Marketplace E-Procurement Bisa Jadi Vertikal Bisnis Menjanjikan

Digitalisasi menghampiri berbagai macam aspek bisnis, termasuk sistem pengadaan atau procurement. Kini perkembangan teknologi sudah sangat memungkinkan rantai ekosistem terkait untuk melakukan pengadaan secara online atau digital. Istilah umumnya adalah e-procurement. 

Sejumlah decision maker di perusahaan mungkin berpikir akan sulit bagi organisasinya mempelajari bagaimana e-procurement bekerja. Kendati demikian, tak sedikit juga perusahaan yang beralih ke sistem ini karena sejumlah keunggulannya, seperti efisien waktu hingga transparansi yang tinggi.

Di Indonesia, pemanfaatan e-procurement belum umum mengingat belum banyak perusahaan yang aware terhadap konsep ini. Meskipun demikian, sejumlah perusahaan digital berupaya mengenalkan sistem ini dengan konsep yang mudah diadopsi.

Isu usang korporasi dan penyesuaian B2B

Dalam beberapa tahun terakhir, sejumlah startup di Indonesia mulai melirik e-procurement sebagai vertikal bisnis yang menjanjikan. Layanan e-procurement dinilai layak dijajal karena model bisnis B2B mudah terukur.

Untuk memudahkan penetrasinya di pasar, startup ini menggabungkan konsep veteran di industri digital, yakni e-commerce/marketplace dengan layanan B2B. Secara global, layanan semacam ini telah mengantongi kesuksesan dari pemain besar, seperti Amazon Business dan Alibaba Business.

Menurut radar kami, sejumlah startup Indonesia yang masuk ke bisnis marketplace B2B antara lain Mbiz, Bizzy, Bhinneka, Ralali, Bukalapak, dan ProcurA.

Mbiz, Bizzy, dan Ralali sejak awal menjadikan marketplace B2B sebagai bisnis utamanya. Meskipun demikian, sejak pertengahan 2019, Bizzy mulai pivot dari lini bisnis markeplace e-procurement demi memperkuat ekosistem bisnis dari hulu ke hilir dan terpusat pada B2B saja.

Sementara itu, Bhinneka dan Bukalapak sejak awal merupakan marketplace B2C dan C2C yang mulai mengembangkan vertikal baru ke B2B. Berbeda dengan yang lainnya, ProcurA tidak memiliki marketplace dan fokus ke pengembangan solusi e-procurement untuk perusahaan.

Bisnis marketplace B2B dianggap menjadi konsep yang tepat untuk menuntaskan beragam masalah usang yang terjadi pada korporasi, yakni rendahnya efisiensi dan transparansi.

Dalam wawancara dengan DailySocial, CEO Mbiz Rizal Paramarta menyebutkan rendahnya efisiensi dan transparansi dapat menimbulkan permasalahan baru, yakni proses procurement yang bertele-tele dan terlalu administratif. Ia mencontohkan bagaimana instansi pemerintah membutuhkan berbulan-bulan untuk melakukan pengadaan laptop.

Proses yang bertele-tele ini, ungkap Rizal, sebetulnya berasal dari deretan kegiatan yang panjang, mulai dari perbandingan harga, perbandingan terbuka dan tertutup, pembukaan surat penawaran bersama-sama, belum lagi pengumuman harganya.

“Kami melihat problem transparansi dan proses yang panjang ini dapat diselesaikan dengan solusi digital karena seluruh aktivitas terekam. Jadi tidak ada ruang manipulasi data. Memang proses bertele-tele ini sebetulnya berkaitan dengan hal administratif. Nah, ini cocoknya diotomasi dengan digital,” paparnya.

Sementara Direktur BukaPengadaan Hita Supranjaya menyebutkan, inovasi e-commerce, pembayaran digital, dan logistik mengubah pola perilaku konsumsi secara signifikan. Nah, perubahan ini akhirnya mendorong untuk melakukan penyesuaian dalam hal meningkatkan daya saing dan meningkatkan kecepatan dalam melayani kebutuhan pelanggan.

“Di satu sisi, tantangan perusahaan B2B di sini dalam menghadapi kompetisi pasar global adalah dibutuhkan pengembangan teknologi yang membutuhkan waktu lama dan biaya yang tidak sedikit,” ujarnya beberapa waktu lalu.

