Tiga Startup Bidang Pariwisata Umumkan Merger dan Bentuk Holding Baru

Industri pariwisata Indonesia dipercaya masih memiliki potensi yang begitu luas, banyak irisan di dalamnya yang belum tergarap maksimal meski sudah banyak pemain OTA hadir. Dari semangat tersebut, memutuskan para petinggi Travelingyuk, Lapaktrip, dan DeRegent untuk memilih langkah merger dan membentuk holding baru agar layanan semakin terintegrasi dengan fokus yang jelas dan terarah.

Ketiga perusahaan di atas beroperasi di bawah holding bernama PT Turisme Global Diginet (TGD Holding) secara resmi per Juli 2019. Natali Ardianto dan Khrisna Mokoginta menjadi komisaris untuk TGD holding. Mereka adalah beberapa nama dibalik dirintisnya Tiket.com.

Sebagai informasi, baik Travelingyuk, Lapaktrip, dan DeRegent ini lahir dari kalangan orang-orang Tiket.com. Natali dan Khrisna juga terlibat sebagai investor untuk pendirian Travelingyuk dan DeRegent.

Travelingyuk adalah portal berita khusus pariwisata yang dipimpin oleh Sa’atul Ihsan. Sementara Lapaktrip adalah marketplace khusus penjualan paket tour and activities. CEO-nya adalah Hendry Prianto, sebelumnya bekerja di Tiket sebagai Head of Product – Hotel Division.

Terakhir, DeRegent adalah pengelola tourist information center (TIC), memasarkan iklan offline di bandara internasional dalam bentuk videotron. DeRegent dipimpin oleh Jonggi Manalu, sebelumnya dia memimpin Tiket sejak 2014-2017 sampai akhirnya diakuisisi penuh oleh Blibli.

Bila dilihat, ketiga perusahaan ini bidangnya saling beririsan satu sama lain dan dipercaya bisa memberikan sinergi untuk kemajuan industri pariwisata.

“Sinergi antara Travelingyuk, DeRegent, dan Lapaktrip saling berkaitan. Lapaktrip butuh promosi secara online lewat Travelingyuk, lalu DeRegent untuk offline-nya. Karena kita semua bermain di industri pariwisata, akhirnya memutuskan untuk bentuk perusahaan holding, ketiganya akan beroperasi di bawah holding,” terang Komisaris TGD Holding Khrisna Mokoginta kepada DailySocial.

Natali turut menambahkan, kondisi industri tour and activities ini tak jauh bedanya seperti industri OTA dimulai yang ditandai dengan kelahiran Tiket. Penyedia jasa tour and activities masih belum tersentuh dengan dunia digital, makanya proses booking masih sangat manual. Namun semua masalah tersebut seperti tidak terlihat.

“Kita percaya tour and activities ini akan sangat besar karena sekarang orang beli kamar hotel dan perjalanan dengan sangat murah. Yang kita offer adalah value added, bisa dapat makan malam gratis atau pick up dari airport. Makanya dari pengalaman kita ini, transaksi average ke depannya akan jauh lebih besar dari OTA karena value-nya lebih besar.”

Dari keputusan bisnis ini, Lapaktrip akan menjadi platform utama sebelum mengarahkan kebutuhan konsumen yang ingin beriklan lewat DeRegent atau mencari informasi pariwisata melalui artikel yang dipublikasi oleh Travelingyuk. Database paket wisata dari agen tour and activities pun akan diperbanyak di Lapaktrip agar konsumen punya banyak pilihan.

Oleh karena itu, Khrisna menjelaskan secara bertahap akan perkuat sistem internal agar pelayanan ke konsumen makin baik dan sistem pembayaran agar opsi konsumen bisa lebih banyak untuk bertransaksi di Lapaktrip.

Rencana bisnis berikutnya

CEO Lapaktrip Hendry Prianto menjelaskan ke depannya Lapaktrip akan menyediakan paket tour and activities untuk kegiatan di luar negeri, tidak hanya di dalam negeri saja. Perusahaan melihat peluang yang belum disentuh meski Traveloka lewat Traveloka Xperience dan Klook, bahkan Tiket sendiri sudah merambahnya.

Perusahaan besar tersebut belum merambah hingga paket wisata yang menyeluruh dan tiket atraksi wisata yang disediakan oleh UKM. Kebanyakan pemain OTA baru menyentuh penyedia yang banyak dikenal wisatawan.

“Misi kita cukup beda, kami ingin bantu agen tur konvensional untuk go digital dengan Lapaktrip agar mereka bisa berkompetisi dengan yang lainnya. Lapaktrip bisa menjadi channel penjualan mereka yang baru,” kata Hendry.

Dari segi transaksi, Hendry menyebut perusahaannya telah menghasilkan transaksi, namun dianggap belum begitu besar. Lantaran belum melakukan kegiatan promosi apapun sejak awal berdiri.

Dia menyebut Lapaktrip telah bermitra dengan 80 operator tur dan 1200 paket wisata yang ditawarkan. Pasca bergabungnya perusahaan ke dalam holding, Hendry akan perbanyak kemitraan dengan 1000 operator tur sampai akhir tahun ini.

Agen tur yang ingin bergabung harus memenuhi beberapa persyaratan umum, mereka harus sudah berbadan hukum dan punya alamat kantor yang jelas demi meminimalisir potensi penipuan.

