Peran Digitalisasi Terhadap Peningkatan Bisnis Pasar Tradisional

Setelah tahun lalu berhasil meluncurkan laporan bertajuk “Indonesia Online Groceries Report 2022”, Titipku kembali menghadirkan riset lanjutan dengan tema besar “Digitalisasi Pasar Tradisional di Indonesia”. Jika sebelumnya mereka fokus mengupas seluk beluk online grocery dan potensinya, riset terbaru ini memaparkan peran teknologi dalam mendisrupsi pasar tradisional di Indonesia.

Dikutip dari Katadata, Laporan Direktori Pasar dan Pusat Perdagangan 2020 mencatat sekitar 16.235 pasar tradisional yang tersebar di seluruh Indonesia. Angka terbanyak disumbang oleh Pulau Jawa dengan 5.949 unit. Kemudian diikuti oleh Pulau Sumatera sebanyak 4.896 unit dan Sulawesi 2.165 unit. Maluku dan Papua memiliki jumlah pasar rakyat paling sedikit sebanyak 453 unit.

Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2019 juga menunjukkan bahwa pasar tradisional masih menjadi pusat perdagangan terbesar di Indonesia (89%) dibandingkan dengan jumlah pusat perbelanjaan (3,7%) dan supermarket (7,3%). Angka ini menunjukkan bahwa pasar tradisional masih sangat diminati oleh masyarakat Indonesia. Salah satunya karena harga produk yang terjangkau.

Tingginya sebaran pasar tradisional di Indonesia menunjukkan besarnya potensi yang dimiliki. Sebuah survei yang dilakukan oleh Nielsen pada Juni 2020 menyebutkan bahwa 58% orang lebih memilih berbelanja di pasar tradisional, bahkan ketika pandemi. Di tahun 2021, penjualan grosir di Indonesia mencapai $71,64 miliar, 53,59% dari total penjualan berasal dari pasar tradisional.

Meskipun menyimpan potensi yang sangat besar, masih ada beberapa masalah yang kerap dihadapi oleh para pedagang di pasar tradisional. Tiga hal utama yang menjadi perhatian adalah rantai pasok, kondisi pasar, dan modal/kapital. Berikut adalah beberapa fakta yang mendukung pernyataan ini.

Dari sisi rantai pasok, contohnya, mahalnya harga daging akibat rantai distribusi yang panjang membuat konsumen mencari produk alternatif lain. Hal ini mengancam keberlangsungan bisnis pedagang daging sapi. Di samping itu, kenaikan harga BBM pada September 2022 juga berpotensi menaikkan harga bahan pokok, menyusul kenaikan harga barang-barang dari petani ke pedagang.

Subsidi transportasi dari pemerintah juga dinilai tidak efektif oleh Direktur Eksekutif Pusat Studi Ekonomi dan Hukum (Celios), Bhima Yudhistira. Pasalnya, terdapat banyak titik distribusi dalam rantai pasok, mulai dari petani, distributor besar, pengecer, hingga konsumen. Bhima mempertanyakan pada titik mana subsidi transportasi akan diterapkan.

Terkait kondisi pasar, Katadata juga menyebutkan bahwa dari 16.235 pasar di Indonesia pada 2020, sekitar 13,9% atau 2.256 unit pasar belum pernah direnovasi sejak beroperasi. Selain itu, terdapat 218 pasar tradisional yang tidak pernah direnovasi meski telah beroperasi lebih dari 30 tahun. Hal ini cukup mempengaruhi minat pembeli dan pedagang di pasar tradisional.

Mengenai modal usaha, Ketua Umum Asosiasi UMKM Indonesia Ikhsan Ingrabuh, mengatakan bahwa program pemerintah untuk menurunkan suku bunga Kredit Usaha Rakyat (KUR) dari 7% menjadi 6% sudah baik, namun kebijakan ini dianggap kurang efektif tanpa akses yang mudah bagi pemilik UMKM, mereka lebih suka fintech dengan minat tinggi tetapi akses mudah.

Presentase pasar yang telah mendapat bantuan modal dan pembinaan. Sumber: Data BPS

“Pedagang punya modal terbatas. Hari ini jualan, uang yang dihasilkan hanya untuk diputar esok hari. Sementara akses ke bank sulit tanpa laporan keuangan atau jaminan. Di sinilah peran Titipku sebagai perusahaan yang fokus pada digitalisasi pasar dalam menjembatani kebutuhan para pedagang pasar dengan pembiayaan/modal,” ujar Co-Founder dan CEO Titipku Henri Suhardja.

Inovasi dari sisi teknologi

Bhima Yudhistira menyatakan ekosistem digital bagi UMKM dan pasar ini dapat menjadi solusi dalam menyelesaikan permasalahan rantai pasok yang sudah terlalu lama. Digitalisasi juga diyakini dapat membantu pedagang mendapat akses yang lebih mudah terhadap modal usaha dan mengurangi tingkat volatilitas harga produk.

Di samping itu, inovasi di bidang teknologi juga bisa membantu pedagang pasar tradisional untuk memperluas jangkauan bisnis serta meningkatkan kompetisi dalam industri. Teknologi juga bisa menyederhanakan proses transaksi dan menghemat biaya. Hal ini sekaligus menghadirkan pengalaman baru yang ditawarkan pada para pembeli.

“Dengan UMKM masuk ke online/marketplace, UMKM bisa mendapatkan kesempatan untuk masuk ke pasar baru. Artinya UMKM akan dikenal lebih luas dan mendapatkan kesempatan dikenal oleh calon customer yang baru, yang berpotensi menjadi pelanggan. Dengan demikian, UMKM tidak hanya bergantung ke pelanggan lama saja, tapi punya pelanggan baru,” ungkap Henri.

Inklusi keuangan digital juga memungkinkan UMKM dan pedagang pasar untuk mengoptimalkan pengembangan bisnis mereka. Hal ini disebabkan inklusi keuangan dan penerapan solusi digital yang tepat mendorong UMKM dan pasar menjalankan bisnis secara lebih efektif dan efisien. Hal ini memungkinkan para pedagang untuk meningkatkan kapasitas produksi, memperluas pasar, dan bahkan mendapatkan akses ke kredit yang lebih besar.

Titipku memiliki model bisnis B2B yang sejalan dengan manfaat digitalisasi, yaitu membantu pasokan barang pedagang dan memberikan bantuan permodalan untuk mengaksesnya. Pedagang dapat mengambil barangnya melalui Titipku. Barang-barang tersebut tidak dikenakan ongkos kirim sehingga harga jual lebih stabil dan terjangkau kepada pelanggan.

