Bersama AKG Games, Blizzard Entertainment Turun Tangan Kembangkan Komunitas di Indonesia

Tahun 2019 sepertinya menjadi momentum terbesar bagi esports di Indonesia. Salah satu momentum tersebut adalah meledaknya esports untuk perangkat bergerak, yang segera menyedot perhatian para pelaku bisnis di Indonesia. Tak ragu, kini para pelaku bisnis di Indonesia pun memulai ekspansinya membesarkan industri game dan esports di Indonesia. Setelah beberapa hari lalu ada Supercell hadir di Indonesia dengan kolaborasi bersama LINE, kini ada Blizzard yang hadir di Indonesia lewat kolaborasinya dengan AKG Games.

AKG Games sendiri merupakan games publisher yang berada di bawah naungan dari Salim Group, perusahaan konglomerat yang menaungi perusahaan seperti Indofood di bidang FMCG, Indomaret untuk sektor ritel, dan lain sebagainya. Dalam sebuah sesi konfrensi pers yang diselenggarakan di CGV Grand Indonesia pada 12 September 2019 ini, kedua belah pihak menjelaskan bahwa mereka sedang mempersiapkan berbagai aktivitas dan kegiatan berskala nasional baik secara online ataupun offline.

Sumber: Rilis Resmi
Sumber: Press Release

Dalam sesi talk show, Blizzard yang diwakili oleh Paul Chen, Managing Director regional Taiwan/SEA dan AKG Games yang diwakili oleh Adrian Lim, selaku Director AKG Games membahas soal ini. Game yang menjadi fokus dalam kerjasama ini adalah Overwatch dan Hearthstone.

Terkait strategi, baik Adrian ataupun Paul keduanya menjelaskan bahwa strateginya adalah dengan fokus kepada komunitas terlebih dahulu. “Saat ini sendiri 40 juta pemain Overwatch dan 100 juta pemain Hearthstone secara global. Lewat kerjasama ini kami ingin mengembangkan komunitas di Indonesia, meningkatkan pengalaman bermain mereka, dan membangun perkembangannya mulai dari tingkat grassroot.” Paul Chen menjelaskan.

Dalam hal membangun perkembangan komunitas suatu game, Blizzard sendiri sebenarnya punya strategi menarik yang diterapkan di Korea Selatan sana. Jadi alih-alih harus membeli game-nya, gamers di Korea Selatan bisa memainkan Overwatch secara gratis hanya dengan membayar “billing” iCafe saja.

Mengingat iCafe di Indonesia yang masih jadi salah satu cara gamers mengakses game di PC, ini tentu bisa jadi strategi menarik untuk diterapkan di Indonesia juga bukan? Terkait hal ini Adrian menyatakan komentarnya.

“Beberapa hari belakangan kami (AKG dan Blizzard) juga mendiskusikan soal cara terbaik bekerja sama dengan iCafe. Apalagi mengingat kebanyakan iCafe sekarang sudah punya spesifikasi yang tinggi, dan komunitas yang sangat passionate.” Ujar Adrian membahas soal komunitas iCafe di Indonesia.

“Kami tentunya akan menggunakan hal tersebut sebagai salah satu cara untuk membangun kecintaan pemain terhadap game-game milik Blizzard. Namun untuk menuju hal tersebut, kami masih mencari strategi win-win benefit bagi pemilik iCafe, dan juga benefit yang bisa diterima oleh para pemain. Kami juga sedang membangun sebuah program untuk menikmati hal tersebut. Jadi siap-siap saja, ini akan segera hadir di iCafe terdekat dari Anda.” Adrian menjelaskan lebih lanjut.

Sumber: Rilis Resmi
Adrian Lim, Director AKG Games. Sumber: Rilis Resmi

Tetapi tidak terbatas pada itu saja, integrasi program esports global milik Blizzard juga akan menjadi salah satu hal yang dicanangkan dalam kerjasama ini. Kalau mungkin Anda belum tahu, Overwatch punya satu program esports global yang bertajuk Overwatch League.

Membawa sistem franchise, Overwatch bisa dibilang sebagai pionir liga esports yang membawa fanatisme kedaerahan. Dalam liga ini, nama kota menjadi bagian dari nama tim, jadi Anda dapat melihat tim dengan nama seperti London Spitfire, Shanghai Dragons, dan lain sebagainya.

Dengan kerja sama ini, tentunya kita semua menantikan sesuatu hal yang menarik, baik dari sisi esports maupun pengembangan komunitas dari tingkat grassroot. Siapa yang tahu, mungkin kerja sama ini akan membuahkan Overwatch League Indonesia? Kemungkinan tentu akan selalu ada.

 

Persiapan Hendry ‘Jothree’ Handisurya untuk Wakilkan Indonesia di Cabang Hearthstone SEA Games 2019

Esports kini mulai diakui oleh sebagai olahraga. Tahun lalu, esports masuk ke Asian Games, walau masih sebagai pertandingan demonstrasi. Pertandingan tersebut dianggap sukses karena Komite Olimpiade Internasional (IOC) setuju untuk memasukkan esports sebagai salah satu cabang olahraga yang dipertandingkan dalam SEA Games yang diadakan di Filipina tahun ini. Salah satu game yang akan dipertandingkan adalah Hearthstone.

