Platform Logistik Deliveree Rampungkan Pendanaan Seri C Senilai 1 Triliun Rupiah

Perusahaan teknologi logistik yang mengoperasikan marketplace trucking dan kargo skala besar di Indonesia, Deliveree, merampungkan putaran pendanaan Seri C senilai $70 juta (sekitar 1 triliun Rupiah) yang dipimpin Gobi Partners dan SPIL Ventures. Inspire Ventures, investor terdahulu perusahaan, juga turut ambil bagian di putaran kali ini. Secara total mereka telah mendapatkan pendanaan sebesar $109 juta (1,6 triliun Rupiah) selama lima tahun terakhir.

Dana segar tersebut rencananya dimanfaatkan perusahaan untuk meningkatkan penetrasi pasar, memperluas jenis layanannya seiring dengan hadirnya solusi kargo kontainer, dan melakukan pengembangan skala besar yang dibutuhkan untuk menjadi marketplace logistik yang tersedia di seluruh pelosok Asia Tenggara. Selain itu, pendanaan ini juga akan digunakan untuk meningkatkan layanan bagi puluhan ribu bisnis yang setiap harinya mengandalkan Deliveree.

“Di Deliveree, misi kami adalah digitalisasi logistik dengan membuat transportasi kargo menjadi sederhana, terjangkau, fleksibel, dan terukur untuk bisnis dari segala ukuran. Hal ini diwujudkan lewat kekuatan platform marketplace kami yang menghubungkan pelanggan logistik dengan jaringan angkutan dan penyedia layanan besar – yang saya sebut sebagai logistics mega marketplace,” ujar Co-Founder & CEO Deliveree Tom Kim.

Menurut Managing Partner Gobi Partners Kay Mok, pasca-pandemi berpotensi besar mengalami inflasi yang turut diwarnai oleh permasalahan rantai
pasok. Platform teknologi dari Deliveree memungkinkan terjadinya optimasi dan penurunan total biaya operasional bagi industri pengiriman dan logistik.

“Dengan investasi strategis kami di Deliveree, kami dapat memberi mereka kapabilitas operasional supply chain yang kuat dan merupakan yang pertama di ranah industrinya, dengan menyelaraskan moda transportasi darat dan laut. Hal ini memungkinkan platform teknologi Deliveree untuk menawarkan solusi logistik yang lebih luas dan melampaui trucking darat dengan jangkauan antar pulau, didukung secara strategis oleh jaringan kapal kontainer SPIL yang melayani seluruh pelabuhan utama di Indonesia,” kata Widarta Liunanda dari SPIL Ventures.

Skalabilitas bisnis dan teknologi

Dalam 24 bulan terakhir, Deliveree mengklaim telah meningkatkan transaksi brutonya sebesar 3,2 kali dengan nilai $100 juta pada tahun ini. Perusahaan telah meningkatkan kapasitas timnya hingga hampir mencapai 500 karyawan di empat negara yang membuat perusahaan masuk ke daftar 5 angkutan kargo terbesar di Indonesia, Filipina, dan Thailand.

Akhir tahun 2021 lalu, Deliveree mengumumkan layanan Muat Sebagian untuk mengakomodasi kebutuhan bisnis yang ingin mengirim barang, kargo, bahkan paket besar/kecil tanpa harus menyewa satu kendaraan penuh. Solusi ini mendigitalisasi layanan muat sebagian yang sudah hadir di perusahaan logistik konvensional dengan memanfaatkan algoritma pintar.

Saat pemesanan dilakukan, algoritma Deliveree akan memperhitungkan rute yang paling optimal dan efisien dari gabungan muatan barang pebisnis dengan pebisnis lainnya. Hal tersebut berdampak pada efisiensi biaya dan estimasi pengiriman tercepat karena mempertimbangkan jarak dan waktu. Seluruh proses pemesanan ini dilakukan baik melalui aplikasi maupun situs.

Menurut data tahun 2021, total pasar logistik Indonesia mencapai $240 miliar atau lebih dari Rp3300 triliun. Sejauh ini sudah ada sebuah layanan unicorn logistik (J&T) dan sejumlah soonicorn (Shipper, SiCepat, Waresix) di sektor logistik, khususnya yang mengurusi segmen B2B.

Application Information Will Show Up Here

Intip! Daftar 15 Startup Logistik di Indonesia

BPS (Badan Pusat Statistik) melaporkan, pada tahun 2021 sektor logistik mampu tumbuh 3,24%. Banyak faktor yang melandasinya, mulai dari permintaan tinggi dari sektor e-commerce, sampai dengan transformasi digital yang ada di bisnis logistik itu sendiri. 

Tren positif bisnis logistik juga menjadi kesempatan tersendiri bagi startup digital yang fokus menggarap sektor logistik untuk turut mengakomodasi pasar. Saat ini ada berbagai stratup dengan solusi unik di bidang logistik — mulai dari layanan agregator, pengantaran, sampai dengan manajemen armada.

Berikut ini adalah 15  startup logistik Indonesia yang patut diketahui.

Andalin

Andalin adalah startup logistik Indonesia yang berdiri sejak tahun 2016. Mereka menghadirkan platform yang dapat membantu para pemilik UMKM di Indonesia untuk mengimpor dan mengekspor barang dari dalam dan luar negeri. 

Para kliennya hanya perlu mengirimkan semua persyaratan dan biaya yang dibutuhkan Andalin. Selanjutnya platform akan memastikan proses pengiriman barang lintas negara tersebut berjalan dengan baik. Andalin juga bisa melakukan pemantauan secara real-time dengan Andalin Get yang telah diluncurkan tahun lalu.

Belum lama ini Andalin mengumumkan tambahan pendanaan sebesar $4 juta atau setara dengan 57,2 miliar rupiah yang dipimpin oleh Intudo Ventures. Sejumlah investor terlibat seperti Cardig Group, Beenext, dan investor strategis lainnya. Pendanaan ini melanjutkan putaran seri A yang diperoleh perusahaan pada Maret 2021.

AnterAja

Salah satu startup logisitk Indonesia yang saat ini kian ekspansif. Perusahaan logistik ini berfokus pada pengiriman barang. Pelayanan yang diberikan AnterAja ini cukup bervariatif dari regular, next day, same day tergantung dari jarak lokasi juga. 

