Asus ROG Strix Fusion 300 Sajikan Audio 7.1 Berkelas Tanpa Menyebabkan Telinga Berkeringat

Sebelum diadopsi jadi bagian dari keluarga notebook Asus Republic of Gamers, konsumen mengenal Strix sebagai salah satu brand komponen dan aksesori gaming milik Asus – terdiri dari keyboard, mouse sampai kartu grafis dan sound card. Dan dalam meramu headphone high-end barunya, perusahaan hardware asal Taiwan itu mencoba merangkul lebih banyak segmen gamer.

Di akhir minggu lalu, Asus resmi mengumumkan ROG Strix Fusion 300, headphone spesialis gaming pertama dalam seri ROG Strix Fusion. Produsen membekalinya dengan bermacam-macam teknologi eksklusif, sistem surround 7.1, serta desain super-nyaman. Satu hal yang membuat ROG Strix Fusion 300 istimewa ialah kesiapannya menunjang platform game berbeda – dari mulai PC, console, Mac, hingga tablet dan smartphone.

ROG Strix Fusion 300 1

Dan berbicara desain, faktor kenyamanan menjadi perhatian utama di ROG Strix Fusion 300. Meski Anda mengenakannya di waktu lama, Asus berjanji headphone ini tidak akan menyebabkan telinga jadi berkeringat. Rahasianya terdapat pada pemanfaatkan kombinasi bahan ‘kulit-protein’ serta kain berongga untuk melapisi padding demi memaksimalkan sirkulasi udara. Bantalan tersebut dibubuhkan pada earcup over-ear oval, agar kompatibel dengan berbagai bentuk telinga.

ROG Strix Fusion 300 5

Dua unit earcup tersambung oleh sebuah headband. Bagian tersebut turut dilapisi bantalan empuk, lalu panjang-pendeknya bisa disesuaikan. Berdasarkan gambar yang Asus berikan, headphone turut dibekali engselputar  di antara headband dan earcup, sehingga ROG Strix Fusion 300 dapat mengikuti kontur kepala Anda. Bobot headphone ini juga diklaim cukup ringan untuk produk kelas gaming, hanya 360g. Ia tersambung ke perangkat gaming Anda via USB 2.0 atau jack audio 3,5mm.

ROG Strix Fusion 300 3

Produsen menyematkan driver Asus Essense 50mm sebagai jantung dari ROG Strix Fusion 300, mengombinasinya dengan sistem audio surround 7.1 – dapat diaktifkan dengan menekan satu tombol. Perbedaan antara driver Essense dan varian 50mm biasa terletak pada penggunaan cover logam. Kata Asus, bahan ini dipilih untuk meminimalkan distorsi agar output lebih presisi.

ROG Strix Fusion 300 2

Fitur unik lain di ROG Strix Fusion 300 ada pada ruang akustiknya. Headphone memanfaatkan desain audio chamber kedap udara, demi memastikan detail suara tidak hilang dan output terdengar lebih ‘penuh dan kaya’. Dengan begini, ROG Strix Fusion 300 tak hanya cocok dipakai buat menemani Anda ber-gaming, tapi juga untuk menikmati konten hiburan lain seperti film dan musik.

Asus rencananya akan mulai memasarkan ROG Strix Fusion 300 di akhir bulan September ini, dijajakan di harga £ 100 atau kisaran US$ 136.

Via Tech Powerup, Sumber: Asus.

Headphone HyperX Cloud Alpha Gunakan Teknologi ‘Ruang Ganda’ Demi Suguhkan Audio Berkualitas Tinggi

Sub-brand HyperX diperkenalkan Kingston 15 tahun silam untuk menandai produk-produk berperforma tinggi. Pelan-pelan portfolio HyperX meluas. Tadinya hanya terdiri dari memori, belakang mulai bermunculan sejumlah gaming gear di bawah namanya. Kreasi terbaru perusahaan privat asal Amerika itu adalah mouse gaming pertama mereka, HyperX Pulsefire.

Berniat untuk menyempurnakan lineup periferal gaming divisi HyperX, Kingston mengumumkan Cloud Alpha di Gamescom Cologne 2017. HyperX Cloud Alpha adalah headphone speasialis gaming untuk PC dan console, diklaim sebagai produk pertama berteknologi revolusioner bernama dual chamber, menjanjikan ‘output suara berkualtias tinggi yang tak ada duanya’.

HyperX Cloud Alpha 2

Cloud Alpha merupakan headset berdesain overear. Produsen memanfaatkan frame dari bahan aluminium yang ringan dan kuat, siap menangani perlakuan kasar dari gamer. Engsel yang menyambung bagian earcup dan frame membuatnya mudah beradaptasi dengan tipe kepala berbeda. Kedua earcup tersebut tersambung oleh headband berlapis memory foam dan kulit sintetis.

Padding bermaterial serupa bisa Anda temukan di bagian dalam earcup. Kingston merancangnya agar Cloud Alpha tetap terasa ringan dan nyaman saat dikenakan selama berjam-jam. Kabel audio 3,5mm serta bagian mic-nya bisa dilepas, dan tersedia pula modul kendali in-line agar pengaturan volume bisa dilakukan tanpa perlu menghentikan permainan. HyperX Cloud Alpha kompatibel dengan berbagai macam platform game, dari mulai PC, PlayStation 4 (dan versi Pro), Xbox One (juga varian S), Nintendo Switch, hingga Mac dan Android.