Wajah baru industri pengadaan

Secara umum, e-procurement mencakup berbagai rangkaian kegiatan, seperti e-tendering, e-auctioning, manajemen vendor, hingga manajemen kontrak. Di sejumlah model bisnis yang menggabungkan marketplace dan e-procurement, alur pemesanannya tidak serupa dengan layanan e-commerce pada umumnya.

Sebagai gambaran, layanan Mbiz terdapat sejumlah fitur terkait, seperti modul tendering dan contract management yang terintegrasi ke sistem finance accounting. Artinya, tetap ada proses procurement hingga negosiasi yang berlanjut ke tahapan purchase order.

Marketplace B2B menawarkan banyak hal yang dipermudah dengan dukungan teknologi. Dengan “memindahkan” kegiatan pengadaan ke ruang digital, marketplace B2B memudahkan ekosistem terkait untuk dapat bertemu secara seamless, mulai dari klien perusahaan atau pemerintah, prinsipal, vendor, dan logistik.

Selain itu, marketplace B2B dianggap menjadi solusi tepat untuk melakukan kegiatan pengadaan karena efisien secara proses dan lebih transparan. Solusi e-procurement tidak dapat memberikan ruang manipulasi karena seluruh prosesnya berbasis digital. Hal ini dapat menghindari adanya peluang korupsi.

Tak hanya itu, efisiensi dan transparansi akan mendorong efek positif lainnya, seperti meningkatkan produktivitas dengan mengalihkan SDM kepada pekerjaan lain, mempercepat proses transaksi, hingga mengeleminasi kegiatan paperwork berlapis-lapis.

Ekosistem menjadi kunci

Secara model bisnis, marketplace untuk e-procurement dinilai menjanjikan karena umumnya bisnis B2B dapat menjamin pertumbuhan pendapatan dan keuntungan secara terukur. Namun, keberhasilannya tergantung dari bagaimana startup menyiapkan strategi.

Salah satu strategi yang dilakukan Mbiz adalah berkolaborasi dengan Investree sebagai jalan pembuka akses terhadap pembayaran dan pinjaman digital. Masuknya Investree ke dalam lingkaran ekosistem marketplace Mbiz dapat menarik calon pengguna layanan baru tanpa perlu melakukan bakar uang.

Menurut Rizal, startup tidak perlu repot menghabiskan dana untuk mengakuisisi satu pelanggan. Berbeda dengan segmen ritel, nature bisnis B2B tidak bergantung pada adu kuat diskon atau promo harga, namun pada rasionalitas kebutuhan.

Kendati demikian, ia menilai sulit untuk mendorong awareness pasar terhadap layanan marketplace B2B maupun e-procurement. Ia menganggap sektor korporasi belum sadar terhadap pentingnya digitasi proses bisnis. Ini dapat berarti bahwa belum ada komitmen penuh dari para C-Level.

Awareness rendah sehingga adopsi juga rendah. Apalagi, kompetitor kami setop beroperasi. Semakin banyak pemain di sini, justru semakin bagus. It’s an obvious business practice. Lagipula, tidak relevan untuk meningkatkan awareness dengan strategi bakar uang. Target pasar kami rasional dan awareness ini harus di-create dengan cara yang sensible dan smart,” ujarnya.

Salah satu kunci keberhasilan bisnis ini adalah penguatan rantai ekosistem. Sama halnya dengan konsep marketplace B2C yang selama ini kita lihat. “Jika hanya menyediakan solusi e-procurement atau modul saja tanpa marketplace, tidak ada ekosistemnya,” tambah Rizal.

Hal yang sama diungkapkan CEO Bhinneka Hendrik Tio. Menurutnya, pasar Indonesia masih membutuhkan market education terhadap marketplace B2B. Maka itu, membangun ekosistem sesuai karakter dan target pasar menjadi penting untuk dapat meng-enablee supplier dan demand. Adapun, Bhinneka kini telah melayani lebih dari 20.000 korporasi.

“Bisnis ini punya karateristik yang berbeda dengan marketplace biasa, di mana B2B punya tingkat stickiness yang lebih baik dan basket size belanja yang lebih besar. Katakan platform yang lebih mengerti mereka, ekosistem yang lebih menyeluruh hingga value, seperti fulfilment dan after sales pasti membuat pelanggan semakin sticky,” ujarnya.

