Masa Depan Teknologi Iklan Luar Ruang di Indonesia

Kegiatan kampanye pemasaran saat ini sudah menjadi salah satu peluang menarik yang dijajaki solusi teknologi. Salah satu cara yang mulai marak di Jabodetabek adalah kehadiran iklan bergerak memanfaatkan mobil (car advertising) dan motor.

Dalam waktu tiga tahun terakhir DailySocial mencatat ada beberapa startup yang mencoba menyasar layanan car advertising dan iklan luar ruang di Indonesia. Termasuk di antaranya adalah Stickearn, Adroady, UBiklan, PayRide, Promogo yang diakuisisi Gojek dan baru saja meluncurkan GoScreen, dan IDN Media melalui IDN Programmatic Out-of-Home (IDN POOH).

Seperti apa perkembangan model bisnis Digital OOH berlangsung saat kondisi pandemi? Apakah teknologi yang dimiliki masing-masing platform memiliki efektivitas yang sesuai ke target pasar?

Peluang bisnis iklan luar ruang

Meskipun terlihat mudah untuk dipahami, konsep iklan luar ruang memanfaatkan mobil, motor, dan medium lainnya memerlukan strategi dan teknologi yang tepat.

Platform adtech yang didirikan Daniel Tumiwa, Adsvokat, mengusung konsep O2O (online-to-offline) dan beroperasi sejak Juli 2017. Adsvokat memanfaatkan stiker di mobil, helm, smartphone, pakaian sebagai medium.

Setelah berjalan selama beberapa bulan, pada akhir tahun 2018, Adsvokat memutuskan untuk tidak meneruskan bisnis dan menutup perusahaan sepenuhnya. Daniel Tumiwa mengungkapkan, kegagalan terbesar Adsvokat adalah timing. Terlalu cepat. Yang kedua kurang memperhitungkan permainan cash flow.

“Saya melihat ide Adsvokat lebih dekat dan relevan pada masanya pada waktu itu, karena sebelum-sebelumnya saya pernah menjalankan beberapa startup dan mereka sangat too advance dari zamannya dan Adsvokat ini lebih real,” terang Daniel.

Kegagalan yang terjadi pada Adsvokat tidak menurunkan minat pemain lain untuk menawarkan konsep serupa. Pemain-pemain lain pun bermunculan dan mencoba adaptif agar tetap relevan dengan tren.

CEO UBiklan Glorio Yulianto mengungkapkan, konsep hybrid advertising saat ini menjadi pedoman UbIklan.

“Media offline sebagai media iklan, sedangkan analytic-nya berbasis online. We called it hybrid advertising media. Kami bisa ambil budget [pengiklan] dari dua divisi, yakni online dan offline,” ujar Glorio.

Di tahun 2020 muncul dua platform baru dengan klaim teknologi Digital Out of Home terbaru. Mereka adalah IDN Programmatic Out-of-Home (IDN POOH) dan GoScreen. Yang terakhir adalah produk Promogo yang memanfaatkan integrasi ekosistem dan data Gojek.

Pandemi dan pertumbuhan bisnis

Saat pandemi banyak startup yang mengalami kendala dan terhambat pertumbuhan bisnisnya. Adanya aturan PSBB dan semakin banyak pegawai yang beraktivitas dari rumah membuat kondisi jalan lebih lengang dan menyulitkan segmen teknologi periklanan luar ruang berfungsi dengan baik.

Salah satu startup yang masih bertahan di segmen ini adalah StickEarn. Akhir tahun 2019 lalu StickEarn mengumumkan layanan baru yang diberi nama StickTron (kini menjadi MobileLED). Perusahaan juga mengantongi pendanaan seri A dengan nilai $5,5 juta atau setara 77,6 miliar Rupiah.

“StickEarn mengerti pembatasan yang pemerintah lakukan dan kami mendukung kebijakan tersebut supaya kondisi bisa kembali membaik. Dampak pandemi terasa bagi semua bisnis, termasuk StickEarn yang memang memanfaatkan kemacetan lalu lintas menjadi peluang bagi brand untuk memperkenalkan iklan mereka,” ujar Co-Founder StickEarn Archie Carlson.

Menurut CEO IDN Media Winston Utomo, selama pandemi berlangsung, tidak bisa dipungkiri industri OOH terkena dampaknya, termasuk IDN POOH. Namun, perusahaan sangat percaya dengan potensi dan masa depan sektor ini.

“Jadi, selama 6 bulan terakhir, kita menambah jumlah unit IDN POOH sebanyak 2x lipat atau 100%. Kita juga memperbanyak jumlah tim Sales dan Engineering untuk IDN POOH. Kita juga melakukan beberapa penyempurnaan dari sisi hardware dan software. Contohnya, teknologi IDN POOH sekarang dapat memberikan kebebasan bagi pengiklan untuk merencanakan, mengganti [konten] kreatif, maupun memonitor iklan yang sedang jalan secara real time,” kata Wiston.

Pandemi juga tidak menghambat rencana Gojek (melalui Promogo) menghadirkan GoScreen. Setelah diakuisisi Gojek, Promogo mencoba menghadirkan teknologi yang relevan menggunakan data dan ekosistem terpadu Gojek. Memanfaatkan kendaraan roda dua milik mitra pengemudi, tidak hanya brand besar yang bisa menikmati teknologi iklan luar ruang ini, namun juga merchant Gojek dan pelaku UKM lainnya. Meskipun baru terbatas di wilayah Jakarta, GoScreen memiliki target memperluas wilayah jangkauan hingga ke kota tier 2 dan tier 3.