HyperX Cloud Alpha 3

Dual chamber sendiri ialah teknik pemisah bass, dan nada mid serta tinggi untuk menghasilkan output suara lebih dinamis; sehingga apapun jenis konten hiburannya – game, film, musik – audio terasa lebih nyata. Sistem ini juga katanya sangat efektif dalam meminimalkan distorsi. Dalam video game, dual chamber kabarnya sangat membantu kita mendeteksi arah datangnya bunyi.

HyperX Cloud Alpha 4

Sebagai ‘jantung’ dari HyperX Cloud Alpha, Kingston membenamkan driver 50-milimeter, lalu memadunya dengan sistem closed-back. Headphone mampu menghidangkan frekuensi dari 13Hz sampai 27.000Hz, kemudian microphone noise cancelling-nya bisa merespons frekuensi 50Hz hingga 18.000Hz. Cloud Alpha juga sudah memperoleh sertifikasi resmi dari Discrod dan TeamSpeak.

Di website, produsen tak ragu mengomparasi HyperX Cloud Alpha dengan beberapa produk rival yang dibanderol di harga serupa. Menurut Kingston, headset mereka lebih unggul dari Logitech G433 dan SteelSeries Arctic 5 berkat pemakaian frame aluminium serta ukuran driver yang lebih besar.

HyperX Cloud Alpha rencananya akan mulai dijual pada tanggal 25 September 2017, dijajakan di harga US$ 100.

Sumber: Business Wire.

Butuh Headset Gaming Tapi Dana Terbatas? CM MasterPulse MH320 Ialah Solusinya

Fungsi-fungsi krusial serta komponen berkualitas yang dibutuhkan gamer membuat harga headset gaming melambung tinggi. Audio dengan bass membahana dan output super-detail, hingga sistem noise cancelling canggih hanyalah sedikit contoh fitur pendongkrak performa permainan. Tak jarang kita harus mengeluarkan uang ratusan dolar buat meminang mereka.

Namun Cooler Master mengerti, tidak semua gamer diberkahi modal yang besar. Produsen komponen PC asal Taipei itu mencoba memberikan solusi atas kendala tersebut. Minggu ini, Cooler Master memperkenalkan MasterPulse MH320, headphone gaming terbaru dan paling terjangkau persembahan perusahaan privat yang mulai bermain di ranah penyediaan gaming gear pada tahun 2008 itu. Dan meski ditawarkan di harga ekonomis, Cooler Master tidak berkompromi soal mutu.

Cooler Master MasterPulse MH320 1

Seperti MSI Immerse GH70, Cooler Master tampaknya juga mengambil inspirasi desain dari SteelSeries Siberia V2. MasterPulse MH320 memanfaatkan tipe headbandself-adjusting‘, terdiri dari dua bagian: struktur keras yang menyambungkan earcup kanan dan kiri, serta strap lentur di bawahnya.

Begitu headphone dikenakan, kombinasi tekanan pada headband dan strap memastikan MasterPulse MH320 mencengkeram kepala dengan mantap. Kemudian engsel di earcup memungkinkannya bergerak cukup bebas, sehingga MH320 bisa tetap pas dengan segala bentuk kepala.

Cooler Master MasterPulse MH320 3

Cooler Master mamanfaatkan konstruksi baja agar MH320 tahan banting, dan selanjutnya, produsen mencantumkan bantalan empuk berlapis kulit sintetis lembut – menjanjikan kenyamanan tinggi meski Anda memakainya dalam waktu lama. Bagian mic-nya sendiri tidak bisa dimasukkan ke dalam earcup seperti Siberia V2, tapi posisi lengannya dapat dinaik-turunkan serta ditekuk.

Earcup mengusung jenis closed-back agar user bisa lebih fokus bermain. Pad di sana juga berfungsi sebagai sistem noise cancelling pasif. Di dalamnya, MasterPulse MH320 menyimpan driver 40-milimeter, dapat menyuguhkan audio di rentang frekuensi 20 hingga 20.000Hz. Selanjutnya, produsen membekali boom microphone dengan kemampuan meminimalkan suara-suara eksternal. Mic tersebut bisa merespons input berfrekuensi 100 sampai 10,000Hz.

Cooler Master MasterPulse MH320 2

MasterPulse MH320 tersambung ke perangkat gaming Anda via kabel audio 3,5-milimeter sepanjang 2,1-meter, dan siap mendukung segala jenis platform permainan. Di kabel tersebut, Anda dapat menemukan modul kecil yang dibekali dial serta switch untuk mengatur volume dan menyala-matikan microphone (sayang sekali tidak ada fitur mute otomatis ketika mic diangkat ke atas).

Rencananya, Cooler Master akan meluncurkan MasterPulse MH320 mulai akhir bulan Agustus ini. Harganya sangat terjangkau, headphone cuma dibanderol US$ 40.

Sumber: Cooler Master.

Roccat Khan Pro Ialah Gaming Headphone Berstandar Hi-Res Audio Pertama di Dunia

Kurang lebih dua tahun terakhir, high resolution audio tiba di segmen mainstream. HRA menyuguhkan output tidak terkompresi – biasa berfrekuensi 96kHz atau 192kHz di 24-bit – dan belakangan, teknologi ini mulai hadir di notebook-notebook gaming high-end. Saat hardware utamanya sudah siap, kini kita tinggal menunggu dukungan dari produsen-produsen gaming gear.

Standar hi-res memang melekat pada produk-produk premium. Menariknya, Roccat punya pendekatan berbeda dalam meramu perangkat baru mereka. Minggu lalu, perusahaan gaming gear asal Jerman itu memperkenalkan Khan Pro, headphone stereo kelas eSport bersertifikasi high resolution audio pertama di dunia (memperoleh pengakuan dari Consumer Technology Association) yang dijajakan di harga terjangkau.