Adanya riwayat transaksi di aplikasi juga memudahkan pedagang untuk dokumentasi usaha sehingga dapat lebih mudah dalam mengajukan bantuan permodalan. Titipku mereferensikan merchant yang memenuhi syarat untuk dukungan modal dari bank. Titipku bekerja sama dengan Nobu Bank dalam program ini.

Beberapa solusi yang ditawarkan oleh Titipku

Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki juga mengatakan bahwa beberapa sektor digital di Indonesia tengah berkembang pesat seperti e-commerce, edutech, property-tech, ride-hailing, dan health-tech. Pada 2030, nilai transaksi digital di Indonesia diperkirakan mencapai Rp160,4 triliun per platform, Rp575 triliun, Rp202,4 triliun, Rp401 triliun, dan Rp471,6 triliun.

Diproyeksikan nilai transaksi ekonomi digital akan tumbuh menjadi Rp 4.531 triliun pada tahun 2030 dengan dominasi sektor e-commerce. Untuk itu, digitalisasi UMKM akan semakin strategis. Sedangkan pada 2025 Google memproyeksikan nilai ekonomi digital Indonesia mencapai USD 146 miliar, dan ini menurut Ketua MPR Bambang Soesatyo juga harus dinikmati oleh UMKM.

Di Indonesia sendiri, sudah ada beberapa platform digital yang dapat membantu para pedagan di pasar tradisional untuk mengembangkan bisnis mereka. Selain Titipku, di ranah B2B ada Ula dan GudangAda. Di ranah B2C juga ada pasar.id, Tumbasin, Teman Pasar dan Tukang Sayur.

Aplikasi digital untuk pedagang pasar di Indonesia. Sumber: Riset Digitalisasi Pasar Tradisional di Indonesia oleh Titipku
Application Information Will Show Up Here

Titipku Masuk ke Segmen B2B, Mantapkan Strategi Menuju Profitabilitas

Di tengah gejolak jatuh-bangun online grocery, Titipku memantapkan strategi “path to profitability” dengan memperluas bisnisnya ke segmen B2B. Ekspansi akan dimulai pada kuartal keempat tahun ini dengan target beroperasi secara bertahap pada 2023.

Berdiri di 2017, Titipku merupakan lulusan Y Combinator batch S21. Titipku didirikan oleh Ong Tek Tjan dan Henri Suhardja dengan misi utama mendigitalkan pasar tradisional yang menjajakan kebutuhan pangan segar, seperti sayur, ayam, daging, dan ikan.

Awalnya, Titipku dirancang untuk mendigitalkan UMKM dengan target skala nasional. Ada 1.000 mitra UMKM yang berhasil digandeng saat itu. Namun, pihaknya mengaku kesulitan untuk mengelola karena mitranya datang dari berbagai kategori. Dalam perjalanan selama 2-3 tahun, Titipku mulai mengubah model bisnis ke hyperlocal, fokus pada digitalisasi pedagang pasar.

Banyak area-area kecil yang belum tergarap aksesnya. Padahal, keberadaan pasar bertempat di lokasi strategis. Dari data yang kami peroleh, tahun 2020 Titipku mencatat omzet 700%, serta merangkul lebih dari 31.000 UMKM dan 7.000 penjelajah. Sekarang Titipku, sudah bekerja sama dengan hampir 10.000 pedagang di 150 pasar.

Memperkuat posisi

Dalam wawancara terpisah dengan DailySocial.id, Co-founder dan CEO Titipku Henri Suhardja meyakini bahwa bisnis online grocery masih punya peluang besar di Indonesia. Ada banyak pasar yang dapat digarap, tak hanya sebatas menguntungkan konsumen akhir.

Berdasarkan data di “Online Grocery Report 2022” yang diterbitkan Titipku, perilaku konsumen dalam berbelanja sudah terbentuk secara stabil selama masa pandemi Covid-19. Bahkan, Titipku mencatat ada kenaikan transaksi online grocery sebanyak 4-5 kali sebelum pandemi.

Untuk mendorong efisiensi dan menjaga pertumbuhan di segmen B2C, Titipku melakukan sejumlah strategi. Misalnya, memaksimalkan channel marketing dan melakukan perbaikan aplikasi untuk meningkatkan kenyamanan pengguna. Strategi ini diyakini dapat mendorong awareness terhadap efektivitas layanan online grocery, terutama bagi kaum ibu-ibu.

Titipku juga memperluas segmen pasarnya pada akhir tahun ini. Berkat keuntungan yang diklaim telah diperoleh dari segmen B2C, pihaknya mantap untuk masuk ke bisnis B2B. Modelnya, sales Titipku akan menjual pasokan produk ke pedagang pasar, dan pesanan akan diantar sesuai kesepakatan jam pengiriman. Value proposition yang ditawarkan tetap sama, yakni pasokan produk segar dengan harga terjangkau. Dengan harga dan kualitas ini, pedagang dapat menghindari potensi fraud.

Ke depannya, Titipku berkomitmen untuk memfasilitasi pemberian modal usaha, tidak hanya membantu pada suplai produk saja. Tujuannya untuk membangun ekosistem UMKM dan pedagang pasar di Jabodetabek.

“Sejak awal, kami berkomitmen untuk tumbuh bersama pedagang pasar. Kami tidak memiliki warehouse untuk produk yang akan dijual. Kalau Titipku punya, ini akan mengerdilkan peran pasar dan justru bertolak belakang dengan visi dan misi kami. Pasar rekanan Titipku adalah warehouse terbaik yang dimiliki. Semua produk diambil langsung dari pedagang,” ujarnya.

Di sisi lain, Titipku juga mengungkap rencananya untuk melakukan fundraising dalam waktu dekat. Namun, Henri enggan mengelaborasi lebih lanjut.

Masuk ke B2B

Untuk dapat menjalankan bisnis online grocery secara berkelanjutan, Henri menilai penting untuk fokus terhadap kualitas produk dan layanan, serta unit economic. Menurutnya, yang terjadi di industri saat ini, banyak yang terlalu terpaku pada promo, bukan ketiga hal tersebut.

“Kami fokus untuk menjadi sustainable business, memastikan path to profitability. Maka itu, kami mulai masuk ke B2B pada akhir tahun. Ini bukan pivot, tetapi menjadi B2B2C secara keseluruhan,” tuturnya pada kesempatan terpisah beberapa waktu lalu.