“Tantangan utama pengguna iklan luar ruang saat ini adalah mengukur efektivitas dan kinerja iklan. GoScreen menjawab ini melalui teknologi yang mampu mengukur kinerja iklan berdasarkan lokasi dan waktu secara tepat sehingga memberikan pengiklan laporan yang lengkap,” kata Chief Commercial Officer Gojek Antoine de Carbonnel.

Data road analytics TomTom menunjukkan penurunan tingkat kemacetan hingga lebih dari 60% saat awal PSBB. Hal ini membuat brand menahan diri untuk melakukan aktivitas iklan luar ruang. Namun, dengan kebijakan yang cukup longgar, tingkat kemacetan kembali meningkat hingga 30% dan masyarakat kembali beraktivitas di luar rumah. Hal ini membuat demand untuk beriklan kembali meningkat.

Efektivitas dan masa depan iklan luar ruang

Teknologi iklan luar ruang car advertising dan Digital OOH diprediksi termasuk salah satu dari 12 tren teknologi periklanan yang telah dan akan terus berkembang.

Hingga Q3 2020, secara rata-rata, seluruh solusi Digital OOH Promogo diklaim mengalami peningkatan pertumbuhan bisnis sebesar 40% dan lebih dari 50 ribu mitra driver tergabung. Menghasilkan impresi sebesar 15 miliar kali penayangan.

“Layanan yang kami tawarkan ini memberikan brand solusi periklanan yang lebih terukur secara data dengan harga kompetitif. Brand dapat mengoptimalkan iklan mereka secara real time dan memonitor performanya melalui online dashboard khusus yang transparan dan jelas,” kata Direktur Promogo Kiranjeet Purba.

Konsep real time juga ditawarkan IDN POOH. Pihaknya mengklaim menggunakan teknologi khusus yang telah dipatenkan untuk menampilkan iklan secara real time dan terukur. IDN POOH menawarkan beragam output iklan yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan.

“Dengan teknologi terbaik di industri OOH, tim yang kompeten, dan ekosistem IDN Media yang lengkap, kita sangat yakin IDN POOH akan menjadi pilihan terbaik untuk iklan Out-of-Home (OOH),” kata Winston.

Sementara bagi StickEarn, penggunaan real time dashboard, memberikan kemudahan bagi pengiklan bisa mengakses jalannya kampanye iklan.

Terkait efektivitas kegiatan kampanye memanfaatkan teknologi Digital OOH, baik IDN Media, StickEarn, maupun GoScreen mengklaim saat ini masih menunjukkan pertumbuhan yang baik. Meskipun kondisi pandemi sempat mengganggu jalannya bisnis, hal ini tidak menjadi kendala untuk mengembangkan produk dan bisnis OOH.

“Saat ini kami sedang dalam tahap Research & Development (R&D) untuk hyperlocal targeting. Dengan teknologi ini diharapkan dapat melakukan targeting secara lebih tepat dan akurat, sehingga industri UKM juga dapat memanfaatkan teknologi dari IDN POOH karena ROI-nya lebih bagus dan optimal,” kata Winston.

GoScreen sendiri sebelum diluncurkan telah melakukan sekitar 50 proyek. Salah satunya dengan Disney+ Hotstar. GoScreen menargetkan hingga akhir tahun 2021 bisa mencapai 20 ribu screen di Indonesia.

“Melalui GoScreen, mitra kami berkesempatan mendapatkan peluang penghasilan tambahan hingga 20% dari pendapatan normalnya. Selain itu, solusi GoScreen dengan harga yang terjangkau juga dapat dimanfaatkan oleh pelaku bisnis UKM untuk mulai meningkatkan visibilitas merek, serta mengembangkan bisnisnya ke level lebih tinggi melalui pemanfaatan data, sehingga mereka mampu memutuskan strategi bisnis yang lebih efektif,” ujar Kiran.

Sesuai dengan misi perusahaan, StickEarn ingin menjadikan platform beriklan lebih efektif, canggih, dan lebih mudah diakses, dan membuat iklim iklan luar ruang lebih bergairah.

“Dengan harga yang kompetitif dan sangat customisable, kini OOH bisa diakses brand dari segala level, mulai dari perusahaan multinasional, hingga UKM. Kami mencatat 20% dari klien kami adalah UKM. Ini adalah kabar baik bagi industri ini,” kata Archie.

Pandemi Sukses Mendorong Industri “Online Grocery”

Di balik kisah tragis yang menerpa berbagai sektor industri, ada sisi positif yang juga dirasakan oleh para penyedia jasa online. Salah satunya adalah pelaku bisnis online grocery. Di tengah kekhawatiran di luar sana akibat pandemi, ada kebutuhan pokok yang tetap harus dipenuhi. Hal ini mendorong masyarakat untuk lebih memilih belanja kebutuhan sehari-hari secara online, daripada mengambil risiko keluar rumah.