Roccat Khan Pro adalah headphone over-ear, memiliki earcup oval, tersambung ke headband adjustable yang menyimpan slider stainless steel. Tubuh headset terbuat dari material plastik pilihan – kuat serta ringan – dan bobot totalnya hanya 230-gram. Roccat juga membubuhkan rangkaian engsel sehingga beberapa bagian Khan Pro dapat bergerak bebas (hingga 95 derajat). Hal ini dimaksudkan agar headphone mendukung berbagai macam bentuk kepala.

Demi memastikan gamer tetap merasa nyaman, Roccat memanfaatkan memory foam di bantalan telinga dan headband. Kelengkapan lainnya juga dihadirkan simpel dan mudah digunakan: lengan mic tersambung ke earcup kiri, akan mute secara otomatis begitu Anda angkat ke atas; lalu di area belakangnya, Anda bisa menemukan dial pengaturan volume. Khan Pro dapat tersambung ke PC, PS4, Xbox One dan perangkat mobile via kabel dengan colokan 3,5mm.

Roccat Khan Pro 2

Sertifikasi hi-res audio sendiri menjanjikan nada-nada ‘tinggi, menengah dan rendah yang kaya’ sehingga Anda bisa mudah mengetahui lokasi lawan secara akurat. Khan Pro juga didukung driverhigh speed‘ demi memastikan tak ada keterlambatan pada output, lalu dibantu pula oleh solusi noise cancelling pasif buat membungkam suara-suara di luar yang berpeluang mengganggu Anda.

Roccat Khan Pro 3

Khan Pro menyajikan frekuensi suara dari 20Hz ke 40kHz melalui driver berukuran 50-milimeter di dalam. Kabarnya, microphone di sana dapat menangkap frekuensi 100Hz sampai 10kHz, membuat percakapan jarak jauh terdengar jernih dan natural karena selangkah mendekati spektrum suara manusia.

Roccat Khan Pro 1

Roccat rencananya akan mulai memasarkan Khan Pro di bulan Oktober 2017 nanti. Produsen menyediakan tiga pilihan warna, yakni hitam, putih serta abu-abu; dan Anda bisa memilikinya tanpa harus mengeluarkan uang terlalu banyak, hanya US$ 100.

Sumber: Roccat.org.

Headphone Gaming Flagship Razer Baru Ini Buat Medan Tempur Digital Terasa Nyata

Dengan mengedepankan aspek kenyamanan dan desain, Razer memperkenalkan headphone Tiamat 7.1 di tahun 2012. Setelah mencobanya, komentar para reviewer terdengar senada: untuk produk yang dijajakan di harga tinggi, kualitas suaranya masih bisa ditingkatkan lagi. Mungkin itulah hal yang memotivasi Razer memperkenalkan penerusnya lima tahun kemudian.

Pada tanggal 25 Juli 2017 kemarin, produsen gaming gear yang dinahkodai CEO Min-Liang Tan itu memperkenalkan inkarnasi terbaru dari headphone kelas flagship mereka. Razer menamainya Tiamat 7.1 V2. Lewat produk premium ini, mereka menjanjikan pengalaman audio surround 7.1 berbekal tak kurang dari 10 driver untuk membawa Anda masuk ke dunia virtual lebih jauh lagi.

Razer Tiamat 7.1 V2 3

Razer Tiamat 7.1 V2 memiliki penampilan hampir identik seperti pendahulunya. Earcup mengusung desain persegi yang ergonomis, dimaksudkan agar dapat merangkul seluruh permukaan telinga. Sekali lagi, kenyamanan jadi perhatian utama Razer. Pertama, produsen memanfaatkan headband lentur sekunder ala SteelSeries Siberia V2 agar headset lebih fleksibel sekaligus memastikan distribusi tekanan ke kepala lebih merata. Kedua, Razer menggunakan bantalan empuk berlapis kulit sintetis, berguna pula buat mengisolasi suara.

Razer Tiamat 7.1 V2 2

Earcup mempunyai jendela transparan, dan dari sana, Anda bisa melihat bagaimana Razer menjejalkan lima buah driver di masing-masing bagian demi menghidangkan soundstage yang lebih baik. Setup-nya terdiri dari subwoofer 40mm, dua driver depan 30mm, serta driver tengah dan belakang sebesar 20mm. Buat menonjolkan setup tersebut secara visual, Razer mengintegrasikan sistem pencahayaan Chroma ke bagian dalam earcup, dan mempersilakan Anda mengustomisasinya dengan pilihan 16,8 juta warna.

Razer Tiamat 7.1 V2 4

Driver-driver itu bekerja secara kompak sehingga pengguna bisa benar-benar tahu secara akurat dari mana arah datangnya suara – sangat membantu dalam pertandingan kompetitif. Razer tak lupa menyediakan Audio Control Unit versi baru. Modul terpisah ini dirancang buat memudahkan pengaturan volume dan memilih mode output – 7.1 atau stereo. Audio Contro Unit juga dibekali fitur pass-through, memungkinkan kita men-switch setup dari headset ke speaker eksternal via satu sentuhan pada tombol.

Razer Tiamat 7.1 V2 1

Gamer saat ini sangat mengandalkan audio untuk mendeteksi posisi. Mendengar arah langkah kaki dan suara tembakan sangat krusial bagi kemenangan,” kata Min-Liang Tan di rilis pers. “Berkat kehadiran lima driver di masing-masing earcup, Razer Tiamat 7.1 V2 mampu menunjukkan sumber suara secara akurat, sangat berguna dalam pertandingan FPS atau ketika Anda hanya ingin sekedar menikmati soundstage masif dalam permainan.”

