Mandiri and Shopee Officially Launched “Co-Brand” Credit Card

Bank Mandiri and Shopee launched a co-brand credit card, the Mandiri Kartu Kredit Shopee, by leveraging the global Visa network. This is said to be the first collaboration in Indonesia, offering the convenience of non-cash transactions on the marketplace platform using a credit card.

On a general note, Indonesia’s credit card penetration is classified as minimal. Based on Bank Indonesia’s data, the number of commercial bank credit cards as of the end of December 2020 was at 16.94 million, down 3.14% YoY from the previous year at 17.49 million. The credit card transactions volume was at 274.68 million, down 21.34% on an annual basis.

Shopee’s presence in Indonesia as a marketplace platform with the highest average visits of up to 90 million times over the past year, according to the iPrice report, is an opportunity to drive credit card penetration.

Bank Mandiri’s Network & Retail Banking Director, Aquarius Rudianto said that this collaboration was very strategic as Shopee was also one of the main players in the e-commerce industry, therefore, the platform had a very large user base.

“With the various transaction convenience offered by Mandiri Credit Card combined with security features and the benefits of Shopee-style shopping, we expect the credit card-holders will get more often to shopping,” he said in a virtual press conference, Wednesday (17/3).

Shopee Indonesia’s Executive Director, Handhika Jahja added, as a technology-based company, Shopee is committed to meeting the needs of every user through a series of initiatives and innovations, one of which is by collaborating with well-known partners to expand the product.

“We expect that the collaboration between Shopee and Mandiri can be the first series of collaborations that bring benefits, especially in providing convenience, more benefits, and the best online shopping experience for users,” Jahja said.

Peluncuran Mandiri Kartu Kredit Shopee / Bank Mandiri
Mandiri Shopee Credit Card Launching / Bank Mandiri

Through this co-brand credit card, the two companies have prepared various offers, such as promos or discounts, cashback, free administration fees for both full payment transactions or special installments at Shopee, which can facilitate people to shop but stay financially smart.

Supported by Visa cardholders can shop at more than 70 million Visa merchants worldwide, in more than 200 countries, using more than 160 currencies. The card has also equipped with contactless technology, where cardholders simply tap the card at the payment terminal and enter a PIN for transactions up to Rp1 million.

In order to apply for this co-brand credit card, Shopee users can apply directly through the Shopee application. Next, they will be contacted by Bank Mandiri for the verification process.

Currently, Bank Mandiri has issued more than 1.8 million credit cards. Apart from Shopee, Bank Mandiri has also collaborated with Traveloka in a similar mechanism.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Bank Mandiri dan Shopee Luncurkan Kartu Kredit “Co-Brand”

Bank Mandiri bersama Shopee meluncurkan kartu kredit co-brand Mandiri Kartu Kredit Shopee dengan memanfaatkan jaringan global Visa. Kerja sama ini diklaim pertama kalinya di Indonesia, menawarkan kemudahan bertransaksi nontunai di platform marketplace dengan menggunakan kartu kredit.

Seperti diketahui, penetrasi kartu kredit di Indonesia tergolong minim. Mengutip dari data Bank Indonesia, jumlah kartu kredit bank umum per akhir Desember 2020 tercatat 16,94 juta, turun 3,14% yoy dari sebelumnya sebesar 17,49 juta. Volume transaksi kartu kredit tercatat 274,68 juta, turun 21,34% secara tahunan.

Kehadiran Shopee di Indonesia sebagai platform marketplace dengan rataan kunjungan tertinggi hingga 90 juta kali sepanjang tahun lalu, menurut laporan iPrice, menjadi celah untuk mendongkrak penetrasi kartu kredit.

Direktur Jaringan & Retail Banking Bank Mandiri Aquarius Rudianto menuturkan, kolaborasi ini menjadi sangat strategis karena Shopee juga merupakan salah satu pemain utama di industri e-commerce sehingga platform memiliki basis pengguna yang sangat besar.