Dalam Asian Games, Hendry ‘Jothree’ Handisurya berhasil membawa pulang medali perak. Dia kembali dipilih untuk mewakili Indonesia dalam SEA Games, bersama dengan Rama “DouAhou” Ariangga. Saat ditemui dalam acara Hearthstone Fireside Gatherings yang diadakan di UPNORMAL Coffee Roaster pada Sabtu, 31 Agustus 2019 kemarin, Jothree mengaku bahwa dalam Asian Games, medali emas dan medali perak jadi target tim Indonesia.

Hendry dan Rama adalah rekan satu tim di TEAMnxl> dan kali ini, mereka akan sama-sama mewakili Indonesia. Namun, dalam SEA Games, Hearthstone adalah game yang dimainkan per individu. Saat ditanya apakah Jothree melihat rekan satu timnya sebagai saingan, dia menjawab, “Kalau di kompetisi lain, World Electronic Sports Games (WESG) atau Hearthstone World Championship, pas main gue ngerasa dia saingan gue. Tapi untuk SEA Games, sudah bawa nama Indonesia, siapapun yang menang, itu Indonesia yang menang. Nggak peduli itu gue atau Rama, yang penting Indonesia Raya-nya.”

Saat Jothree memenangkan medali perak di Asian Games | Sumber: Facebook
Saat Jothree memenangkan medali perak di Asian Games | Sumber: Facebook

Jothree memang senang bermain game. Dia bercerita, ketika dia SMA, dia sering diajak ke warung internet oleh temannya. Di sini, dia mengenal Warcraft 3. Dia mengaku, dia lalu “keterusan” main Warcraft dan sempat bertanding di turnamen internasional. Selain itu, dia juga pernah memainkan Starcraft. Sayangnya, dia lalu mengalami cedera tangan. Dia menderita carpal tunnel, yang membuat tangan penderitanya mengalami kesemutan, terasa lemah, nyeri, atau bahkan mati rasa. Ini membuatnya tak lagi bisa memainkan game seperti Starcraft.

“Akhirnya, ada yang ngenalin ke Hearthstone. Memang, kebetulan gue suka main catur pas kecil. Ini kayak main catur modern,” ujarnya. “Awalnya, nggak ada niat untuk serius. Tapi, memang dasarnya gue kompetitif. Pas gue ngerasa rank gue lumayan, gue mulai cari turnamen di luar, sampai akhirnya dapat kesempatan mewakili Indonesia di Asian Games.” Untuk itu, dia harus melewati babak kualifikasi, yang mengadu 32 pemain Hearthstone terbaik di Indonesia.

Tahun ini, dia harus mewakili Indonesia di SEA Games. Salah satu persiapannya adalah mengikuti Pelatnas, yang diadakan di Surabaya sejak 8 Agustus hingga 26 Agustus. “Menjelang SEA Games, kita bakal buat bootcamp sendiri ke Bali, untuk konsentrasi pelatihan,” ujarnya. Di Pelatnas, sehari-harinya, Jothree bisa menghabiskan hingga 14 jam untuk berlatih.

Sumber; Facebook IESPA
Sumber: Facebook IESPA

“Uniknya dari Hearthstone, latihannya nggak melulu main game,” ungkap Jothree. Dia mengatakan, sebagian besar latihan justru berupa diskusi antara Jothree, Rama, Reza “Rezdan” Servia Manager & Head Coach, serta Novan “Nexok40” sebagai Asisten Manager & Coach. “Mainnya paling cuma 20 persen dari porsi latihan. Sisanya, diskusi strategi, apakah kartu ini bagus untuk dimasukkan ke deck,” ujarnya. Saat ini, ada lebih dari 2700 kartu di Hearthstone. Sementara pemain hanya dapat memilih 30 kartu dalam satu deck.

Selain latihan terkait game, Jothree mengatakan bahwa selama Pelatnas, dia juga melakukan latihan fisik seperti senam setiap pagi. Dia mengaku, fisik memang memiliki peran sangat penting bagi atlet esports. Alasannya, karena dalam sebuah turnamen, pemain terkadang dituntut untuk bermain selama 12-13 jam dalam satu hari. Tanpa fisik yang kuat, permainan pemain juga tak akan memberikan performa yang optimal.

Sebelum ini, pemerintah mengatakan bahwa mereka akan berusaha untuk mengembangkan industri esports dan gaming. Terkait hal ini, Jothree mengatakan bahwa pemerintah sebaiknya membuktikan omongannya itu. “Selama ini sih sudah lumayan, terlihat dari mengirim kami ke Pelatnas,” katanya. Dia berharap, pemerintah tidak tertarik dengan esports hanya karena ia dipertandingkan di SEA Games dan akan mengembangkan ekosistem esports dari game selain game yang ditandingkan dalam SEA Games.