Razer Tiamat 7.1 sudah mulai dijual di Razer Store, dibanderol di harga US$ 200.

Sumber: RazerZone.com.

Setelah Diperkenalkan di CES 2017, MSI Akhirnya Resmi Luncurkan Headset Gaming Immerse GH70

Presentasi MSI di CES 2017 yang diwarnai dengan pengenalan sejumlah gaming gear ialah hal unik. Dahulu, MSI hanya menyiapkan periferal sebagai pelengkap bundel. Tapi walaupun device-device baru tersebut cukup menjanjikan, MSI tak buru-buru meluncurkannya. Mouse gaming  Clutch GM70 dan GM60 dilepas lima bulan setelah penyingkapan perdananya, lalu Immerse GH70 baru menyusul di bulan ini.

Di tanggal 13 Juli 2017 kemarin, sang produsen hardware gaming asal Taiwan itu resmi meluncurkan headphone MSI Immerse GH70. Headset tersebut sejauh ini merupakan produk audio paling high-end racikan MSI, dan tak heran jika tim desainer mencoba memastikannya tampil menarik dan bisa diintegrasikan dengan gaming notebook kesayangan Anda, sekaligus memampatkan segala macam teknologi canggih di dalam.

MSI Immerse GH70 2

Desain Immerse GH70 mungkin segera mengingatkan Anda pada headset populer buatan SteelSeries. Hal ini mungkin tidak mengherankan mengingat kedua perusahaan sudah lama melakukan kolaborasi, terutama dalam menggarap keyboard di laptop gaming MSI.

MSI Immerse GH70 3

Seperti Siberia V2, Immerse GH70 mengusung headband dua bagian dipadu headband sekunder lentur di bawahnya. Lewat metode ini, headphone jadi lebih fleksibel dan tekanan ke kepala terdistribusi secara merata. MSI memanfaatkan earcup empuk yang mudah digonta-ganti – tersedia opsi berbahan kain atau kulit. Microphone-nya juga lentur, dapat dikeluar-masukkan ke dalam housing, dan Anda bisa menyesuaikan kelengkungan mic dengan mudah.

MSI Immerse GH70 1

Agar penampilannya lebih menarik, MSI turut membubuhkan sistem pencahayaan RGB Mystic Light pada bagian eksternal earcup. Via software companion di PC, Anda dipersilakan memilih jutaan warna, atau memanfaatkan fitur Mystic Light Sync sehingga efek cahayanya bisa dibuat serasi seperti warna RGB di komponen (motherboard misalnya) serta periferal lain.

MSI Immerse GH70 4

Immerse GH70 menyajikan audio surround 7.1, dipersenjatai unit driver 50-milimeter bersertifikasi audio Hi-Res. Sertifikasi tersebut susah-susah MSI peroleh demi memberikan gamer keunggulan dibanding lawan mainnya karena berkat penyajian suara yang detail, kita dapat tahu arah datang musuh bahkan sebelum melihatnya. Sistem 7.1 memungkinkan user mendengar suara dari tujuh penjuru, dibantu satu subwoofer.

Proses setting dan utak-atik efek suara bisa dilakukan lebih lanjut via software MSI Gaming Center. Kemudian headset juga memiliki modul kendali buat menyala-matikan fitur 7.1, mengatur volume, serta menonaktifkan mic.

Immerse GH70 kabarnya sudah mulai tersedia di toko-toko retail mulai bulan Juli 2017. Untuk sementara ini, MSI belum memberi informasi soal harganya.

Sumber: MSI.

Diskusi Mengenai Cara Tepat Memilih Gaming Gear Bersama Corsair, Nixia dan Inigame

Dalam beberapa tahun ke belakang, ranah penyediaan gaming gear tumbuh sangat pesat. Selain nama-nama terkenal di industri, banyak perusahaan hardware memutuskan untuk ikut berpartisipasi. Salah satu faktor pendorongnya adalah naik daunnya eSport. Dan saat ini, permintaan terhadap periferal yang andal, akurat, serta nyaman sangat tinggi.

Tentu bukan hanya gamer profesional saja yang membutuhkan gaming gear. Gamer di semua platform berhak mendapatkan aksesori berkualitas, dan prangkat-perangkat itu akan sangat membantu saat mereka menikmati permainan multiplayer. Tak cuma memberikan superioritas, aksesori seperti headset gaming juga sangat membantu proses komunikasi. Hal inilah yang mendorong DailySocial mengadakan bincang-bincang bersama para pakar buat membahas gaming gear lebih jauh.

DSGarage Corsair 7

Di acara DSGarage pertama, DailySocial mengundang Bambang Tirtawijaya dari Corsair Indonesia, Monica ‘Nixia’ Carolina dari tim NXA Ladies, dan Alvin Joseph Muliaba dari Inigame untuk berdiskusi mengenai ‘cara tepat memilih gaming gear buat permainan online.

Screen Shot 2017-06-05 at 12.44.52 PM

 

Diskusi dimulai oleh penjelasan Alvin mengenai apa yang dimaksud dengan gaming gear. Perbedaan dasar antara aksesori gaming dan varian multimedia biasa adalah, device dari awal dirancang buat menunjang kegiatan gaming – meliputi komposisi hardware di dalam, fitur, penampilan tubuh, hingga proses riset dan pengembangan yang dilakukan produsen.

