan, sedari awal perusahaan selalu memantapkan prinsipnya untuk menjaga pertumbuhan berkelanjutan. Jadi perbandingan antar bulan, maupun tahunan harus selalu dijaga sisi top-line-nya. Di saat yang bersamaan juga harus menjaga dampak yang senantiasa tersalurkan.

“Kita ini balance antara growth dan profit, jadi agak fleksibel tergantung timing-nya, enggak harus sekarang. Mau lama atau tidak kita capai profit, itu sudah dalam setting-an kita, bukan karena model bisnis ini enggak sukses berjalan,” pungkasnya.

Total reseller evermos disebutkan saat ini mencapai 165 ribu orang, sekitar 70% di dalamnya adalah ibu rumah tangga. Kategori produk yang paling banyak terjual di Evermos adalah perabotan rumah tangga, kecantikan, obat herbal, dan sebagainya.

Application Information Will Show Up Here

Evermos Bukukan Pendanaan Rp584 Miliar, Perkuat Kehadiran di Kota Tier-2 dan 3

Setelah mengantongi pendanaan seri B senilai $30 juta tahun 2021 lalu, startup social commerce Evermos kembali merampungkan pendanaan seri C senilai $39 juta atau setara 584 miliar Rupiah. Putaran pendanaan ini dipimpin International Finance Corporation (IFC).

Investor lainnya yang terlibat di antaranya Jungle Ventures, Shunwei Capital, UOB Venture Management, dan Telkomsel Mitra Inovasi. Putaran pendanaan ini juga melibatkan investor mitra baru seperti SWC Global, Endeavour Catalyst, dan Uni-President Asset Holdings.

Selanjutnya Evermos akan menggunakan dana segar untuk memperkuat jaringan reseller dengan memperdalam penetrasi di pulau Jawa dan melakukan ekspansi ke Sumatera, agar bisa mempercepat brand menjangkau lebih banyak lagi kota tier 2 dan tier 3.

Memberdayakan para reseller

Selain mengembangkan jaringan reseller-nya, Evermos akan terus memberdayakan keterampilan pengecer untuk memperluas pelanggan mereka melalui iklan digital. Perusahaan mencatat penjualan 18x lebih tinggi untuk reseller yang memanfaatkan digital tools, dibandingkan dengan yang mengandalkan jaringan pribadi saja. Evermos rencananya juga akan menerapkan teknologi yang didukung oleh AI.

“Kami tetap berpegang pada komitmen kami untuk mendukung brand lokal sejak hari pertama. Dalam proses memecahkan masalah logistik yang dihadapi brand Indonesia akibat tantangan geografis dan ekonomi yang unik di negara ini, kami menyadari brand menghadapi berbagai tantangan selain distribusi. Oleh karena itu, kami akan terus memanfaatkan inovasi untuk menghubungkan brand lokal dan pelanggan di kota-kota tingkat rendah dengan lebih efisien,” kata Co-founder & CEO of Evermos Ghufron Mustaqim.

Ditambahkan olehnya, prestasi ini mencerminkan kepercayaan investor Evermos dalam menjalankan misi dan dedikasi mereka untuk memberdayakan komunitas, dengan memberikan sumber pendapatan yang berkelanjutan dan fleksibel melalui jaringan distribusi terhubung dan layanan commerce Evermos.

Sejak awal berdirinya, mereka telah berkomitmen untuk mengatasi tantangan logistik, dengan tujuan memastikan adanya kesempatan yang adil bagi seluruh masyarakat Indonesia, tanpa memandang lokasi geografis, tingkat pendapatan, atau gender.

Ini termasuk menjalin hubungan langsung dengan brand lokal untuk mendekatkan mereka dengan konsumen dan menawarkan solusi komprehensif untuk kebutuhan perdagangan khusus setiap brand. Dengan bergabung ke dalam ekosistem Evermos, brand dapat memanfaatkan 500 kota.