88 Atlet Esports Tiongkok Diakui Sebagai Atlet Resmi Kota Shanghai

Asosiasi Esports Shanghai minggu lalu mengumumkan bahwa mereka baru saja memberikan persetujuan terhadap pendaftaran 88 atlet esports di kota tersebut. Dengan ini, 88 atlet itu telah dinyatakan sebagai atlet esports resmi kota Shanghai. Mereka berasal dari berbagai cabang esports berbeda, antara lain Honor of Kings (Arena of Valor versi Tiongkok), Dota 2, League of Legends, Hearthstone, Warcraft III, FIFA Online 4, serta Clash Royale.

Menjadi atlet resmi kota Shanghai artinya 88 orang tersebut berhak mendapatkan fasilitas dari pemerintah layaknya atlet olahraga resmi lainnya. Contohnya seperti fasilitas pendidikan dan dukungan visa internasional. Program ini pertama kali dicanangkan pada November 2018 kemarin, ketika pemerintah Shanghai mengumumkan kerja sama dengan berbagai organisasi esports di Shanghai Mercedes-Benz Arena. Hadir dalam acara tersebut beberapa perusahaan ternama dunia esports, termasuk Tencent, NetEase, Perfect World, dan PandaTV.

The International 2019 - Prize Pool
TI9 di Shanghai menjadi TI dengan prize pool terbesar sepanjang masa | Sumber: Wykrhm Reddy

Menjadi atlet esports resmi Shanghai bukan hal yang bisa dilakukan sembarang orang. Ada beberapa syarat dan panduan yang ditetapkan oleh Asosiasi Esports Shanghai untuk hal ini. Di antaranya, pendaftar haruslah atlet profesional dengan usia minimal 18 tahun, serta memiliki kontrak kerja dengan suatu organisasi esports.

Pada saat peraturan ditetapkan, Asosiasi Esports Shanghai hanya memfasilitasi lima judul game (LoL, Dota 2, Hearthstone, Warcraft III, dan FIFA Online 4). Tapi rupanya program ini sudah melebar ke beberapa judul lain seperti disebut di atas.

Pemerintah Tiongkok baik pusat maupun daerah memang belakangan ini cukup gencar menunjukkan dukungan terhadap esports. Wakil walikota Shanghai Weng Huitie misalnya, turut hadir dalam acara di bulan November itu. Bersamaan dengan pengumuman bahwa turnamen Dota 2 The International 2019 akan digelar di Shanghai, Valve juga mengungkap peluncuran Steam China, cabang platform distribusi game Steam yang merupakan hasil kerja sama Valve, pemerintah Tiongkok, dan Perfect World.

Steam China
Sumber: Shanghai Municipal People’s Government via The Esports Observer

Keputusan pemerintah Tiongkok untuk mengakui esports sebagai bidang profesi resmi di awal 2019 lalu tampaknya memang berbuah manis. Kini para pekerja industri esports bisa mendapatkan perlakukan yang lebih layak dan serta berbagai keuntungan lebih lengkap di dunia kerja. Pemerintah juga terus berusaha mendukung ekosistemnya, misalnya dengan membuat regulasi-regulasi yang diperlukan.

Bila perkembangan ini terus berlanjut, tidak mustahil prediksi bahwa Tiongkok akan memiliki hingga 2 juta tenaga kerja esports dalam lima tahun ke depan benar-benar terwujud. Bagaimana dengan Indonesia?

Sumber: The Esports Observer

ESPN Gelar Turnamen Esports Tingkat Universitas, Tawarkan Beasiswa Sebagai Hadiah

Dewasa ini, esports adalah industri yang telah berkembang begitu pesat. Dengan audiens mencapai 300 juta penggemar, serta revenue yang diperkirakan menyentuh angka lebih dari Rp12 triliun di seluruh dunia, para analis percaya bahwa industri masih akan terus melesat setidaknya hingga tahun 2021. Akan tetapi bagaimana pun juga esports masih merupakan ekosistem baru yang bahkan belum berumur satu generasi. Butuh banyak usaha untuk memastikan industri ini bisa berjalan secara berkelanjutan.

Salah satu masalah yang belakangan ini cukup banyak mendapat perhatian adalah soal regenerasi. Berbagai pihak, baik organizer, tim, maupun developer, sudah mulai berusaha melakukan investasi jangka panjang untuk menumbuhkan ekosistem esports di kalangan pemain muda. Kompetisi-kompetisi resmi di tingkat pelajar banyak bermunculan, termasuk salah satunya yang baru saja diluncurkan adalah ESPN Collegiate Esports Championship.

ESPN Collegiate Esports Championships (CEC) adalah kompetisi esports tingkat universitas yang menyediakan beasiswa pendidikan kuliah sebagai hadiahnya. Kompetisi ini digagas oleh ESPN bersama dengan dua penerbit game besar yang juga sangat erat dengan dunia esports, yaitu Blizzard dan Capcom. Para pesertanya akan bertarung dalam berbagai game terbitan dua perusahaan tersebut, seperti Overwatch, Hearthstone, StarCraft II, Heroes of the Storm, serta Street Fighter V: Arcade Edition.