DSGarage Corsair 4

Semua hal tersebut repot-repot dilakukan untuk memberikan pemain keunggulan dari lawan – baik komputer ataupun sesama gamer. Melihat dari fungsi dasarnya, mouse gaming jauh lebih presisi dibanding mouse standar, headphone mampu menyajikan detail dan nyaman dikenakan di waktu lama, lalu keyboard gaming ber-switch mekanik tak hanya responsif, tapi juga lebih tahan terhadap perlakuan agresif para gamer.

Screen Shot 2017-06-05 at 12.31.30 PM

 

Untuk menentukan periferal yang tepat, kita tinggal menanyakan pada diri sendiri: game seperti apa yang kita sukai? Dari sana, proses penentuannya jadi lebih mudah, apalagi para produsen hardware sudah menyiapkan banyak pilihan.

Screen Shot 2017-06-05 at 12.42.47 PM

Perlu diketahui bahwa karakteristik device tiap device berbeda-beda. Misalnya untuk MOBA, mouse gaming biasanya dilengkapi fitur macro dan banyak tombol; sedangkan buat shooter, keakuratan sensor dan respons dari tombol dan scroll wheel sangatlah krusial. Kemudian, gamer FPS juga akan memperoleh keuntungan dari penggunaan keyboard dengan switch mekanik yang ringan ber-profile linear – misalnya MX Red, MX Speed dan MX Brown.

DSGarage Corsair 3

Kita mungkin juga sering mendengar istilah ‘ada harga ada kualitas’. Hal ini memang tidak bisa dibantahkan, tapi tak berarti hanya produk-produk mahal saja yang patut dibeli. Menurut para narasumber, takaran utama saat membeli aksesori gaming adalah modal Anda sendiri. Tiap brand punya produk terbaik di masing-masing tingkatan harga, dan untuk menemukan varian yang tepat, beberapa hal bisa Anda lakukan:

  • Membaca review dari media besar dan juga ulasan pengguna.
  • Berpartisipasi dalam diskusi di forum, dan meminta saran dari mereka yang lebih berpengalaman.
  • Lebih sederhana lagi: tanya pendapat teman Anda.
  • Setelah semua hal itu dilakukan, Anda tetap dianjurkan untuk datang ke toko dan mencoba produk-produk tersebut secara langsung. Alasannya, karakteristik pemakaian tiap orang berbeda-beda.

Misalnya pada mouse, gaya grip user tidak sama. Ada yang menggunakan gaya palm (hampir semua bagian telapak tangan memegang mouse), claw (seperti postur mencakar) dan tip (cuma ujung jari yang menyentuh mouse). Lalu buat headphone, umumnya gamer menyukai tipe over-ear. Tapi pikirkan juga faktor-faktor ini: bagaimana dengan sistem sirkulasi udaranya? Apakah lapisan padding-nya membuat suhu telinga jadi cepat naik? Lalu, nyamankah jika dipakai bersama kacamata?

DSGarage Corsair 6

Tiap periferal juga mempunyai hubungan tidak langsung. Contoh kecilnya: keyboard tenkeyless memberikan ruang gerak mouse lebih luas, artinya Anda bisa memilih mouse mat berdimensi lebar.

DSGarage Corsair 8

Pada narasumber, saya juga sempat bertanya apakah tingkat DPI tinggi membuat mouse jadi lebih baik? Angka DPI tinggi tentu saja tidaklah buruk, namun agar bekerja optimal, mouse membutuhkan sistem sensor yang tak kalah canggih – misalnya memastikan ia bisa membaca titik satu per delapan pixel. Masalahnya, mayoritas mouse gaming (terutama tipe laser) masih memanfaatkan tipe sensor yang terbilang lawas. Jika teknologi sensor dan ukuran DPI timpang, kinerja perangkat malah jadi buruk.

Screen Shot 2017-06-05 at 12.33.43 PM

 

Angka besar untuk menunjukkan kecanggihan tak cuma digunakan di gaming gear. Hal serupa umumnya kita temui pada ukuran megapixel kamera ponsel atau DSLR. Mendekati penghujung acara diskusi, para narasumber menekankan agar kita sebaiknya lebih bijak dan jangan mudah tergoda dengan jumlah angka besar atau istilah-istilah marketing lain.

Screen Shot 2017-06-05 at 12.31.00 PM

Contoh: sebutan switch ‘semi-mechanical‘ di keyboard garapan merek terkenal. Alvin menjelaskan, buat sekarang hanya ada dua tipe keyboard: dengan membran silikon dan switch mekanik di dalam. Meski keyboard memberikan resistensi atau sensasi clicky ala switch mekanik, jika perangkat masih memanfaatkan membran, maka ia tetaplah keyboard membran.

Screen Shot 2017-06-05 at 12.41.44 PM

Terima kasih pada tim Corsair Indonesia, Nixia dan Alvin Joseph Muliaba dari Inigame.

[Review] Headset Sennheiser GSP 300, Pilihan Gamer yang Mengutamakan Performa Ketimbang Rupa

Ranah gaming yang kian populer dan memperoleh banyak perhatian terlalu menarik untuk diabaikan. Kini semakin banyak produsen consumer electronic dari berbagai bidang turut berkecimpung di sana, termasuk perusahaan spesialis audio asal Jerman, Sennheiser. Sudah lama mereka berkompetisi dalam penyediaan gaming gear dengan brand-brand terkenal.