Disampaikan Henri pada acara Titipku 6th Anniversary, operasional B2B akan dimulai pada kuartal I 2023 dengan memasok ke 27 pasar untuk tahap awal. Pihaknya akan masuk ke pasar sentral untuk melayani 60 pasar sekunder di kawasan Jadetabek pada kuartal II.

Masih di kawasan sama, jumlah tersebut akan ditambah menjadi 80 pasar di kuartal III, dan naik menjadi 100 pasar pada kuartal IV. Titipku juga akan ekspansi ke Bandung dan Surabaya.

Founder Titipku Ong Tek Tjan menambahkan, pihaknya tak menutup kemungkinan di masa depan untuk memasok produk dari para petani. Menurutnya, pasar tradisional masih dipersepsikan sebagai kaum marjinal, posisinya dinilai kalah dengan pasar modern. Pasar tradisional juga sulit mendapat pasokan berkualitas.

Titipku akan meningkatkan perannya dengan memfasilitasi pemberian akses modal usaha dari mitra lembaga keuangan. Langkah ini dapat membantu pedagang untuk mengelola rantai pasok dengan baik.

Pihaknya juga mengaku optimistis terlepas dari situasi perlambatan ekonomi saat ini. “Orang-orang akan mengalihkan pengeluaran kepada kebutuhan pokok sehingga mereka akan belanja. Ketika ini terjadi, kami ingin mitra Titipku dapat memilih pasokan barang dengan kualitas barang sehingga tak kalah dengan pasar modern.” tambahnya.

Gejolak online grocery

Bisnis online grocery, termasuk quick commerce, tak hanya terguncang di skala global saja. Sejumlah startup menutup layanannya karena tak mampu lagi menjadi bisnis berkelanjutan, khususnya di segmen B2C.

Salah satu pemain terbesar, HappyFresh kesulitan keuangan sehingga harus meracik kembali strategi bisnisnya. Brambang terpaksa menutup layanan online grocery dan langsung pivot menjadi marketplace untuk produk elektronik bekas. Sementara, kegagalan menemukan unit ekonomi yang cocok memaksa Bananas untuk melakukan hal serupa dan pivot ke bisnis lain.

Padahal, online grocery termasuk salah satu primadona layanan digital yang mengantongi akselerasi luar biasa ketika masa awal pandemi. Namun, tren ini diprediksi melandai sejalan dengan melonggarnya pembatasan sosial menuju transisi pasca-pandemi. Masyarakat sudah mulai beraktivitas keluar dan berbelanja langsung di toko sejak setahun terakhir.

Di samping itu, segmen B2C pada online grocery juga dinilai sulit untuk menjadi bisnis berkelanjutan mengingat perlu modal besar untuk infrastruktur logistik dan subsidi pada promo diskon.

Dalam analisis DailySocial.id terdahulu, potensi online grocery belum maksimal mengingat penetrasinya masih berputar di kota-kota besar, seperti Jabodetabek. Terlebih, masyarakat masih terbiasa berbelanja kebutuhan sehari-hari langsung di toko fisik. Berdasarkan laporan “The Institute of Grocery Distribution (IGD) Asia” nilai pasar online grocery akan bertumbuh 198% dari $99 miliar di 2019 jadi $295 miliar di 2023.

Application Information Will Show Up Here

[Video] Fokus Titipku Mendigitalisasi Pasar Tradisional

Melalui wawancara bersama DailySocial.id, Co-Founder & CEO Titipku Henri Suhardja menjelaskan tentang bagaimana sistem jasa titip (jastip) yang ditawarkan oleh perusahaannya.

Menurut Henri, Titipku memiliki perbedaan yang signifikan terhadap sejumlah platform online groceries lain yang sudah ada di masyarakat.

Memilih fokus menghubungkan pedagang di pasar dengan konsumennya secara online, Henri menyebutkan bahwa Titipku punya rencana dan target besar yang ingin direalisasikan di 2022.

Seperti apa target dan rencana yang diusung oleh Titipku? Apa yang membedakan Titipku dengan platform belanja online yang lainnya?

Simak pembahasan tentang Titipku yang terangkum di video wawancara berikut.

Untuk video menarik lainnya seputar strategi bisnis dan kontribusi sejumlah startup di Indonesia, kunjungi kanal YouTube DailySocialTV dalam sesi DScussion.

Penambahan Jumlah Pasar dan Tren Pandemi Dorong Pertumbuhan Bisnis Titipku

Sebagai platform marketplace yang fokus menghubungkan pedagang di pasar dengan konsumennya secara online, Titipku mengklaim selama dua tahun terakhir terus mengalami peningkatan bisnis yang cukup positif hingga 10x lipat. Selain menambah jumlah pasar di kawasan Jabodetabek, mereka juga memiliki rencana untuk melakukan ekspansi di pulau Jawa dan Bali. Harapannya bisa menambah sekitar 250 pasar tradisional dalam waktu satu tahun ke depan.

Dalam laporan yang dirilis Titipku bertajuk “Indonesia Online Groceries Report 2022” terungkap, para pelaku UMKM di pasar tradisional yang telah bergabung  meningkatkan visibilitas mereka untuk melakukan promosi di media sosial. Selain menjangkau pedagang pasar yang sudah cukup familiar dengan penggunaan teknologi, Titipku juga menyasar pedagang yang masih melakukan cara-cara konvensional untuk kemudian mengadopsi teknologi guna membantu bisnis mereka lebih baik lagi.

Titipku juga membagikan contoh pasar tradisional mengalami peningkatan jumlah transaksi setelah bergabung dalam ekosistem platform. Di antaranya adalah Lapak Ayam Kampung Alin di Pasar Mandiri, Lapak Regi Sayur di Pasar Tomang Barat, dan Toko 5 Saudara di Pasar Modern Paramount.

“Saat pandemi kemudian menjadi momentum bagi kami untuk mengalami pertumbuhan bisnis yang positif. Namun hal tersebut berjalan seiring dengan kegiatan kami membuka pasar baru,” kata Co-Founder & CEO Titipku Henri Suhardja.

Turut masuk ke pasar modern

Selain pasar tradisional, Titipku juga menghadirkan layanan di pasar modern dan supermarket.

Terkait dengan produk yang banyak dibeli oleh pelanggan di antaranya adalah varian protein seperti ikan,  daging segar, hingga sayuran, sesuai dengan keunggulan dari pasar yang selalu menghadirkan produk segar. Hal ini yang kemudian membedakan Titipku dengan platform online groceries lainnya yang kebanyakan fokus kepada penyediaan bahan makan beku saja untuk pelanggan mereka.

