Mengenal Fitur GrabFood Dine-In, Strategi Omnichannel bagi Mitra Merchant

Situasi tech winter membuat para investor mengencangkan ikat pinggang dan sangat selektif dalam menyuntik pendanaan. Banyak startup, utamanya yang berstatus unicorn, didorong untuk segera menuai keuntungan. Hal ini membuat perusahaan berpikir keras dalam mencari strategi untuk bisa meyakinkan investor dan memperpanjang runway.

Strategi bakar uang untuk menggaet pengguna pun dirasa sudah cukup dan kini saatnya beralih ke era path to profitability. Hal ini mendorong banyak perusahaan mulai mengurangi promo dan semakin menaikkan biaya layanan. Salah satunya, layanan GrabFood yang mulai memperbanyak pilihan biaya langganan daripada promo potongan harga.

Perubahan strategi sempat mengakibatkan penurunan jumlah transaksi bruto alias gross merchandise volume (GMV) pada layanan pengiriman, termasuk GrabExpress dan GrabFood. Dikutip dari Katadata, Grab mencatatkan GMV layanan pengiriman termasuk GrabExpress dan GrabFood turun 9% yoy menjadi US$2,34 miliar.

Pada akhir 2022 lalu, Grab Indonesia juga telah menutup GrabKitchen, layanan pesan-antar makanan berbasis komputasi awan atau sering disebut cloud kitchen. Alasan utama perusahaan menutup layanan yang telah dirilis sejak 2018 ini adalah karena tidak sesuai dengan rencana kerja yang diharapkan.

GrabFood Dine-in

Menyusul penutupan GrabKitchen, perusahaan telah menyiapkan fitur baru yang diharapkan bisa lebih mendukung para merchant. Berbanding terbalik dengan GrabKitchen, fitur Dine-in memungkinkan pengguna menemukan restoran terbaik atau terdekat, serta memberikan voucher sehingga bisa makan di tempat dengan harga lebih murah.

Dalam keterangan resmi, pihaknya menyampaikan fakta bahwa semakin banyak orang yang kembali makan di luar menjadi alasan kuat untuk meluncurkan GrabFood Dine-in. “Ini tidak hanya membantu pengguna kami menemukan restoran untuk dikunjungi, tetapi juga membuat makan di luar lebih terjangkau karena beberapa mitra pedagang menawarkan voucher makan malam yang menarik yang dapat dibeli melalui aplikasi,” tulisnya.

GrabFood Dine-in merupakan wujud Grab dalam mempertajam komitmen untuk memberikan hal-hal yang lebih terjangkau kepada pengguna dengan promo menarik, yang merupakan salah satu faktor utama yang memengaruhi pemilihan restoran oleh konsumen. Sebagai permulaan, terdapat lebih dari 100 outlet yang berpartisipasi menawarkan voucher dengan diskon hingga 30% dari menu dine-in mereka.

Selain itu, layanan ini juga disebut berpotensi untuk meningkatkan pemasaran dengan memberikan informasi penting tentang sebuah restoran di halaman profil mereka. Pengguna juga dapat melihat menu restoran dan melihat rekomendasi hidangan yang dipersonalisasi berdasarkan pesanan pengiriman GrabFood sebelumnya.

Jam buka dan alamat restoran disediakan, dan pengguna dapat memesan perjalanan Grab ke restoran langsung dari halaman profil merchant. Ulasan konsumen saat ini tersedia untuk mitra terbatas, karena lebih dari 70% pengguna Grab mengatakan, mereka mengandalkan ulasan dari platform digital dan dari mulut ke mulut saat memutuskan tempat makan berikutnya.

Fitur ini juga menawarkan merchant cara lain untuk melayani basis pengguna Grab yang besar dan berpotensi mengembangkan bisnis dine-in mereka. Kemampuan untuk memenuhi kebutuhan makan di tempat, pengiriman, dan self pick-up pada satu platform memudahkan merchant untuk menambah sumber pendapatan mereka.

Usung Strategi Multi-Merek, Rute Efisien Operator “Cloud Kitchen”

Tahun lalu DailySocial.id mengulas bisnis cloud kitchen yang makin digandrungi semenjak pandemi. Ekspansi lokasi jor-joran dilakukan supaya lebih dekat dengan  konsumen yang menggantungkan urusan perutnya pada aplikasi pesan-antar. Dalam pantauan saat itu, setidaknya ada 15 operator yang beroperasi di Indonesia.

Potensi bisnis ini jumbo. Mengutip dari laporan e-Conomy 2022, layanan transportasi dan pengantaran makanan online diprediksi tumbuh dengan CAGR 22% dan nilai GMV $15 miliar pada 2025 mendatang. Adapun pada tahun ini, CAGR diprediksi tumbuh 19% dengan GMV $8 miliar year-on-year. Meski tidak dirinci seperti seberapa besar kontribusi dari pengantaran makan, setidaknya angka di atas menggambarkan betapa sedapnya bisnis ini, juga keduanya punya ketergantungan yang tinggi satu sama lain.

Dalam laporan yang baru-baru ini dirilis Grab menyatakan bahwa secara regional pengeluaran bulanan untuk layanan pesan-antar makanan dan belanja harian meningkat sebesar 30% lebih tinggi pada Mei 2022 dibandingkan dengan November 2021. Di Indonesia, rata-rata jumlah uang yang dibelanjakan per pesanan di layanan GrabFood meningkat sebesar 54% dari 2019-2022. Adapun untuk jumlah pembelanjaan terbesar tahun ini mencapai Rp9 juta.

Di industri cloud kitchen, Grab juga yang menjadi pionir di Indonesia dengan GrabKitchen-nya sejak September 2018. Sayangnya, selang empat tahun kemudian pada 24 Oktober 2022 mengumumkan akan tutup pada 19 Desember 2022. Perusahaan berdalih, pertumbuhan bisnisnya tidak konsisten, serta adanya peralihan menjadi model bisnis aset-ringan. Akibat dari keputusan tersebut, perusahaan harus merumahkan belasan karyawannya.

“Situasi ini memaksa kami untuk mengambil keputusan sulit, untuk tidak melanjutkan operasi GrabKitchen di Indonesia, efektif mulai 19 Desember 2022,” ucap Chief Communications Officer Grab Indonesia Mayang Schreiber dalam keterangan tertulis.

Perusahaan sempat bekerja sama dengan Yummykitchen untuk perluas kehadiran dari sekitar 40 lokasi menjadi 80 lokasi, menurut data yang dipublikasi Grab Indonesia per Februari 2021.

GrabKitchen / Grab

Keputusan Grab menimbulkan pertanyaan, apakah bisnis ini pada hakikatnya sulit untuk mencapai titik profitabilitas?

Pada awalnya bisnis cloud kitchen ini seperti pengelolaan aset properti. Pemilik properti yang punya aset membagi-bagi lahannya jadi petak-petak seluas dapur untuk disewakan ke tenant yang tak lain para pengusaha kuliner. Di sini ada pemain yang mengambil posisi demikian, ada yang menambah unsur teknologi dengan integrasi otomatis ke aplikasi pesan-antar dan pemasaran satu pintu. Grab dan Gojek masuk ke segmentasi ini.

Hanya saja, konsep yang diambil GrabKitchen terlalu eksklusif. Dalam artian merchant hanya bisa berjualan di GrabFood saja, tidak bisa ke aplikasi lain. Padahal bisnis pesan-antar ini masih mengandalkan strategi bakar duit sehingga tidak ada jaminan bahwa permintaan bisa stabil atau lebih tinggi. Belum lagi untuk ekspansi lokasi baru, Grab harus investasi di awal dengan sewa properti. Dari sisi merchant juga timbul biaya sewa yang senantiasa dikeluarkan.

“Mereka tutup karena terlalu banyak capital expenses di depan, sedangkan demand-nya hanya bergantung di online. Ketika online turun, pengeluarannya tetap sama dari bulan ke bulan, seperti sewa gedung, bayar karyawan,” jelas Co-founder dan CEO Wahyoo Peter Shearer kepada DailySocial.id.

Rebel Foods, operator cloud kitchen yang sudah mencapai status unicorn di India, bisa dikatakan sebagai salah satu pionir yang beralih dari jaringan restoran cepat saji menjadi model cloud kitchen multi-merek yang didukung oleh sistem operasi yang efisien.

Di Indonesia dengan badan hukum PT Rebel GoFood Indonesia, mereka ikut memboyong merek privat dari negara asalnya, seperti Faasos dan Oven Story. Juga meluncurkan merek khusus untuk pasar Indonesia, yakni Box & Co., Ban Zai, Feeling Brew, Bros Fried Chicken, dan Ayam Ambyar. Setiap merek ini diposisikan sedemikian rupa sehingga memenuhi kebutuhan pelanggan yang berbeda.

Salah satu keuntungan paling signifikan dari cloud kitchen multi-merek adalah memungkinkan perusahaan menawarkan beberapa masakan berbeda dari tempat yang sama. Karena tidak ada front-of-house sama sekali, cloud kitchen multi-merek telah berevolusi untuk memenuhi selera pelanggan yang berbeda, masing-masing berfungsi di bawah merek terpisah.

Misalnya, satu perusahaan cloud kitchen dapat mengoperasikan tiga merek, masing-masing berspesialisasi dalam masakan India, Italia, dan Cina, dari satu unit. Namun bagi pelanggan, tampaknya ini adalah merek independen dengan operasi independen yang menyajikan masakan berbeda. Karena ini adalah format pengiriman saja, biaya awal dan pemasaran yang rendah sering disebut sebagai pengubah permainan terbesar.