Peluang terhadap ekonomi digital

Dalam sebuah kesempatan, Institute For Development of Economics and Finance (INDEF) mengungkapkan bahwa solusi e-procurement dapat menjadi salah satu cara untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi digital. Caranya adalah membidik sektor pemerintahan dan korporasi di Indonesia yang selama ini masih rendah dalam mengadopsi solusi digital.

Menurut ekonom INDEF Bhima Yudhistira Adinegara, peluang bisnis ini dapat mendorong realisasi belanja pemerintah lebih cepat terserap tanpa adanya kegiatan administratif yang tidak berujung. Demikian juga, sektor industri yang selama ini belum menganggap pentingnya adopsi digital.

“Dari temuan INDEF dan Google, efek paling besar dapat terasa di sektor manufaktur. Peluang kebutuhan e-procurement besar karena didukung dengan sistem transparan dan efisien. Manfaat ini sebetulnya dapat menstimulus sektor manufaktur untuk mau menggunakan e-procurement,” ujar Bhima beberapa waktu lalu.

Benang merah dari solusi e-procurement adalah biaya yang bisa semakin murah sejalan dengan semakin banyak pemerintahan atau pebisnis yang memakai. Sektor logistik adalah salah satu contoh sektor dengan biaya operasional mahal yang dapat diefisiensikan.

IPO is Postponed, Bhinneka Aims for Series C Funding This Year

Bhinneka is preparing Series C funding to support business development in B2B segment. It’s to be finalized in the middle of this year.

Hendrik Tio, Bhinneka’s CEO and Founder avoid to mention the funds needed in this round. He said the funds will be used to support the whole business growth, especially in the B2B segment, not only the IT.

He considers B2B segment to have better prospect in the future, it means an opportunity for Bhinneka to win this segment.

“We’ll keep doing it [external funding]. Hopefully, to make another one this year, [now] on progress. The final, should be in the first semester [this year],” he said, Tuesday (1/8).

In Bhinneka’s business plan, they’re building an integrated system to connect all of Bhinneka’s core business from upstream to downstream. It’s a part of company’s big plan to put omni channel strategy first.

He gave an example when a consumer cancelled a transaction at Bhinneka for some reasons. Data will be stored in a system to support their transaction in the nearest outlets by adding interesting gimmicks.

“It’s why we keep using offline and online strategy, not only one sided, because the multi channel supports our whole strategy. The key is to stay consistent and innovative in developing technology.”

The company has also completed the Bhinneka app with better UI / UX to adjust to the target consumers. This app is made for B2C market.

He commented on the same occasion related to Bhinneka’s plan for IPO. He said this year was not the right moment to make a corporate action considering the political situation, it had to be postponed for the next two to three years.

In fact, based on company’s readiness, he claimed to have met all the requirements by IDX long time ago. The company has tried to register and get approval.

“We actually have passed the trial and ready to go ublic. However, we’re waiting for the moment, due to this year’s political condition, it’s not the right time, maybe two to three years later.”

Bhinneka business accomplishment

In 2018, Bhinneka claimed an increased revenue by 40% in the past five years. It’s B2G segment contribution with nearly 50% percentage, followed by B2B (30%) and other from B2C (20%).

In terms of online and offline sales, B2C segment only, is quite equal at 10% for each channel.

“This year, it [revenue] should’ve at least same with last year, at 40%.”

In order to support the omni channel strategy, Bhinneka will continue to open new offline outlets, not as massive as others. The plan is to add five more outlets in Bandung, Yogyakarta, and Jakarta.

Bhinneka currently has eight outlets, seven are located in Jakarta, and the rest is in Surabaya. Including 33 representative offices in all provinces in Indonesia to handle B2B and B2G segments.

Bhinneka has partnered with 3 thousand brands, more than 9 thousand supplier vendors, and 40 thousand consumers from B2B and B2G segments.

Since it was founded in 1993, Bhinneka’s business started from Digital Printing Solution. In 1995, it expanded to IT product sales, and four years later they entered e-commerce industry with Bhinneka.com site.