“Dengan berbagai kemudahan bertransaksi ala Mandiri Kartu Kredit yang dikombinasikan dengan fitur keamanan dan aneka keuntungan berbelanja ala Shopee, kami berharap pemegang kartu kredit akan semakin rajin berbelanja,” tuturnya dalam konferensi pers virtual, Rabu (17/3).

Direktur Eksekutif Shopee Indonesia Handhika Jahja menambahkan, sebagai perusahaan berbasis teknologi, Shopee berkomitmen untuk memenuhi kebutuhan setiap pengguna melalui rangkaian inisiatif dan inovasi, salah satunya dengan berkolaborasi bersama-sama mitra-mitra ternama untuk perluas ragam piliha produk.

“Kami berharap kolaborasi Shopee bersama Mandiri dapat menjadi rangkaian awal kerja sama yang membawa manfaat khususnya dalam memberikan kenyamanan, keuntungan lebih dan pengalaman belanja online terbaik bagi pengguna,” kata Handika.

Peluncuran Mandiri Kartu Kredit Shopee / Bank Mandiri
Peluncuran Mandiri Kartu Kredit Shopee / Bank Mandiri

Dalam kartu kredit co-brand ini, kedua perusahaan telah menyiapkan beragam penawaran, seperti promo diskon atau potongan harga, cashback, bebas biaya penanganan baik untuk transaksi full payment atau cicilan khusus belanja di Shopee, yang dapat membantu masyarakat untuk berbelanja, namun tetap cerdas dalam keuangan.

Dengan dukungan Visa, maka para pemegang kartu dapat berbelanja di lebih dari 70 juta merchant Visa di seluruh dunia, di lebih dari 200 negara, dalam lebih dari 160 mata uang. Kartu juga sudah diusung dengan teknologi contactless, di mana pemegang kartu cukup men-tap kartu ke terminal pembayaran tanpa kartu harus berpindah tangan dan memasukkan PIN untuk transaksi sampai dengan Rp1 juta.

Untuk pengajuan kartu kredit co brand ini, pengguna Shopee dapat mengajukan langsung melalui aplikasi Shopee. Berikutnya akan dihubungi oleh Bank Mandiri untuk proses verifikasinya.

Saat ini Bank Mandiri telah menerbitkan lebih dari 1,8 juta kartu kredit. Selain Shopee, dalam kerja sama serupa ini juga pernah dilakukan Bank Mandiri bersama Traveloka.

Application Information Will Show Up Here

Menyenangkan Hati Konsumen dengan Gamifikasi

Gamifikasi kini menjadi barang yang lumrah untuk kalangan perusahaan teknologi dalam rangka meningkatkan engagement dengan pengguna. Hampir semua platform e-commerce di Indonesia menerapkannya.

Shopee menjadi platform paling gencar merilis rangkaian gamifikasi ke strategi pemasarannya. Strategi ini berbentuk in-app game dan pertama kali diinisiasi pada 2018. Gamifikasi melengkapi rangkaian pengalaman yang berbeda yang ingin ditawarkan perusahaan ke para pengguna.

Game pertama yang dirilis adalah Goyang Shopee yang diklaim dimainkan 500 juta kali hingga pertengahan tahun lalu. Strategi ini kemudian disusul Shopee Tanam, Shopee Tangkap, dan Shopee Lempar. Saat ini rangkaian permainan terbaru mencakup Shopee Candy, Shopee Poly, Shopee Joget, dan Shopee Capit.

Gameplay dan instruksi setiap game tersebut cenderung mudah diikuti. Misalnya Shopee Candy memiliki konsep serupa permainan populer Candy Crush.