Didirikan pada bulan November 2018 oleh Ghufron Mustaqim, Arip Tirta, Iqbal Muslimin, dan Ilham Taufiq, Evermos mengklaim telah mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Sejak pandemi, bisnis mereka telah menunjukan pertumbuhan GMV sebesar 17x lipat dari tahun keuangan 2020 hingga 2022. Tercatat sebanyak 160 ribu reseller yang melakukan transaksi setiap bulannya per Januari 2023.

Produk yang disediakan kebanyakan adalah komoditas busana muslim, produk kesehatan/kecantikan halal, makanan dan minuman, dan lain-lain — sebagian besar mengutamakan produk bernuansa halal. Namun Ghufron menegaskan, tersedia juga kategori fesyen, home & living, herbal & health. Menjadikan produk mereka inklusif untuk semua.

“Investasi kami di Evermos tidak hanya akan mendorong kemakmuran bersama, inklusi keuangan dan digital, tetapi juga akan memberikan kontribusi signifikan dalam memajukan ekonomi digital yang terus berkembang pesat di Indonesia,” kata Country Manajer IFC untuk Indonesia dan Timor-Leste, Randall Riopelle.

Application Information Will Show Up Here

Evermos Announces Over 427 Billion Rupiah Series B Funding, Social Commerce Is in Its Peak

Social commerce startup Evermos has announced its series B funding of $30 million or the equivalent of 427.3 billion Rupiah. This round was led by UOB Venture Management through the Asia Impact Investment Fund II. Several other investors involved include MDI Ventures, Telkomsel Mitra Innovation, Future Shape, and supported by previous investors, including Jungle Ventures and Shunwei Capital.

The fresh funds will be used to strengthen the leadership team, expand and develop technology. We previously reported the Evermos series B round since August 2021, including the participation of 2 Telkom Group’s CVCs.

“Our vision is to empower one million micro-entrepreneurs in the next five years. One of the main factors influencing the way we do business is by measuring the sustainability and social impact of our platform,” Evermos’ Co-Founder & President, Arip Tirta said.

He also said that the company’s income has been mostly supported by individuals and SMEs in tier-2 and 3 cities. In order to strengthen its presence in the area, they are currently running a pilot program “Evermos Village”, involving nearly 100 villages. In this program, less productive local residents are empowered to become reseller partners — including being trained on entrepreneurial principles.

Evermos social commerce concept

Was founded in November 2018 by Arip, Ghufron Mustaqim, Iqbal Muslimin, and Ilham Taufiq; Evermos has acquired around 100 thousand active resellers in 500 cities. They partner with more than 500 brands with 90% of them coming from curated local SMEs.

The products offered are mostly Muslim clothing commodities, halal health/beauty products, food and beverages, and others — most of them prioritize halal products. From a business perspective, they claim to have grown up to 60 times in the last two years.

Evermos facilitates people who want to become resellers. These users can sell the products in the application to their network, via WhatsApp or social media. There is a profit sharing or reward applied. Evermos alone, in addition to providing products, also helps in terms of logistics management, customer support, and technology.

Evermos’ Co-Founder & Deputy CEO, Ghufron Mustaqim said that his business philosophy is based on ‘Economy Gotong Royong‘, prioritizing collaborative economic empowerment. Through the existing reseller network, Evermos wants to be a vehicle for local SMEs to grow their business, on the other hand, it will generate additional income for resellers.

Social commerce potential in Indonesia

The total GMV generated from online trading business continues to grow rapidly in Indonesia – to date, it still has the largest proportion in the region. According to Bain & Co. data, as visualized by Statista, in 2020 the total GMV for online trading businesses in Indonesia has reached $47 billion.

Although the majority come from e-commerce or online marketplaces, social commerce services have quite a big contribution, which is around $12 billion.

Meanwhile, according to McKinsey, the social commerce business is projected to experience rapid growth of up to $25 billion by 2022. Pandemic becomes one of the catalysts, this is related to changes in the way people shop and the job opportunities offered by social commerce.