Seluruh produk yang dipajang di Lapaktrip kemungkinan besar juga akan tersedia di videotron DeRegent yang delapan bandara internasional. Seperti di Bandara Soetta (Cengkareng), Sultan Mahmud Badaruddin (Palembang), Silangit (Medan), dan Minangkau (Padang).

Tak hanya itu, videotron ini bisa jadi ajang promosi untuk para UKM agar semakin dikenal para wisatawan. Juga memasarkan informasi yang dipublikasi lewat Travelingyuk. Secara pencapaian, situs media online ini diklaim telah dikunjungi oleh 195 juta kali sejak Januari 2018-April 2019. Dari angka itu, pembaca loyalnya mencapai 33 juta orang.

Agar ketiga startup ini makin tumbuh pesat, Natali menyebut pihaknya sedang melakukan penggalangan dana untuk Seri A. Prosesnya masih berlangsung dan diharapkan akan segera selesai pada akhir Agustus 2019.

LapakTrip Ingin Bantu Agen Perjalanan Konvensional Adopsi Teknologi

Semakin maraknya dinamika layanan OTA di Indonesia membuat perusahaan travel agent mulai kesulitan untuk bersaing, khususnya karena keterbatasan penerapan teknologi. Melihat permasalahan tersebut, LapakTrip hadir menawarkan solusi teknologi yang sesuai dengan kebutuhan travel agent saat ini.

“Ide situs LapakTrip sendiri berawal dari melihat semakin tergerusnya bisnis agen travel konvensional yang tidak dapat bersaing di era digital ini dengan menjamurnya Online Travel Agents (OTA), serta ketidakpahaman mengenai teknologi ataupun tidak mempunyai dana marketing yang mumpuni untuk dapat bersaing dengan para raksasa,” kata Senior Business Development Manager LapakTrip Hendry Prianto kepada DailySocial.

Cara kerja LapakTrip

Dengan menjadi mitra, para agen travel konvensional berkesempatan menjual produk-produk perjalanan yang mereka miliki secara online di situs LapakTrip. Produk ini kemudian didistribusikan kembali ke pihak ketiga. Saat ini ada tiga partner besar yang akan menjadi saluran distribusi produk-produk LapakTrip. Dua perusahaan berbasis di Indonesia dan satu perusahaan di Taipei.

“Saat ini belum dapat kami berikan detailnya karena masih dalam tahap review perjanjian komersial kedua belah pihak,” kata Hendry.

Untuk memudahkan mitra atau supplier LapakTrip mengakses platform, mereka dapat menggunakan beberapa fitur unggulan. Contoh fitur yang tersedia adalah Widget yang dapat dipasang di berbagai situs.

Kemudian tersedia WebApps Builder. Masih dalam tahap pengembangan, nantinya para mitra LapakTrip dapat memiliki situs sendiri atau aplikasi mobile dengan domain mereka sendiri. Transaksi akan di-handle payment gateway milik LapakTrip.

“Komisi yang kami ambil dari mitra LapakTrip adalah di rentang 12%-18% dari setiap transaksi. Begitu WebApps Builder kami selesai, kami akan berlakukan model SaaS (software-as-a-service). Untuk angkanya masih belum final saat ini,” kata Hendry.

Target LapakTrip

Saat ini LapakTrip telah memiliki 60 mitra aktif. Perusahaan sendiri baru live bulan Juni 2018 lalu. Per bulan jumlah pengguna aktif baru mencapai sekitar 3 ribu pengguna di bulan September 2018.

“Sekarang ini sedang kami perkuat partnership dengan pihak ketiga, seperti BliBli, GO-JEK, AirAsia Big Points, dan lainnya supaya dapat memperkuat posisi branding dari LapakTrip sendiri,” kata Hendry.

Meskipun masih belia, LapakTrip sudah memiliki sejumlah target yang ingin dicapai, termasuk akuisisi lebih banyak mitra yang akan berpengaruh pada jumlah produk dan destinasi. Destinasi utama yang menjadi fokus adalah seluruh destinasi wisata di Indonesia dan di negara Asia lainnya, seperti Korea Selatan, Jepang, dan Taiwan.

“Hal ini dilakukan karena tidak bisa kita pungkiri bahwa behavior dari pasar domestik sendiri kalau liburan mungkin masih memilih ke luar negeri,” kata Hendry.

Target lain yang ingin dicapai adalah memperluas kemitraan dengan layanan e-commerce dan bank.

“Selain WebApps Builder, kami juga sedang mempersiapkan satu fitur untuk sisi pelanggan yang bernama TripSaving. Nantinya fitur ini dapat membantu terutama kalangan millenial untuk membantu dan mempersiapkan finansial mereka supaya bisa merencanakan liburan impian mereka,” kata Hendry.

HotelsCombined Kerja Sama dengan Tiket, Tampilkan Lebih Banyak Hasil Pencarian dari Indonesia

Layanan pencarian dan pembandingan harga kamar hotel yang berasal dari Australia HotelsCombined menjalin kemitraan dengan Tiket.com untuk menampilkan hasil pencarian startup terkemuka Indonesia ini. Seribu lima ratus hotel di basisdata Tiket.com akan menambah variasi hasil pencarian yang ditampilkan oleh HotelsCombined. HotelsCombined sendiri saat ini memiliki lebih dari 400.000 hotel yang tersimpan di basisdatanya.

Continue reading HotelsCombined Kerja Sama dengan Tiket, Tampilkan Lebih Banyak Hasil Pencarian dari Indonesia