Dengan hambatan masuk minimum dan biaya modal rendah, cloud kitchen multi-merek lebih menguntungkan jika dibandingkan dengan restoran tradisional atau bahkan cloud kitchen mandiri. Cloud kitchen multi-merek melayani basis pelanggan yang lebih luas dan memiliki kapasitas untuk meningkatkan tingkat pertumbuhan dari satu unit dapur. Pemanfaatan sumber daya yang efisien, tingkat persediaan yang memadai, dan biaya makanan yang terkendali memberikan prediktabilitas yang lebih baik dalam bisnis.

Dalam pantauan DailySocial.id, strategi multi-merek ini sudah banyak diterapkan oleh pemain cloud kitchen, juga pemain kuliner itu sendiri. Berikut daftarnya:

Model bisnis Multi-merek Keterangan
Kenangan Brands F&B Kopi Kenangan, Chigo, Flip Milik sendiri dan akuisisi
Jiwa Group F&B Janji Jiwa, Jiwa Toast, Jiwa Tea Milik sendiri
Haus! F&B Haus, Ganjel Roti, Pedes Cyiin Milik sendiri
Dailybox F&B Shirato, Breadlife, Dailybox, Lumiere Milik sendiri dan akuisisi
Kulo Group F&B Kedai Kopi Kulo, Pochajjang, Kitamura, Mazeru, Oseng Mie Jontor, Xiboba, Xiji, Bu Eva Spesial Sambal, Mo Tahu Aja Milik sendiri
Hangry Cloud kitchen Moon Chicken, Sangyu, Ayam Koplo, Dari Pada, Pizza Gang, Accha, Wai Thai Food Milik sendiri dan akuisisi
Rebel GoFood Cloud kitchen Faasos, Oven Story, Box & Co., Ban Zai, Feeling Brew, Bros Fried Chicken, Ayam Ambyar Milik sendiri
Wahyoo Kitchen Partner Cloud kitchen Bebek Goreng Bikin Tajir, Ayam Paduka, Bakso Bikin Tajir Milik sendiri
Food Story Cloud kitchen Chicken Pao, Lahab Chicken, Bowlgogi, Gaaram, Aidon, Soto Legenda, Rames Kita, Gaem Bull Akuisisi
Dish Serve Cloud kitchen KitFit, Uncle Tam, Baba Burger, Chickass, Love in Tokyo
Lakuliner Cloud kitchen Let’s Toast, Se’I Sapi Lamalera, Yukirisu Bento, Don To Go, Nalor, Yellow Chicken, Geprek Gian, Ayam Bebek Tiarap, Woo Ai Mie, Se’I Indonesia, Bakso Benhil, Lahab Chicken, Aigemi Mitra kuliner
Legit Group Cloud kitchen Sek Fan, Pastaria, Sei’tan, Ryujin, Juju Chikin Milik sendiri

Wahyoo

Seperti diketahui, Wahyoo turut meramaikan pasar cloud kitchen di Indonesia dengan meresmikan Wahyoo Kitchen Partner yang sudah diinisiasi sejak setahun belakangan. Dengan melihat dinamika di pasar, Wahyoo Kitchen Partner mengambil proposisi yang sedikit berbeda.

Perusahaan memanfaatkan kemitraan dengan UKM kuliner yang selama ini telah menjadi bagian dari perusahaan, dan menggaet mereka yang ingin mengutilisasi dapurnya yang “senggang”. Dalam arti mereka tidak sibuk dan masih bisa melayani konsumer melewati platform lain. Wahyoo jadi tidak perlu berinvestasi di sisi properti karena sudah punya jaringan UKM.

Mitra Wahyoo pun bisa memaksimalkan potensi dari dapurnya dan karyawan yang sudah ada, selama tetap memenuhi standar dalam hal kebersihan dan kualitas memasak yang diharuskan oleh Wahyoo. Tercatat ada 250 restoran kecil dari 27 ribu mitra Wahyoo yang telah bergabung dengan Wahyoo Kitchen Partners ini.

Sumber: Wahyoo

“Khusus kami, ingin bantu UKM kuliner yang sudah ada di jaringan kami sehingga enggak ada lagi modal tambahan yang harus mereka keluarkan karena dapur dan karyawan sudah ada. Sebab kami ini sharing economy, jadi prinsipnya kami sangat ingin memajukan UKM,” kata Peter secara terpisah saat media gathering beberapa waktu lalu.

Sejauh ini, Wahyoo telah mengoperasikan tiga merek makanan label privat, yakni Bebek Goreng Bikin Tajir, Ayam Paduka, dan Bakso Bikin Tajir. Adapun Bebek Goreng Bikin Tajir kini sudah hadir di 134 outlet yang tersebar di Jabodetabek, Bandung, Solo, Semarang, dan Bali. Selanjutnya, Ayam Paduka sudah ada di 42 outlet yang tersebar di Jabodetabek, Bandung, dan Solo, dan Bakso Bikin Tajir sudah hadir di 18 outlet di Jabodetabek untuk sementara ini.

Wahyoo memasarkan produk-produknya melalui GrabFood, GoFood, dan ShopeeFood. Tak hanya itu, perusahaan juga mempersilakan mitranya untuk menjual secara offline untuk dine-in dan take away. Dengan demikian, mereka tidak perlu mengandalkan sepenuhnya platform online untuk penjualannya.

“Buat kita yang penting mereka bisa berjualan, dan beli stok di kita lagi. Lagipula dari segi offline itu ada sisi awareness yang bisa kita dapatkan untuk memasarkan brand kita.”

Bagi Peter, perusahaan akan terus perbanyak merek makanan yang dapat dijual oleh para mitra UKM, setidaknya bakal ada tambahan delapan sampai 10 merek baru. Variasi kulinernya berkisar dari martabak, nasi briyani, teh susu, soto, mie ayam, dan nasi goreng.

Seluruh suplai produk tersebut nantinya sudah berbentuk pre-cook agar tidak lama diolah oleh mitra. Alhasil proses masak jadi lebih ringkas, maksimal lima menit sampai di rumah konsumen. Seluruh suplai disiapkan di pusat gudang Wahyoo yang berlokasi di Daan Mogot, Jakarta Barat berdekatan dengan kantor Wahyoo. Dari situ, proses pengiriman makanan akan dimulai sampai ke outlet.

“Karena kita juga memanfaatkan online [food delivery] kita juga perlu memastikan algoritma dari mitra dapur jangan sampai outlet-nya dapat rating jelek karena proses masaknya kelamaan. Jadi memang standardisasi itu penting, makanya juga ada kunjungan rutin oleh tim lapangan.”

Menurutnya, strategi multi-merek ini dipakai agar setiap outlet dapat mencapai potensi maksimum dari utilisasi kapasitas dapur yang kosong. Hasilnya, rata-rata revenue per outlet dapat meningkat dan pada akhirnya mendukung kesejahteraan dari setiap dapur karena satu dapur bisa menawarkan berbagai macam makanan.

“Namun kami juga memastikan bahwa dapur-dapur ini memang mempunyai kemampuan/kapasitas yang cukup untuk menjual banyak brand (supaya standardisasi dan kualitas tetap terjaga.”

Adapun monetisasi dari bisnis cloud kitchen di Wahyoo berbeda-beda bagi tiap merek. Namun Peter memastikan bahwa pada intinya dari setiap penjualan makanan akan ada bagi hasil penjualan kepada mitra-mitra dapur. Konsep ini dianggap menarik karena tidak perlu tambahan modal dan hanya menmanfaatkan sumber yang ada untuk berjualan merek lain yang sudah disediakan oleh Wahyoo Kitchen Partners.

Unit economics yang dilihat oleh Wahyoo terdiri atas berbagai metriks, mulai dari revenue, outlet aktif per bulan, rata-rata revenue per outlet (penjualan di platform online), dan basket size (pembelian bahan baku/suplai di platform Wahyoo). “Tentunya kami juga melihat margin dari pernjualan setiap brand dan juga pendapatan (revenue sharing) kepada Wahyoo Kitchen Partners.”

Dalam menghadapi perekonomian ke depannya yang menantang, Peter menyadari bahwa kondisi tersebut bakal berdampak secara langsung pada industri kuliner dan pangan. Untuk itu, pihaknya berupaya untuk selalu menyediakan bahan-bahan baku dengan harga yang kompetitif dan mengikuti harga pasar.

“Kami berupaya untuk tetap mendapatkan harga terbaik dari partner-partner dan supplier kami, sehingga walau di masa-masa kurang stabil ini kami tetap dapat menawarkan barang-barang yang dibutuhkan konsumer secara affordable dan bersaing.”

Dailybox

Co-founder dan CEO DailyBox Kelvin Subowo menjelaskan pihaknya lebih pas ditempatkan sebagai startup F&B multi-platform, bukan cloud kitchen dengan multi-merek. Dalam operasionalnya, perusahaan mengandalkan kehadiran para pemain cloud kitchen dan menghadirkan merek privatnya ke dalam tiap dapur.

“Dailybox Group mungkin salah satu F&B startup yang konvensional, sehingga konsep multi-brand yang dimaksud bukan lagi banyak brand dalam satu kitchen, melainkan berbagai brand yang mampu menaungi appetite pelanggan kami.”