UOB Venture Management’s Senior Director, Clarissa Loh explained, Evermos’ social commerce model can be a bridge in answering this gap, by enabling its resellers to market the products of local SMEs.

“The Evermos platform also empowers local brands and creates a source of income for the lower middle class people with minimal access and opportunities, but already own and use smartphones (underserved communities),” Clarissa added.

Social commerce players in Indonesia

In Indonesia, there are already several platforms that offer similar services. Throughout 2021, several other social commerce startups also received funding from investors, including:

Startup Funding
RateS Series A
Raena Series A
KitaBeli Series A, 114 billion Rupiah
Super Series B, 405 billion Rupiah
Dagangan Pre-Series A

Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian
Application Information Will Show Up Here

Evermos Umumkan Pendanaan Seri B Lebih dari 427 Miliar Rupiah, Bisnis Social Commerce Menggeliat

Startup social commerce Evermos mengumumkan telah menutup pendanaan seri B senilai $30 juta atau setara 427,3 miliar Rupiah. Putaran ini dipimpin oleh UOB Venture Management melalui Asia Impact Investment Fund II. Beberapa investor lain yang terlibat termasuk MDI Ventures, Telkomsel Mitra Inovasi, Future Shape, dan turut didukung investor sebelumnya yakni Jungle Ventures dan Shunwei Capital.

Dana segar yang diperoleh akan digunakan untuk memperkuat tim kepemimpinan, melakukan ekspansi, dan mengembangkan teknologi. Kabar putaran seri B Evermos sebelumnya kami beritakan sejak Agustus 2021 lalu, termasuk adanya keterlibatan 2 CVC milik grup Telkom.

“Visi kami adalah memberdayakan satu juta pengusaha mikro dalam lima tahun ke depan. Salah satu faktor utama yang memengaruhi cara kami menjalankan bisnis adalah dengan mengukur keberlanjutan dan dampak sosial dari platform kami,” ujar Co-Founder & President Evermos Arip Tirta.

Ia juga mengatakan, bahwa selama ini pendapatan perusahaan banyak disokong dari individu dan UKM d kota tier-2 dan 3. Untuk menguatkan keberadaannya di wilayah tersebut, saat ini mereka tengah menjalankan percontohan program “Desa Evermos”, melibatkan hampir 100 desa. Di program itu, warga lokal yang masih kurang produktif diberdayakan menjadi mitra reseller — termasuk dilatih dengan prinsip kewirausahaan.

Konsep social commerce Evermos

Sejak didirikan pada November 2018 lalu oleh Arip, Ghufron Mustaqim, Iqbal Muslimin, dan Ilham Taufiq; saat ini Evermos telah memiliki sekitar 100 ribu reseller aktif di 500 kota. Mereka bermitra dengan lebih dari 500 brand dengan 90% di antaranya datang dari kalangan UKM lokal yang dikurasi.

Produk yang disediakan kebanyakan adalah komoditas busana muslim, produk kesehatan/kecantikan halal, makanan dan minuman, dan lain-lain — sebagian besar mengutamakan produk bernuansa halal. Dari sisi bisnis, dalam dua tahun terakhir mereka mengklaim mendapati pertumbuhan hingga 60 kali.

Aplikasi Evermos memfasilitasi masyarakat yang ingin menjadi reseller. Para pengguna tersebut selanjutnya bisa menjual produk yang ada di aplikasi ke jaringannya, melalui WhatsApp atau media sosial. Ada bagi hasil atau imbalan yang diterapkan. Pihak Evermos sendiri, selain menyediakan produk, juga membantu dari sisi pengelolaan logistik, dukungan konsumen, dan teknologi.

Co-Founder & Deputy CEO Evermos Ghufron Mustaqim menyatakan bahwa dasar filosofi bisnisnya adalah ‘Ekonomi Gotong Royong‘, mengedepankan pemberdayaan ekonomi kolaboratif. Melalui jaringan reseller yang ada, Evermos ingin menjadi sarana bagi UKM lokal untuk mengembangkan bisnis mereka, di sisi lain akan menghasilkan pendapatan tambahan bagi reseller.