Heroes of the Storm - Screenshot
Heroes of the Storm | Sumber: Blizzard

ESPN menggaet dua organizer untuk membantu penyelenggaraan CEC, yaitu Collegiate Starleague dan Tespa. Collegiate Starleague akan mengurus pertandingan kualifikasi Street Fighter, sementara Tespa, yang berada di bawah payung Blizzard, mengurus pertandingan untuk empat game sisanya. Menurut ESPN, kompetisi ini diikuti oleh ratusan kampus dari berbagai penjuru wilayah Amerika Utara, dengan acara puncak yang digelar di George R. Brown Convention Center, Texas, pada tanggal 10 – 12 Mei 2019.

“ESPN telah menjadi kolaborator yang erat dengan Blizzard Esports selama bertahun-tahun, kami telah menciptakan momen-momen esports yang monumental bersama-sama, dan kami sangat gembira dapat bekerja sama menghadirkan kesempatan pada para pemain tingkat mahasiswa untuk menyelesaikan Tespa spring season di panggung besar,” kata Todd Palowski, SVP of Live Experiences Blizzard Entertentaiment di situs resmi ESPN. “Ini adalah pertama kalinya Blizzard menggelar empat kejuaraan tingkat mahasiswa sekaligus di bawah satu atap, yang mana pasti akan menghasilkan pertunjukan menarik bagi penggemar.”

Tespa sudah pernah mengadakan kompetisi tingkat mahasiswa bertajuk Fiesta Bowl Overwatch Collegiate National Championship. Selain itu masih ada dua kompetisi lainnya, yaitu Heroes of the Dorm dan Heroes of the Storm Global Championship (HGC) yang dapat diikuti oleh para mahasiswa. Kini tiga kompetisi itu telah ditiadakan, namun Blizzard tetap memfasilitasi kompetisi level mahasiswa lewat CEC.

Heroes of the Dorm - Universite Laval
Universite Laval, juara Heroes of the Dorm 2018 | Sumber: Blizzard

Esports di tingkat mahasiswa sebetulnya memiliki pertumbuhan yang sehat di Amerika Serikat. Akan tetapi ada masalah karena ekosistemnya masih tercerai-berai. Setiap judul game punya kompetisi sendiri dan belum ada format baku yang bisa diikuti secara umum. Asosiasi olahraga tingkat mahasiswa Amerika, NCAA, sudah menunjukkan perhatian terhadap masa depan esports, namun belum ada langkah konkret untuk diterapkan dalam waktu dekat.

ESPN berharap CEC dapat menjadi platform yang memberikan penghargaan serta sorotan nasional bagi para atlet esports level universitas ini. Mungkinkah langkah serupa juga dapat diterapkan di negara lain, khususnya Indonesia?

Sumber: ESPNTespaThe Esports Observer

Mantan Supervisor Esports Hearthstone, Che Chou, Pindah ke Ubisoft

Bila Anda penggemar berat Hearthstone, mungkin Anda sudah familier dengan nama Che Chou. Ia adalah karyawan Blizzard yang memegang jabatan sebagai Senior Global Franchise Lead for Hearthstone Esports, atau versi pendeknya, Esports Team Lead. Bersama dengan Sam Braithwaite, Che Chou adalah orang yang menangani dan merancang ekosistem esports di sekitar Hearthstone sejak 2016, dan turut berkontribusi menggelar kompetisi-kompetisi Hearthstone berhadiah lebih dari US$2,8 juta sepanjang tahun 2018.

Jasa Che Chou cukup besar di dunia Hearthstone, dan belum lama ini ia jugalah yang mengumumkan sistem kompetisi baru untuk Hearthstone di tahun 2019. Karena itu, cukup mengejutkan ketika tiba-tiba muncul kabar bahwa Chou telah meninggalkan Blizzard. Tanggal 5 Januari 2019 adalah hari terakhirnya di perusahaan tersebut. Chou tidak menjelaskan apa alasan ia berpisah dengan Blizzard, tapi dalam cuitannya di Twitter, ia mengaku memiliki perasaan yang campur aduk.

Che Chou and Sam Braithwaite
Che Chou dan Sam Braithwaite | Sumber: Hearthstone Esports

Salah satu kemungkinan yang bisa terjadi adalah adanya restrukturisasi secara menyeluruh di departemen-departemen esports Blizzard. Bulan Desember lalu Blizzard baru saja menutup esports resmi Heroes of the Storm, dan mereka juga menarik sebagian developer Heroes of the Storm untuk bekerja di proyek lain. Pada vlog terakhirnya di Blizzard, Chou berkata bahwa esports Hearthstone masih tumbuh sehat. Tapi bukan tidak mungkin perubahan besar di Heroes of the Storm juga berdampak pada departemen lainnya.

Untungnya tidak butuh waktu lama bagi Chou untuk menemukan “rumah” baru. Hanya tiga hari setelah berpisah dengan Blizzard, Chou mengabarkan bahwa ia telah menerima tawaran dari Ubisoft San Fransisco untuk masuk sebagai Senior Director of Esports. Belum jelas proyek apa yang akan ia tangani, apakah Rainbow Six: Siege yang sekarang sudah berjalan atau proyek esports baru. Tapi yang pasti pengalaman Chou di Blizzard bisa jadi masukan berharga bagi Ubisoft.