Diperkenalkan perdana di acara Gamescom 2016, Gaming Series GSP 300 adalah salah satu headset gaming terbaru Sennheiser. Sang produsen bilang mereka meraciknya sedemikan rupa agar dapat menyuguhkan depth of field mendetail serta bas membahana. Selain itu, GSP 300 juga didesain agar nyaman dikenakan di waktu lama, ringan, serta mudah didesesuaikan ke beragam tipe kepala. Ketika GSP 350 dikhususkan untuk gamer di PC, GSP 300 siap mendukung para console gamer berkat konektivitas fisik berupa colokan 3,5mm.

GSP 300 20

Beberapa minggu lalu, saya diberi kesempatan oleh Sennheiser untuk mencoba sendiri performa GSP 300. Berpedoman pada temanya, mayoritas waktu saya habiskan bersama headphone buat ber-gaming. Dan lewat artikel ulasan ini, saya bermaksud mengungkapkan pengalaman selama memakainya. Ayo silakan disimak.

Design

Perangkat-perangkat untuk gaming umumnya terkenal dengan desain yang ‘berlebihan’. Kadang hal itu membuat kita berpikir, apakah arahan tersebut sebetulnya benar-benar bermanfaat atau diusung hanya supaya terlihat menarik atau sekedar gimmick? Konsep Sennheiser GSP 300 cukup bertolak belakang dengan produk-produk rivalnya. Walaupun lekukan-lekukan khas gaming gear bisa Anda temukan di tubuhnya, kesan simpel tetap sangat menonjol di sana.

GSP 300 2

Tubuh GSP 300 tersusun dari material plastik, dan ini alasannya headphone terasa ringan saat dikenakan, bobotnya hanya sekitar 290-gram. Menariknya, material tersebut tidak membuatnya tampak murahan berkat sambungan-sambungan yang rapi dan penggunaan warna plastik berbeda – kombinasi hitam dan abu-abu gelap. Selanjutnya, permukaan matte mempertegas kesan profesional, sekaligus bisa meminimalisir baretan akibat benturan.

GSP 300 18

GSP 300 18

GSP 300 memiliki rancangan identik dengan varian GSP 350 di mana earcup over-ear-nya menyelubungi seluruh permukaan telinga. Perbedaan keduanya hanya terletak pada warna striping di mic, di area dalam earcup dan bantalan di headband. GSP 300 dibumbui warna biru, sedangkan GSP 350 berwarna merah. Tak seperti SteelSeries atau Razer, Sennheiser tidak menyediakan pilihan warna lain.

GSP 300 17

GSP 300 16

Saya pribadi cukup menyukai penampilan ergonomis Sennheiser GSP 300. Ia tidak memiliki sudut yang terlampau tajam, dan semua komponen di sana punya fungsi. Ukuran headband bisa Anda panjangkan dengan menarik earcup, kemudian silakan tarik lengan boom mic ke bawah ketika ingin berkomunikasi dengan rekan tim dan kembalikan lagi ke atas buat menyalakan fungsi mute, lalu Anda juga dapat mengatur volume dengan memutar kenop di area bawah earcup kanan.

GSP 300 12

Headphone tidak mempunyai pencahayaan LED, namun saya rasa, gamer pro tidak membutuhkan warna-warni lampu LED sewaktu mereka sedang sibuk membidikkan crosshair ke wajah musuh dari tempat berlindung.

GSP 300 6

GSP 300 5

Kendala yang saya temui pada desain ada pada penyajian kabelnya. Kabel 2,5-meter di sana memang cukup panjang sehingga Anda leluasa dalam bergerak, tapi bagian ini tidak bisa dilepas. Kabel juga hanya berlapis karet dan bahannya lembut; jadi Anda harus memberikan perhatian ekstra saat memakai ataupun membawa headphone, serta pastikan kabel tidak terinjak atau tersangkut roda kursi gaming/kerja Anda.

Comfort

Sennheiser GSP 300 telah menemani saya menikmati Titanfall 2, Ghost Recon Wildlands dan Mass Effect: Andromeda, dan sejauh ini, headset mampu menunaikan tugasnya dengan sangat baik. Di beberapa kesempatan, saya memakainya selama kurang lebih 12 jam non-stop (bermain, bekerja, dan kembali bermain). GSP 300 tidak membebani dan menekan kepala secara berlebihan, tapi tetap bisa mencengkeram mantap – walaupun gerakan menggeleng cepat dapat membuatnya terlepas.

GSP 300 3

Rahasia mengapa GSP 300 tidak membebani kepala terletak pada penggunaan konstruksi split di headband. Bukannya memanfaatkan satu struktur melengkung, headband GSP 300 terbelah di tengahnya. Hal ini dimaksudkan buat menyebar titik tumpu di atas kepala, lalu tekanan diminimalisir lagi dengan bantalan berisi memory foam. Sewaktu dipakai, headphone seolah-olah hanya menempel di sisi atas kepala saya.

GSP 300 4

GSP 300 13

Bahan memory foam serupa Sennheiser gunakan mengisi pad di earcup. Namun bukan kain biru, bantalan tersebut berlapis kulit sintetis. Material ini sangat lembut, dan lebih kuat terhadap keringat dari kulit asli. Faktor sirkulasi udaranya cukup baik, namun di ruang tanpa pendingin, telinga yang tertutup rapat tentu lama-kelamaan terasa panas.

GSP 300 15

Tekanan earcup di kepala terdistribusi dengan baik, dan tidak ada area yang menekan terlalu keras. Sedikit adaptasi dibutuhkan khusus bagi para gamer berkacamata karena bagian tangkai awalnya akan mengganjal. Namun karena GSP 300 mempunyai padding memory foam, ia akan mengikuti konturnya setelah dikenakan beberapa saat.