Game lainnya yang cukup populer adalah Shopee Tanam. Pengguna harus rajin menyiram tanaman dengan air sampai panen untuk mendapat hadiah yang diinginkan. Mereka harus sabar menunggu sampai wadah air terisi penuh selama tiga setengah jam atau saling membantu tanaman milik teman-temannya agar tujuan cepat tercapai.

shopee tanam

Hadiahnya bervariasi, mulai dari koin untuk berbelanja di Shopee, gratis ongkos kirim, voucher belanja, dan sebagainya. Strategi ini dianggap berhasil membuat konsumen rajin mengunjungi aplikasi sekadar untuk melanjutkan game yang ia tinggalkan.

“Dengan adanya berbagai inovasi tersebut, aplikasi Shopee terbukti meraih peringkat pertama untuk aplikasi e-commerce dengan pengguna aktif terbanyak, jumlah download dan total time spent in-app on Android berdasarkan App Annie,” kata Direktur Shopee Indonesia Handhika Jahja saat konferensi pers secara virtual beberapa waktu lalu.

Secara terpisah, dalam wawancara bersama DailySocial, PR Lead Shopee Indonesia Aditya Maulana menambahkan, inisiatif ini juga dimanfaatkan mitra brand dan mitra penjual sebagai salah satu strategi yang dapat meningkatkan online presence dan menarik minat pengguna dengan menghadirkan hiburan saat berbelanja.

Dalam merilis game-game tersebut, Aditya menuturkan, perusahaan mendengarkan tanggapan dan permintaan pengguna. Salah satunya dengan inovasi layanan terbaik yang sesuai dengan preferensi belanja masing-masing pengguna.

“Berangkat dari pemahaman tersebut, setiap in-app games yang dihadirkan Shopee bertujuan untuk memberikan pengguna pengalaman menyenangkan, serta dapat memberikan keuntungan saat berbelanja seperti koin Shopee atau potongan belanja langsung pada pembelanjaan berikutnya.”

Dia melanjutkan, “Seperti salah satu in-app game kesayangan para pengguna yaitu Shopee Tanam. Inisiatif ini merupakan cerminan sisi kreatif dan inovatif Shopee yang juga mengakomodir waktu luang panga pengguna selama berada di rumah.”

Pihak Shopee tidak menyebutkan statistik dampak kehadiran in-app game ini.

Perbandingan engagement aplikasi e-commerce terpopuler di Indonesia selama Mei-Juli 2020 menurut SimilarWeb / SimilarWeb
Perbandingan engagement aplikasi e-commerce terpopuler di Indonesia selama Mei-Juli 2020 menurut SimilarWeb / SimilarWeb

Bukalapak juga melihat gamifikasi sebagai cara meningkatkan engagement dengan pengguna. “Fitur ini adalah sarana perusahaan untuk terus dekat dengan pengguna. Tentunya, melalui game, kami ingin pengguna kami bersenang-senang sambil berbelanja di aplikasi Bukalapak, sekaligus sarana menjadikan Bukalapak sebagai everyday platform,” tutur Head of New Customers and O2O Growth Bukalapak Hans Calvin.

Hans mengklaim kehadiran gamifikasi efektif menjadi pendukung terhadap kenaikan GMV. Dikatakan 80% pengguna Bukalapak yang terbiasa bermain in-app game secara otomatis menjadi pengguna aktif bulanan. Dari angka tersebut, sebanyak 30% pengguna di antaranya aktif dan rutin bertransaksi di aplikasi.

“Hal tersebut mendorong kami untuk memberikan banyak hadiah yang bernilai besar sebagai daya tarik games di aplikasi kami, agar kami dapat terus melanjutkan tekad kami, dekat dengan pengguna.”

Rangkaian in-app game yang dirilis perusahaan di antaranya Pencetmania, Roda Rejeki, Gosok-Gosok, Potongan Kakap, Contekan TTM, Serbu Seru, Ajak-ajak Berhadiah, Pohon Rejeki, Bonus Beruntun, dan Seru Berhadiah. Dalam menciptakan game tersebut, tim yang ia pimpin melihat setiap game memiliki siklus hidup seperti layaknya online game pada umumnya.