Sementara itu, posisi Senior Global Franchise Lead for Hearthstone Esports kini dipegang oleh Sam Braithwaite. Ia tidak hanya berpengalaman mengurus Hearthstone, tapi dulunya juga menangani esports Heroes of the Storm serta StarCraft. Kemungkinan Blizzard saat ini tengah menyiapkan rencana esports yang lebih terfokus, sementara beberapa game yang memang terlihat kurang populer akan ditinggalkan.

Braithwaite sendiri pernah mengatakan bahwa datang dan perginya suatu game adalah hal yang wajar. Dunia esports sangat dipengaruhi oleh tren, dan menurutnya, saat ini tren sedang ada di dunia battle royale. “Kenyataan situasinya adalah Fortnite, PUBG, dan seluruh fenomena battle royale sekarang mendominasi bandwidth banyak orang sebagai hiburan, dan apa yang mereka tonton di Twitch, dan apa yang mereka mainkan,” ujar Braithwaite pada Inven Global.

Selama sebuah game masih bisa menghasilkan pemasukan yang baik, penerbit tentu tidak akan meninggalkannya begitu saja. Tapi sama seperti Heroes of the Storm, Hearthstone pun suatu saat pasti tenggelam oleh tren esports baru. Kita hanya bisa menebak-nebak, kira-kira tren apa yang akan menggantikannya.

Sumber: Inven Global

Indonesia Kirim 2 Perwakilan ke Main Event WESG 2018 di Tiongkok

World Electronic Sports Games (WESG) 2018 sudah menyelesaikan kualifikasi untuk regional Asia Tenggaranya hari Minggu (16 Desember 2018) kemarin. Dari hasil kualifikasi tersebut, Indonesia berhasil mendapatkan 2 slot untuk mengirimkan perwakilannya ke ajang utama yang rencananya akan digelar di bulan Maret 2019.

Di ajang besutan Alisports (Alibaba) yang memiliki total hadiah sampai US$5,5 juta ini, ada 7 cabang esports yang diperlombakan. Berikut ini adalah 7 cabang tersebut beserta para juaranya di kualifikasi Asia Tenggara WESG 2018:

Hearthstone (Wanita)
2nd runner up: Sookwan (Malaysia), Caracute (Philippines)
1st runner up: Wolfsbanee (Singapore)
Champion: Yukiusagi (Indonesia)

Hearthstone
2nd runner up: Nammon (Thailand), Sequinox (Singapore)
1st runner up: Staz (Philippines)
Champion: Lalasong (Malaysia)

Starcraft II
2nd runner up: Lobo (Singapore), StrikE (Thailand)
1st runner up: Meomaika (Vietnam)
Champion: Enderr (Philippines)

CS:GO (Wanita)
2nd runner up: Sphynx (Malaysia), Felis Catus (Vietnam)
1st runner up: Phoenix (Singapore)
Champion: ArkAngel (Philippines)

Vainglory
2nd runner up: Soda Chanh (Vietnam), Phoenix (Malaysia)
1st runner up: Elite 8 (Indonesia)
Champion: Impunity (Singapore)

Dota 2
2nd runner up: BOOM ID (Indonesia), Veteran (Myanmar)
1st runner up: WG Unity (Malaysia)
Champion: TNC Predator (Philippines)

CS:GO
2nd runner up: Frostfire (Malaysia), Revolution (Vietnam)
1st runner up: TNC Predator (Philippines)
Champion: Alpha Red (Thailand)

Tim Vainglory dari E8. Sumber: Unipin Esports
Tim Vainglory dari E8. Sumber: Unipin Esports

Dari hasil tersebut, 2 perwakilan Indonesia yang akan berlaga di babak selanjutnya adalah Yukiusagi dan BOOM ID. BOOM ID mungkin memang sudah dapat diprediksi untuk bisa lolos ke babak selanjutnya mengingat tim tersebut boleh dibilang termasuk ke 4 tim terbaik (di atas kertas) di tingkat Asia Tenggara.

Di Dota 2, BOOM ID memang sudah semestinya lolos mengingat mereka juga terakhir berhasil jadi juara di kualifikasi Asia Tenggara untuk The Bucharest Minor. Ditambah lagi, tak ada Fnatic di turnamen ini karena peraturan WESG yang mengharuskan satu tim harus berasal dari negara yang sama.

Sumber: WESG SEA
Sumber: WESG SEA

Hasil yang mengejutkan justru datang dari Hearthstone untuk wanita. Yukiusagi justru menjadi juara setelah mengalahkan Wolfsbane dari Singapura. Padahal ia merupakan satu-satunya pemain Hearthstone wanita yang datang saat kualifikasi Indonesia untuk WESG 2018, yang digelar saat SEACA 2018.

Fun fact, Indonesia juga dulu mengirimkan perwakilannya di Hearthstone wanita di WESG 2017. Kala itu, Carolina Florida Edjam alias Littleaurora yang menjadi perwakilan Indonesia setelah menjadi juara 3 di kualifikasi APAC (Asia Pacific) untuk WESG 2017.

Bagaimana dengan perwakilan Indonesia lainnya yang berlaga di sini?