In 2001, they try to enter offline business as the company’s mission to gain consumer’s trust. B2B segment is started to be in demand 10 years later, by releasing Bhinneka Business.

B2G segment was started a year later, and officially operating in 2015 through e-procurement and e-catalog launching. Within the same year, Bhinneka’s revenue has reached Rp1 trillion.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

 

Tunda IPO, Bhinneka Rencanakan Pendanaan Seri C Tahun Ini

Bhinneka tengah mempersiapkan pendanaan seri C untuk dukung percepatan bisnis, terutama di segmen B2B. Pendanaan ini ditargetkan akan rampung pada pertengahan tahun ini.

CEO dan Founder Bhinneka Hendrik Tio enggan menuturkan kebutuhan dana yang dibidik Bhinneka untuk putaran kali ini. Menurutnya dana tersebut nantinya akan dipakai untuk mendukung pertumbuhan bisnis Bhinneka secara keseluruhan, terutama di segmen B2B dan tidak hanya untuk TI saja.

Hendrik menilai segmen B2B memiliki prospek yang cukup baik ke depannya, sehingga ada peluang buat Bhinneka seriusi agar menjadi pemenang di segmen tersebut.

“Kami terus melakukan itu [pendanaan eksternal]. Mudah-mudahan tahun ini akan dapat lagi, [sekarang] sudah proses. Final-nya mungkin semester pertama [tahun ini] sudah selesai,” terangnya, Selasa (8/1).

Dalam pipeline rencana bisnis Bhinneka, perusahaan tengah membangun sistem terintegrasi yang bisa menghubungkan semua inti bisnis Bhinneka dari hulu ke hilir. Sistem ini merupakan bagian dari rencana besar perusahaan yang ingin mengedepankan strategi omni channel.

Dia memberi contoh, saat konsumen tidak jadi bertransaksi di Bhinneka karena berbagai hal. Datanya akan tersimpan dalam sistem yang bakal dimanfaatkan untuk dorong mereka bertransaksi di gerai Bhinneka terdekat lokasi dengan menyertakan gimmick yang menarik.

“Makanya kami tetap mengedepankan strategi online dan offline, tidak hanya di salah satu sisi saja sebab multi channel ini mendukung seluruh strategi kami. Untuk itu kuncinya adalah konsisten dan terus inovatif dalam mengembangkan teknologi.”

Perusahaan juga tengah menyempurnakan aplikasi Bhinneka dengan tampilan UI/UX yang lebih matang demi menyesuaikan dengan target konsumen. Aplikasi ini dikhususkan untuk pasar B2C.

Dalam kesempatan yang sama, Hendrik juga mengomentari rencana Bhinneka terkait IPO. Dia bilang tahun ini bukan momentum yang tepat untuk melaksanakan aksi korporasi tersebut karena sudah masuk tahun politik, sehingga harus ditunda sampai dua sampai tiga tahun mendatang.

Padahal, berdasarkan kesiapan perusahaan dia mengaku sudah memenuhi semua persyaratan yang ditentukan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) sudah sejak lama. Bahkan perusahaan sudah mencoba untuk mendaftarkan diri dan mendapatkan persetujuan.

“Jadi sebenarnya kita sudah lolos uji coba dan sudah sangat siap untuk go public. Tapi kita sedang menunggu momentum ya karena kalau tahun ini masih tahun politik sehingga bukan waktu yang tepat, mungkin dua sampai tiga tahun ke depan.”

Pencapaian bisnis Bhinneka

Pada tahun 2018, Bhinneka mengklaim revenue rata-rata naik hingga 40% sejak lima tahun belakangan. Kenaikan ini dikontribusikan dari segmen B2G dengan persentase hampir 50%, kemudian diikuti segmen B2B (30%) dan sisanya dari B2C (20%).

Dilihat dari penjualan secara online dan offline, untuk segmen B2C saja, disebutkan cukup seimbang sebesar 10% untuk masing-masing kanal.

“Tahun ini ditargetkan [revenue] minimal bisa mengimbangi dari tahun lalu yang mencapai 40%.”

Untuk dukung strategi omni channel, Bhinneka akan terus membuka gerai offline baru meski tidak masif seperti peritel kebanyakan. Rencananya ada lima tambahan gerai yang bakal terletak di Bandung, Yogyakarta, dan Jakarta.