“Kemunculannya di awal biasanya banyak menarik para pengguna kami, tetapi perlahan kemudian traffic-nya menurun. Oleh karena itu, untuk mempertahankan antusiasme pengguna, kami merilis dan memperbarui aneka game tersebut setiap tiga bulan.”

Grab dan Gojek

Kedua kompetitor ini salip-menyalip dalam menyediakan fitur di dalam aplikasinya. Gojek lebih dahulu memperkaya fitur game GoGames lewat kerja sama dengan pihak ketiga platform online game lokal MainGame yang diresmikan pada Mei lalu. Sebelumnya, perusahaan telah bekerja sama dengan Area 120 (divisi eksperimental Google) bernama GameSnacks.

Dalam keterangan resmi, Head of Third Party Platform Gojek Sony Radhityo berharap ketersediaan permainan ringan ini dapat mengisi waktu luang pelanggan di tengah karantina mandiri yang telah dilakukan masyarakat selama pandemi.

Baik MainGame ataupun Gamesnacks sama-sama berbasis HTML 5 dan Progressive Web App yang dapat menjangkau semua kalangan karena relatif lebih efisien dan bersahabat untuk semua tipe gawai. Pengguna dapat memainkan berbagai game tanpa harus repot mengunduh aplikasi satu per satu.

Menurut data internal Gojek, pada periode Maret-Mei 2020, fitur GoGames mengalami kenaikan jumlah sesi permainan hingga 64 kali lipat dibandingkan periode Januari-Februari 2020. Jenis game yang paling banyak diakses adalah Bubble Woods (Gamesnacks) dan Cake Slider (MainGame).

Sedangkan Grab mulai menguji coba fitur serupa bernama First Games. Fitur ini baru digulirkan untuk sebagian pengguna dan hanya tersedia di platform Android. Perusahaan belum bersedia memberikan pernyataan lebih lanjut terkait ini.

“Kami secara berkala melakukan uji coba layanan baru di aplikasi kami untuk terus berusaha memberikan nilai tambah pagi pelanggan kami,” ujar juru bicara Grab Indonesia saat dihubungi DailySocial.

Grab menempatkan First Games sebagai cara meningkatkan engagement dengan pengguna karena menyediakan hadiah poin yang dapat ditukarkan dengan voucher, seperti Iflix, Grab, dan pulsa. Tersedia dua mode game yang dapat dipilih, permainan kasual dan arena games untuk melawan banyak pemain (multiplayer) yang memiliki dua subkategori: player vs player (PVP) dan turnament memperebutkan poin atau voucher.

Adapun genre game yang tersedia, mulai dari strategi, aksi, olahraga, puzzle, dan arcade, bisa langsung dimainkan tanpa memerlukan login. Pengguna dapat saling berkompetisi di satu turnamen untuk memperebutkan hadiah.

Grab saat ini mengembangkan fitur Play with Friends untuk bermain bersama teman, sementara baru tersedia untuk game Ludo.

Masih tahap awal

Secara industri, implementasi gamifikasi sebenarnya tidak hanya untuk kebutuhan pemasaran, khususnya meningkatkan engagement. Strategi ini juga dapat digunakan untuk kebutuhan berkaitan pelatihan karyawan atau HR. Di Eropa misalnya, gamifikasi mulai diterapkan untuk industri manufaktur karena masih jauh dari proses digitalisasi.

Sebuah webinar bertopik in-app games yang diselenggarakan British Council Indonesia mengundang Windo Hutabarat, seorang akademisi yang bekerja sebagai Research Associate in Digitalisation of Manufactoring Process University of Sheffield, Inggris. Salah satu kasus yang pernah ia tangani adalah membantu Airbus untuk proses training engineer baru yang perlu medium jig untuk pembelajarannya.