Terhitung saat ini, Dailybox mengoperasikan empat merek, Shirato, Breadlife, Dailybox, dan Lumiere. Lumiere adalah merek keik yang baru diakusisi perusahaan. Sebagai multi-platform, perusahaan akan menyeimbangkan jumlah persebaran cloud kitchen dan toko offline. Saat ini ada 20 titik toko Breadlife, yang ikut diisi oleh Dailybox dan Shirato di atas toko Breadlife tersebut. Bahkan, perusahaan telah melebarkan sayap bisnisnya ke Singapura pada Oktober 2022.

Central Kitchen Dailybox Group / Dailybox Group

Dalam mengukur unit economics di Dailybox, ia menggunakan COGS (cost of good sold) atau harga barang yang dijual. Perusahaan tidak melakukan cost down, melainkan menjaga harga agar tetap stabil melalui efisiensi produksi. Efisiensi tersebut dilaksanakan dengan cara memproduksi makanan sendiri melalui dapur pusat Dailybox Group.

Metriks berikutnya adalah EBITDA outlet (Earnings Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization). “Seperti yang kita ketahui bahwa industri cloud kitchen memiliki beban yang besar pada food delivery. Maka, beban operation kami sehari-hari tidak terlalu besar dan kami berhasil mempertahankan positive EBITDA dari sejak kami berdiri hingga hari ini. Kedua metriks tersebut sangat memengaruhi kualitas makanan.”

Menurut data perusahaan, kontribusi dari bisnis pesan-antar online masih mendominasi daripada makan di toko. Di tahun lalu kontribusinya mencapai 90%, akan tetapi pada tahun ini turun menjadi 60%. Perusahaan sendiri kini tidak mengandalkan platform online saja.

Dia beralasan, jika ingin berekspansi lebih masif, kehadiran di platform layanan online harus dikolaborasikan dengan presence di pasar offline. Sebab, walaupun penetrasi layanan online sudah meningkat, layanan ini masih belum menjangkau seluruh kota lapis dua dan tiga. Masyarakat di area tersebut masih menggandrungi budaya nongkrong sembari kulineran.

“Survei menyatakan sekitar 79% masyarakat Indonesia sudah tak ragu untuk dine-in di restoran. Karenanya kembali membuka layanan dine-in adalah strategi perusahaan untuk hadir lebih dekat dan relevan dengan pelanggan kami.”

Sementara itu, dari sisi Dailybox dalam menghadapi tantangan ke depannya bakal melakukan penyesuaian harga dengan batas yang wajar. Dengan volume yang cukup besar, sehingga perusahaan dapat mengunci harga dari banyak bahan untuk beberapa waktu.

“Dengan in-house central kitchen dan teknologi ERP & SOP digital memungkinkan kami untuk bekerja dengan lebih efisien sehingga bisa mengkompensasikan fluktuasi harga di pasar,” tutupnya.

Mendongkrak Bisnis UMKM Kuliner melalui “Cloud Kitchen” dan “Food Delivery”

Pandemi telah menjadi momentum menarik bagi pelaku UMKM di sektor makanan dan minuman (F&B) Indonesia. Meskipun banyak yang berguguran, kontribusi startup sebagai enabler menjadi salah satu faktor bagaimana bisnis di sektor ini bisa bertahan.

Berdasarkan laporan yang dirilis LPEM FEB UI dan UNDP Indonesia tahun 2020 lalu, 40% pengusaha UMKM berada di sektor makanan dan minuman. Di sisi gender, UMKM yang dimiliki perempuan sebagian besar memproduksi makanan dan minuman. Di sisi lain, hanya 20% UMKM milik laki-laki yang bergerak di sektor makanan dan minuman.

Keberadaan cloud kitchen, sebagai pendukung bisnis food delivery, dinilai  membantu pertumbuhan bisnis pelaku UMKM. DailySocial mencoba melihat seperti apa kontribusi platform cloud kitchen, seperti Yummy Corp dan Dailybox.

Dampak positif jangka panjang

Pertumbuhan industri cloud kitchen di Indonesia didukung peningkatan pemesanan makanan secara online seiring dengan pergeseran perilaku konsumen, khususnya di masa pandemi. Berdasarkan riset Momentum Works, sejumlah restoran dan platform pesan antar makanan menggunakan waktu lebih banyak di tahun 2021 untuk bereksperimen dengan model bisnis baru, salah satunya cloud kitchen.

Riset tersebut menyebutkan, cloud kitchen membantu restoran dan pelaku usaha kuliner untuk menaikkan total pendapatan (topline) melalui jangkauan konsumen yang lebih luas.

Cloud kitchen juga diklaim menawarkan kemudahan fleksibilitas modal dengan pilihan waktu sewa yang dapat diatur sesuai kebutuhan. Konsep ini juga memberi kemudahan untuk mengubah konsep dan jenis makanan/menu dengan cepat.

Salah salah pemain terdepan di Asia Tenggara, Grab, melihat adanya peluang yang sangat besar bagi industri cloud kitchen untuk tumbuh dan menjangkau lebih banyak konsumen di Indonesia. Layanan GrabKitchen menjadi cara Grab memperkenalkan konsep cloud kitchen untuk memberdayakan mitra merchant.

“Kemitraan kami dengan para mitra usaha yang solid, pemanfaatan teknologi terbaik dalam menciptakan pengalaman pengguna yang bersifat hyperpersonal, dan perluasan jaringan GrabKitchen yang pesat merupakan faktor-faktor pendorong semakin relevannya GrabFood untuk masyarakat Indonesia,” kata Head of Marketing GrabFood – Grab Indonesia Hadi Surya Koe.

Kolaborasi dengan platform cloud kitchen, misalnya antara Grab dan Yummy Corp, diklaim membantu bisnis F&B yang bergabung di jaringan ini memperoleh dukungan komprehensif untuk mengembangkan dan meluncurkan restoran virtual dan perekrutan dan pelatihan staf untuk mengoperasikan cloud kitchen.

Suasana merchant dari GrabFood / Grab

Saat ini Grab telah memiliki lebih dari 45 cloud kitchen yang berlokasi di 8 kota (Jakarta, Bandung, Bali, Medan, Surabaya, Makassar, Surakarta dan Malang) di Indonesia.

“Perpaduan keahlian Grab dan Yummy Corp dapat mempercepat pengembangan sektor cloud kitchen di Indonesia,” kata Hadi.

Yummykitchen, platform cloud kitchen Yummy Corp, tahun ini telah menyediakan slot 30% untuk UMKM. Tercatat saat ini Yummy Corp telah memiliki sekitar 60 lebih brand partner.

“Yummy Corp sebagai platform sebetulnya lebih tepatnya dikatakan sebagai partner. Karena kondisinya kita disini saling membantu agar ekosistem F&B di Indonesia sama-sama maju. Dapat dibilang ekosistem F&B di Indonesia sudah lumayan berkembang dan Yummy Corp akan terus mengembangkan ekosistem ini dengan memperkuat teknologi dan SDM yang kita punya,” kata CEO Yummy Corp Mario Suntanu.

Pandemi telah mengakselerasi fenomena sinergi antara pelaku UMKM kuliner dengan layanan pesan antar makanan dan cloud kitchen. Sinergi ini disebut membantu pelaku UMKM kuliner untuk berkembang dan lebih cepat berjualan, karena biaya yang dibutuhkan cenderung lebih kecil dan waktu yang dibutuhkan untuk membangun infrastruktur lebih singkat.

“UMKM adalah pilar penting bagi perekonomian Indonesia. Kontribusi sektor ini terhadap PDB Indonesia itu lebih dari 60%. UMKM bahkan mampu menyerap 97% dari total tenaga kerja yang ada. Hal ini yang membuat sektor ini menjadi sangat menarik untuk digarap,” kata CEO Dailybox Kelvin Subowo.

Di sisi lain, sebagai pemain baru, kehadiran ShopeeFood diklaim turut menyediakan peluang pendapatan yang dapat memberikan dampak positif jangka panjang bagi mitra.

“Saat ini, fokus kami adalah mendukung pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia dengan merangkul lebih banyak bisnis kuliner, terutama pelaku UMKM, pengguna, serta mitra pengemudi untuk memaksimalkan penggunaan layanan digital dalam kehidupan mereka sehari-hari,” kata Brand Marketing Manager ShopeeFood Andreas Christiadi.

Prosedur dan pengawasan

Suasana central kitchen Dailybox / Dailybox
Suasana central kitchen Dailybox / Dailybox

Prioritas platform cloud kitchen dan food delivery adalah menjaga kualitas dan keamanan makanan yang dipesan secara online. Untuk memastikan hal ini, Dailybox melakukan pengawasan yang dilakukan oleh tim dapur Dailybox yang terdiri dari chef hotel berbintang berpengalaman. Tim biasanya melakukan audit berkala dan inspeksi mendadak untuk memastikan mitra UMKM bekerja sesuai dengan standar yang sudah ditetapkan.

Saat ini Dailybox sudah mendapatkan sertifikasi halal. Kedepannya diharapkan semua mitra UMKM DailyBox bisa tersertifikasi, seperti HACCP. Meskipun mereka menyadari hal ini tidak bisa terjadi dalam sekejap. Misi DailyBox adalah untuk meningkatkan kualitas mitra UMKM.