Dengan jumlah permintaan yang semakin tinggi, sektor lain pun melihat hal ini sebagai sebuah kesempatan. Salah satu pemain e-commerce ikut menaruh perhatian lebih terhadap layanan kebutuhan pokok adalah Lazada. Bekerja sama dengan Rumah Sayur, mereka berhasil membantu lebih dari 2500 petani lokal mendistribusikan hasil panennya.

Bobby Gandakusuma, EVP Commercial Lazada Indonesia, mengungkapkan, “Kita melihat perubahan pola berbelanja konsumen mulai berubah dari sebelum Covid-19. Dengan adanya pandemi dan situasi physical distancing ini semakin mengakselerasi kebutuhan konsumen akan inisiatif belanja kebutuhan secara online.”

Ada juga Ubiklan, yang dikenal dengan solusi iklan berjalan, mencoba menjajal peruntungan di industri online grocery dengan UbiFresh. Di sektor properti, Travelio kini juga muncul dengan TravelioMart sebagai complementary service dari core business mereka.

Diversifikasi bisnis

Setiap orang punya cara masing-masing dalam merespon perubahan yang terjadi. Begitu pula di dalam berbisnis di masa krisis. Kemampuan berinovasi sangat dibutuhkan agar bisa melahirkan ide bisnis yang sesuai dengan kondisi terkini. Selain itu juga sebagai usaha menciptakan pasar baru yang kelak bisa diintegrasikan dengan bisnis inti perusahaan.

Saat ini, perubahan terjadi pada pola berbelanja sebagian besar masyarakat Indonesia yang lebih memilih jalur belanja online. Momentum ini yang coba dimanfaatkan Travelio dengan meluncurkan layanan e-groceries sebagai bentuk difersifikasi bisnis juga nilai tambah bagi pengguna demi meningkatkan app stickiness, yang kemudian akan berdampak pada penambahan sumber pendapatan.

Meski diposisikan sebagai layanan pelengkap bisnis inti mereka (Travelio Property Management), pihaknya mengungkapkan respon positif pasar terhadap layanan baru ini. Mengingat layanan short term stays yang menyokong revenue perusahaan sedang mengalami penurunan, diversifikasi bisnis ini menjadi sebuah harapan.

Di sisi lain, penurunan omset pada pasar tradisional mendorong Ubiklan untuk mencari alternatif demi membantu kesejahteraan ekosistem pasar tradisional. Menjembatani pembeli dan pedagang pasar menggunakan layanan terbaru mereka, Ubifresh.

Founder & CEO Ubiklan Glorio Yulianto mengatakan, “Dari Ubiklan sendiri, kami selalu berupaya untuk membantu menyejahterakan masyarakat dalam inovasi kami. UbiFresh itu menjembatani antara pembeli dengan pedagang pasar, dimana kami juga bisa membantu pedagang pasar ini. Jadi, UbiFresh sendiri sebenarnya sangat sesuai dengan value yang kami tanam sejak awal. Selain itu, sebenarnya kami sendiri sudah punya rencana di mana UbiFresh nanti bisa mendukung bisnis Ubiklan di periklanan.”

Tantangan dan Persaingan

Perubahan akan selalu diikuti dengan tantangan baru. Sebagai bagian dari ekosistem online grocery, menjaga kualitas produk akan selalu jadi perhatian utama. Namun, seperti halnya sebuah ekosistem yang memiliki hubungan timbal balik yang tak terpisahkan, kolaborasi bisnis yang baik juga akan menentukan keberhasilan suatu inovasi.

Industri online grocery di Indonesia bukanlah hal baru. Sudah ada beberapa pemain terdahulu, seperti HappyFresh, Sayurbox, dan banyak lagi. Hal ini menimbulkan tantangan baru untuk berinovasi dan memberi nilai tambah terhadap produk yang ditawarkan oleh pemain baru ini. UbiFresh melengkapi produknya dengan beberapa fitur yang bisa memberikan experience belanja langsung di pasar untuk para penggunanya.

“UbiFresh masih akan terus dikembangkan dari segi pilihan pasar, layanan, harga, kualitas produk, kecepatan dan akurasi pengantaran. Selain itu, kami juga sudah mulai melakukan persiapan untuk ekspansi ke area Bodetabek. Walaupun UbiFresh dilahirkan di tengah pandemi corona, tapi [bisnis ini] dibuat untuk menjadi suatu lini bisnis yang berkepanjangan [sustainable].” lanjut Glorio.

Terkait persaingan, semua bisnis online grocery menitikberatkan monetisasi pada margin dari setiap transaksi yang didapat. Kehadiran pemain baru yang semakin meramaikan persaingan otomatis akan menghadirkan perang harga yang juga semakin ketat. Sebuah tantangan bagi TravelioMart untuk menjaga keseimbangan antara affordability & quality.

“Dengan margin yang sangat kecil, karena keinginan untuk menjaga affordability & quality—sehingga kami hanya memiliki allowance yang sangat kecil untuk melakukan refund (jika terjadi kerusakan di tahap pengantaran). Maka toleransi kesalahan / margin of error kami sangatlah rendah.” ujar salah satu perwakilan Travelio.

Pada akhirnya, hal ini bukanlah masalah bisnis lama atau baru yang jadi juara, melainkan keberhasilan inovasi untuk menjangkau masyarakat luas.