Saat ini Titipku sudah melayani di sekitar 150 pasar tradisional di wilayah Jabodetabek dan ada sekitar 8 ribu pedagang pasar yang bergabung dengan mereka. Berawal dari Yogyakarta dengan jumlah pasar dan pedagang yang terbatas, kini Titipku ingin terus menambah jumlah pedagang dan jumlah pasar untuk memperkuat ekosistem mereka sebagai marketplace.

Titipku juga terus menambah jumlah Jatiper atau personal shopper yang kebanyakan mereka rekrut langsung di masing-masing pasar. Dengan memberikan pelatihan dan evaluasi kepada mereka secara rutin, diharapkan bisa mengubah mindset mereka dalam hal pelayanan kepada pelanggan.

“Kami ingin memberikan pengalaman layaknya pelanggan melakukan pembelian di pasar tradisional namun dilakukan secara online. Sehingga bisa memudahkan mereka mengatur waktu dan efisiensi memanfaatkan layanan dari Titipku,” kata Henri.

Potensi online groceries

Dalam laporan tersebut juga terungkap bahwa pasar groceries di Indonesia bisa bernilai sekitar $169,4 miliar di tahun 2022. Meningkat jumlahnya dari sekitar $140,2 miliar di tahun 2019. Namun demikian pengecer tradisional diperkirakan kalah dengan convinience store, yang akan meningkatkan pangsa pasar mereka dari 8,6% di tahun 2020 menjadi 9,3% pada tahun 2022. Ritel grosir online juga akan berkembang dari 0,3% pada tahun 2020 menjadi 0,5% pada tahun 2021.

Di Indonesia, pasar e-grocery tumbuh lebih cepat selama pandemi COVID-19.
Menurut survei yang dilakukan oleh perusahaan konsultan Redseer pada Agustus 2020, lebih dari separuh orang Indonesia melakukan kegiatan belanja secara online, dan lebih dari 60% akan terus melakukan kegiatan tersebut.

Namun demikian di Indonesia kegiatan belanja online sebagian besar masih banyak diterapkan di Jabodetabek. Namun, potensinya masih besar di daerah lain. Institute of Grocery Distribution (IGD) Asia menyebutkan nilai belanja online akan meningkat sebesar 198% dari $99 miliar pada 2019 menjadi $295 miliar pada 2023, dan Asia Tenggara diproyeksikan menjadi negara dengan pertumbuhan tercepat.

Selain Titipku tercatat saat ini di Indonesia sudah ada beberapa platform yang menghadirkan layanan online groceries. Di antaranya adalah HappyFresh, Kedai Sayur, PasarNow, SayurBox, Segari, SeroyaMart, dan Tumbasin. Dengan makin banyaknya jumlah kompetitor yang ada ternyata tidak berpengaruh bagi Titipku untuk melancarkan bisnis.

Menurut Co-Founder & President Titipku Ong Tek Tjan, beberapa tahun sebelum pandemi jumlah konsumen yang melakukan pembelian groceries secara online sudah mengalami peningkatan yang positif, namun pandemi tentu saja mengakselerasi semua. Kini ketika kondisi sudah mulai pulih dan banyak orang kembali untuk melakukan kegiatan belanja di pasar tradisional secara offline, tidak menurunkan minat konsumen untuk melakukan online groceries.

“Bagi Titipku ke depannya bukan hanya meningkatkan kualitas layanan kepada pembeli saja namun juga daya saing para pedagang. Salah satunya dengan memberikan bantuan modal kepada mereka.”

Application Information Will Show Up Here

Perbanyak Gaet Pengembang, Strategi Titipku Digitalisasi Pasar Tradisional

Startup online grocery Titipku punya strategi tersendiri untuk bertahan di tengah gempuran pemain quick commerce yang belakangan hadir di Indonesia. Visi perusahaan tetap kokoh untuk digitalisasi pasar tradisional, menjadi penawaran unik sebagai diferensiasi di industri.

Kepada DailySocial.id, Founder & CEO Titipku Henri Suhardja menuturkan, berangkat dari visi tersebut Titipku sejak awal ingin membantu para pedagang pasar tradisional untuk bisa bersaing di perekonomian digital. Selain itu, dengan menghadirkan produk pasar tradisional, para pelanggan punya alternatif belanja dengan harga yang lebih bersaing.

“Kita tahu sendiri harga di pasar tradisional lebih murah. Selain itu, kita juga tidak menyia-nyiakan tren baru yang terbentuk selama pandemi. Masyarakat mulai berpindah belanja offline ke online. Kami memanfaatkan tren ini untuk menjadikannya budaya belanja baru yang lebih praktis dan lebih aman,” ujar Henri.

Titipku membuka akses bagi masyarakat untuk belanja dari pasar tradisional, pasar modern, maupun supermarket terdekat secara online. Kurir belanja Titipku/Jatiper bertugas untuk membelanjakan dan mengantarkan pesanan pelanggan. Sebelum terjun ke lapangan, Jatiper sudah dibekali dengan edukasi soal memilih produk belanjaan, garda terdepan untuk menjamin kualitas produk sampai ke konsumen.

Diklaim, rata-rata pengiriman di Titipku selesai dalam 30 menit. Durasi ini dirasa sangat cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, dibanding mereka harus pergi ke pasar sendiri. “Waktu pengantaran yang tidak terlalu terburu-buru juga dilakukan agar Jatiper selamat dalam perjalanan.”

Dalam quick commerce itu sendiri, mengutamakan pengiriman dalam waktu belasan menit untuk sampai ke konsumen. Hal tersebut dapat tercapai karena mereka bekerja secara efisien, memanfaatkan kehadiran dark store (gudang kecil) yang ditempatkan di lokasi strategis, penataan yang tepat sehingga seluruh ruang dapat dimaksimal dengan baik, serta armada logistik sendiri.

Para pemain baru di segmen ini memulai debutnya di Jakarta. Mereka adalah Astro, Bananas, dan Dropezy. Radius menjadi satu-satunya yang fokus di luar Jakarta. Di luar itu, solusi sejenis ini mulai masuk sebagai opsi yang ditawarkan oleh para pemain e-commerce, termasuk online grocery, untuk menawarkan pengiriman dapat sampai dalam hitungan 1-2 jam dari tadinya harus pre-order satu hari sebelumnya atau beberapa jam sebelumnya.

Perbanyak kemitraan dengan pengembang

Salah satu langkah Titipku untuk memperluas solusinya dengan cepat adalah bermitra dengan para pengembang besar. Jaya Group dan Agung Sedayu Group adalah dua nama yang sudah diumumkan perusahaan. Seluruh pasar-pasar yang berada di bawah naungan Jaya Group akan masuk ke dalam aplikasi Titipku, seperti di wilayah Bintaro (Pasar Modern Bintaro) dan Tangerang Selatan.