“UMKM yang berkolaborasi dengan Dailybox wajib mematuhi pedoman halal, standar keamanan pangan yang ketat (termasuk hygiene dan kualitas bahan baku) dan standar konsistensi rasa. Tim kami menyadari bahwa mitra UMKM Dailybox membutuhkan bimbingan ekstra supaya mereka secara bertahap dapat memenuhi standar yang kami tetapkan,” kata Kelvin.

Sementara pengawasan yang dilakukan Yummy Corp adalah memastikan proses pengolahan dilakukan telah melalui prosedur sesuai dengan proses yang dimiliki mitra. Untuk memastikan output makanan yang keluar memiliki kualitas sesuai standar yang dimiliki, Yummy Corp terus melakukan training secara berkelanjutan untuk crew dan serangkaian proses Quality Control yang ketat.

Industri “Cloud Kitchen” di Indonesia, Antara Solusi dan Kompetisi

Konsep cloud kitchen mungkin sama monumentalnya dalam industri makanan seperti penemuan api. Kita menyaksikan sendiri perubahan drastis saat mengonsumsi makanan, yang mengarah ke pesatnya industri jasa makanan. Dari masak di dapur, makan ke restoran, hingga akhirnya memesan makanan tiga kali seminggu lewat sebuah aplikasi. Kenyamanan terus meningkat di setiap tingkat.

Menurut analisis yang disusun Deloitte, kenyamanan menjadi pertimbangan penting bagi kaum milenial karena gaya hidup mereka yang padat. Kurangnya waktu adalah salah satu alasan utama pesatnya pertumbuhan belanja online dan pemesanan online dari restoran.

Milenial lebih sering makan di luar atau memesan makanan dibandingkan generasi sebelumnya. Lebih dari 60% generasi milenial memesan makanan atau makan di luar setidaknya sekali atau lebih dari sebulan sekali. Dengan memanfaatkan daya beli yang meningkat dan permintaan yang tinggi, pasar pengiriman makanan online di Indonesia punya potensi besar untuk tumbuh.

Sebagaimana yang diungkap e-Conomy 2020, industri transportasi dan pengiriman makanan bakal bernilai $16 miliar (secara GMV) pada 2025 mendatang, dari $5 miliar di 2020. Mesin utama ekonomi digital di negara ini masih didominasi oleh perdagangan lewat platform e-commerce yang diproyeksikan akan bernilai $83 miliar.

Laporan ini tidak merinci seberapa besar persentase potensi yang diberikan oleh industri pengiriman makanan yang di dalamnya mencakup cloud kitchen. Setidaknya secara umum, angka tersebut mampu menggambarkan betapa gurihnya bisnis pengantaran makanan.

Ambil contoh, di India saja pangsa pasar pengiriman makanan diproyeksikan tumbuh pada CAGR 16% untuk mencapai $17 miliar pada 2023 mendatang, menurut DataLabs by Inc42. Sementara, industri cloud kitchen diproyeksi mencapai $1,05 miliar pada 2023 mendatang. Faktor pendukungnya datang dari meningkatnya pendapatan yang dapat dibelanjakan dan perubahan pola pikir konsumen.

Rebel Foods salah satu operator cloud kitchen dengan jaringan terbanyak di India, lebih dari 350 lokasi yang tersebar di 35 kota. Mereka mengoperasikan 12 brand F&B, Faasos, Behrouz Biryani, dan Oven Story, adalah top 3 brand yang paling dikenal. Perusahaan juga bekerja sama dengan pemain F&B lainnya untuk ekspansi ke lokasi baru. Wendy’s adalah salah satunya, melalui program Rebel Launcher.

Gojek adalah salah satu pemegang saham Rebel Foods. Mereka berekspansi ke Indonesia dengan membentuk PT. Rebel GoFood Indonesia untuk mengoperasikan cloud kitchen Dapur Bersama GoFood. Terhitung ada 27 outlet Dapur Bersama yang tersebar di Jabodetabek, Surabaya, Bandung, dan Medan.

Di sini, mereka mengadopsi konsep rental, bermitra dengan pemain F&B lainnya untuk memanfaatkan dapur, dan meluncurkan brand sendiri, sama seperti di India. Mereka memboyong brand Faasos ke Indonesia. Tak hanya Indonesia, Rebel Foods sudah melebarkan sayap ke UAE dan UK.

Rebel Foods bukanlah pemain tunggal di segmen ini. Perusahaan memiliki persaingan yang kuat dari agregator makanan seperti Zomato dan Swiggy, yang juga memiliki jaringan cloud kitchen sendiri. Pada saat yang sama, pemain sejenis Rebel Foods, di antaranya Ola Foods, FreshMenu, Box8, dan QSR Foods.

Kondisi ini memberikan gambaran serius bahwa dengan pijakan bisnis yang kokoh di bisnis pengiriman makanan, pemain agregator makanan secara agresif bergerak menuju cloud kitchen untuk menggarap bisnis.

Di Indonesia, mengutip dari laporan Rise of Virtual Kitchen 2021 yang diterbitkan Savills Research & Consultancy, model cloud kitchen yang beroperasi saat ini menyasar target konsumen yang berbeda dari restoran di mal.

Diestimasi ada 70 outlet cloud kitchen yang dioperasikan tujuh pemain di Jakarta.

Mayoritas operator cloud kitchen ini menyasar pada pebisnis F&B yang masih berskala UKM. Sementara, jaringan restoran cenderung memilih gerai tradisional karena banyak dari mereka tidak hanya menjual makanan, tetapi juga suasana dan pengalaman bersantap kepada para pelanggannya.

“Namun, kami melihat mereka yang lebih bereputasi mulai menggunakan cloud kitchen sebagai ‘dapur satelit’ – gerai pelengkap di luar mal untuk menangkap konsumen di daerah yang lebih terpencil. Biasanya, pengiriman dari mal terlihat kurang efektif karena terlalu banyak waktu bagi pengemudi untuk parkir, masuk ke mal, memesan makanan, dan mengantarkan,” tulis laporan tersebut.

Lebih lanjut dijelaskan, “Dapur satelit bertugas hanya untuk menerima pesan-antar demi mengurangi waktu pengiriman dari restoran ke konsumen. Di masa depan, kita dapat melihat lebih banyak kolaborasi antara mal ritel tradisional dan cloud kitchen dalam model bisnis hibrida, sehingga menciptakan peluang besar bagi kedua sektor untuk terus tumbuh.“

DailySocial mencatat setidaknya ada 15 operator cloud kitchen yang beroperasi di Indonesia sejauh ini. Berikut rinciannya:

No Nama Operator Tahun berdiri Lokasi Minimum kontrak Ukuran dapur Harga sewa (mulai dari) Mitra brand
1 GrabKitchen 2018 45 outlet 1 tahun 10-20 m2 Bagi hasil Geprek Bensu, Reddog, The Good Habit Express
2 Dapur Bersama GoFood 2019 27 outlet 1 tahun 14-25 m2 Bagi hasil FamilyMart, Banzai, I am Geprek Bensu
3 Everplate 2019 9 outlet 1 tahun 6-17 m2 Biaya tetap, 6 juta/bln 2080 Burger, The Moo, Bakso Gembul
4 Yummy Kitchen 2019 40 outlet 6 bulan 5-10 m2 Bagi hasil, 7 juta/bln Dailybox, KyoChon, Se’i Sapi Lamalera
5 Kita Kitchen 2020 3 outlet 6 bulan 6-17 m2 Biaya tetap, 5 juta/bln Burgreens, Thai Alley, Yoshinoya, SaladStop
6 Telepot 2020 1 outlet 6 bulan 7-19 m2 Bagi hasil, 6 juta/bln Yuks Bowl, Kaka Bakes, CWIMS
7 Hangry 2020 40 outlet N/A N/A N/A Own brand
8 Popitsnack N/A 1 outlet N/A N/A N/A Segara Market, Tehna
9 Tabula 2020 53 outlet N/A N/A N/A Mujigae, Palava, Fondre
10 Eden Kitchen 2020 1 outlet N/A N/A Biaya tetap, 5 juta/bln Oppa Corn Dog, Unicorn Burger
11 Foodstory 2021 2 outlet N/A N/A N/A Ayam Sunda Empire, Nasi Goreng TikTok, Chick Pok!
12 Lookalkitchen 2021 50 outlet N/A N/A N/A Dapoer Bang Jali by Denny Cagur
13 DishServe 2021 100 outlet N/A N/A Komisi Phago, Daipan
14 Eatsii 2021 N/A N/A N/A N/A Nasi Goreng Endoy, Simply Fry
15 Boga Kitchen 2020 16 outlet N/A N/A N/A Own brand

Sumber: Savills Research, data diolah

GrabKitchen

Setahun sebelum Gojek debut dengan Dapur Bersama, kompetitor terdekatnya Grab sudah masuk lebih dahulu pada September 2018. Branding cloud kitchen yang Grab gunakan pada waktu itu adalah Kitchen by GrabFood, yang berlokasi di Kedoya, Jakarta Barat. Kemudian, ubah nama hingga kini menjadi GrabKitchen.

Dalam wawancara bersama DailySocial, Head of GrabKitchen Grab Indonesia Rio Aristo mengatakan dibalik meningkatnya penggunaan layanan pengantaran makanan di Indonesia, cloud kitchen menjadi alasan kuat bagi merchant yang ingin memperluas usaha mereka tanpa perlu menyediakan meja dan kursi untuk makan di tempat.