Perwakilan Vainglory dari Indonesia, Elite8 sebenarnya punya capaian yang lebih baik dari yang lain yang tidak lolos karena mereka bisa sampai ke partai final namun kalah melawan Impunity. Sayangnya, untuk Vainglory, hanya juara pertama yang berhak melenggang ke panggung utama.

Divisi CS:GO BOOM ID bahkan tak lolos babak grup karena hanya mampu meraih 2 kemenangan dan 2 kekalahan. Untuk CS:GO wanita, FF.Gaming juga harus gagal dengan raihan yang sama, 2x kalah dan 2x menang di babak grup. Sedangkan perwakilan Indonesia untuk Starcraft II, LegendofZerg, juga tak mampu melaju ke babak playoff.

Satu lagi divisi yang tak berhasil melaju ke babak playoff adalah untuk Hearthstone, yang diwakili oleh DouAhou. Padahal, faktanya, tahun kemarin capaian Indonesia terbaik di main event WESG 2017 datang dari Novan “Nexok40” Kristanto di Hearthstone yang sampai ke babak 8 besar (perempat final).

Novan Kristanto (kiri) bersama Yukiusagi (kanan). Sumber: Unipin Esports
Novan Kristanto (kiri) bersama Yukiusagi (kanan). Sumber: Unipin Esports

Kami sempat berbincang dengan 2 orang pemain Hearthstone profesional asal Indonesia mengenai hal tersebut. Novan Kristanto, yang sebelumnya berhasil membawa nama Indonesia di WESG 2017 tadi (dan juga pelatih Yukiusagi), mengatakan, “Ya Rama (DouAhou) sekarang udah main bagus sih, cuma hokinya aja kali; lagi ngga dia… Dia kalah 2x di grup dan kedua orang itu yang bermain di final.”

Padahal, skala kualifikasi untuk WESG 2018 sendiri memang menurun dari tahun sebelumnya. Pasalnya, di kualifikasi untuk WESG 2017, tidak ada kualifikasi untuk Asia Tenggara karena digabung dengan wilayah APAC. Meski demikian, slot yang diperebutkan di sini juga menurun jadi cuma 4 kursi.

Jothree (kiri) bersama DouAhou (kanan). Sumber: Unipin Esports
Jothree (kiri) bersama DouAhou (kanan). Sumber: Unipin Esports

Hendry “Jothree” Handisurya yang menjadi perwakilan Indonesia untuk ekshibisi Asian Games 2018 cabang Hearthstone dan berhasil menjadi juara kedua di sana (yang juga jadi coach DouAhou di sini) juga sempat kami tanyakan pendapatnya mengenai penampilan DouAhou di kualifikasi ini. Ia mengatakan bahwa DouAhou mungkin tegang karena jarang bertanding di event kelas internasional. “Jadi he’s playing not to win. He’s playing not to lose. Semacam begitu. Harusnya sih level Dou ga kalah kok ama pemain-pemain SEA lain.” Ujar Hendry.

Hendry dan Novan sendiri memang yang lebih sering mewakili Indonesia di event kompetitif Hearthstone tingkat internasional. Meski memang mereka bertiga (Jothree, Nexok40, DouAhou), bersama dengan Rezdan, mewakili Indonesia di salah satu turnamen Hearthstone paling bergengsi di dunia, Hearthstone Global Games 2018.

Dibanding dengan tahun lalu yang mengirimkan lebih banyak kontingen (CS:GO, Dota 2, Hearthstone, Hearthstone wanita), tahun ini kita kehilangan banyak. Lalu bagaimana nasib 2 perwakilan Indonesia ini nantinya ya di Tiongkok? Kita doakan saja semoga mereka semua meraih hasil yang terbaik!

Game Blizzard Kini Bisa Di-Live Stream Langsung ke Facebook

Sempat menguasai casual gaming, sangat raksasa jejaring sosial Facebook belakangan terlihat kembali berupaya memperkuat cengkramannya di bidang gaming. Dibantu Unity, belum lama mereka dikabarkan mencoba membangun platform ala Steam, dan mungkin Anda sudah mulai memanfaatkan log-in ke Battle.net via Facebook. Dan sesuai rencana, integrasi dua platform itu tidak berhenti sampai di sana.

Saat diketahui melakukan kolaborasi tiga bulan silam, Blizzard Entertainment dan Facebook juga berniat menghadirkan fitur streaming melalui API Live. Dan akhir minggu lalu, kemampuan tersebut akhirnya tersedia di Battle.net. Mulai sekarang, Anda dapat men-streaming permainan-permainan Blizzard seperti Overwatch, Hearthstone, StarCraft II, World of Warcraft sampai Heroes of the Storm langsung ke Facebook.

Kabar baiknya lagi, Indonesia merupakan salah satu negara pertama tempat diimplementasikannya fitur baru ini – disediakan bersamaan di wilayah Amerika, Australia, Asia Tenggara dan Selandia Baru. Setelah itu, Blizzard Streaming on Facebook baru akan dilepas ‘secara global’.

Kapabilitas tersebut hadir melalui update terbaru dan cara menggunakannya sangat mudah. Anda tidak akan melewatinya karena notifikasi akan muncul begitu masuk ke Battle.net. Di sana, Anda bisa menemukan icon bergambar kamera di pojok kanan atas. Dengan mengkliknya, user dapat menyambungkan akun Facebook ke app Battle.net lewat beberapa langkah sederhana: cukup masukkan alamat email dan password.

