Google Sedang Garap Headset VR yang Lebih Canggih dari Cardboard?

Cardboard mendapatkan banyak pujian karena ia memberikan kesempatan bagi jutaan orang untuk mencicipi virtual reality. Belum lama, Google mengabarkan bahwa ada lebih dari lima juta Cardboard telah ‘dikapalkan’, didukung oleh 1.000 lebih aplikasi yang kompatibel ke headset. Namun jangan dikira sang perusahaan internet raksasa itu berhenti bereksplorasi di ranah VR.

Dilaporkan oleh Wall Street Journal berdasarkan bocoran dari sumber terpercaya, Alphabet Inc. sedang mengembangkan headset virtual realityall-in-one‘ unik yang tidak memerlukan smartphone, komputer atau console game supaya bisa bekerja. Perangkat tersebut merupakan bukti terbaru mengenai meningkatnya ketertarikan Google di bidang VR, dan berpotensi membawa mereka berkompetisi langsung dengan Facebook serta HTC.

Meskipun Oculus Rift dan HTC Vive dijadwalkan untuk tersedia di tahun ini, harga produk serta tingginya spesifikasi sistem hardware pendukung menghambat proses adopsi head-mounted display tersebut oleh konsumen umum. Headset VR berbasis smartphone memang bisa menjadi alternatif, tetapi rendahnya performa dapat menyembabkan kendala seperti pusing dan mual. Di sinilah Google melihat peluang besar.

Google mencoba mengisi celah di antara Rift serta Cardboard, dan meramu produk ‘mid-range‘: menyuguhkan pengalaman virtual reality berkualitas tanpa bersandar pada platform lain. Narasumber menyampaikan, device tersebut mempunyai tubuh plastik, dibekali sebuah layar, unit prosesor bertenaga dan kamera eksternal. Pertanyaannya; dari fungsi gaming, hiburan multimedia, dan edukasi, kira-kira pendekatan apa yang diusung Google?

Produsen memiliki rencana untuk menggunakan chip besutan startup Movidius. Salah satu fiturnya adalah pemanfaatan kamera buat melacak gerakan kepala pengguna. Metode ini berbeda dari Rift, yang harus tersambung ke PC, dan memerlukan kamera terpisal. Dalam pernyataan tertulis, Movidius mengaku mereka pernah bekerja sama dengan berbagai perusahaan virtual maupun augmented reality, namun menolak memberikan informasi terkait berita ini.

Belum ada kejelasan tentang kapan Google akan mengenalkan atau meluncurkan headset VR anyar itu. Satu informan bilang, device segera diungkap tahun ini; sedangkan dua narasumber menyatakan bahwa perangkat masih berada di tahap awal pengembangan dan Google bisa saja memutuskan untuk tidak mengumumkannya sama sekali.

Di bulan lalu, Alphabet menunjuk Clay Bavor sebagai kepala pengembangan virtual reality, dan ia sempat bilang akan menyingkap kabar terbaru di tahun ini.

Via Maximum PC.

Mattel Bersiap Rilis VR Headset Generasi Keduanya, View-Master Viewer DLX

Dari sekian banyak virtual reality headset berbasis Google Cardboard, Mattel View-Master Viewer bisa dibilang sebagai salah satu yang terbaik. Perangkat seharga $30 ini tak hanya menarik dari segi desain, tetapi juga karena menawarkan pengalaman yang unik lewat sederet konten edukatif yang digarap bersama National Geographic.

Namun tentunya tak ada gading yang tak retak. Reinkarnasi View-Master ini juga punya sejumlah kekurangan walaupun sepele, terutama dari segi desain. Maka dari itu, Mattel pun tengah bersiap untuk meluncurkan VR headset generasi keduanya di bawah nama View-Master Viewer DLX.