Pada tahun 2021 IFC (International Finance Coorporation) melakukan investasi kepada AnterAja dengan nilai yang cukup fantastis sebesar 451 miliar Rupiah untuk melakukan ekspansi produknya ke beberapa pulau di Indonesia.

Biteship

Startup solusi logistik e-commerce Biteship telah berhasil mendapatkan pendanaan tahap awal  dengan jumlah yang tidak diungkapkan. Pendanaan tersebut dipimpin oleh East Ventures dan Beenext. 

Biteship ini didirakan Mirsa Sadikin (CEO) dan Afra Sausan (CMO) pada tahun 2019. 

Biteship ini memiliki model bisnis yang cukup unik dibandingkan dengan startup logisitik Indonesia yang lain, karena biteship ini dapat mengirim paket dari berbagai pilihan kurir lainnya. Selain pengiriman barang mereka juga dapat menyewakan gudang untuk melakukan perdagangan di dalam maupun luar negeri.

Deliveree

Deliveree didirikan oleh Tom Kim selaku CEO dan Co-Founder pada tahun 2015. Deliveree ini memiliki banyak sekali fitur yang dapat digunakan terhadap jasa pengiriman dan logistik.

Salah satu layanan yang terbaru Muat Sebagian (Less Than Truckload/LTT) menjadi alternatif pilihan yang bisa dimanfaatkan seluruh bisnis dari berbagai skala, termasuk UMKM yang memiliki limitasi budget.

CEO Deliveree Tom Kim menjelaskan, ada kucuran dana $14,5 juta yang baru dikeluarkan dari Gobi Partners bersama Asia Summit Capital dan Inspire Ventures ini akan digunakan untuk mendorong pertumbuhan marketplace logistik di kawasan Asia Tenggara.

Envio

Salah satu startup logistik Indonesia yang berbasi B2B digitalisasi, Envio mendapatkan pendanaan pre-seed pada tahun ini dengan nominal yang dirahasiakan dari Antler, Iterative, dan sejumlah angel investor lainnya. Pendanaan ini akan digunakan untuk mengakselerasi pertumbuhan bisnis Envio di 2022.

Envio didirikan pada tahun 2021 oleh Richard Cahyanto dan Alif Amri Suri yang masing – masing menjadi CEO dan CTO. Model bisnis Envio sendiri ini lebih mengarah kepada B2B digitalisasi hal ini memudahkan konsumen melihat secara real-time dan end-to-end barang yang mereka kirim.

J&T Express

J&T Express merupakan startup logistik Indonesia yakni seperti jasa pengiriman barang, baik berupa dokumen maupun paket. J&T Express adalah startup logistik yang juga menggunakan IT dalam menawarkan layanannya, mereka menawarkan keuntungan dalam mengambil barang. Sehingga pelanggan tidak perlu datang ke kantor J&T jika ingin mengirim barang.

J&T Express adalah perusahaan multinasional yang berkantor pusat di Jakarta, Indonesia. Perusahaan ini berdiri pada tanggal 20 Agustus 2015. Didirikan oleh Robin Lo Perusahaan ini pada umumnya bergerak dalam bidang ekspedisi. Pada tahun 2018, J&T telah membangun gudang sortir otomatis di Semarang dan Surabaya.

Startup logistik J&T Express dilaporkan telah memperoleh putaran pendanaan sebesar $2,5 miliar atau setara 35,6 triliun Rupiah dengan valuasi mencapai $20 miliar (sekitar 285 Rupiah triliun), alias sudah menyandang gelar “decacorn“. Penggalangan dana ini merupakan bagian dari rencana J&T agar dapat melantai di bursa Hong Kong pada kuartal pertama 2022.

Janio

Startup logistik yang berbentuk e-commerce ini memiliki banyak fitur seperti pelacakan real time, analisa terstruktur dan komunikasi khusus untuk pengiriman paket pada satu platform

Selain itu, Di dalam platform tersebut, berisi informasi saat barang masuk gudang, pengiriman first mile, proses bea cukai di bandara udara asal dan tujuan, distribusi, hingga pengiriman last mile. Layanan ini bisa dipakai untuk bisnis UKM maupun korporasi yang memulai ekspansi bisnis secara internasional.

Janio ini didirikan oleh Syed Ali Ridha Madihid pada tahun 2019, Dalam segi pendanaan Janio ini dibantu oleh Choco Up perusahaan investasi berbasis pendapatan antarmuka senilai $8 Juta.

Kargo Tech

Startup logistik yang satu ini menawarkan fitur yang dapat memberikan kemudahan untuk mengelola logistik dengan cara yang baik. Kargo Nexus adalah fitur yang dapat memudahkan perusahaan untuk melakukan pengelolaan logistik dengan cara digital.

Kargo tech ini didirikan oleh Tiger Fang pada tahun 2015. Selain Kargo Nexus, startup logistik yang satu ini juga menyediakan jasa logistik truk antar pulau seperti diesel, engkel, fuso, hingga kontainer.

Pada bulan febuari 2022, Kargo tech mendapatkan pendanaan dari teleport (anak perusahaan Air Asia) senilai 501 Miliar Rupiah untuk melakukan ekspansi ke mancanegara.

Logisly

Logisly merupakan perusahaan startup logistik Indonesia pertama yang menerapkan e-forwading dimana mempertemukan pengguna dengan penyedia jasa logistik. Sejak beroperasi Juli 2019 terdapat 5000 truk dengan mayoritasnya adalah pengusaha truk yang telah menggunakan logisly dan telah terverifikasi.

Melalui teknologinya logisly ini dapat memungkinkan para pengusaha truk mendapatkan order melalui logisly serta cash flow yang lebih terjaga melalui fitur tersebut. 

CEO Logisly, Roolin Njotosetiadi mengungkapkan bahwasannya logisly akan terus melakukan ekspansi serta pembaruan agar konsumen serta pengusaha penyedia logistik puas dengan kinerja dari logisly.

Pada tahun 2020 Logisly mendapatkan pendanaan Seri A senilai 87,7 Miliar Rupiah dipimpin oleh Monks Hill Ventures.