Potensi social commerce di Indonesia

Total GMV yang dihasilkan dari bisnis perdagangan online memang terus bertumbuh pesat di Indonesia – sampai saat ini masih memiliki proporsi terbesar di regional. Menurut data Bain & Co., seperti divisualisasikan Statista, pada tahun 2020 total GMV untuk bisnis perdagangan online di Indonesia telah mencapai angka $47 miliar.

Kendati mayoritas datang dari e-commerce atau online marketplace, layanan social commerce memiliki sumbangsih yang tidak kecil, yakni sekitar $12 miliar.

Sementara itu menurut McKinsey, bisnis social commerce diproyeksikan akan mengalami pertumbuhan pesat hingga $25 miliar pada tahun 2022 mendatang. Kondisi pandemi menjadi salah satu katalisator, hal ini terkait perubahan cara orang berbelanja dan kesempatan kerja yang ditawarkan oleh social commerce.

Senior Director UOB Venture Management Clarissa Loh menjelaskan, model social commerce Evermos dapat menjadi jembatan dalam menjawab kesenjangan ini, dengan memungkinkan para reseller-nya untuk memasarkan produk para UKM lokal.

“Platform Evermos juga memberdayakan brand lokal dan menciptakan sumber pendapatan bagi masyarakat menengah ke bawah yang minim akses dan kesempatan, namun memiliki dan menggunakan smartphone (underserved community),” imbuh Clarissa.

Pemain social commerce di Indonesia

Di Indonesia saat ini sudah ada beberapa platform yang menawarkan layanan serupa. Bahkan sepanjang tahun 2021 ini, beberapa startup social commerce lain turut mendapatkan pendanaan dari investor, meliputi:

Startup Tahapan Pendanaan
RateS Seri A
Raena Seri A
KitaBeli Seri A, 114 miliar Rupiah
Super Seri B, 405 miliar Rupiah
Dagangan Pra-Seri A
Application Information Will Show Up Here

Evermos to Complete Its Series B Funding Round

Evermos social commerce platform for halal products is to complete its series B fundraising. Some investors, including the UOB venture unit, Jungle Ventures, and several others will be participated in this round. This news was confirmed by one of the company’s founders. This round is said to close in 1 or 2 weeks and to be officially announced.

Based on data, this round has generated $19.5 million or around 281 billion Rupiah. With its current status [open], the lists of investors and its valuation might still be changed.

Previously, Evermos received series A funding in late 2019. The fund worth of $8.25 million were successfully secured from Jungle Ventures, Shunwei Capital, and Alpha JWC Ventures.

Regarding business, Evermos Co-Founder Ghufron Mustaqim said in a previous interview, the business recorded a month-on-month growth of around 20% in 2020. Currently, Evermos has collaborated with around 500 brand owners (more than 90% are SMEs), gathering 50-75 thousand active resellers that reach 504 cities/regencies in Indonesia, and serve around 200-400 thousand consumers.

Efficient business model

The social commerce approach allows Evermos app to connect product owners and resellers. Each reseller partner also has the opportunity to receive training, including its relation to fiqh in business transactions. The Evermos warehouse has also been established as a fulfillment center, enabling partners to get more efficient COD and delivery features for their customers.

“Evermos is naturally more efficient with our business model. We do not have inventory and also do not burn much money for marketing as we are assisted by a team of resellers to market products to their neighbors, friends and family. Even from the start, Evermos’ contribution margin has been positive, also through 2020 when the pandemic occurred and we accelerated growth,” Ghufron said.

In Indonesia, there are already several players for social commerce services, such as Dagangan, Super, KitaBeli, RateS, etc. However, there is no specific player fully focused on halal products and sharia concepts. Also with e-commerce services or online marketplaces, halal products are also provided mingling with other brand variants, therefore, it is more fragmented.