Adapun saat ini Bhinneka memiliki delapan gerai, tujuh di antaranya ada di Jakarta dan sisanya di Surabaya. Juga 33 kantor representatif di seluruh provinsi di Indonesia untuk melayani segmen B2B dan B2G.

Bhinneka telah bermitra dengan 3 ribu brand, lebih dari 9 ribu vendor penyuplai, dan 40 ribu konsumen dari segmen B2B dan B2G.

Sejak pertama kali hadir di tahun 1993, awal mula bisnis Bhinneka dimulai dari Bhinneka Digital Printing Solution. Lalu tahun 1995 merambah ke penjualan produk TI dan empat tahun kemudian masuk ke ranah e-commerce dengan situs Bhinneka.com.

Pada 2001 mulai mencoba masuk ke gerai offline sebagai langkah perusahaan dalam menambah unsur kepercayaan buat para konsumen. Segmen B2B akhirnya mulai dilirik pada 10 tahun kemudian, dengan merilis Bhinneka Bisnis.

Segmen B2G dirintis setahun kemudian, namun baru resmi pada 2015 lewat peluncuran e-katalog dan e-procurement. Pada tahun yang sama, revenue Bhinneka tembus Rp1 triliun.

Application Information Will Show Up Here

Rencana Bhinneka di Usia Ke-24

Tahun ini menjadi tahun ke-24 Bhinneka beroperasi, tepatnya bulan Februari kemarin. Usia yang cukup matang untuk sebuah bisnis. Bhinneka terbukti bisa beradaptasi dengan perkembangan teknologi digital yang marak dalam kurun waktu beberapa waktu terakhir. Kini di tahun 2017 ini Bhinneka berambisi untuk memperkuat jaring offline store mereka.

Bhinneka dikenal sebagai salah satu bisnis e-commerce yang juga kuat dari sisi offline store. Rencananya Bhinneka akan menambah sekitar lima hingga sepuluh store lagi. Pihak Bhinneka tidak membocorkan lebih detil di kota mana mereka akan membangun offline store. Ketika dihubungi DailySocial, mereka hanya memberikan bocoran offline store masih akan berkonsentrasi di Jakarta dan di pulau Jawa. Diakui atau tidak, pendekatan offline dan online yang dilakukan Bhinneka sangat berperan dalam kelangsungan bisnis mereka.

“Di usia ke-24 ini, Bhinneka harus bisa membuktikan bahwa kami bisa tetap relevan dengan pasar dan industri, baik sebagai perusahaan maupun e-Commerce. Sebagai e-Commerce, Bhinneka harus selalu update dan beradaptasi terhadap tren baik dari sisi produk, pelayanan, juga perkembangan teknologi yang digunakan,” tutur Founder dan CEO Bhinneka Hendrik Tio.

Meningkatkan porsi sumbangsih B2B

Bhinneka sejauh ini memiliki beberapa model bisnis, di antaranya adalah B2C (Bussiness to Customer) B2B (Bussines to Bussines) dan B2G (Bussines to Goverment). Ketiganya masing-masing menyumbang 40% untuk B2C dan 30% untuk B2B dan B2G. Keberhasilan Bhinneka dengan pemerintah juga menjadi salah satu hal yang mendukung capaian Bhinneka tahun ini.

“Sejauh ini, Bhinneka telah melayani pengadaan barang/jasa untuk 136 instansi termasuk kementerian, lembaga tingkat provinsi/kabupaten/kota,” papar Hendrik lebih lanjut.

Hendrik juga menjelaskan bahwa Bhinneka sejauh ini juga telah menjadi mitra untuk empat ribu korporasi yang terdiri dari SMB (Small Medium Businesses) dan Enterprise. Di tahun ini Bhinneka juga berencana untuk meningkatkan sumbangsih pendapatan B2B hingga mencapai 40% dari total dengan meningkatkan jumlah pelanggan hingga 25 persen dibanding tahun lalu.

Ketika disinggung mengenai rencana IPO, pihak Bhinneka menjelaskan pihaknya sekarang masih berada di jalur yang benar. Pihak Bhinneka juga optimis bahwa IPO akan terlaksana sesuai dengan yang telah direncanakan.