McEasy

McEasy menyediakan solusi digital berbasis Internet dan GPS Tracker untuk menjawab kebutuhan operasional logistik dan pelacakan lokasi kendaraan. Perusahaan didirikan oleh Raymond Sutjiono dan Hendrik Ekowaluyo sejak tahun 2017 dan terus bertransformasi menjadi terdepan dalam memberikan solusi terintegrasi di bidang transportasi logistik.

Application Information Will Show Up Here

Pada bulan september 2021, Perusahaan ini mendapatkan 22 Miliar Rupiah dari East Ventures pada tahap awal. Dana tersebut akan digunakan untuk membangun teknologi logistik, merekrut tim pemasaran dan penjualan guna menjangkau lebih banyak pengguna.

Paxel

Paxel adalah startup logistik indonesia pertama berbasis aplikasi yang menawarkan layanan Same Day Delivery dengan biaya pengiriman yang terjangkau. Paxel didirikan oleh Bryant Christanto (CEO), Zaldy Ilham Masita (Co-Founder), dan Johari Zein (Co-Founder) pada awal tahun 2018. 

Saat ini Paxel hanya mengakomodasi layanan di wilayah Jabodetabek dan Bandung. Layanan pemesanan cukup menggunakan aplikasi. Maksimal 8 jam barang akan sampai di tempat tujuan. Saat ini, Paxel memiliki armada lebih dari 200 sepeda motor dan lima mobil. Kedepannya, Paxel menargetkan hadir di lima kota lain di Indonesia

Startup Paxel ini mendapatkan pendanaan seri B dipimpin oleh MDI Ventures dengan valuasi nominal senilai 134, 7 Miliar Rupiah.

Shipper

Startup logsitik Indonesia yang pertama akan dibahas adalah shipper, Shipper ini didirikan pada tahun 2016 oleh Budi Handoko (Co-Founder & COO) dan Phil Opamuratawongse (Co-Founder & CEO). 

Shipper sendiri menawarkan beberapa layanan yang pastinya berbeda dengan startup logistik di Indonesia yang lain. Perusahaan ini tidak hanya menawarkan jasa pengiriman barang akan tetapi mereka juga menawarkan penyewaan gudang. Selain itu, perusahaan ini Terintegrasi denga API (Aplication Programing Interface) dimana hal tersebut memudahkan para kurir dengan banyak dengan satu platform saja.

Dalam pendanaan seri B bulan lalu, sebagai agretator bisnis shipper mendapatkan $63 Juta atau kisaran 923 Milliar Rupiah.

Sicepat

PT Sicepat Ekspres ini didirikan oleh The Kim Hai pada tahun 2014. Model bisnis dari sicepat ini sangat bervariasi bagi mulai dari COD, Kirim barang lebih dari 3 Kilogram, Kargo, Layanan cepat dalam sehari dan sebagainya.

Pada maret 2022, Sicepat ini berhasil mendapatkan mendanaan senilai $170 Juta atau 2,4 Triliun Rupiah untuk mengekspansi serta membuat inovasi yang lebih baik lagi untuk perusahaan kedepannya.

Transtrack.ID

Startup logistik Indonesia yang satu ini merupakan start up dengan mengintegrasikan antara kondisi setempat dengan waktu yang tepat (real time). Trastrack.ID ini memiliki beberapa fitur lengkap untuk mendukung manajemen logistik.

Perusahaan ini didirikan oleh Anggia Meisari dan Aris Pujud selaku CEO pada tahun 2019. Selain itu pada tahun 2022 Transtrack.id ini mendaptkan seed funding untuk untuk mendukung pengembangan produk dan pertumbuhan sales senilai $570 ribu atau 8 miliar Rupiah.

Waresix

Waresix adalah startup logistik Indonesia yang menyediakan solusi penyimpanan end-to-end yaitu mencakup transportasi hingga kebutuhan pergudangan. Perusahaan rintisan ii didirikan pada 2017 oleh para engineer Andree Susanto, Edwin, dan Filbert Hansel. Saat ini, Waresix memiliki lebih dari 200 mitra gudang.

Pada April 2022, Waresix mendapatkan pendanaan senilai $50 Juta atau setara dengan 718,4 miliar Rupiah untuk mengekspansi serta menambah daya gedor untuk sales.

Deliveree Rilis Layanan “Muat Sebagian”, Andalkan Algoritma untuk Optimasi

Startup marketplace logistik Deliveree mengumumkan layanan Muat Sebagian untuk mengakomodasi kebutuhan bisnis yang ingin mengirim barang, kargo, bahkan paket besar/kecil tanpa harus menyewa satu kendaraan penuh. Solusi ini mendigitalisasi layanan muat sebagian yang sudah hadir di perusahaan logistik konvensional dengan memanfaatkan algoritma pintar.

Senior Supply Associate Deliveree Indonesia Denaldy Nataniel mengatakan, sejak kehadiran Deliveree Indonesia di 2015, selama ini mengandalkan satu solusi utama Satu Kendaraan (Full Truckload/FTL). Solusi ini memiliki limitasi bahwa pebisnis harus membayar sewa untuk satu kendaraan harus dibayarkan secara penuh, meski mereka hanya memakai sebagian kapasitas dari satu kendaraan.

Muat Sebagian (Less Than Truckload/LTL) ini, sambungnya, menjadi alternatif pilihan yang bisa dimanfaatkan seluruh bisnis dari berbagai skala, termasuk UMKM yang memiliki limitasi budget. Pebisnis cukup membayarkan biaya per berat muatan. Solusi ini telah hadir di Thailand dan Filipina akan menjadi target Deliveree selanjutnya.

“Muat Sebagian ini sudah dilakukan oleh perusahaan logistik konvensional, tapi butuh proses berhari-hari karena mereka membutuhkan gudang untuk penyortirannya. Sementara, kami memakai teknologi algoritma untuk penyortiran, sehingga tidak membutuhkan gudang,” terang dia dalam konferensi pers virtual, Rabu (22/9).

Saat pemesanan dilakukan, algoritma Deliveree akan memperhitungkan rute yang paling optimal dan efisien dari gabungan muatan barang pebisnis dengan pebisnis lainnya. Hal tersebut berdampak pada efisiensi biaya dan estimasi pengiriman tercepat karena mempertimbangkan jarak dan waktu. Seluruh proses pemesanan ini dilakukan baik melalui aplikasi maupun situs web.