Sharia economy opportunity

According to the “2020 Islamic Economic & Financial Report” published by Bank Indonesia, the market share of the halal industry in Indonesia has consistently increased. The most significant commodities are halal food and fashion.

Pendanaan Seri B Evermos
Indonesia’s halal industry market share towards global / Bank Indonesia

In terms of logistics movements, the volume of halal product transactions in May to December 2020 quantitatively grew 81.5% compared to the previous year period. Online shopping activity alone has experienced a 29.96% increase in e-commerce platforms and marketplaces over the past year.

With more than 200 million Muslim population, Indonesia is predicted to have tremendous potential for the halal industry. This makes players like Evermos quite optimistic to meet the market in the future.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Evermos Segera Rampungkan Putaran Pendanaan Seri B

Platform social commerce untuk produk halal Evermos tengah merampungkan penggalangan seri B. Sejumlah investor seperti unit ventura UOB, Jungle Ventures, dan beberapa lainnya akan terlibat dalam putaran ini. Kabar ini turut dikonfirmasi oleh salah satu pendiri perusahaan. Dikatakan bahwa tidak lama lagi putaran ini akan ditutup; sekitar 1 s/d 2 minggu dan diumumkan secara resmi.

Dari data yang kami peroleh, putaran ini telah menghasilkan $19,5 juta atau sekitar 281 miliar Rupiah. Dengan posisi putaran pendanaan yang masih terbuka, ada kemungkinan susunan investor dan nilainya akan turut berubah.

Sebelumnya Evermos mendapatkan pendanaan seri A pada akhir 2019 lalu. Dana investasi senilai $8,25 juta berhasil dibukukan dari Jungle Ventures, Shunwei Capital, dan Alpha JWC Ventures.

Terkait bisnis, dalam wawancara sebelumnya Co-Founder Evermos Ghufron Mustaqim mengungkapkan, bisnisnya membukukan month-on-month growth sekitar 20% pada 2020. Saat ini Evermos telah bekerja sama dengan sekitar 500 pemilik brand (lebih dari 90%-nya adalah UMKM), memiliki 50-75 ribu reseller aktif yang menjangkau 504 kota/kabupaten di Indonesia, dan melayani sekitar 200-400 ribu konsumen.

Model bisnis efisien

Pendekatan social commerce yang diusung memungkinkan aplikasi Evermos menghubungkan pemilik produk dan reseller. Setiap mitra reseller juga mendapat kesempatan untuk mendapatkan pelatihan, termasuk kaitannya dengan fikih dalam bertransaksi bisnis. Gudang Evermos juga sudah didirikan sebagai fulfillment center, memungkinkan mitra mendapatkan fitur COD dan pengiriman yang lebih efisien untuk konsumennya.

“Evermos secara alami lebih efisien karena model bisnis kita. Kami tidak memiliki inventory dan juga tidak banyak bakar uang untuk marketing karena dibantu oleh pasukan reseller untuk memasarkan produk-produk ke tetangga, teman, dan keluarga mereka. Bahkan sejak awal secara contribution margin Evermos positif, termasuk di tahun 2020 ketika pandemi dan kami melakukan percepatan pertumbuhan,” tutup Ghufron.

Di Indonesia sendiri untuk layanan social commerce sudah ada beberapa yang bermain, seperti Dagangan, Super, KitaBeli, RateS, dll. Hanya saja memang belum ada yang sepenuhnya memfokuskan ke produk halal dan konsep syariah. Pun demikian layanan e-commerce atau online marketplace, produk halal juga tetap disediakan berbaur dengan varian brand lainnya, sehingga lebih terfragmentasi.

Potensi ekonomi syariah

Menurut “Laporan Ekonomi & Keuangan Syariah 2020” yang diterbitkan Bank Indonesia, pangsa pasar industri halal di Indonesia mengalami peningkatan konsisten. Komoditas yang paling signifikan adalah makanan halal dan fesyen.