Application Information Will Show Up Here

Pencapaian Bisnis Bhinneka dan Targetnya di Tahun 2017

Ketatnya persaingan layanan e-commerce di Tanah Air, rupanya tidak menyurutkan Bhinneka untuk terus mencetak pertumbuhan bisnis. Menjelang akhir tahun ini, Bhinneka mengumumkan kenaikan penjualan untuk kedua segmen bisnisnya B2C (Business to Consumer) sebesar 70% dan B2B (Business to Business) naik 40% dibandingkan perolehan di tahun sebelumnya.

Untuk segmen B2C, kenaikan ini dipicu salah satunya karena program tahunan Hari Belanja Online Nasional 2016 (Harbolnas 2016). Penjualan harian dalam periode Harbolnas meningkat hingga empat kali lipat dibandingkan hari biasa jadi 300%, seiring dengan peningkatan jumlah kunjungan sebesar 100%.

Selain itu, ada dua faktor lainnya yakni konsumen loyal dan mitra yang suportif. Produk yang dihadirkan Bhinneka jadi daya tarik utama dan kerja sama yang baik dengan mitra penyedia produk, mampu mendorong Bhinneka jadi salah satu situs e-commerce dengan produk 3C terlengkap.

Kehadiran layanan O2O lewat lima gerai offline di Jakarta dan Surabaya, juga turut mendorong pertumbuhan bisnis perusahaan untuk segmen tersebut.

Sementara itu, segmen B2B atau lebih dikenal dengan Bhinneka Bisnis yang baru di-launching secara resmi tahun ini, telah menunjukkan peningkatan yang cukup baik.

Kenaikannya dipicu karena klien korporasi mulai sadar pembelanjaan secara online kini mulai dianggap menjadi pilihan yang praktis dan efektif untuk memenuhi kebutuhan procurement dibandingkan belanja tradisional yang kurang transparan.

“Tren bisnis dan ekonomi Indonesia pada tahun ini, mengalami berbagai pergolakan yang dinamis. Perlambatan ekonomi dunia tentu mempengaruhi dinamika secara keseluruhan. Di tengah kondisi tersebut, marak kemunculan e-commerce baru dalam negeri. Rupanya masyarakat masih memiliki animo tinggi terhadap dunia online, terlihat dari peningkatan penjualan dan kunjungan ke Bhinneka,” ucap CEO Bhinneka Hendrik Tio kepada DailySocial.

Secara total pendapatan perusahaan, sambung Hendrik, segmen B2C menyumbang sebesar 55% dan sisanya 45% diperoleh dari B2B.

Rencana bisnis Bhinneka tahun 2017

Seolah ingin mengulang pencapaiannya di tahun ini, Hendrik mengatakan pihaknya menargetkan pertumbuhan untuk dua segmen bisnisnya tersebut masing-masing tumbuh 30% untuk B2C dan 50% untuk B2B pada tahun depan. Dengan pertumbuhan tersebut, pihaknya memproyeksikan kontribusi terhadap total pendapatan perusahaan bisa seimbang 50%.

Hendrik enggan membeberkan lebih detil apa saja strateginya untuk mencapai target tersebut. Hanya saja, menurutnya, tahun depan akan jauh lebih kompetitif untuk para pemain e-commerce. Dia juga berharap bakal ada pertumbuhan yang lebih sehat dari sisi konsumen, beriringan dengan penetrasi internet yang makin luas menjangkau pelosok Nusantara.

“Para pelaku industri sebagai penyedia produk dan layanan juga tidak boleh mudah puas dan terus berbenah agar semakin maksimal dalam memberikan pengalaman belanja dan layanan yang terbaik untuk konsumen. Pada akhirnya yang terbaiklah yang akan mampu bertahan dan berkembang di tengah ketatnya persaingan ranah e-commerce lokal maupun dari luar,” pungkasnya.

Target dan Strategi Bhinneka Arungi Tahun 2016

Tahun  ini tampaknya menjadi salah satu tahun yang cukup sibuk bagi para pemain di sektor e-commerce. Ditandai dengan lahirnya peta jalan e-commerce yang akan dijanjikan selesai tahun ini e-commerce menjadi medan pertarungan yang cukup sengit. Bhinneka salah satu layanan e-commerce yang tahun ini genap berusia 23 tahun pun tak mau ketinggalan. Menargetkan pertumbuhan triple digit di tahun ini Bhinneka sudah menyiapkan beberapa rencana, salah satunya akan lebih agresif di bidang marketing dan lebih banyak membuka cabang di daerah.