Pebisnis perlu memasukkan identitas detail terkait muatan yang akan dikirim, baik itu dimensi barang, berat, jenis kemasan, lokasi pengantaran, tanggal pengiriman, dan sebagainya. Tidak ada batas minimal untuk muatan yang diterima Muat Sebagian, namun berat maksimalnya adalah 18 ton. Muatan akan dijemput sehari setelah pemesanan dibuat, dan akan langsung diantar secepat mungkin, atau maksimal untuk pengiriman pada dua minggu mendatang.

Hanya saja, pada tahap awal ini baru melayani pengiriman di sebagian Sumatera, Jabodetabek, Banten, Jawa Barat, Yogyakarta, Semarang, dan Surabaya. “Bulan depan layanan ini akan mencakup ke seluruh wilayah di Jawa baru kemudian hadir secara nasional.”

Deputy Head Business Development Deliveree Indonesia Raynov Chandra menambahkan, solusi Muat Sebagian menjadi tambahan bagi mitra bisnis yang selama ini menggunakan layanan Deliveree. Selama ini berbagai layanan dan fitur yang telah dirilis selalu memerhatikan kebutuhan pebisnis di lapangan.

Oleh karenanya, dia mengklaim bahwa Deliveree adalah pemain yang mendominasi untuk solusi logistik bagi pebisnis. Berbagai perusahaan yang telah memanfaatkan jasa Deliveree adalah Tokopedia hingga Dekoruma.

“Muat Sebagian ini dapat dimanfaatkan untuk berbagai skala bisnis mana pun. Di furnitur misalnya, kan sudah ada yang di-packing dalam kardus itu bisa pakai Muat Sebagian karena dirasa lebih hemat kalau pakai kendaraan yang lebih kecil,” kata dia.

Setiap harinya perusahaan mengambil pesanan aktif hingga ribuan. Saat ini Deliveree memiliki lebih dari 35 ribu kendaraan aktif dengan total unduhan aplikasi lebih dari 2,3 juta unduhan. Armada terbanyak di Deliveree adalah jenis CDD, CDE, Fuso Berat, dan jenis carry untuk pengiriman dengan muatan kecil.

Solusi logistik pintar

Walaupun logistik adalah tulang punggung perdagangan nasional dan internasional, sektor ini mengalami banyak sekali tantangan di Indonesia, seperti infrastruktur yang tidak memadai, serta kurangnya jaringan komunikasi dan teknologi informasi yang dapat diandalkan.

Menurut Mordor Intelligence, biaya logistik sangat bervariasi antara 25% dan 30% dari PDB Indonesia, dibandingkan dengan ekonomi berkembang, setara 5%. Hal ini berarti pengiriman barang dari satu kota ke kota lain di Indonesia bisa menjadi mahal dan menantang.

Mengutip dari laporan lainnya yang dikeluarkan PwC berjudul Shifting Patterns: Future of The Logistics Industry, kurangnya “budaya digital” dan pelatihan adalah tantangan terbesar bagi perusahaan transportasi dan logistik konvensional.

Hal ini memungkinkan startup teknologi pendatang baru untuk mengisi celah dan menangkap peluang bisnis. Mereka dapat mendigitalisasi kegiatan operasional inti untuk menciptakan sistem logistik yang cerdas.

Perusahaan Putaran Tahun
ASSA (induk AnterAja) Convertible Bond 2021
Andalin Series A 2021
Deliveree Series A 2017
Finfleet Series A 2019
GudangAda Series A

Series B

2020

2021

Kargo Technologies Seed Funding

Series A

2019

2020

Logisly Series A 2020
Pakde Seed Funding 2018
Ritase Series A 2019
Shipper Seed Funding

Series A

Series B

2019

2020

2021

SiCepat Series B 2021
Triplogic Seed Funding 2019
Waresix Seed Funding

Pre-Series A

Series A

Series A+

Series B

2018

2018

2019

2020

2020

Webtrace Seed Funding 2020
Application Information Will Show Up Here

Titipku, Deliveree, and Ubiklan Provides New Innovation to Facilitate Online Shopping

The impact of the Covid-19 pandemic has affected mostly small-medium entrepreneurs, in various industries. Growing SMEs are overwhelmed by the news. It has inspired some startups to help them, along with their efforts to stay relevant in the current situation. We tried to register some of these startups.

First of all, Titipku. This Yogyakarta based startup has always been focused on empowering SMEs. Their service is trying to optimize technology to connect small merchants, food stalls, and other parties with buyers through applications.

The latest news, Titipku has launched location-based service features. This service is said to facilitate users finding traders around them for easy shopping.

“The store location becomes one of the problems when shopping online. Long-distance will affect shipping costs. Even shipping costs can be more expensive than the items ordered. That is very unfortunate. We expect this feature can minimize such problems,” Titipku’s CEO & Co-Founder, Henri Suhardja explained.

Titipku is said to have successfully embraced 150 thousand users and 100,000 registered business people in the application.

Mitra Titipku di Pasar

Next, there is Deliveree. In the midst of a pandemic, this startup, known for offering goods delivery services, is launching an online grocery shopping platform that is accessible through the application. From the official statement, the goods will be sent periodically using the city car fleet. This new feature also comes with a live chat or a call to get directly connected to the store.

“We expect this feature can make life a little easier for those who are worried about being exposed to the virus. With our latest technology, we are trying not only to reduce the virus spread, but also expect to help more than 5000 driver partners to return worked during this difficult time,” Deliveree Indonesia’s Country Director Tom Kim said.

Belanja semobako murah melalui Deliveree

Ubiklan comes with similar innovation. The startup, known as mobile advertising services using cars or motorbikes, is starting to explore a new business called UbiFresh. Offering grocery shopping online through their application.

UbIklan claims that their new business unit was formed after discussions with their partners and considering the current pandemic conditions which forced people to spend more time at home. UbiFresh is packaged in such ways to help users with their groceries as well as to market merchandise from traditional markets.

“We see a lot of people that we can help with UbiFresh. We can serve households in groceries shopping and at the same time we also help traditional markets which happen to be some of our business partners […] “The market results offered at UbiFresh are always maintained in terms of quality, freshness and completeness at the same economical price,” Ubiklan’s CEO, Glorio Yulianto said.