Hal yang sama berlaku untuk kemitraan dengan Agung Sedayu Group, ada tiga pasar yang masuk ke dalam aplikasi. Ketiganya adalah Fresh Market PIK, Fresh Market Green Lake City, dan Fresh Market Grand Galaxy City. Menurut Henri, kemitraan tersebut membuka kesempatan, baik bagi pedagang maupun pembeli, karena pasar ini dikelola dengan baik dan bersih, sehingga produk yang dijual pun segar.

Secara total, hingga kini perusahaan telah hadir di 123 pasar tradisional, modern, dan supermarket di Jabodetabek. Titipku pertama kali hadir di Yogyakarta, kemudian menambah kantornya di Kelapa Gading untuk menandai debutnya di Jakarta. Perusahaan pun membidik layanan belanja di Tangerang dan sekitarnya, yang akhirnya berdampak pada perpindahan kantornya ke wilayah BSD yang sudah diresmikan sejak awal tahun ini.

Penambahan lokasi akan terus dilakukan perusahaan dengan memfokuskan kehadiran di luar Jabodetabek. Potensi yang bisa digarap di sana jauh lebih besar, terlebih diklaim banyak calon pengguna Titipku melalui media sosial yang meminta layanannya hadir di lokasi dekat rumah mereka.

“Sejauh ini growth aplikasi kami cukup memuaskan, terbukti di Google Play kami mendapatkan peringkat yang signifikan untuk aplikasi di kategori Online Grocery. Dengan pengguna mendekati 1 juta, kami optimis untuk bisa menjadi relevan memenuhi kebutuhan belanja harian masyarakat,” pungkasnya.

Untuk mendukung ekspansinya tersebut, Henri mengaku perusahaan sudah menerima pendanaan dari investor lokal. Tidak dipaparkan lebih lanjut mengenai hal tersebut. Selain itu, sokongan investasi juga sebelumnya sudah didapatkan sejak Titipku masuk ke dalam program akselerator Y Combinator (YC S21).

***
Ikuti kuis dan challenge #NgabubureaDS di Instagram @dailysocial.id selama bulan Ramadan, yang akan bagi-bagi hadiah setiap minggunya berupa takjil, hampers hingga langganan konten premium DailySocial.id secara GRATIS. Simak info selengkapnya di sini dan pantau kuis mingguan kami di sini.

Application Information Will Show Up Here

Mendalami Peluang dan Tantangan Menjalankan Konsep “Sharing Economy”

Kehadiran Airbnb dan Uber yang membawa konsep sharing economy mampu menginspirasi banyak orang di dunia untuk mereduplikasinya ke industri yang lain. Begitu pula di Indonesia, startup yang kini sudah menyandang status unicorn mayoritas menjalankan konsep ini sebagai basis bisnisnya.

Seperti apa peluang dan tantangannya bagi startup baru yang tertarik dengan ke konsep ini? Dalam menjawab pertanyaan ini, #SelasaStartup edisi kali ini mengundang Co-Founder dan CEO Titipku Henri Suhardja. Titipku adalah startup asal Yogyakarta yang menyediakan jasa personal shopper yang bisa membelanjakan kebutuhan konsumen di area mereka.

Model bisnis Titipku

Henri menjelaskan, konsep bisnis Titipku cukup sederhana. Konsumen dihubungkan dengan personal shopper untuk membelanjakan kebutuhan sehari-hari dari toko sekitar konsumen. Konsep ini berbeda dengan situs marketplace yang di dalamnya juga menyediakan penjual yang menjajakan produk tersier.

“Bahkan kami lebih spesifik. Di Indonesia ada puluhan juta UKM konvensional yang belum gabung ke online karena mereka sulit untuk proses registrasi, menggunakan aplikasinya, dan sebagainya.”

Karena Titipku hanya bermain di produk kebutuhan sehari-hari, kelebihan inilah yang menjadi pembeda antara perusahaan dengan unicorn seperti Grab atau Gojek. Kendati permodalan Titipku tidak sebesar kedua perusahaan tersebut, tapi perusahaan mampu terus ekspansi dari 2017 hingga sekarang.

Ekspansi Titipku terbilang lebih sistematis dan tidak asal tembak. Perusahaan menargetkan dalam satu minggu dapat masuk ke satu kecamatan. Sebelum memilih lokasi tersebut, perusahaan membandingkan tingkat penawaran dan permintaan masing-masing kabupaten di dalam satu kota.

“Kami menjalankan ekspansi dengan cara beda dengan unicorn karena kami harus lebih bijak. Di satu kabupaten, kami riset titik mana yang paling potensial yang kami masuki.”

Model bisnis ini sebenarnya tidak langsung muncul begitu saja. Lewat proses pembelajaran, akhirnya menemukan product market fit tepat pada awal tahun kemarin sebelum pandemi. Awalnya Titipku masih memakai validasi dengan konsep nasional, seperti marketplace pada umumnya.

Tapi ketika awal tahun kemarin, menerapkan konsep hyperlocal untuk menjangkau usaha mikro yang menjual produk sehari-hari karena ingin menyasar warga sekitar. Ia mengaku sangat beruntung dengan keputusan tersebut karena Titipku menjadi startup yang meraup berkah dari pandemi. Pasalnya, dengan konsep ini secara psikologis, konsumen tentu lebih suka belanja di toko di sekitarnya karena sudah mengenalnya. “Bila ini [model bisnis] belum diganti, pasti kita akan kesulitan [berkembang].”

Diklaim pendapatan perusahaan mampu menutupi variable cost-nya, dikembangkan kembali untuk mendukung perkembangan perusahaan. Sepanjang tahun lalu, Titipku mampu menambah 31 ribu pedagang yang masuk ke Titipku. Hal ini tercapai berkat kinerja dari sekitar 7 ribu ‘penjelajah’ (istilah untuk pengguna aplikasi yang mengunggah informasi UKM yang ditemui).

Titipku juga telah membentuk 47 pasar digital yang berisi 1219 pedagang di dalamnya. Ke-47 pasar digital tersebut adalah pasar tradisional yang tersebar di Jabodetabek, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, dan Bali. Selain itu, perusahaan mencatat pertumbuhan omzet lebih dari 700% yang didukung peningkatan transaksi per bulan rata-rata mencapai 80%.