Bhinneka adalah salah satu pemain e-commerce yang cukup lama di Indonesia. Meski demikian eksistensinya tetap terjaga meski menghadapi gempuran-gempuran pemain e-commerce baru yang muncul dan kian massif di lima tahun belakang ini.

Menanggapi hal itu CEO Bhinneka Hendrik Tio menjelaskan:

“Maraknya e-commerce yang masuk sepertinya tidak berpengaruh ke Bhinneka, karena kami berada di market yang berbeda. Strateginya terletak di kualitas produk, harga dan pelayanan,”

Tahun lalu, selain mendapatkan pendanaan sekitar 300 miliar dari Ideosource, Bhinneka juga mendapat keuntungan yang cukup besar. Keberhasilan tahun ini pun diharapkan sama dengan tahun lalu, seperti yang diungkapkan Hendrik.

“Kami menargetkan pertumbuhan triple digit lagi tahun ini seperti tahun lalu,” terang Hendrik.

Lebih jauh Hendrik juga mengungkapkan untuk memenuhi target tersebut Bhinneka akan mencadangkan dana untuk lebih agresif di bidang pemasaran. Salah satunya dengan menyediakan layanan B2B. Salah satu strategi untuk menarik lebih banyak lagi konsumen dari kelas korporasi.

Selain itu Bhinneka juga akan merencanakan untuk membuka lebih banyak lagi cabang di daerah-daerah. Untuk diketahui Bhinneka saat ini sudah memiliki 17 cabang yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia. Sekitar dua tahun mendatang, Bhinneka berharap menjadi salah satu startup yang mampu melakukan IPO di pasar saham.

Hendrik kepada Dailysocial mejelaskan di tahun ini pihaknya juga akan menjajaki kerja sama strategis dengan beberapa brand.

“Bentuk kerja sama dengan brand itu simple saja, yaitu kami membantu penjualan brand-brand tersebut dan sebagai gantinya para pemegang brand akan membantu kami untuk penyediaan produk. Inilah kenapa semua produk kami adalah garansi resmi dan asli dari para pemegang brand, bahkan service center kami juga sudah Authorized Partner dari beberapa brand terkemuka seperti Lenovo, HP dan lain-lain,” jelas Hendrik.

Application Information Will Show Up Here

Bhinneka Umumkan Perolehan Pendanaan 300 Miliar Rupiah dari Ideosource

Layanan e-commerce Bhinneka mengumumkan perolehan pendanaan senilai 300 miliar Rupiah yang diperoleh dari Ideosource. Pasca pendanaan ini, dua Managing Partner Ideosource, Andi S. Boediman dan Edward Ismawan, akan bergabung ke dalam jajaran Direktur (Level C) Bhinneka di bidang pemasaran dan pengembangan bisnis. Mereka juga merekrut sejumlah orang penting di dunia teknologi Indonesia untuk memperkuat jajaran timnya.

Pendanaan ini merupakan pendanaan terbesar yang pernah dikucurkan Ideosource. Bhinneka akan menggunakan dana segar yang diperoleh untuk meningkatkan pemasaran dan menjadi pemain dominan di lebih banyak kategori produk.

Seperti kita ketahui Bhinneka saat ini sedang memperluas bisnisnya sebagai sebuah marketplace. Tak hanya melulu soal produk elektronik, mereka kini tak ubahnya menjadi marketplace umum, seperti halnya Lazada atau MatahariMall. Mereka juga menghidupkan kembali segmen B2B dengan merekrut Heriyadi Janwar dari Microsoft sebagai VP Corporate Sales.

Tokoh teknologi lain yang juga bergabung di jajaran pimpinan Bhinneka adalah mantan Presdir IBM Indonesia Betty Alisjahbana yang menjadi Chairman dan mantan Direktur Central Retail Corporation dan MAP Indonesia Christian Van Schoote sebagai COO. Secara total Bhinneka saat ini memiliki 630 karyawan.