Titipku, Deliveree, and Ubiklan Provides New Innovation to Facilitate Online Shopping

The impact of the Covid-19 pandemic has affected mostly small-medium entrepreneurs, in various industries. Growing SMEs are overwhelmed by the news. It has inspired some startups to help them, along with their efforts to stay relevant in the current situation. We tried to register some of these startups.

First of all, Titipku. This Yogyakarta based startup has always been focused on empowering SMEs. Their service is trying to optimize technology to connect small merchants, food stalls, and other parties with buyers through applications.

The latest news, Titipku has launched location-based service features. This service is said to facilitate users finding traders around them for easy shopping.

“The store location becomes one of the problems when shopping online. Long-distance will affect shipping costs. Even shipping costs can be more expensive than the items ordered. That is very unfortunate. We expect this feature can minimize such problems,” Titipku’s CEO & Co-Founder, Henri Suhardja explained.

Titipku is said to have successfully embraced 150 thousand users and 100,000 registered business people in the application.

Mitra Titipku di Pasar

Next, there is Deliveree. In the midst of a pandemic, this startup, known for offering goods delivery services, is launching an online grocery shopping platform that is accessible through the application. From the official statement, the goods will be sent periodically using the city car fleet. This new feature also comes with a live chat or a call to get directly connected to the store.

“We expect this feature can make life a little easier for those who are worried about being exposed to the virus. With our latest technology, we are trying not only to reduce the virus spread, but also expect to help more than 5000 driver partners to return worked during this difficult time,” Deliveree Indonesia’s Country Director Tom Kim said.

Belanja semobako murah melalui Deliveree

Ubiklan comes with similar innovation. The startup, known as mobile advertising services using cars or motorbikes, is starting to explore a new business called UbiFresh. Offering grocery shopping online through their application.

UbIklan claims that their new business unit was formed after discussions with their partners and considering the current pandemic conditions which forced people to spend more time at home. UbiFresh is packaged in such ways to help users with their groceries as well as to market merchandise from traditional markets.

“We see a lot of people that we can help with UbiFresh. We can serve households in groceries shopping and at the same time we also help traditional markets which happen to be some of our business partners […] “The market results offered at UbiFresh are always maintained in terms of quality, freshness and completeness at the same economical price,” Ubiklan’s CEO, Glorio Yulianto said.

UbiFresh dari Ubiklan

Stay relevant

In the current situation, online shopping becomes an option. There are big risks out there, and innovations are to be explored. The three startups above might only small amount among those who are trying to be relevant. In fact, they refuse to give up while continuing to look for ways to keep growing.

Titipku is currently planning for fundraising. Their focus lies on increasing the number of transactions. As a startup that always been aiming to help SMEs, this feature is a continuation of their previous efforts.

As for Deliveree and Ubiklan, the birth of new business lines is a strategic step for them to remain relevant. It was due to circumstances, also the current business conditions. It is not impossible that in the future their new business line will become permanent and become an important part of a sustainable business journey. Because it is currently high demand, and online shopping for groceries can be one of the new normal.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Gerak Inovasi Layanan Iklan Bergerak di Tengah Pandemi

Platform layanan iklan bergerak, yang mengandalkan media mobil atau motor, sempat banyak bermunculan di periode 2017-2018 seiring booming-nya perluasan layanan ride sharing di Indonesia. Kini kebanyakan pemainnya menghilang, tinggal menyisakan beberapa yang fokus pada pertumbuhan bisnis masing-masing.

Dari penelusuran Dailysocial, nama-nama seperti PayRide, Sti-Car, dan Wrabmobil sudah tidak bisa diakses situsnya. Begitu pula Doqar dan Klana.

Di situasi pandemi, ketika orang dihimbau untuk lebih banyak di rumah, hal ini menjadi permasalahan tersendiri bagi industri layanan iklan bergerak. StickEarn, salah satu layanan yang bertahan, menyebutkan bahwa mereka menunda investasi produk dan mencoba bertahan, sambil tetap merencanakan untuk melaju.

“Pandemi Covid-19 memukul kebanyakan industri, termasuk StickEarn yang ada di kategori jasa periklanan luar ruang. Tidak ada angka yang bisa kami berikan, namun krisis ini membuat kami untuk sementara waktu menunda investasi kami di product development. Cash is the king. Fokus kami sekarang adalah bagaimana kami bisa tetap bertahan dan mempersiapkan diri untuk melaju kencang setelah krisis ini selesai,” jelas Co-Founder StickEarn Archie Carlson.

Hal yang sama juga dihadapi Ubiklan. Meski terdampak pandemi, mereka mengklaim masih tetap aktif melayani dan menyiapkan rencana untuk dieksekusi setelah kondisi ini membaik.

Ubiklan saat ini masih aktif melayani dari sisi iklan. Memang harus diakui kalau pandemi Covid-19 ini cukup membawa dampak negatif bagi Ubiklan. Tapi, saat ini masih ada beberapa iklan yang tetap berjalan. Selain itu, tim Ubiklan juga aktif berkomunikasi dengan berbagai brand untuk planning campaign setelah keadaan sudah lebih baik,” terang CEO Ubiklan Glorio Yulianto.

Sementara itu, Promogo yang sudah menjadi bagian Gojek, masih terus menjalankan bisnisnya di bawah kepemimpinan Head of Vehicle & Head of Promogo Kiranjeet Purba.