GSP 300 9

GSP 300 11

Terlepas dari kekurangan di kabel, saya mengapresiasi keputusan Sennheiser buat membenamkan modul kendali volume ke headphone – tidak terpisah seperti SteelSeries Siberia V2. Dengan begini, setting suara jadi lebih mudah dan kabel tak gampang tersangkut.

Audio performance

Ada banyak headphone gaming ditawarkan lebih murah dari produk Sennheiser ini, tapi soal kualitas suara, rasio performa dan harga GSP 300 ialah salah satu yang terbaik di kelas gaming. Sesuai janji mereka, nada-nada rendah tersaji ciamik. Bass terdengar tajam, padahal awalnya saya khawatir fokus pada kekuatan bass menyebabkannya jadi kehilangan detail.

GSP 300 1

Berkatnya, audio terdengar kaya, entah itu suara hantaman artileri serta proyektil senapan mesin helikopter yang mendarat di tanah dalam Ghost Recon Wildlands, hingga gemuruh anomali badai ion dan momen ketika peluru Concussive Shot mengenai badan musuh di Mass Effect: Andromeda.

GSP 300 24

GSP 300 23

Buat permainan yang lebih kompetitif seperti Titanfall 2, tentu saja Sennheiser GSP 300 sangat membantu. Detailnya memungkinkan saya membedakan suara lari AI dan pilot lawan, sehingga mereka tidak bisa seenaknya mengendap dan menyerang dari belakang. Derap langkah kaki titan juga terasa lebih meyakinkan (dan mengerikan, terutama saat Anda sedang diburu oleh Ronin musuh).

GSP 300 25

Ada sedikit kompresi di nada-nada menengah yang memengaruhi suara vokal, lalu sejumlah rincian di nada tinggi juga tidak muncul. Tapi secara keseluruhan, hal ini bukanlah masalah besar karena GSP 300 memang dispesialisasikan buat menunjang kegiatan gaming, bukan untuk menangani musik-musik akustik dengan format lossless. GSP 300 tidak mempunyai kemampuan active noise cancelling, tapi struktur earcup tertutup berperan sebagai solusi pasif dan sangat efektif membungkam bunyi-bunyian eksternal.

GSP 300 22

Berkaitan dengan Titanfall 2, aspek soundstaging merupakan salah satu senjata andalan GSP 300. Faktor ini memungkinkan headphone menyajikan arah datang bunyi secara akurat, sangat menguntungkan sewaktu Anda menggunakannya di permainan-permainan multiplayer yang menuntut akurasi. Umumnya, perhatian seksama terhadap soundstaging baru ditemukan di headphone-headphone premium.

GSP 300 10

Lalu bagaimana soal mutu penyuguhan musik? Bagi saya, kinerjanya boleh dibilang setara dengan headset reguler di kisaran satu jutaan. Output tidak sejernih produk mainstream Sennheiser, tapi kekurangan itu diisi dengan aspek depth tadi.

Mic

Komunikasi adalah hal penting dalam ber-gaming, dan dengan gembira saya menyatakan bahwa performa boom microphone GSP 300 sesuai ekspektasi. Mic menyimpan fitur noise cancelling untuk menyaring suara-suara yang tidak Anda inginkan, sehingga mereka tidak didengar oleh lawan bicara – misalnya bunyi kipas atau ketikan keyboard mekanik.

GSP 300 7

GSP 300 8

Ukuran lengan mic berpotensi menjadi masalah. Saya mengerti jika Sennheiser meminimalisir panjangnya agar tidak mengganggu, namun hal tersebut juga menyebabkan perkataan Anda lebih sulit tertangkap, apalagi microphone hanya bergerak di satu poros dan tidak bisa ditekuk agar mendekati mulut.

Verdict

Berdasarkan bayangan saya pribadi, Sennhesier GSP 300 adalah headphone gaming ideal bagi mereka yang jauh mementingkan fungsi dibanding rupa, yang menginginkan keunggulan dalam berkompetisi, kenyamanan, serta konsumen yang rela mengorbankan uang sedikit lebih mahal demi memperoleh performa teroptimal di kelasnya. Headphone juga kompatibel ke berbagai platform game: PC, Xbox, PlayStation bahkan perangkat mobile.

GSP 300 juga cukup fleksibel untuk menghidangkan konten hiburan non-game, meski jika ditakar dengan faktor tersebut, ia tidak sebaik produk yang dikhususkan buat musik atau film. Andai performa penyajian musiknya lebih baik lagi, saya tidak keberatan untuk merekomendasikan headphone ini ke semua orang.

Kendalanya, di Indonesia penawaran kompetitor terlihat lebih menggoda – harga mereka lebih murah, rancangan ‘ala gaming-nya’ mencolok, lalu headphone sudah dilengkapi kelap-kelip LED.

Sennheiser Gaming Series GSP 300 dijual di harga Rp 1,66 juta.

Pakai Headset Booster One, Maka Anda Bisa Mengendalikan Game dengan Gerakan Kepala

Apa saja kriteria Anda untuk sebuah gaming headset berkualitas? Nyaman dipakai dalam durasi lama? Kualitas suara surround yang baik? Mikrofon yang dapat menyajikan suara dengan jernih? Apapun yang Anda prioritaskan, headset bernama Booster One ini akan mengubah pandangan Anda akan sebuah gaming headset.