“Grab tetap yakin dengan ekosistem yang kuat–didukung oleh angka konsumen yang berkembang, fitur aplikasi, serta infrastruktur pengantaran yang sudah matang–menjadikan GrabKitchen lebih unggul karena didukung oleh kepemimpinan GrabFood di kategori pesan-antar makanan. Hal tersebut telah menjadi alasan mengapa berbagai brand, besar atau kecil, memilih untuk bergabung dengan jaringan cloud kitchen kami,” ujarnya.

Sumber: Grab

GrabKitchen kini telah berada di lebih dari 45 outlet, tersebar di Jakarta, Bandung, Bali, Medan, Surabaya, Makassar, dan Malang. Berkat kemitraan dengan pemain cloud kitchen lainnya, Yummykitchen, mitra dapat menempatkan dapur di lokasi dengan permintaan konsumen terbanyak.

Bila digabung dengan wilayah operasional Yummykitchen, cakupan GrabKitchen kini mencapai lebih dari 80 outlet. Kehadiran Yummykitchen, menjadi daya tawar yang kompetitif karena merchant berkesempatan mendapat keahlian dalam pengembangan brand, pemasaran digital, dan strategi bisnis.

“Setiap calon mitra merchant dapat memanfaatkan keahlian ini untuk memutuskan: produk apa yang paling diminati konsumen, di mana lokasi dapur mereka, bagaimana memasarkan merek mereka kepada konsumen, hingga mengevaluasi strategi bisnis mereka bersama GrabKitchen dan Yummy Corp.”

Fasilitas yang disediakan GrabKitchen terdiri dari peralatan dapur dasar. Untuk mitra yang tidak butuh tempat masak disediakan opsi untuk menyimpan produknya di chiller dan siap dikirim setelah dipesan oleh konsumen. Layanan konsinyasi seperti ini cocok untuk kudapan seperti dessert box yang sedang tren, yang biasanya siap dijual langsung ke konsumen.

Jaringan cloud kitchen yang luas otomatis membawa nilai lebih bagi brand lokal dan nasional. Rio menjelaskan, bagi brand lokal dapat beroperasi di lebih banyak lokasi, sementara brand nasional dapat meluncurkan bisnisnya di kota-kota baru. Bagi konsumen, dapat memesan hidangan dari beberapa merchant yang berlokasi di satu GrabKitchen. Ini adalah proposisi pemilihan menu yang menarik untuk kebutuhan keluarga dan kelompok, serta memberikan visibilitas tambahan dan potensi promosi silang kepada setiap merchant.

Akses data dan teknologi juga diberikan untuk merchant yang memanfaatkan GrabKitchen. Grab memberikan data yang telah diolah untuk diberikan ke merchant untuk mengidentifikasi permintaan di wilayah tertentu.

Sumber: Grab

“Inovasi ini adalah solusi yang lebih efisien dan efektif. Pendekatan berbasis data kami memungkinkan kami untuk memberi rekomendasi kepada merchant tentang pemilihan menu, presentasi, promosi, dan branding untuk membantu mereka meningkatkan penjualan dan visibilitas mereka secara online.”

Keuntungan merchant lainnya, tak hanya mendapat akses pengantaran makanan, juga akses untuk belanja bahan masakan dengan harga yang lebih kompetitif. Penggunaan GrabMerchant juga memungkinkan merchant untuk mengelola menu, operasional toko, membuat iklan digital, serta mendapatkan akses ke laporan bisnis komprehensif yang dapat diakses melalui web.

“Kami yakin bahwa nilai tambah yang ditawarkan oleh fitur ini menyederhanakan operasi untuk pedagang kami. GrabKitchen akan terus mengembangkan fitur-fitur yang bermanfaat baik bagi mitra merchant maupun konsumen kami.”

Hangry

Sumber: Hangry

Berbeda dengan Grab dan Gojek, Hangry kurang lebih mengambil pendekatan seperti Rebel Foods pada awal perusahaan tersebut berdiri. Hangry mengoperasikan cloud kitchen untuk brand F&B yang dibentuk sendiri (brand builder).

CEO Hangry Abraham Viktor menjelaskan, alasan Hangry mengambil konsep cloud kitchen karena nilai lebih yang ditawarkan, yakni fleksibilitas dan efisiensi infrastruktur dapur, dan selalu hadir di manapun konsumen berada. “Beranjak dari konsep ini, kami berusaha untuk menyediakan suatu pengalaman virtual dining.”

Karena cloud kitchen dioperasikan sendiri, jadi suatu kelebihan buat Hangry karena perusahaan dapat memprioritaskan kualitas produk yang menjadi inti bisnisnya, baik dari kelezatan maupun kebersihan. Ada SOP dan QC yang diterapkan untuk menjaga kualitas dan higienitas produknya.

“Sekarang kami telah mencapai ribuan order per harinya dalam jangka waktu kurang lebih tujuh bulan. Selain itu, salah satu metrics lainnya yang amat penting adalah rating restoran kami di channel delivery yang berada di rata-rata 4,7/5. Inilah salah satu bukti komitmen kami untuk menjaga kualitas produk.”

Dukungan teknologi juga disematkan di dalam aplikasi Hangry. Selain kemudahan pemesanan makanan, selayaknya saat berseluncur di aplikasi delivery pada umumnya, terdapat gamifikasi berupa poin-poin yang dapat ditukarkan dengan hadiah-hadiah menarik. Poin tersebut dikumpulkan melalui channel pembelian apapun dengan memindai kode QR yang ada di bukti pembelian.

Tak lupa, kemudahan pembayaran digital dengan berbagai opsi juga diberikan. Transaksi dengan e-wallet menurut Hangry masih digemari oleh konsumen yang bertransaksi secara online.

Abraham menuturkan saat ini Hangry tersebar di 40 lokasi di Jabodetabek dan Bandung. Adapun ambisi perusahaan pada tahun ini dapat hadir di lebih dari 120 outlet, masuk ke Bandung, Surabaya, dan Medan.

Terkait rencana membuka cloud kitchen-nya untuk brand di luar Hangry, Abraham masih menampik kemungkinan tersebut. “Untuk fasilitas kitchen, sekarang ini hanya brand Hangry yang bisa menggunakannya, tidak bisa ada brand lain yang menyewa atau menggunakannya.”

Sumber: Hangry

Ambil segmen berbeda

Di balik pesatnya perkembangan cloud kitchen, masih ada ruang besar untuk diseriusi pemain lainnya. DishServe memosisikan dirinya sebagai enabler ghost kitchen dengan memanfaatkan aset fasilitas dapur rumah yang kurang dimanfaatkan. Dapur tersebut nantinya masuk ke dalam jaringan cloud kitchen sebagai titik distribusi jarak jauh untuk brand F&B.

Sebagai enabler, DishServe memudahkan bisnis brand untuk berkembang tanpa biaya tetap melalui infrastruktur yang dimiliki perusahaan. Perusahaan akan mendistribusikan stok makanan milik brand ke outlet pilihan, melihat dari insight yang berhasil terekam. Pun bagi pemilik dapur rumah, mereka bisa mendapat penghasilan tambahan. Alhasil dengan strategi ini brand tidak perlu mengeluarkan biaya tinggi untuk ekspansi outlet.

Terhitung saat ini DishServe memiliki 100 jaringan dapur di Jakarta.

Berikutnya ada Lookalkitchen yang menawarkan konsep revitalisasi dapur/restoran untuk para pemilik restoran agar tidak tertinggal tren pengiriman makanan online. Dapur-dapur yang belum dimanfaatkan secara optimal, diubah oleh perusahaan menjadi pusat pengiriman makanan dan minuman.

Pemilik restoran tetap memanfaatkan dapur untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi staf yang ada, dan menjadi bagian dari cloud kitchen tanpa harus terbebani oleh biaya-biaya tambahan. Mitra dapat menyajikan hingga 10 merek sekaligus di dapurnya.

Perusahaan bermitra dengan merek-merek makanan dan minuman (mamin) online yang umumnya hanya melayani pesan-antar dan memiliki kehadiran kuat di medai sosial. Pengusaha ini tidak perlu repot lagi mencari lokasi baru untuk lebih dekat dengan para konsumennya. Lookalkitchen memanfaatkan model bisnis bagi hasil antara pengusaha mamin dan restoran mitra.

“Kami menawarkan proses registrasi dan kemitraan yang tidak repot hanya dalam waktu dua minggu. Itu sudah termasuk tahap penilaian dapur, aktiviasi, sampai akhirnya masuk ke semua platform food delivery,” ucap Co-Founder dan CFO Lookalkitchen Daniel Song.

Adapun beberapa nama mereknya adalah Dapoer Bang Jali by Denny Cagur, Enakdibungkus, dan Mandu Mami, yang memiliki basis pengikut Instagram gabungan hingga 100 ribu follower. Total outlet Lookalkitchen saat ini tersebar di 50 titik di Jakarta. Rencananya akan ekspansi ke kota lainnya pada akhir tahun ini.

Dari sisi bisnis, tentunya kehadiran pemain cloud kitchen adalah strategi diversifikasi pemilik bisnis untuk semakin mendekatkan diri ke konsumen tanpa harus keluar rumah. Lantaran lebih fleksibel dari sisi rental dan investasinya lebih ramah dikantong. Mayoritas para operator cloud kitchen ini menyasar bisnis UKM yang relatif baru beroperasi, maka skema bisnisnya sangat cocok.