Ambil pendekatan sesuai budaya

Titipku sejauh ini baru beroperasi di dua lokasi, Yogyakarta, dan sebagian Jakarta (Jakarta Barat dan Jakarta Utara). Menariknya, cerita di balik ekspansi ke Jakarta terjadi karena ketidaksengajaan. Henri menceritakan, ia berada di Jakarta Barat ketika pemerintah memutuskan PSBB pada pertama kali di Maret 2020.

“Rekan saya, Ong Tek Tjan kebetulan tinggal di Kelapa Gading. Jadi kami berdiskusi lagi untuk masuk ke pasar. Saya sendiri yang menjelajah Pasar Tomang Barat, padahal awalnya tidak tahu daerah sama sekali. Akhirnya, Juni 2020 mulai growing dan satu per satu rekrut tim lapangan, akhirnya buka kantor cabang di sini.”

Penetrasi internet di Yogyakarta dengan Jakarta cukup berbeda. Pedagang di Jakarta sudah familiar dengan aplikasi di smartphone dan cara transfer, sehingga tidak perlu edukasi yang masif. Sementara, di Yogyakarta tidak demikian, namun keingintahuan masyarakatnya sangat tinggi terhadap sesuatu yang baru.

Dari sini, perusahaan belajar untuk menyesuaikan strategi pemasarannya. Di Jakarta, perusahaan memilih untuk pemasaran dengan kanal digital untuk menciptakan transaksi baru. Sementara, di Yogyakarta masih ada proses turun ke lapangan untuk menemui langsung konsumen.

Apalagi, saat perusahaan berusaha mendapatkan 100 pengguna awalnya, tidak langsung membuat aplikasi. Melainkan mendatangi langsung pedagang dan konsumen untuk mencari tahu titik masalahnya, ketimbang ujug-ujug langsung membuat aplikasi.

“Kita lakukan semuanya bertahap, mulai pakai brosur, hanya pakai media sosial, kontak WhatsApp, dan telepon. Setelah dapat 100 konsumen, kita jadi tahu profile konsumen seperti apa agar strategi berikutnya dapat tepat sasaran.”

Application Information Will Show Up Here

Mendorong Terus Kehadiran Startup di Luar Jabodetabek

Makin sengitnya persaingan bisnis di kota tier 1 Indonesia, seperti Jakarta dan Surabaya, membuat startup-startup baru mencoba mengalihkan fokusnya ke kota-kota tier 2 dan 3. Mereka menawarkan solusi unik yang dianggap relevan untuk menyelesaikan permasalahan di kota tersebut. Diklaim startup seperti ini bisa tumbuh positif meski tidak menawarkan layanan ke kota-kota top tier.

Yogyakarta, misalnya, tidak hanya disebut sebagai surganya para developer, tetapi juga telah melahirkan beberapa startup yang hingga saat ini masih eksis dan bertahan.

Salah satu startup Yogyakarta adalah Titipku. Startup yang didirikan Henri Suhardja ini mengubah strategi yang tadinya berupa marketplace nasional, menjadi marketplace dengan konsep hyperlocal, yaitu fokus mendigitalkan area demi area, dimulai dari pasar sebagai jantung perdagangan setiap area.

“Setiap area Titipku ini luasnya hanya sebesar kecamatan. Kami promosikan kepada masyarakat setempat untuk belanja online dari UKM dan pasar yang mereka sudah kenal melalui Titipku. Kami memperoleh hasil yang sama-sama tinggi, baik di kota besar maupun di daerah. Tidak menyangka bahwa aplikasi Titipku bertumbuh pesat dengan konsep hyperlocal.”

Didirikan sejak tahun 2017, Titipku mengklaim telah merangkul puluhan ribu UKM dan ratusan ribu pengguna. Hingga akhir bulan Desember 2020, perusahaan mencatat pertumbuhan omzet lebih dari 700%. Sepanjang 2020 Titipku juga menambah 31 ribu pedagang baru. Hal ini tercapai berkat kinerja dari sekitar 7 ribu “penjelajah” (istilah untuk pengguna aplikasi yang mengunggah informasi UKM yang ditemui).

Sementara layanan cloud kitchen seperti Waku, meski berbasis di Jakarta, mulai melakukan ekspansi ke kota-kota lain di Indonesia. Setelah melakukan ekspansi di Medan dan Denpasar, kini mereka juga telah hadir di Bandung dan Tegal. Founder & CEO Anthony Gunawan mengungkapkan, alasan utama mengapa kota-kota tersebut dipilih untuk ekspansi adalah adanya klien anchor yang perlu dilayani.

“Selain Denpasar dan Medan, kami sudah berhasil ekspansi ke Bandung dan Tegal juga. Empat kota-kota baru ini termasuk kota yang menjadi target ekspansi kami di tahun 2021,” kata Anthony.

Anthony menambahkan, saat melakukan kurasi wilayah yang ideal untuk ekspansi, mereka mengacu ke peluang pasar dan permintaan ekspansi dari klien. Perusahaan juga melihat kota-kota lain yang memiliki potensi, meskipun belum memiliki klien di lokasi tersebut. Untuk kota-kota tier 2 dan tier 3, Anthony melihat potensinya masih besar.

“Tentunya wilayah-wilayah yang padat dengan perusahaan-perusahaan dan badan-badan pemerintahan. Kami juga mulai fokus pada wilayah padat pendidikan dan organisasi yang akan menjadi target pasar baru kami,” kata Anthony.

Menurut data Masyarakat Industri Kreatif Teknologi Informasi dan Komunikasi Indonesia (MIKTI) di bulan Mei 2019, 52,7 persen startup di tanah air berada di Jabodetabek. MIKTI mencatat ada 168 startup yang tersebar di Bali, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan, Sulawesi dan Sumatera. Dibutuhkan sebuah kampanye atau program yang lebih intensif untuk meningkatkan pemerataan semangat kewirausahaan ke seluruh Indonesia.

Sebagai organisasi yang mencari potensi terbaik dari startup Indonesia, Endeavor Indonesia melihat startup di Jabodetabek dan di luar Jabodetabek memiliki potensi dan peluang yang sama besarnya. Endeavor Indonesia berupaya tidak hanya fokus pada daerah tertentu ketika melakukan scouting untuk mencari calon Endeavor Entrepreneur.

“Kami ingin mencari lebih banyak startup yang berasal dari daerah, memiliki latarbelakang unik namun memiliki impact yang besar. Bisa jadi mereka yang berasal dari kalangan menengah kebawah dan memiliki perhatian dengan lingkungan akan menjadi prioritas kami ke depannya,” kata Chairman Endeavor Indonesia Arif P. Rachmat.