Pendanaan Seri B Evermos
Pangsa pasar industri halal Indonesia terhadap global / Bank Indonesia

Ditinjau dari pergerakan logistik, volume transaksi produk halal pada Mei s/d Desember 2020 secara kuantitatif tumbuh 81,5% dibanding periode tahun sebelumnya. Aktivitas belanja online sendiri juga mengalami peningkatan 29,96% di platform e-commerce dan marketplace sepanjang tahun lalu.

Dengan lebih dari 200 juta penduduk muslim, Indonesia digadang-gadang memiliki potensi luar biasa untuk industri halal. Hal ini membuat pemain seperti Evermos cukup optimis untuk menyongsong pasar di kemudian hari.

Application Information Will Show Up Here

[Video] Peluang Evermos Menyasar Segmentasi Pasar Muslim

Sebagai platform yang fokus pada penjualan produk muslim, halal, dan sesuai dengan syariah, pandemi juga memberikan impact ke bisnis Evermos.

DailySocial bersama Ghufron Mustaqim dari Evermos berbagi cerita tentang bagaimana peluang bisnis perusahaan yang fokus terhadap pasar muslim dan strategi apa yang dilakukan selama pandemi ini.

Untuk video menarik lainnya seputar startup dan teknologi, kunjungi kanal YouTube DailySocialTV.

Evermos Ingin Perkuat Inovasi di Industri Ekonomi Halal

Pandemi telah mengubah kebiasaan masyarakat dalam mengonsumsi kebutuhan sehari-hari. Mulai dari makanan, fesyen, dan berbagai produk lainnya. Sebagai platform yang fokus pada penjualan produk muslim, halal, dan sesuai dengan syariah, pandemi juga memberikan impact kepada bisnis Evermos.

Kepada DailySocial, Co-founder Evermos Ghufron Mustaqim mengungkapkan, sebelum pandemi fesyen selalu menjadi kategori yang paling laris. Namun ketika pandemi, permintaan cukup dinamis. Produk home & living, health & herbal, dan prayer equipment pernah menjadi kategori dominan.

“Secara umum, Evermos membukukan month-on-month growth sekitar 20% pada 2020. Apa yang kami amati dari pandemi ini konsumen yang digarap oleh para resellers Evermos masih memiliki daya beli, namun terdapat pergeseran terhadap demand produk yang dibeli oleh para konsumen.”

Langkah strategis yang dilancarkan oleh Evermos selama pandemi salah satunya adalah mengintensifkan online training, baik itu di aplikasi (dengan fitur Zona Reseller Sukses) dan juga di luar aplikasi seperti pelatihan melalui Google Meet atau Zoom. Evermos juga memiliki tim training khusus dan berpengalaman yang setiap hari melakukan berbagai macam pelatihan sesuai dengan kebutuhan reseller.

Sebagai platform yang fokus kepada produk halal, Evermos memiliki misi untuk mewujudkan ekonomi inklusif melalui penciptaan platform dan ekosistem
pemberdayaan ekonomi sehingga lebih banyak orang dan organisasi di Indonesia. Evermos all-out dalam menggalakkan inovasi di ekonomi halal dan memposisikan diri di segmen muslim. Antara lain dengan memastikan bahwa produk-produk yang dijual halal atau muslim-friendly.

Wajib halal ketika memang untuk kategori tersebut bisa mendapatkan lisensi halal (makanan, minuman, obat). Sedangkan untuk kategori-kategori lain seperti fesyen serta home & living yang tidak membutuhkan lisensi halal, harus muslim-friendly. Misalnya dari product presentation, marketing kit yang disiapkan untuk resellers.

“Karena hampir 90% orang Indonesia beragama Islam, kami percaya bahwa untuk menciptakan ekonomi yang inklusif secara efektif sampai ke kawasan pedesaan di Indonesia, memasuki dan menggalakkan inovasi di industri ekonomi halal adalah sebuah konsekuensi logis,” kata Ghufron.