Hal ini disebabkan oleh kemampuan Booster One untuk merangkap tugas sebagai controller tambahan. Ya, selain menggunakan keyboard dan mouse, Anda juga bisa mengendalikan sejumlah aspek dalam permainan menggunakan headset ini, dan caranya hanyalah sesederhana menggerakkan kepala.

Rahasianya terletak pada integrasi accelerometer dan gyroscope dalam Booster One yang memungkinkan headset untuk membaca gerakan kepala pengguna. Contoh penggunaannya, misal dalam game Dota 2, Anda bisa menggerakkan kepala ke atas, bawah, kiri atau kanan untuk menggeser tampilan layar alias scrolling.  Berikut demonstrasi yang dilakukan oleh atlet Dota profesional, XBOCT.

Di game FPS seperti CS:GO, pengguna dapat menolehkan kepalanya sedikit ke kanan untuk mengganti senjata, atau ke kiri untuk reload. Semuanya bisa diatur melalui software pendamping Booster One, dimana pengguna bisa dengan mudah mengaktifkan profil yang berbeda untuk tiap-tiap game.

Booster One datang bersama sebuah control unit sekaligus mikrofon noise cancelling yang bisa digunakan untuk mengatur volume, warna cahaya LED maupun sensitivitas gyroscope pada Booster One. Mengingat koneksinya mengandalkan kabel, pihak pengembang Booster One mengklaim tidak akan ada delay dalam membaca gerakan kepala pengguna dan menerjemahkannya sebagai input dalam game.

Selebihnya, Booster One merupakan gaming headset dengan desain serba aluminium yang cukup ergonomis. Headband-nya yang terbuat dari stainless steel mengadopsi gaya split yang bisa disesuaikan untuk mengakomodasi berbagai ukuran dan bentuk kepala sekaligus meningkatkan kenyamanan pengguna.

Booster One saat ini ditawarkan melalui kampanye crowdfunding di Kickstarter seharga $199 selama masa early bird – harga retail-nya $359. Tahap produksi diperkirakan akan dimulai pada bulan Desember, dan harapannya produk dapat didistribusikan kepada konsumen mulai Agustus 2017.

Sennheiser Perkenalkan Headset dan Sepasang Amplifier Baru Untuk Gamer Pro

Potensi gaming yang menggiurkan berhasil menggoda sejumlah nama tersohor di bidang audio untuk turut berkecimpung. Sennheiser sendiri bukanlah pemain baru di sana, berbekal pengalaman puluhan tahun, tak butuh waktu lama bagi mereka buat menyaingi brand-brand gaming populer. Dan Senheisser baru saja memperkuat lini tersebut dengan tiga device baru.

Di acara Gamescom 2016 minggu lalu, perusahaan perangkat audio asal Jerman itu memperkenalkan headphone bernama GSP 300 dan dua amplifier, GSX 1000 serta GSX 1200 Pro. Meski ditargetkan buat gamer, tidak mengherankan jika mereka turut menarik perhatian konsumen audio secara umum. Alasannya, device-device ini merupakan produk pertama yang ditopang algoritma Sennheiser 7.1.

Sennheiser GSP 300

Headphone ini diracik buat menyuguhkan depth of field detail serta bass membahana demi memastikan pengalaman gaming yang lebih realistis. Bagian ear cup dan extender dicengkram oleh engsel bulat, sehingga pengguna bisa mudah menyesuaikannya dengan kepala mereka. Device dibekali bantalan memory foam – selain membuat GSP 300 nyaman dikenakan, bahan ini juga efektif untuk mengisolasi suara. Headband mengusung wujud ‘split‘ demi meminimalisir tekanan ke bagian atas kepala Anda.

Sennheiser GSP 300 1

GSP 300 turut dilengkapi teknologi noise-cancelling di boom mic-nya, membantu mengurangi gangguan dari bunyi-bunyian di sekitar Anda. Bagian ini juga dirancang lebih pendek agar suara nafas tidak tertangkap microphone. Untuk mengaktifkan mute, cukup tarik mic ke atas.

Headset mewakilkan sebuah era baru dan juga sebuah cara memperlihatkan komitmen kami di bidang gaming,” kata product manager gaming Sennheiser Andreas Jessen. “Filosofi produk kami ialah berkonsentrasi buat mendukung gamer, mengombinasikan desain tangguh dengan fitur dan performa yang konsumen harapkan dari headset Sennheiser.”

Sennheiser GSX 1000 & GSX 1200 Pro

Dalam meramu kedua amplifier ini, Sennheiser mencoba menawarkan audio kelas profesional pada gamer. Perangkat dibuat agar ergonomis, ditopang bermacam-macam software dan hardware khusus, dari mulai sistem surround sound anyar sampai metode agar sistem kendali device tidak memecah konsentrasi Anda. Sesuai namanya, tipe GSX 1200 Pro sendiri tujukan bagi para atlet eSport.

Sennheiser GSX 1200

Kedua amplifier ditenagai chip digitalto-analog converter (DAC) yang tidak memerlukan driver tambahan. Beberapa elemen audio di kendaraan turut digunakan di sana, misalnya penempatan bagian display agar mudah dilihat, serta pemakaian panel touch LED berwarna merah di latar belakang hitam, dikelilingi kenop volume. Saat tidak dipakai, layar secara otomatis akan berubah lebih redup.

Sennheiser GSX 1200 1

Ketiga produk akan mulai tersedia di akhir bulan September 2016. Daftar harganya dapat Anda lihat di bawah:

  • Sennheiser GSP 300 – US$ 100
  • Sennheiser GSX 1000 – US$ 230
  • Sennheiser GSX 1200 Pro – US$ 250

Sumber: press release & Sennheiser.