Menurut Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), hingga Q2 2020, pengguna internet terbanyak berasal dari provinsi Jawa Barat, yakni 35,1 juta orang. Posisi ini disusul Jawa Tengah dengan 26,5 juta orang dan Jawa Timur dengan 23,4 juta orang.

Fokus Bisnis dan Rencana Ekspansi Titipku Tahun 2021

Memasuki akhir tahun 2020, aplikasi Titipku yang didesain layaknya ‘media sosial’ agar setiap pengguna dapat mengunggah informasi mengenai UKM yang ditemui, mengklaim mengalami pertumbuhan bisnis positif selama 2020. Kepada DailySocial, Co-Founder & CEO Titipku Henri Suhardja mengungkapkan, di awal pandemi bisnisnya mengambil kebijakan untuk fokus bantu pedagang pasar dan sembako untuk go-digital secepat mungkin, karena omzet pedagang pasar turun sampai hanya tersisa 40% saja.

“Masyarakat juga membutuhkan untuk belanja kebutuhan harian, tapi ada ketakutan untuk pergi ke pasar. Jadi, kami menyampaikan ke semua pengguna Titipku untuk bersama-sama kita bantu dulu pedagang pasar dan sembako. Hasilnya, Titipku mendapatkan momentum untuk bertumbuh sangat tinggi, sekitar 80% setiap bulan.”

Didirikan sejak tahun 2017, saat ini Titipku telah merangkul puluhan ribu UKM dan ratusan ribu pengguna. Hingga akhir bulan Desember 2020, perusahaan mencatat pertumbuhan omzet lebih dari 700%. Ini didukung dengan peningkatan transaksi per bulan rata-rata mencapai 80%. Sepanjang 2020 Titipku juga berhasil menambah 31 ribu pedagang yang masuk ke Titipku. Hal ini tercapai berkat kinerja dari sekitar 7 ribu ‘penjelajah’ (istilah untuk pengguna aplikasi yang mengunggah informasi UKM yang ditemui).

Titipku juga telah membentuk 47 pasar digital yang berisi 1.219 pedagang di dalamnya. Ke-47 pasar digital tersebut adalah pasar tradisional yang tersebar di Jabodetabek, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, dan Bali.

“Area-area inilah yang mungkin akan dikembangkan lebih lanjut sebagai fokus bisnis Titipku. Namun, tidak menutup kemungkinan wilayah lain di Indonesia, jika memang di wilayah itu ada permintaan yang tinggi dari konsumen,” kata Henri.

Rencana Titipku tahun 2021

Peresmian kantor baru Titipku di Jakarta
Peresmian kantor baru Titipku di Jakarta

Akhir tahun 2020, Titipku juga sempat meresmikan kantor baru mereka di Jakarta. Bertempat di kawasan Kelapa Gading Jakarta Utara, pembukaan kantor kedua bertujuan untuk menjangkau lebih banyak lagi pengguna, tidak hanya di Yogyakarta dan sekitarnya, namun juga sampai ke berbagai kota di Indonesia.

“Ya, kami akan segera membuka area baru di sekitar Jabodetabek. Kami sudah melakukan riset dan melihat potensi yang besar dari setiap pasar yang ada di setiap area,” kata Henri.

Disinggung apa yang membedakan Titipku dengan platform lainnya, Henri menegaskan Titipku menggunakan konsep sharing economy, semua pengguna dapat saling berbagi dan bertukar peran; menjadi penjelajah UKM, pembeli atau nitiper, dan kurir atau jatiper yang bersama-sama membantu UKM.

Di marketplace lain kebanyakan hanya tersedia penjual dan pembeli, tanpa adanya keterlibatan pihak lain. Di Titipku, semua pengguna dapat kesempatan untuk memperoleh penghasilan dari setiap transaksi, dengan menjadi penjelajah maupun Jatiper.

“UKM yang masuk di Titipku sebagian besar adalah usaha kelas ultra mikro dan mikro, yang masih sangat konvensional, jadi terbatas untuk kemampuan digitalnya (alat & akses). Platform Titipku menjadi solusi karena UKM dibantu go digital oleh anak-anak muda yang menjadi penjelajah UKM,” kata Henri.

Tahun 2021 ini Titipku memiliki rencana untuk penggalangan dana. Selain itu perusahaan juga ingin fokus kepada perluasan area layanan, yang ditargetkan akan menambah 10 area dengan masing-masing area ada 5 pasar, maka akan ada 50 pasar baru. Targetnya 50 ribu pedagang akan go digital dengan Titipku di tahun 2021 ini.

“Tahun 2021 akan menjadi momentum yang pas untuk berlari lebih kencang karena Titipku sudah menyiapkan sistem dan layanan bagi UKM dan masyarakat untuk bertransaksi lebih cepat dan nyaman,” kata Henri.

Application Information Will Show Up Here

Titipku, Deliveree, and Ubiklan Provides New Innovation to Facilitate Online Shopping

The impact of the Covid-19 pandemic has affected mostly small-medium entrepreneurs, in various industries. Growing SMEs are overwhelmed by the news. It has inspired some startups to help them, along with their efforts to stay relevant in the current situation. We tried to register some of these startups.

First of all, Titipku. This Yogyakarta based startup has always been focused on empowering SMEs. Their service is trying to optimize technology to connect small merchants, food stalls, and other parties with buyers through applications.

The latest news, Titipku has launched location-based service features. This service is said to facilitate users finding traders around them for easy shopping.

“The store location becomes one of the problems when shopping online. Long-distance will affect shipping costs. Even shipping costs can be more expensive than the items ordered. That is very unfortunate. We expect this feature can minimize such problems,” Titipku’s CEO & Co-Founder, Henri Suhardja explained.

Titipku is said to have successfully embraced 150 thousand users and 100,000 registered business people in the application.

Mitra Titipku di Pasar

Next, there is Deliveree. In the midst of a pandemic, this startup, known for offering goods delivery services, is launching an online grocery shopping platform that is accessible through the application. From the official statement, the goods will be sent periodically using the city car fleet. This new feature also comes with a live chat or a call to get directly connected to the store.

“We expect this feature can make life a little easier for those who are worried about being exposed to the virus. With our latest technology, we are trying not only to reduce the virus spread, but also expect to help more than 5000 driver partners to return worked during this difficult time,” Deliveree Indonesia’s Country Director Tom Kim said.

Belanja semobako murah melalui Deliveree

Ubiklan comes with similar innovation. The startup, known as mobile advertising services using cars or motorbikes, is starting to explore a new business called UbiFresh. Offering grocery shopping online through their application.