Perubahan yang paling menonjol adalah sistem mounting smartphone-nya. Sebelumnya, perangkat harus mengandalkan adapter terpisah untuk bisa mengakomodasi smartphone yang berukuran kecil seperti iPhone 5. Dalam versi yang baru ini, rancangan mounting-nya telah diperbarui sehingga dapat dipasangi smartphone dalam beragam ukuran tanpa harus mengandalkan adapter terpisah.

Masih seputar desain, Viewer DLX kini mengemas colokan headphone. Sebelumnya, kinerja audio harus mengandalkan speaker smartphone yang posisinya tertutup, sehingga kualitasnya pun menurun drastis. Dengan ini, masalah jelas terselesaikan dan pengguna bebas memanfaatkan headphone atau earphone kesayangannya masing-masing.

Terakhir, Mattel juga memastikan kualitas gambar yang ditampilkan bisa meningkat berkat pemakaian lensa optik baru yang lebih baik. Bagian atas Viewer DLX kini juga dilengkapi kenop agar pengguna yang berkacamata dapat menyesuaikan tampilan dengan preferensinya masing-masing.

Mattel View-Master Viewer DLX

Perubahan-perubahan di atas memang tidak terdengar terlalu wah, tapi paling tidak bisa menyempurnakan pengalaman para penggunanya. Menarik juga untuk diperhatikan bahwa versi baru View-Master Viewer ini tetap tak dilengkapi strap untuk diikatkan ke kepala, yang pada dasarnya dapat membuat pengguna lebih nyaman karena tidak perlu memegangi perangkat.

Saya sendiri berasumsi Mattel sengaja melakukannya supaya target pasarnya yang mayoritas anak-anak tidak keenakan dan berlama-lama menggunakan View-Master sampai akhirnya mereka lupa waktu. Bisa juga alasan lainnya adalah untuk mempertahankan sisi orisinil dari View-Master klasik yang sudah melegenda.

Mattel View-Master Viewer DLX rencananya bakal mulai dipasarkan pada musim semi mendatang. Harganya dilaporkan bakal naik sedikit menjadi $40.

Sumber: TechCrunch dan Gizmodo.

Goblin VR Seperti Cardboard, Tapi Bisa Dilipat Datar dan Disimpan dalam Saku Celana

Pemilik Google Cardboard pasti tahu betul kalau perangkat tersebut tidak mungkin bisa dijejalkan ke dalam saku celana. Walau tujuan awal Cardboard adalah menyisipkan aspek portable ke teknologi virtual reality, pengguna masih diharuskan membawa sebuah tas untuk bisa menikmati Cardboard di mana saja ia mau.

Fakta ini rupanya menjadi tantangan tersendiri buat startup asal Inggris bernama Goblin VR. Mereka terdorong untuk menciptakan sebuah VR headset berbasis Cardboard yang benar-benar portable, alias bisa disimpan dengan mudah di dalam saku celana. Dari situ lahirlah Goblin Mark 1.

Perangkat ini mengambil Cardboard versi kedua sebagai dasarnya, tapi dengan sentuhan inovasi desain yang membuatnya sangat portable. Pada sisi kiri dan kanannya, terpasang sebuah engsel yang memungkinkannya untuk dilipat menjadi datar. Dalam posisi ini, dimensinya kurang lebih sama seperti iPhone 6 Plus, dengan bobot kurang dari 100 gram.

Goblin VR

Goblin VR memang bukan yang pertama menerapkan mekanisme lipat pada VR headset. Sebelumnya kita pernah memberitakan soal Figment VR, yang merupakan sebuah casing iPhone sekaligus VR headset. Perangkat tersebut mungkin bisa dibilang jauh lebih portable lagi ketimbang Goblin VR. Akan tetapi dari sisi immersive, Goblin masih lebih unggul.

Mengapa? Karena kalau kita lihat wujud Figment VR, desainnya sangat terbuka, yang berarti cahaya luar akan masuk dari sana-sini. Hal ini membuatnya kurang bisa menonjolkan kesan immersive saat menyajikan konten.