Belum lagi dengan penyajian insight data untuk UKM sangat bermanfaat untuk menentukan strategi berikutnya, terlebih statusnya yang masih menjadi startup sehingga perlu minimalisir risiko. Terlepas dari sisi positifnya, ada tantangan yang dihadapi oleh operator cloud kitchen, seperti kurangnya pengalaman bersantap selayaknya di restoran, masalah kontrol kualitas makanan karena tidak semua menu “delivery friendly”. Ditambah, banyaknya pengiriman makanan berarti semakin banyak sampah kemasan yang dihasilkan.

Hangry sadar dengan kelemahan tersebut, makanya mereka membuat outlet khusus dine-in yang dijadikan sebagai flagship store untuk memperkenalkan brand agar lebih dekat kepada konsumen.

Seorang pengusaha kuliner dari India, Rachael Goenka, menuturkan, dalam menjalankan bisnis cloud kitchen yang menguntungkan, operator harus mengumpulkan kapital dalam jumlah yang cukup besar atau memiliki kehadiran merek yang kuat dan penawaran pengiriman yang dapat dimanfaatkan di beberapa lokasi.

“Kami harus mengandalkan yang terakhir dengan mengoperasikan banyak merek dari infrastruktur yang ada. Tidak pernah ada pertanyaan tentang satu opsi menggantikan yang lain. Makan di luar itu untuk perayaan dan pengalaman. Makan di tempat itu nyaman.”


*Foto header: Depositphotos.com

Grab Partners with Yummy Corp to Expand Cloud Kitchen Coverage

Grab announced a partnership with Yummy Corp to expand the business scope of culinary entrepreneurs in Indonesia. As combined, the two companies now operate more than 80 cloud kitchens throughout Indonesia.

In a virtual press conference today (8/2), Grab Indonesia’s Country Managing Director Neneng Goenadi emphasized that Grab doesn’t provide any investment for Yummy Corp in this collaboration. It’s only in the form of an MoU from the two companies to support culinary in Indonesia.

“The collaboration with Yummy Corp is based on a shared vision to offer new concepts in the culinary industry as a form of Grab’s support for this industry in Indonesia,” she explained.

In a separate official statement, Yummy Corp’s Co-Founder & CEO, Mario Suntanu said, “Our mission is to support culinary entrepreneurs to grow in the new digital era by providing managed expansion solutions through cloud kitchens. We are very pleased to be working with them. Grab to take the mission of the two companies to the next level, where the speed of expansion, quality of food, and customer satisfaction will always be our main focus.”

The next implementation of the collaboration is that Yummy Corp will provide operational management including recruiting more staff at GrabKitchen, Yummy Corp merchants are incorporated into the GrabFood platform and access the features in it, so they can receive maximum benefits.

Eventually, encouraging innovation in the culinary industry through collaborations with brands and chefs. Grab and Yummy Corp plan to work with culinary entrepreneurs to create new concepts, test them on the GrabFood platform, and develop them in the cloud kitchen networks of Grab and Yummy Corp.

Country Managing Director Grab Indonesia Neneng Goenadi dan Head of Marketing GrabFood Hadi Surya Koe / Grab
Grab Indonesia’s Country Managing Director Neneng Goenadi and GrabFood’s Head of Marketing Hadi, Surya Koe / Grab

The concept of cloud kitchens alone is currently very popular among food delivery service providers. Gojek as Grab’s main competitor in Indonesia also performs the same approach. Through its investment in a cloud kitchen startup from India, Rebel Foods, Gojek brought the service to Indonesia through PT Rebel GoFood Indonesia (GoFood Kitchen).

Research of Momentum Works said that in Indonesia GMV food delivery services had reached 52 trillion Rupiah in 2020. The result is dominated by Grab and Gojek dominated, respectively holding 53% and 47% of the total market share.

The biggest business contributor

Neneng also said that the GrabFood business supports 50% of the entire Grab business. There was no further detail on how the contribution from Indonesia, or others. “We are proud to say that Grab is a super app company because 50% of our business, be it transactions, revenue, and so on, is contributed by GrabFood.”

Grab changed its strategy to no longer rely on the transportation business, especially in the midst of an ongoing pandemic. Since last year the company has invested heavily in food delivery services, including delivering daily necessities with GrabMart and GrabAsisstant.

Without clearly stated the numbers, it is said that the growth of active merchant partners at GrabFood on the platform over the past year has increased significantly. GrabMart merchants also continue to grow, starting from supermarkets, convenience stores, pharmacies, and startups such as Sayurbox, TaniHub, and WarungPintar. Thanks to this partnership, GrabMart has reached 19 cities.

In addition, it provides GrabMart Daily to meet daily needs thanks to the collaboration with a number of FMCG brands. This service is only available in nine locations in the Jakarta area, for example, Duren Sawit, Kemayoran, Lebak Bulus, Setiabudi, Daan Mogot, Tendean, and Kebayoran Lama.

As for GrabKitchen locations, it has spread across 46 locations in seven cities, including Jakarta, Bandung, Surabaya, Medan, and Makassar. There are more than 200 brands that are members of this cloud network.

Aside from focusing on increasing merchant partners, but the company also developed a number of features to make it easier for consumers. Among them are Take Yourself, Scheduled Order, Order With Friends, Multi Order, Order Again.

Next, Pesan Sekaligus from various merchants located in one building/street; Promosi Terbaik to filter the list of merchants participating in a particular promotion; expand the non-cash payment options for GrabFood; tips before the transaction is complete.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Grab Umumkan Kerja Sama dengan Yummy Corp, Perluas Cakupan Cloud Kitchen

Grab mengumumkan kerja sama dengan Yummy Corp untuk perluas cakupan bisnis para pelaku usaha kuliner di Indonesia. Bila digabungkan kini kedua perusahaan mengoperasikan lebih dari 80 cloud kitchen di seluruh Indonesia.

Dalam konferensi pers yang digelar secara virtual pada hari ini (8/2), Country Managing Director Grab Indonesia Neneng Goenadi menegaskan dalam kerja sama ini tidak ada komitmen investasi yang diberikan Grab untuk Yummy Corp. Hanya berbentuk MoU sebagai bentuk komitmen dari kedua perusahaan untuk mendukung kuliner di Indonesia.

“Kerja sama dengan Yummy Corp didasari kesamaan visi untuk menawarkan konsep baru di industri kuliner sebagai bentuk dukungan Grab terhadap industri ini di Indonesia,” terangnya.

Secara terpisah, dalam keterangan resmi, Co-Founder & CEO Yummy Corp Mario Suntanu mengatakan, “Misi kami adalah mendukung para pelaku usaha kuliner untuk tumbuh di era digital baru dengan menyediakan solusi ekspansi yang terkelola melalui cloud kitchen. Kami sangat senang bisa bekerja sama dengan Grab untuk membawa misi kedua perusahaan ke tingkat selanjutnya, di mana kecepatan ekspansi, kualitas makanan, dan kepuasan pelanggan akan selalu menjadi fokus utama kami.”

Implementasi selanjutnya dari kerja sama tersebut adalah Yummy Corp akan menyediakan manajemen operasional termasuk merekrut lebih banyak staf di GrabKitchen, merchant Yummy Corp tergabung ke dalam platform GrabFood dan mengakses fitur-fitur di dalamnya, sehingga mereka dapat menerima keuntungan maksimal.

Terakhir, mendorong inovasi di industri kuliner melalui kolaborasi dengan brand dan chef. Grab dan Yummy Corp berencana untuk bekerja sama dengan pelaku usaha kuliner untuk menciptakan konsep baru, mengujinya di platform GrabFood, dan mengembangkannya di jaringan cloud kitchen Grab dan Yummy Corp.

Hal ini memungkinkan pelaku usaha kuliner untuk mengambil pendekatan berbasis data guna bereksperimen dan menguji konsep baru secara langsung, dengan biaya minim. “Sinergi ini akan memberi keleluasaan bagi konsumen dan mitra resto yang ingin ekspansi, atau sekadar test the water di lokasi cloud kitchen Grab dan Yummy.”

Country Managing Director Grab Indonesia Neneng Goenadi dan Head of Marketing GrabFood Hadi Surya Koe / Grab
Country Managing Director Grab Indonesia Neneng Goenadi dan Head of Marketing GrabFood Hadi Surya Koe / Grab

Konsep cloud kitchen sendiri sekarang memang sedang banyak digandrungi penyedia layanan food delivery. Gojek selaku kompetitor utama Grab di Indonesia juga mengusung pendekatan yang sama. Melalui investasinya ke startup cloud kitchen asal India, yakni Rebel Foods, Gojek memboyong layanan tersebut ke Indonesia melalui PT Rebel GoFood Indonesia (Dapur Bersama GoFood).

Riset dari Momentum Works mengatakan, di Indonesia GMV layanan pesan-antar makanan telah mencapai 52 triliun Rupiah di tahun 2020. Perolehan tersebut didominasi oleh Grab dan Gojek, masing-masing memegang 53% dan 47% dari total pangsa pasar.

Kontributor bisnis terbesar

Neneng juga menuturkan, bisnis GrabFood menopang 50% terhadap keseluruhan bisnis Grab secara keseluruhan. Tidak dirinci lebih lanjut bagaimana kontribusi dari Indonesia, atau lainnya. “Kami bangga mengatakan Grab itu adalah super app company karena 50% bisnis kami, baik itu transaksi, revenue, dan sebagainya, disumbang oleh GrabFood.”