“Kegiatan operasional kami tetap berjalan selama Covid-19, berkolaborasi dengan sejumlah brand terkemuka dalam meluncurkan kampanye iklan untuk mempromosikan tentang kesehatan dan physical distancing,” jelas Kiranjeet.

Gerak inovasi untuk beradaptasi

Pandemi ini memaksa banyak bisnis untuk secepat mungkin untuk beradaptasi. Paling tidak mencari agar tetap relevan, agar bisnis tetap bertahan. Langkah cepat ini juga diambil penyedia layanan iklan ruang yang sejauh ini masih bertahan. Strategi dalam adaptasi pun bermacam-macam.

Selama masa pandemi, StickEarn memberlakukan kebijakan work from home untuk seluruh karyawan. Sementara untuk bisnis, mereka masih aktif menjalin komunikasi dengan brand yang ingin beriklan.

“Terkait bisnis, ada beberapa brand yang melihat potensi untuk beriklan dan mengajukan order beriklan lewat layanan-layanan StickEarn. Tentu saja, ini harus kami layani dan kami memberlakukan kebijakan yang ketat di area pemasangan sticker—keselamatan dan kesehatan adalah prioritas kami,” imbuh Archie.

Sebagai salah satu layanan yang muncul di periode 2017, StickEarn cukup optimis dengan bisnis dan capaian mereka saat ini. Mereka mengklaim berhasil mendapatkan 70% market share di Indonesia.

Optimisme serupa juga diperlihatkan Promogo. Kiranjeet menjelaskan bahwa sejak 2018 puluhan ribu mitra driver Gojek telah bergabung dengan skema Promogo untuk mendapatkan penghasilan tambahan dari iklan berjalan yang dipasang.

“Kami akan terus fokus untuk memberikan dampak positif bagi klien maupun mitra driver Gojek melalui inovasi teknologi dan efektivitas operasional berbasis data. Dalam waktu dekat, kami akan memperkenalkan iklan digital terprogram pada armada roda dua kami, yang akan memberikan peluang penghasilan tambahan bagi mitra driver GoRide kami,” ujar Kiranjeet.

Strategi berbeda justru diambil Ubiklan. Mereka mencoba mencari lini bisnis baru, yakni online grocery. Mereka meluncurkan UbiFresh, sebuah upaya untuk tetap relevan di kondisi pandemi.

“Pas kita ngobrol-ngobrol dengan mereka, banyak yang cerita kalau pasar agak sepi dan omset menurun. Di sisi lain, kita juga melihat kalau orang-orang yang biasanya bisa belanja dari pasar, jadi tidak leluasa lagi semenjak ada pandemi ini. Selain itu, layanan yang tersedia saat ini juga belum ada yang menjajaki pasar tradisional, sedangkan para pedagang ini kan tetap perlu disejahterakan, terutama di masa sulit seperti ini,” papar Glorio.

Glorio menambahkan saat ini mereka tengah fokus pada pengembangan UbiFresh, baik dari segi layanan, harga, kualitas produk hingga kecepatan dan akurasi pengantaran. Nantinya UbiFresh juga disiapkan untuk mendukung bisnis Ubiklan di periklanan.

Titipku, Deliveree, dan Ubiklan Hadirkan Inovasi untuk Memudahkan Belanja Online

Dampak pandemi Covid-19 cukup besar dirasakan para pengusaha mengenah ke bawah, di berbagai industri. UKM yang sedang berupaya tumbuh banyak yang kelimpungan. Beberapa startup tampaknya terilhami untuk membantu mereka, berbarengan dengan upaya mereka agar tetap relevan di situasi seperti sekarang ini. Kami mencoba mendaftar beberapa startup tersebut.

Yang pertama ada Titipku. Startup asal Yogyakarta ini memang dari awal fokus pada pemberdayaan UKM. Layanan mereka mencoba mengoptimalkan teknologi untuk menghubungkan pedagang kecil, warung, dan semacamnya dengan para pembeli melalui aplikasi.

Terbaru, Titipku memperkenalkan fitur layanan berbasis lokasi. Layanan ini diklaim dikembangkan untuk semakin memudahkan pengguna mencari pedagang di sekitar mereka sehingga lebih mudah dalam berbelanja.

“Lokasi toko yang jauh dari rumah sebetulnya menjadi salah satu permasalahan saat belanja online. Jarak yang jauh akan berpengaruh pada ongkos kirim barang yang dipesan. Bahkan ongkos kirim bisa lebih mahal daripada barang yang ingin dibeli. Hal itu tentu sangat disayangkan. Kami berharap dengan fitur terbaru Titipku ini dapat meminimalkan permasalahan yang demikian,” terang Co-Founder CEO Titipku Henri Suhardja.

Titipku sendiri saat ini mengklaim sudah berhasil merangkul 150 ribu pengguna dan 100 ribu pebisnis terdaftar di aplikasinya .

Mitra Titipku di Pasar

Selanjutnya ada Deliveree. Di tengah pandemi, startup yang dikenal menawarkan layanan pengiriman barang ini meluncurkan platform belanja sembako online yang langsung bisa diakses di aplikasi mereka. Dari keterangan resminya, barang akan dikirimkan secara masaal dengan menggunakan armada city car. Fitur baru ini juga dilengkapi dengan live chat atau panggilan untuk bisa langsung terhubung dengan toko.