Berbeda dengan Goblin VR, dimana desainnya masih menganut Google Cardboard, memastikan kebocoran cahaya dari luar seminimal mungkin. Sama seperti ketika menonton di bioskop: semakin gelap kondisi di sekitar, semakin fokus Anda pada konten yang ditampilkan.

Goblin VR

Bagian depan Goblin bisa disisipi smartphone dengan ukuran layar 4 sampai 6 inci. Karena berdasar pada Cardboard versi kedua, ia pun juga kompatibel dengan iPhone. Sebuah strap turut disertakan sehingga pengguna bisa mengikatkan perangkat ke kepalanya dan tangannya pun bisa dibebastugaskan.

Goblin VR saat ini baru sampai pada tahap prototipe dan sedang menjalani kampanye penggalangan dana di Kickstarter. Konsumen yang tertarik bisa memesannya seharga £30, atau kurang lebih Rp 600 ribu.

Video-Video YouTube Unik yang Bisa Anda Nikmati Dengan Headset VR

Industri game merupakan ujung tombak dari perkembangan virtual reality, namun tentu saja para raksasa teknologi tidak mau ketinggalan. Device sekelas Oculus Rift memang menuntut modal yang sangat besar. Kabar baiknya, VR juga dapat diakses ‘rakyat jelata’ berkat solusi DIY sejenis Google Cardboard. Apalagi YouTube telah memutuskan buat ambil andil di ranah itu.

Manuver YouTube di bidang penyajian konten virtual reality dimulai pada awal November 2015 silam. Konten-konten masih menjadi bagian dari 360° videos, namun di-setup agar menyerupai cara manusia melihat – menyuguhkan sensasi kedalaman dan ruang/struktur tiga dimensi berkat penggunaan kedua mata secara bersamaan.

Di artikel ini, saya mengajak Anda menyaksikan sejumlah video virtual reality seru via app YouTube. Tapi sebelum itu, ada perlu menyiapkan headset (atau cardboard), membuka aplikasi video sharing tersebut di perangkat bergerak, lalu masuk ke channel #360Video. Untuk mengaktifkan mode stereoscopic, tinggal tap icon berbentuk headset VR di pojok kanan bawah. Silakan menikmati.

WarCraft: Skies of Azeroth

Sebuah upaya unik Legendary Pictures untuk mempromosikan film WarCraft.

Clash of Clans 360: Experience a Virtual Reality Raid

Supercell mengajak Anda merasakan perspektif berbeda dalam menikmati game strategi mereka.

Just Cause 3: 360° Wingsuit Ride

Dipandu Rico Rodriguez, Anda dipersilakan menjelajahi langit Medici dalam 360 derajat.

Five Night’s At Freddy’s in Real Life! 360 Video

Video live-action dari seri game horor independen ini digarap oleh videographer Devin Graham.

Avicii – Waiting For Love (Jump VR Video)

Waiting for Love ialah salah satu video VR hasil kamera Jump pertama, disutradarai Kurt Hugo Schneider.

Jacobs vs. Quillin | 360 Virtual Reality

Untuk pertama kalinya, pertandingan tinju dapat Anda nikmati dalam vitual reality, di mana Daniel Jacobs memenangkan Battle For Brooklyn.

Get Barreled in Tahiti with Samsung Gear VR, C.J. Hobgood

Mengarungi ombak bersama juara dunia World Surf League C. J. Hobgood tanpa perlu berbasah-basahan.

Wingsuit 360° Experience

Just Cause 3 masih terasa kurang nyata untuk Anda? Bagaimana dengan yang ini?

360° Horror Series

Favorit pribadi saya, memperlihatkan epiknya potensi VR bagi para sineas film horor indie. Episode selanjutnya juga sudah dirilis.