UbiFresh dari Ubiklan

Stay relevant

In the current situation, online shopping becomes an option. There are big risks out there, and innovations are to be explored. The three startups above might only small amount among those who are trying to be relevant. In fact, they refuse to give up while continuing to look for ways to keep growing.

Titipku is currently planning for fundraising. Their focus lies on increasing the number of transactions. As a startup that always been aiming to help SMEs, this feature is a continuation of their previous efforts.

As for Deliveree and Ubiklan, the birth of new business lines is a strategic step for them to remain relevant. It was due to circumstances, also the current business conditions. It is not impossible that in the future their new business line will become permanent and become an important part of a sustainable business journey. Because it is currently high demand, and online shopping for groceries can be one of the new normal.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Titipku, Deliveree, dan Ubiklan Hadirkan Inovasi untuk Memudahkan Belanja Online

Dampak pandemi Covid-19 cukup besar dirasakan para pengusaha mengenah ke bawah, di berbagai industri. UKM yang sedang berupaya tumbuh banyak yang kelimpungan. Beberapa startup tampaknya terilhami untuk membantu mereka, berbarengan dengan upaya mereka agar tetap relevan di situasi seperti sekarang ini. Kami mencoba mendaftar beberapa startup tersebut.

Yang pertama ada Titipku. Startup asal Yogyakarta ini memang dari awal fokus pada pemberdayaan UKM. Layanan mereka mencoba mengoptimalkan teknologi untuk menghubungkan pedagang kecil, warung, dan semacamnya dengan para pembeli melalui aplikasi.

Terbaru, Titipku memperkenalkan fitur layanan berbasis lokasi. Layanan ini diklaim dikembangkan untuk semakin memudahkan pengguna mencari pedagang di sekitar mereka sehingga lebih mudah dalam berbelanja.

“Lokasi toko yang jauh dari rumah sebetulnya menjadi salah satu permasalahan saat belanja online. Jarak yang jauh akan berpengaruh pada ongkos kirim barang yang dipesan. Bahkan ongkos kirim bisa lebih mahal daripada barang yang ingin dibeli. Hal itu tentu sangat disayangkan. Kami berharap dengan fitur terbaru Titipku ini dapat meminimalkan permasalahan yang demikian,” terang Co-Founder CEO Titipku Henri Suhardja.

Titipku sendiri saat ini mengklaim sudah berhasil merangkul 150 ribu pengguna dan 100 ribu pebisnis terdaftar di aplikasinya .

Mitra Titipku di Pasar

Selanjutnya ada Deliveree. Di tengah pandemi, startup yang dikenal menawarkan layanan pengiriman barang ini meluncurkan platform belanja sembako online yang langsung bisa diakses di aplikasi mereka. Dari keterangan resminya, barang akan dikirimkan secara masaal dengan menggunakan armada city car. Fitur baru ini juga dilengkapi dengan live chat atau panggilan untuk bisa langsung terhubung dengan toko.

“Kami berharap ini akan membuat hidup sedikit lebih mudah bagi mereka yang khawatir akan terekspos dan terpapar virus. Dengan adanya layanan ini harapan kami bukan hanya sekadar membantu mengurangi penyebaran virus, akan tetapi juga teknologi terbaru kami diharapkan dapat membantu lebih dari 5000 mitra pengemudi untuk kembali bekerja selama masa sulit ini,” ujar Country Director Deliveree Indonesia Tom Kim.

Belanja semobako murah melalui Deliveree

Langkah yang serupa juga ditempuh oleh Ubiklan. Startup yang dikenal dengan layanan iklan bergerak menggunakan mobil atau motor ini mulai menjajaki bisnis baru bernama UbiFresh. Menawarkan belanja grocery secara online melalui aplikasi mereka.

Pihak UbIklan mengklaim unit bisnis baru mereka ini dibentuk berkat diskusi dengan partner mereka dan juga melihat kondisi pandemi seperti sekarang ini yang memaksa orang harus lebih banyak di rumah. UbiFresh dikemas sedemikian rupa untuk membantu pengguna tetap bisa mendapatkan barang belanjaan sekaligus memasarkan dagangan dari pedangang di pasar tradisional.

“Kami melihat banyak sekali orang yang dapat kami bantu dengan UbiFresh. Kami dapat melayani rumah tangga dalam memenuhi kebutuhan belanja bahan pangan mereka dan secara bersamaan kami juga membantu pasar tradisional yang kebetulan beberapa di antaranya adalah mitra bisnis kami […] Yang pasti produk hasil pasar yang ditawarkan di UbiFresh selalu terjaga kualitas, kesegaran dan kelengkapannya dengan harga yang sama hematnya,” terang CEO Ubiklan Glorio Yulianto.

UbiFresh dari Ubiklan

Usaha untuk tetap relevan

Di situasi seperti sekarang ini belanja online merupakan sebuah pilihan. Ada risiko besar yang dihindari, dan ada kemudahan yang coba dimanfaatkan. Tiga startup di atas mungkin menjadi di antara mereka yang berusaha untuk relevan. Atau setidaknya berusaha untuk menolak menyerah sambil terus mencari cara untuk tetap tumbuh.

Titipku saat ini masih merencanakan untuk fundraising. Fokus mereka sekarang ada pada menaikkan jumlah transaksi. Sebagai startup yang dari awal mengembang misi untuk membantu para UKM fitur ini adalah langkah lanjutan dari upaya-upaya sebelumnya yang mereka lakukan.

Sementara bagi Deliveree dan Ubiklan, lahirnya lini bisnis baru adalah langkah strategi bagi mereka untuk tetap menjadi relevan. Terhadap keadaan, juga terhadap kondisi bisnis. Bukan tidak mungkin dikemudian hari lini bisnis baru mereka ini akan menjadi permanen dan menjadi bagian penting dalam perjalanan bisnis yang berkelanjutan. Karena memang saat ini permintaan tinggi, dan belanja grocery online bisa jadi salah satu new normal.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Startup Logistik Deliveree Layani Pengiriman Kargo untuk 23 Kota Pulau Jawa

Deliveree, startup logistik asal Thailand, menambah layanan FTL (full truck load) untuk pengiriman kargo antar kota ke 23 kota di Pulau Jawa. Layanan ini merupakan inisiasi perusahaan untuk pengguna B2B agar semakin memiliki banyak pilihan armada yang mereka butuhkan.