“Kami berharap ini akan membuat hidup sedikit lebih mudah bagi mereka yang khawatir akan terekspos dan terpapar virus. Dengan adanya layanan ini harapan kami bukan hanya sekadar membantu mengurangi penyebaran virus, akan tetapi juga teknologi terbaru kami diharapkan dapat membantu lebih dari 5000 mitra pengemudi untuk kembali bekerja selama masa sulit ini,” ujar Country Director Deliveree Indonesia Tom Kim.

Belanja semobako murah melalui Deliveree

Langkah yang serupa juga ditempuh oleh Ubiklan. Startup yang dikenal dengan layanan iklan bergerak menggunakan mobil atau motor ini mulai menjajaki bisnis baru bernama UbiFresh. Menawarkan belanja grocery secara online melalui aplikasi mereka.

Pihak UbIklan mengklaim unit bisnis baru mereka ini dibentuk berkat diskusi dengan partner mereka dan juga melihat kondisi pandemi seperti sekarang ini yang memaksa orang harus lebih banyak di rumah. UbiFresh dikemas sedemikian rupa untuk membantu pengguna tetap bisa mendapatkan barang belanjaan sekaligus memasarkan dagangan dari pedangang di pasar tradisional.

“Kami melihat banyak sekali orang yang dapat kami bantu dengan UbiFresh. Kami dapat melayani rumah tangga dalam memenuhi kebutuhan belanja bahan pangan mereka dan secara bersamaan kami juga membantu pasar tradisional yang kebetulan beberapa di antaranya adalah mitra bisnis kami […] Yang pasti produk hasil pasar yang ditawarkan di UbiFresh selalu terjaga kualitas, kesegaran dan kelengkapannya dengan harga yang sama hematnya,” terang CEO Ubiklan Glorio Yulianto.

UbiFresh dari Ubiklan

Usaha untuk tetap relevan

Di situasi seperti sekarang ini belanja online merupakan sebuah pilihan. Ada risiko besar yang dihindari, dan ada kemudahan yang coba dimanfaatkan. Tiga startup di atas mungkin menjadi di antara mereka yang berusaha untuk relevan. Atau setidaknya berusaha untuk menolak menyerah sambil terus mencari cara untuk tetap tumbuh.

Titipku saat ini masih merencanakan untuk fundraising. Fokus mereka sekarang ada pada menaikkan jumlah transaksi. Sebagai startup yang dari awal mengembang misi untuk membantu para UKM fitur ini adalah langkah lanjutan dari upaya-upaya sebelumnya yang mereka lakukan.

Sementara bagi Deliveree dan Ubiklan, lahirnya lini bisnis baru adalah langkah strategi bagi mereka untuk tetap menjadi relevan. Terhadap keadaan, juga terhadap kondisi bisnis. Bukan tidak mungkin dikemudian hari lini bisnis baru mereka ini akan menjadi permanen dan menjadi bagian penting dalam perjalanan bisnis yang berkelanjutan. Karena memang saat ini permintaan tinggi, dan belanja grocery online bisa jadi salah satu new normal.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Ubiklan Luncurkan Konsep “Human Billboard” Berbasis Teknologi UbiMan

Masih besarnya potensi kegiatan pemasaran secara offline, yang dipadukan dengan teknologi, menjadi salah satu alasan Ubiklan untuk memperkenalkan media iklan baru yang disebut UbiMan. Konsep kegiatan pemasaran ini memanfaatkan human billboard atau papan iklan yang dijalankan manusia, yang disebut sebagai Mitra UbiMan.

Didirikan pada tahun 2016, Ubiklan merupakan perusahaan iklan luar ruang (out-of-home advertising) yang berbasis teknologi. Melalui platform, pengiklan dapat memantau promosi yang dijalankan secara online dan memiliki akses ke informasi seperti impresi dan area yang telah terekspos iklan tersebut. Saat ini sudah ada 100 mitra yang bergabung dalam platform dan 400-500 perusahaan yang telah menggunakan layanannya.

Barrier of entry yang lebih rendah

Kepada DailySocial Founder & CEO Ubiklan Glorio Yulianto mengungkapkan, ada alasan kekosongan media iklan luar ruang yang targeted dan bergerak yang mendasari lahirnya Ubiman. Solusi ini diklaim memberikan harga yang terjangkau dan bisa diluncurkan dalam jumlah masif.

“Di sisi lain, kalau selama ini produk yang telah diluncurkan Ubiklan, contohnya vehicle branding, hanya bisa diikuti oleh mitra-mitra yang memang punya kendaraan. UbiMan tidak begitu karena papan iklan dan segala perlengkapannya disediakan oleh kami. Jadi, barrier of entry-nya lebih rendah dan secara otomatis bisa membuka kesempatan kerja bagi lebih banyak orang lagi.”

Konsep human billboard sendiri memang bukan hal yang asing, baik di dalam maupun di luar Indonesia. Meskipun demikian, konsep yang sudah berjalan selama ini hanyalah papan iklan biasa yang tidak bisa dipantau. UbiMan hadir dengan solusi human billboard yang berbasis teknologi.

Memanfaatkan GPS, pengiklan dapat melacak rute apa saja yang sudah dilewati mitra ketika membawa papan iklannya. Pengiklan bisa melakukan verifikasi sendiri apakah rute yang dilewati memang sesuai dengan yang diinginkan. Teknologi Ubiklan akan mengumpulkan impresi data selama perjalanan untuk kebutuhan evaluasi pengiklan di akhir kampanye. Seluruh informasi ini dapat diakses pengiklan secara online melalui dashboard.