 

Gandeng Kreator Shaun the Sheep, Google Hadirkan Video 360 Derajat Interaktif ke YouTube

Bulan kemarin, YouTube secara resmi menghadirkan dukungan virtual reality pada YouTube. Tapi itu saja rupanya belum bisa memenuhi hasrat Google terhadap kecanggihan VR. Baru-baru ini, mereka membawa Google Spotlight Stories ke YouTube.

Spotlight Stories sendiri pada dasarnya merupakan format video 360 derajat yang interaktif. Dikembangkan oleh divisi Google ATAP (Advanced Technology and Projects), misi Spotlight Stories adalah mengubah smartphone menjadi jendela menuju sebuah cerita yang terjadi di sekeliling pengguna.

Spotlight Stories pertama yang mampir ke YouTube adalah “Special Delivery”, bertepatan dengan perayaan Natal yang sudah tinggal hitungan hari. Film pendek ini digarap oleh Aardman Animations, yang amat terkenal berkat seri “Wallace and Gromit” dan “Shaun the Sheep”.

Lalu apa beda Spotlight Stories dengan video 360 derajat biasa? Menurut Google, pengalaman interaktifnya dapat membuka 10 subplot, 3 cara untuk melihat ending, dan lebih dari 60 momen dimana Anda bisa mengikuti cerita dengan cara yang berbeda.

Intinya, Anda diminta untuk menggerak-gerakkan smartphone guna berfokus pada bagian tertentu dalam video. Mengingat akan ada banyak sekali yang terjadi dalam satu kesempatan, tampaknya video ini tidak cukup hanya ditonton sekali.

Selama Anda punya perangkat Android yang masuk dalam daftar ini, Anda bisa menikmati pengalaman interaktif yang ditawarkan Spotlight Stories, seperti mengintip ke sebuah jendela, membuntuti karakter yang berbeda, serta mendengarkan suara tiga dimensi.

Supaya semuanya kebagian jatah, Google juga menghadirkan versi 360 derajat standar yang bisa dinikmati oleh perangkat lainnya, termasuk di web. Dan tentu saja, semuanya tak akan lengkap tanpa dukungan Google Cardboard.

Tonton juga video pembuatannya di bawah ini:

Sumber: YouTube Blog dan TheNextWeb.

Aplikasi Cardboard Camera Ubah Smartphone Anda Jadi Kamera VR

Virtual reality (VR) telah terbukti sanggup memberikan pengalaman baru dalam mengonsumsi konten multimedia. Hal itu juga didukung oleh keberadaan perangkat seperti Google Cardboard yang pada dasarnya bisa dinikmati semua orang karena harganya yang amat terjangkau.

Kendati demikian, kita tak bisa mengelakkan fakta bahwa VR masih dalam tahap awal, yang berarti ekosistem kontennya masih perlu diperluas. Untuk itu, Google punya ide yang cukup menarik, yaitu mempersilakan kita sebagai pengguna untuk menciptakan konten VR sendiri dengan mudah.

Ide tersebut disampaikan dalam bentuk aplikasi bernama Cardboard Camera. Aplikasi ini sejatinya dapat mengubah smartphone Android kita masing-masing menjadi sebuah kamera VR. Dengan demikian, semua momen-momen pribadi yang kita alami bisa dinikmati dalam wujud virtual reality.

Aplikasi ini pada dasarnya akan meminta Anda untuk mengambil foto selagi bergerak memutar. Hasilnya tentu saja adalah foto panorama 360 derajat, akan tetapi bukan sekedar foto biasa. Cardboard Camera menerapkan trik khusus yang membuat foto panorama tersebut punya efek tiga dimensi.

Google Cardboard Camera App

Jadi ketika smartphone kita selipkan ke dalam Google Cardboard, foto yang kita ambil tadi akan tampak agak berbeda di mata kiri dan kanan; efek kedalaman membuat objek yang dekat terlihat dekat, dan yang jauh tampak jauh.

Lebih lanjut, pengguna juga bisa merekam suara di sekitar selagi mengambil foto panorama 3D tadi. Hasilnya, Anda bisa ‘menjelajahi’ foto dari segala sudut selagi mendengarkan suara di sekitar yang terjadi pada saat itu juga.