UbIklan claims that their new business unit was formed after discussions with their partners and considering the current pandemic conditions which forced people to spend more time at home. UbiFresh is packaged in such ways to help users with their groceries as well as to market merchandise from traditional markets.

“We see a lot of people that we can help with UbiFresh. We can serve households in groceries shopping and at the same time we also help traditional markets which happen to be some of our business partners […] “The market results offered at UbiFresh are always maintained in terms of quality, freshness and completeness at the same economical price,” Ubiklan’s CEO, Glorio Yulianto said.

UbiFresh dari Ubiklan

Stay relevant

In the current situation, online shopping becomes an option. There are big risks out there, and innovations are to be explored. The three startups above might only small amount among those who are trying to be relevant. In fact, they refuse to give up while continuing to look for ways to keep growing.

Titipku is currently planning for fundraising. Their focus lies on increasing the number of transactions. As a startup that always been aiming to help SMEs, this feature is a continuation of their previous efforts.

As for Deliveree and Ubiklan, the birth of new business lines is a strategic step for them to remain relevant. It was due to circumstances, also the current business conditions. It is not impossible that in the future their new business line will become permanent and become an important part of a sustainable business journey. Because it is currently high demand, and online shopping for groceries can be one of the new normal.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Titipku, Deliveree, dan Ubiklan Hadirkan Inovasi untuk Memudahkan Belanja Online

Dampak pandemi Covid-19 cukup besar dirasakan para pengusaha mengenah ke bawah, di berbagai industri. UKM yang sedang berupaya tumbuh banyak yang kelimpungan. Beberapa startup tampaknya terilhami untuk membantu mereka, berbarengan dengan upaya mereka agar tetap relevan di situasi seperti sekarang ini. Kami mencoba mendaftar beberapa startup tersebut.

Yang pertama ada Titipku. Startup asal Yogyakarta ini memang dari awal fokus pada pemberdayaan UKM. Layanan mereka mencoba mengoptimalkan teknologi untuk menghubungkan pedagang kecil, warung, dan semacamnya dengan para pembeli melalui aplikasi.

Terbaru, Titipku memperkenalkan fitur layanan berbasis lokasi. Layanan ini diklaim dikembangkan untuk semakin memudahkan pengguna mencari pedagang di sekitar mereka sehingga lebih mudah dalam berbelanja.

“Lokasi toko yang jauh dari rumah sebetulnya menjadi salah satu permasalahan saat belanja online. Jarak yang jauh akan berpengaruh pada ongkos kirim barang yang dipesan. Bahkan ongkos kirim bisa lebih mahal daripada barang yang ingin dibeli. Hal itu tentu sangat disayangkan. Kami berharap dengan fitur terbaru Titipku ini dapat meminimalkan permasalahan yang demikian,” terang Co-Founder CEO Titipku Henri Suhardja.

Titipku sendiri saat ini mengklaim sudah berhasil merangkul 150 ribu pengguna dan 100 ribu pebisnis terdaftar di aplikasinya .

Mitra Titipku di Pasar

Selanjutnya ada Deliveree. Di tengah pandemi, startup yang dikenal menawarkan layanan pengiriman barang ini meluncurkan platform belanja sembako online yang langsung bisa diakses di aplikasi mereka. Dari keterangan resminya, barang akan dikirimkan secara masaal dengan menggunakan armada city car. Fitur baru ini juga dilengkapi dengan live chat atau panggilan untuk bisa langsung terhubung dengan toko.

“Kami berharap ini akan membuat hidup sedikit lebih mudah bagi mereka yang khawatir akan terekspos dan terpapar virus. Dengan adanya layanan ini harapan kami bukan hanya sekadar membantu mengurangi penyebaran virus, akan tetapi juga teknologi terbaru kami diharapkan dapat membantu lebih dari 5000 mitra pengemudi untuk kembali bekerja selama masa sulit ini,” ujar Country Director Deliveree Indonesia Tom Kim.

Belanja semobako murah melalui Deliveree

Langkah yang serupa juga ditempuh oleh Ubiklan. Startup yang dikenal dengan layanan iklan bergerak menggunakan mobil atau motor ini mulai menjajaki bisnis baru bernama UbiFresh. Menawarkan belanja grocery secara online melalui aplikasi mereka.

Pihak UbIklan mengklaim unit bisnis baru mereka ini dibentuk berkat diskusi dengan partner mereka dan juga melihat kondisi pandemi seperti sekarang ini yang memaksa orang harus lebih banyak di rumah. UbiFresh dikemas sedemikian rupa untuk membantu pengguna tetap bisa mendapatkan barang belanjaan sekaligus memasarkan dagangan dari pedangang di pasar tradisional.

“Kami melihat banyak sekali orang yang dapat kami bantu dengan UbiFresh. Kami dapat melayani rumah tangga dalam memenuhi kebutuhan belanja bahan pangan mereka dan secara bersamaan kami juga membantu pasar tradisional yang kebetulan beberapa di antaranya adalah mitra bisnis kami […] Yang pasti produk hasil pasar yang ditawarkan di UbiFresh selalu terjaga kualitas, kesegaran dan kelengkapannya dengan harga yang sama hematnya,” terang CEO Ubiklan Glorio Yulianto.

UbiFresh dari Ubiklan

Usaha untuk tetap relevan

Di situasi seperti sekarang ini belanja online merupakan sebuah pilihan. Ada risiko besar yang dihindari, dan ada kemudahan yang coba dimanfaatkan. Tiga startup di atas mungkin menjadi di antara mereka yang berusaha untuk relevan. Atau setidaknya berusaha untuk menolak menyerah sambil terus mencari cara untuk tetap tumbuh.

Titipku saat ini masih merencanakan untuk fundraising. Fokus mereka sekarang ada pada menaikkan jumlah transaksi. Sebagai startup yang dari awal mengembang misi untuk membantu para UKM fitur ini adalah langkah lanjutan dari upaya-upaya sebelumnya yang mereka lakukan.

Sementara bagi Deliveree dan Ubiklan, lahirnya lini bisnis baru adalah langkah strategi bagi mereka untuk tetap menjadi relevan. Terhadap keadaan, juga terhadap kondisi bisnis. Bukan tidak mungkin dikemudian hari lini bisnis baru mereka ini akan menjadi permanen dan menjadi bagian penting dalam perjalanan bisnis yang berkelanjutan. Karena memang saat ini permintaan tinggi, dan belanja grocery online bisa jadi salah satu new normal.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here