“UbiMan bisa melakukan banyak hal bagi brand. Salah satunya sebagai brand ambassador bagi iklan yang dibawanya. Sebelum mulai menjalankan iklan, para UbiMan akan diberikan orientasi terlebih dahulu, di mana pada saat ini mereka akan diberikan product knowledge seputar iklan yang dibawanya. Jadi mereka bukan hanya berjalan membawa iklan, tapi juga sekalian menyebarkan informasi dan menjawab pertanyaan,” kata Glorio.

UbiMan juga bisa melakukan flyering dan brand activation seperti membagikan product sampling atau mendukung event. Meskipun produk paling anyar, Ubiklan mengklaim UbiMan sudah digunakan Blibli untuk melakukan kegiatan pemasaran.

Fokus merekrut mitra

UbiMan terbuka bagi siapa saja yang ingin menjalankan iklan. Saat ini UbiMan baru tersedia di kawasan Jabodetabek. Untuk menambah jumlah mitra, pendaftaran di kota-kota besar lainnya juga mulai dilakukan, termasuk di kota Medan.

Nantinya mereka yang mendaftar menjadi mitra tinggal berkeliling membawa papan iklan dan mendapatkan penghasilan tambahan. Pendaftaran menjadi mitra dapat dilakukan di aplikasi Ubiklan.

“Pemberian komisi kepada personel UbiMan dan pembayaran dari brand dihitung secara per minggu. Karena memang ini layanan baru, jumlah mitra UbiMan sendiri memang belum terlalu banyak. Karena itu, fokus kita saat ini untuk layanan ini adalah terus meningkatkan jumlah mitra UbiMan, tidak hanya di Jakarta tapi juga kota-kota besar lain di Indonesia. Selain itu, kami juga sedang dalam pengembangan fitur-fitur lain yang akan semakin menambah value dari UbiMan,” kata Glorio.

Application Information Will Show Up Here

“Hybrid Advertising” Gabungkan Kekuatan Media Offline dan Online

Tak dapat dimungkiri, TV saat ini masih menjadi medium paling efektif untuk beriklan. TV unggul karena memiliki jangkauan yang luas, cocok untuk pasar Indonesia. Namun, belanja iklan TV masih paling mahal dibandingkan media-media lainnya.

Pada masanya, produk cetak dan offline menjadi beberapa alternatif utama para pengiklan untuk memasarkan produk. Koran, majalah, dan billboard adalah contoh media iklan yang paling sering kita temui.

Bergerak menuju era internet, pengiklan kini mulai melirik media digital sebagai sarana yang efektif untuk memperkenalkan sebuah produk. Selain minim biaya dan ide kontennya lebih beragam, iklan digital dinilai lebih terukur karena mengandalkan jumlah klik.

Sebetulnya, belanja iklan digital belum melampaui belanja iklan konvensional, seperti media offline maupun media cetak. Namun, sejumlah survei memprediksi belanja iklan digital akan tumbuh pesat seiring semakin meluasnya adopsi internet.

Kami akan membahas tren hybrid advertising sebagai konsep sharing economy baru dalam dunia periklanan. Konsep ini disebut-sebut bakal menjadi tren baru dunia periklanan karena menggabungkan kekuatan dari media offline dan online.

Konsep hybrid advertising saat ini diterapkan UBiklan. Secara singkat, Ubiklan merupakan startup lokal yang menghadirkan platform teknologi untuk layanan iklan berjalan. Ubiklan mengklaim jasa yang ditawarkannya lebih ekonomis, efektif, dan tepat sasaran.

Untuk tahu lebih lanjut mengenai hal ini, simak selengkapnya paparan menarik dari Glorio Yulianto, CEO UBiklan (sebuah layanan car advertising) pada sesi #SelasaStartup berikut ini.

Jangan lupakan media offline

Glorio menilai media offline kini mulai dilupakan sebagai salah satu alternatif utama untuk beriklan. Media digital kini lebih dilirik karena hasilnya lebih terukur dan hal tersebut lebih diinginkan oleh perusahaan.

Diakuinya media offline memiliki kelemahan. Ambil contoh billboard, medium ini memiliki keterbatasan pada pesan yang ingin disampaikan, hanya ada komunikasi satu arah, dan sulit terukur.  Belum lagi isu teknis mulai dari mahalnya teknologi yang ingin dipakai pada billboard hingga sulit untuk memonitor.

Padahal, menurutnya media offline justru memunculkan potensi baru dalam dunia periklanan, terutama di era sharing economy yang banyak diterapkan di banyak perusahaan rintisan.

Mengutip sebuah survei, kata Glorio, saat ini ada 40 persen segmen pembaca media cetak. Namun begitu media online ada, segmen pembaca media online hanya bertambah menjadi 49 persen. Jika dilihat irisannya, cuma 11 persen yang berpindah ke media online.

“Dengan kata lain, masih ada segmen pasar yang tidak berada di dua segmen tersebut. Orang-orang yang online memang penting, tetapi mereka yang tidak pernah akses web (offline) juga sama pentingnya,” tuturnya.