Grab mengubah strategi tak lagi mengandalkan bisnis transportasi, apalagi di tengah pandemi yang masih berlangsung. Sejak tahun lalu perusahaan banyak berinvestasi untuk layanan food delivery, termasuk mengantar kebutuhan sehari-hari dengan GrabMart dan GrabAsisstant.

Meski tidak disebutkan dengan angka, diklaim pertumbuhan mitra merchant di GrabFood yang aktif beraktivitas di platform Grab sepanjang tahun lalu bertambah signifikan. Merchant GrabMart juga terus bertambah, mulai dari supermarket, convenience store, apotek, dan startup seperti Sayurbox, TaniHub, dan WarungPintar. Berkat kemitraan tersebut GrabMart telah menjangkau 19 kota.

Tak hanya itu, menyediakan GrabMart Daily untuk memenuhi kebutuhan harian berkat kerja sama dengan sejumlah brand FMCG. Layanan ini baru tersedia di sembilan lokasi di area Jakarta, misalnya Duren Sawit, Kemayoran, Lebak Bulus, Setiabudi, Daan Mogot, Tendean, dan Kebayoran Lama.

Adapun untuk lokasi GrabKitchen telah tersebar di 46 lokasi di tujuh kota, di antaranya Jakarta, Bandung, Surabaya, Medan, dan Makassar. Terdapat lebih dari 200 brand yang tergabung dalam jaringan cloud ini.

Tidak fokus memperbanyak mitra merchant saja, perusahaan juga banyak mengembangkan sejumlah fitur untuk mempermudah konsumen. Di antaranya Ambil Sendiri, Pemesanan Terjadwal, Pesan Bareng Teman, Multi Order, Pesan Ulang.

Lalu, Pesan Sekaligus dari berbagai merchant yang berlokasi di satu gedung/jalan; Promosi Terbaik untuk menyaring daftar merchant yang berpartisipasi dalam promosi tertentu; perbanyak opsi pembayaran non tunai untuk GrabFood; memberi tip sebelum transaksi selesai.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Ekspansi ke Malang dan Makassar, GrabKitchen Kini Tersedia di 7 Kota Sekaligus

Perlahan tapi pasti, konsep cloud kitchen mulai dikenal oleh masyarakat dari berbagai kalangan. Konsep yang pada dasarnya memadukan pujasera dengan tren pesan-antar makanan secara online ini sudah merambah cukup banyak kota di Indonesia, dan bukan hanya di Pulau Jawa saja.

Salah satu penyedia jaringan cloud kitchen terbesar di tanah air saat ini adalah Grab. Tercatat sejauh ini jaringan GrabKitchen sudah tersebar di 48 titik di tujuh kota sekaligus: Jabodetabek, Bandung, Bali, Medan, Surabaya, dan dua yang terbaru, yakni Malang dan Makassar.

Tidak tanggung-tanggung, ekspansi GrabKitchen di ibukota provinsi Sulawesi Selatan itu langsung diwakili oleh dua cabang sekaligus; satu di Daeng Tata, satu lagi di kawasan Batua. Untuk cabang Malang sendiri, Grab memilih Tlogomas sebagai lokasinya.

Seperti halnya GrabKitchen yang tersebar di lokasi lain, sejumlah mitra merchant terpilih sudah diberi kepercayaan untuk beroperasi di tiga fasilitas baru ini. Berikut rinciannya:

  • 10 merchant makanan dan minuman populer di Makassar yang mencakup Mastercheese Pizza, Ayam Gepuk Pak Gembus, Big Bananas, Bebek Gazebo, Mama Hot Plate, Rumah Jajanan Makassar, Bebek Goyang Sulawei ‘Begos’, dan Queen Fruits
  • 11 merchant di Malang yang meliputi Ayam Bakar Taliwang Sasak Tulen, Ayam Geprek Moome, Wings Me, Teman Duduk, Greenly, Mr. M4T, Kebab Bosman, Nasi Goreng 78, Pempek Farina, Pempek Bujang Tuo, dan Batagor Farina

Kemudahan yang ditawarkan buat konsumen tentu saja adalah, mereka bisa memesan semua menu hidangan dari beberapa merchant yang berada di satu lokasi GrabKitchen, lalu menggabungkannya dalam satu pengiriman yang sama. Lebih praktis sekaligus lebih hemat biaya pengantaran.

Sejak diperkenalkan pertama kali di Jakarta pada tahun 2018, GrabKitchen menawarkan peluang kepada mitra merchant untuk mengembangkan bisnis mereka dengan biaya dan risiko rendah, serta akses langsung untuk menjangkau lebih banyak konsumen lewat pemanfaatan teknologi.

Tercatat sudah ada lebih dari 200 brand di Indonesia yang bermitra dengan GrabKitchen. 60 persen di antaranya masuk kategori UMKM, namun brand kenamaan seperti Kopi Kenangan atau Sour Sally pun juga masuk dalam portofolio GrabKitchen. Menurut Grab sendiri, rata-rata mitra merchant di GrabKitchen mengalami peningkatan pesanan harian hingga 80% pada bulan pertama.

Sumber gambar header: DepositPhotos

Explore the Further Concept of “Cloud Kitchen” in Indonesia

In the past three years, food delivery services have become one of the fastest-growing sectors. Many SME’s success stories based on the food business pioneer, supported by a delivery service, one indicator. Grab and Gojek became the two companies that dominated the industry. Now the competition continues. Both are in a competition to bring the concept of cloud kitchen or kitchen together to accelerate the food delivery business.

Cloud Kitchen, also known as a ghost kitchen or virtual kitchen, is basically a shared kitchen concept that can combine several brands in one place or kitchen. This concept, if viewed from the point of view of the delivery order service, will be effective to improve user experience because users can order the desired food from the nearest shared kitchen.

As in the food business, the concept of a shared kitchen can make it easier for them to be present in more places than opening a new branch that is costly.

Research says that the global cloud kitchen market is to reach $ 2.63 billion by 2026. The greatest potential for growth occurs in countries that have a growing food delivery service market.

In India, the cloud kitchen concept works quite well and is accepted by the public. The potential for growth is predicted to reach five times in the next five years. This is also driven by pandemic situations that force restaurants to serve only takeaway orders. Cloud kitchen allows many aspects that can ultimately be suppressed, one of which is infrastructure costs.

“People are currently ordering online, it benefits us for our entire cost structure is built on that. There is no shop in front of the restaurant. Therefore, from the perspective of capital and operating expenses, we are in a position to maintain and grow,” the CEO of the Indian Rebel Food Business Unit Raghav Joshi explained.

While in China, food delivery services also reached $62 billion in 2018. This is predicted to double by the year 2021. One that adds up to the message service between eating in China is the presence of Panda Selected. The Beijing-based startup is a cloud kitchen service provider with 120 locations in various major cities, such as Beijing and Shenzhen.

Cloud kitchen in Indonesia

Gojek brought Rebel Food expertise from India to Indonesia to develop this cloud kitchen concept. Gojek calls it the GoFood Joint Kitchen. There is also Grab (GrabKitchen) and Hangry which carry the concept of one kitchen for many brands.

“To date, GoFood Dapur Bersama, which was launched in October 2019, has 27 locations and expanding across Greater Jakarta, Bandung, and Medan. 80 percent of business partners who benefit from Dapur Bersama are GoFood SME partners that also part of the GoFood ecosystem, for example Duck Dower, Martabak Pizza Orins Express, Bakso Jawir, etc. Next, referring to GoFood data in May 2020, 70% of transactions were recorded by MSMEs after joining the GoFood Joint Kitchen, “said VP Corporate Affairs Food Ecosystem Gojek Rosel Lavina.

Grab also presents GrabKitchen in many cities. As of last February they already had 40 cloud kitchen kitchens spread across several cities in Indonesia. GrabFood also has a GrabKitchen “All in One” feature that can make it easier for customers to order many dishes from several restaurants at once.

A similar concept is also applied by Hangry, a multi-brand restaurant developed with a digital approach. Although Hangry does not claim that they carry the concept of a cloud kitchen, the concept of one place with many brands is very close to the concept of a shared kitchen. The startup, which is headed by Abraham Viktor, utilizes a delivery service from Gojek and Grab and other technologies that support the company’s performance.

Last June Hangry successfully pocketed Rp42.7 billion in initial funding from Sequoia India and Alpha JWC Ventures. Currently, Hangry has dozens of outlets throughout Jabodetabek.

“During this pandemic, we still grow. Maybe because many people have not started eating out. From January to March the growth is 100%, while from March to June 30% per month,” Viktor explained then.

Gojek, Grab, and Hangry launched an expansion this year to encourage the presence of a more massive shared kitchen. Gojek decided to stop the GoFood Festival category and switch to the concept of a shared kitchen to continue with the delivery model.

“Gradually, through data and market demand, we are proceeding to develop GoFood Joint Kitchens in other cities in Indonesia as one of the comprehensive solutions to support the needs of culinary MSME businesses,” Rosel said.

The concern

As any other business model, the cloud kitchen concept raises several questions, both in terms of customers and business owners. For example the issue of cleanliness and quality.

There is also concern that expansion only benefits well-known brands, which makes it difficult for new businesses to grow and compete. At least those two are the concerns of the joint kitchen business that runs in several countries.