Selanjutnya, Anda bisa mengakses window streaming beta, muncul di sisi kanan Battle.net. Di sana, Anda dapat mengutak-atik setting microphone dan webcam, memberi judul pada stream, menentukan ke mana konten akan diunggah (timeline atau page lain), dan siapa yang Anda perbolehkan menyaksikannya – khusus di versi beta ini, hanya teman-teman saja yang bisa menonton live  stream.

Blizzard Streaming on Facebook 1

Menu setting-nya juga cukup komprehensif tanpa membuat proses setup jadi rumit. Anda dipersilakan mengubah hotkey ke fungsi start/stop dan pause, menyesuaikan volume microphone, menentukan posisi display  webcam dan overlay in-game serta memilih kualitas stream (buat sekarang maksimal di resolusi 720p dengan 30 frame rate per detik, disarankan memiliki kecepatan internet 4Mpbs). Jika Anda memutuskan untuk menggunakan akun lain, disediakan pula fungsi disconnect.

Blizzard Streaming menandai langkah perdana Facebook dalam menantang Twitch, dan jika ternyata sukses, jangan heran seandainya fitur ini muncul di game-game  blockbuster dari publisher ternama lainnya.

Sebentar Lagi, Overwatch dan Game Blizzard Lain Dapatkan Integrasi ke Facebook

Lebih dari tujuh juta gamer membuktikan sendiri apiknya Overwatch. Salah satu kejeniusan Blizzard ialah mereka membuat pemain berkesempatan menjadi ‘pahlawan’ bagi timnya, dan developer memastikan gamer lain mengetahuinya. Sayang sekali, kita masih belum bisa menyalurkan video-video highlight secara mudah ke platform video sharing atau sosial media.

Saat ini, saya harus menggunakan Fraps dan merekam secara manual jika ingin memamerkan adegan Play of the Game. Namun Blizzard berencana untuk membuat proses tersebut lebih mudah. Mereka mengumumkan agenda kolaborasi bersama Facebook, sehingga kita dapat log-in ke Battle.net via jejaring sosial. Ke depannya, developer juga akan memanfaatkan Live API buat sharing video serta menghadirkan fitur-fitur sosial lain.

Melalui integrasi tersebut, sejumlah hal jadi lebih sederhana. Pertama, akan ada kemampuan live streaming. Blizzard bilang mereka akan menambahkan fitur ‘Go Live’ dalam permainan-permainan itu. Berkat kehadirannya, gamer dapat menekan satu tombol dan men-stream gameplay langsung ke timeline Facebook, memungkinkan teman-teman menyaksikan serta berinteraksi lewat chat.

Kita tahu Facebook merupakan perintis kepopularitasan permainan-permainan sosial dan mobile, dan lewat kerjasama ini sang raksasa sosial media resmi bermain di level yang lebih tinggi. Facebook tampak perlahan-lahan membuntuti Twitch dan YouTube Gaming. Selain playerbase Overwatch, Hearthstone, Heroes of the Storm sampai World of Warcraft yang cukup banyak, kekuatan Facebook terletak pada jumlah user aktif mereka – lebih dari satu miliar pengguna.

Sebelumnya, Facebook turut membantu Blizzard di masa peluncuran Overwatch dengan menyediakan solusi marketing via Instagram, memanfaatkan kemampuan platform tersebut dalam melacak konsumen yang tepat.

Direktur global games partnership Facebook Leo Olebe menyampaikan bahwa kedua perusahaan sudah mulai mengerjakannya selama berbulan-bulan. Menurutnya, game-game Blizzard paling cocok dimainkan bersama teman, dan menjadi hal penting bagi timnya untuk mempermudah metode sharing pengalaman.

Blizzard dan Facebook memang belum memberi tahu kapan tepatnya Go Live bisa dinikmati. Melihat dari besarnya perhatian publik terhadap Overwatch, boleh jadi fitur akan diimplementasikan lebih dulu ke permainan tersebut.

Log-in Facebook sendiri kabarnya segera datang di akhir bulan Juni, dan melalui fitur ini, Blizzard mempunyai senjata handal dalam mengatasi masalah bullying dan penggunaan kata-kata kotor oleh sejumlah pemain.

Via Venture Beat & Polygon.

Plants vs Zombies Kini Hadir dalam Card Game Ala Clash Royale dan Hearthstone

Berawal dari sebuah mini game untuk PC ber-genre tower defense, Plants vs Zombies (PvZ) telah berkembang menjadi franchise hiburan yang mendunia. Setelah developer-nya, PopCap, diakuisisi oleh EA di tahun 2011, PvZ bahkan sudah merambah ranah baru di console sebagai game shooter online berjudul Plants vs Zombies Garden Warfare. Malahan, sekuelnya baru saja dirilis beberapa minggu yang lalu.

Namun EA dan PopCap sepertinya masih belum puas. Dan mereka pun kembali mengemas franchise PvZ ke dalam genre yang benar-benar baru, yakni collectible card game macam Hearthstone maupun Clash Royale yang belakangan banyak menyita waktu senggang masyarakat tanah air.