“Layanan FTL diperuntukkan pengiriman jarak jauh (long haul) untuk pengguna B2B kami. Ke depannya kami akan tambah berbagai opsi kendaraan ukuran besar lainnya, seperti tronton dan wingbox, sehingga pengguna punya banyak pilihan,” terang CEO dan Co-Founder Deliveree Tom Kim, Rabu (10/10).

Berbeda dengan layanan sebelumnya, FTL mengenakan harga tetap untuk rute pengiriman setiap kota sudah termasuk semua biaya dasar. Mulai dari biaya sewa kendaraan, pengemudi, bahan bakar, tol, dan parkir. Harga kirim antar kota Deliveree diklaim rata-rata 20%-30% di bawah harga pasar. Ambil contoh untuk pengiriman dari Jakarta-Surabaya Rp5,7 juta, Bandung-Semarang Rp3,5 juta, dan sebagainya.

Transparansi harga ini untuk mengurangi keresahan pengguna yang ingin menggunakan layanan FTL untuk pengiriman jarak jauh. Satu truk hanya didedikasikan untuk satu pengguna dalam satu kali pengiriman. Pengguna tidak perlu khawatir dengan keamanan barang mereka bercampur dengan milik orang lain.

Pelanggan bisa memesan setidaknya satu hari sebelum hingga dua minggu ke depan, lewat aplikasi Deliveree maupun situs. Titik penjemputan berada di tiga lokasi (Jabodetabek, Bandung, dan Surabaya) dan 23 titik tujuan (termasuk Brebes, Cilegon, Yogyakarta, Subang, Tuban, Solo, dan masih banyak lagi).

Tom menyebutkan, pihaknya telah merangkul sekitar 7 ribu mitra pengemudi, sekitar 3 ribu diantaranya adalah mitra yang aktif. Adapun penggunanya sudah lebih dari 100 ribu orang sejak pertama kali kehadirannya di Indonesia pada 2015.

Deliveree memiliki berbagai variasi armada, yakni Fuso, Double Engkel Long (CDD Long), Double Engkel, Engkel Box, hingga armada lebih kecil seperti Box Kecil dan Van.

Ekspansi berikutnya

Tom mengungkapkan tahun depan Deliveree akan resmi ekspansi ke Vietnam. Malaysia jadi negara berikutnya yang siap disambangi, meski Tom enggan membeberkan detailnya. Agak molor dari target awal.

“Fokus kami adalah menjadi pemain regional di Asia Tenggara. Oleh karena itu, negara-negara yang akan kami bidik ada di sana semua.”

Deliveree memiliki kantor pusat di Thailand, kemudian merambah ke Filipina dan Indonesia. Secara kontribusi bisnis, menurut Tom, untuk saat ini antara ketiganya tidak jauh berbeda. Ia memprediksi Indonesia akan jadi pasar terbesar Deliveree mengingat cakupan areanya lebih besar dari negara lainnya.

Untuk itu pihaknya tidak hanya fokus ke ekspansi negara tapi juga menambah kehadiran di kota-kota tempat mereka telah beroperasi. Untuk Indonesia, Deliveree sedang mempersiapkan diri untuk masuk ke Bali dan Medan.

Demi mendukung seluruh rencana besar tersebut, Tom membuka kemungkinan kembali melakukan penggalangan dana yang akan dimulai pada tahun depan. Terakhir, Deliveree menerima investasi Seri A senilai US$14,5 juta pada Oktober 2017.

Fundraising adalah hal umum yang biasa dilakukan oleh perusahaan teknologi setiap setahun sampai dua tahun sekali. Terakhir kami menerima investasi pada akhir 2017, bila dihitung timeline-nya bisa disimpulkan sendiri,” pungkas Tom.

Application Information Will Show Up Here

Truk Logistik “Double Engkel Long” Kini Bisa Dipesan di Deliveree

Startup logistik Deliveree hari ini (04/9) resmi meluncurkan layanan logistik dengan armada CDD Long. Lewat peluncuran ini, pelanggan dapat langsung memesan CDD Long dari wilayah Jabodetabek menggunakan aplikasi mobile atau aplikasi web Deliveree. Inovasi ini menjadi pelengkap setelah September tahun lalu Deliveree meluncurkan jasa Engkel Box (CDE) untuk pengguna di Jabodetabek.

Bagi penggiat logistik, truk CDD Long juga dikenal dengan “double engkel long” atau “double long sasis”, menjadi salah satu armada paling populer di Indonesia. Dengan muatan kargo sekitar 5 ton atau 18 meter kubik, jasa logistik double engkel long banyak digunakan untuk pengiriman antar kota atau kargo jumlah besar. Saat ini layanan dapat dipesan untuk pengiriman di seluruh wilayah Jawa.

“Deliveree menjadi satu-satunya platform logistik di Indonesia yang menyediakan pilihan armada paling banyak dan luas, mulai dari CDD Long hingga mobil kecil ukuran city car, khusus pengiriman barang dan kargo. Peluncuran CDD Long ini menjadi salah satu perwujudan komitmen kami untuk terus memberikan solusi logistik terlengkap bagi pelanggan,” ujar Head of Supply Deliveree, Reza Pahlevi.

Disampaikan juga oleh tim Deliveree, bahwa peluncuran ini masih menjadi langkah awal. Untuk tahun ini dan tahun mendatang, Deliveree telah menyiapkan agenda menghadirkan solusi logistiknya di beberapa kota lain di Pulau Jawa. Ambisi ini sesuai dengan komitmen yang ditekankan perusahaan pasca pendanaan seri A, yakni ekspansi layanan.

“Kami menjaga komitmen untuk memberikan solusi logistik bagi pelanggan bisnis dan individual, melalui harga pengiriman yang lebih terjangkau atau sekitar 20-30% lebih murah dari harga di pasaran,” tambah Head of Commercial Deliveree, Rico Soselisa, menjelaskan tentang strategi bisnisnya.