Kalau Anda sudah punya Google Cardboard dan memakai smartphone Android, silakan unduh aplikasi Cardboard Camera langsung dari Google Play.

Sumber: Google Blog.

Semua Video di YouTube Kini Bisa Ditonton dalam Mode Virtual Reality

Kabar menggembirakan datang bagi para pengguna VR headset, khususnya Google Cardboard: Anda kini tak perlu khawatir bakal kehabisan konten virtual reality. Kok bisa? Karena pada dasarnya semua video yang ada di YouTube mulai sekarang bisa dinikmati dalam mode virtual reality, bahkan jika video tersebut bukanlah video 360 derajat.

Jadi sekarang di setiap video akan muncul tombol “Cardboard” di sebelah tombol Captions dan Quality. Saat Anda tap tombol tersebut, maka video standar yang tengah diputar akan tampak terbagi menjadi dua. Selanjutnya, Anda tinggal menyelipkan smartphone ke dalam Cardboard, dan video pun siap Anda nikmati.

Untuk video 360 derajat yang memang dibuat agar bisa dinikmati dengan VR headset, YouTube pun kini siap memberikan pengalaman yang lebih sempurna. Jadi ketika Anda memutar salah satu video yang terdapat dalam playlist ini, Anda akan menemukan sebuah icon Cardboard tepat di sebelah icon untuk membuat video jadi fullscreen.

youtube-vr-mode

youtube-vr-video

Tap icon tersebut, maka video lagi-lagi akan dibagi menjadi dua. Tapi berhubung video tersebut adalah video 360 derajat, Anda pun bisa menggerakkan kepala untuk melihat apa yang terjadi dari segala sudut.

Mode virtual reality ini sekarang sudah bisa dinikmati di versi terbaru aplikasi YouTube untuk Android. Pengguna perangkat iOS tak perlu buru-buru kecewa. Besar kemungkinan Google juga akan mendatangkan dukungan mode VR ke aplikasi YouTube di iOS, sebab generasi kedua Google Cardboard telah dirancang agar kompatibel dengan perangkat iOS.

Sumber: YouTube Blog. Gambar header: YouTube via Shutterstock.

Microsoft VR Kit, Rival Google Cardboard?

Pada tanggal 17 Oktober nanti, Microsoft akan mengadakan event hackathon di Rusia. “Hmm, apa hubungannya dengan kita?” Well, jawabannya tidak ada. Tapi dari situ justru muncul sebuah kabar yang sangat menarik: Microsoft sepertinya punya pesaing Google Cardboard, VR headset yang bisa Anda rakit sendiri dengan modal seadanya. Continue reading Microsoft VR Kit, Rival Google Cardboard?

Tertarik Membuat Video VR? Siapkan $15.000 untuk Menggaet GoPro Odyssey

Saat Google memperkenalkan versi baru Cardboard akhir bulan Mei kemarin, mereka turut menghadirkan sebuah platform VR bernama Jump. Tujuannya? Tentu saja untuk menyajikan lebih banyak konten VR. Continue reading Tertarik Membuat Video VR? Siapkan $15.000 untuk Menggaet GoPro Odyssey

[Video] Rasakan Serunya Menjadi Terminator dalam Virtual Reality

Seperti yang kita ketahui, aktor Arnold Schwarzenegger kembali meramaikan bioskop dengan film Terminator baru. Film tersebut tentu saja akan diisi oleh aksi-aksi menegangkan, tidak ketinggalan pula sejumlah ledakan yang dahsyat. Namun bagaimana jika Anda bisa merasakannya dalam virtual reality (VR)? Atau lebih ekstrem lagi, melihat langsung dari sudut pandang sang robot setengah manusia tersebut? Continue reading [Video] Rasakan Serunya Menjadi Terminator dalam Virtual Reality