Berjudul Plants vs Zombies Heroes, card game ini memang punya konsep maupun mekanisme permainan yang mirip seperti Hearthstone atau Clash Royale. Namun tentu saja, karakter-karakter yang tersedia berasal dari franchise PvZ sendiri, dimana medan pertempuran sekali lagi dihuni oleh tanaman dan mayat hidup.

Secara total ada 300 karakter yang tersedia di PvZ Heroes. EA dan PopCap bahkan memperkenalkan jenis karakter baru dalam dunia PvZ, yakni Super Hero Plants dan Zombies. Masing-masing dari karakter ini punya jurus pamungkasnya tersendiri, seperti misalnya Zombie Imp Hero yang dapat menciptakan sejumlah Imp saat tengah bertarung. Tidak ketinggalan, karakter-karakter dari PvZ Garden Warfare 2 pun juga hadir di PvZ Heroes.

Plants vs Zombies Heroes

Sekitar sepertiga dari total karakter yang tersedia dapat langsung dimainkan, sisanya harus ditebus dengan in-app purchase atau dengan menyelesaikan sejumlah tantangan. Mengingat sifatnya yang collectible, karakter yang langka akan menjadi senjata efektif dalam setiap pertarungan melawan pemain lain.

Tak cuma mode multiplayer, PvZ Heroes juga menawarkan mode single player dimana Anda bisa bereksperimen dengan kombinasi Super Hero dan karakter lain hingga akhirnya menemukan kombinasi yang pas untuk diadu melawan pemain lain dalam sebuah turnamen. EA pun telah berjanji untuk meng-update PvZ Heroes secara reguler demi memberikan konten-konten baru.

Plants vs Zombies Heroes saat ini sudah tersedia untuk Android dan iOS di beberapa negara, sedangkan perilisannya secara global akan menyusul dalam waktu dekat. Jadi bersiaplah, setelah Clash Royale, masih ada ‘racun’ lain yang bakal menyita banyak waktu luang Anda.

Sumber: VentureBeat.

ESPN Luncurkan Portal Resmi Esport

Bagi banyak orang, nama ESPN selalu lekat dengan penayangan beragam program dan pertandingan olahraga. Sebagai pionir di bidang itu, ESPN sempat mengungkap kegembiraan dan sedikit ketertarikan pada esport berkat suksesnya The International 2014. Tapi upaya menciptakan ‘ESPN-nya esport‘ malah terdengar dari Activision Blizzard saat mereka mengakuisisi MLG.

Mengejutkannya, Activision malah didahului oleh ESPN sendiri. Channel spesialis acara olahraga yang oleh dimiliki Disney tersebut meluncurkan portal esport resmi mereka. ESPN Esport saat ini fokus pada tiga judul permainan, yaitu League of Legends, Dota 2 dan Hearthstone. Di sana, Anda bisa menyimak artikel-artikel serta video feature dan rekaman pertandingan.

Langkah ini terbilang menarik karena presiden ESPN John Skipper dahulu pernah bilang bahwa esport bukanlah olahraga. Ia menjelaskan, seperti pertandingan catur dan checkers, esport lebih cocok dikategorikan sebagai kompetisi. Skipper juga menuturkan, dirinya lebih tertarik pada ‘olahraga sungguhan’. Tanpa memberi aba-aba, langkah tersebut dieksekusi ESPN kurang dari dua minggu setelah Activision membeli Major League Gaming.

Di sebuah artikel, senior writer Darren Rovell menjelaskan, perhatian publik pada esport telah melambung tinggi dari mulai penyebarannya di Asia dan Eropa hingga tiba di Amerika. Ia mengambil contoh dari penjualan tiket final League of Legends World Championship 2013 yang ludes cuma dalam tiga menit, ditambah selalu habisnya tiket Dota 2 The International selama dua tahun berturut-turut.

Hebatnya lagi, esport juga tidak kalah seru jika disaksikan secara online. Berdasarkan pengakuan Riot Games, final League of Legends antara SKT dan Koo Tigers beberapa bulan silam ditonton oleh 14 juta pasang mata bersama-sama. Saat ini, terhitung ada 200 gamer profesional berpartisipasi di ranah tersebut, dengan pemasukan minimal sekitar US$ 40.000. Buat perbandingan, uang sebanyak itu dihasilkan oleh pemain tennis urutan ke-150 atau pegolf urutan ke-330 dunia selama satu tahun.

Aspek lain yang memperkuat argumentasi bahwa esport sangat mirip olahraga sejati ialah tiap-tiap tim gamer memiliki pelatih, manager, analis, serta psikolog sendiri. Gamer profesional tidak perlu memikirkan hal apapun kecuali pertandingan.

Untuk sekarang, ESPN baru mengonfirmasi dukungan pada tiga judul game di atas. Namun di bagian bawah website, kita dapat menyaksikan video recap dari final WCS StarCraft 2 2015 di BlizzCon. Ada kemungkinan ESPN akan merangkul lebih banyak permainan kompetitif, termasuk Smash Bros. berdasarkan info dari tweet general editor.