Application Information Will Show Up Here

Rencana Ekspansi Lalamove dan Tuntutan Industri Logistik di Indonesia

Startup logistik asal Hong Kong Lalamove baru saja mengumumkan perolehan pendanaan Seri C senilai US$100 juta (lebih dari 1,3 triliun Rupiah) dari perusahaan investasi besutan Founder dan CEO Xiaomi Lei Jun, Shunwei Capital. Salah satu agenda mereka dengan pendanaan ini adalah ekspansi dan Indonesia menjadi salah satu destinasi yang dituju.

DailySocial menghubungi tim ekspansi Lalamove untuk membicarakan langkah ini. Tim Lalamove menginformasikan sampai hari ini ekspansi di Indonesia masih dimatangkan rencananya, sehingga belum ada rencana spesifik yang bisa disampaikan. Namun perluasan di berbagai negara di Asia Tenggara memang menjadi salah satu prioritas. Bagi Lalamove, Indonesia pun dikatakan sebagai pasar yang sangat penting.

Apa yang ditawarkan Lalamove sebenarnya mirip dengan yang disajikan Deliveree di Indonesia. Mereka memungkinkan pemilik bisnis untuk memesan transportasi angkut barang, seperti truk, untuk mengantar barang ke pembeli.

“Seperti yang Anda tahu, Lalamove mencoba memfasilitas kebutuhan konsumen melalui teknologi yang belum dapat dicapai oleh pengiriman tradisional, seperti kecepatan pengiriman, fulfilment dan skalabilitas. Masalah besar yang Lalamove bantu selesaikan adalah biaya pengiriman last-mile delivery, yaitu pengiriman barang kepada konsumen akhir. Biaya ini menyumbang hingga 28% dari total biaya pengiriman,” ujar tim ekspansi Lalamove.

Salah satu studi kasus yang juga ingin ditawarkan di lokasi ekspansi adalah seputar kesempatan terbukanya lapangan kerja. Sama seperti layaknya layanan on-demand yang sudah ada, hadirnya Lalamove memberikan kesempatan pemilik kendaraan angkutan barang untuk menjadi mitra pengemudi.

“Di Asia Tenggara, logistik menyumbangkan persentase 15% dari PDB dari seluruh lini industri. Alasan mengapa angka ini begitu tinggi biasanya karena inefisiensi, terutama pada last-mile delivery. Di sinilah Lalamove ingin berperan,” imbuh  mereka.

Tantangan dan kesempatan lini bisnis logistik di Indonesia

Menanggapi tentang rencana kehadiran Lalamove ke Indonesia, DailySocial berbincang dengan CEO dan Founder Iruna Yan Hendry Jauwena. Iruna merupakan penyedia platform e-logistik yang cukup baru di Indonesia. Dalam keterangannya, Hendry menyampaikan bahwa hadirnya Lalamove di Indonesia tidak akan mengganggu secara signifikan tatanan industri logistik yang sudah ada. Tidak sampai menjadi disrupsi. Sebaliknya Hendry justru menyampaikan tantangan yang mungkin saja akan ditemui dalam operasionalnya.

Salah satunya terkait dengan kualitas dan jaminan layanan. Model on-demand memang tidak bisa sepenuhnya dikontrol oleh perusahaan, terkait dengan kinerja para mitranya, kendati ada sistem seperti rating dan sebagainya. Untuk logistik sendiri, selain akurasi, kecepatan juga akan dibutuhkan untuk menjamin kepuasan pelanggan. Selain itu Hendry juga menyinggung seputar isu legal. Masih banyak PR yang perlu dikonsolidasikan terkait dengan hal ini.

Pada dasarnya Hendry mengungkapkan bahwa kue di industri logistik masih sangat besar untuk dieksplorasi. Faktanya pemenuhan kebutuhan logistik masih sangat jauh dari cukup di Indonesia, terlebih untuk mengimbangi perkembangan bisnis e-commerce. Menurut Hendry, salah satu faktornya karena perusahaan logistik kebanyakan masih berfokus pada infrastruktur, sementara perkembangan teknologinya masih cukup lambat. Di sisi lain akselerasi bisnis e-commerce sangat cepat berkat optimasi teknologi.

DailySocial juga menghubungi Deliveree yang memiliki layanan mirip dengan apa yang hendak dibawa Lalamove. Country Director Deliveree Indonesia Nattapak Atichartakarn menerangkan bahwa pasar logistik di Indonesia adalah yang terbesar di Asia Tenggara. Namun, biaya logistik di Indonesia juga bisa mencapai 20% dari harga barang, menjadikan biaya logistik Indonesia yang tertinggi di Asia Tenggara. Ada sebuah efisiensi yang bisa dikerjakan dengan bantuan teknologi.

Pihaknya melihat hal tersebut sebagai kesempatan yang dapat diselesaikan dengan menciptakan solusi logistik yang lebih hemat dan terpercaya untuk pemilik bisnis di Indonesia. Deliveree menciptakan platform teknologi yang menyediakan pemilik bisnis tidak hanya akses ke marketplace/pasar, tetapi juga menyediakan dashboard manajemen pengiriman dengan fitur seperti live tracking atau pilihan pengemudi.

Kendati menggunakan model kemitraan dengan pemilik armada, ada upaya untuk memastikan kualitas layanan. Untuk bermain di pasar Indonesia, Nattapak menjelaskan beberapa tantangan. Salah satu tantangan terbesar adalah infrastruktur jalan raya. Jakarta menduduki peringkat sebagai kota dengan tingkat kemacetan tertinggi di dunia. Terkait hal ini, Deliveree secara rutin melakukan monitor lalu lintas dan memastikan pengemudi tersebar di seluruh kota.

Raih Pendanaan Seri A, Deliveree Fokuskan Ekspansi

Layanan logistik on-demand Deliveree mengumumkan raihan pendanaan seri A senilai US$14,5 juta (setara dengan 196 miliar rupiah) dipimpin oleh Gobi Partners. PSA Unboxed, Asia Summit Capital, dan Inspire Ventures juga turut berpartisipasi dalam pendanaan putaran ini. Investor Seri A ini menambah deretan investor terdahulu, Inspire Ventures dan Ardent Capital.