To date, the concept of shared kitchens is still an attractive option in Indonesia to encourage the expansion of restaurant chains that have proven to have a lot of interest. Time will prove whether there will be a new local restaurant network that is able to be national along with the growth of the cloud kitchen business in this country.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Mengenal Lebih Dekat Konsep “Cloud Kitchen”

Tiga tahun belakangan layanan pesan antar makanan menjadi salah satu sektor yang tumbuh dengan cepat. Banyak kisah sukses UMKM yang merintis bisnis makanan, didukung layanan pesan antar, yang jadi salah satu indikatornya. Grab dan Gojek menjadi dua perusahaan yang merajai industri ini. Kini persaingan berlanjut. Keduanya berlomba-lomba membawa konsep cloud kitchen atau dapur bersama untuk mengakselerasi bisnis pengantaran makanan.

Cloud Kitchen, atau juga dikenal dengan ghost kitchen atau virtual kitchen, pada dasarnya merupakan konsep dapur bersama yang bisa menggabungkan beberapa brand di satu tempat atau dapur. Konsep ini, jika ditengok dari segi pengelola layanan pesan antar, akan efektif untuk meningkatkan pengalaman pengguna karena pengguna bisa memesan makanan yang diinginkan dari dapur bersama terdekat.

Sementara bagi bisnis makanan, konsep dapur bersama bisa memudahkan mereka untuk hadir di lebih banyak tempat ketimbang membuka cabang baru yang memakan banyak biaya.

Sebuah riset menyebutkan bahwa pasar cloud kitchen secara global akan mencapai $2,63 miliar pada 2026. Potensi pertumbuhan paling besar terjadi di negara-negara yang memiliki pasar layanan pengantaran makanan yang sedang tumbuh.

Di India, konsep cloud kitchen bekerja cukup baik dan diterima masyarakat. Potensi pertumbuhan yang diprediksikan mencapai 5 kali lipat dalam lima tahun terdepan. Ini juga didorong kondisi pandemi yang memaksa restoran lebih aman melayani pembelian secara take away. Dengan cloud kitchen, ada banyak aspek yang akhirnya bisa ditekan, salah satunya biaya infrastruktur.

“Karena orang hanya memesan secara online, itu menguntungkan kami karena seluruh struktur biaya kami dibangun berdasarkan hal itu. Tidak ada toko di depan restoran. Jadi dari perspektif modal dan pengeluaran operasional, kami berada dalam posisi untuk mempertahankan dan tumbuh,” terang CEO India Business Unit Rebel Food Raghav Joshi.

Sementara di Tiongkok, layanan pesan antar makanan juga menyentuh angka $62 miliar pada tahun 2018 silam. Angka ini diprediksi terus tumbuh hingga dua kali lipat pada tahun 2021 mendatang. Salah satu yang mewarnai layanan pesan antara makan di Tiongkok adalah kehadiran Panda Selected. Startup yang bermarkas di Beijing ini merupakan penyedia layanan cloud kitchen dengan 120 lokasi di berbagai kota besar, seperti Beijing dan Shenzhen.

Cloud kitchen di Indonesia

Gojek membawa keahlian Rebel Food dari India ke Indonesia untuk mengembangkan konsep cloud kitchen ini. Gojek menyebutnya sebagai Dapur Bersama GoFood. Ada juga Grab (GrabKitchen) dan Hangry yang membawa konsep satu dapur untuk banyak brand.

“Hingga saat ini, Dapur Bersama GoFood, yang diluncurkan sejak Oktober 2019, memiliki 27 lokasi dan tersebar di Jabodetabek, Bandung, dan Medan. 80 persen mitra usaha yang mendapatkan keuntungan dari Dapur Bersama adalah mitra UMKM GoFood yang telah menjadi bagian dari ekosistem GoFood sejak dahulu, seperti misalnya Bebek Dower, Martabak Pizza Orins Express, Bakso Jawir, dan lain-lain. Selanjutnya, merujuk kepada data GoFood di bulan Mei 2020, tercatat transaksi sebesar 70% oleh UMKM setelah bergabung dengan Dapur Bersama GoFood,” ujar VP Corporate Affairs Food Ecosystem Gojek Rosel Lavina.

Grab juga menghadirkan GrabKitchen di banyak kota. Per Februari silam mereka sudah memiliki 40 dapur cloud kitchen yang tersebar di beberapa kota di Indonesia. GrabFood juga memiliki fitur GrabKitchen “All in One” yang bisa memudahkan pelanggan memesan banyak menu hidangan dari beberapa restoran sekaligus.

Konsep serupa juga diusung Hangry, sebuah restoran multi-brand yang dikembangkan dengan pendekatan digital. Kendati Hangry tidak mengklaim bahwa mereka mengusung konsep cloud kitchen, konsep satu tempat dengan banyak brand sangat mendekati dengan konsep dapur bersama. Startup yang digawangi Abraham Viktor ini memanfaatkan layanan pesan antar dari Gojek dan Grab dan teknologi-teknologi lainnya yang menunjang kinerja perusahaan.

Juni kemarin Hangry berhasil mengantongi pendanaan tahap awal Rp42,7 miliar dari Sequoia India dan Alpha JWC Ventures. Saat ini Hangry tercatat memiliki belasan outlet di seluruh Jabodetabek.

“Selama pandemi ini, growth kami masih aman. Mungkin karena banyak orang yang belum mulai makan di luar. Dari Januari sampai Maret pertumbuhannya 100%, sementara dari Maret ke Juni 30% tiap bulannya,” terang Viktor kala itu.

Gojek, Grab, dan Hangry mencanangkan ekspansi sepanjang tahun ini untuk mendorong kehadiran dapur bersama yang lebih masif. Gojek memutuskan untuk menghentikan layanan pujasera GoFood Festival dan beralih ke konsep dapur bersama untuk tetap bisa melayani konsumen dengan model pesan antar.

“Secara bertahap, melalui data dan permintaan pasar, kami berproses untuk mengembangkan Dapur Bersama GoFood di kota-kota lain di Indonesia sebagai salahs atu solusi komprehensif untuk mendukung kebutuhan usaha UMKM kuliner,” terang Rosel.

Kekhawatiran

Layaknya model bisnis lainnya, model cloud kitchen atau dapur bersama menimbulkan beberapa pertanyaan, baik dari sisi pelanggan maupun pemilik bisnis. Misalnya isu kebersihan dan kualitas.

Ada juga kekhawatiran bahwa ekspansi hanya menguntungkan brand ternama, yang justru membuat bisnis baru sulit berkembang dan bersaing. Setidaknya dua itu yang menjadi kekhawatiran bisnis dapur bersama yang berjalan di beberapa negara.

Sejauh ini, di Indonesia, konsep dapur bersama masih menjadi opsi menarik untuk mendorong perluasan jaringan restoran yang terbukti memiliki banyak peminat. Waktu yang akan membuktikan apakah bakal muncul jejaring restoran lokal baru yang mampu menasional seiring dengan pertumbuhan bisnis cloud kitchen di negeri ini.

Grab Upayakan Perluasan Layanan “Cloud Kitchen” Secara Menyeluruh di Indonesia

GrabFood hari ini (12/9) mengumumkan rencananya untuk mengembangkan jaringan cloud kitchen miliknya “GrabKitchen” ke seluruh Indonesia. Menurut pemaparan tim Grab, inisiatif ini dilakukan pasca perusahaan mendapatkan pertumbuhan bisnis yang signifikan untuk layanan pesan antar makanan di paruh pertama 2019.

Mereka mengklaim, GMV (nilai penjualan kotor) layanan GrabFood meningkat 3x lipat dibanding periode yang sama tahun lalu. Surabaya, Medan, dan Bandung menjadi penyumbang pertumbuhan paling besar.

GrabKitchen diresmikan sejak April 2019 lalu. Saat ini mereka telah memiliki 10 dapur yang melayani pengguna di Jakarta dan Bandung. Targetnya hingga akhir tahun mereka akan mendirikan jaringan di lebih dari 50 titik.

Konsep GrabKitchen adalah menyatukan berbagai merchant makanan dan minuman dalam sebuah tempat terpusat untuk memenuhi kebutuhan di wilayah tertentu. Masing-masing titik memiliki variasi menu berbeda. Grab mengatakan untuk menentukan varian tersebut, mereka menggunakan pendekatan berbasis analisis data.

“GrabKitchen merupakan inovasi kami dalam menjembatani kesenjangan permintaan pelanggan, sembari menyediakan peluang-peluang bisnis baru untuk para mitra merchant kami dan mendorong mereka untuk tumbuh dengan pesat,” ujar Head of GrabKitchen Sai Alluri.

Untuk pelanggan, GrabKitchen diharapkan dapat mempersingkat waktu pengantaran pesanan GrabFood, sehingga meningkatkan keseluruhan pengalaman pelanggan. Mereka kini juga dapat memesan berbagai macam jenis makanan dari berbagai merchant dalam satu kali pesanan.

Terkait peluang cloud kitchen, sang rival Gojek memilih menggandeng startup lain. Melalui lengan ventura miliknya, mereka berinvestasi pada startup asal india Rebel Foods. Rencananya startup tersebut akan segera debut di Indonesia, bersinergi dengan layanan milik Gojek.

Model bisnis serupa juga segera dihadirkan oleh Dahmakan di Jakarta. Startup asal Malaysia tersebut sudah mulai menyiapkan operasional bisnis di sini. Tingginya minat masyarakat Indonesia dengan layanan food delivery memberikan keyakinan tersendiri bagi para pemain cloud kitchen.

Application Information Will Show Up Here