Inovasi produk dan layanan Evermos

Saat ini Evermos telah bekerja sama dengan sekitar 500 brand owners (lebih dari 90%-nya adalah UMKM), memiliki 50-75 ribu reseller aktif yang menjangkau 504 kota/kabupaten di Indonesia, dan melayani sekitar 200-400 ribu konsumen. Perusahaan juga telah merilis platform ZISWAF bernama Beramaljariyah.org dan sudah menggalang dana kumulatif sebesar Rp27 miliar.

“Sebagai contoh dari dana yang telah terkumpul tersebut, kami dapat menyantuni lebih dari 46 ribu anak yatim, menyalurkan 55 unit Al-Qur’an, membantu rumah sakit/puskesmas dengan lebih dari 71 ribu APD,” kata Ghufron.

Sementara untuk halal travel, perusahaan sempat meluncurkan Paket Umroh. Namun karena pandemi dan tidak ada pemberangkatan umrah, layanan tersebut kemudian ditunda. Evermos sekitar 3 bulan yang lalu juga telah merilis produk baru, bekerja sama dengan salah satu pihak yakni program tabungan haji yang bisa dijual oleh para resellers. Dengan Rp 1 juta, masyarakat sudah dapat mendaftarkan haji di Kementerian Agama dan mengamankan porsi antrean.

“Di Indonesia, antrean haji bisa lebih dari 30 tahun untuk beberapa provinsi. Dengan adanya produk ini, orang tidak perlu menabung sampai Rp25 juta dulu baru daftar haji yang bisa memakan waktu bertahun-tahun. Karena siapa saja yang sudah punya Rp1 juta sudah bisa daftar dan dapat porsi antrean dari Kemenag,” kata Ghufron.

Evermos mencatat saat ini terdapat sekitar 335 resellers Evermos yang aktif menjual produk tersebut. Untuk fintech syariah, saat ini Evermos masih fokus untuk menggarap kerja sama yang lebih dalam dengan beberapa platform fintech syariah.

Target perusahaan dan rencana penggalangan dana

Tahun ini ada beberapa target yang ingin dicapai oleh Evermos, di antaranya adalah menambah kuantitas dan kualitas resellers. Meningkatkan jaringan reseller, tidak hanya melalui iklan digital, tetapi juga kerja sama dengan berbagai institusi misalnya pesantren, pemerintah desa, dan pemerintah kabupaten/kota.

Melalui Evermos, masyarakat juga dapat kesempatan berbisnis online tanpa butuh modal untuk beli inventory (stok barang), kurasi brand dan produk, menyiapkan materi promosi sendiri. Perusahaan juga ingin memajukan lebih banyak UMKM atau local brands Indonesia untuk naik kelas.

Yang terakhir perusahaan ingin lebih intens untuk mulai mewujudkan shared consciousness, bahwa memajukan ekonomi Indonesia harus melalui upaya kolektif semua pihak. Harapannya ketika masyarakat secara kolektif memiliki keberpihakan untuk membeli produk UMKM, akan semakin maju sehingga bisa meningkatkan kesejahteraan karyawan dan membuka lapangan pekerjaan yang lebih banyak.

Disinggung apakah Evermos memiliki rencana penggalangan dana tahun ini, disebutkan pihaknya tengah dalam proses penjajakan penggalangan dana. Tidak disebutkan lebih lanjut kapan finalisasi proses penggalangan dana tersebut. Sebelumnya Evermos telah mendapatkan pendanaan seri A sejumlah $8,25 juta (Rp 115 miliar) dari Jungle Ventures, Shunwei Capital, dan Alpha JWC Ventures.

“Evermos secara alami lebih efisien karena model bisnis kita. Evermos tidak memiliki inventory dan juga tidak banyak bakar uang untuk marketing karena kami dibantu oleh pasukan resellers untuk memasarkan produk-produk di Evermos ke tetangga, teman, dan keluarga mereka. Bahkan sejak awal secara contribution margin Evermos positif, termasuk di tahun 2020 ketika pandemi dan kami melakukan percepatan pertumbuhan,” tutup Ghufron.

Application Information Will Show Up Here