Terlepas dari pesatnya perkembangan digital, media offline diyakini masih memiliki sejumlah keunggulan. Masih banyak segmen pasar yang lebih percaya dengan melihat produk secara langsung ketimbang di dunia digital.

“Tantangan lain pada media offline adalah kreativitas, compeling activity. Kalau tidak ada itu, sama saja. Nah, masalah-masalah di atas yang ingin kita atasi,” ujar Glorio.

Hybrid advertising munculkan peluang baru

Sebagai jawaban atas masalah yang kerap ditemui di atas, Glorio mengungkap bahwa ada konsep baru dalam dunia periklanan yang memiliki potensi besar, yaitu hybrid advertising. Konsep ini menggabungkan kekuatan yang dimiliki media online dan offline.

Dalam hal ini, pengiklan tetap beriklan offline dengan mengandalkan kendaraan sebagai medianya. Sementara, sisi online tetap berperan dalam menyediakan analytic kepada si pengiklan. Dapat dikatakan iklan semacam ini disebut iklan berjalan di mana potensi jangkauannya lebih luas.

“Media offline sebagai media iklan, sedangkan analytic-nya berbasis online. We called it hybrid advertising media. Kami bisa ambil budget (pengiklan) dari dua divisi, yakni online dan offline,” ujar Glorio.

Ia mengungkap hybrid advertising menawarkan layanan atau jasa yang minim biaya, efektif, dan tepat sasaran. Di UBiklan, mereka menawarkan jasa sewa space untuk beriklan pada kendaraan mobil dan motor.

Setiap kendaraan dapat dilacak secara real-time dari GPS di aplikasi pengguna. UBiklan menyediakan dashboard di mana pengiklan dapat memonitor termasuk memasang rencana campaign iklan.

Glorio membandingkan biaya yang dikeluarkan untuk billboard dapat mencapai Rp100 juta, di mana biaya iklan berjalan hanya berkisar Rp1 juta per kendaraan per bulan di UBiklan.

Namun, lanjutnya, perlu dicatat bahwa tidak semua jenis produk dapat memanfaatkan keunggulan dari hybrid advertising demi tujuan awareness. Mass product dinilai lebih cocok untuk menggunakan jasa ini ketimbang produk tertentu yang segmen pasarnya terbatas.

“Bagaimana masa depan hybrid advertising? Ada saat di mana siklusnya akan berputar. Akan ada saat di mana (iklan) digital kembali ke konvensional, dengan catatan harus ada perubahan dan added value. Nanti akan seterusnya begitu, siklusnya kembali ke awal,” ujarnya.

UbIklan Andalkan Kecanggihan Teknologi dan Pengolahan Data

Indonesia seahun belakangan mulai dibanjiri dengan layanan car advertising. Semuanya berangkat dengan semangat memberikan alternatif beriklan yang lebih efisien, efektif dan terukur. Selain itu mereka juga memiliki semangat untuk membantu para pemilik kendaraan untuk mendapatkan pendapatan lebih. Salah satu layanan car advertising yang sudah berjalan di Indonesia adalah UbIklan. Selain mobil, UbIklan juga sudah mengakomodasi moda transportasi sepeda motor sebagai sarana iklan berjalannya.

Sebagai sebuah layanan yang datang dengan janji memudahkan dan merevolusi cara beriklan UbIklan menawarkan sejumlah fitur-fitur khusus. Di antaranya adalah fitur monitoring dan pelacakan real time, biaya yang lebih murah, dan juga iklan yang diklaim lebih efektif dan efisien dibanding dengan cara beriklan konvensional.

Menanggapi kehadiran UbIklan saat layanan car advertising semakin semarak, pihak Business Development UbIklan Jessica Juliardy menjelaskan pihaknya menanggapi positif ramainya segmen car advertising di Indonesia. Ia pun optimis kelebihan-kelebihan UbIklan akan lebih terlihat jika ada pembanding di sektor yang sama.

“UbIklan menyikapi dengan sangat positif terhadap persaingan di business model yang sama. Karena dengan banyaknya persaingan ini, ubiklan bisa semakin menunjukan kelebihan-kelebihan yang UbIklan miliki dari sisi teknologi and data,” terang Jessica.

Big data dan sistem anti-fraud

Di tahun 2018 ini, meski banyak pemain yang berebut kue di sektor car advertising, namun hal ini tidak membuat UbIklan menyerah. Meski enggan mengungkapkan angka, mereka percaya diri dengan mengklaim tengah mengembangkan beberapa fitur yang disebut tidak dimiliki oleh penyedia layanan sejenis lainnya. Dua layanan unggulan ini adalah analisis big data dan sistem pencegahan penipuan atau anti-fraud.

Dijelaskan Jessica, pihaknya memiliki sistem monitoring internal yang bisa mencegah kecurangan-kecurangan yang mungkin terjadi dari partner UbIklan sehingga tidak merugikan para pengiklan. Selain itu mereka juga memiliki sistem analisis big data dengan algoritma yang disusun sedemikian rupa sehingga bisa menghitung jumlah impression secara langsung.

Dua fitur unggulan ini melengkapi beberapa pelayanan lain yang diberikan UbIklan kepada mitra pengemudi, termasuk pengetahuan mengenai produk, penyesuaian ukuran stiker, pemasangan, hingga pembayaran pajak.

Application Information Will Show Up Here