Permasalahan pada waktu itu adalah jumlah jig yang terbatas, namun pelatihan perlu tetap dilakukan karena merupakan komponen penting. Di samping itu, Airbus juga punya kendala bahasa karena jig tersebut dibuat di Tiongkok.

“Dari pain point tersebut, tantangannya adalah bagaimana mengurangi waktu training jig tanpa mengurangi kualitas latihan. Di situ kami memanfaatkan gamifikasi tanpa bermaksud ada proses pelatihan yang dihilangkan,” terang Windo.

Dari serangkaian proses gamifikasi yang dilakukan untuk Airbus, ada temuan menarik saat evaluasi antara karyawan yang melakukan pelatihan secara manual dengan memakai gamifikasi. Untuk masalah hafalan antara keduanya tidak ada bedanya. Tapi untuk interpretasi pengetahuan, orang yang dilatih dengan game punya skor jauh lebih tinggi

“Pada intinya di dunia aerospace, digitalisasi memegang peranan penting untuk meningkatkan produktivitas kerja di masa mendatang. Tapi proses transisinya sangat menantang, oleh karenanya gamifikasi dan industri game bisa dimanfaatkan untuk memperlancar transisi tersebut.”

Dia juga menekankan bahwa pada dasarnya dalam komponen gamifikasi itu harus disesuaikan dengan obyektif yang ingin dituju dan mengaitkannya dengan keinginan manusia untuk merangsang agar tertantang. “Harus menantang agar orang tertarik, punya unsur reward, dan punya aturan yang jelas agar bisa diikuti semua pemain.”

Sumber: Windo Hutabarat
Sumber: Windo Hutabarat

Bisnis gamifikasi B2B Agate

Implementasi gamifikasi di Indonesia sendiri, menurut Co-Founder dan Head Consultant Agate Vincentius Hening W. Ismawan, baru memasuki tahap awal dan dari sisi pemanfaatannya belum semasif di luar negeri. Dengan kata lain, ruang untuk bisnis gamifikasi di ranah enterprise masih terbuka luas.

Dia mencontohkan, ada program loyalitas di luar negeri yang sudah memanfaatkan gamifikasi. Seperti diketahui, umumnya poin-poin yang dkumpulkan dari program ini punya masa berlaku. Namun dengan gamifikasi, pengguna bisa lebih legowo menerima kekalahan dan ikut merasakan keseruan dari bermain game.

“Orang akan less offended ketika kalah main game untuk mendapatkan poin karena itu adalah bagian dari keseruannya. Di Amerika [Serikat] juga menggunakan serious game untuk bagian simulasi militer. Di Indonesia belum sampai sejauh itu,” terangnya.

Dia melanjutkan, “Pemahaman orang Indonesia terhadap gamifikasi ini masih samar-samar. Mereka mengira punya game itu adalah something new yang bisa solve everything. Padahal baru bisa solve everything kalau diimbangi dengan konten yang bagus karena gamifikasi punya KPI untuk mengukur learning journey seseorang.”

Kiprah Agate menyeriusi gamifikasi ini sudah dilakukan sejak 10 tahun lalu dengan mendirikan divisi sendiri bernama Agate Level Up untuk menangani klien B2B. Hampir separuh dari total tim Agate yang berjumlah 250 orang, ditempatkan untuk menangani bisnis ini.

Perusahaan cukup percaya diri dengan koleksi solusi gamifikasi yang mereka sediakan, tentunya berkat dari jam terbangnya. Solusi tersebut berupa platform manajemen pembelajaran karyawan, pelatihan, penilaian, dan simulasi. Juga, kebutuhan pemasaran buat konsumer, seperti kebutuhan gamifikasi untuk akuisisi konsumen baru, on-ground engagement, dan retention & loyalty game.

Jajaran penggunanya datang dari beragam industri, seperti FMCG, telekomunikasi, finansial, teknologi, farmasi, otomotif, F&B, kosmetik, hingga properti. Tak hanya Indonesia, penggunanya juga datang dari negara-negara kawasan Asia Pasifik dan Amerika Serikat. Bukalapak dan Tokopedia tercatat sebagai pengguna Agate untuk mengembangkan fitur gamifikasi di dalam aplikasi mereka.