Berkaitan dengan pendanaan ini, Co-Founder dan CEO Deliveree Tom Kim menekankan kepada DailySocial, bahwa pendanaan Deliveree adalah tentang ekspansi. Pihaknya kini tengah menyiapkan rencana membuka operasional ke beberapa kota dan negara di Asia Tenggara. Disampaikan juga bahwa Indonesia akan menjadi yang paling banyak berpengaruh, mengingat Indonesia adalah pangsa pasar terbesar dibandingkan 2 negara lainnya (Thailand dan Filipina).

“Deliveree saat ini telah diunduh lebih dari 350 ribu pengguna di mobile — total aplikasi Deliveree untuk Indonesia, Thailand, dan aplikasi Transportify untuk Filipina. Plus, Deliveree juga memiliki pelanggan yang aktif melakukan pengiriman dengan melalui platform web. Jadi, secara keseluruhan, ada total sekitar 500 ribu pelanggan, mulai dari yang kurang aktif hingga sangat aktif,” ujar Tom.

Di Indonesia, inovasi terakhir yang dihadirkan adalah peluncuran Engkel Box (CDE) berkapasitas 2 ton untuk pengiriman ke seluruh Jabodetabek. Untuk selanjutnya, Deliveree berencana menghadirkan truk Dobel Engkel (CDD truck), termasuk armada komersial lain yang lebih besar dan melakukan ekspansi ke kota lain di Indonesia tahun depan.

“Selain itu, kami juga sedang mengembangkan satu teknologi baru yang menarik, yang akan membuat Deliveree menjadi mitra logistik tak tergantikan untuk pengiriman jalur darat dengan biaya yang efisien,” lanjut Tom.

Memfokuskan pada investasi dan profit

Selama beberapa tahun terakhir, investasi pada pengiriman untuk paket kecil, dan ke konsumen akhir (last-mile) semakin bertambah seiring meningkatnya bisnis e-commerce di Asia Tenggara. Kendati demikian, sektor ini dinilai kurang berpotensi dari segi ekonomi. Untuk itu, Deliveree lebih memfokuskan untuk memberikan solusi pada pengiriman barang dan kargo berukuran besar yang dihadapi oleh pebisnis. Deliveree percaya hal ini lebih jauh lebih menguntungkan dari segi investasi dan profit.

“Kebutuhan logistik kargo dan barang besar banyak terjadi pada distribusi mid-mile. Marketplace Deliveree menggabungkan lebih dari 15 ribu truk, van, pickup, dan armada ekonomi di seluruh Asia Tenggara, dan melayani ribuan pelanggan yang melakukan distribusi mid-mile setiap hari, mencakup korporasi besar, brand, dan perusahaan logistik,” jelas Tom.

Diluncurkan tahun 2015, Deliveree mencoba menghadirkan revolusi bagi pemilik usaha untuk mengirimkan paket besar, barang dagangan, dan kargo di seluruh daerah Bangkok, Jakarta, dan Manila. Platform mobile dan webapp Deliveree memberikan perusahaan akses kepada ribuan pengemudi kendaraan komersial dengan model pay-as-you-go. Model ini dinilai dapat mengurangi biaya pengiriman hingga 50%.

Application Information Will Show Up Here

Deliveree Berinovasi Luncurkan Engkel Box (CDE) untuk Pengiriman Jabodetabek

Deliveree kembali berinovasi dengan meluncurkan Engkel Box (CDE) berkapasitas 2 ton untuk pengiriman ke seluruh Jabodetabek. Dalam beberapa bulan ke depan Deliveree pun tak ragu menjanjikan peluncuran truk komersial lain yakni CDD dan Wingbox. Deliveree mematok harga pengiriman dengan Engkel Box di Rp320.000 untuk 5 km pertama, dan Rp7.000 untuk km selanjutnya.

Dengan layanan baru Deliveree ini, pelanggan juga bisa memesan truk untuk pengiriman 12 jam penuh dengan jarak tidak terbatas seharga Rp900.000. Dengan biaya yang ditawarkan ini pelanggan bisnis diklaim bisa mengirim hingga 2 ton kargo dengan harga yang terjangkau.

“Kami berusaha membantu bisnis di Indonesia dengan mendengarkan kebutuhan dan kendala yang dihadapi. Salah satu solusi yang dibutuhkan adalah peluncuran CDE ini. Kami sangat yakin pada komitmen untuk memberikan pengalaman terbaik dengan harga terbaik kepada pelanggan. Peluncuran ini akan membawa kami ke tujuan tersebut,” ungkap CEO Deliveree Group Internasional Tom Kim dalam keterangan persnya.

Tom lebih jauh juga menambahkan pelanggan dalam waktu dekat juga akan dapat memesan truk komersial lainnya. Saat ini Deliveree sedang bersiap-siap untuk menghadirkan truk CDD dan Wingbox dalam beberapa bulan ke depan.

Kehadiran Deliveree di segmen ini akan memanaskan persaingan dengan Go-Box yang digagas Go-Jek. Go-Box sendiri sudah tersedia di sejumlah kota-kota lain di Indonesia.

Menanggapi layanan terbaru Deliveree ini, Head of Marketing Deliveree Hervinny Wongso mengungkapkan pihaknya coba memberikan keuntungan berlebih bagi pemilik bisnis dengan meniadakan modal untuk membeli atau mengelola armada. Hervinny menyebutkan pelanggan tidak perlu mengeluarkan biaya tagihan minimal  setiap bulan, untuk membayar gaji pengemudi atau staf, perawatan dan keamanan armada, atau biaya bahan bakar.

“Deliveree telah meningkatkan keuntungan pemilik bisnis dengan meniadakan modal untuk membeli atau mengelola armada. Pelanggan kami tidak perlu mengeluarkan biaya tagihan minimal setiap bulan, membayar gaji pengemudi atau staf, perawatan dan keamanan armada, atau biaya bahan bakar. Semua telah ditanggung oleh layanan Deliveree yang bisa dipesan kapanpun saat bisnis butuh mengirim kargo atau barang dagangan, dengan hanya membayar saat mengirim. Metode ‘pay as you go’ ini yang sangat membantu pemilik usaha,” jelas Hervinny.

Sejauh ini Deliveree sebagai marketplace penyedia layanan logistik di sudah hadir di beberapa kota atau kawasan di daerah Asia Tenggara, di antaranya adalah Bangkok, Jabodetabek, dan Manila.

Application Information Will Show Up Here