Dalam jangka panjang, Bhinneka memiliki visi utama menjadi perusahaan e-commerce pertama di Indonesia (pasca dotcom bubble) yang melakukan penawaran saham perdana (IPO).

Andi dalam pernyataannya menyebutkan, “Bhinneka memiliki brand yang kuat dan terkenal di Indonesia sebagai perusahaan O2O (online-to-offline) di kategori produk 3C (Computer/IT, Communication Technology, dan Consumer Electronics) dimana mereka memiliki toko online dan juga offline. Sebagai pelopor di industri e-commerce Indonesia, Bhinneka memiliki pengalaman kuat dalam melayani konsumen, bisnis, dan pemerintah di Indonesia. Kami percaya hal itu memberikan mereka keunggulan dalam memahami dan memenangkan pasar.”

Memperkuat inisiatif O2O

CEO Bhinneka Hendrik Tio mengisyaratkan peningkatan inisiatif Online-to-Offline (O2O) untuk memperluas bisnisnya di Indonesia dengan membangun lebih banyak kantor fisik di berbagai kota di Indonesia. Saat ini Bhinneka memiliki kantor di Jakarta, Surabaya, Medan, Makassar, dan Bandung. Hendrik mengatakan, “Saat ini bisnis online Bhinneka sedikit lebih besar daripada bisnis offline-nya. Namun kami percaya kedua channel ini akan terus saling melengkapi.”

“Kami menyediakan brand yang kuat dengan pelayanan yang berkualitas, baik itu pelayanan sebelum pembelian maupun pelayanan purnajual. Semua penjual dan produk juga harus melewati proses pemilihan,” lanjutnya.

Selain O2O, Bhinneka akan fokus di pengembangan aplikasi mobile dan pemasaran melalui media sosial.

“Saat ini, industri e-commerce dibangun berdasarkan pemasaran dan proses subsidi, dan hal ini membuat ruang untuk melakukan kesalahan jadi sangat kecil. Jadi kami harus sangat pintar dalam menjalankan aktivitas pemasaran. Selain itu, perekrutan menjadi lebih sulit dengan banyaknya pemain internet baru. Talenta menjadi lebih susah ditemukan dan menjadi lebih mahal. Bhinneka tidak hanya memberikan gaji dan tempat bekerja yang nyaman, namun juga opsi saham bagi karyawan,” ujar Hendrik.

Ulang Tahun Ke-21, Layanan E-Commerce Bhinneka Segera Perbarui Platform E-Commerce dan Luncurkan Marketplace Terkurasi

Tahun ini layanan e-commerce Bhinneka memiliki rencana besar untuk memperbarui platform e-commerce yang dimilikinya dan meluncurkan marketplace yang terkurasi. Rencana tersebut dikemukan oleh CEO Bhinneka  Hendrik Tio di sela-sela perayaan ulang tahun ke-21. Didirikan di tahun 1993 dan merambah dunia online sejak tahun 1999, Bhinneka adalah salah satu layanan e-commerce tertua di Indonesia.

Continue reading Ulang Tahun Ke-21, Layanan E-Commerce Bhinneka Segera Perbarui Platform E-Commerce dan Luncurkan Marketplace Terkurasi

Masuki Usia Ke-14, Bhinneka Perkokoh Posisi Sebagai Pelopor E-commerce di Indonesia

Pada bulan Juni mendatang situs pelopor e-commerce di Indonesia Bhinneka tepat memasuki usia ke-14. Usia yang bisa dikatakan sebagai “usia ABG” tersebut membuat Bhinneka semakin dewasa menghadapi industri e-commerce Indonesia yang semakin dinamis dan progresif. Seperti apa Bhinneka yang dikenal sebagai pelopor menghadapi persaingan industri e-commerce Indonesia? Continue reading Masuki Usia Ke-14, Bhinneka Perkokoh Posisi Sebagai Pelopor E-commerce di Indonesia

Electronics E-Commerce Site Bhinneka Launches Travel Site

One of Indonesia’s famous e-commerce site for electronics, Bhinneka recently launched a sub-service under their site called Bhinneka Travel. The content of the website, as you probably guessed, is related to hotel room search and travel packages affiliated with hotel deal search company, HotelsCombined. Continue reading Electronics E-Commerce Site Bhinneka Launches Travel Site