Vincentius menjelaskan, implementasi gamifikasi yang paling banyak dimanfaatkan penggunanya adalah in-app enhancement yang memanfaatkan pustaka game versi HTML5 Agate yang luas dan dapat disesuaikan dengan aplikasi tanpa mengubah tampilan sama sekali. Solusi ini diarahkan untuk perusahaan yang sudah memiliki platform-nya sendiri.

“Makanya wajar bila in-app game ini banyak dimanfaatkan pemain e-commerce karena terbukti enggak hanya bisa meningkatkan time spent pengguna karena berkaitan erat dengan retensi. Secara umum, klien kami mengatakan cara ini mampu meningkatkan retensi hingga 30%. Retensi buat e-commerce itu penting karena dekat dengan MAU dan GMV. Jadi game itu punya andil kontribusi ke sana.”

Contoh lainnya yang pernah ditangani Agate adalah kebutuhan pelatihan karyawan untuk industri finansial. Dalam perbankan, terdapat aturan bahwa setiap perusahaan harus mengalokasikan dana sebesar 5% untuk mengadakan program pelatihan. Sekarang banyak perbankan yang memanfaatkan budget tersebut untuk membuat e-learning. Solusinya adalah micro learning & game based content.

“Ada solusi yang lebih kompleks lagi, seperti standalone game based learning untuk pelatihan SOP, VR simulation, dan game based assessment banyak kerja sama dengan psychometric expert untuk kebutuhan rekrutmen.”

Vincentius melanjutkan, dalam setiap solusi ini biasanya perusahaan membutuhkan tim expertise dari non engineer untuk penerapan gamifikasi di luar dunia hiburan. Untuk solusi game based assessment, misalnya, Agate membutuhkan expert di bidang psychometric expert untuk menerjemahkan data-data analitik yang sudah dikumpulkan setiap orang saat rekrutment.

“Game itu harus punya unsur adiktif, membuat orang jadi penasaran. Oleh karenanya, konten gamifikasi itu sangat diperhatikan. Biasanya kami banyak berdiskusi dengan best practice-nya, yakni platform owner-nya tersebut, pengamat industri, dan sebagainya,” tutupnya.

Celebrating 2nd Anniversary, Shopee Claims Annualized GMV in Seven Countries Has Reached $5 Billion

Celebrating its 2nd anniversary, Shopee claims to have significant development in 7 markets (Singapore, Malaysia, Taiwan, Thailand, Vietnam, Phillipine and Indonesia), with annualized Gross Merchandise Value (GMV) over $5 billion and 80 million downloads in the areas.

In Indonesia, Shopee which mostly focus on C2C sector, claims to have more than 100 million active listings, over 1 million sellers and brands with 25 million downloads. This number has increased 350% from last year.

Shopee’s determination in Indonesia also showed in various sellers recruitment and community training all across Indonesia. They regularly held Kampus Shopee in 13 cities and reached more than 10 thousands participants.

“We are working to help enterprisers in improving their sales and learn from us in developing online business,” Handika Jahja, Shopee’s Head of Marketing, said to media (11/29).

Furthermore, to accommodate more employees in the first quarter of 2018, Shopee plans on moving their office to unspecified location.

Prepare new plan and feature post-IPO

As an e-commerce under Sea Limited (previously known as Garena), after the last Initial Public Offering (IPO) on New York Stock Exchange, Sea Limited will pour in fresh funding for Shopee. Regarding this plan, Handika said the team is proceeding features and promotions to be launched in Indonesia.

“According to the plan, Shopee will announce the latest plans and features by the end of 2017 directly from Shopee’s CEO Chris Feng,” Jahja said.

“Free Shipping” still apply

Since launched in Indonesia last 2015, most customers are coming from Jakarta and mostly women. A reason behind the increasing number of 50 million Shopee’s customers in last October is free shipping feature.

Whether any other strategies beside free shipping, Jahja said the feature will keep going due to observation of old and new customer’s interest.

“One of the reasons behind new customers and the loyal ones is free shipping and Shopee will continuously using this feature to invite customers,” Jahja concluded.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Rayakan HUT Ke-2, Shopee Klaim “Annualized GMV” di Tujuh Negara Sudah Capai $5 Miliar

Merayakan HUT-nya yang kedua, layanan e-commerce Shopee mengklaim telah mengalami pertumbuhan yang signifikan di 7 pasarnya (Singapura, Malaysia, Taiwan, Thailand, Vietnam, Filipina dan Indonesia), dengan nilai annualized Gross Merchandise Value (GMV) lebih dari $5 miliar  dan telah mendapatkan 80 juta unduhan di seluruh wilayah.

Di Indonesia sendiri, Shopee yang selama ini fokus kepada sektor C2C, mengklaim memiliki lebih dari 100 juta listing aktif, lebih dari 1 juta penjual dan brand, dengan jumlah unduhan aplikasi sebanyak 25 juta kali unduhan. Angka ini meningkat sebesar 350% dibandingkan tahun 2016.

Keseriusan Shopee kepada Indonesia juga ditunjukkan dengan berbagai perekrutan penjual dan pelatihan kepada komunitas penjual di berbagai wilayah Indonesia. Secara rutin Shopee menggelar Kampus Shopee di 13 kota dan menjangkau lebih dari 10 ribu peserta.

“Kami berupaya untuk membantu para pelaku UKM untuk meningkatkan penjualan mereka belajar dari kami bagaimana caranya mengembangkan bisnis secara online,” kata Head of Marketing Shopee Indonesia Handika Jahja kepada media, (29/11).

Selanjutnya, untuk menampung lebih banyak jumlah pegawai Shopee, pada kuartal pertama tahun 2018 mendatang Shopee Indonesia berencana pindah kantor ke lokasi yang belum mau diumumkan ke publik.

Pasca IPO menyiapkan fitur dan rencana baru

Sebagai layanan e-commerce yang berada di bawah naungan Sea Limited (sebelumnya dikenal dengan nama Garena), usai melakukan penawaran saham perdananya atau Initial Public Offering (IPO) di New York Stock Exchange beberapa waktu lalu, Sea Limited bakal menggelontorkan dana segar untuk Shopee. Disinggung tentang rencana tersebut, Handika menyebutkan saat ini pihaknya masih menggodok fitur dan promosi yang akan dihadirkan kepada pelanggan di Indonesia.

“Rencananya akhir tahun 2017 ini akan kami umumkan apa saja rencana serta fitur terbaru dari Shopee yang akan diinformasikan langsung dari CEO Shopee Chris Feng,” kata Handika.

“Gratis ongkos kirim” tetap berlaku

Sejak hadir di Indonesia tahun 2015 lalu pembeli terbanyak Shopee masih berasal dari Jakarta dan didominasi kalangan perempuan. Salah satu alasan mengapa makin meningkatnya jumlah pelanggan Shopee dengan penjualan barang berjumlah 50 juta pada bulan Oktober 2017 lalu adalah fitur gratis ongkir atau ongkos kirim.

Disinggung tentang adanya strategi lain jika kegiatan free ongkir ini dihentikan, Handika mengungkapkan fitur andalan Shopee tersebut akan terus tersedia, melihat minat besar pelanggan lama dan pelanggan baru.

“Salah satu alasan mengapa Shopee banyak mendapatkan pelanggan baru dan memiliki pelanggan lama yang loyal adalah dengan fitur free ongkir ini, untuk selanjutnya fitur ini akan terus Shopee hadirkan untuk menambah jumlah pengguna,” kata Handika.

Application Information Will Show Up Here